ptk media komik

Upload: dedihariyant2

Post on 16-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Skripsi

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    1/164

    1

    PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    MENGGUNAKAN DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA

    MATERI BILANGAN BULAT

    SISWA KELAS IV MI MUJAHIDIN

    PARIMONO JOMBANG

    TAHUN 2012/2013

    Skripsi

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    dalam memperoleh gelar Strata Satu

    Program Studi Pendidikan Matematika

    Oleh :

    RUDI SETYAWAN

    NIM. 095016

    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

    JOMBANG

    2013

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    2/164

    2

    SKRIPSI

    PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    MENGGUNAKAN DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA

    MATERI BILANGAN BULAT

    SISWA KELAS IV MI MUJAHIDIN

    PARIMONO JOMBANG

    TAHUN 2012/2013

    Oleh :

    RUDI SETYAWAN

    NIM. 095016

    disetujui pada tanggal 23 Januari 2013

    Pembimbing,

    Heri Susanto, S.Pd., M.Ed.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    3/164

    3

    SKRIPSI

    PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    MENGGUNAKAN DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA

    MATERI BILANGAN BULAT

    SISWA KELAS IV MI MUJAHIDIN

    PARIMONO JOMBANG

    TAHUN 2012/2013

    yang telah dipersiapkan dan disusun oleh

    RUDI SETYAWAN

    NIM. 095016

    Dewan Penguji

    Nama Tanda Tangan

    Ketua Penguji : Wiwin Sri Hidayati, S.Pd., M.Pd. ............................................

    Penguji I : Heri Susanto, S.Pd., M.Ed. ............................................

    Penguji II : Rifa Nurmilah, S.Pd., M.Pd. ............................................

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi

    Pendidikan Matematika

    Wiwin Sri Hidayati, S.Pd., M.Pd.

    Mengesahkan,

    Kepala Pusat Penelitian

    dan Pengabdian kepada Masyarakat

    Dr. Heny Sulistyowati, M.Hum.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    4/164

    4

    MOTTO

    Tidak seorangpun dapat kembali kemasa lalu untuk membuat

    awal yang baru. Namun setiap orang dapat melalui hari ini

    untuk membuat satu akhir yang baru

    Prestasi adalah apa yang mampu kamu lakukan..........

    Motivasi menentukan apa yang kamu lakukan...........

    Sikap menentukan seberapa baik kamu melakukannya.........

    Kamu tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya.......

    sampai kamu menyukai apa yang sedang kamu

    kerjakan.........

    Lakukanlah apa yang menjadi kata hatimu selagi hal itu baik.....

    dan tiada kata selain kata SEMANGAT

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    5/164

    5

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini dipersembahkan untuk semua yang mengisi hari-hari yang

    indah dengan suka dan duka, dengan doa dan dukungan, dengan kasih dan

    sayang .....

    1. Ibu dan nenek tercinta, serta seluruh keluarga terima kasih atas segala doa,

    kasih sayang, dukungan yang berupa materi dan semangat serta selalu

    menemani dan mengiringi langkah dalam mengayuh sebuah arti kehidupan.

    2. Dosen pembimbing Bapak Heri Susanto, S.Pd., M.Ed yang senantiasa sabar

    untuk membimbing dan memberikan kemudahan dalam setiap bimbingan.

    3. Seseorang yang telah mempertahankan semangat ini agar senantiasa menyala

    dan berkobar, membantu mengiringi proses yang begitu panjang dengan

    kebahagiaan.

    4. Mas Agus Suliswanto, sahabat sekaligus figur seorang kakak yang menjadi

    motivator dan inspirator untuk bisa menjadi lebih baik dan menjadi orang

    yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap masalah serta telah

    banyak membantu dalam perjalanan menempuh pendidikan di STKIP PGRI

    Jombang.

    5. Teman-teman, Eka, Rifan, Evi, Sartika, Dedi, Aini, Mbak Kiki yang telah

    membantu memberikan masukan demi terselesaikannya karya ini.

    6. Serta teman-teman Prodi Pendidikan Matematika khususnya 2009-D dan

    semua pihak yang telah membantu, terima kasih atas doa dan semangatnya.

    Saya persembahkan doa semoga apa yang telah dilakukan mendapat

    balasan dari Allah SWT melalui cara-Nya. Amin.................

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    6/164

    i

    ABSTRAK

    Setyawan, Rudi. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan dan

    Tanpa Menggunakan Media Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV MI

    Mujahidin Parimono Jombang Tahun 2012/2013. Program Studi

    Pendidikan Matematika. Dosen Pembimbing : Heri Susanto, S.Pd.,M.Ed.

    Kata Kunci : hasil belajar matematika, media komik, bilangan bulat.

    Permasalahan yang menjadi isu utama bagi dunia pendidikan adalah hasil

    belajar matematika siswa selalu rendah. Hal ini dikarenakan karakteristik

    matematika bersifat abstrak serta siswa kurang minat untuk mempelajari konsepmatematika. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti membuat media komik

    matematika agar siswa dapat tertarik dan lebih mudah memahami konsep bilangan

    bulat pada khususnya dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan

    tanpa menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin

    Parimono Jombang tahun 2012/2013.

    Rancangan penelitian yang digunakan adalah True Experimental Designs

    dimana adanya kelas kontrol yaitu kelas yang pembelajarannya tanpa

    menggunakan media komik matematika sedangkan kelas eksperimen yaitu kelas

    yang pembelajarannya menggunkana media komik matematika. Dalam penelitianini digunakan instrumen berupa tes untuk mengumpulkan data. Sampel dalam

    penelitian ini adalah siswa kelas IV Al-Ulama sebagai kelas eksperimen yang

    pembelajarannya menggunakan media komik matematika dan siswa kelas IV Al-

    Amjad sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan media

    komik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika

    siswa.

    Data yang dianalisis adalah data hasil tes siswa. Analisis yang digunakan

    dalam pengujian hipotesis adalah uji-t baik secara manual maupun SPSS.

    Berdasarkan perhitungan secara manual diperoleh thitung (2,314765552) tidak

    berada pada daerah penerimaan H0. Selain itu berdasarkan output SPSSdidapatkan nilai probabilitas hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar

    0,025 yang lebih kecil dari (0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi

    terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa

    menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin

    Parimono Jombang Tahun 2012/2013.

    i

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    7/164

    ii

    ABSTRACT

    Setyawan, Rudi. 2013. The Difference of Mathematics Learned Achievement

    Using and without Using Media to Integer Material students at Fourth

    of MI Mujahidin Parimono Jombang in Academic Year 2012/2013.

    Mathematics Department. Advisor: Heri Susanto, S.Pd., M.Ed.

    Key Words:Mathematics Learned Achievement, Comic Media, Integer Material

    The main issue of problem in education is mathematic learned achievement

    of students are always low. It is caused ambiguity characteristic of mathematic

    and the students less to learn the concept of mathematic. To overcome theproblems, the researcher makes Mathematic comic media to the students in order

    to be able to attract and especially understand the concept of integer in learning

    process. The objective of this research is to know the difference of Mathematics

    Learned Achievement Using and without Using Mathematics Media to Integer

    Material students at Fourth of MI Mujahidin Parimono Jombang in Academic

    Year 2012/ 2013.

    For the research design, the researcher uses true experimental design where

    there are the control group and experiment group. The control group is the group

    that the learning process does not use Mathematic comic media whereas

    experiment group is the group that the learning process uses Mathematics comicmedia. For the data collection techniques, the researcher uses test. Sample from

    this research a students at fourth Al-Ulama as experimental group so that using

    mathematic Comic Media and at fourth Al-Amjad as control group without using

    mathematic Comic Media. Control variabel from this research is a learned the

    student.

    The analyzed data is data from result of students test. Test T is used in

    testing hypothesis manually and SPSS. Based on the manual calculating, it is

    gotten from t accounting; it shows 2,314765552 which bigger than t table that

    show 2,02. Besides, based on SPSS output gained probability score from the

    achievement of control group and experiment group show 0,025 smaller than (0,05) so Ho is refused and Hi is received. So, there is difference of Mathematics

    Learned Achievement Using and without Using Mathematics Comic Media to

    students at Fourth of MI Mujahidin Parimono Jombang in Academic Year 2012/

    2013.

    ii

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    8/164

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik

    serta hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan Judul

    Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan dan Tanpa Menggunakan

    Media Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV MI Mujahidin Parimono Jombang

    Tahun 2012/2013 tepat pada waktunya.

    Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

    memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika di STKIP PGRI Jombang.

    Meskipun peneliti banyak mengalami kesulitan serta hambatan, atas usaha peneliti

    dan bimbingan dari Ibu/Bapak Pembimbing maka kesulitan tersebut dapat teratasi.

    Tidak lupa peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, terutama kepada:

    1. Winardi, SH., M.Hum., selaku Ketua STKIP PGRI Jombang.

    2. Dr. Heny Sulistyowati, M.Hum., selaku Kepala P3M STKIP PGRI Jombang.

    3. Wiwin Sri Hidayati, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika.

    4. Heri Susanto, S.Pd., M.Ed., selaku Pembimbing yang telah memberikan

    bimbingan dan arahan demi perbaikan penelitian.

    5. Drs. Abdul Adzim, S.E., M.Si., selaku Kepala MI Mujahidin Parimono

    Jombang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan

    penelitian.

    iii

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    9/164

    iv

    6. Ahmad Fauzudin, S.Pd., selaku Guru Bidang Studi Matematika Kelas IV MI

    Mujahidin Parimono Jombang yang telah banyak memberikan masukan pada

    peneliti demi terselesaikannya penelitian.

    7. Segenap keluarga yang memotivasi dalam penyelesaian penelitian ini.

    8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan

    satu-persatu.

    Semoga segala bantuan yang telah diberikan dicatat oleh Allah SWT

    sebagai amal baik dan senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda

    (Amin).

    Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak

    kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang

    bersifat membangun dari pembaca senantiasa peneliti harapkan demi

    kesempurnaan skripsi ini.

    Akhirnya semoga penelitian ini bermanfaat bagi semuanya.

    Jombang, 23 Januari 2013

    Peneliti

    iv

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    10/164

    v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    LEMBAR PERSETUJUAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    HALAMAN MOTTO

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    ABSTRAK ....................................................................................................... i

    ABSTRACT ..................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Batasan Masalah ...................................................................... 5

    C. Rumusan Masalah .................................................................... 5

    D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

    E. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

    F. Asumsi Penelitian ..................................................................... 7

    G. Definisi Operasional .................................................................. 7

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Hakikat Matematika ................................................................. 9

    B. Teori yang Terkait dalam Belajar ............................................ 10

    v

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    11/164

    vi

    C. Hasil Belajar Matematika ......................................................... 20

    D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar .. 21

    E. Karakteristik Matematika ......................................................... 25

    F. Media Pembelajaran ................................................................. 29

    G. Media Pembelajaran Komik Matematika................................. 38

    H. Tinjauan Materi Bilangan Bulat ............................................... 42

    I. Hipotesis ................................................................................... 44

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian .............................................................. 46

    B. Populasi dan Sampel ................................................................ 48

    C. Instrumen Penelitian................................................................. 49

    D. Perangkat Pembelajaran ........................................................... 50

    E. Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 51

    F. Teknik Analisis Data ................................................................ 54

    G. Prosedur Penelitian................................................................... 58

    BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    A. Pengembangan Instrumen ....................................................... 60

    B. Deskripsi Data ......................................................................... 60

    C. Analisis Data ............................................................................ 63

    D. Interpretasi................................................................................ 69

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ................................................................................. 71

    B. Saran ......................................................................................... 71

    vi

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    12/164

    vii

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... x

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    vii

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    13/164

    viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Keterangan Halaman

    3.1 Desain Penelitan 47

    3.2 Pedoman untuk memberikan interpretasi dari koefisien

    korelasiproduct moment 52

    4.1 Nilai Siswa dari Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

    di MI Nurul Ulum Jerukwangi Kandangan 61

    4.2 Nilai Hasil Tes Siswa Kelas Eksperimen di MI Mujahidin

    Parimono Jombang 61

    4.3 Nilai Hasil Tes Siswa Kelas Kontrol di MI Mujahidin

    Parimono Jombang 62

    4.4 Nilai Koefisien Korelasi antara X dan Y 64

    viii

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    14/164

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Keterangan Halaman

    1 Kisi-kisi soal Validitas dan Reliabilitas 73

    2 Lembar soal Validitas dan Reliabilitas 75

    3 Alternatif Jawaban 77

    4 Silabus 78

    5 RPP Kelas Kontrol 81

    6 RPP Kelas Eksperimen 88

    7 Lembar Penilaian Hasil Belajar 95

    8 Foto Media 97

    9 Kisi-kisi Soal tes 98

    10 Lembar Soal (Tes Hasil Belajar) 100

    11 Alternatif Jawaban 102

    12 Perhitungan uji validitas (manual) 103

    13 Perhitungan uji validitas (SPSS) 107

    14 Perhitungan uji reliabilitas (manual) 111

    15 Perhitungan uji reliabiltas (SPSS) 115

    16 Perhitungan uji normalitas (manual) 116

    17 Tabel persiapan analisis data 120

    18 Perhitungan uji homogenitas (manual) 121

    19 Perhitungan uji t (manual) 122

    20 Perhitungan uji t (SPSS) 125

    21 Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment 126

    22 Tabel Distribusi t 127

    23 Tabel Distribusi Chi-kuadrat 128

    24 Tabel Distribusi F 129

    25 Tabel Distribusi Z 130

    26 Dokumentasi 131

    27 Media Komik Matematika

    ix

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    15/164

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah

    Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

    persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan

    merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju,

    membangun dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu

    mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha

    mereka akan gagal (Budiningsih, 2005:1).

    Menurut Sagala (2011:3) pendidikan dapat dimaknai sebagai proses

    mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi dewasa yang mampu hidup

    mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar

    dimana individu itu berada. Sedangkan menurut UU SISDIKNAS (No. 20

    Tahun 2003) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

    yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

    Jadi, pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari semua

    lapisan masyarakat agar usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas

    pendidikan sebagai upaya pembangunan negara dapat berjalan dengan baik dan

    lancar.

    1

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    16/164

    2

    Salah satu tahapan pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap

    kualitas pendidikan adalah pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Pada

    tingkatan inilah mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan yang

    memegang peranan penting dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti

    jenjang pendidikan selanjutnya (Fatra, 2008:60).

    Banyak sekali mata pelajaran yang harus dipelajari dibangku Sekolah

    Dasar misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu

    Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan lain sebagainya. Matematika

    adalah salah satu mata pelajaran yang penting dan harus dipelajari. Pelajaran

    Matematika banyak memberi manfaat pada kehidupan sehari-hari serta

    berpengaruh terhadap mata pelajaran lain. Misalkan matematika digunakan

    untuk menghitung skala yang akan digunakan untuk menggambar sebuah peta

    pada pelajaran IPS.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan salah satu mata

    pelajaran yang wajib dipelajari dan dikuasai. Matematika wajib dipelajari pada

    jenjang pendidikan formal karena peranan matematika dapat diaplikasikan

    dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga merupakan dasar

    untuk menguasai ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

    Menurut Arifin (2010:39) permasalahan penting yang sampai saat ini

    masih menjadi isu utama bagi dunia pendidikan adalah mengapa hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran matematika selalu rendah. Selain itu, menurut

    Asmin (dalam Arifin, 2010:39) keprihatinan ini diperkuat oleh temuan Third

    International Mathematics and Science Study ( TIMS) tahun 1999, bahwa

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    17/164

    3

    kemampuan penguasaan matematika siswa Indonesia menduduki peringkat ke-

    34 dari 38 negara yang disurvei.

    Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan hasil belajar

    matematika siswa rendah. Salah satunya adalah permasalahan yang bersumber

    dari karakteristik matematika (Arifin, 2010:48). Selain itu, dalam teori

    perkembangan intelektual yang dikembangkan Piaget, siswa SD berada pada

    tahap operasi konkret. Bila diberikan konsep matematika tanpa contoh konkret,

    siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Jika hal ini terjadi,

    kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa tidak minat mempelajari konsep

    matematika itu (Fatra, 2008:60). Kegagalan komunikasi juga merupakan salah

    satu penyebab hasil belajar siswa rendah karena proses belajar mengajar adalah

    proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen

    pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen

    pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran (Sanjaya, 2011:162).

    Berdasarkan pengalaman yang didapat langsung oleh peneliti pada

    saat melakukan bimbingan belajar (les) dengan materi bilangan bulat, banyak

    siswa yang mendapatkan nilai di bawah 6. Padahal bilangan bulat merupakan

    dasar yang paling utama untuk mengerjakan berbagai persoalan yang ada di

    matematika. Kebanyakan siswa tidak mengerti konsep bilangan bulat yang

    bersifat abstrak dan kurang minat untuk mendalami materi tentang bilangan

    bulat tersebut.

    Hal ini merupakan tantangan bagi kita agar selalu mencari mencoba

    pendekatan pengajaran yang sesuai dengan siswanya. Pada pendidikan sekolah

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    18/164

    4

    dasar khususnya anak yang berada pada tahap operasional konkret, diperlukan

    suatu media atau alat untuk membantu mengabstraksikan materi matematika

    serta dapat membantu menyampaikan materi pelajaran sehingga konsep dapat

    diterima dengan baik oleh siswa. Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15)

    mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar

    mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan

    motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-

    pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat

    siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan

    pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan

    penafsiran data, dan memadatkan informasi.

    Menurut Munadi (2010:56) salah satu media pembelajaran yang dapat

    digunakan dalam pembelajaran adalah media visual yaitu media yang hanya

    melibatkan indera penglihatan. Ada beberapa jenis media visual berupa media

    cetak grafis salah satunya berupa komik. Sudjana & Rivai (2010:64)

    menyatakan komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang

    mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat

    dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada

    para pembaca. Penggunaan komik sebagai media dalam pembelajaran di

    Sekolah Dasar memiliki peranan penting untuk meningkatkan minat belajar

    siswa, karena materi cerita, gambar dan bahasa yang menarik serta komunikatif

    dapat membantu siswa memahami makna yang terkandung dalam komik

    tersebut salah satunya yaitu konsep matematika. Selain itu, komik juga

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    19/164

    5

    membawa siswa ke dalam suasana yang penuh kegembiraan dan materi yang

    diajarkan dapat lebih mudah dicerna oleh siswa.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui

    keefektifan penggunaan media pembelajaran komik matematika melalui

    penelitian yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan

    dan Tanpa Menggunakan Media Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV MI

    Mujahidin Parimono Jombang Tahun 2012/2013.

    B.Batasan Masalah

    Peneliti memberikan batasan masalah agar penelitian ini tidak meluas.

    Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Media dibatasi pada media komik yang khusus dibuat sebagai buku ajar

    materi pokok bilangan bulat pada kompetensi dasar mengurutkan bilangan

    bulat untuk siswa kelas IV MI Mujahidin Parimono Jombang tahun

    2012/2013.

    2. Hasil belajar dibatasi pada nilai yang diambil dari tes hasil belajar yang

    diberikan peneliti setelah penyampaian materi pelajaran.

    C.Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah adakah perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa

    menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin

    Parimono Jombang tahun 2012/2013?

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    20/164

    6

    D.Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa

    menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin

    Parimono Jombang tahun 2012/2013.

    E.Manfaat Penelitian

    1. Secara teoritis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada

    pembelajaran matematika, utamanya hasil belajar siswa dengan

    menggunakan media komik.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada strategi

    pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil belajar, tetapi juga

    proses pembelajaran.

    2. Secara praktis

    a. Manfaat bagi peneliti

    Dapat menambah ilmu pengetahuan secara umum dan khusus sebagai

    hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin

    ilmu yang diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi khususnya

    Program Studi Pendidikan Matematika.

    b. Manfaat bagi siswa

    Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah dan menarik minat siswa

    untuk memahami konsep matematika pada materi bilangan bulat.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    21/164

    7

    c. Manfaat bagi guru

    Menambah wawasan bagi guru dan calon guru bidang studi pendidikan

    matematika dalam proses pembelajaran untuk membantu meningkatkan

    hasil belajar siswa.

    d. Manfaat bagi peneliti lain

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman bagi penelitian

    selanjutnya.

    F. Asumsi Penelitian

    1. Siswa mengerjakan tes dengan sungguhsungguh, tekun, mandiri dan

    bertanggung jawab.

    2. Nilai hasil tes menggambarkan hasil belajar matematika siswa.

    G. Definisi Operasional Variabel

    1.Hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa,

    yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap

    dan keterampilan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-

    kata baik, sedang, kurang dan sebagainya yang berdasarkan tes hasil belajar

    matematika (Ekawarna, 2011:41).

    2.Media komik matematika adalah media pembelajaran visual dalam bentuk

    kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam

    urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk

    memberikan materi pelajaran matematika yang diinformasikan kepada siswa

    (Sudjana & Rivai, 2010:64).

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    22/164

    8

    Jadi, yang dimaksud dengan perbedaan hasil belajar matematika

    menggunakan dan tanpa menggunakan media adalah perubahan tingkah

    laku siswa yang diamati menggunakan dan tanpa menggunakan media

    komik matematika dan diukur dengan angka berdasarkan tes hasil belajar

    matematika.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    23/164

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A.Hakikat Matematika

    Menurut ensiklopedi bebas www.wikipedia.com (dalam Hariwijaya,

    Surya, 2008:29), kata matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa

    Yunani yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan, atau belajar. Juga

    mathematikos yang diartikan sebagai suka belajar. Disiplin utama dalam

    matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,

    pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga

    kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang

    matematika studi tentang struktur, ruang dan perubahan.

    Pada prinsipnya matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-

    struktur, dan hubungannya yang diatur menurut aturan yang logis. Jadi

    matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Kerja matematika

    terdiri dari observasi, menebak dan merasa, menguji hipotesis, mencari

    analogi, dan akhirnya merumuskan masalah berupa teorema-teorema yang

    dimulai dari asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang tidak didefinisikan.

    Pembelajaran metematika lebih menekankan pada keterkaitan antara

    konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari. Perlu

    menerapkan kembali konsep dan matematika yang telah dimiliki pada

    kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah

    satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi

    9

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    24/164

    10

    pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-

    hari adalah pembelajaran dengan menampilkan bukti bukan sekedar teori.

    B.Teori yang Terkait dalam Belajar

    1. Teori kognitif

    Teori belajar kognitif mementingkan proses belajar daripada hasil

    belajarnya. Model ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan

    oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan

    dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan

    pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang

    nampak (Budiningsih, 2005:34).

    Dalam praktik pembelajaran teori kognitif, tampak dalam beberapa

    rumusan sebagai berikut :

    a. Teori perkembangan oleh Piaget

    Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin

    komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula

    kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai

    sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan

    bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan

    berbeda pula secara kualitatif (Budiningsih, 2005:35).

    Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola

    dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-

    tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan

    tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    25/164

    11

    tahap kognitifnya. Piaget (dalam Budiningsih, 2005:36) membagi tahap-

    tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu :

    1) Tahap sensorimotor (umur 02 tahun)

    Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik

    dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya

    berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.

    Kemampuan yang dimilikinya antara lain , melihat dirinya sendiri

    sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitanya, mencari

    rangsangan melalui sinar lampu dan suara, suka memperhatikan

    sesuatu lebih lama, mendefinisikan sesuatu dengan

    memanipulasinya, memperhatikan objek sebagai hal yang tetap,

    kalau ingin merubah tempatnya.

    2) Tahap preoperasional (umur 27/8 tahun)

    Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada

    penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya

    konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu

    preoperasional dan intuitif.

    Preoperasional (umur 24 tahun), anak telah mampu

    menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun

    masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam

    memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah self counter nya

    sangat menonjol, dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar

    secara tunggal dan mencolok, tidak mampu memusatkan perhatian

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    26/164

    12

    pada objek-objek yang berbeda, mampu mengumpulkan barang-

    barang menurut kriteria termasuk kriteria yang benar, dapat

    menyusun benda-benda secara berderet tetapi tidak dapat

    menjelaskan perbedaan antara deretan.

    Tahap intuitif (umur 47 atau 8 tahun), anak telah dapat

    memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak

    abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dalam

    kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat

    mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka

    yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah

    anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek tetapi kurang

    disadarinya, anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap

    hal-hal yang lebih kompleks, anak dapat melakukan sesuatu terhadap

    sejumlah ide, anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar.

    Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara

    mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun,

    kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia

    7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama

    meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

    3) Tahap operasional konkret (umur 7 atau 811 atau 12 tahun)

    Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah

    mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai

    adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    27/164

    13

    berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat

    konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi

    objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan

    ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya

    sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-

    coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir

    dengan menggunakan model kemungkinan dalam melakukan

    kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai

    sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi namun

    masih belum sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang

    terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat

    dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada

    karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan

    berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu

    menelaah persoalan. Meskipun demikian anak usia 712 tahun masih

    memiliki masalah mengenai berpikir abstrak (Budiningsih, 2005:39).

    4) Tahap operasional formal (umur 11/1218 tahun)

    Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah

    mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola

    berpikir kemungkinan. Model berpikir ilmiah dengan tipe

    hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,

    dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan

    mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    28/164

    14

    sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, menganalisis

    secara kombinasi, berpikir secara proporsional, menarik generalisasi

    secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula

    Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations

    paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian

    maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan

    mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat

    melakukanformal-operations.

    Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif

    seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara

    berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan

    kognitif para muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan

    proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

    Pembelajaran yang tidak dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan

    kemampuan dan karakteristik siswa maka tidak akan ada maknanya

    bagi siswa.

    b. Teori belajar pemahaman konsep oleh Bruner

    Menurut Bruner (dalam Budiningsih, 2005:41) perkembangan

    kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh

    caranya melihat lingkungan, yaitu : enactive, iconic, dansymbolic.

    1)Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam

    upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    29/164

    15

    memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.

    Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.

    2)Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya

    melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam

    memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk

    perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

    3)Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau

    gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh

    kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

    Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin

    dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi

    menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam

    kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya

    sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.

    c. Teori belajar bermakna oleh Ausubel

    Ausubel (dalam Budiningsih, 2005:44) mengatakan bahwa

    pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur

    hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan

    abstrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret.

    Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh

    lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan

    pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara

    mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    30/164

    16

    rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence menjadikan

    belajar lebih bermakna bagi siswa.

    Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel

    merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam

    merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai

    kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

    mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk

    abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari

    dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif

    siswa. Jika ditata dengan baik, advance organizers akan memudahkan

    siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya

    dengan materi yang telah dipelajarinya (Budiningsih, 2005:44).

    2. Pengertian belajar menurut teori konstruktivistik

    Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses

    pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar.

    Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan

    memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari (Budiningsih,

    2005:58).

    Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam

    kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi

    pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,

    lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan

    tersebut (Budiningsih, 2005:59).

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    31/164

    17

    3. Pengertian belajar menurut teori humanistik

    Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan

    untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori

    belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian

    filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi

    belajar (Budiningsih, 2005:68).

    Banyak penganut aliran humanistik dengan pandangan-pandangan

    mereka masing-masing terhadap deskripsi belajar. Salah satu penganut

    aliran humanistik adalah Kolb yang terkenal dengan Belajar Empat

    Tahapnya. Kolb membagi tahap-tahap belajar menjadi empat tahap, yaitu:

    a. Tahap pengalaman konkret

    Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang

    mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian

    sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat

    menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya.

    Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling

    awal dalam proses belajar.

    b.Tahap pengamatan aktif dan reflektif

    Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang

    makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif

    terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari

    jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi

    terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    32/164

    18

    pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal

    itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya

    semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki

    seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.

    c. Tahap konseptualisasi

    Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah

    mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori,

    konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek

    perhatiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan

    suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang

    dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-

    beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat

    dijadikan dasar aturan bersama.

    d.Tahap eksperimentasi aktif

    Pada tahap ini seseorang adalah mampu mengaplikasikan

    konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.

    Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktikkan dan menguji

    teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi

    mempertanyakan asal-usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu

    menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan

    masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya

    (Budiningsih, 2005:70).

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    33/164

    19

    Berdasarkan beberapa teori yang telah diuraikan di atas, terdapat

    beberapa teori yang sangat mendukung dalam penelitian ini, yakni seperti

    yang dikemukaan oleh Piaget bahwa ciri tahap operasional konkret (umur 7

    atau 8-11 atau 12 tahun) adalah anak telah memiliki kecakapan berpikir

    logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda konkret. Dalam teori ini juga

    terdapat istilah operation yang berarti suatu tipe tindakan untuk

    memanipulasi objek atau gambaran yang ada pada dirinya. Untuk

    menghindari keterbatasan bepikir anak perlu diberi gambaran konkret,

    sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian mereka

    masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak. Hal ini sesuai dengan

    penganut aliran humanistik yaitu Kolb yang mengatakan bahwa tahap

    pengalaman konkret merupakan tahap paling awal dalam proses belajar.

    Selain itu, Bruner juga menyatakan bahwa perkembangan kognitif

    seseorang terjadi melalui beberapa tahap dan salah satu diantaranya yaitu

    tahap ikonik. Pada tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau

    dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Selain itu, Bruner

    mengatakan bahwa belajar yang baik dimulai dari pemahaman konsep.

    Pengertian belajar menurut teori konstruktivistik menjelaskan bahwa

    pendekatan konstruktivistik menekankan peranan utama dalam kegiatan

    belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya

    sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan

    fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    34/164

    20

    Banyak sekali pemahaman konsep yang harus diberikan sejak duduk

    di bangku sekolah dasar. Sehingga berdasarkan teori-teori tersebut, maka

    salah satu alternatif agar siswa mampu berpikir abstrak serta dapat

    menanamkan konsep kepada siswa sekolah dasar adalah dengan

    menggunakan media pembelajaran.

    C.Hasil Belajar Matematika

    Menurut Briggs (dalam Ekawarna, 2011:40), hasil belajar yang sering

    disebut dengan istilah scholastic achievement atauacademic achievement

    adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar

    mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai

    berdasarkan tes hasil belajar.

    Menurut Arikunto (dalam Ekawarna, 2011:41) yang dimaksud dengan

    hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses

    pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan

    dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan

    sebagainya.

    Sedangkan menurut Hamalik (dalam Ekawarna, 2011:41) hasil belajar

    adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur

    dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar itu

    biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang,

    kurang dan sebagainya.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa sebagai hasil yang

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    35/164

    21

    dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah diamati dan diukur dalam

    bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan biasanya

    dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan

    sebagainya yang berdasarkan tes hasil belajar matematika. Seperti yang telah

    disebutkan pada landasan teori mengenai belajar dan teori belajar, pemahaman

    konsep merupakan hal yang sangat penting dan berperngaruh terhadap hasil

    belajar matematika siswa.

    D.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

    1. Faktor Internal ( faktor dari dalam diri siswa )

    a. Aspek fisiologis

    Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

    menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,

    dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

    pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan

    indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi

    kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,

    khususnya yang disajikan di kelas (Syah, 2011:146).

    Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (dalam Munadi,

    2010:26) pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five

    sense are the golden gate of knowlwdge). Artinya, kondisi pancaindera

    tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    36/164

    22

    b. Aspek psikologis

    1)Tingkat kecedasan (intelegensi siswa)

    Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

    psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

    lingkungan dengan cara yang tepat menurut Reber (dalam Syah,

    2011:148). C.P Chaplin (dalam Munadi, 2010:26) mengartikan

    intelegensi sebagai (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan

    diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan

    menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan

    memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Proses

    belajar merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi ini

    tidak menjamin hasil belajar seseorang. Intelegensi hanya sebuah

    potensi; artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi

    mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih

    baik.

    2)Sikap siswa

    Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

    kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respons tendency)

    dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan

    sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa

    yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan

    merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    37/164

    23

    Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarannya,

    dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut (Syah, 2011:150).

    3)Bakat siswa

    Menurut Syah (2011:151) secara umum, bakat (aptitude)

    adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

    keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan

    selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu

    untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya

    pendidikan dan latihan. Seorang siswa berbakat dibidang elektro,

    misalnya akan lebilh jauh mudah menyerap informasi, pengetahuan,

    dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut

    dibanding siswa lainnya. Inilah yang disebut bakat khusus (spesific

    aptitude)

    4)Minat siswa

    Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

    kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

    Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa

    dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang

    menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan

    perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena

    pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang

    memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya

    mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2011:152).

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    38/164

    24

    5)Motivasi siswa

    Pengertian dasar motivasi adalah ialah keadaan internal

    organisme baik manusia atauun hewan yang mendorongnya untuk

    berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi

    dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2)

    motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang

    berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya

    melakukan tindakan belajar. Misalkan perasaan menyenangi materi

    dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi ekstrinsik adalah

    hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga

    mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,

    peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan

    seterusnya merupakan contoh motivasi ekstrinsik. Dalam perspektif

    psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah

    motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak

    bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain (Syah, 2011:153).

    2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)

    a. Faktor Lingkungan

    Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil

    belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan

    dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan

    suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada

    tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    39/164

    25

    berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar,

    apalagi di ruang yang cukup mendukung untuk bernapas lega. Hiruk

    pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas,

    gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses

    dan hasil belajar (Munadi, 2010:32).

    b. Faktor Instrumental

    Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

    penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

    Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan

    fasilitas, dan guru. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada

    proses dan hasil belajar (Munadi, 2010:32).

    Berdasarkan pendapat diatas, maka faktor-faktor yang

    mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor instinsik yang berupa

    intelegensi, sikap, bakat, minat, serta motivasi sedangkan faktor ekstrinsik

    yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.

    E.Karakteristik Matematika

    Menurut Sumardyono (2004:30) di dalam setiap pandangan terhadap

    matematika terdapat beberapa ciri matematika yang secara umum disepakati

    bersama. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Karakteristik umum matematika

    a. Memiliki objek kajian yang abstrak. Walaupun tidak semua objek

    abstrak adalah matematika. Ada empat objek kajian matematika, yaitu

    fakta, operasi (atau relasi), konsep dan prinsip

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    40/164

    26

    1) Fakta

    Fakta adalah pemufakatan/konvensi dalam matematika yang

    biasanya diungkapkan lewat simbol tertentu.

    2) Konsep

    Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk

    menggolongkan/mengkategorikan sekumpulan objek.

    3) Operasi dan relasi

    Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan

    pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan

    antara dua atau lebih elemen.

    4) Prinsip

    Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri atas

    beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi

    ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip

    adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.

    b. Bertumpu pada kesepakatan

    Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan

    kesepakatan/konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang

    telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan

    menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

    c. Berpola pikir deduktif

    Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat

    deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    41/164

    27

    pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum

    diterapkan/diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

    d. Konsisten dalam sistemnya

    Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang

    dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada

    sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat

    dipandang lepas satu dengan yang lainnya.

    e. Memiliki simbol yang kosong dan arti

    Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang

    berupa huruf Latin, huruf Yunani maupun simbol-simbol khusus

    lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika

    yang biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat

    berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula

    model matematika yang berupa gambar (pictorial) seperti bangun-

    bangun geometrik, grafik maupun diagram.

    f. Memperhatikan semesta pembicaraan

    Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol

    matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya

    memperhatikan pula lingkup pembicaraannya. Lingkup/sering disebut

    semesta pembicaraan bisa sempit bisa luas. Bila kita berbicara tentang

    bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan

    bilangan-bilangan pula.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    42/164

    28

    2. Karakteristik matematika sekolah

    Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai ilmu dengan

    matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal:

    a. Penyajian

    Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema

    maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan

    intelektual siswa

    b. Pola pikir

    Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola

    pikir deduktif maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan

    dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa. Sebagai kriteria

    umum, biasanya di SD menggunakan pendekatan induktif lebih dulu

    karena hal ini lebih memungkinkan siswa menangkap pengertian yang

    dimaksud. Sementara untuk SMP dan SMA pola pikir deduktif sudah

    semakin ditekankan.

    c. Semesta pembicaraan

    Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, maka

    matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga

    menyesuaikan dalam kekomplekan semestanya. Semakin meningkat

    tahap perkembangan intelektual siswa, maka semesta matematikanya

    semakin diperluas.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    43/164

    29

    d. Tingkat keabstrakan

    Tingkat keabstrakan matematika juga harus menyesuaikan

    dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Di SD dimungkinkan

    untuk mengkonkretkan objek-objek matematika agar siswa lebih

    memahami pelajaran. Namun, semakin tinggi jenjang sekolah, tingkat

    kebstrakan objek semakin diperjelas.

    Karena karakteristik matematika tersebut, maka munculah

    permasalahan pembelajaran matematika yang bersumber dari karakteristik

    matematika (Arifin, 2010:48). Keabstrakan matematika, selain menjadikan

    matematika sebagai ilmu pengetahuan yang dapat memasuki ke berbagai ilmu

    pengetahuan dan bidang kehidupan, dalam proses pengajarannya

    membutuhkan energi yang cukup besar untuk dapat menanamkan obyek-obyek

    abstrak pada struktur kognitif siswa. Siswa cenderung sulit untuk memahami

    hal-hal yang bersifat abstrak. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang minat

    dalam mempelajari matematika sehingga menyebabkan hasil belajar

    matematika kurang bisa maksimal.

    F.Media PembelajaranKata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

    berarti tengah,perantara,atau,pengantar. AECT (Association of Education

    and Communication Technology, 1997) juga membatasi media sebagai segala

    bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi

    (Arsyad, 2011:3). Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    44/164

    30

    Education Association/NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

    tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman,dkk, 2011:7).

    Lindayani & Murtadlo (2011:136) menyatakan media adalah alat

    bantu atau sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran

    atau jembatan dalam kegiatan komunikasi (penyampaian dan penerimaan

    pesan) antara komunikator dan komunikan.

    Berdasarkan pengertian media tersebut, maka peneliti menyimpulkan

    bahwa media adalah alat bantu atau sarana komunikasi baik tercetak maupun

    audiovisual yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam

    kegiatan komunikasi antara komunikator dan komunikan.

    Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang

    bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka

    media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011:4). Menurut Lindayani &

    Murtadlo (2011:136) media pembelajaran adalah segala alat yang berfungsi

    sebagai perantara untuk mengefektifkan komunikasi pembelajaran agar

    penggalian kompetensi siswa dapat tercapai secara maksimal.

    Sedangkan menurut Munadi (2010:7) mengatakan bahwa media

    pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat

    menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga

    tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat

    melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

    Dari beberapa pengertian media pembelajaran yang telah disebutkan

    di atas, maka peneliti menyimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    45/164

    31

    yang dapat menyampaikan pesan atau informasi pengajaran dari sumber secara

    terencana yang mengandung maksud pengajaran baik tercetak maupun

    audiovisual serta peralatannya sehingga tercipta lingkungan belajar yang

    kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien

    dan efektif.

    1. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran

    Menurut Munadi (2010:18) salah satu gambaran yang paling banyak

    dijadikan acuan sebagai landasan teoritis pemanfaatan media pembelajaran

    adalahDales Cone of Experience(Kerucut Pengalaman Dale)

    Dalam usaha memanfaatkan media dalam pembelajaran, Edgar Dale

    mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling

    konkrit ke yang paling abstrak. Tingkat pengalaman dalam kerucut tersebut

    berdasarkan seberapa banyak indera yang terlibat di dalamnya. Pengalaman

    belajar konkrit secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah

    kerucut. Di sinilah pengalaman belajar yang paling besar dan banyak

    memperoleh manfaat karena dengan cara memperolehnya sendiri. Menurut

    analisis Dale, bahwa pengalaman langsung mendapat tempat utama dan

    terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada di puncak kerucut. Ini

    berarti setiap pengalaman belajar yang dialami siswa kelas permulaan

    sekolah dasar secara langsung harus dikurangi sesuai tahapan pada kerucut

    tersebut. Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan

    memiliki cara belajar yang berkualitas apabila ia telah mampu memaknai

    simbol-simbol abstrak, karena cara belajar demikian itu memiliki pengertian

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    46/164

    32

    atau wawasan yang tertinggi (high insight). Untuk menuju kepada high

    insight, tentu melalui fase dan tahapan-tahapan perantara terlebih dahulu

    seperti tergambar dalam kerucut.

    2. Dasar psikologis media pembelajaran

    Dasar psikologis dimaksudkan untuk menemukan jawaban tentang

    alasan mengapa digunakan media pembelajaran ditinjau dari kondisi si

    belajar dan bagaimana proses belajar yang terjadi. Menurut Lindayani &

    Murtadlo (2011:136) beberapa dasar psikologis itu adalah:

    a. Belajar adalah proses mengalami

    Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil

    pengalaman. Sebagian besar pengalaman yang diperoleh manusia adalah

    melalui pintu gerbang alat indera. Karena itu perlu disediakan bermacam-

    macam pengalaman yang memungkinkan merangsang semua alat indera

    si belajar.

    b. Belajar adalah proses individual

    Proses belajar adalah proses yang bersifat individual. Pengalaman itu

    hanya dapat dihayati oleh orang yang belajar. Karena itu menyediakan

    media pembelajaran perwujudan terhadap penghargaaan perbedaan

    individual si belajar.

    c. Adanya tipe tanggapan yang berbeda

    Alat indera sebagai pintu gerbang pengalaman juga diwarnai, oleh

    perbedaan individual. Yaitu adanya berbagai tipe tanggapan yang

    berbeda, sehingga pengalaman belajar yang disediakan harus dapat

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    47/164

    33

    memberikan layanan sebaik-baiknya terhadap pelajar yang bertipe visual,

    auditif, motorik dan sebagainya.

    d. Proses belajar dari tingkat persepsional ke tingkat konsepsional

    Sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya, maka anak mulai belajar

    dengan pengamatan melalui penginderaan seperti mata, telinga dan

    sebagainya dan semakin tinggi usia anak akan lebih mampu untuk

    memahami konsep-konsep atau pengertian-pengertian.

    e. Prosedur belajar berlangsung dari tingkat konkret menuju tingkat abstrak

    Ada tiga tahap pengenalan anak terhadap lingkungannya, yaitu tingkat

    konkret, tingkat skematis dan tingkat abstrak.

    f. Motivasi adalah dasar malandasi proses belajar. Media adalah alat yang

    dapat membangkitkan motivasi belajar.

    g. Belajar yang baik adalah belajar menghasilkan permanent learning.

    Hasil belajar menjadi permanent apabila dipraktekkan, dialami sendiri

    dan sering diulang kegiatannya.

    3. Manfaat dan fungsi Media Pembelajaran

    Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15-16) mengemukakan bahwa

    pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

    membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi

    dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh

    psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap

    orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses

    pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    48/164

    34

    membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat

    membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan

    menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan

    informasi.

    Sedangkan Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2009:24)

    mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,

    yaitu :

    a. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

    menumbuhkan motivasi belajar

    b. bahan pembelajaran akan lebih jelas dipahami oleh siswa dan

    memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

    c. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

    verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak

    bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar

    pada setiap jam pelajaran

    d. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

    mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

    melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain

    Selain itu, Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2011:16) mengemukakan

    empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :

    a. Fungsi Atensi

    Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

    mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    49/164

    35

    yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai

    teks materi pelajaran.

    b. Fungsi Afektif

    Fungsi afektifmedia visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa

    ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau

    lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya

    informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

    c. Fungsi Kognitif

    Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian

    yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar

    memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

    informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

    d. Fungsi Kompensatoris

    Fungsi kompensatorismedia pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

    bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

    membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

    informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

    Setelah menguraikan pendapat tentang manfaat media, peneliti

    mengambil garis besar manfaat media adalah sebagai peletak dasar-dasar

    konkret untuk berpikir, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk

    perkembangan belajar serta menumbuhkan ketertarikan dan minat belajar

    siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    50/164

    36

    4. Jenis dan Kriteria memilih media

    Menurut Munadi (2010:54) media dalam proses pembelajaran dapat

    dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu:

    a. Media audio

    Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera

    pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.

    Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima

    pesan verbal dan non verbal. Contohnya phonograph (gramaphone),

    open reel tapes, cassette tapes, compact disk, radio, dan laboratorium

    bahasa.

    b. Media visual

    Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera

    pengelihatan. Termasuk dalam media ini adalah media cetak-verbal,

    media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Pertama, media visual-

    verbal, adalah media visual yang memuat pesan verbal (pesan linguistik

    berbentuk tulisan) misalnya gambar, grafik, diagram, bagan, dan peta.

    Kedua, media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat

    pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur

    grafis seperti buku dan modul, komik, majalah dan jurnal, poster, dan

    papan visual. Ketiga, media visual nonverbal-tiga dimensi adalah media

    visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    51/164

    37

    c. Media audio-visual

    Media audio-visual adalah media yang melibatkan indera

    pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan

    yang dapat disalurkan melaui media tersebut dapat berupa pesan verbal

    dan non-verbal contohnya film dokumenter, film drama, video dan

    televisi.

    d. Multimedia

    Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam

    sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala

    sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui

    komputer dan internet.

    Setelah mengetahui jenis media pembelajaran, maka pengetahuan

    tentang kriteria-kriteria pemilihan media perlu diperhatikan. Menurut

    Muhadi (2011:185) kriteria-kriteria yang menjadi fokus dalam pemilihan

    media untuk pembelajaran antara lain karakteristik siswa, tujuan

    pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri, dan sifat

    pemanfaatan media.

    Dick dan Carey (dalam Sadiman,dkk, 2011:86) menyebutkan bahwa

    disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih

    ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.

    Pertama adalah ketersediaan sumber setempat. Artinya, bila media

    yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus

    dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    52/164

    38

    memproduksi sendiri tersebut ada dana,tenaga dan fasilitasnya. Ketiga

    adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan

    media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya media bisa

    digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan

    pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah

    efektivitas biaya dalam waktu yang panjang. Ada sejenis media yang biaya

    produksinya mahal (seperti program film bingkai). Namun bila dilihat

    kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu

    yang panjang program film bingkai mungkin lebih murah dari media yang

    biaya produksinya murah (misalnya brosur) tetapi setiap waktu materinya

    berganti.

    G.Media Pembelajaran Komik Matematika

    Salah satu jenis media yang telah disebutkan dalam pembahasan di

    atas adalah media visual atau cetak. Menurut Munadi (2011:56) media visual-

    nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni

    berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis seperti gambar

    (sketsa,lukisan dan photo). Jenis media visual bisa dibuat dalam bentuk media

    cetak seperti buku, majalah, koran, modul, komik, poster dan atlas.

    Setelah membahas masalah pengertian belajar, teori-teori belajar, hasil

    belajar belajar, dan media pembelajaran, maka berdasarkan landasan teori

    tersebut, peneliti memilih menggunakan media visual yang berupa komik

    sebagai media pembelajaran. Berdasarkan beberapa teori belajar serta manfaat

    media pembelajaran, maka komik merupakan salah satu alternatif pilihan untuk

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    53/164

    39

    dijadikan sebuah media dalam proses pembelajaran. Komik dapat didefinisikan

    sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan

    suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang

    untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Sudjana & Rivai, 2010:64).

    Menurut Munadi (2011:100) komik juga dapat dijadikan media

    pembelajaran. Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter

    gambar kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya, dan

    memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan

    secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi ia dilengkapi dengan bahasa

    verbal dan nonverbal ini, mempercepat pembaca paham terhadap isi pesan

    dimaksud, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap dalam

    jalurnya. Karakteristik komik yang demikian, dapat menarik perhatian siswa

    untuk memperhatikan pelajaran matematika yang sedang berlangsung.

    Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti disini membuat kesimpulan

    bahwa Komik matematika adalah sebuah media pembelajaran visual atau cetak

    bergambar dan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan

    memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar

    dan dirancang untuk memberikan materi pelajaran matematika yang disalurkan

    atau diinformasikan kepada siswa. Menurut Novianti (2010:78) media komik

    memiliki kelebihan dan kelemahan.

    Kelebihan media komik adalah sebagai berikut:

    1. Peranan pokok dari buku komik dalam instruksional adalah

    kemampuannya dalam menciptakan minat peserta didik

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    54/164

    40

    2. Membimbing minat baca yang menurut peserta didik, serta

    3. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan

    untuk menumbuhkan minat baca

    4. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya

    5. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak

    6. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi yang

    lain

    7. Seluruh jalan cerita komik pada menuju satu hal yakni kebaikan/ studi

    yang lain.

    Sedangkan kelemahan media komik adalah sebagai berikut:

    1. Guru harus menggunakan motivasi potensial dari buku-buku komik, tetapi

    jangan berhenti hanya sampai disitu saja. Apabila minat baca telah

    dibangkitkan cerita bergambar harus dilengkapi oleh materi bacaan film,

    gambar, tetap model (foto), percobaan serta berbagai kegiatan yang kreatif.

    2. Kemudahan orang membaca komik membuat materi membaca sehingga

    menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar.

    3. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku yang

    kurang baik.

    Media komik matematika disini, dibuat sendiri oleh peneliti. Peneliti

    membuat gambar sketsa kartun yang didalamnya terdapat percakapan antar

    tokohnya mengenai pembahasan matematika pokok bahasan bilangan bulat.

    Peneliti disini memilih tokoh kartun Doraemon. Alasan peneliti memilih tokoh

    Doraemon karena tokoh ini sangat familiar di kalangan anak-anak. Baik anak

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    55/164

    41

    laki-laki maupun anak perempuan mngenal dan menyukai karakter tokoh

    Doraemon. Tokoh Doraemon juga sangat fenomenal karena dari peneliti

    berada di Taman Kanak-kanak sampai sekarang film Doraemon juga masih

    ditayangkan pada acara televisi.

    Selain itu, terdapat tokoh Nobita, seorang anak lelaki yang lemah

    sekali dalam pelajaran matematika khususnya. Nobita selalu dimarahi ibunya

    ketika mendapat nilai nol pada setiap ulangan matematika. Namun, Nobita

    selalu dibantu Doraemon dalam belajar dan setiap kegiatan sehari-harinya.

    Berdasarkan alasan tersebut, peneliti memilih tokoh Doraemon dan

    Nobita agar siswa yang lemah dan takut dalam pelajaran matematika, dapat

    termotivasi untuk bisa mempelajari matematika dengan baik.

    Berikut akan dijelaskan peneliti proses pembuatan media komik

    matematika.

    1. Bahan dan alat

    Terdapat beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat

    komik matematika adalah sebagai berikut :

    a. Bahan :

    kertas A4 70 gram dan A4 80 gram

    b. Alat :

    1) pensil 2B

    2) penggaris

    3) penghapus

    4)scanner

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    56/164

    42

    2. Langkahlangkah pembuatan

    Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media

    pembelajaran komik matematika sebagai berikut:

    a. Siapkan kertas A4 70 gram untuk mebuat sketsa gambar komik yang

    akan dibuat

    b. Buat rancangan dialog antar tokoh yang akan dituliskan dalam komik.

    c. Kemudian buat gambar-gambar tokoh kartun yang diinginkan dikertas

    tersebut dengan menggunakan pensil 2B.

    d. Setelah gambar tokoh jadi, berikan ruang kosong untuk tempat

    pengetikan dialog antar tokoh

    e. Setelah semua gambar jadi, scan gambar tersebut untuk proses

    pengeditan dialog menggunakan program komputerphotoscape.

    f. Proses selanjutnya yaitu cetak atau print gambar tersebut di kertas A4

    80 gram.

    g. Setelah tercetak, urutkan lampiran gambar-gambar tersebut dan jilid

    sehingga menjadi komik matematika yang diharapkan.

    H.Tinjauan Materi Bilangan Bulat1. Mengenal Bilangan Bulat Positif dan Negatif

    Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, .................... disebut bilangan cacah

    Bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, ........................ disebut bilangan asli

    Jadi, bilangan cacah adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli.

    Bilangan asli juga disebut sebagai bilangan bulat positif.

    Lawan bilangan asli adalah bilangan negatif.

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    57/164

    43

    Gabungan bilangan nol, bilangan asli, dan lawan bilangan asli disebut

    bilangan bulat.

    2. Membaca dan Menulis Lambang Bilangan Bulat

    Bilangan negatif cara membacanya diawali dengan kata negatif di depan

    bilangan.

    Contoh :

    10 dibacasepuluh, 10 dibaca negatifsepuluh

    Negatif sembilan puluh sembilan dituliskan99

    Seratus lima dituliskan 105

    3. Penggunaan Bilangan Bulat Negatif

    Misalnya:

    a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai lima belas derajat di bawah nol.

    b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya lima sentimeter di bawah

    permukaan air laut

    Bilangan tersebut dapat dituliskan dengan menggunakan bilangan bulat

    negatif. Lima belas di bawah nol dapat dituliskan 15 . Lima di bawah

    permukaan dapatdituliskan 5 .

    Jadi, dua kalimat di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

    a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai 15 derajat.

    b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya 5 cm.

    4. Meletakkan bilangan bulat pada garis bilangan.

    Semakin ke kiri nilai bilangan semakin kecil. Sebaliknya, semakin ke kanan

    nilai bilangan semakin besar. Tanda lebih besar ( > ) atau lebih kecil ( < )

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    58/164

    44

    Contoh :

    1 berada di sebelah kanan 0, sehingga 1 lebih besar 0 atau ditulis 1 > 0

    5 berada di sebelah kiri 0, sehingga 2 lebih kecil 0 atau ditulis 2 < 0

    Setelah dibandingkan, maka bilangan bulat dapat diletakkan pada garis

    bilangan.

    Contoh :

    Letakkan bilangan-bilangan berikut pada garis bilangan.

    0, -10, 20, -5, 30, -25, 10

    Penyelesaian.

    5. Mengurutkan bilangan baik dari yang terkecil maupun dari yang terbesar.

    Contoh.

    Urutkanlah bilangan-bilangan berikut dari yang terkecil maupun yang

    terbesar.

    0, -10, 20, -5, 30, -25, 10

    Penyelesaian.

    Urutan dari yang terkecil : -25, -10, -5, 0, 10, 20, 30

    Urutan dari yang terbesar : 30, 20, 10, 0, -5, -10, -25

    I. Hipotesis

    Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

    sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbuki melalui data yang

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    59/164

    45

    terkumpul (Arikunto, 2010:110). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa

    menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin

    Parimono Jombang

    H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan

    tanpa menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI

    Mujahidin Parimono Jombang

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    60/164

    46

    BABIII

    METODEPENELITIAN

    A.Rancangan Penelitian

    Arikunto (2010:121) menyatakan secara singkat pendekatan penelitian

    dapat dibedakan atas beberapa jenis. Jenis pendekatan penelitian menurut

    timbulnya variabel adalah :

    1. Pendekatan non-eksperimen

    2. Pendekatan eksperimen

    Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

    (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

    dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor faktor lain

    yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan untuk melihat akibat suatu

    perlakuan (Arikunto, 2010:9).

    Campbell dan Stanley (dalam Arikunto, 2010:123) membagi jenis-

    jenis pendekatan eksperimen berdasarkan atas baik buruknya eksperimen, atau

    sempurna tidaknya eksperimen. Secara garis besar dikelompokkan atas:

    - Pre Experimental Design(eksperimen yang belum baik)

    - True Experimental Design (eksperimen yang dianggap sudah baik)

    Peneliti memilih jenis penelitian True Experimental Design karena

    adanya kelompok lain yang mendapatkan pengamatan yaitu kelompok kontrol

    atau kelompok pembanding. Peneliti menggunakan kelas eksperimen dan kelas

    kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan

    media komik matematika, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang

    46

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    61/164

    47

    pembelajarannya tanpa menggunakan komik matematika (konvensional).

    Namun pada kedua kelas tersebut diberikan materi dan tes yang sama.

    Menurut Arikunto (2010:162) variabel yang mempengaruhi disebut

    variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X), sedangkan

    variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel

    terikat atau dependent variable (Y).

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu

    variabel bebas dan variabel terikat.

    1. Variabel bebas (X):

    variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media komik

    matematika

    2. Variabel terikat (Y):

    variabel kontrol dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika

    menggunakan dan tanpa menggunakan media komik matematika

    Peneliti memberikan suatu tabel untuk menggambarkan desain

    penelitian sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Desain penelitian

    Kelas Perlakuan HasilE X

    1Y

    K -2Y

    Keterangan tabel 3.1:

    E : kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan media komik

    matematika

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    62/164

    48

    K : kelas kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan media komik

    matematika

    X : menggunakan media komik matematika

    1Y : nilai hasil tes siswa yang pembelajarannya menggunakan media komik

    matematika

    2Y : nilai hasil tes siswa yang pembelajarannya tanpa menggunakan media

    komik matematika

    Peneliti disini memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi

    hasil belajar siswa. Salah satu diantaranya adalah buku paket pelajaran

    matematika (Buku BSE). Agar dapat mengetahui pengaruh komik pada kelas

    eksperimen, maka peneliti menarik semua buku pelajaran matematika (Buku

    BSE) dari siswa. Jadi siswa benar-benar belajar hanya dengan menggunakan

    media komik sehingga kevalidan hasil belajar dapat terjaga.

    B.Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010:173).

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Mujahidin Parimono

    Jombang.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

    2010:174). Di kelas IV MI Mujahidin Parimono Jombang terdapat dua kelas

    yaitu kelas IV Al-Amjad dan kelas IV Al-Ulama. Menurut informasi yang

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    63/164

    49

    telah didapat oleh peneliti pada saat observasi, tidak ada kriteria khusus

    dalam penempatan siswa baik di kelas IV Al-Amjad dan IV Al-Ulama. Jadi

    peneliti menerima dua kelas yang sudah ada di MI Mujahidin tersebut

    sebagai sampel penelitian.

    Karena tidak ada kriteria khusus dalam penempatan siswa di kelas IV

    Al-Amjad dan IV Al-Ulama, maka peneliti menggunakan teknik sampling

    acak (random sampling) dalam menentukan kelas mana yang akan dijadikan

    kelas eksperimen dan kelas mana yang akan dijadikan kelas kontrol. Dalam

    penelitian ini, peneliti menggunakan sampling acak sederhana (simple

    random sampling) dengan mengambil lotre. Dari pengambilan lotre,

    didapatkan bahwa yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas IV Al-

    Ulama dan kelas kontrol adalah kelas IV Al-Amjad.

    C.Instrumen Penelitian

    Menurut Arikunto (2010:101) menyatakan instrumen pengumpulan

    data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

    kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

    dipermudah olehnya. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah tes.

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

    digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

    kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,

    2010:193). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes subjektif yang

    berbentuk esai (uraian). Menurut Arikunto (2011:162) menyatakan bentuk esai

  • 5/26/2018 PTK media Komik

    64/164

    50

    adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat

    pembahasan atau uraian kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa,

    bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

    Peneliti menggunakan soal esai, karena tidak memberi banyak

    kesempatan siswa untuk berspekulasi atau menjawab dengan cara untung-

    untungan. Tes uraian ini terdiri dari 10 soal, jika menjawab benar maka diberi

    skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh

    mana pemahaman siswa tentang materi bilangan bulat.

    D.Perangkat Pembelajaran

    1. Silabus

    Perangkat ini berguna sebagai pegangan atau sumber arahan bagi guru

    dalam melaksanakan proses belajar sehingga dapat berlangsung secara

    maksimal dan tidak menyimpang dari apa yang telah direncanakan. Silabus

    yaitu garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau garis-garis besar program

    pembelajaran.

    2. RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )

    RPP yang digunakan dalam penelitian ini berisi rancangan kegiatan

    pembelajaran matematika sebagai acuan dalam pelaksanaan proses

    pembelajaran di kelas agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan

    tujuan yang ingin dicapai yaitu tentang bilangan bulat. Di dalam RPP juga

    telah terdapat pedoman penskoran hasil belajar siswa se