pulsa = rupiah?

3
Pulsa = Rupiah ? Oleh: H. Wahidi Istilah voucher atau isi ulang (recharge/top-up) dalam telekomunikasi selular khususnya kartu prabayar (prepaid) telah dikenal luas. Masyarakat pemakai kartu prabayar telah terbiasa membeli voucher dan melakukan isi ulang untuk menambah pulsa yang akan digunakannya untuk menelpon, mengirim pesan singkat (SMS), mengakses data/internet maupun layanan telekomunikasi lainnya. Dalam perkembangannya, nilai yang tercantum dalam suatu pulsa dianggap memiliki nilai tertentu layaknya mata uang yang dapat digunakan dalam suatu transaksi. Dari pemahaman inilah banyak pihak ketiga menawarkan kepada penyelenggara telekomunikasi (operator) dengan berbagai layanan untuk dijual kepada pelanggan. Kemudian pihak ketiga tersebut meminta bagian dari hasil penjualan (revenue sharing) kepada operator sesuai proporsi tertentu yang disepakati. Tulisan berikut ini akan mengulas suatu gambaran dan wacana mengenai penggunaan pulsa untuk suatu transaksi layanan yang di luar bisnis inti operator (non-core). Pengertian layanan non-core ini khususnya yang berasal dari pihak ketiga dengan konsep bagi hasil, seperti konten premium. Kita awali dari jual beli voucher, mulai dari operator selular ke jaringan penjual (dealer s.d. outlet) sampai ke pelanggan sebagaimana tergambar dalam ilustrasi sederhana berikut ini: Misalkan operator selular menerbitkan dan menjual voucher seharga Rp10.000 dengan nilai pulsa 10.000 (biasa ditulis 10k). Voucher tersebut didistribusikan melalui jaringan penjual, mulai dari dealer sampai dengan outlet. Karena pelanggan membelinya sesuai harga bandrol, Rp10.000, tentunya penjual juga membelinya dari operator dengan harga pokok yang lebih rendah misalkan sebesar Rp9.500. Dari transaksi jual beli voucher ini, maka operator, penjual dan pelanggan akan mendapatkan: Penjual mendapatkan marjin sebesar Rp500 (5% dari harga jual). Namun marjin sebesar itu terdistribusi pada sejumlah penjual, umumnya mereka mendapatkan marjin sebesar 1%-2% saja; Dealer s.d. Outlet Operator Selular Pelanggan Voucher 10k Voucher 10k Pulsa 10k Pembelian Rp10.000 Harga Pokok Rp9.500 Usage (Voice,SMS,Data) 10k Cash Flow Rp9.500 Revenue Rp10.000 Marjin Rp500 (5%)

Upload: helmi-wahidi

Post on 01-Jul-2015

175 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Pulsa = Rupiah ? Oleh: H. Wahidi

Istilah voucher atau isi ulang (recharge/top-up) dalam telekomunikasi selular khususnya kartu

prabayar (prepaid) telah dikenal luas. Masyarakat pemakai kartu prabayar telah terbiasa membeli

voucher dan melakukan isi ulang untuk menambah pulsa yang akan digunakannya untuk menelpon,

mengirim pesan singkat (SMS), mengakses data/internet maupun layanan telekomunikasi lainnya.

Dalam perkembangannya, nilai yang tercantum dalam suatu pulsa dianggap memiliki nilai tertentu

layaknya mata uang yang dapat digunakan dalam suatu transaksi. Dari pemahaman inilah banyak

pihak ketiga menawarkan kepada penyelenggara telekomunikasi (operator) dengan berbagai

layanan untuk dijual kepada pelanggan. Kemudian pihak ketiga tersebut meminta bagian dari hasil

penjualan (revenue sharing) kepada operator sesuai proporsi tertentu yang disepakati.

Tulisan berikut ini akan mengulas suatu gambaran dan wacana mengenai penggunaan pulsa untuk

suatu transaksi layanan yang di luar bisnis inti operator (non-core). Pengertian layanan non-core ini

khususnya yang berasal dari pihak ketiga dengan konsep bagi hasil, seperti konten premium.

Kita awali dari jual beli voucher, mulai dari operator selular ke jaringan penjual (dealer s.d. outlet)

sampai ke pelanggan sebagaimana tergambar dalam ilustrasi sederhana berikut ini:

Misalkan operator selular menerbitkan dan menjual voucher seharga Rp10.000 dengan nilai pulsa

10.000 (biasa ditulis 10k). Voucher tersebut didistribusikan melalui jaringan penjual, mulai dari

dealer sampai dengan outlet. Karena pelanggan membelinya sesuai harga bandrol, Rp10.000,

tentunya penjual juga membelinya dari operator dengan harga pokok yang lebih rendah misalkan

sebesar Rp9.500.

Dari transaksi jual beli voucher ini, maka operator, penjual dan pelanggan akan mendapatkan:

Penjual mendapatkan marjin sebesar Rp500 (5% dari harga jual). Namun marjin sebesar itu

terdistribusi pada sejumlah penjual, umumnya mereka mendapatkan marjin sebesar 1%-2%

saja;

Dealer s.d. Outlet

Operator Selular

Pelanggan

Voucher 10k

Voucher10k

Pulsa 10k

PembelianRp10.000

Harga PokokRp9.500

Usage (Voice,SMS,Data)

10k

Cash FlowRp9.500

RevenueRp10.000

MarjinRp500 (5%)

Pelanggan mendapatkan isi ulang senilai Rp10.000 yang dapat digunakan (usage) untuk

menelpon, misalkan dengan mengaktifkan layanan TalkMania, bicara seharian siang-malam

seharga Rp5.000 (@Rp2.500) dan Rp5.000 untuk InternetMania unlimited seharian;

Operator mendapatkan uang masuk (cash-in) sebesar Rp9.500 dari penjualan dan

mengklaim pendapatan (revenue) senilai Rp10.000 dari usage pelanggan. Catatan: untuk

menyederhanakan simulasi tersebut aspek pajak belum diperhitungkan.

Bagaimana bilamana pulsa dianggap sebagai alat pembayaran dan dapat digunakan untuk transaksi

layanan non-core? Bagaimana bila Content Provider (CP) menawarkan kerja-sama konten premium

dengan operator? Apa yang akan terjadi, seperti berita yang masih hangat tentang “sedot pulsa”?

Misalkan CP bekerjasama dengan operator dengan bagi hasil 50:50. Kemudian CP mengirim SMS

premium kepada pelanggan dengan tarif Rp2.000/SMS. Maka dengan 5 kali pengiriman maka

habislah pulsa Rp10.000 yang dimiliki pelanggan. Sebagai gambarannya dapat dilihat pada ilustrasi

berikut ini:

Bila ternyata pelanggan merasa tidak berlangganan, maka pulsanya akan hilang sebesar Rp10.000.

Yang seharusnya dengan pulsa tersebut pelanggan dapat menikmati layanan TalkMania dan

InternetMania.

Demikian pula operator, walau sekilas pendapatannya tidak berkurang, revenue yang dibukukan

tetap Rp10.000 namun cash-flow berkurang. Sebelumnya operator menerima cash-in sebesar

Rp9.500 dari penjual (cash-out pembelian voucher). Namun kemudian operator harus membayar

(cash-out) kepada CP sebesar Rp5.000, sehingga saldo kas menjadi hanya Rp4.500, berkurang drastis

50% lebih atau hanya 45% dari nilai voucher.

Sedangkan CP akan menerima bagi hasil sebesar Rp5.000, atau 50% dari nilai voucher. Walaupun CP

tanpa mengeluarkan kas (cash out) sedikit pun kepada operator. Tidak seperti penjual yang

mengeluarkan kas untuk membeli voucher. Namun penjual voucher hanya menerima marjin sekitar

1% - 2% saja dari nilai voucher.

Dealer s.d. Outlet

Operator Selular

Pelanggan

Content Provider

Voucher 10k

Voucher10k

Pulsa 10k

RevenueRp10.000

PembelianRp10.000

Harga BeliRp9.500

Konten premiumRp10.000

Cash-outRp5.000

Cash FlowRp9.500 Rp5.000

Rp4.500 (45%)

Cash-inRp5.000 (50%)

MarjinRp500 (5%)

Hal ini terjadi karena dalam bisnis konten tersebut pulsa dianggap sama dengan rupiah yang dapat

menjadi alat pembayaran untuk transaksi konten. Padahal Bank Indonesia telah menegaskan bahwa

pulsa tidak dapat digunakan sebagai alat bayar sebagaimana yang telah di atur dalam Peraturan

Bank Indonesia Nomor: 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu.

Menurut peraturan tersebut operator dapat memberikan layanan Kartu Prabayar di mana pelanggan

menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada operator yang kemudian nilai uang tersebut

dimasukkan menjadi nilai uang dalam kartu, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah dan dapat

digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai

uang pada kartu tersebut.

Inilah yang merupakan model bisnis baru di dunia telekomunikasi. Untuk pembelian layanan

telekomunikasi yang bersifat non-core, seperti konten, maka pelanggan dapat membayar dari

uangnya sendiri yang tersimpan dalam layanan kartu yang saat ini kita kenal di perusahaan kita

dengan nama Telkomsel Cash (TCASH).

TCASH telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia sebagai layanan bagi pelanggan selular yang akan

melakukan transaksi menggunakan ponsel. Transaksi yang dapat dilayani tidak hanya untuk

pembayaran namun juga pengiriman uang (remittance).

TCASH dapat menjadi solusi ke depan dalam pengembangan new business yang memerlukan media

pembayaran. Dalam contoh transaksi konten di atas maka CP akan mendapatkan pemasukan dari

pelanggan yang berminat membeli konten yang mana dananya telah tersedia dalam akun TCASH

pelanggan. Jadi bukan diambil dari nilai pulsa pelanggan. Ini sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia.

Melalui platform TCASH, dari bisnis konten tersebut operator tidak akan mengeluarkan kas lagi,

justru akan mendapat berbagai pendapatan baru (new revenue stream) seperti pendapatan

transaksi TCASH, pendapatan aktivasi konten pada jaringan operator dan pendapatan dari biaya

promosi kepada pelanggan (mobile ads).

Dengan demikian model old-business (seperti penjualan voucher) akan berjalan normal dan tidak

bercampur dengan model new-business (seperti penjualan konten dan lainnya). Dan yang lebih

penting kedua model bisnis ini dapat terus berkembang dan taat asas (compliance) dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

File: D:\Documents and Settings\helmiwah\My Documents\Job\Jurnal\Pulsa 11-11-11.doc