ptk sd matematika metode balikan
DESCRIPTION
PTK Matematika sdTRANSCRIPT
BAB I
PAGE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya.
Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung (Combs, 1984:11-13). Untuk memainkan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan professional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the stimulation of learner (Wetherington, 1986:131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif.
Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus. Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau kembali.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam perisiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya.
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran dengan pemberian balikan dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda.
Khususnya dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran dengan pemberian balikan, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika dengan Menerapkan Metode Pemberian Balikan Pada Siswa Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011.B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan pemberian balikan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011?2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan pemberian balikan terhadap motivasi belajar siswa Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011?C. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam belajar matematika, khususnya di SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan dalam penelitian ini dengan menerapkan metode pembelajaran dengan pemberian balikan. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini diharapkan prestasi serta motivasi belajar matematika dapat meningkat.
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat terfokus, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil tahun ajaran 2008/2009.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan sistem persamaan dua variabel.
E. Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran dengan pemberian balikan terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran dengan pemberian balikan terhadap motivasi belajar matematika siswa Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran dengan pemberian balikan dalam pembelajaran matematika.
2. Guru-guru Matematika perlu memanfaatkan teknik pembelajaran dengan pemberian balikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.
3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses pembelajaran dengan tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa siswa memerlukan perhatian guru.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Pemberian Balikan
Pemberian balikan adalah informasi atau pemberitahuan guru kepada siswa baik secara lisan atau tertulis terhadap salah benarnya jawaban siswa dari hasil dalam mengerjakan tes atau latihan setelah selesai mengikuti program pembelajaran yang dirumuskan oleh guru dengan tujuan agar siswa terangsang atau termotivasi untuk berusaha merespon mencari pembetulan.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebagkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
3.Motivasi Belajar
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinnya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
4. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemberian Balikan
1. Pengertian
Dengan mengutip beberapa pandangan, Rustiyah (1991:23) mengemukakan tentang pengertian pemberian balikan sebagai berikut:
a. Menurut Cardelle dan Corno, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan (Rustiyah, 1991:23).
b. Menurut Daw dan Gage, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada peserta didik sampai sejauh mana ia telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Rustiyah, 1991:23).
c. Menurut Kulik dan Kulik, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa seberapa jauh ia telah memahami isi pembelajaran sesuai dengan tes dan latihan yang diberikan guru kepadanya (Rustiyah, 1991:23).
d. Measn, dkk, memberi defisini pemberian balikan adalah suatu komunikasi antara guru dan siswa dalam hal memudahkan siswa memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran (Rustiyah, 1991:23).
e. Sedangkan menurut Rochim dan Thomson, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa tentang pemahamannya dalam mengerjakan tes atau latihan setelah menyelesaikan suatu topik atau satu sub pokok bahasan yang diberikan guru setelah selang waktu tertentu (Rustiyah, 1991:23).
f. Anderson dan Faust memberi pengertian, pemberian balikan adalah salah satu cara untuk memudahkan siswa belajar, yaitu memberi informsi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan (Rustiyah, 1991:23).
g. Menurut Hill, pemberian balikan adalah merupakan interaksi antara guru dan siswa yang digunakan sebagai koreksi terhadap jawaban siswa dalam mengerjakan tes atau latihan agar siswa tahu apakah jawabannya dalam mengerjakan tes atau latihan menjawab soal-soal itu benar atau salah (Rustiyah, 1991:23).
h. Benne, dkk, (1975) menyatakan bahwa dengan pemberian balikan siswa akan mengetahui kesalahan/kekurangan dan penilain serta komentar yang diberikan oleh guru tentang tampilannya dalam mengerjakan tes atau latihan dengan maksud agar memudahkan siswa dalam memperbaikinya (Rustiyah, 1991:23).
i. Skodmore, dkk. mendefinisikan pemberian balikan adalah informasi yang diberikan kepada siswa setalah ia memberikan respon atas tes atau latihan yang diberikan guru setelah melakukan proses pembelajaran sesuai denga program yang dirancang oleh guru (Rustiyah, 1991:23).
Berdasarkan makna pengertian pemberian balikan dalam pembelajaran, secara teoritis seperti yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pemberian balikan adalah informasi atau pemberitahuan guru kepada siswa baik secara lisan atau tertulis terhadap salah benarnya jawaban siswa dari hasil dalam mengerjakan tes atau latihan setelah selesai mengikuti program pembelajaran yang dirumuskan oleh guru dengan tujuan agar siswa terangsang atau termotivasi untuk berusaha merespon mencari pembetulan.
2. Langkah Pemberian Balikan
Menurut Rustiyah (1991:24) ada dua cara pemberian balikan, sebagia berikut:
a. Pemberian Balikan Secara Simbol
Pemberian balikan secara simbol adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah tanpa memberikan keterangan apapun.
Tanda-tanda tersebut sebagai simbol apakah pekerjaan siswa benar atau salah.
b. Pemberian Balikan Secara Ekspositorik
Pemberian balikan secara ekspositorik, adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, yaitu dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah dan sekaligus memberi penjelasan singkat/terperinci atas kesalahannya dan petunjuk perbaikan serta buku sumber acuannya agar siswa dapat memperbaiki kekurangannya dan kesalahannya yang telah diperbuatnya.
Catatan yang diberikan oleh guru (pada umumnya untuk jawaban yang salah) dapat diberikan dengan jelas atau petunjuk lain yang dapat membantu siswa memperbaiki pekerjaannya yang salah.
Pembelajaran dengan cara memberikan balikan baik secara simbol maupun secara ekspositorik dari guru kepada siswa agar memudahkan siswa untuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya dan diprediksi dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan perolehan hasil belajar.
c. Kebijaksanaan Pemberian Balikan
Pemberian balikan dalam bentuk informasi atau pemberitahuan dari guru kepada siswa tentang kekurangan-kekurangannya atau tentang kesalahan-kesalahannya terhadap hasil kerjanya dalam menjawab tes atau latihan setelah selesai mengikuti eksperimen dalam pembelajaran, yang pengaruhnya dapat menimbulkan reaksi minimal tiga kemungkinan pada diri siswa.
Kemungkinan yang timbul dalam pemberian balikan dapat menjadikan siswa apatis, patah semangat, atau patah hati, dan menjadi pendorong semangat belajar. Hal demikian tergantung kebijaksaan atau kepandaian akal budi sang guru dalam memberikan balikan. Cara pemberi balikan dapat bersifat positif dan dapat negative. (Jarolimek dan Foster, 1978; Rustiyah, 1991:27).
Pemberian balikan yang bersifat positif dikandung maksud informasi atau pemberitahuan terhadap kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang diperbuat oleh siswa, baik yang lisan maupun yang tertulis pada lembar jawaban siswa, hasil pengerjaan tes atau latihan seharusnya balikan yang bersifat membangun, harus merupakan balikan yang bersifat konstruktif yaitu informasi atau pemberitahuan yang disampaikan guru kepada siswa harus mampu memberikan dorongan atau motivasi berhasil yang dapat membangkitkan semangat dan kerja keras dalam diri siswa untuk lebih giat berusaha belajar memperbaiki kekurangan-kekurangannya dan kesalahan-kesalahannya yang telah diperbuatnya. Karenanya informasi atau pemberitahuan itu harus dilaksanakan dengan seksama, bersifat pujian, jelas, cermat, dan spesifik, mudah dipahami siswa, sehingga siswa tergerak jiwanya untuk berusaha memperbaikinya. Adapun sebaliknya pemberian balikan yang bersifat negative adalah balikan yang bersifat destruktif atau balikan yang bersifat merusak yaitu informasi atau pemberitahuan guru kepada siswa terhadap kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya yang disampaikan dengan nada kecaman, cemoohan, penghinaan, lebih-lebih diikuti dengan rasa emosional guru dengan marah-marah. Tindakan yang demikian dapat menimbulkan:
1) Rasa apatis pada diri siswa, siswa menjadi masa bodoh terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Rasa patah hati, patah semangat pada diri siswa, sehingga siwa menjadi tidak mau belajar lagi terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang selalu menggunakan akal budinya untuk memberikan balikan yang bersifat konstruktif, dan selalu menghindari pemberian balikan yang bersifat destruktif atau balikan yang bersifat merusak terhadap hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan tes atau latihan. Pemberian balikan harus mampu mendorong siswa untuk lebih bersemangat lagi dalam meningkatkan belajarnya.
B. Konsep Motivasi
Pengajaran tradisional menitik beratkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid (Hamalik, 2002:157). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran berdasarkan pusat minat anak makan, pakaian, permainan/bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr. John Dewey, yang terkenal dengan pengajaran proyeknya, yang berdasarkan pada masalah yang menarik minat siswa, sistem persekolahan lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat dipaksa untuk mengikuti semua perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring ke sungai tetapi tidak dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula juga halnya dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas yang paling berat yakni bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu.
C. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2001:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
D. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2001:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1997:105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
b. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
c. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
d. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
e. Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2001:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
a. Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
b. Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
c. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu perbuatan.
d. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
e. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
f. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
E. Motivasi Siswa dalam Belajar
Seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan (Bandura, 1977:11-12). Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang. Hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak santun menjadi santun.
F. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasulullah SAW., menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib membelajarkan anak-anaknya agar kelak dewasa ia mampu hidup mandiri dan mengembangan dirinya, demikian juga sebah syair Islam dalam baitnya berbunyi; belajar sewaktu kecil ibarat melukis di atas batu. Neisser (1976) menyebutkan bahwa anak-anak membutuhkan pengetahuan awal, dan memiliki keyakinan, kepercayaan yang masih semu, di samping itu anak-anak memiliki banyak pengharapan akan sesuatu, pada masa itu anak-anak membutuhkan banyak belajar dan memungkinkan memberi pengetahuan kepadanya(Yamin, 2003:97).
Para ahli ilmu jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai membiasakan tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olah raga, membiasakan agar jangan meludah di tempat umum, jangan membelakangi di mana ada orang lain, jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah, menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi adik-adik yang umur dibawanya. Kebiasaan sehat seperti ini lebih tepat ditanam pada usia masih kecil, pepatah mengatakan masa kecil terbiasa dan dewasa terbawa-bawa. Bagaimana bentuk seorang anak, begitulah hantinya setelah dewasa. Ada suatu kewajiban bagi seorang guru sewaktu memberi pelajaran untuk merubah perilaku dengan mengaitkan materi budi pekerti, moral, akhlak, agar siswa terbiasa dengan yang baik dan benar, pada intinya pembelajaran merubah perilaku siswa kepada yang baik dan benar.
Al Gazali dalam bukunya Ihyaa Ulumuddin, Jilid III halaman 63 menyebutkan anak-anak harus sejak kecilnya dibiasakan kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi kebiasaan bila ia sudah dewasa, demikian juga antara lain:Melatih anak-anak adalah suatu hal yang terpenting dan perlu sekali. Anak-anak adalah suatu hal yang terpenting dan perlu sekali. Anak-anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan berbahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan sifat-sifat buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa. Pemeliharaan ayah dan ibu terhadap anaknya ialah dengan jalan mendidik, mengasuh dan mengajarnya dengan akhlak atau moral yang tinggi dan menyingkirkannya dari teman-teman yang jahat. Di saming itu Al Gazali mengatakan meskipun pada anak-anak menampakkan tanda-tanda kecerdasan, perlu penjagaan, pengawasan yang baik, manakala ayah, ibunya lalai dalam memelihara bakat itu, kecerdasan yang merupakan potensi, bakat tadi akan sirna (Yamin:2003:98).
Ahli ilmu jiwa anak mengatakan jangalah terlalu sering memaki, mencela anak-anak setiap kali yang mengakibatkan ia menganggap enteng tiap-tiap celaan dan tarus melakukan kejahatan-kejahatan, dan hilanglah pengaruh nasehat dalam hatinya. Ayah, ibu harus memelihara janji-janji dengan anak, manakala janji dilanggar akan membuatkan anak-anak tidak memiliki kepercayaan terhadap ayah dan ibu.
Proses belajar telah dimulai sejak kecil, pada umur 1,6 s.d . 7 tahun. Masa ini menurut Ph. A. Kohnstamm adalah masa estetika/masa keindahan, anak memandang dan mengamati dunia sekelilingnya dengan suatu keindahan (Yamin, 2003:99). Ia asyik dan tenggelam dalam bermain, mendengar cerita yang sesuai dengan fantasinya, dan mencoba mengenal benda-benda yang ada di sekitarnya dan tertarik terhadap benda-benda yang warna mencolok, aneh menurutnya, dan berusaha untuk mengenalinya.
Pada usia dini anak-anak banyak bertanya tetang apa yang ia lihat dan belajar mengenali sesuatu melalui lingkungannya, seperti anak ingin tahu tentang kelapa, ia bertanya kepada ibu, ini apa, bu?, tentu sang ibu menjawa; ini kelapa, kemudian anak bertanya lagi, itu apa?, ibu menjawab kelapa, yang tadi kelapa hijau, dan ini kelapa kuning, pertanyaan anak anak berlanjut terus, aya, ibu, dan orangtua memiliki peran besar dalam membimbing, mengarahkan belajar anak pada usia ini (ayah, ibu, dan keluarga merupakan pendidik utama). Jika pertanyaan anak tidak dijawab, pengalamannya tidak bertambah. Peran aktif ayah, ibu, dan orang tua diharapkan sewaktu mengajak anak bermain-main, ayah, ibu, kakak, kakek, dan nenek lebih banyak mengenalkan sesuatu kepada anak, walaupun anak tidak bertanya, kita yang melempar pertanyaan kepadanya, seperti; itu apa?, itu ayam, penjelasan tentang sesuatu sebaiknya diulang, seperti; ayam, dan sebagainya.
Gagne (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru (Yamin, 2003:99).
Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, berfikiran moderen, cekatan, pandai, dan bijaksana diperdapat melalui proses membaca, melihat, mendengar, dan meniru. Seseorang umpamanya belajar dengan mengagumi suatu objek, figure melalui bacaan, pengamatan, dan pendengaran yang kemudian disenangi dan dikaguminya seperti tertarik pada keindahan, kerapian, kedamaian objek, demikian pula seorang figure atau tokoh yang dikenal melalui pengamatan, bacaan, drama, sineron dan figure tadi memiliki pengaruh terhadap masyarakat lain karena dia berkata benar, logis dan nyata, maka pengamat yang tertari itu berupaya untuk meniru dan mengikutinya.
G. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.
1. Faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut Ahmadi dan Supriyanto (1990:130), prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Dan untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
Yang tergolong faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri dari:
2. Faktor jasmaniah
Yaitu faktor yang sifatnya bawaan atau yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran struktur tubuh.
3. Faktor Psikologis terdiri atas:
a. Faktor intelektif yang meliputi kecerdasan, kecapakan yang dimiliki
b. Faktor non-intelektif yang meliputi unsur kepribadian, kebiasaan, emosi minat, motivasi.
c. Yang tergolong faktor eksternal adalah
Faktor sosial yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan kelompok
d. Faktor budaya seperti adat istiadat, dan kesenian
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dan sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar yang berwujud angka atau simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.
Di dalam proses belajar itupun ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) faktor stimulus belajar, (1) faktor metode belajar, (3) faktor individual. (Ahmadi dan Supriyanto 1990:131). Berikut ini diuraikan secara garis besar mengenai ketiga macam faktor tersebut:
1) Faktor Stimulus Belajar
Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar disini yaitu segala hal diluar individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar stimulus dalam hal ini mencakup material, penguasaan serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh siswa.
2) Faktor-faktor Metode Belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh siswa. Dengan perkataan lain, metode yang diakai oleh guru menimbulkan perbedaan bagi proses belajar.
3) Faktor-faktor individual
Faktor indivual ini sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor individual ini menyangkut hal sebagai berikut:
Motivasi, motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar, motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Dengan telah diketahuinya bermacam-macam prestasi belajar, dan faktor-faktor belajar yang mempengaruhi siswa maka dapat disimpulkan bahwa siswa masing-masing memunyai cara belajar dan sifat yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing dan tentunya akan mengakibatkan prestasi belajar yang diperoleh mereka berbeda.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan,Dengan menerapkan metode pemberian balikan, prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar akan meningkat, begitu juga motivasi belajar mereka".
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas, sedangkan aktivitas pengamatan dilakukan oleh guru lain. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (1988:14), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/perencanaan awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Pelaksanaan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran dengan pemberian balikan.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan membuat rangcangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus/putaran.Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VI SDN Weduni, berada di pedesaan letaknya sebelah utara kota Deket, jaraknya (11 km dari pusat kota Kecamatan. SDN Weduni terletak diantara 5 dusun danberada disebelah barat Kantor Desa Weduni yang berada di tengah persawahan tambak. Jalan dari tiap dusun sudah di cor beton namun kalau musim hujan jalan dan lantai gedung sering terendam banjir. Keadaan masyarakat lingkungan masih kental suasana pedesaan dan sebagian lainnya bekerja sebagai penjual makanan di kota-kota dengan meninggalkan anak-anak di rumah bersama kakek dan neneknya, sehingga kasih saying dan perhatian terhadap kegiatan belajar siswa di rumah sering tidak diperhatikan. Sedangkan keadaan sekolah satu bangun fisik gedungnya sangat bagus karena baru direhab dan yang satu bangunan lainnya mengalami rusak berat di bagian tembok dan kusen pintu dan fentilai. Perihal sarana pembelajaran masih kurang, apalagi media pembelajaran mata pelajaran matematika. Untuk lebih jelasnya data keadaan siswa dan guru SDN Weduni sebagai berikut.
Tabel III.I
TABEL DATA KEADAAN SISWA SDN WEDUNI
Th. Pel. 2011-2012
NoKelasLPJumlahKet.
1Kelas I358
2Kelas II
3Kelas III
4Kelas IV10515
5Kelas V549
6Kelas VI
Keterangan : L : Laki-laki P : Perempuan
Sumber data dari Kepala SDN WeduniTh. 2011
Tabel III.2
TABEL DATA KEADAAN GURU DAN KARYAWAN
SDN WEDUNI TH. 2011-2012
No.Nama
Tempat / Tgl. Lahir
NIP
Pangkat, GolonganL/PIjazah
TertinggiJabatan di
Sekolah iniStatus
KepegawaianTanggal mulai
DiangkatTanggal mulai bekerja disekolah ini
12345678
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
MAFUL, S.Pd.
Sleman, 17-8-1962
19620817 198703 1 026/ IV a
KATIMAN,S.Pd.
Magetan,17-08-1953
19530817 197512 1 006/ IV a
SUPARTI,S.Pd.
Madiun,18-03-1953
19530318 197512 2 009/ IV a
Masyhud M.,S.Pd.
Lamongan,09-08-1957
19580809 198112 1 003/IV a
Sutrisno , S.Pd.
Lamongan,28-02-1962
19620228 198201 1 011/ IV a
Drs. Atekan
Lamongan,22-03-1963
19630322 198703 1 006/ IV a
Asir Is. S.Pd.
Lamongan,17-10-1962
19621017 198504 1 002/ IV a
Winarmi, S.Pd.
Madiun,02-06-1963
19630602 198303 2 017/ III c
Nafsiyah
Lamongan,19-08-1965
Mualim Rohmat,S.Pd
Lamongan,06-06-1988
Akhmad Afandi
Lamongan,
Narokan
Lamongan,
L
L
P
L
L
L
L
P
P
L
L
S -1
S-1
S-1
S-1
S-1
S-1
S-1
S-1
D-2
S-1
S-1
SDKa. SD
Guru Kls
Guru Kls
Guru Kls
Guru Kls
Guru Agm.
Guru Kls
Guru Kls
KTK dan Pramuka
Gr. Penjas
Bhs.Ind.
Penjaga sukwanInpres 6/84
Inpres 6/75
Inpres6/75
Inpres 6/81
Inpres 5/82
Inpres 6/84
Inpres 7/85
Inpres 4/83
1-3-1987
1-12-1975
1-12-1975
1-12-1981
1-1-1982
1-3-1987
1-4-1985
1-3-198314-7-2008
9-1-1976
9-1-1976
1-3-1982
1-3-1982
20-7-1987
1-2-1986
31-1-1990
7-7-2003
01- 09-2006
1-2-2008
1-7-1996
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil 2010/2011.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VI SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 siswa pada pokok bahasan sistem persamaan dua variabel.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.
1. TahapPersiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan ini meliputi:(1) kajian pustaka, (2) pengurusan administrasi perijinan, (3) penyusunan rancangan penelitian, (4) orientasi lapangan, dan (5) penyusunan instrumen penelitian.
2.Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan meliputi:(1) pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang dilakukan persiklus, (2) diskusi dengan pengamat untuk memecahkan kekurangan dan kelemahan selama proses belajar mengajar persiklus, (3) menganalisi data hasil penelitian persiklus, (4) menafsirkan hasil analisis data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat menentukan langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.
3.Tahap Penyelesaian
Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi:(1) menyusun draf laporan penelitian, (2) mendiskusikan draf laporan penelitian, (3) merevisi draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah laporan penelitian, dan (5) menggandakan laporan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas.
3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan sistem persamaan dua variabel. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Arikunto, 2001:72)
Dengan:rxy : Koefisien korelasi product moment
N: Jumlah peserta tes
Y: Jumlah skor total
X: Jumlah skor butir soal
X2: Jumlah kuadrat skor butir soal
XY: Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(Arikunto, 2001:93)
Dengan:r11: Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2: Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
(Arikunto, 2001:208)
Dengan:P: Indeks kesukaran
B: Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js: Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2001:211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA: Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB: Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA: Jumlah peserta kelompok atas
JB: Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut:
Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
4.Uji Coba Instumen Penelitian
Untuk menguji keakuratan dalam menjaring data, maka instrumen penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen penelitian dilakukan di luar sasaran penelitian. Secara umum ujicoba dimaksudkan untuk memperoleh (1) validitas, (2) relabilitas, (3) derajad kesukaran, dan (4) daya beda instrumen. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
a. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai Instrumen dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
NoKriteria No. Soal
1Soal Valid4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46
2Soal Tidak Valid1, 2, 3, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40
b. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 732. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 36) dengan r (95%) = 0,329. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
c. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
21 soal mudah
15 soal sedang
10 soal sukar
d. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8 soal, dan yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N= Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelolaan metode pemberian balikan.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pemberian balikan digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut.
dengan
Dimana: % = Persentase pengamatan
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2= Pengamat 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh adalah data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dalam meningkatkan prestasi
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan metode pemberian balikan, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 September 2010 di Kelas VI dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I
NoAspek yang diamatiPenilaian Rata-rata
P1P2
IPengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran2
22
22
2
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep3
3
3
3
33
3
3
3
33
3
3
3
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi3
33
33
3
IIPengelolaan Waktu222
IIIAntusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias2
32
32
3
Jumlah323232
Keterangan: Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
NoAktivitas Guru yang diamatiPersentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran6,678,3310,0010,0011,6718,3311,6715,008,33
NoAktivitas Siswa yang diamatiPersentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi18,3312,7119,9213,956,046,258,966,888,96
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 18,33%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 15,00% dan 11,67%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 19,92% dan 18,33%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 13,95 dan 12,71%.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar pembelajaran dengan metode pemberian balikan sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
NoUraianHasil Siklus I
1
2
3
4Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Nilai rata-rata tes formatif
Persentase ketuntasan belajar25
11
66,94
69,44
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 66,94 dan ketuntasan belajar mencapai 69,44% atau ada 25 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 69,44% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 September 2010 di Kelas VI dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
NoAspek yang diamatiPenilaianRata-rata
P1P2
IPengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3
33
43
3,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep3
4
4
4
34
4
4
4
33,5
4
4
4
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi3
44
43,5
4
IIPengelolaan Waktu332
IIIAntusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias4
43
43,5
4
Jumlah414342
Keterangan: Nilai : Kriteria
1: Tidak Baik
2: Kurang Baik
3: Cukup Baik
4: Baik
Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:
Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamatiPersentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran6,676,676,6713,3315,0021,678,3316,675,00
NoAktivitas Siswa yang diamatiPersentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan17,9212,0821,0413,754,585,427,716,67
10,83
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 21,67%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab (16,67%), menjelaskan materi yang sulit (15,00). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,33%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,67%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21,04%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,92%). Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (13,75%), menulis yang relevan dengan KBM (7,71%) dan merangkum pembelajaran (6,67%). Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,08%), menyajikan hasil pembelajaran (4,58%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,42%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,83%).
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
NoUraianHasil Siklus II
1
2
3
4Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Nilai rata-rata tes formatif
Persentase ketuntasan belajar29
7
74,27
80,56
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,27 dan ketuntasan belajar mencapai 80,56% atau ada 29 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 24 September 2010 di Kelas VI dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
NoAspek yang diamatiPenilaianRata-rata
P1P2
IPengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran3
43
43
4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep4
4
4
4
34
4
4
3
34
4
4
3,5
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi4
44
44
4
IIPengelolaan Waktu333
IIIAntusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias4
44
44
4
Jumlah 454444,5
Keterangan: Nilai : Kriteria1: Tidak Baik
2: Kurang Baik
3: Cukup Baik
4: Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
NoAktivitas Guru yang diamatiPersentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran6,676,6710,0013,3310,0021,6710,0011,6710,00
NoAktivitas Siswa yang diamatiPersentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan18,7514,1619,1714,386,046,046,677,087,71
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 21,67%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10,00%) dan (11,67%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10,00%), menyampaikan materi/strategi /langkah-langkah (13,33%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10,00%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10,00%). Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubaahn adalah menyampaikan tujuan (6,67%) dan memotivasi siswa (6,67%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah Bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (19,17%) dan mendengarkan/menperhatikan penjelasan guru (18,75%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (14,16%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (14,38%). Sedangkah aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
NoUraianHasil Siklus III
1
2
3
4Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Nilai rata-rata tes formatif
Persentase ketuntasan belajar32
4
80,86
88,89
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,86 dan dari 36 siswa yang telah tuntas sebanyak 32 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,89% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.d. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pemberian balikan memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 69,44%, 80,56%, dan 88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode pemberian balikan dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran fisika pokok bahasan pengukuran (waktu, sudut, luas, volume dan satuannya) pembelajaran dengan metode pemberian balikan yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode pemberian balikan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran pembelajaran dengan metode pemberian balikan memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (69,44, siklus II (80,56%), siklus III (88,89%).
2. Penerapan pembelajaran dengan metode pemberian balikan mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat pembelajaran dengan metode pemberian balikan sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode pemberian balikan memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan pembelajaran dengan metode pemberian balikan dalam proses belajar mengajr sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai macam metode pembelajaran walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian inihanya dilakuakn di SDN Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2010/2011.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi dan Supriyanto. 1990. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitian Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sukidin, Basrowi dan Suranto. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya:Insan Cendekia.
Usman, Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
Lampiran 1LEMBAR PENGAMATANPENGELOLAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH
Nama Sekolah : .Nama Guru: ...
Mata Pelajaran: .Hari/tanggal: ...
Sub Konsep : .Pukul
: ...
Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai.
NoAspek yang diamatiPenilaian
YaTidak1234
IPelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbinga siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan.
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
IIPengelolaan waktu
IIIAntusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.
Keterangan
Jakarta, .20081. Kurang baik
Pengamat
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik
(..)
Lampiran 2LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM
Nama Sekolah
:
Tanggal
:
Kelas/semester
:
Waktu
:
Bahan Kajian
:
Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak.
Aktivitas guruAktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi
5. Menjelaskan materi yang sulit
6. Memebimbing menemukan konsep.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan.
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran.1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.
2. Membaca buku.
3. Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4. Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
5. Menyajikan hasil pembelajaran
6. Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide.
7. Menulis yang relevan dengan KBM.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.
Nama Guru:
Nama Murid:Nama Murid:
Nama Murid:Nama Murid:
Nama Murid:Nama Murid:
Nama Murid:Nama Murid:
Jakarta, 2008 Pengamat
(.)Lampiran 3Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I
No.Nama (Guru-Siswa)PRP I (90 menit)Jml
Nama Guru 123456789
P1 22434534330
P223233645230
Rata-rata X 22.5333.55.53.54.52.530
Prosentase%6.678.3310.0010.0011.6718.3311.6715.008.33100
1Nama Siswa P144642332230
P253552242230
2Nama SiswaP155642222230
P263642232230
3Nama SiswaP154552222330
P265442232230
4Nama SiswaP154652222230
P27543214 2230
5Nama SiswaP164642222230
P274452222230
6Nama SiswaP155642222230
P264442242230
7Nama SiswaP154632322330
P254453232230
8Nama SiswaP153742222330
P265542132230
JumlahP1 402850331216171727240
P2483336341714261616240
Rata-rataX 4430.54333.514.51521.516.521.5240
Prosentase rata-rata%18.3312.7117.9213.956.046.258.966.888.96100
Keterangan:
Rata-rata (x)
Prosentase rata-rata (%)
Lampiran 4Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II
No.Nama (Guru-Siswa)PRP I (90 menit)Jml
Nama Guru 123456789
P1 22245625230
P222244735130
Rata-rata X 22244.56.52.551.530
Prosentase%6.676.676.6713.3315.0021.678.3316.675.00100
1Nama Siswa P135543232330
P253552322330
2Nama SiswaP143652322330
P263542322330
3Nama SiswaP154543322230
P254542232330
4Nama SiswaP155632322230
P244642232330
5Nama SiswaP144652222330
P263642232230
6Nama SiswaP152653232230
P253652222330
7Nama SiswaP165632222230
P243642242330
8Nama SiswaP155642222230
P274542222230
JumlahP1373346331919181619240
P2422744341618211622240
Rata-rataX432950.533111318.51626240
Prosentase rata-rata%17.9212.0821.0413.754.585.427.716.6710.83100
Keterangan:
Rata-rata (x)
Prosentase rata-rata (%)
Lampiran 5Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III
No.Nama (Guru-Siswa)PRP I (90 menit)Jml
Nama Guru 123456789
P1 22442724330
P222244643330
Rata-rata X 223436,533.5330
Prosentase%6.676.6710.0013.3310.0021.6710.0011.6710.00100
1Nama Siswa P152752222330
P254452232330
2Nama SiswaP155642222230
P265452222230
3Nama SiswaP154722322330
P253562313230
4Nama SiswaP154652222230
P275461212230
5Nama SiswaP164642222230
P275741112230
6Nama SiswaP155742122230
P273641132330
7Nama SiswaP156532222330
P253562133230
8Nama SiswaP166622222230
P264742122230
JumlahP1423650291616161619240
P2483242401313161818240
Rata-rataX 45344634.514.514.5161718.5240
Prosentase rata-rata%18.7514.1619.1714.386.046.046.677.087.71100
Keterangan:
Rata-rata (x)
Prosentase rata-rata (%)
Lampiran 6Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
NoNamaSkorKeterangan
TTT
1Nama Siswa80
2Nama Siswa70
3Nama Siswa70
4Nama Siswa50
5Nama Siswa70
6Nama Siswa80
7Nama Siswa50
8Nama Siswa70
9Nama Siswa70
10Nama Siswa40
11Nama Siswa80
12Nama Siswa70
13Nama Siswa50
14Nama Siswa80
15Nama Siswa70
16Nama Siswa70
17Nama Siswa80
18Nama Siswa60
19Nama Siswa80
20Nama Siswa40
21Nama Siswa50
22Nama Siswa70
23Nama Siswa70
24Nama Siswa70
25Nama Siswa80
26Nama Siswa50
27Nama Siswa70
28Nama Siswa80
29Nama Siswa60
30Nama Siswa80
31Nama Siswa70
32Nama Siswa50
33Nama Siswa80
34Nama Siswa70
35Nama Siswa60
36Nama Siswa70
Jumlah24102511
Keterangan:
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 25Jumlah siswa yang belum tuntas : 11
Skor maksimal ideal
: 3600
Skor tercapai
: 2410
Rata-rata skor tercapai
: 66,94
Persentase ketuntasan
: 69,44%
Klasikal
: Belum tuntas
Lampiran 7Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
NoNamaSkorKeterangan
TTT
1Nama Siswa90
2Nama Siswa80
3Nama Siswa70
4Nama Siswa60
5Nama Siswa80
6Nama Siswa80
7Nama Siswa70
8Nama Siswa70
9Nama Siswa80
10Nama Siswa50
11Nama Siswa90
12Nama Siswa80
13Nama Siswa60
14Nama Siswa80
15Nama Siswa80
16Nama Siswa80
17Nama Siswa80
18Nama Siswa80
19Nama Siswa70
20Nama Siswa60
21Nama Siswa60
22Nama Siswa80
23Nama Siswa90
24Nama Siswa80
25Nama Siswa80
26Nama Siswa50
27Nama Siswa70
28Nama Siswa80
29Nama Siswa70
30Nama Siswa80
31Nama Siswa80
32Nama Siswa60
33Nama Siswa90
34Nama Siswa80
35Nama Siswa70
36Nama Siswa80
Jumlah2690297
Keterangan:
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 29Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Skor maksimal ideal
: 3600
Skor tercapai
: 2690
Rata-rata skor tercapai
: 74,72
Persentase ketuntasan
: 80,56%
Klasikal
: Belum tuntas
Lampiran 8Nilai Tes Formatif Pad