psychological capital pegawai kontrak ditinjau dari jenis...

72
Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh Nina Nurlitasari 1511413079 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis

Kelamin di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Nina Nurlitasari

1511413079

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

ii

Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis

Kelamin di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Nina Nurlitasari

1511413079

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 3: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

iii

Page 4: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

iv

Page 5: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

v

Page 6: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

vi

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto :

“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk

urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S. al-

Insyirah: 7-8)

Peruntukan :

Skripsi ini penulis peruntukkan kepada

kedua orangtua yang tak henti-hentinya

mengiringi doa disetiap langkah penulis.

Page 7: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan

Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis

Kelamin di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis dengan senang hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya kepada setiap

hamba-Nya serta Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi suri tauladan bagi

umatnya.

2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang

3. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan.

4. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis sehingga

proposal ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A. pembimbing II yang telah

memberikanbimbingan, saran, petunjuk, dan masukan selama penulisan skripsi.

6. Nuke Martiarini, S.Psi., M.A. penguji Utama yang telah memberikan masukan

dan penilaian terhadap skripsi penulis.

7. Seluruh Dosen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan dorongan dan bekal ilmu kepada penulis.

8. Seluruh staf Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang yang telah

membantu kelancaran dan kenyaman penulis selama mengikuti perkuliahan.

Page 8: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

viii

9. Teman-teman mahasiswa Psikologi angkatan 2013, Rombel 2 khususnya, Ryna,

Yana, Wulan, Wresni, Lina, Intan sebagai teman belajar yang telah memberikan

semangat kepada penulis.

10. Azti, Putri „Paw‟, Linda, Putri, Intan, Nadia, dan Vivie yang telah menjadi

sahabat sekaligus saudara bagi penulis.

11. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian penulisan ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semuanya. Demi perbaikan untuk penulis, saran dan kritik yang membangun akan

penulis terima dengan senang hati. Sehingga pada akhirnya laporan ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Semarang, 19 April s2017

Penulis

Page 9: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

ix

ABSTRAK

Nurlitasari, Nina. 2017. “Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis

Kelamin di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda. Skripsi. Jurusan Psikologi.

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Rahmawati

Prihastuty, S.Psi., M.Si. Pembimbing II: Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A.

Kata kunci : Psychological Capital, Pegawai Kontrak, Gender

Psychological capital berdampak pada kinerja serta kepuasan kerja pada

pegawai. Pegawai kontrak sebagai salah satu pelaku dari suatu organisasi memiliki

pengaruh terhadap keberhasilan organisasi itu sendiri. Fenomena keberadaan pegawai

kontrak, khususnya di instansi pemerintahan cukup banyak. Pada Dinas Cipta Karya

Dan Tata Kota Samarinda, jumlah pegawai kontrak memiliki presentase hampir

setengah dari jumlah pegawai keseluruhan. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan

tentang bagaimana kondisi psychological capital pada pegawai kontrak pria dan

wanita karena akan berdampak pada kinerja mereka kedepannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif komparasi.

Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu psychological capital. Sampel penelitian

ini adalah pegawai kontrak pria dan wanita pada Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

Samarinda dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh

sebanyak 28 responden pegawai kontrak wanita dan 48 responden pegawai kontrak

pria. Instrumen yang digunakan adalah skala psychological capital queisioner (PCQ)

yang telah diadaptasi sedangkan, analisis data yang digunakan adalah mann-whitney

wilcoxon untuk menguji perbedaan kedua subyek yaitu pegawai kontrak pria dan

wanita.

Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan psychological capital pada

pegawai kontrak pria dan wanita pada Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda.

Hal ini dapat dilihat dari perhitungan mean rank pegawai kontrak wanita sebesar

25,02 sedangkan, pegawai kontrak pria sebesar 46,36. Berdasarkan perhitungan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pegawai kontrak pria memiliki psychological

capital yang lebih tinggi, daripada psychological capital pegawai kontrak wanita. Hal

ini dikarenakan pada setiap aspek psychological capital (self efficacy, hope,

resiliency, dan optimism) pada pegawai kontrak pria memiliki nilai lebih tinggi dari

pada pegawai kontrak wanita.

Page 10: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

MOTTO DAN PERUNTUKKAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK………............................................................................................. . viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

BAB

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 17

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 18

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 18

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 18

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 19

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psychological Capital ............................................................................. 20

2.1.1 Definisi Psychological Capital ............................................................... 20

2.2 Aspek Psychological Capital .................................................................. 23

2.2.1 Self efficacy ............................................................................................. 23

2.2.2 Optimism ................................................................................................. 25

2.2.3 Hope ........................................................................................................ 26

Page 11: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xi

2.2.4 Resiliency ............................................................................................... 27

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspek-Aspek Psychological Capital

................................................................................................................. 29

2.1.4 Dampak dari Psychological Capital ....................................................... 35

2.1.5 Perbedaan Psychological capital Pada Pria dan Wanita ........................ 37

2.2 Pegawai Kontrak ..................................................................................... 40

2.2.1 Definisi Pegawai Kontrak ....................................................................... 40

2.2.2 Syarat Pegawai Kontrak .......................................................................... 42

2.2.3 Hak-hak Pegawai Kontrak ...................................................................... 43

2.3 Kerangka Konseptual .............................................................................. 43

2.3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 46

2.4 Hipotesis .................................................................................................. 48

3 METODE PENELITIAN

3.2 Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 49

3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 50

3.3.1 Identifikasi variabel Penelitian ............................................................... 50

3.3.2 Definisi Operasional................................................................................ 50

3.4 Subjek Penelitian ..................................................................................... 50

3.4.1 Populasi ................................................................................................... 50

3.4.2 Sampel Penelitian ................................................................................... 51

3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 52

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 52

3.6 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 55

3.6.1 Validitas ................................................................................................. 55

3.6.2 Reliabilitas ............................................................................................. 56

3.7 Metode Analisis Data .............................................................................. 58

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Persiapan Penelitian ................................................................................ 60

4.2.1 Orientasi kancah penelitian ..................................................................... 60

Page 12: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xii

4.2.2 Proses perijinan ....................................................................................... 61

4.2.3 Penentuan Subjek Penelitian .................................................................. 61

4.2.4 Penyusunan Instrumen ............................................................................ 62

4.3 Pelaksanaan penelitian ........................................................................... 64

4.3.1 Pengumpulan Data ................................................................................. 64

4.3.2 Pemberian Skoring .................................................................................. 65

4.3.3 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen ....................................... 65

4.3.3.1 Hasil Uji Validitas Skala Psychological Capital ................................... 65

4.3.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Capital ................................ 66

4.4 Hasil Penelitian ....................................................................................... 66

4.4.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................... 66

4.4.2 Uji Hipotesis ........................................................................................... 67

4.4.3 Analisis Deskriptif .................................................................................. 68

4.4.3.1 Deskriptif Variabel Penelitian ................................................................ 69

4.4.3.1.1 Gambaran Psychological capital pegawai kontrak pria .................... 69

4.4.3.1.2 Gambaran Psychological capital pegawai kontrak pria ditinjau dari

masing-masing aspek ....................................................................... 71

4.4.3.1.3 Gambaran Psychological capital pegawai kontrak wanita ................. 81

4.4.3.1.4 Gambaran Psychological capital pegawai kontrak pria ditinjau

dari masing-masing aspek ................................................................. 83

4.3.4 Hasil Tambahan penelitian…………………………………….………. 95

4.4 Pembahasan ............................................................................................. 98

4.4.1 Perbedaan Psychological Capital antara pegawai kontrak pria dan

wanita ...................................................................................................... 98

4.4.2 Psychological Capital Pegawai Kontrak ................................................ 102

4.4.3 Psychological Capital Pria ...................................................................... 104

4.4.4 Psychological Capital Wanita................................................................. 112

4.4.5 Hasil Analisis tambahan .......................................................................... 118

Page 13: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xiii

5 PENUTUP

4.5 Simpulan ................................................................................................ 120

4.6 Saran ........................................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 123

Page 14: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Dan Nilai Alternatif Jawaban .......................................................... 53

3.2 Blueprint Skala Psychological Capital .......................................................... 54

4.1 Interpretasi Nilai Reliabilitas ........................................................................ 66

4.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 66

4.3 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis .................................................................... 67

4.4 Hasil Perhitungan Mean Rank ....................................................................... 68

4.5 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritik ....................... 69

4.6 Distribusi Psychological Capital Pegawai Kontrak Pria .............................. 70

4.7 Distribusi Frekuensi Aspek Self Efficacy Pegawai Kontrak Pria .................. 72

4.8 Distribusi Frekuensi Aspek Hope Pegawai Kontrak Pria ............................. 74

4.9 Distribusi Frekuensi Aspek Resiliency Pegawai Kontrak Pria ..................... 76

4.10 Distribusi Frekuensi Aspek Optimism Pegawai Kontrak Pria .................... 78

4.11 Ringkasan Penjelasan Deskriptif Psychological Capital Pegawai

Kontrak Pria ............................................................................................... 79

4.12 Distribusi Psychological Capital Pegawai Kontrak Wanita ....................... 82

4.13 Distribusi Frekuensi Aspek Self Efficacy Pegawai Kontrak Wanita ........... 84

4.14 Distribusi Frekuensi Aspek Hope Pegawai Kontrak Wanita ...................... 86

4.15 Distribusi Frekuensi Aspek Resiliency Pegawai Kontrak Wanita .............. 88

4.16 Distribusi Frekuensi Aspek Optimism Pegawai Kontrak Wanita ............... 90

4.17 Ringkasan Penjelasan Deskriptif Psychological Capital Pegawak

Kontrak Wanita .......................................................................................... 91

4.18 Hasil Uji Anova ........................................................................................... 96

4.19 Hasil Uji Post Hoc ...................................................................................... 97

Page 15: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Hasil Studi Pendahuluan ............................................................................... 11

2.3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 46

4.1 Diagram Psychological Capital Pegawai Kontrak Pria ................................ 71

4.2 Diagram Aspek Self Efficacy Pegawai Kontrak Pria .................................... 73

4.3 Diagram Aspek Hope Pegawai Kontrak Pria ................................................ 75

4.4 Diagram Aspek Resiliency Pegawai Kontrak Pria ........................................ 77

4.5 Diagram Aspek Optimism Pegawai Kontrak Pria ......................................... 79

4.6 Ringkasan 4 Aspek Psychological Capital Pegawai Kontrak Pria ............... 80

4.7 Diagram Psychological Capital Wanita ....................................................... 82

4.8 Aspek Self Efficacy Pegawai Kontrak Wanita .............................................. 84

4.9 Aspek Hope Pegawai Kontrak Wanita .......................................................... 86

4.10 Aspek Resiliency Pegawai Kontrak Wanita ................................................ 88

4.11 Aspek Optimism Pegawai Kontrak Wanita ................................................. 90

4.12 Ringkasan Hasil Psychological Capital Pegawai Kontrak Wanita............. 92

4.13 Perbedaan Psychological Capital (Kategori Tinggi) Pada Pegawai

Kontrak Pria Dan Wanita ........................................................................... 93

4.14 Perbedaan Psychological Capital (Kategori Sedang) Pada Pegawai

Kontrak Pria Dan Wanita ........................................................................... 94

4.15 Perbedaan Psychological Capital (Kategori Rendah) Pada Pegawai

Kontrak Pria Dan Wanita ........................................................................... 95

Page 16: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Studi Pendahuluan ........................................................................... 128

2. Skala Psikologi ............................................................................................. 131

3. Tabulasi Angket Studi Pendahuluan ............................................................ 136

4. Tabulasi Penelitian ....................................................................................... 138

5. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ............................................................. 142

6. Hasil Uji Hipotesis ....................................................................................... 145

7. Hasil Uji Anova ........................................................................................... 146

8. Surat Pengantar Penelitian, Surat Balasan Penelitian, Surat Bukti Telah

Melakukan Penelitian ................................................................................. 150

Page 17: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pegawai merupakan salah satu aset utama suatu instansi yang menjadi

perencana sekaligus pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai

pikiran, perasaan, keinginan, status, dan latar belakang pendidikan, usia dan jenis

kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam suatu organisasi. Kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia harus sesuai dengan kebutuhan organisasi supaya

efektif dan efisien menunjang tercapainya tujuan.

Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (ASN) terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat

sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk

pegawai secara nasional, sedangkan PPPK merupakan pegawai aparatur sipil negara

yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-

Undang. PPPK merupakan istilah baru yang masih asing, dimana sebelumnya lebih

dikenal dengan istilah tenaga honorer atau pegawai kontrak. Tugas pokok dan fungsi

dari PPPK adalah untuk membantu jabatan fungsional PNS baik yang bersifat

Page 18: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xviii

langsung (seperti membuat laporan kegiatan pekerjaan di lapangan) maupun tidak

langsung (seperti cetak dokumen, fotokopi, dll).

Pegawai kontrak memiliki beberapa hak yang juga dimiliki oleh PNS seperti

gaji, tunjangan dan cuti. Menurut pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara, PPPK berhak memperoleh gaji dan tunjangan, cuti,

perlindungan dan pengembangan kompetensi. Baik pegawai pria maupun wanita

sebagian besar memiliki hak yang sama kecuali dalam hal cuti, dimana wanita

memiliki jenis cuti hamil sedangkan pria tidak. Namun secara umum hak dan

kewajiban yang dimiliki adalah sama. Berdasarkan UU tersebut diatas seharusnya

kinerja antara pegawai kontrak pria dan wanita sama, begitu pula motivasi kerja

dikarenakan pegawai kontrak memiliki hak yang sama dengan Pegawai Negeri Sipil

(PNS).

Perbedaan hak antara pegawai kontrak dengan PNS memang tidak bisa

dipungkiri jika menyebabkan adanya kesenjangan. Menurut pasal 21 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, PNS memperoleh hak berupa

gaji, tunjangan, fasilitas, cuti, jaminan hari tua (pensiun), perlindungan dan

pengembangan kompetensi. Hak memperoleh fasilitas dan jaminan pensiun tidak

dimiliki oleh pegawai kontrak. Hal inilah yang menjadi faktor yang mempengaruhi

harapan dan keinginan para pegawai kontrak untuk segera diangkat menjadi PNS.

Adanya pelarangan pengangkatan pegawai kontrak menjadi PNS sejak

ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan

Tenaga Honorer Menjadi PNS, menegaskan bahwa pegawai kontrak tidak selalu

Page 19: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xix

dapat diangkat menjadi CPNS. Hal tersebut diatur dalam Pasal 8 Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi

PNS yang berbunyi "Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua Pejabat

Pembina Kepegawaian dan pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang mengangkat

tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah."

Peraturan terbaru menyatakan bahwa pegawai kontrak hanya dapat menjadi

PNS melalui tes yang dilakukan secara terbuka untuk umum. Artinya mereka harus

bersaing juga dengan para peserta tes dari golongan umum yang bukan merupakan

pegawai kontrak di instansi pemerintahan. Terlebih lagi dengan adanya moratorium

pengangkatan CPNS yang diberlakukan sejak tahun 2015 sampai dengan waktu yang

belum ditentukan. Hal tersebut semakin berpengaruh pada harapan dan keinginan

para pegawai kontrak untuk menjadi PNS yang dapat berimplikasi pada kinerja dan

motivasi.

Berdasarkan informasi dari Sekretariat Daerah Kota Samarinda diketahui pada

tanggal 2 Mei 2016 terdapat banyak berkas lamaran untuk menjadi pegawai kontrak

yang tidak ditandatangani oleh Sekretaris Daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

banyak pelamar yang ditolak untuk bekerja di Pemerintah Kota Samarinda.

Fenomena diatas menunjukkan bahwa bekerja menjadi pegawai kontrak di bidang

pemerintahan tetap diminati oleh kalangan pencari kerja. Hal itu dikarenakan

terbatasnya lowongan untuk menjadi PNS yang menyebabkan para pencari kerja

bersedia untuk bekerja dengan status pegawai kontrak atau tidak tetap (honorer) di

sebuah instansi pemerintahan. Meskipun sudah ada peraturan yang jelas tentang

Page 20: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xx

pengangkatan secara langsung dari pegawai kontrak menjadi PNS tetapi, pegawai

kontrak masih saja memiliki harapan dalam beberapa kurun waktu dapat diangkat

menjadi pegawai tetap atau PNS, meskipun tidak ada jaminan yang pasti dari sisi

peraturan perundangan yang ada.

Selain itu, terdapat beberapa kasus lain yang seringkali dirasakan oleh

pegawai kontrak yaitu masalah gaji. Dalam sebuah artikel berita pada 22 Februari

2014 menunjukan bahwa di Pemerintah Kota DKI Jakarta memiliki permasalahan

dimana seorang pegawai kontrak yang tidak mau disebutkan namanya mengaku

dirinya kerap direpotkan saat mengurus persoalan gaji (www.gresnews.com, diakses

pada 9 Mei 2016). Penerimaan gaji kontrak yang ia terima tidak pernah tepat waktu

akibat proses birokrasi yang panjang dalam pencairannya.

Kasus yang sama juga dirasakan oleh seorang pegawai kontrak yang bekerja

di dinas Pemuda dan Olah Raga DKI. Pegawai tersebut mengaku untuk penerimaan

gajinya di Dispora pada saat masuk di tahun 2012 sebesar Rp. 750 ribu, padahal Upah

Minimum Provinsi (UMP) DKI saat itu sekitar Rp. 1,5 juta. Hingga saat ini dia

mengaku masih menerima gaji dibawah upah minimum yaitu sebesar Rp. 1,9 juta

padahal upah minimum DKI pada saat ini sekitar Rp. 2,4 juta. Selain itu, pegawai

tersebut juga mengeluhkan beban kerjanya yang terkadang melebihi dari beban kerja

Pegawai Negeri Sipil (www.gresnews.com, diakses pada 9 Mei 2016).

Kasus diatas bukan merupakan hal yang baru bagi pegawai kontrak. Masalah

gaji bagi pegawai kontrak di sektor pemerintahan terkadang memang menjadi hal

yang dilematis bagi pegawai kontrak khususnya pria karena mereka menjadi tulang

Page 21: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxi

punggung keluarga. Selain itu, beberapa pegawai pria yang masih berstatus pegawai

kontrak memiliki kecemasan terhadap kepastian dimasa depan terkait dengan

stastusnya. Kecemasan tersebut khususnya dalam hal kepastian waktu untuk kenaikan

status menjadi PNS.

Sektor pemerintahan seperti bidang Pekerjaan Umum (PU), lebih diminati

bagi para pegawai kontrak sebagai tempat bekerja dikarenakan honor tambahan yang

mereka terima lebih besar bila dibandingkan dengan sektor pemerintahan lainnya.

Beberapa daerah dengan potensi kekayaan alam yang besar terkadang memiliki

anggaran yang besar untuk bidang PU sehingga berimplikasi pada honor tambahan

yang diberikan kepada pegawai kontrak juga semakin besar.

Dinas Cipta Karya Dan Tata Kota Samarinda merupakan bagian dari bidang

ke-PU-an, dimana memiliki tugas pokok dan fungsi dalam merencanakan dan

membangun infrastruktur seperti fasilitas pendidikan, keagamaan, kesehatan,

pertamanan, perumahan sampai dengan proses relokasi dan penataan permukiman

kumuh. Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda terdiri dari 4 (empat) bidang

yaitu Bidang Bangunan dan Gedung, Bidang Penataan Kota, Bidang Prasarana Kota

dan Bidang Perumahan Permukiman.

Dinas Cipta Karya Dan Tata Kota Samarinda memiliki jumlah pegawai

sebanyak 209 orang pegawai. Dari jumlah tersebut, 87 pegawai diantaranya

merupakan pegawai kontrak yang terdiri dari 54 pria dan 33 wanita. Dari penjelasan

diatas diketahui bahwa pada dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda memiliki

jumlah karyawan kontrak yang cukup banyak yaitu dengan presentase sebesar 41,6%.

Page 22: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxii

Memiliki jumlah pegawai kontrak yang presentase-nya hampir mendekati angka 50%

dari jumlah keseluruhan pegawai berimplikasi pada semakin beratnya beban anggaran

daerah karena sudah diketahui sebelumnya bahwa gaji yang diterima oleh pegawai

kontrak merupakan hasil dari APBD pada daerah tersebut dan bukan berasal dari

dana pemerintah pusat. Salah satu staff Sekretariat Daerah Samarinda

mengungkapkan bahwa anggaran daerah yang dikeluarkan Pemerintah Kota

Samarinda per bulan untuk gaji pegawai kontrak adalah kurang lebih 9 miliar. Angka

tersebut sangat besar dan membebani keuangan daerah, sehingga Pemerintah Kota

Samarinda berencana akan mengurangi jumlah pegawai kontrak dengan melakukan

seleksi dan evaluasi ulang.

Kondisi dimana terdapat wacana pengurangan jumlah pegawai kontrak,

perbedaan hak antara pegawai kontrak dengan PNS, adanya larangan pengangkatan

CPNS dari pegawai kontrak secara langsung dan moratorium sementara hingga waktu

yang belum ditentukan serta gaji yang sedikit kemungkinan bisa berdampak

psikologis terhadap pegawai kontrak. Namun, fakta menunjukkan bahwa minat para

pencari kerja untuk menjadi pegawai kontrak tidak surut bahkan semakin meningkat

seperti telah disampaikan sebelumnya.

Masalah-masalah tersebut diatas membuat kondisi psikologis pada pegawai

kontrak menjadi terpengaruh seperti contohnya saat ada wacana pengurangan jumlah

pegawai kontrak oleh pemerintah, pegawai kontrak bisa jadi memiliki kekhawatiran

dalam diri mereka dan hal tersebut akan membuat optimisme dalam diri mereka

menjadi terganggu dan hal tersebut juga akan berpengaruh pada self efficacy pegawai

Page 23: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxiii

kontrak. Selanjutnya permasalahan adanya larangan pengangkatan CPNS dari

pegawai kontrak secara langsung dan moratorium sementara hingga waktu yang

belum ditentukan juga berpengaruh terhadap sikap hasrat atau keinginan pegawai

kontrak sehingga hope yang mereka miliki bisa jadi menurun. Masalah yang baru-

baru ini dialami oleh pegawai kontrak yaitu terkait gaji. Ada beberapa pegawai

kontrak yang masih mendapat gaji diawah UMR dan gaji yang dibayarkan seringpula

terlambat akan berpengaruh pada kondisi psikologis pegawai kontrak, seperti mereka

bisa menjadi stres dan membuat sikap resiliensi mereka diuji apalagi ada beberapa

pegawai kontrak pria yang sudah berkeluarga dan menjadi tulang punggung keluarga.

Kondisi diatas menarik untuk dikaji bagaimana psychological capital pada

pegawai kontrak di sektor pemerintahan bidang Pekerjaan Umum (PU) khususnya

pada dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda. Penelitian ini bermaksud untuk

mengkaji psychological capital pada pegawai kontrak di Dinas Cipta Karya Dan Tata

Kota Samarinda, khususnya pegawai pria dan wanita. Pembedaan subyek tersebut

dikarenakan, peneliti ingin mengkaji secara lebih detail apakah terdapat perbedaan

pada setiap aspek psycological capital (hope, optimism, resiliency, self efficacy)

antara pegawai kontrak pria dan wanita.

Menurut Luthans (2007:3) Psychological Capital adalah kondisi

perkembangan positif seseorang dan dikarakteristikan oleh: (1) memiliki kepercayaan

diri (self efficay) untuk menghadapi tugas-tugas yang menantang dan memberikan

usaha yang cukup untuk sukses dalam tugas-tugas tersebut; (2) membuat atribusi

yang positif (optimism) tentang kesuksesan di masa kini dan masa depan; (3) tidak

Page 24: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxiv

mudah menyerah dalam mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan untuk

mencapai tujuan (hope); dan (4) ketika dihadapkan pada permasalahan dan halangan

dapat bertahan dan kembali (resiliency), bahkan lebih, untuk mencapai kesuksesan.

Sebagai langkah awal untuk menggali informasi mengenai bentuk

psychological capital pada pegawai kontrak, maka peneliti telah melakukan

wawancara singkat dengan 3 (tiga) narasumber yang bekerja di Pemerintah Kota

Samarinda pada tanggal 29 April 2016, dua diantaranya adalah pegawai kontrak di

Bidang Perumahan Permukiman Dinas Cipta Karya dan Tata Kota, sedangkan

satunya adalah pegawai kontrak di Bidang Prasarana Kota. Wawancara pertama

dilakukan dengan pegawai kontrak pria dengan inisial “S” yang merupakan pegawai

kontrak yang sudah bekerja selama kurang lebih 11 tahun. Pekerjaan rutin yang

dilakukan di kantornya adalah sebagai pengadministrasian dokumen proyek/kegiatan.

Dalam wawancara “S” mengungkapkan

“Setiap hari saya selalu datang meskipun tidak selalu tepat waktu

namun sering pulang malam, bahkan sabtu minggu terkadang

berangkat” ungkapnya.”Yang saya kerjakan tidak hanya tugas pokok

saja, kalo tugas pokok hanya sedikit. Banyaknya kontraktor yang

meminta bantuan untuk menyusun dokumen sebagai bagian dari

persyaratan dalam proses tagihan keuangan terkadang membuat

harus lembur, namun saya semangat karena biasanya ada honor

tambahan dari situ” ungkapnya sambil tertawa”.

(S, Pria, Bekerja 11 Tahun, 29-04-2016)

Wawancara kedua dilakukan dengan pegawai kontrak pria berinisial “DS”

yang merupakan pegawai kontrak dengan masa kerja 10 tahun. “DS” mengungkapkan

sedikit berbeda dengan narasumber sebelumnya.

Page 25: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxv

“Tugas utama dari dinas sedikit, apalagi ketika sedang tidak ada

proyek, sehari-harinya paling cuma datang, duduk, ngobrol jadi

mendingan saya di rumah dan bantu istri yang bisnis catering pas lagi

ramai. Tapi kalau sedang ada kegiatan proyek berlangsung saya juga

aktif di kantor dan ke lapangan untuk kegiatan pengawasan. Saya

tetap jalani dengan santai”.

(DS, pria, bekerja 10 tahun, 29-04-2016)

Saat disinggung tentang peraturan-peraturan pemerintah yang melarang

adanya pengangkatan PNS dari pegawai kontrak DT tetap menanggapinya dengan

santai.

“Saya memang tidak berharap diangkat jadi PNS karena memang

sulit sekarang, jadi ya jalani aja sambil usaha lain biar gak

mengandalkan gaji saja”.

(DS, pria, bekerja 10 tahun, 29-04-2016)

Wawancara ketiga dilakukan dengan pegawai kontrak wanita dengan inisial

“I” yang telah bekerja kurang lebih 7 (tujuh) tahun sebagai pegawai kontrak.

“I” mengungkapkan “Saya punya anak kecil, jadi terkadang sering

datang terlambat karena harus menyiapkan segala sesuatunya untuk

anak terlebih dahulu, kalau pimpinan masih bisa memakluminya.

(I, wanita, bekerja 7 tahun, 29-04-2016)

Berkaitan dengan tugas pokoknya “I” mengungkapkan:

“Saya selalu menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab saya

seperti pengadministrasian bidang, kalau job tambahan saya gak

ambil biar yang lain aja” ungkapnya. “Suami saya sudah PNS jadi

saya gak begitu ngejar tambahan, ya kadang-kadang aja sih kalau pas

lagi banyak proyek”.

(I, wanita, bekerja 7 tahun, 29-04-2016)

Page 26: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxvi

Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Fenomena pertama adalah beberapa pegawai kontrak yang ada di Dinas Cipta Karya

dan Tata Kota Samarinda mengambil pekerjaan tambahan diluar tugas pokok dan

fungsi (tupoksi) seperti membantu proses pemberkasan tagihan keuangan kontraktor

untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Mereka adalah pegawai pria baik yang

sudah berkeluarga maupun belum berkeluarga. Beberapa pegawai kontrak pria yang

lainnya lebih memilih usaha di luar (usaha pribadi) yang tidak berkaitan dengan tugas

pokok seperti pemborong/kontraktor, konsultan perencanaan, desain grafis dan

lainnya. Sedangkan untuk pegawai kontrak wanita tidak begitu bersemangat untuk

mengambil kerjaan tambahan dan hanya melaksanakan tugas pokok yang diberikan

oleh instansi.

Fenomena lain pada pegawai kontrak adalah berupa semangat kerja yang

tidak stabil. Pada waktu tertentu terdapat pegawai kontrak pria yang jarang terlihat

hadir di kantor, dikarenakan usaha pribadi yang dimiliki sedang mengalami

peningkatan permintaan. Dalam kurun waktu tersebut mereka lebih sering

memberikan perhatian pada usahanya, dengan mengabaikan jam kerja di kantor.

Namun ketika usaha pribadi tersebut mengalami kemunduran, maka pegawai tersebut

kembali aktif dalam aktifitas pekerjaan di kantor. Berbeda pada pegawai kontrak

wanita yang mana lebih stabil dalam hal kehadiran di kantor sesuai jam kerja (pagi-

sore) meskipun terkadang keterlambatan sering dialami oleh pegawai kontrak wanita

khususnya mereka yang sudah memiliki anak.

Page 27: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxvii

Selanjutnya, peneliti melakukan studi awal yang dilakukan dengan

menggunakan angket pada tanggal 18 Oktober 2016 di Dinas Cipta Karya dan Tata

Kota Samarinda dengan melibatkan tiga puluh dua karyawan kontrak, yaitu dua belas

pegawai kontrak wanita dan dua puluh pegawai kontrak pria. Hasil studi awal

tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 1.1. Hasil Studi Awal

Berdasarkan hasil studi awal tersebut maka dugaan sementara adalah bahwa

pegawai kontrak pria memiliki nilai psychological capital yang lebih tinggi dari pada

pegawai kontrak wanita. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik diatas bahwa nilai dari

setiap aspek psychological capital seperti self efficacy, hope, resiliency, dan optimism

yang diperoleh oleh pegawai kontrak pria lebih tinggi dari pegawai kontrak wanita.

Studi awal tersebut didukung dengan data yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu

dari hasil wawancara dengan tiga pegawai kontrak yang bekerja di Dinas Cipta Karya

dan Tata Kota Samarinda.

11,00

11,50

12,00

12,50

13,00

13,50

14,00

14,50

15,00

self efficacy hope resiliensy optimism

Pria

Wanita

Page 28: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxviii

Dugaan sementara bahwa pegawai pria memiliki nilai psychological capital

yang tinggi bisa dibuktikan dengan dimilikinya sikap optimism yang tinggi yaitu

pegawai kontrak pria pada setiap kesempatan mau mengambil pekerjaan tambahan

diluar tugas pokok dan fungsi (tupoksi) seperti membantu proses pemberkasan

tagihan keuangan kontraktor untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Selain itu,

beberapa pegawai kontrak pria yang lainnya juga memiliki usaha di luar (usaha

pribadi) yang tidak berkaitan dengan tugas pokok seperti catering makanan, toko

retail, desain grafis dan lainnya. Sedangkan untuk pegawai kontrak wanita tidak

begitu bersemangat untuk mengambil kerjaan tambahan dan hanya melaksanakan

tugas pokok yang diberikan oleh instansi. Jadi, apabila hasil dari studi awal tersebut

menyatakan bahwa nilai aspek optimism pegawai kontrak wanita lebih rendah dari

pegawai kontrak pria memang benar.

Pegawai kontrak pria juga memiliki nilai hope yang tinggi yang diketahui dari

hasil wawancara sebelumnya, bahwa pegawai kontrak pria tidak begitu berharap

untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) setelah adanya peraturan yang

baru, dan untuk mengatasi hal tersebut pegawai kontrak pria memiliki pekerjaan

tambahan lain selain di kantor seperti membantu proses pemberkasan tagihan

keuangan kontraktor untuk mendapatkan tambahan penghasilan bahkan pegawai

kontrak pria sering kali lembur pada hari weekend hanya karena tugas tersebut. Dari

kedua data yaitu wawancara dan penyebaran angket, dapat dihubungkan yaitu bahwa

pria cenderung tidak mengandalkan penghasilan dari pegawai kontrak saja, namun

memiliki penghasilan dari sektor lain. Akan tetapi pegawai kontrak pria juga enggan

Page 29: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxix

untuk meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai kontrak karena tetap ingin memiliki

penghasilan yang rutin meski statusnya sebagai pegawai kontrak tidak memiliki

jaminan. Berbeda dengan pegawai kontrak wanita yang lebih menerima keadaan yaitu

dilihat dari ketidak-tertarikannya untuk memiliki pekerjaan sampingan untuk

mendapatkan penghasilan lainnya. Hal tersebut dapat pula dihubungkan dengan data

wawancara sebelumnya yang menyatakan bahwa pegawai kontrak wanita enggan

untuk mencari penghasilan tambahan dikarenakan mereka dapat mengandalkan dari

penghasilan suami yang sudah memiliki penghasilan mencukupi. Hal inilah yang

dapat diduga menjadi penyebab resiliency yang dimiliki wanita juga lebih rendah

daripada pegawai kontrak pria.

Pegawai kontrak pria memiliki nilai resiliency yang lebih tinggi daripada

wanita karena pegawai kontrak pria mampu beradaptasi kembali dengan adanya

perubahan stres yang dihadapi, misalnya saja saat di instansi sepi tidak ada proyek

maka tugas utama pegawai kontrak menjadi sedikit biasanya hal yang sering

dilakukan oleh pegawai-pegawai kontrak lain adalah hanya datang, duduk, lalu

ngobrol hingga sore dan pulang. Apabia setiap hari hanya seperti itu maka bisa

menimbulkan stres namun, pegawai kontrak pria lebih bisa memanfaatkan waktu

senggang tersebut dengan pulang untuk mengerjakan pekerjaan lain seperti

membantu usaha catering istri.

Nilai self efficacy yang tinggi pada pegawai kontrak pria bisa dilihat dari

keaktifan mereka dalam hal menemukan tambahan pekerjaan. Beberapa diantara

mereka mampu mengembangkan potensi yang dimiliki terbukti pada beberapa subjek

Page 30: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxx

memiliki pekerjaan sampingan sebagai desain grafis, desain eksterior dan interior

bangunan, wirausaha, kontraktor dan catering makanan. Berbeda dengan pegawai

kontrak wanita yang bersikap pasif sehingga tidak mampu mengembangkan potensi

yang dimiliki.

Studi empiris terkait ke-empat aspek dalam psychological capital diantaranya

Lehoczky (2013:26) menyatakan bahwa pria secara keseluruhan memiliki

psychological capital yang lebih tinggi daripada wanita. Hasil penelitian tersebut

didukung dengan penelitian oleh Scholoveno (2013:22) menyatakan bahwa Laki-laki

lebih memiliki resiliency yang tinggi daripada wanita. Resiliency yang tinggi

merupakan salah satu indikator seseorang memiliki nilai psychological capital yang

tinggi pula. Penelitian lain juga menyatakan bahwa resiliency yang rendah

berpengaruh dengan tinggi nya resiko stres (Vesdiawati & Kumolohadi, 2008:3).

Hasil penelitian tersebut didukung dengan penelitian oleh Walenski (2015:4)

menyatakan bahwa pria memiliki energi untuk mencapai tujuan atau agency lebih

tinggi saat mengalami stress daripada wanita.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini merupakan sebuah

penelitian komparasi yang subjeknya adalah pegawai kontrak pada Dinas Cipta Karya

Dan Tata Kota Samarinda. Pegawai kontrak tersebut dalam penelitian ini akan di

bedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Hal tersebut dilakukan karena pada

fenomena yang terjadi dilapangan, antara pegawai kontrak pria dan wanita terjadi

beberapa perbedaan.

Page 31: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxxi

Banyaknya jumlah pegawai kontrak yang dimiliki Oleh Dinas Cipta Karya

Dan Tata Kota tidak selalu efektif dalam membantu atau menjalankan tugas-tugas

yang ada di dinas. Hal tersebut dikarenakan, kinerja para pegawai kontrak yang tidak

selalu produktif. Oleh karenanya penting diketahui bagaimana gambaran

psychological capital pada pegawai kontrak pda dinas Cipta Karya dan Tata Kota

Samarinda. Sebab kebanyakan dari pihak instansi pemerintahan kurang mengetahui

seperti apa psychological capital yang dimiliki oleh pegawai kontraknya. Di Dinas

Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda sendiri diketahui bahwa jumlah dari pegawai

kontrak memiliki presentase 41,6%, angka yang hampir mendekati dari separuh

pegawai yang bekerja pada dinas tersebut. Sebagai pegawai kontrak yang setidaknya

mendapatkan hak yang hampir sama dengan PNS, tentu diharapkan agar para

pegawai kontraknya memiliki potensi atau memiliki psychological capital yang

cukup memadai. Namun berdasarkan hasil studi awal yang diperoleh, dari tiga

pegawai kontrak di dinas rata-rata belum semua pegawai kontrak memiliki nilai

psychological capital yang tinggi pada setiap aspeknya.

Psychological capital sendiri telah diungkapkan sebelumnya merupakan

keadaan perkembangan psikologi positif yang menyangkut aspek hope, optimism, self

efficacy, dan resiliency. Apabila pegawai khususnya peagawai kontrak memiliki nilai

yang tinggi pada masing-masing aspek tersebut, maka dapat dikatakan pegawai

tersebut memiliki psychological capital. Psychogical capital dapat digunakan untuk

meningkatkan kompetensi dalam mencapai keuntungan dan kesuksesan organisasi

dengan melihat potensi secara keseluruhan dari pegawai kontrak tersebut. Selain itu,

Page 32: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxxii

apabila seluruh pegawai kontrak baik pria maupun wanita yang bekerja dalam Dinas

Cipta Karya Dan Tata Kota Samarinda memiliki nilai psychological capital yang

tinggi, maka kesejahteraan pegawai kontrak di lingkungan kerja akan tinggi. Dengan

dimilikinya Psychological capital pada masing-masing pegawai kontrak diharapkan

dapat meningkatkan potensi sumber daya dalam organisasi, individu yang

mengembangkan konsep lebih sehat atau positif pada diri sendiri, akan mempertinggi

produktifitas individu dan kesuksesan dari organisasi.

Perbedaan status antara pegawai kontrak pria dan wanita menjadikan mereka

memiliki beban serta tanggungjawab yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari

mereka. Perbedaan beban serta tanggungjawab tersebut bisa jadi merupakan dasar

dari permasalahan psikologis pada keduanya sehingga berdampak pada kinerja

mereka di instansi khusunya Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda.

Perbedaan nilai psychological capital bisa saja terjadi karena pada masing-

masing pegawai kontrak. Tinggi rendahnya psychological capital pada setiap

pegawai kontrak perlu diketahui oleh instansi karena berdasarkan hasil dari beberapa

penelitian terdahulu menunjukan bahwa psychological capital memiliki korelasi

positif dengan aspek lain seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Youssef &

Luthans (2007:774) menunjukan komponen hope dari psychological capital memiliki

korelasi dengan performa pekerja, kepuasan kerja pada pekerja, kebahagiaan, dan

komitmen organisasi. Selain itu penelitian dari Jensen dan Luthans (2002:304)

menujukan bahwa komponen hope juga memiliki hubungan dengan performa

finansial, kepuasan kerja, dan employee retention. Hasil penelitian Luthans dkk.

Page 33: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxxiii

(2004:321) menunjukan bahwa psychological capital memiliki korelasi negatif

dengan tingkat absen pekerja, “employee cycnism” dan intention to quit, akan tetapi

memiliki hubungan yang positif dengan kepuasaan kerja, komitmen, Organizational

Citizenship Behavior (OCB), performa pekerja, dan keefektifan kepemimpinan.

Namun, nilai psychological capital pada pegawai kontrak pria dan wanita bisa

berbeda pada setiap aspeknya. Oleh sebab itu, penting diketahui nilai masing-masing

aspek psychological capital (hope, resiliency, optimism, dan self efficacy) antara pria

dan wanita.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Psychological Capital Pada Pegawai Kontrak

Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Dinas Cipta Karya Dan Tata Kota

Samarinda”.

1.2. Rumusan Masalah

Perbedaan fenomena yang terjadi pada pegawai kontrak antara pria dan

wanita menjadi daya tarik bagi peneliti untuk mengkaji lebih dalam, khususnya dari

sisi psikologi capital yang dimiliki. Adapun yang menjadi pertanyaan dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan psychological capital pada pegawai kontrak pria dan

wanita di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda?

2. Bagaimana gambaran psychological capital pada pegawai kontrak pria di Dinas

Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda?

Page 34: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxxiv

3. Bagaimana gambaran psychological capital pegawai kontrak wanita di Dinas

Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu:

1. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan tingkat psychological capital pada

pegawai kontrak pria dan wanita di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda?

2. Untuk mengetahui tingkat psychological capital pada pegawai kontrak pria di

Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda?

3. Untuk mengetahui tingkat psychological capital pada pegawai kontrak wanita di

Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya

bagi peneliti dan khalayak intelektual. Pada umumnya, bagi pengembangan keilmuan

baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan dalam bidang

Psikologi, terutama tentang psychological capital dan pada bidang keilmuan lain,

sekaligus sebagai bahan telaah bagi penelitian selanjutnya.

Page 35: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

xxxv

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu memberikan informasi dan gambaran

umum kepada Dinas Pekerjaan Umum khususnya Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

Samarinda mengenai perbedaan psychological capital pada pegawai kontrak pria dan

wanita.

Page 36: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

20

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Psychological Capital

2.1.1 Definisi Psychological Capital

Munculnya psychological capital berawal dari pembahasan mengenai Positive

Organizational Behavior (POB), yaitu studi dan aplikasi mengenai kekuatan sumber

daya positif dan kapasitas psikologis yang dapat diukur, dikembangkan, dan diatur

demi perkembangan perfomansi di tempat kerja (Luthans, 2010:59). Kapasitas

psikologis yang dimaksud berbeda dengan traits yang bersifat statis (tetap) atau sulit

berubah, namun cenderung lebih elastis sehingga dapat mengalami perubahan

sepanjang masa hidup seseorang tergantung pada faktor situasional, seperti pengaruh

perubahan-perubahan tertentu dalam hidup atau pengalaman menjalani psikoterapi

yang ekstensif (Luthans, Yousef, & Avolio, 2007:60). Allport dan Odbert

menjelaskan bahwa trait merupakan karakteristik yang secara relatif menetap pada

diri individu, sedangkan state melibatkan tingkah Iaku, pikiran, dan tindakan yang

bisa dipelajari dan dikembangkan oleh setiap orang (feist & feist, 2010:84).

Psychological capital atau Psycap merupakan faktor inti dari kriteria POB,

yaitu (a) berdasarkan paradigma psikologi positif, (b) termasuk kedalam state

psikologi berdasarkan kriteria POB, (c) melampaui modal manusia dan modal sosial,

Page 37: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

21

21

(d) melibatkan investasi dan pengembangan untuk kembali menghasilkan

peningkatan dan mengakibatkan keunggulan kompetitif (Luthans, 2005:250).

Luthan, Youssef dan Avolio (2007:3) mendefinisikan Psychological capital

atau Psycap, sebagai:

“is an individual’s psychological capital state of development and is

characterized by: (1) having confidence to take on and put in the

necessary effort to succed at challenging task (self-efficacy); (2)

making a positive attribution about succeeding now and in the future

(optimism); (3) persevering toward goals and when necessarry,

redirecting path to goals in order to succed (hope); and (4) when beset

by problems and adversity, sustaining and bouncing back and even

beyond to attain succes (resiliency).”

Jadi, Psychological capital merupakan sebuah bagian dari perkembangan

individu manusia, dimana identik dengan: (1) memiliki kepercayaan diri untuk

mengambil dan mengerahkan upaya meraih keberhasilan akan tugas yang menantang

(self-efficacy); (2) bersikap positif tentang keberhasilan sekarang dan mendatang

(optimism); (3) tekun dalam mencapai cita-cita/tujuan dan bila diperlukan

mengalihkan cara untuk mencapai cita-cita sebagai bagian dari keberhasilan (hope);

(4) ketika dilanda masalah dan kesulitan, maka dapat bertahan dan bangkit kembali

bahkan melampaui keadaan semula untuk mencapai keberhasilan (resiliency)

(Luthan, dkk., 2007:3).

Beberapa ahli juga mengemukakan beberapa pandangan mereka terhadap

psychological capital seperti yang telah diungkapkan oleh Lehozky (2013:29) “…The

idea of “psychological capital” in this context is mentioned by Goldsmith (1997) for

the first time, which is defined as such traits of personality that define individual

Page 38: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

22

22

productivity in psychology. They include the picture one has about themselves,

attitudes to work, ethical orientation and the general approach to life…”.

Berdasarkan pendapat dari Lehozsky (2013:29) menyatakan bahwa ide mengenai

psikologi kapital disebutkan oleh Goldsmith untuk pertama kalinya, yang

didefinisikan sebagai bagian dari kepribadian yang menentukan produktivitas

individu dalam psikologi. Hal tersebut dapat berupa persepsi mengenai diri mereka

sendiri, sikap dalam bekerja, orientasi etika, dan gambaran umum mengenai

kehidupan yang turut mempengaruhi produktivitas kerja.

Selanjutnya menurut Zenguo Zhou (2009:36) definisi psychological capital

“…PsyCap refers to positive psychological resources owned by

an individual, and is useful in predicting a psychological state

synthesis of individual high performance work and happiness

index. These positive mental states can lead to positive

organizational behavior, make individuals diligently do the right

thing and obtain higher performance and job satisfaction…”.

Menurut Zenguo Zhao PsyCap atau psychological capital mengacu pada

sumber daya psikologis yang positif yang dimiliki oleh seorang individu, dan berguna

dalam memprediksi sintesis keadaan psikologis kerja kinerja tinggi individu dan

indeks kebahagiaan. Ini mental positif dapat menyebabkan perilaku organisasi positif,

membuat individu rajin melakukan hal yang benar dan mendapatkan kinerja yang

lebih tinggi dan kepuasan kerja.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

Psychological capital adalah kecenderungan tingkah laku, pikiran, dan tindakan yang

merupakan sumber daya positif yang dapat berkembang pada individu meliputi aspek

Page 39: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

23

23

self efficacy, optimism, hope, dan resiliency dan berdampak pada kinerja serta

kepuasan kerja pada pegawai kontrak (PPPK) yang diukur dengan menggunakan

PCQ (psychological capital Quesionare) dimana telah disesuaikan dengan ruang

lingkup wilayah studi.

2.1.2 Aspek-aspek Psychological Capital

Sesuai dengan definisi yang telah dipaparkan di atas, terdapat empat aspek

yang menyusun psychological capital, yaitu:

2.1.2.1 Self Efficacy

Luthans, Youssef, & Avolio (2007:38) mendefinisikan self-efficacy sebagai

suatu keyakinan atau kepercayaan diri seorang mengenai kemampuan dalam

mengarahkan motivasi, sumber-sumber kognisi, dan melakukan sejumlah tndakan

yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas dalam

konteks tertentu.

Luthans, Youssef, dan Avolio (2007:38) mengemukakan bahwa orang yang

memiliki self-efficacy memiliki karakteristik:

1. Individu menentukan target yang tinggi bagi dirinya dan mengerjakan tugas-

tugas yang sulit

2. Menerima tantangan secara senang dan terbuka

3. Memiliki motivasi diri yang tinggi

4. Melakukan berbagai usaha untuk mencapai target yang telah dibuat

5. Gigih saat menghadapi hambatan

Page 40: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

24

24

Dengan adanya kelima karakteristik tersebut orang-orang dengan self-efficacy

yang tinggi akan dapat mengembangkan dirinya secara mandiri dan mampu untuk

menjalankan tugas secara yang efektif (Luthans, dkk. 2007:38). Orang yang memiliki

self efficacy tinggi akan mampu untuk menetapkan tujuan dan memiliki tugas yang

sulit untuk dirinya. Sedangkan, pada orang yang memiliki self efficacy rendah,

individu akan memiliki keraguan-raguan, umpan balik yang negatif, kritik sosial

halangan, kegagalan yang berulang (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007:39).

Selanjutnya Luthans, Youssef, dan Avolio (2007:55) juga menyebutkan lima

penemuan penting terkait dengan self efficacy, yaitu:

1. Self-efficacy merupakan suatu bidang yang spesifik

Seorang individu bisa saja merasa percaya diri dalam menunjukan hal tertentu

namun tidak percaya diri pada hal lainnya. Hal ini menunjukan bahwa self

efficacy itu spesifik pada bidang yang ingin dilihat.

2. Hasil dari self-efficacy tergantung pada latihan dan tingkat penguasaan tugas

Individu memiliki self-efficacy tinggi dalam suatu hal tertentu karena ia sudah

pernah berlatih dan telah menguasai hal tersebut sebelumnya.

3. Self-efficacy dapat terus berkembang

Seseorang mungkin saja memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam suatu hal

tetapi ia merasa tidak nyaman ketika diminta melakukan tugas lainnya. Contoh:

seseorang yang biasa dan memiliki kemampuan menulis diminta untuk berbicara

didepan umum.

Page 41: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

25

25

4. Self efficacy dipengaruhi oleh orang lain

Pandangan orang lain terhadap diri seseorang memiliki pengaruh terhadap

evaluasi diri yang muncul

5. Self-efficacy merupakan variabel dapat dipengaruhi oleh banyak faktor

Tingkat kepercayaan diri seseorang tergantung dari banyak faktor. Faktor tersebut

dapat berupa hal yang bisa diraih masing-masing orang seperti pengetahuan dan

ketrampilan.

2.1.2.2 Optimism

Terdapat banyak definisi dalam psychological capital, salah satunya adalah

menurut seligman (dalam Luthans, Youssef, & Avolio, 2007:90) yang

mendefinisikan optimism sebagai suatu cara menginterpretasi kejadian-kejadian

positif sebagi suatu hal yang terjadi akibat diri sendiri, bersifat menetap, dan dapat

terjadi dalam berbagai situasi, serta menginterpretasikan kejadian-kejadian negatif

sebagai suatu hal yang terjadi akibat hal-hal diluar diri, bersifat sementara, dan hanya

terjadi pada situasi tertentu saja. definisi lain mengenai optimisme adalah sebuah

gambaran dalam psikologi positif sebagai harapan masa depan yang positif dan

terbuka pada perkembangan diri yang menetap.

Penjelasan lebih lanjut dari Luthans, youssef & Avolio (2007:93) mengenai

orang optimis adalah orang yang akan beranggapan segala sesuatu yang terjadi pada

dirinya merupakan hal yang memang sengaja ia lakukan dan berada dalam kontrol

dirinya. Orang tersebut secara tidak langsung akan melihat segala sesuatu hal terjadi

dalam hidupnya secara positif dan apabila suatu hal yang negatif dalam hidupnya, ia

Page 42: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

26

26

akan terus bersikap positif dan apabila percaya akan masa depannya. Pada orang yang

pesimistis, ia tidak akan perhatian pada hal yang positif dalam hidupnya bahkan ia

hanya akan fokus pada beranggapan hal yang terjadi tersebut dikarena kesalahannya

semata.

Seseorang yang optimis menjadi lebih realistik dan fleksibel. Hal tersebut

dikarenakan optimisme dalam psychological capital tidak hanya digambarkan

sebagai perasaan positif dan egois tetapi suatu pembelajaran yang kuat dalam hal

disiplin diri, analisa kesalahan masalalu, dan perencanaan pencegahan terjadinya hal

buruk (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007:96). Individu dengan optimisme yang

tinggi akan mampu merasakan implikasi secara kognitif dan emosional ketika

mendapatkan kesuksesan. Individu tersebut juga mampu menentukan memberikan

ucapan terimakasih kepada semua pihak yang terkait ketika dirinya mencapai

kesuksesan (Luthans, dkk. 2007:96).

Penjelasan diatas menunjukan bahwa seseorang yang memiliki optimism akan

mampu memandang permasalahan yang terjadi dalam hidupnya secara positif dan

menganggap hal negatif bukanlah hambatan untuk dirinya sehingga ia mampu untuk

menghadapi masa depan.

2.1.2.3 Hope

Menurut Snyder (dalam Luthans, dkk. 2007:66), hope adalah suatu keadaan

motivasi positif yang didasari oleh proses interaksi antara (1) agency/willpower

(kekuatan keinginan)–komponen ini adalah energi untuk mencapai tujuan dan (2)

Page 43: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

27

27

pathways/waypower (perencanaan untuk mencapai tujuan) untuk mencapai

kesuksesan.

Hal yang membuat hope berbeda dengan komponen lainnya adalah

komponen hope memiliki pathway yang merupakan suatu perencanaan untuk

mencapai tujuan, dan agency yang menjelaskan bahwa hope bisa diterapkan pada

kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki hope, orang tersebut akan memiliki

kemampuan untuk mencari jalan alternatif dalam menyelesaikan permasalahan

hidupnya sehari hari meskipun ia mengalami berbagai hambatan.

Luthans, dkk. (2007:68) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang bisa

dilakukan untuk meningkatkan hope pada diri seseorang. Hal yang perlu

diperhatikan adalah goal-setting. Seseorang perlu mengetahui apa yang menjadi

tujuannya sehingga ia tahu apa yang dituju dan cara yang perlu dilakukan untuk

mencapainya. Selain itu, orang tersebut perlu melakukan stepping untuk

meningkatkan hope dalam dirinya. Stepping itu sendiri merupakan suatu cara

untuk menjabarkan setiap langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Hal

terakhir yang dapat meningkatkan hope adalah reward. Reward mampu

mendorong seseorang untuk mencapai harapannya sehingga ia akan termotivasi untuk

bekerja

2.1.2.4 Resiliency

Resiliency bisa didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk memantul atau

bangkit kembali dari kesulitan, konflik, kegagalan, bahkan pada persitiwa positif,

kemajuan, dan peningkatan tanggung jawab (Luthans, dkk. 2007:116).

Page 44: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

28

28

Seseorang yang memiliki kemampuan resiliency yang tinggi mampu untuk belajar

dan berkembang dari tantangan yang dihadapi. Masten dan Reed (Luthans, dkk.

2007:116) mendefinisikan resiliency sebagai suatu fenomena dengan pola

adaptasi positif dalam konteks situasi yang menyulitkan dan beresiko.

Masten dan Reed (Luthans, dkk. 2007:117) menjelaskan bahwa

perkembangan dari resiliency itu sendiri bergantung pada dua faktor yaitu resiliency

assets dan resilience risk. Resiliency assets adalah karateristik yang dapat diukur

pada suatu kelompok atau individu yang dapat memprediksi keluaran positif di masa

yang akan datang dengan kriteria yang spesifik. Resilience risk adalah sesuatu yang

dapat meningkatkan keluaran yang tidak diinginkan, seperti pengalaman yang

tidak mendukung perkembangan diri, contohnya seperti kecanduan alkohol, obat–

obatan terlarang, dan terpapar trauma kekerasan.

Hasil temuan Youssef & Luthans (2005:303) menunjukkan bahwa resiliency

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pekerja dalam hal kepuasan,

kebahagiaan, dan komitmen pada pekerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa

resiliency memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan individu.

Jadi, keempat aspek dalam psychological capital yang sudah dijelaskan diatas

seperti self-efficacy, optimism, hope dan resiliency bersifat saling mempengaruhi satu

sama lain, sehingga keempat aspek tersebut lebih baik apabila diukur sebagai satu

kesatuan. Apabila psychological capital hanya dianalisis satu atau beberapa

karakteristik saja, penelitian tersebut menjadi tidak memadai karena psychological

Page 45: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

29

29

capital tidak akan menjadi “psychological capital” apabila salah satu dari

karakteristiknya tidak ada (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007:25).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aspek-Aspek Psychological Capital

2.1.3.1 Self efficacy

Menurut Bandura (dalam Anwar, 2009:60) ada beberapa hal yang

mempengaruhi Self efficacy, antara lain:

1. Budaya

Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (value), kepercayaam

(beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulation process) yang berfungsi sebagai

sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan self

efficacy.

2. Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self efficacy. Hal ini dapat

dilihat dari penelitian Bandura (dalam Anwar, 2009:60) yang menyatakan bahwa

wanita efikasinya lebih tinggi dalam mengelola peranya. Wanita yang memiliki peran

selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy

yang tinggi dibanding dengan pria yang bekerja.

3. Sifat dari Tugas yang Dihadapi

Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan

mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya sendiri

semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu maka akan semakin

rendah individu tersebut menilai kemampuanya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan

Page 46: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

30

30

pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi individu tersebut

menilai kemampuanya.

4. Insentif Eksternal

Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy inividu adalah insentif

yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang daat

meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu insentif yang

diberikan oleah orang lain yang merefleksikan seseorang.

5. Status Atau Peran Individu Dalam Lingkungan

Individu yang memiliki status lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol

yang lebih besar sehingga self efficacy yang dimilikinya juga tinggi. Sedangkan

individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang lebih

kecil sehingga self efficacy yang dimilikinya juga rendah.

6. Informasi Tentang Kemampuan Diri

Individu akan memiliki self efficacy tinggi, jika ia memperoleh informasi

positif mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki self efficacy yang rendah,

jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.

2.1.2.2 Hope

Weil (2000:4) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi harapan, yaitu:

1. Dukungan Sosial

Harapan memiliki kaitan erat dengan dukungan sosial. Dalam penelitianya

mengenai pasien yang menderita penyakit kronis (Releigh dalam Weil, 2000:10)

Page 47: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

31

31

mengatakan bahwa keluarga dan teman pada umunya diidentifikasikan sebagai

sumber harapan untuk penderita penyakit kronis dalam beberapa aktovotas seperti

mengunjungi suatu tempat, mendengarkan, berbicara, dan memberikan bantuan

secara fisik. Hert (dalam Weil, 2000:10) mengindentifikasikan pertahanan hubungan

peran keluarga sebagai sesuatu yang penting bagi tingkat harapan dan coping.

Sebaliknya, kurangnya ikatan sosial diatrbusikan sebagai hasil kesehatan yang lebih

buruk seperti peningkatan morbidity dan kematian awal. Individu mengekspresikan

perasaan tidak berdaya ketika mereka tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain.

2. Kepercayaan Religius

Kepercayaan religius dan spiritual telah diidentifikasikan sebagai sumber

utama harapan dalam beberapa penelitian. Kepercayaan religius dijelaskan sebagai

kepercayaan dan keyakinan seseorang pada hal positif atau menyadarkan individu

pada kenyataan bahwa terdapat sesuatu atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

untuk situasi individu saat ini. Spritual merupakan konsep yang lebih luas dan

terfokus pada tujuan dan makna hidup serta keterkaitan dengan orang lain, alam,

ataupun dengan Tuhan (Reed dalam weil, 2000:11), Releigh (dalam weil, 2000:10)

menyataka bahwa kegiatan religius merupakan strategi kedua yang paling umum

untuk mempertahankan harapan dan juga sebagai sumber dalam mendukung harapan

pada pasien dengan penyakit kronis.

3. Kontrol

Mempertahankan kontrol merupakan salah satu bagian dari konsep arapan.

Mempertahankan kontrol dapat dilakukan dengan cara tetap mencari informasi,

Page 48: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

32

32

menentukan nasib sendiri, dan kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada

harapan individu. Kemampuan individu akan kontrol juga dipengaruhi self efficacy

(Venning, dkk. Dalam Weil, 2000:11) yang dapat meningkatkan persepsi individu

terhadap kemampuan akan kontrol.

Harapan dapat dikorelasikan dengan keinginan dalam kontrol, kemampuan

untuk menentukan, menyiapkan diri untuk melakukan antisipasi terhadap stress,

kepemimpinan, dan menghindari ketergantungan. Penelitian menunjukan bahwa

harapan memiliki hubungan yang positif dengan persepsi seseorang mengenai sumber

internal dalam kontrol memiliki harapan bahwa mereka dapat mengontrol nasib

mereka sendiri. Sebaliknya, individu yang memiliki sumber kontrol eksternal

berharap untuk dikontrol oleh kekuatan atau paksaan yang berasala dari luar dirinya.

2.1.2.3 Resiliency

Everall Robin, (2006:461) memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi

resiliency, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Individual

Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga

diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu. Keterampilan kognitif

berpengaruh penting pada resiliency individu. Intelegensi minimal rata-rata

dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliency pada diri individu karena resiliency sangat

terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dan menyampaikan sesuatu lewat

bahasa yang tepat, kemampuan membaca, dan komunikasi non verbal. Resiliency

juga dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari trauma dengan

Page 49: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

33

33

menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang ditumbuhkan pada diri individu yang

bersangkutan.

Delgado (LaFramboise Teresa D, 2006:195) menambahkan dua hal terkait

dengan faktor individual, meliputi:

a. Gender

Gender memberikan kontribusi bagi resiliensi individu. Resiko kerentanan

terhadap tekanan emosional, perlindungan terhadap situasi yang mengandung resiko,

dan respon terhadap kesulitan yang dihadapi dipengaruhi oleh gender.

b. Keterikatan degan Kebudayaan

Keterikatan dengan budaya meliputi keterlibatan seseorang dalam aktivitas-

aktivitas terkait dengan budaya setempat berikut ketaatan terhadap nilai-nilai yang

diyakini dalam kebudayaan tersebut. Resiliensi dipengaruhi secara kuat oleh

kebudayaan, baik sikap-sikap yang diyakini dalam suatu budaya, nilai-nilai, dan

standar kebaikan dalam suatu masyarakat.

2. Faktor Keluarga

Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, yaitu

bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan dan melayani anak. Selain dukungan

dari orang tua struktur keluarga juga berperan penting bagi individu.

3. Faktor Komunitas

Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja.

Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

Page 50: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

34

34

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan

dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Pada umumnya di

negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan diantaranya laju pertumbuhan

penduduk, angkatan kerja, distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan,

tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya perhatian dari pemerintah.

Keterbatasan kesempatan kerja merupakan suatu keadaan dimana kurangnya

peluang setiap penduduk di suatu negara untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Keadaan tersebut dapat diakibatkan karena kurangnya keterampilan yang dimiliki

oleh setiap individu terhadap suatu jenis pekerjaan tertentu. Faktor pendidikan juga

mempengaruhi setiap individu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Keterbatasan kesempatan kerja juga memicu munculnya pengangguran sebagai

masalah sosial. Kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja merupakan kategori

masalah sosial ekonomi yang bersifat komunitas.

2.1.2.5 Optimism

Menurut para ahli ada beberapa faktor yang mempengaruhi optimism, yaitu

(Idham, 2011:23):

1. Pesimistik, sebagian orang mengatakan mereka mampu berpikir lebih positif

namn pemikiran mereka terkadang terketuk oleh sifat pesimistik sehingga untuk

merubahnya menjadi optimis dapat dimulai dari tindakan yang ditetapkan sendiri.

2. Pengalaman bergaul dengan orang laindan lingkungan sekitar membentuk

kemampuan untuk mengagumu daya tarik yang dimiliki orang lainsehingga

mambantu mereka memperoleh optimisme.

Page 51: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

35

35

3. Prasangka, prasangka hanyalah prasangka, hal tersebut bisa menjadi fakta dan

bisa pula tidak.

Pesimis, prasangka dan pengalaman bergaul dengan orang lain menjadi faktor

bagi seseorang untuk tidak larut dengan pesimis dan prasangka buruk mereka dan

selalu berpusat pada pemikiran positif yang dapat membangunnya.

2.1.3 Dampak dari Psychological Capital

Youssef dan Luthans (2007:143) melakukan penelitian untuk mengetahui

efek dari Psychological Capital dimana memiliki hubungan dengan perilaku kerja

yang diinginkan (yaitu performa kerja, kepuasan kerja, kebahagiaan kerja, serta

komitmen organisasi). Temuan ini menujukkan bahwa memang kapasitas-

kapasitas positif yang dimiliki karyawan dalam sebuah organisasi memberikan

pengaruh positif dalam mengembangkan perilaku kerja yang diinginkan tersebut,

dimana didalamnya terdapat kepuasan kerja. Luthans, dkk. (2007:569), Hedissa

(2010:5), Cetin (2011:385), dan Avey, dkk. (2011:140) yang menyatakan bahwa

terdapat korelasi yang signifikan antara Psychological Capital dan kepuasan kerja

sehingga semakin tinggi Psychological Capital partisipan maka berdampak pula

semakin tinggi kepuasan kerjanya. Dalam penelitian Nafei (2015:263) menunjukan

bahwa dimensi Psychological Capital (hope, resiliency, optimism,dan self efficacy)

memiliki hubungan yang positif dengan employee attitude (kepuasan kerja dan

komitmen organisasi). Dimilikinya Psychological Capital juga membuat karyawan

lebih efektif dalam mencapai kepuasan kerja, komitment organisasi, dan employee

Page 52: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

36

36

perfomance. Tingginya nilai Psychological Capital akan menyebabkan lebih banyak

kepuasan, lebih banyak komitmen, dan kinerja yang tinggi dari karyawan.

Hasil penelitian lain yaitu Avey (2010:17) menunjukkan bahwa Psychological

Capital dapat meningkatkan Psychological Well-Being pekerja/karyawan. Penelitian

Liwarto & Kurniawan (2015:239) menyatakan bahwa modal psikologi

(Psychological Capital) secara keseluruhan dari karyawan berhubungan positif dan

signifikan dengan dengan kinerja individual karyawan. Psychological Capital

seseorang menjadi modal utama untuk membangun perilaku positif dalam bekerja.

Psychological Capital dapat menjadi karakteristik seperti motif dan konsep diri

sesuai konsep Spencer dan Spencer (dalam Liwarto & Kurniawan, 2015:239). Hal

ini sejalan dengan penelitian Hendarman (dalam Liwarto & Kurniawan, 2015:238)

yang menguji modal psikologi secara menyeluruh dengan kinerja karyawan pada

perusahaan jasa dan manufaktur. Penelitian lain yang sejalan yaitu Soleha, dkk.

(2013:76) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keterlibatan pegawai dalam

proses penyusunan anggaran maka semakin tinggi pula kinerjanya. Hal tersebut

dikarenakan pegawai dengan tingkat partisipasi tinggi dalam anggaran akan

memiliki kepercayaan diri (self-efficacy), tingkat optimisme (optimism), tingkat

harapan (hope), dan tingkat ketahanan (resiliency) yang tinggi pula. Sehingga dapat

dikatakan bahwa Psychological Capital merupakan sebuah variabel intervening yang

memediasi hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai yang

berdampak pada peningkatan kinerja.

Page 53: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

37

37

Kesimpulannya adalah bahwa variabel psychological capital atau psycap

merupakan variabel yang apabila dimiliki oleh seseorang pekerja maka akan

memberikan dampak yang positif dalam aspek pekerjaannya, seperti memiliki

kepuasan kerja, kebahagiaan kerja, psychological well-being, komitmen organisasi

dan peningkatan kinerja.

2.1.5 Perbedaan Psychological Capital pada Pria dan Wanita

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diketahui pada setiap aspek dalam

psychological capital memiliki nilai yang berbeda-beda pada pria dan wanita. Berikut

adalah uraian dari beberapa studi empiris terkait ke-empat aspek dalam psychological

capital diantaranya Lehoczky (2013:26) menyatakan bahwa pria secara keseluruhan

memiliki psychological capital (aspek hope, self efficacy, resiliency, optimism) yang

lebih tinggi daripada wanita.

Hasil penelitian yang sifatnya lebih spesifik diungkapkan oleh Scholoveno

(2013:22) menyatakan bahwa laki-laki lebih memiliki resiliency yang tinggi daripada

wanita. Sejalan dengan Scholoveno, penelitian Mancini dan Bonano (2006:786)

menyatakan bahwa laki-laki lebih resilien dibandingkan dengan wanita. Rerata skor

resiliensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan rerata skor resiliensi perempuan. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan hasil Barends (2004:54) menunjukkan bahwa faktor

demografi meliputi usia, jenis kelamin, bahasa, ras, penduduk asli dan pendatang,

pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi. Bonano, Rennicke

dan Dekel (dalam Rinaldi, 2010:102) menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi

resiliensi adalah jenis kelamin, usia, ras, pendidikan, tingkat trauma, pendapatan,

Page 54: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

38

38

dukungan sosial, frekuensi penyakit kronis, tekanan kehidupan masa lalu dan

sekarang.

Selanjutnya, menurut Einsenberg, dkk. (2003:11) individu dengan tingkat

resiliency yang tinggi (laki-laki) mampu beradaptasi dengan berbagai macam kondisi

untuk mengubah keadaan dan fleksibel dalam memecahkan masalah, sedangkan

individu dengan tingkat resiliency yang rendah (perempuan) memiliki fleksibilitas

adaptif yang kecil, tidak mampu untuk bereaksi terhadap perubahan keadaan,

cenderung keras hati atau menjadi kacau ketika menghadapi perubahan atau tekanan,

serta mengalami kesukaran untuk menyesuaikan kembali setelah mengalami

pengalaman traumatik. Resiliency yang tinggi merupakan salah satu indikator

seseorang memiliki nilai psychological capital yang tinggi pula. Penelitian lain juga

menyatakan bahwa resiliency yang rendah berpengaruh dengan tinggi nya resiko stres

(Vesdiawati & Kumolohadi, 2008:3). Hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil

penelitian oleh Walenski (2015:4) menyatakan bahwa pria memiliki energi untuk

mencapai tujuan atau agency lebih tinggi saat mengalami stress daripada wanita.

Perilaku resiliency erat kaitannya dengan perilaku optimistis, dimana

optimistis cenderung mendorong/meningkatkan perilaku resiliency. Hal tersebut

didukung oleh hasil penelitian Karanci, dkk. (1999:14) tentang kemampuan

menyesuaikan diri terhadap gempa menemukan bahwa pria sering menggunakan

pendekatan penyelesaian masalah dan mempunyai sikap optimis dibandingkan

wanita, sedangkan wanita menggunakan pola ketidakberdayaan dibandingkan laki-

laki. Menurut Einsenberg, dkk. (2003:11), individu dengan tingkat resiliency yang

Page 55: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

39

39

tinggi (laki-laki) mampu beradaptasi dengan berbagai macam kondisi untuk

mengubah keadaan dan fleksibel dalam memecahkan masalah, sedangkan individu

dengan tingkat resiliency yang rendah (perempuan) memiliki fleksibilitas adaptif

yang kecil, tidak mampu untuk bereaksi terhadap perubahan keadaan, cenderung

keras hati atau menjadi kacau ketika menghadapi perubahan atau tekanan, serta

mengalami kesukaran untuk menyesuaikan kembali setelah mengalami pengalaman

traumatik.

Perbedaan pada aspek self-efficacy dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya yaitu jenis kelamin (gender). Menurut Bandura (1997:212) tinggi rendahnya

efikasi diri seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh

adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri

individu. Bandura (1997:213) menambahkan ada beberapa yg mempengaruhi efikasi

diri salah satunya adalah jenis kelamin (gender). Orang tua sering kali memiliki

pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan perempuan. Zimmerman

(Bandura, 1997:213) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan

kemapuan dan kompetesi laki-laki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk

sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan

mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua

menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki,

walaupun prestasi akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita

menerima perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka

terhadap kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria

Page 56: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

40

40

memiliki Efikasi Diri yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga

sebaliknya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan

nilai psychological capital pada pria dan wanita. Setiap aspek dalam psychological

capital memiliki perbedaan pada setiap jenis kelamin, untuk itulah penting diketahui

seberapa besar nilai psychological capital pada pegawai kontrak pria dan wanita.

2.2 Pegawai Kontrak

2.2.1 Definisi Pegawai Kontrak

Pegawai kontrak atau juga sering disebut sebagai PPPK yang merupakan

kepanjangan dari Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja adalah warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja

untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah (UU

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pasal 1 ayat 4. Berdasarkan

rancangan peraturan pemerintah, kriteria jabatan yang diisi oleh PPPK adalah

merupakan jabatan yang tidak berkaitan dengan perumusan dan penetapan kebijakan,

tidak berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam pertahanan dan keamanan

negara, rahasia negara dan keuangan negara. Selain itu, jabatan yang dapat diisi oleh

PPPK merupakan jabatan yang bersifat teknis operasional, pelayanan dan pendidik

profesional. Sebagai tambahan, PPPK tidak berwenang mengambil keputusan dalam

pengelolaan aset, personil dan keuangan.

Page 57: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

41

41

Dalam hal penetapan kebutuhan pegawai pemerintahan dengan perjanjian

kerja, setiap instansi pemerintah wajib menyusun kebutuhan dan jenis jabatan PPPK

berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan jumlah

PPPK dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun yang diperinci per satu tahun

berdasarkan sesuai dengan siklus anggaran. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan

PPPK ditetapkan dengan keputusan menteri dengan memperhatikan pendapat menteri

yang membidangi keuangan dan mempertimbangkan teknis dari kepala BKN.

Penyusunan kebutuhan PPPK dilakukan bersamaan dengan penyusunan kebutuhan

CPNS.

Pengadaan PPPK sendiri bertujuan untuk mengisi jabatan tertentu yang

lowong pada instansi pemerintah. Pengadaannya dilakukan melalui tahapan

perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi,

dan pengangkatan menjadi PPPK. Penerimaan PPPK dilaksanakan oleh instansi

pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi,

kebutuhan, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan. Perencanaan

pengadaan PPPK dilakukan oleh pejabat pembina Kepegawaian setelah kebutuhan

PPPK ditetapkan oleh menteri. Setiap lowongan jabatan PPPK diumukan secara luas

oleh pejabat pembina kepegawaian melalui media cetak dan elektronik. (UU Nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).

Page 58: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

42

42

2.2.2 Syarat PPPK

Untuk bisa melamar jabatan PPPK, setiap warga negara harus memenuhi

persyaratan administrasi umum sebagai berikut (BKD Kota Samarinda, 2015)

(sumber dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan daerah):

1. warga negara indonesia: berusia paling rendah 17 tahun dan paling tinggi 35 tahun

pada saat melamar.

2. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasrkan keputusan pengadilan

yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suaru

tindakan pidana kejahatan.

3. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau

dengan hormat sebagai Pegawai negeri sipil, atau diberhentikan tidak hormat

sebagai pegawai swasta.

4. Mempunyai pendidikan formal, kecakapan, keahlian dan ketrampilan yang

diperlukan

5. Tidak menjadi anggota/pengurus partai politik

6. Barkelakuan baik

7. Sehat jasmani dan rohani

8. Bersedia ditempatkan di instansi manapun dalam Pemerintah Kota/Kab di tempat

melamar

9. Memenuhi persyaratan lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

Page 59: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

43

43

2.2.3 Hak-hak Pegawai Kontrak

Berdasarkan UU no. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) pasal

22, PPPK berhak memperoleh:

1. Tunjangan

2. Cuti

3. Perlindungan,dan

4. pengembangan kompetensi

2.3. Kerangka Konseptual

Psyhological capital merupakan hasil dari pandangan yang muncul karena

adanya kebutuhan perusahaan akan pekerja yang berkualitas. Perusahaan memiliki

beragam persyaratan dan kebutuhan akan pekerja sehingga membuat perusahaan

berlomba-lomba untuk mencari pekerja yang memiliki kualitas individu yang baik

(Luthans, dkk. 2007:16). Psychological capital sendiri memilki definisi sebagai suatu

keadaan perkembangan psikologi positif yang menyangkut aspek hope, optimism, self

efficacy, dan resiliency.

Pegawai kontrak pria dan wanita yang bekerja di Dinas Cipta Karya dan Tata

Kota Samarinda memiliki karateristik dan permasalahan yang berbeda pada masing-

masing individu. Perbedaan tersebut bisa berdampak pada perbedaan nilai psikologi

positif pada masing-masing individu. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian

terdahulu yang menyebutkan ada beberapa perbedaan hasil pada studi empiris terkait

ke-empat aspek dalam psychological capital (hope, resiliency, optimism, self efficacy)

Page 60: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

44

44

diantaranya Lehoczky (2013:26) menyatakan bahwa pria secara keseluruhan

memiliki psychological capital yang lebih tinggi daripada wanita. Hasil penelitian

tersebut didukung dengan penelitian oleh Scholoveno (2013:22) menyatakan bahwa

laki-laki lebih memiliki resiliency yang tinggi daripada wanita. Resiliency yang tinggi

merupakan salah satu indikator seseorang memiliki nilai psychological capital yang

tinggi pula. Penelitian lain juga menyatakan bahwa resiliency yang rendah

berpengaruh dengan tinggi nya resiko stres (Vesdiawati & Kumolohadi, 2008:3).

Hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian oleh Walenski (2015:4)

menyatakan bahwa pria memiliki energi untuk mencapai tujuan atau agency lebih

tinggi saat mengalami stress daripada wanita.

Namun, Octaviani, dkk. (2013:8) menyatakan bahwa dalam penelitiannya

wanita yang memiliki konflik peran ganda memiliki nilai psychological capital yang

tergolong tinggi. Selain itu Patton, dkk. (2004:198) menyatakan bahwa Pada wanita

optimism sangat berpengaruh pada karir yang ingin dicapai sedangkan, pada pria

optimism dan self esteem keduanya berpengaruh pada karir yang diharapkan.

Psychlogical capital dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi dalam

mencapai keuntungan dan kesuksesan organisasi dengan melihat potensi secara

keseluruhan dari pegawai kontrak tersebut. Selain itu, apabila seluruh pegawai

kontrak baik pria maupun wanita yang bekerja dalam Dinas Cipta Karya dan Tata

Kota Samarinda memiliki psychological capital, maka kesejahteraan pegawai kontrak

di lingkungan kerja akan tinggi. Dengan dimilikinya Psychological capital pada

masing-masing pegawai kontrak diharapkan dapat meningkatkan potensi sumber

Page 61: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

45

45

daya dalam organisasi, individu yang mengembangkan konsep lebih sehat atau positif

pada diri sendiri, akan mempertinggi produktifitas individu dan kesuksesan dari

organisasi.

Selain itu, tinggi nya nilai psychological capital pada pegawai kontrak juga

memiliki hubungan yang positif dengan komitmen organisasi, perfomansi kerja,

OCB, psychological well-being, kinerja organisasi dll. Hal tersebut telah diungkapkan

lewat penelitian-penelitian terdahulu.

Perbedaan psychological capital pada pegawai kontrak pria dan wanita akan

diuraikan dalam skema kerangka berpikir berikut:

Page 62: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

46

46

2.3.1 Kerangka Berpikir

Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja (PPPK)

Kontrak

Pegawai Kontrak Pria Pegawai Kontrak Wanita

- Tidak ada jaminan perundang-undangan yang pasti perihal pengangkatan menjadi PNS

- Gaji sedikit dan seringkali bermasalah

- Beban sebagai tulang punggung keluarga

- Memiliki usaha di luar - Mengambil kerja

tambahan (lembur) lebih berat dari pegawai wanita

- Beberapa diantara mempertimbangkan untuk keluar

- Memiliki suami PNS/Karyawan Swasta

- Hanya melakukan tugas pokok dinas

- Beban kerja lebih ringan

- Kurang disiplin dalam kedatangan

- Self efficacy - Hope - Optimism - resiliency

Psychological Capital

rendah

Nilai tinggi Nilai rendah

Perfomansi kerja, komitmen organisasi, OCB, psychological well-

being

Burnout, stres kerja, absentime

Psychological Capital

tinggi

Page 63: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

47

47

Pegawai kontrak memiliki beberapa permasalahan tentang ketidakpastian

terkait pekerjaan mereka seperti tentang gaji dan Tidak ada jaminan perundang

undangan yang pasti perihal pengangkatan menjadi PNS. Selain hal tersebut ada

beberapa permasalahan lain yang terjadi pada pegawai kontrak pria dan wanita. Pada

pegawai kontrak pria misalnya, berdasarkan data awal pegawai kontrak pria yang

merupakan tulang punggung keluarga memiliki beban lebih daripada pegawai kontrak

wanita. Pegawai kontrak pria juga diketahui memiliki usaha di luar seperti kontraktor,

design toko/rumah, catering dll. Rata-rata dari mereka juga akan mengambil

pekerjaan tambahan dari dinas (lembur) yang lebih berat dari pegawai wanita. Selain

itu, beberapa dari pegawai pria juga mempertimbangkan untuk keluar dari dinas

karena terkait dengan ketidakpastian menjadi PNS.

Pada pegawai kontrak wanita, mereka rata-rata memiliki suami yang bekerja

sebagai PNS atau karyawan swasta sehingga hal itu membuat pegawai kontrak wanita

tidak memiliki pekerjaan tambahan dan tidak mengambil lembur.jadi, mereka hanya

mengerjakan tugas pokok dinas saja. Pegawai kontrak wanita juga diketahui tidak

disiplin dalam waktu kerja karena mereka sering kali terlambat karena urusan pribadi

seperti menjemput anak.

Dari beberapa karakteristik yang berbeda antara pegawai kontrak pria dan

wanita, akan mengindikasikan seberapa tinggi nilai aspek-aspek dalam psychological

capital (self-efficacy, optimism, hope, dan resiliency) pada pegawai kontrak pria dan

wanita. Apabila pegawai kontrak memiliki nilai yang tinggi pada tiap aspek tersebut,

maka dapat dikatakan bahwa pegawai kontrak tersebut memiliki psychological

Page 64: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

48

48

capital, namun manakala pegawai kontrak memiliki nilai yang rendah pada tiap aspek

tersebut diatas maka dapat dikatakan pegawai tersebut tidak memiliki psychological

capital.

Ketiadaan psychological capital (nilai yang rendah tiap aspek) pada manusia

secara umum berdasarkan beberapa hasil penelitian akan berdampak pada burnout,

stres kerja, absentisme dan lain-lain. Sedangkan, apabila pegawai kontrak memiliki

psychological capital maka hal itu akan berpengaruh pada perfomansi kerja,

komitmen organisasi, kinerja, dan OCB pada pegawai kontrak. Untuk itulah penting

diketahui oleh instansi/perusahaan, seberapa tinggi nilai tiap aspek psychological

capital yang dimiliki pegawai kontrak mereka.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, akhirnya dapat dirumuskan hipotesis

penelitian yaitu “Ada Perbedaan Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau

dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda”.

Page 65: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

120

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan mengenai psychological capital

pada pegawai kontrak pria dan wanita pada Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

Samarinda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan psychological capital yang signifikan pada pegawai kontrak

pria dan wanita di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda, dimana mayoritas

pegawai kontrak pria memiliki nilai psychological capital pada kategori tinggi

dari pegawai kontrak wanita.

2. Sebagian dari populasi pegawai kontrak pria memiliki psychological capital yang

berada pada kategori tinggi, sedangkan sebagian lainnya memiliki tingkat

psychological capital sedang.

3. Pegawai kontrak wanita sebagian besar memiliki psychological capital yang

berada pada kategori sedang, hanya sebagian kecil saja memiliki tingkat

psychological capital pada kategori tinggi. Selain itu, beberapa aspek seperti self

efficacy dan resiliency pada pegawai kontrak wanita juga ada yang masuk pada

kategori rendah.

Page 66: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

121

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan diatas, maka

peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Instansi

a. Dinas dapat memberikan pelatihan-pelatihan terkait karakteristik psychological

capital untuk meningkatkan psychological capital yang masih tergolong rendah

hingga sedang. Misalnya saja pegawai kontrak dapat meningkatkan psychological

capital mereka dengan cara, melatih diri untuk membuat target pekerjaan pribadi

yang sekiranya mudah untuk diselesaikan oleh pegawai kontrak tersebut,

misalnya membuat target untuk menyelesaikan tugas tambahan. Hal tersebut akan

membuat pegawai kontrak terlatih untuk membuat perencanaan target di masa

depan sehingga pegawai kontrak tersebut dapat menemukan alternatif-alernatif

ketika mengalami kesulitan dalam mencapai target yang sudah direncanakan.

b. Untuk meningkatkan resiliency khususnya bagi pegawai kontrak wanita, pihak

dinas bisa melakukan suatu kegiatan bersama yang dilakukan setiap akhir bulan

dengan tujuan untuk berdiskusi bersama antar pegawai kontrak sehingga apabila

terdapat permasalahan, pegawai kontrak bisa saling mendukung satu sama lain.

Kegiatan ini bisa dilakukan oleh beberapa dinas secara bersamaan sehingga bisa

diketahui macam-macam permasalahan yang dihadapi.

c. Untuk meningkatkan beberapa komponen psychological capital seperti optimism

dan hope pihak dinas dapat memberikan penghargaan “employee of the month”

Page 67: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

122

yang peneliti rasa dapat meningkatkan beberapa komponen psychological capital

khususnya optimism dan hope dan dengan adanya penghargaan tersebut pegawai

kontrak mendapat suatu kebanggan tersendiri dan termotivasi untuk

mempertahankan prestasi yang sudah diraih sehingga kinerjanya menjadi semakin

baik lagi.

2. Bagi Pegawai Kontrak

Pegawai kontrak diharapkan dapat mengikuti kegiatan pelatihan apabila diadakan

pelatihan terkait dengan aspek-aspek psychological capital.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti mengenai psychological capital

dapat mempertimbangkan jumlah partisipan penelitian selanjutnya agar

diperbanyak jumlahnya. Tidak terbatas pada Dinas Cipta Karya dan Tata Kota

Samarinda saja tetapi juga di seluruh dinas yang ada di Pemerintahan Kota

Samarinda sehingga hasil yang didapat lebih representatif untuk mewakili

pegawai kontrak pada umumnya.

b. Terdapat predisposisi antara instrumen PCQ (psychological capital Quistionairre)

dengan respon jawaban yang telah diadaptasi sehingga perlu didiskusikan lebih

lanjut agar hasil penelitian bisa lebih valid.

c. Perlu ditambahkan teori mengenai faktor-faktor dari psychological capital

sehingga akan menambah kekuatan dari teori tersebut.

Page 68: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

123

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, P.M. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Avey, J. B., Luthans, F., Smith, R. M., Palmer, N. F. (2010). Impact of psychological

Capital on employee Well-being Over Time. Journal of Occupational Health

Psychology, Vol 15, No. 1, 17-28.

Avey, J. B., Reichard, R. J., Luthans, F. & Mhatre, M. (2011). Meta-Analysis of The

Impact of Positive Psychological Capital on Employee Attitudes, Behavior and

Performance. Human Resource Development Quarterly, Vol. 22, No. 2, 127-

152.

Azwar, Saifuddin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

______________. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

______________. (2015). Dasar-dasar Psikometrika edisi II. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

______________. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bandura, Albert. (1977). Self -efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral

Change. Psychological Review, Vo. 84, No. 2, 191-215.

Barends, M.S. (2004). Overcoming adversity: An investigation of the role resilience

constructs in the relationship between socioeconomic and demographic factor

and academic caping. Thesis. Department of Psychology. University of the

Western Cape.

Cetin, F. (2011). The effect of The Organizational Psychological Capital on The

Attitudes of Commitment and Satisfaction: a Public Sample in Turkey.

European Journal of Social Science, Vol. 21, No.3, 373-380.

Eisenberg, N., Valiente, C., Fabes, A.R., Smith, L.C., Reiser, M., Shepard, A.S.,

Losoya, H.S., Guthrie, K.I., Murphy, C.B., and Cumberland, J.A. (2003).

“The reaction of effortfull control and ego control to children‟s resilience and

social functioning”. Developmental Psychology vol. 39, 761-776.

Ekasari, A., & Susanti, N. D. (2009). Hubungan Antara Optimisme dan Penyesuaian

Diri dengan Stress pada Narapidana Kasus Napza di Lapas Kelas IIA Bulak

Kapal Bekasi. Jurnal soul, Vol. 2, No. 2.

Page 69: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

124

Everall, R.D., Altrows, K, J., & Paulson, B, L. (2006). Creating a Future: A study of

Resilience in Suicidal female Adolescent. Journal of Counseling &

Development. Vol. 84, 461-472.

Feist, Jess & Feist Gregory. J. Teori Kepribadian: jilid 2. (2010). Jakarta: Salemba

Humanika.

Gresnews.com. 22/02/2014. Dilema Pegawai Kontrak PNS, Gaji di Bawah UMR.

(http://www.gresnews.com/berita/politik/1430222-dilema-pegawai-kontrak-

pns-gaji-dibawah-umr/0/ Diakses pada 9 mei 2016).

Hedisa., iman, Sukhirman., Andi, Supandi. (2012). Hubungan Psychological Capital

dengan Kepuasan Kerja pada Anggota POLRI yang sedang Mengikuti

Pendidikan di Perguruan TInggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Jurnal Fakultas

Psikologi, Universitas Indonesia, Vol. 1, No. 1, 1-8.

Hidayat, Arum & Mangundjaya, Wustari. (2010). Individual Differences in

Psychological Capital (A Study at Minning company in Indonesia). Jurnal

Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia, Vol. 2, 56-63.

Idham, Khalid. (2011). Pengaruh Self Esteem dan Dukungan Sosial terhadap

Optimism Hidup Penderita HIV/AIDS. Skripsi. Fakultas Pikologi. UIN

Jakarta

Imawati, Rochimah., Hadiansyah, Andri., Fadrijna, Aulia., Dian Marita., Gautama,

Iwan Hadi., Ramadhani, Mutiara Wulan. (2014). Hubungan Self efficacy dan

Goal Orientation Terhadap Career Development Pada Pencari Kerja PT. Bina

Talenta. Jurnal Al- Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol. 2, No. 3, 177-188.

Karanci, N.A., Alkan, N., Aksit, B., Sucuoglo, H., Balta, E. (1999). Gender

differences in psychological distress, coping, social support, and related

variables following the 1995 Dinar (Turkey) earthquake. North America

Journal of Psychology, vol 1, 189-204.

Lehoczky, Heitler Maria. (2013). The Socio-demographyc Correlations of

Psychological Capital. European Scientific journal, Vol.2013, No.29, 26-42.

Luthans, F & Jensen, SM. (2002). Hope: A New Positive Strenght for Human

Resources Development. Human Resources Development Review, Vol.1, 304-

322.

Luthans, F., Youssef, C.M. & Avolio, B.J. (2007). Psychological Capital:

Developing the Human Competitive Edge. New York: Oxford University

Press

Page 70: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

125

Luthans, Avolio, Avey, & Norman. (2007). Positive Psychological Capital:

Measurement And Relationship With Performance And Satisfaction. Journal

Leadership Institute faculty Publiations, Vol 1, No. 541-574.

Luthans, F & Youssef, CM. (2007). Emerging Positive Organizational behavior.

Journal of Management, No.33, 321-349.

Luthans, Avey, Avolio, & Peterson. (2010). The Development and Resulting

Perfomance Impact of Positive Psychological Capital. Human Resources

Development Quarterly, Vol. 21, No. 1, 41-67.

Liwarto, Imam hanafi & Albert Kurniawan. (2015). Hubungan PSYCAP Dengan

Kinerja Karyawan PT. X Bandung. Jurnal Manajemen, Vol. 14, No. 2, 223-

244.

Li, Xirui., Kan, Dan., Liu, Li., Meng, Shi., Yang Wang., Yang, Xiaoshi., et al.

(2015). The Mediating Role Psychological Capital on The Association

between Occuational Stress and Job Burnout among bank Employees in

China. Journal of Environmental Research and Public health, Vol. 12, 2985-

2993.

Mancini, D.A., and Bonano, A.G. (2006). “Resilience in the face of potential trauma:

Clinical practices and illustrations” Journal of Clinical Psychology, Vol. 62,

971-985.

Miko, Michael. (2012). Hubungan Antara Psychological Capital dan Komitmen

Organisasi Pada Perawat. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.

Nafei, Wageeh. (2015). The Effects Of Psychological Capital Employee Attitudes

and Employee Perfomance: A Study on Teaching Hospital in Egypt.

International Journal of Bussines and Management, Vol. 10, No. 3, 245-263.

Octaviani, Leni., Ilhamuddin., Susilawati, I. R. (2012). Peran Psychological Capital

terhadap Konflik Peran ganda Pada Wanita Bekerja Di kantor Pusat PT

Semen Indonesia (Persero), Tbk. Jurnal Psikologi, Universitas Brawijaya, 1-

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer

Menjadi PNS pasal 8.

Patton, Wendy., Bartrum, D. A., Creed, P. A. (2004). Gender Differences For

Optimism, Self Esteem, Ecpectations And Goals In Predicting Career

Planning And Exploration In Adolescent. Journal for Educational and

Vocational Guidance, Vol 4, No. 3, 193-209.

Page 71: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

126

Rinaldi. (2010). Resiliensi pada Masyarakat Kota Padang ditinjau dari Jenis Kelamin.

Jurnal Psikologi, Vol. 3, No. 2, 99-105.

Rego, A., Carla, M., Leal, S., Sousa, F., & Cunha, M. P. E. (2010). Psychological

Capital and Perfomance of Portuguese Civil Servant : Exploring Neutralizers

in the Context of an Appraisal System. The International Journal of Human

Resources Managemet. Vol. 21, No. 9, 1531-1552.

Scholoveno, Robert. (2015). Gender and Resilence: Implications for Nursing. Journal

School of Nursing-Camden, Rutger, The State University of new Jersey, 1-23.

Seniati, Liche, dkk. (2015). Psikologi Eksperimen. Jakarta : PT Indeks

Shahnawaz, M. G. & Jafri, H. (2009). Psychological Capital as Predictors of

Organizational Commitment and Organizational Citizenship Behaviour.

Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, Vol. 35, Special Issue,

78-84.

Soleha, N, Galih, & Tansil, L. (2013). The Effect of Budgetary Participant on job

Perfomance with Psychological Capital and Organizational Commitment as

an Intervening variable (Empirical Study on Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Daerah District of Lebak). Prosding Simposium

Nasional Akuntansi XVI-Manado.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Vesdiawati, Desi A & Kumolohadi, Retno. (2008). Hubungan Antara Resiliensi

Dengan Stres Pada Anggota POLRI. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas

Islam indonesia.

Walenski, Aundreah. (2015). Gender and Age Differences in the Development of

Hope Post Stressful Life Experiences. Faculty Advisor Oakland University, 1-

7, 2015.

Weil, C. M. (200). "Exploring Hope in Patient with End Stage Renal Disease on

Chronic Hemodialysis". Nephrology Nursing journal. diakses pada April

2017. didapat dari http://findarticles.com

Youssef, M. Carolyn & Luthans, Fred. (2007). Positive Organizational Behavior in

the Workplace: the Impact of Hope, Optimism, and Resilience. Journal of

Management, Universitas Nebraska, Lincoln, Vol. 33, No.5,774-800.

Page 72: Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis ...lib.unnes.ac.id/29948/1/1511413079.pdf · Psychological Capital Pegawai Kontrak Ditinjau dari Jenis Kelamin di Dinas Cipta

127

Youssef, CM & Luthans, F. (2005). Resiliency Development of Organizations,

Leader & Employee: Multi-level Theory Building for Sustained Perfomance.

International Journal of Oxford University, UK, Vol. 3, 303-343.

Zhao, Zhenguo & Hou, Jialin. (2009). The Study On Psychological Capital

Development Of Intrapreneurial Team. International Journal Of

Psychological Studies, Vol. 1 No. 2, 35-40.