pterigium

Upload: deni-piaggio

Post on 09-Mar-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pterigium

TRANSCRIPT

A. PTERIGIUM/PINGUEKUELA1. Anamnesaa. Identitas lengkap pasienb. Pekerjaan diluar ruangan yang sering terpapar sinar mataharic. Tempat tinggal didaerah beriklim panasd. Riwayat mata sering merahe. Tidak adanya riwayat luka pada permukaan mata (misalnya ketusuk)2. Pemeriksaan a. Lakukan pemeriksaan dengan lampu celah biomikroskopb. Lokasi lesi pada jam 3 atau jam 9, didaerah limbusc. Pterigium berbentuk lipatan bersayap dari jaringan fibrovaskular yang berasal dari konjungtiva interpalpebral dan meluas sampai kornea, biasanya di daerah nasal.d. Pinguekula berwarna putih kekuningan, lesi konjungtiva yang datar atau kadang sedikit menonjol, biasanya pada fissura interpalpebral dekat dengan limbus, tetapi tidak sampai ke kornea.3. Diagnosis banding a. Conjungtival Intraepithelial Neoplasia (CIN)b. Limbal dermoidc. Tumor konjungtiva lainnya seperti: papiloma, nevus, melanomad. Pannuse. Sklerokeratitis 4. Penatalaksanaan a. Lindungi mata dari sinar matahari, debu, dan angin (menggunakan kacamata pelindung)b. Lubrikasi permukaan mata dengan air mata buatan 4-8 kali perhari untuk mencegah iritasi.c. Untuk yang sedang mengalami peradangan: Ringan : tets mata buatan 4 kali perhari Sedang-berat : tets mata steroid (misalnya fluorometolone 0,1% 4 kali perhari) atau NSAID tetes mata 2-4 kali perharid. Tindakan pembedahan dilakukan bila: Pterigium sudah mulai menutupi visual aksis Pasien sering mengeluh matanya iritasi dan tidak berkurang dengan pengobatan yang diberikane. Follow up: Bila pasien tidak ada keluhan, dapat control 1-2 tahun Pterigium harus diperiksa secara periodic setiap 3-12 bulan, untuk menentukan apakah pterigium sudah meluas sampai menutupi visual aksis Jika mendapatkan pengobatan dengan tetes mata steroid, maka harus diperiksa setelah beberapa inggu untuk memonitor peradangannya dan TIO. Pemakaian steroid dapat diturunkan secara bertahan dan dihentikan apabila peradangan sudah menghilang5. Bahan yang dipakai a. Ethilon 10-0/vicryl 8-0b. Lidocainc. Blade 15/Cresent knifed. Spuit 1cce. Antibiotika salep6. Terapi pasca bedaha. Antibiotic oral (Amoksisilin/Cefadroksil)b. Analgesik oral (Asam Mefenamat)c. Antibiotika-Steroid tetes mata7. Tindakan pembedahan Teknik cangkok knjungtivaa. Tindakan dan antiseptic pada mata dan sekitarnyab. Anastesi topical Tetrakain 2%c. Dipasang speculum palpebra kemudian anastesi infiltrasi dengan lidokain 2% sebanyak 1-2 mL pada konjungtiva bulbid. Untuk cangkok dibuat insisi konjungtiva sampai limbuse. Dilakukan pemeriksaan secara tumpul jaringan konjungtiva dari kapsulatenonf. Dengan pisau tongkat hoki dilakukan keraktomi superfisialis didaerah limbus supaya sel stem terbawag. Konjungtiva tersebut diletakan diatas permukaan kornea dengan posisi terbalik (bagian dalam konjungtiva menghadap keatas) dan jangan dilakukan pengguntingan konjungtiva pada daerah limbus dulu.h. Dilakukan anastesi infiltrasi dengan tetrakain 2% sebanyak 1-2ml pada badan pterigiumi. Bagian leher pterigium (pada daerah limbus) diangkat dengan pinset lalu dipotong dengan guntingj. Sclera dibersihkan dari jaringan pterigium, konjungtiva dan subkonjungtiva, dipisahkan lalu sebagian jaringan subtenon dibuang sebanyak-banyaknyak. Dilakuakn pelepasan bagian apeks pterigium kira-kira 0,5 mm dari daerah bebas pterigium dengan melakukan keratektomi superfisialis menggunakan pisau tongkat hoki.l. Cangkok konjungtiva yang telah disiapkan digunting melalui limbus, digeser diatas permukaan kornea masih dalam posisi terbalik m. Bagian limbus cangkok konjungtiva diletakan pada bagian limbus yang telah dibersihkan dari jaringan pterigiumn. Dengan menggunakan 2 buah pinset anatomis cangkok konjungtiva dibalikan dan diletakan pada daerah sclera yang terbukao. Cangkok difiksasi dengan 6-7 jahitan menggunakan bengan nilon 10-0 p. Pasca operasi mata diberi salep antibiotic-kortikosteroid kemudian dibalutq. Penderita mendapat tetes mata antibiotic-kortikosteroid dan analgesik

B. Konjungtivitis Bakterialis Akut (Nongonococcal)1. Anamnesaa. Identitas lengkap pasienb. Mata merah disertai rasa seperti benda asingc. Banyak mengeluarkan kotoran matad. Mata terasa menutup rapat dan lengket pada saat bangun tidur2. Pemeriksaana. Lakukan pemeriksaan dengan lampu celah biomikroskopb. Secret berwarna kuning keputihanc. Terlihat papil pada konjungtiva tarsalis, kemosis konjungtivad. Pemeriksaan apus sekret dapat ditemukan bakteri gram positif atau gram negative dan kultur resistensi3. Penyebaba. Tersering Staphylococcus aureub. Staphylococcus epidermidisc. Streptococcus pneumoniad. Haemophilus influenza (terutama pada anak-anak)4. Penatalaksanaan a. Antibiotika topical, misalnya tets mata trimethoprim/polymyxin B atau fluoroquinolone, 4 kali perhari selama 5-7 harib. Bila penyebabnya Haemophilus influenza, harus diberikan antibiotika peroral, amoxicillin/clavulanate (20-40 mg/kg/hr, dibagi 3 dosis), karena dapat melibatkan ekstraokular (misalnya otitis media, pneumonia, dan meningitis)c. Jika berhubungan dengan dakriosistitis, maka diperlukan antibiotika sistemikd. Follow-up dilakukan setiap 2-3 hari sekali, bila sudah ada perbaikan bisa duilakukan setiap 5-7 hari sekali sampai sembuhe. Antibiotika yang diberikan disesuaikan dengan pemeriksaan apus sekret dan kultur

C. Konjungtivitis Vernalis1. Anamnesa a. Identitas lengkap pasienb. Rasa gatal, berairc. Keluhan terutama pada keadaan cuaca panas, berulang d. Terjadi pada anak-anak, tersering laki-lakie. Adanya riwayat atopic2. Pemeriksaana. Diperiksa dengan lampu celah biomikroskopb. Sekret mukousc. Giant papil pada konjungtiva tersalis superiord. Pada limbus akan terkihat deposit eosinofil membentuk benjolan kecil berwarna keputihan, yang disebut sebagai Horner-Trantas dotse. Shield ulcer pada kornea terlihat sebagai ulkus dengan batas tegas, steril, infiltrat berwarna putih keabu-abuanf. Keratitis pungtata superfisialis 3. Penatalaksanaan a. Obati alerginya dengan mast cell stabilizer (misalnya lodoxamide 0,1% atau pemirolast 0,1% 4 kali perhari) atau mast cell stabilizer dan atau antihistamin (misalnya nedocromil 2%, olopatadine 0,1%, ketotifen 0,025% atau azelastine 0,05% 2 kali perhari) selama 2-3 minggub. Jika sudah terjadi shield ulcer perlu ditambahkan: Steroid topical (misalnya loteprednol 0,5% atau prednisolon tetes 1%, dexametasone 0,1% salep) 4-6 kali perhari Antibiotic topical (misalnya salep eritromisin atau bacitracin 4 kali perhari dan tetes polymixin/bacitracin tetes 4 kali paerhari) Siklopegik (misalnya scopolamine 0,25% kali perhari) Ditambahkan anti alergi tetes matac. Kompres dingin 4 kali perharid. Pertimbangkan pemberian siklosporin 0,05% (misalnya Restasis) 2 kali perhari jika tidak berespon baik dengan pengobatan yang kita berikan sebelumnya (setelah pemberian beberapa minggu).e. Jika berhubungan dengan dermatitis atopic pada kelopak mata, pertimbangkan pemberian tacrolimus 0,03% sampai 0,1% 2-4 kali perhari, salep mata steroid (misalnya fluorometolone 0,01% 4 kali perhari), atau pimecrolimus 1% 2 kali perhari.f. Follow updilakukan setiap 1-3 hari sekali jika ada shield ulcer, jika tidak ada dapat control 1 minggu sekali.g. Obat-obat topical dapat diturunkan pemberiannya secara bertahap jika sudah ada perbaikan.h. Pada pemberian steroid topical, harus dilakukan monitoring tekanan bola mata secara teratur.

D. KATARAK1. Pemeriksaan Prabedaha. Menentukan tajam penglihatan kedua matab. Mengukur tekanan intraocularc. Melakukan funduskopi untuk melihat keadaan segmen posteriord. Pada katarak matur dengan reflex fundus (_) dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)e. Pemeriksaan biometrif. Pemeriksaan interferometer : pada kasus katarak dengan tajam penghilatan yang tidak sesuai dengan kekeruhan kataraknya.g. Tindakan bedah dilakukan pada satu mata dengan tajam penglihatan yang lebih buruk dengan prognosis yang baik, dilanjutkan satu mata lainnya.2. Persiapan PraBedaha. Informed consent: setiap penderita katarak yang akan menjalani bedah katarak harus menerima penjelasan dari dokter yang akan melakukan tindakan bedah pada penderita tersebut akan menandatangani surat persetujuanb. Dapat diberikan antibiotika topical 1-3 hari prabedah 4 kali/haric. Katarak komplikata dengan uveitis, tindakan bedah dilakukan setelah proses inflamasi tenang selama 3 bulan dan berikan steroid sistemik 1m/kg BB 1-2 minggu prabedahd. Terapi infeksi konjungtiva, kornea dan palpebrae. Drapping/gunting bulu mataf. Midriatika di RR OKB dengan midriasis topical, efrisel topical dan siklopentolat topical. Pada penderita hipertensi, efrisel tidak diberikan.g. Diclofenac 0,1%, ketorolak 0,5% bromfenac 0,09% atau nepafenac 0,1% diberikan 2-4 kali sehari, mulai 3 hari sebelum operasi, hingga 6-8 minggu pasca operasi pada orang normalatau hingga 8-12 minggu pada penderita dengan risiko tinggi terjadinya CME (diabetes, uveitis, vaskulopati dan complicated surgery) untuk mengendalikan miosis, tatalaksana nyeri pasca operasi dan mengendalikan inflamasi pasca operasi.3. Pemasangan Lensa Intraokulara. Semua penderita katarak senilisb. Pemasangan lensa intraocular pada penderita katarak juvenilis dengan mempertimbangkan kemungkinan reaksi inflamasic. Pemasangan lensa intraocular bilik mata depan atau fiksasi sklera untuk kasus-ksus yang diindikasikan dikonsulkan ke unit KBR.d. Pemasangan lensa intraocular sekunder dikonsulkan ke unit KBR4. Prosedur Bedah Katarak1. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsulara. Dilakukan desinfeksi lapang operasi dengan betadine 10%b. Dipasang facial drapec. Dipasang speculum palpebrad. Diberikan anestesi local dengan perbulbar atau subtenon dengan lidokain2% 2-4cce. Dilakukan pemasangan fiksasi otot rektus superior dengan benang silk 4-0f. Dibua flap konjungtiva fornix basedg. Dilakukan perawatan pedrahan dengan kauterh. Dibuat insisi lamellar groove tegak lurus kira-kira 0,5 mm posterior dari limbus sepanjang 8-12 mmi. Bilik mata depan ditembus dengan pisau silet/blade 15 lewat insisi lamellar.j. Dibuat jarum kasulotomi dengan cara membengkokan ujung dan pangkal jarum no 25k. Bila fundus reflex buruk, dimasukkan trypan blue ke bilik mata depan, kemudian diirigasil. Dimasukkan viskoelastik ke bilik mata depan.m. Dilakukan kapsulektomi baik model can-opener atau kapsulorheksisn. Dilakukan hidrodiseksi terutama untuk katarak yang belum matur bila kapsulotomi berupa kapsulorheksiso. Dilakukan pelebaran incise ke kanan ke kiri dengan gunting kornea.p. Dilakukan ekstraksi nucleus lensa dengan kompresi di daerah limbus jam 12 dengan lens loop dan limbus jam 6 dengan muscle hook.q. Dibuat jahitan 3 buah dengan ethilon 10-0 yaitu satu buah pada jam 12 dan dua buah di sudut kanan kiri dari incise yang sudah dibuatr. Dilakukan pembersihan sisa massa lensa dengan irigasi-aspirasi menggunakan kanula simcoe sampai bersih di semua sectors. Bila tanpa pemasangan IOL, maka diinjeksikan cairan viskoelastik secukupnya untuk mengisi bilik mata depan dan kantung kapsulart. Dipasang IOL dengan hati-hati, sebelumnya membuka jahitan di jam 12, haptik lensa pertama dimasukkan di bawah sulkus atau di bawah kapsul anterior pada jam 6u. Haptik lensa kedua dimasukkan pada posisi jam 12 dengan cara sedikit ditekuk atau didorong terus ke kiri.v. Dilakukan pemutaran lensa sekitar 90 derajat dengan rotator ke arah jam 9 15w. Dibuat jahitan kornea sklera 2-4 jahitan denan ethilon 10-0x. Dilakukan aspirasi-irigasi dengan kanula simcoe untuk mengeluarkan cairan viscoelastiky. Bila perlu dimasukkan miostat ke dalam bilik mata depan z. Diberikan injeksi garamisin deksametason subkonjungtiva dan salep mata antibiotikaaa. Spekulum palpebra dibukaab. Dilakukan penutupan mata dengan kassa stteril dan diplester

E. Glaukoma Sudut Terbuka Primer1. DefinisiKelainan optic neuropati kronis dengan progresifits lambat yang ditandai dengan keruskan saraf optic dan hilangnya lapang pandang2. GejalaBiasanya asimptomatik sampai fase lanjut3. Tandaa. Tekanan intraocular lebih dari 21 mmHgb. Sudut bilik mata depan terbuka pada pemeriksaan gonioskopic. Terdapat kerusakan glaucomatous optic neuropathyd. Defek lapang pandang yang sesuai dengan kerusakan glaucomatous optic neuropathy4. DiagnosisBandingBila sudut bilik mata depan terbuka pada pemeriksaan gonioskopia. Hipertensi ocularb. Physiologic optic nerve cuppingc. Glaukoma sudut terbuka sekunderd. Glaukoma normotensie. Optik atrofif. Defek optic neuropati congenitalg. Optic nerve drusen5. Bila sudut bilik mata depan tertutup pada pemeriksaan gonioskopia. Glaukoma sudut tertutup primer6. Penatalaksanaana. Anamnesisb. Evaluasi pemeriksaan glaucoma dasar1. Pemeriksaan mata lengkap meliputi tajam penglihatan, papillary assessment, pemeriksaan lapang pandang konfrontasi, pemeriksaan slit-lamp biomiskrop, tonometri applanasi, gonioskopi, pemeriksaan funduskopi pada pupil lebar2. Dokumentasi dasar pemeriksaan diskus optikus (foto fundus) dan lapang pandang (Humphrey visual field testing)3. Pengukuran ketebalan kornea sentral7. Pengobatana. Medikamentosa1. Prostaglandin analogLatanoprost 0,005% bimatoprost 0,03% travoprost 0,004% 1 dd gtt 1 (malam)2. Beta blokerTimolol maleat 0,25%, 0,5% 2 dd gtt 13. 2 agonis selektifbrimodine 0,1% 3 dd gtt 14. Karbonik anhidrase inhibitor topicalDorzolamide 2% brinzolamide 1% 3 dd gtt 15. Karbonik anhidrase inhibitor sistemikAcetazolamide 250mg 3 dd 1Monitor kadar kalium selama pemberian karbonik anhidrase inhibitor sistemikb. Laser1. Argon laser trabekuloplasti2. Selektif laser trabekuloplastic. Operatif1. Trabekulektomi