pt. nusantara limestone awal-akhir.docx
TRANSCRIPT
PT Nusantara Limestone
TAHAPAN PERTAMBANGAN
Telpon : 0751-21227
Faksimile : (0751)-1234567
Website : www.nusalime.co.id
Email : [email protected]
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 pasal 1 ayat (1) Pertambangan
adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
I. Profil Badan Usaha
A. Dasar Hukum
1. PP No. 43 Tahun 2011 : Tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas
2. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 : Tentang
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
3. Kepmen No.39/M-DAG/PER/12/2011 : Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Perdagangan No.36/M-DAG/PER/9/2007 : tentang Penerbitan Surat Izin
Usaha Perdagangan
4. Kepmen No.37/M-DAG/PER/9/2007 : tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan
B. Prosedur/Tata Cara Pendirian Perusahaan
1. Tahap Pengajuan Nama PT
Pengajuan nama perusahaan ini didaftarkan oleh notaris melalui Sistem Administrasi
Badan Hukum (Sisminbakum) Kemenkumham. Adapun persyaratan yang dibutuhkan
sebagai berikut:
Melampirkan asli formulir dan pendirian surat kuasa;
Melampirkan photocopy Kartu Identitas Penduduk (“KTP”) para pendirinya dan
para pengurus perusahaan;
Melampirkan photocopy Kartu Keluarga (“KK”) pimpinan/pendiri PT.
Proses ini bertujuan untuk akan melakukan pengecekan nama PT (apakah Nama PT
tersebut sudah gunakan atau tidak?), dimana pemakaian PT tidak boleh sama atau mirip
sekali dengan nama PT yang sudah ada maka yang perlu siapkan adalah 2 (dua) atau 3
(tiga) pilihan nama PT, usahakan nama PT mencerminkan kegiatan usaha anda.
Disamping itu, pendaftaran nama PT ini bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari
instansi terkait (Kemenkumham) sesuai dengan UUPT dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengajuan dan
Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.
2) Tahap Pembuatan Akta Pendirian PT
Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang berwenang diseluruh wilayah
negara Republik Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan pesetujuan dari Menteri
Kemenkumham.
Patut untuk dipahami, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan akta
ini, yaitu:
1. Kedudukan PT, yang mana PT harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan
menyebutkan nama Kota dimana PT melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor
Pusat;
2. Pendiri PT minimal 2 orang atau lebih;
3. Menetapkan jangka waktu berdirinya PT: selama 10 tahun, 20 tahun atau lebih atau
bahkan tidak perlu ditentukan lamanya artinya berlaku seumur hidup;
4. Menetapkan Maksud dan Tujuan serta kegiatan usaha PT;
5. Akta Notaris yang berbahasa Indonesia;
6. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka
peleburan;
7. Modal dasar minimal Rp.50.000.000,- (lima puluh juta Rupiah) dan modal disetor
minimal 25% (duapuluh lima perseratus) dari modal dasar;
8. Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris; dan
9. Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia, kecuali PT dengan Modal Asing atau biasa disebut PT PMA.
3) Tahap Pembuatan Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
Permohonan SKDP diajukan kepada kantor kelurahan setempat sesuai dengan alamat
kantor PT anda berada, yang mana sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat
perusahaan (domisili gedung, jika di gedung). Persyaratan lain yang dibutuhkan adalah:
photocopy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir, Perjanjian Sewa atau
kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili bukan di gedung perkantoran, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Direktur, Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di
gedung perkantoran.
4) Tahap Permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Permohonan pendaftaran NPWP diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
sesuai dengan keberadaan domisili PT. Persyaratan lain yang dibutuhkan, adalah:
NPWP pribadi Direktur PT, photocopy KTP Direktur (atau photocopy Paspor bagi
WNA, khusus PT PMA), SKDP, dan akta pendirian PT.
5) Tahap berikutnya pengesahan Anggaran Dasar Perseroan oleh Menteri
Kemenkumham.
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk mendapatkan
pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (akta pendirian) sebagai badan hukum PT sesuai
dengan UUPT. Persyaratan yang dibutuhkan antara lain:
Bukti setor bank senilai modal disetor dalam akta pendirian;
Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai pembayaran berita acara
negara;
Asli akta pendirian.
6) Mengajukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun perlu untuk
diperhatikan bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama kegiatan usaha
yang dijalankannya termasuk dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLUI) sebagaimana Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009
Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
Permohonan pendaftaran SIUP diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kota
atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili PT. Adapun klasifikasi dari SIUP
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan No.36/M-DAG/PER/9/2007
tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan adalah sebagai berikut:
1. SIUP Kecil, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya
lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
2. SIUP Menengah, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat Usaha;
3. SIUP Besar, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya
lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
7) Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kota
atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili perusahaan. Bagi perusahaan yang telah
terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti bahwa perusahaan/badan usaha
telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan.
8) Tahap Berita Acara Negara Republik Indonesia (BNRI).
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Kemenkumham, maka harus di umumkan dalam BNRI dari
perusahaan yang telah diumumkan dalam BNRI, maka PT telah sempurna statusnya
sebagai badan hukum.
(Note : Persyaratan Terpenuhi)
C. Profil PT Nusantara Limestone
a) Nama Perusahaan : PT. Nusantara Limestone
b) Didirikan : 8 Oktober 2015
c) Alamat Domisili (Pusat) : Padang, Sumatera Barat
d) Lokasi Penambangan :
1. Desa : Muaro Kiawai
2. Kecamatan : Kec. Gunung Tuleh
3. Kabupaten : Pasaman Barat
4. Koordinat : 00' 33" LU - 00' 11" LS dan 99' 10" BT – 100' 04" BT
e) Nomor Telpon : 0751-21227
f) Faksimile : (0751)-1234567
g) Website : www.nusalime.co.id
h) Email : [email protected]
i) Komoditas : Batu Gamping
j) Luas Area : 650 Ha
k) Dengan batas-batas lokasi, peta lokasi wilayah usaha pertambangan (terlampir)
yaitu:
1. Batas Utara : x = 585875.00 m, y = 27982.00 m
2. Batas Timur : x = 586496.00 m, y = 27734.00 m
3. Batas Barat : x = 585451.00 m, y = 27491.00 m
4. Batas Selatan : x = 586096.00 m, y = 27246.00 m
D. Sturktur organisasi PT. Nusantara Limestone
II.
Roro Rasi Putra
Direktur utama
Khairunnas
Satuan pengawasan internal
Dwi Hariana Pane
Sekretaris Perusahaan
Afrinaldi
SM. Sistem Manajemen perusahaan
Rian Saputra
SM Akutansi dan Anggaran
Andrian Eka Putra
Direktur niaga
Rahmad Febrian I
SM Sumber Daya Manusia
Resti Prasuryani
Direktur Operasi/Produksi
Rendra Aulia Pratama
Direktur SDM dan umum
Ahmad abdillah
Direktur keuangan
Riri Rahmawati Joni
Direktur Pengembangan Usaha
III.
IV. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
A. Sumber Hukum
1. Undang-undang No.4 Tahun 2009 Bab VII : Tentang izin usaha eksplorasi
2. UU No. 4 Tahun 2009 Bab V : Tentang wilayah pertambangan
3. PP No. 23 Tahun 2010 : Tentang IUP eksplorasi
B. Cara Pengurusan
Sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2010 mengatur bahwa persyaratan IUP Eksplorasi
meliputi persyaratan:
- Administratif;
- Teknis;
- Lingkungan; dan
- Finansial
1. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk badan
usaha meliputi: Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:
1) surat permohonan;
2) profil badan usaha;
3) akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang
telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4) nomor pokok wajib pajak;
5) susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6) surat keterangan domisili.
2. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk perusahaan
firma dan perusahaan komanditer meliput, untuk IUP Eksplorasi mineral bukan
logam dari batuan:
1) surat permohonan;
2) profil perusahaan;
3) akta pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan;
4) nomor pokok wajib pajak;
5) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
6) surat keterangan domisili.
3. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk IUP Eksplorasi,
meliputi:
1) daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga pertambangan dan/atau geologi
yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun
2) peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara
nasional,
3) Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk IUP
Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam huruf d untuk IUP
Eksplorasi, meliputi:
1) bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
2) bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP
mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti
pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta
WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.
(Note : Pengurusan Selesai)
b. Peta WIUP
Gambar 2. Wilayah izin usaha pertambangan
V. Eksplorasi
A. Dasar Hukum
UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (15) : Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi,
bentuk, dimensi, sebaran,kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta
informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
B. Aktivitas PT Nusantara Limestone
Eksplorasi batugamping yang umumnya dikerjakan adalah untuk menghitung
volume cadangan dan mengetahui kualitas cadangan. Sedangkan kegiatan awal berupa
pencarian endapan (prospeksi) umumnya jarang dilakukan, karena endapan
batugamping sudah diketahui keberadaannya dan mudah ditemukan. Tahapan kegiatan
eksplorasi antara lain yaitu :
1. Pemetaan Topografi
Suatu kegiatan eksplorasi yang mempelajari, mengetahui, dan menggambarkan keadaan
area yang akan ditambang, agar kita mengetahui keaadan daerah yang akan kita
tambang secara keseluruhan. Pemetaan topografi menggunakan skala 1 : 25.000,
dimana tempat eksplorasi terletak di wilayah perbukitan antara Batang Tongar,
Kecamatan Pasaman dan Batang Kenaikan Kecamatan Gunung Teluh.
2. Pengambilan Conto Bongkah
Suatu kegiatan eksplorasi yang bertujuan mengambil conto dalam bentuk bongkahan
menggunakan sumur uji yang tujuannya untuk mengetahui penyebaran di permukaan.
Serta pengambilan coring dari pemboran sebanyak 14 buah coring.
Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel
Berikut koordinat-koordinat pengambilan sampel :
Titik Bor Koordinat
B-1585887.00 m E27852.00 m N
B-2586022.00 m E27757.00 m N
B-3586137.00 m E27684.00 m N
B-4586239.00 m E27640.00 m N
B-5586337.00 m E27597.00 m N
B-6585753.00 m E27691.00 m N
B-7585904.00 m E27622.00 m N
B-8586064.00 m E27526.00 m N
B-9586191.00 m E27466.00 m N
B-10585572.00 m E27532.00 m N
B-11585719.00 m E27469.00 m N
B-12585861.00 m E27415.00 m N
B-13585992.00 m E27356.00 m N
B-14586095.00 m E27305.00 m N
3. Pemboran Inti
Pemboran yang dilakukan untuk mengambil conto material yang akan ditambang guna
dianalisa kualitasnya. Pemboran dilakukan pada 7 titik yang berbeda, upaya untuk
menentukan luasan dan batas-batas penyebaran batu gamping yang ada di wilayah
tersebut.
4. Analisa conto
Yang dianalisa ada tiga : yaitu analisa kimia, sifat fisik batuan dan mekanika batuan.
Kegiatan eksplorasi yang meneliti kualitas material yang akan kita tambang baik secara
sifat fisik, mekanik, dan struktur kimianya. Adapun komposisi kimia yang dianalisa
adalah : Iron Trioxide (Fe2O3), Aluminium Trioxide (Al2O3), Calcium Oxide (CaO),
Sulfur Trioxide (SO3), Magnesium Oxide (MgO), Posfat Pentaoksida (P2O5),
Sodium Oxide (Na2O), Potassium Oxide (K2O), Silicon Dioxide (SiO2), Titanium
Dioxide (TiO2), Loss On Ignition (LOI). Hasil analisis kimia batuan yang
dilakukan didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil analisa KimiaKode
Sampel
Hasil Analisis Kimia (%)
CaO LOI
SiO2 Al2O3 Fe2O3 K2O
Na2O MgO TiO2 P2O5 SO3
G-1 54,1 43,2 0,12 0,096 0,12 0,029 0,041 0,53 Tt
tt 0,14
G-2 54,4 43,1 0,1 0,13 0,11 0,039 0,064 0,31 Tt
tt 0,17
G-3 53,8 42,6 0,58 0,28 0,13 0,058 0,057 0,31 Tt
tt 0,19
G-4 54,5 43,2 0,025 0,035 0,064 0,022 0,054 0,37 Tt
tt 0,11
G-5 54,3 43,4 0,32 0,16 0,23 0,046 0,056 0,72 Tt
tt 0,15
G-6 52,6 41,9 1,92 0,69 0,26 0,095 0,07 0,58 Tt
tt 0,21
G-7 53,4 42,0 0,42 0,12 0,20 0,036 0,054 0,046 Tt
tt 0
tt : tidak terdeteksi
Kual i t as b a t ug a mping da e r ah t e l i t ian
Berdasarkan hasil analisis kimia batugamping daerah penelitian terhadap 7 contoh
batuan, menunjukan bahwa, komposisi kimia rata rata CaO 53,87%, MgO 0,4 %, SiO2 0,49
%, Al2O3 0,2 %, Fe2O3 0,15 %. Mengacu kepada klasifikasi Pettijhon, yang
mengklasifikan batuan berdasarkan kandungan magnesium oksidanya (MgO) maka batuan
yang terdapat pada daerah penelitian termasuk dalam jenis batugamping dengan kandungan
rata rata MgO 0,4%% dan CaO 53,87 %. Adanya unsure Iron Trioxide (Fe2O3), Aluminium
Trioxide (Al2O3), Silicon Dioxide (SiO2), Sodium Oxide (Na2O), Potassium Oxide (K2O),
merupakan unsure pengotor yang terdapat pada batugamping, yang kehadirannya kurang
diperlukan dalam pemanfaatan dan penggunaannya dalam proses industry.
5. Perhitungan Cadangan
Menghitung jumlah cadangan yang terdapat pada daerah tersebut agar kita dapat
mengetahui berapa banyak serta kira-kira cadangan tersebut dapat kita tambang berapa
lama. Dan untuk wilayah ini telah diperhitungkan berapa cadangan yang tersedia yang
dapat ditambang dalam periode 29 tahun, dengan total cadangan sebesar 1300.000 m3.
VI. Investasi dan Analisis Kelayakan
Dasar Hukum
Undang-Undang No. 4 tahun 2009 pasal 1 ayat (16) : Studi Kelayakan adalah tahapan
kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek
yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan,
termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang.
Berikut Kesimpulan dari Analisis Kelayakan Pada Perusahaan PT. Nusantara
Limestone:
A. Investasi
a. Modal Tetap1. Pengurusan Perizinan dan eksplorasi : Rp 1.363.500.0002. Pembebasan Lahan : Rp 1.737.450.0003. Konstruksi dan Rekayasa : Rp 1.485.603.6064. Peralatan (penambangan, pengolahan, pengangkutan dan lain-
lain) : Rp 12.113.808.815b. Modal Kerja : Rp 104.069.568.960c. Sumber Dana : Rp 374.695.455.015
B. Analisis Kelayakan
a. Biaya Produksi (termasuk biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan,K-3) :
1,18 Triliun/tahun
b. Pendapatan Penjualan : 1,19 triliun/tahun
c. “Cash Flow” (aliran uang tunai) : 6.709.440.629
d. Perhitungan “Discounted Cash Flow Rate of Return”/”Internal Rate of
Return”(DCFROR/IRR) : 17,28%
e. Perhitungan “Break Even Point” (BEP) : 245.79 milyar
(Perbandingan Biaya tetap dengan nilai CMR)
f. Waktu Pengambilan Modal : 18 Tahun
Cadangan : 1.300.000 m3
Rencana Produksi : 120 ton/hari = 120 m3/hari
Umur tambang : 1.300.000 m3:120 m3/hari=10.833 hari =29
Tahun
Lama pengembalian Modal : 19 tahun
(Note : Layak untuk ditambang, Menguntungkan)
VII. Pra-Operasi Produksi
A. Pengurusan IUP Operasi Produksi
Dasar Hukum
1. Undang-Undang No.4 Tahun 2009 Pasal 39 ayat (2) : Tetang ketentuan IUP
Operasi produksi
2. PP tahun 2010 Pasal 23 : Tentang Persyaratan IUP Operasi Produksi
Cara Pengurusan
IUP Operasi Produksi, meliputi kegiatan usaha pertambangan, sebagai-berikut :
1. Konstruksi atau pekerjaan persiapan
2. Penambangan dan Pemurnian
3. Pengangkutan dan Penjualan
Pasal 23 PP tahun 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur
bahwa persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Produksi bagi Badan Usaha meliputi
persyaratan :
1. Persyaratan administratif, meliputi :
a. Surat permohonan;
b. Susunan Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Susunan Pemegang
Saham.
c. Profil Badan Usaha (Company Profile) dan Perizinannya.
d. Surat keterangan domisili.
2. Persyaratan teknis, meliputi :
a. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku
secara nasional.
b. Laporan lengkap eksplorasi.
c. Laporan studi kelayakan;
d. Rencana reklamasi dan pasca tambang.
e. Rencana kerja dan anggaran biaya.
f. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi
produksi.
g. Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
3. Persyaratan lingkungan, meliputi :
a. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
b. Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Persyaratan financial meliputi :
a. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan public.
b. Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir.
c. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran
lelang bagi pemenang lelang Wilayah Ijin Usaha Pertambangan yang
telah berakhir.
(Note : Memenuhi Persyaratan)
B. Pembersihan lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum pengupasan
lapisan penutup. Kegiatan ini dikerjakan bila pada suatu lahan yang akan ditambang
terdapat pohon-pohon besar atau semak-semak, sehingga jika tidak dilakukan
pembersihan lahan akan mengganggu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup.
Pembersihan lahan yang dilakukan oleh PT. Nusantara Limestone adalah pembersihan
ilalang yang menutupi cadangan batugamping di bawahnya, sehingga tidak
mengganggu proses pengupasan lapisan tanah penutup. Karena kondisi daerah
penambangannya berbentuk perbukitan, maka proses penambangan dimulai dari bagian
atas. Disamping itu, dibuat juga lubang-lubang dengan maksud apabila musim
penghujan luncuran batuan akan tertampung pada lubang tersebut sehingga batuan tidak
masuk ke lahan-lahan pertanian di sekitar lokasi penambangan.
VIII. Tahap Operasi Produksi
A. Proses penambangan
Secara terperinci alat-alat yang digunakan dalam proses penambangan di PT. Nusantara
Limestone adalah :
Tabel 1. Penggunaan alat PT Nusantara LimestoneNo. Alat Unit Fungsi
1 Hydraulic Rock Breaker ( HRB ) 1 Pengupasan Lapisan Penutup
2 Backhoe excavator 2 Pemuatan ke alat angkut3 Dump truck (Kapasitas 20 ton) 3 Pengangkutan ke stock pile
1. Pengupasan Lapisan Penutup (Stripping Over Burden)Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengupas lapisan tanah penutup sehingga batugamping yang memenuhi syarat dapat ditambang dengan mudah. Lapisan penutup ini dapat berupa tanah, batuan lapuk atau batuan yang menutupi bahan galian yang akan ditambang.
Rasio over burden adalah 5% sedangkan batugampingnya mencapai 95%. Ketebalan over burden bervariasi, umumnya 10 m pada wilayah datar, sedang pada lereng-lereng ketebalannya sekitar 5-6 m. Di PT. Nusantara Limestone, lapisan penutup berupa batugamping keras. Fungsi dari lapisan tanah penutup ini sebagian nantinya akan digunakan untuk mereklamasi kembali daerah penambangan. Pengupasan dilakukan dengan bantuan Hydraulic Rock Breaker.
2. Pembongkaran (Loosening)
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk melepaskan material dari batuan asalnya agar
material tersebut dapat lepas atau terbongkar sehingga mudah untuk dilakukan
penanganan selanjutnya. Kegiatan pembongkaran berlangsung 8 jam per hari dengan
total pembongkaran 100 m3.
Pembongkaran merupakan suatu kegiatan untuk melepaskan suatu material dari batuan
asalnya agar material tersebut dapat lepas atau terbongkar sehingga mudah untuk
dilakukan penanganan selanjutnya. Pembongkaran untuk batugamping yang keras atau
keprus yang keras dilakukan dengan hydraulic rock breaker, sedangkan untuk keprus
yang lunak cukup dengan menggunakan backhoe. PT. Nusantara Limestone juga
melakukan pembongkaran dengan menggunakan bahan peledak, peledakan dilakukan
pata lapisan batuan dengan tingkat kekerasan yang tinggi. Bahan peledaknya terdiri
dari detonator listik sebagai penyalaan awal, dinamit (powergel) dan ANFO sebagai
blasting agent yang merpakan campuran dari ammonium nitrat dan Fuel Oil dengan
perbandingan 95,5% : 4,5%.
3. Pemuatan (Loading)Pemuatan merupakan kegiatan pemindahan material hasil pembongkaran ke alat angkut.
Alat muat yang dapat digunakan antara lain Backhoe dan Bucket Excavator. Alat muat
yang biasanya digunakan di PT. Nusantara Limestone adalah: backhoe. Hasil bongkaran
biasanya dikumpulkan terlebih dahulu yang kemudian dimuat ke alat angkut.
Alat angkut yang dipakai untuk membawa hasil bongkaran ke tempat pengolahan antara
lain adalah dump truck yang berukuran kecil atau colt diesel.
4. Pengangkutan (Hauling)Alat angkut yang digunakan berupa Dump Truck yang jumlahnya 3 unit, yang berfungsi
mengangkut material hasil bongkaran ke tempat penimbunan sementara (stock pile)
sebelum dibawa ke pengolahan.
5. Penjemuran
Material yang berasal dari lokasi penambangan ditumpuk di stock pile, kemudian
diratakan setelah bagian atas sudah mengering kemudian dilakukan pembalikan, lokasi
stock pile ini diberi atap fiber agar uap air yang naik tidak jatuh lagi ke material.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terutama pada musim hujan
dapat meningkat sampai 88%, karena idealnya kadar air untuk pengolahan hanya sekitar
3% saja dari 12 % sebelum penjemuran . Tujuan dari penjemuran ini adalah untuk
mengurangi kandungan air dalam batugamping agar Single Toggle Jaw Crusher tidak
mengalami kesulitan dalam meremukan bongkahan batugamping.
Dilakukan di stock pile yang terbuat dari bahan fiber. Untuk musim kemarau, batu
gamping keprus akan kering dalam waktu 3 hari, sedangkan musim penghujan proses
pengeringan akan memakan waktu mencapai 1 minggu. Setelah batugamping keprus
selesai mengalami proses pengeringan, maka pengolahan siap dilakukan.
B. Proses Pengolahan (Shemelter)
Dasar Hukum
UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 103 : bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi
wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.
Dalam hal ini, pemegang dapat bekerjasama dengan badan usaha, koperasi, atau
perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK untuk pengolahan dan pemurnian
yang dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Aktivitas PT Nusantara Limestone
Proses pengolahan yang dilakukan pada PT. Nusantara Limestone adalah pengolahan
batu gamping menjadi semen. Pemembangun pabrik pengolahan bahan baku menjadi
semen atau grinding mill berkapasitas 900 ribu ton per tahun senilai Rp 200 miliar
ditargetkan selesai dalam waktu 1,5 tahun.
Gambar 1. Pengolahan Limestone PT Nusantara Limestone
Berikut tahapan proses produksi semen PT. Nusantara Limestone :
1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu kapur,
tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan
menggunakan alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang
tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur
sehingga berbentuk serbuk.
3. Bahan kemudian dipanaskan di preheater
4. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker
5. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari
proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
6. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-
bola baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
7. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip
tangki minyak pertamina)
8. Dari sini ini semen dipak dan dijual ke konsumen
Berikut produk semen yang dihasilkan dari hasil pengolahan yang dilakukan PT
Nusantara Limestone :
1. Semen Portland Type I
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah
dan air yang mengandung sulfat 0,0% - 0,10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain.
2. Semen Portland Type II
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan
sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 - 0,20 %)
dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas
tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.
3. Semen Portland Type III
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi
pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan
beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang
tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland Type V
Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung
sulfat melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah
pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit
tenaga nuklir.
5. Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang
struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan
genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
a. Oil Well Cement (OWC), Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi
dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi,
OWC yang telah diproduksi adalah class G, HSR (High Sulfat Resistance) disebut
juga sebagai "BASIC OWC". Bahan adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian
pada berbagai kedalaman dan temperatur.
b. Portland Composite Cement (PCC)
Semen ini memenuhi persyaratan mutu Portland Composite Cement SNI 15-7064-
2004. Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton.
Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan
bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian,
panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih
mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih
tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
c. Super "Portland Pozzolan Cement" (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-
0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :
1. Konstruksi beton massa (bendungan, dam dan irigasi)
2. Konstruksi beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat
(bangunan tepi pantai, tanah rawa)
3. Bangunan/instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi
4. Pekerjaan pasangan dan plesteran
5.
C. Pemasaran dan PemanfaatanBerikut strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh PT. Nusantara Limestone :
D. Tenaga kerjaJumlah tenaga kerja di PT. Nusantara Limestone ± 130 orang termasuk pimpinan, staf
karyawan, dan security. Untuk sistem operasi kerja di lapangan berlangsung selama
kurang lebih 8 jam perhari yang dimulai pada pukul 07.00 WIB. Jumlah tenaga kerja di
lapangan terdiri dari 2 operator, 2 helper, 3 driver dan isanya di pengolahan.
Untuk jaminan keselamatan kerja, maka semua tenaga kerja yang ada di PT. Nusantara
Limestone didaftarkan ke Jamsostek.
Tabel 2. Ketenagakerjaan PT Nusantara LimestoneNO ASAL STATUS
PEGAWAIJUMLAH PENEMPATAN
1 AUSTRALIA ASING 5 0RANG KANTOR PUSAT
2 CHINA ASING 10 0RANG KANTOR CABANG
3 AMERIKA ASING 2 0RANG KANTOR PUSAT
4 INDONESIA NASIONAL 25 ORANG KANTOR PUSAT
5 INDONESIA NASIONAL 25 ORANG KANTOR CABANG
6 SUMATERA BARAT PROVINSI 4 0RANG KANTOR PUSAT
7 SUMATERA BARAT PROVINSI 15 ORANG KANTOR CABANG
8 PASAMAN BARAT KABUPATEN 2 ORANG KANTOR PUSAT
9 PASAMAN BARAT KABUPATEN 12 ORANG KANTOR CABANG
10 KECAMATAN GN. TULEH
LOKAL 35 ORANG KANTOR CABANG
IX. Penutupan Tambang PT Nusantara Limestone
A. AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
Dasar hukum
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan Hidup" yang merupakan
pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.
Hasil Analisi PT Nusantara Limestone
1. Dampak Lingkungan
1) Perusakan yang terjadi adalah berubahnya fungsi lahan yang semula masih
terdapat variasi tanaman menjadi lahan yang tidak beraturan akibat bekas
penambangan yang tidak dikembalikan pada posisi sebenarnya dalam arti
menjadi lahan yang produktif.
2) Gangguan pada masyarakat hanya terjadi pada saat pengangkutan bahan galian
kapur tersebut untuk di bawa ke pengumpul yaitu timbulnya kebisingan dan
pencemaran udara yang diakibatkan oleh lalu lalangnya kendaraan/armada
pengangkut kapur tersebut.
3) Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan bahan tambang kapur
antara lain gangguan pernapasan saluran atas yang ditimbulkan dari debu atau
asap serta gangguan pendengaran yang ditimbulkan dari knalpot kendaraan
pengangkut.
4) Rusaknya lingkungan akibat pendirian pabrik semen yang mengandalkan
bahan baku dari penambangan batu kapur. Mereka juga mengkhawatirkan
hilangnya sumber air yang sangat diperlukan untuk lahan pertanian.
5) Rusaknya jalan penghubung antar dusun sepanjang kepentingan pertambangan.
6) Masyarakat sekitar menilai, eksploitasi akan menjadi awal rusaknya lahan.
2. Dampak Sosial
1) Perpindahan tempat tinggal yang berarti tergusurnya masyarakat lokal dan
digantikan oleh masyarakat pendatang yang memiliki modal lebih besar.
2) Hilangnya mata pencaharian sebagian besar masyarakat wilayah desa
pertambangan yang menggantungkan hidupnya pada keberadaan lahan
pertanian.
3) Hilangnya semangat kebersamaan dikarenakan tenaga kerja yang diserap oleh
industri semen jelas tidak akan menampung seluruh tenaga kerja yang telah
kehilangan lahan pertanian. Kondisi ini jelas akan memicu persaingan yang
menjurus pada konflik pada masyarakat sekitar lokasi pabrik semen.
4) Rusaknya tatanan sosial dan budaya karena proses industrialisasi jelas akan
memunculkan banyaknya tempat-tempat hiburan yang cenderung menuju ke
arah kemaksiatan.
B. CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 : tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara
2. UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 : Perusahaan bidang pertambangan wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, karena bergerak di bidang
sumber daya alam bidang pertambangan. Dalam Undang-Undang tersebut
dinyatakan tentang kewajiban pemegang usaha pertambangan untuk melaksanakan
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Ketentuan mengenai kewajiban dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara terdapat dalam:
Pemegang IUP dan IUPK wajib:
1. Pasal 95
a. Menerapkan kaedah teknik pertambangan yang baik;
b. Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batu bara;
d. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;dan
e. Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
2. Pasal 106
Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat,
barang dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pasal 107
Dalam melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK
wajib mengikutsertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pasal 108
(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.
(2) Penyusunan program dan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikonsultasikan kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Program PT Nusantara Limestone
Fokus kegiatan PT. Nusantara Limestone dijabarkan dalam berbagai
program/kegiatan yang menyentuh aspek-aspek pembangunan ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat lokal, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup,
pelaksanaan non diskriminasi dan penghargaan hak azasi manusia, jaminan kesehatan
dan keselamatan kerja serta upaya peningkatan kesejahteraan para karyawan, jaminan
keamanan penggunaan produk dan kepuasaan pelanggan serta menjalin hubungan
harmonis dengan masyarakat.
Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan serta Bina Wilayah,
Perseroan mengadakan kegiatan yang bertujuan memberdayakan potensi sosial ekonomi
dan penciptaan kualitas hidup yang lebih baik untuk masyarakat dan lingkungan sekitar.
Pelaksanaan PKBL dan program Bina Wilayah berpedoman pada Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Undang-Undang Perseroan Terbatas.
a) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Sasaran yang dituju dari pelaksanaan Program Kemitraan PT. Nusantara Limestone
adalah peningkatan kemampuan usaha kecil dan koperasi di sekitar wilayah operasi
Perseroan agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
Perseroan. Sedangkan sasaran dari kegiatan Bina Lingkungan adalah meningkatnya
kualitas hidup masyarakat dan tumbuh berkembangnya kesadaran akan perlunya
pendidikan, interaksi sosial dan keselarasan dengan kelestarian lingkungan.
Melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan tersebut, Perseroan
meyakini akan terjadi pertumbuhan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar Perusahaan menjadi lebih berdaya dan mandiri serta terpeliharanya hubungan
yang harmonis dan berkesinambungan antara perusahaan dengan masyarakat.
b) Program Kemitraan
Program Kemitraan PT. Nusantara Limestone disalurkan kepada mitra binaan yang
bidang usahanya mencakup seluruh sektor ekonomi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku. Perseroan mendorong tumbuhnya kewirausahaan
masyarakat dengan membantu usaha kecil sejak awal, memberikan pendampingan,
pelatihan dan bantuan pemasaran, sehingga akhirnya mampu berkembang menjadi
pengusaha yang tangguh dan mandiri.
c) Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan terutama difokuskan pada peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat yang berada di sekitar penambangan. Program-program Bina Lingkungan
dirancang berbasis kebutuhan nyata masyarakat. Untuk menjaring aspirasi masyarakat,
Perseroan melakukan pemetaan kebutuhan masyarakat melalui pendekatan kepada
kelompok-kelompok/lembaga sosial, tokoh masyarakat, pemuka agama hingga
kelompok marjinal kelompok berpenghasilan rendah. Program Bina Lingkungan
mencakup bidang pendidikan, pengembangan prasarana dan sarana umum, perbaikan
sarana ibadah, peningkatan kesehatan, pelestarian alam, bantuan bencana dan program
bantuan lainnya.
d) Program Bina Wilayah
Di samping pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang mengacu
kepada ketentuan Kementerian BUMN, Perseroan menjalankan Program Bina Wilayah
sesuai amanat pasal 74 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan potensi ekonomi masyarakat sekaligus
mewujudkan komitmen Perseroan untuk bersama-sama menciptakan kualitas hidup
yang lebih baik bagi masyarakat. Pada Program Bina Wilayah, Perseroan meningkatkan
peran sertanya dalam pembangunan fisik sarana maupun prasarana secara langsung
maupun tidak langsung, selain meningkatkan perannya dalam kegiatan kemasyarakatan.
C. Rencana Reklamasi
Dasar Hukum
UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 95 : tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU
Minerba”) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh
pemegang IUP dan IUPK, yakni:
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP
dan IUPK untuk:
1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
2. keselamatan operasi pertambangan;
3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan
reklamasi dan pasca tambang;
4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk
padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum
dilepas ke media lingkungan;
b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;
d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;
e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
Rencana PT Nusantara Limestone
Panambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi, seperti pada bentuk
lahan, kondisi tanah, kualitas air, debu, getaran, perubahan vegetasi dan fauna, dan lain
sebagainya. Reklamasi antara lain bertujuan untuk mencegah dan mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan penambangan.
Reklamasi bekas lahan penambangan dilakukan dengan membuat lubang-lubang galian
ukuran 1 x 1x 1 meter, yang selanjutnya diisi dengan tanah yang mengandung humus
agar dapat ditanami dengan pohon-pohonan. Sedangkan cekungan-cekungan yang
cukup dalam ditimbun dengan lapisan penutup.
Untuk menghindari adanya longsor ke tempat penduduk, maka model penambangannya
dibuat menyerupai benteng yang kemudian ditanami rumput gajah. Sedangkan untuk
menghindari longsor ke medan kerja, maka pada proses penggalian diusahakan tidak
sampai membentuk cekungan, maksimal tegak lurus.
Selain itu PT. Nusantara Limestone juga melakukan perluasan wilayah industri dengan
tidak melupakan kegiatan revegetasi/reklamasi, misalnya saja dengan penanaman pohon
sukun, jati, lamtoro ubi kayu dan lainnya.
LAMPIRAN
1. Conto Surat Permohonan IUP Eksplorasi 2. Conto akta pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan; 3. Conto nomor pokok wajib pajak4. Conto surat keterangan domisili5. Surat Permohonan IUP Pemurnian dan Produksi6. Conto Laporan studi kelayakan 7. Dasar Hukum Utama UU No. 4 Tahun 2009