pum1 - 2kognitifbehavioristiksociallearning

26
MAKALAH PSIKOLOGI UMUM I ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF, BEHAVIORISME, DAN SOCIAL LEARNING Oleh: Muhammad Anggy Fajar Purba (121301104) Netova Sibuea (121301058) Rebecca Evelyn (121301090) Anisa Avinda Ahmad (121301102) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Upload: mfrids

Post on 13-Jan-2015

1.516 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM I

ALIRAN PSIKOLOGI

KOGNITIF, BEHAVIORISME, DAN SOCIAL LEARNING

Oleh:

Muhammad Anggy Fajar Purba (121301104)

Netova Sibuea (121301058)

Rebecca Evelyn (121301090)

Anisa Avinda Ahmad (121301102)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

Page 2: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang menganugrahkan ilmu

pengetahuan kepada manusia sehingga dengan ilmu pengetahuan manusia terangkat harkat

dan martabatnya. Dengan ilmu pengetahuan, umat manusia menjadi beradab. Shalawat dan

salam semoga tetap kita limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dengan jerih payah

dan perjuangannya, mampu mengantarkan umat manusia menuju pencerahan. Dan juga

karena berkat penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Psikologi Umum I ini

mengenai Aliran Kognitif, Behavioristik dan Social Learning.

Makalah Psikologi Umum I Aliran Kognitif, behavioristik, dan Social Learning ini

dimaksudkan sebagai alat agar pembaca dapat lebih mengenal psikologi berdasarkan aliran

Kognitif, Behavioristik, dan Social Learning. Pembaca juga diharapkan agar lebih menguasai

cara belajar berdasarkan aliran-aliran yang dikemukakan oleh para tokoh.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Psikologi Umum

I Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi dan Ibu Dina Nazriani, M.Psi, psikolog karena telah

memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas kami.

Untuk menyempurnakan makalah ini, kami menerima kritik dan saran yang

membangun agar makalah ini dapat memenuhi maksud dan tujuan pembuatannya serta

menjadi karya yang lebih baik.

Medan, September 2012

Kelompok 13 (Tiga Belas)

i

Page 3: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aliran Kognitif 2

2.2 Aliran Behaviorisme 6

2.3 Aliran Social learning 13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

ii

Page 4: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad

sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya menjadi

subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara spesifik , selama

abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling bersaing untuk mendominasi yang

lain.

Para psikolog bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki

berbagai macam peran, bahkan dalam lingkungan akademia psikologi kontemporer cukup

sulit diidentifikasi.

Semakin banyak yang diketahui, semakin beragam pula anggapan para tokoh terhadap

psikologi. Berdasarkan perbedaan tersebut, makalah ini disusun dengan tujuan untuk

menjelaskan beberapa aliran psikologi seperti aliran kognitif, behaviorisme dan social

learning. Dengan banyak tokoh, teori dan karakteristiknya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu psikologi aliran kognitif, behaviorisme dan social learning?

2. Siapa saja tokoh dari setiap aliran dan apa teorinya?

3. Apa ciri khas dari setiap aliran?

4. Apa fungsi dari mempelajari aliran psikologi tersebut?

1.3 Tujuan

Diharapkan pembaca lebih mengerti psikologi berdasarkan aliran kognitif,

behavioristik dan social learning.

Agar pembaca dapat lebih mengetagui tokoh dan teori di dalam aliran tersebut.

Agar pembaca mengetahui karakteristik dari tiap aliran.

Mengetahui pengaruh aliran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

1

Page 5: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

BAB II

PEMBAHASAN

Manusia merupakan objek dalam psikologi yang selalu membutuhkan pendewasaan

didalam dirinya. Oleh sebab itu, pendidikanlah yang dianggap paling baik untuk

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Maka untuk melakukan

pendekatan di bidang pendidikan itu bermunculan berbagai aliran-aliran dalam psikologi.

Diantaranya adalah aliran kognitif, aliran behavioristik, dan aliran social learning.

2.1 Aliran Kognitif

Aliran kognitif merupakan aliran yang lebih terfokus kepada pemikiran ingatan

manusia. Pendekatan kognitif lebih mengutamakan proses bukan hanya hasil. Bagi aliran ini,

belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Aliran ini melihat bahwa perilaku manusia

dibentuk berdasarkan bagaimana cara mereka mempersepsi,mengorganisasi dan mengolah

informasi. Kognitif meliputi higher mental proses seperti pengetahuan, intelegensi, pikiran

imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, ingatan,perhatian, mimpi.

Ciri-ciri aliran kognitif: 1. mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

2. mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian

3. mementingkan peranan kognitif

4. mementingkan kondisi waktu sekarang

5. mementingkan pembentukan struktur kognitif

6. mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

7. mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)

SEJARAH RINGKAS ALIRAN KOGNITIF

Mulanya revolusi kognitif adalah ketika para ahli psikologi kecewa tentang batasan

dan cara behaviourisme. Faktor lain adalah kemunculan komputer dimana kemunculan ini

menyebabkan manusia lebih percaya Faktor lain yang penting

ialah kemunculan komputer di mana memberikan kebolehpercayaan metafora manusia

memproses maklumat dan alat penting sebagai model dan penjelajahan proses kognitif

manusia.

2

Page 6: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

TOKOH-TOKOH DAN TEORINYA

Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget (1896 – 1980 )

Ruang lingkup kognitif sangat luas karena kognitif meliputi segala sesuatu yang

dipikirkan oleh manusia. Lebih spesifiknya lagi, kognitif meliputi pengetahuan, kesadaran,

intelegensi, pikiran,imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, pemecahan masalah,

konsep, klasifikasi, fantasi mimpi. Menutur Piaget,perkembangan ini dipengaruhi oleh 4

faktor, yaitu:

1. Kematangan. Menurut Piaget, kematangan otak atau susunan saraf memungkin anak

untuk menggunakan pikiran dan bahasa. Yang tepenting bukanlah apakah kematangan

mempunyai pengaruh melainkan sejauh mana pentingnya peran kematangan dan

bagaimana pengarus tersebut berlangsung. Kematangan fisik hanya salah satu faktor

saja. Seorang anak tidak dapat melakukan suatu tindakan tertentu sebelum mencapai

satu tingkat kematangan tertentu.

2. Pengalaman.

3. Transmisi sosial. Maksudnya adalah adanya pengaruh sosial terhadap pemikiran anak.

Dapat juga diartikan sebagai penanaman nilai-nilai melaui pendidikan ataupun bahasa

yang strukturnya dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang baru.

4. Equilibrium. Maksudnya adalah keseimbangan dan kontrol antara bawaan dan faktir

pengalaman. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan seperti

kematangann, pengalaman, lingkungan fisik serta lingkungan sosial. Oleh sebab itu,

diperlukanlah sistem kognitif agar dapat merubah menjadi penyesuaian keseimbangan.

Menurut Piaget, ada 3 konsep pembelajaran kognitif, antara lain :

a. Belajar aktif. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, perlu diciptakan suatu

kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri. Misalnya : melakukan

kerajinan tangan sendiri ataupun membandingkan penemuan/praktikum sendiri.

b. Belajar lewat interaksi sosial. Interaksi dalam belajar sangat dibutuhkan karena

interaksi antara subjek belajar dapat membantu perkembangan kognitif si anak. Tanpa

adanya interaksi sosial dalam belajar, akan muncul sifat egois dari si anak.

c. Belajar dari pengalaman sendiri. Dengan menggunakan pengalaman nyata, maka

perkembangan kognitif seorang anak akan lebih baik daripada hanya menggunakan

bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa memang sangat perlu untuk berkomunikasi

3

Page 7: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

namun bila tidak disertai dengan pengalaman atau penerapan, maka perkembangan

kogntif cenderung mengarah ke verbalisme.

Teori free discovery learning (Jerome Bruner) Bruner menyatakan dalam belajar terdapat 4 hal pokok yang perlu

diperhatikan :

a. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar. Dalam

pembelajaran dibutuhkan pengalaman untuk melakukan sesuatu dimana

pengalaman tersebut diharapkan dapat menjadi pengalaman yang positif.

Maka dari itu murid tidak akan melakukan banyak kesalahan lagi. Guru

pun memberikan banyak kesempatan kepada murid untuk mengoptimalkan

pengalamannya.

b. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal. Artinya

pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu

pengetahuan yang dipelajari anak-anak

c. Perincian urutan penyajian mata pelajaran.

Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui

urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis

untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan

mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi sangat berpengaruh

pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Yang

mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar

sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan

perbedaan individu.

d. Cara pemberian “reinforcement”

Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran

yang digunakan sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner

mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi

dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari guru adalah

dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah

menjadi dorongan yang bersifat intrinsic.

David Ausuble

4

Page 8: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Ausuble mngemukakan tentang meaningful learning. Belajar bermakna adalah

proses menghubungkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan

dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Prasyarat belajar bermakna

adalah: materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial dan anak yang

belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Empat prinsip pembelajaran,

antara lain:

a. Pengatur Awal (Advance Organizer)

Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu

mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.

Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman

berbagai macam materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang mempunyai

struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi

suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga

pembelajaran akan lebih bermakna.

b. Diferensiasi Progresif

Di dalam proses belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi

konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan

lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran

dari umum ke khusus.

c. Belajar Superordinat

Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami

pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan

diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar

tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar

superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya

merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.

d. Penyesuaian Integratif

Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua

atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau

bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi

5

Page 9: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran

penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa,

sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke

bawah selama informasi disajikan.

2.2 ALIRAN BEHAVIORISME

Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat danberpengaruh, serta memiliki

akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap

introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusiaberdasarkan laporan-laporan subjektif)

dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentangalam bawah sadar yang tidak tampak).

Behaviorisme mengakui adanya jiwa dan masihmemfokuskan diri pada proses-proses mental.

Behaviorisme memandang pula bahwa ketikadilahirkan, pada dasarnya manusia tidak

membawa bakat apa-apa. Manusia akanberkembang berdasarkan pengaruh yang diterimanya

dari lingkungan sekitarnya.

PRINSIP DASAR BEHAVIORISME :

• Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari

jiwa atau mental yang abstrak

• Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem

untuk sciene, harus dihindari.

• Menurut Watson (tokoh behaviorisme) bahwa observable behavior, adalah satu-satunya

subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.

• Dalam perkembangannya, pandangan dikembangkan lagi

oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan dengan

mengikutsertakan faktor-faktor internal, meskipun fokus pada overt behavior tetap

terjadi.

• Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat

positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.

• Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam

dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

Terhadap aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran

terhadap potensi alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia

tidak memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah

6

Page 10: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

lakunya sendiri.

A. John B. Watson.

Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada

gunanya. Alasannya adalahpsikologi merupakan sebuah ilmu maka ia dapat diukur dan

diamati. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanyadengan mempelajari apa yang

dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkanpsikologi menjadi ilmu yang objektif.

Bertolak belakang dengan kognitif, Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam

psikologi.Watson tidak mengabaikan kemungkinan eksistensi kondisi mental sentral, seperti

kesadaran, namun meyakini bahwa karena kondisi mental sentral semacam itu bersifat non

fisik dan tidak dapat dipelajari secara ilmiah, hal itu merupakan masalah semu psikologi. Ia

menganut refleksologi pengkondisian dari Pavlov dan metode kotak teka-teki dari dari

Thorndike. Meskipun demikian, Watson tidak pernah sepenuhnya memahami karakteristik

penguatan, dan sangat skeptik tentang hukum efek Thorndike, yang dikritiknya sebagai

konsep yang didasarkan pada kesimpulan-kesimpulan mentalistik, tanpa dukungan empiris.

Namun, Watson sepenuhnya meyakini prinsip-prinsip asosiasi sebagai kunci pertumbuhan

psikologis (behavioral), meskipun ia memahami bahwa teori pembelajaran yang

dikemukakannya sangat tidak adekuat.

3 prinsip dalam aliran behaviorisme:

1. Menekankan respon terkondisi sebagai

elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir

dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia

dan hewan.

2. Perilaku dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan

maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari

pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang

akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.

3. Memusatkan pada

perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat

digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.

7

Page 11: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Asumsi Behaviorisme

Secara umum, paradigma behaviorisme memiliki beberapa asumsi, yang menjadi

dasar dalam penelitian para pengikutnya, yaitu:

Manusia tidak memiliki jiwa atau pikiran

Perilaku adalah hasil dari pengkondisian

Kita tidak dapat secara sadar melakukan sesuatu

Kita tidak bertanggungjawab terhadap perilaku kita

Dengan belajar maka akan mendapatkan perilaku baru.

Kondisioning Watson

Penelitian yang dilkaukan oleh J.B Watson dan istrinya Rosalie Rayner Watson, dapat

dipakai sebagai contoh bagaimana strategi kondisioning Pavlov apabila diterapkan pada

manusia. Albert (nama samaran yang diberikan Watson) diasuh sejak bayi di rumah sakit

anak-anak dimana ibunya bekerja sebagai perawat. Anak yang “pendiam dan tidak

emosional” itu menjadi subjek eksperimen Watson sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun. Tujuan

eksperimen adalah untuk menunjukkan bahwa respon emosional yang kompleks (eksperimen

Albert memusatkan perhatian kepada perasaan takut) dikembangkan organisme mengikuti

prinsip kondisioning Pavlov.

Di usia 9 bulan, Albert di dudukkan di kursi makan anak-anak, dan Watson berturut-

turut menunjukkan kepada anak itu tikus putih, kelinci, anjing, kera, topeng gundul, topeng

gimbal, gulungan benang wol, dan koran yang terbakar. Secara umum Albert yang belum

memiliki pengalaman dengan stimuli-stimuli itu, mereaksi dengan perasaan ingin tahu dan

ingin menyentuh objek itu. Menurut Watson, itu adalah bukti Albert tidak takut dan “tidak

menangis”

Ketika Albert berusia 11 bulan 3 hari, Watson memulai penelitian kondisioningnya

kondisioningnya. Dari hasil penelitian yang lalu, ditemukan bahwa suara yang keras dan

mendadak misalnya suara batang besi yang dipukul keras-keras akan menimbulkan reaksi

takut yang tajam pada hampir semua bayi. Penelitian Pavlov dikenakan kepada Albert:

Seekor tikus putih di dekatkan kepada Albert, dan dia menjulurkan tangan kirinya untuk

meraih tikus itu. Pas ketika tangannya menyentuh tikus itu, dibunyikan dentang batang besi

dipukul palu di belakang kepalanya. Bayi itu meloncat keras sampai jatuh dari kursi dan

8

Page 12: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

menyembunyikan mukanya di karpet, walaupun dia tidak menangis. Percobaan dilkaukan

sekali lagi, sesudah itu satu minggu Albert tidak dikenai tritmen apapun. Sesudah satu

minggu, ditunjukkan tikus putih kepada Albert, di dekatkan berangsur-angsur tanpa dibarengi

suara dentang keras. Dia tidak menangis, tetapi menarik tanganya. Kemudian percobaan

menunjukkan tikus dibarengi suara dentangan itu dilakukan lagi beberapa kali, sampai

akhirnya Albert menjadi menangis, menarik tubuhnya menjauh dari tikus, dan menutup

mukanya sambil terisak. Berikutnya, menunjukkan tikus saja (tanpa suara keras) sudah cukup

mengakibatkan Albert ketakutan.

Satu minggu kemudian kepada Albert ditunjukkan berbagai objek baru seperti kelinci putih,

anjing, gulungan benang wol putih, bahkan Watson juga memakai rambut putihnya yang

diturunkannya di hadapan wajah Albert. Secara umum ternyata Albert menggeneralisir

respon takut dan menarik diri kepada semua stimuli itu, karena semua mempunyai persamaan

dengan tikus putih. Ada perbedaan tingkat reaksi takut, anjing misalnya hanya sedikit

memberi rasa takut. Namun kesimpulan penelitian ini sangat jelas, Albert mempelajari respon

emosi takut sebagai reaksi generalisasi dari kondisioning klasik.

Watson dan Rayner mencatat secara teliti reaksi Albert, memperlama istirahat antar

sesi penelitian. Pada usia 1 tahun 21 hari, yang berarti tenggang dengan sesi terakhir lamanya

31 hari, Watson dan Rayner menunjukkan kepada Albert topeng Santa Claus, mantel bulu,

dan tikus putih. Rasa takut sudah berkurang tetapi reaksi takut dan menarik diri masih

terdeteksi. Watson juga mencatat Albert cenderung melakukan “kompensasi penghambat”

(compensatory blocking) dengan mneghisap ibu jarinya, sampi-sampai Watson memaksa

menarik ibu jari itu dari mulut Albert untuk memperoleh respon takut yang dikondisikan.

Dari penelitian ini, Watson menyimpulkan 2 (dua) hal, yaitu:

1. Freud salah mengenai dorongan seks sebagai motif primer. Menurut Watson, kedudukan

seks sama dengan takut dalam pembentukan kepribadian, sama-sama diperoleh dari

kondisioning

2. Gangguan fobia (ketakutan yang sangat dan irasional mengenai objek-tempat-orang),

dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip kondisioning, tanpa menyentuh jargon

ketidaksadaran asosiasi, keinginan atau konflik. Ketakutan Albert terhadap barang yang

putih dan lembut, dapat dijelaskan dengan mudah kalau riwayat belajarnya diketahui.

9

Page 13: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Watson disebut sebagai tokoh radical behaviorism karena konsep-konsep dan

eksperimen yang ia lakukan. Terutama dengan pernyataannya:

“Give me a dozen healthy infants, well-formed, and my own specified world to bring them up

in and I'll guarantee to take any one at random and train him to become any type of specialist

I might select – doctor, lawyer, artist, merchant-chief and, yes, even beggar-man and thief,

regardless of his talents, penchants, tendencies, abilities, vocations, and race of his ancestors.

I am going beyond my facts and I admit it, but so have the advocates of the contrary and they

have been doing it for many thousands of years”

B. B.F. Skinner

”Behaviorisme”, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam

pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang

perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh. Hal

ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard, B.F. Skinner.

Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan respon dalam

bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang mempertahankan adanya

respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena adanya

perubahan pola ganjaran dan hukuman.

Skinner, berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan

pribadi individu . Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan

sangat menentukan perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan

khas bagi individu yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3

asumsi dasar, yaitu:

(1) Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled)

(2) Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat

dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id atau Ego

(3) Perilaku manusia tidakditentukan oleh pilihan individual.

Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka,

seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat

mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar

stimulus-respon, sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Para

pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh

10

Page 14: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih

banyak lagi lainnya.

C. Edward Lee Thorndike

Berbeda dengan Watson, Thorndike tidak pernah bermaksud menjadi pembangun

sistem, dan karya terdahulunya yang lebih teoritis kemudian beralih ke masalah-masalah

yang lebih praktis terkait pembelaran dan pendidikan manusia. Menurut Thorndike bentuk

paling dasar dari proses belajar adalah trial and error learning (belajar dengan uji coba), atau

yang disebutnya sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Apabila suatu

organisme berada dalam suatu situasi yang mnegandung masalah, maka organism itu akan

mengeluarkan serentetan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ia miliki untuk

memecahkan masalah itu.salah satu atau beberapa dari rentetan tingkah laku secara kebetulan

akan bisa memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka suatuwaktu

apabila ia menghadapi masalah serupa, organism itu akan tahu tingkah laku mana yang harus

dikeluarkannya untuk memecahkan masalah itu. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu

dengan suatu tingkah laku tertentu.

Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar

bersifat incremental (bertahap), bukan insightful (langsung ke pengertian). Dengan kata lain,

belajar dilakukan dalam langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke

pengertian yang mendalam. Dalam proses belajar yang mengikuti prinsip-prinsip trial and

error ini, ada beberapa hukum yang dikemukakan oleh Thorndike, yaitu:

1. Hukum Efek (law of effect)

Jika suatu respons diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang

memuaskan), kekuatan koneksi akan bertambah. Jika respons diikuti oleh annoying state

affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi itu menurun. Dalam terminologi

modern, jika suatu stimulus menimbulkan suatu respons, yang pada gilirannya menimbulkan

penguatan (reinforcement), maka koneksi S-R akan menguat. Jika di lain pihak, stimulus

menimbulkan respons yang pada gilirannya menimbulkan hukuman, koneksi S-R akan

melemah.

2. Hukum Latihan (law of exercise), hukum ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

11

Page 15: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

a. Koneksi antara stimulus dan respons akan mneguat saat keduanya dipakai. Dengan kata

lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons

akan memperkuat koneksi di antra keduanya. Bagian dari dari hukum latihan ini

dinamakan law of use (hukum penggunaan).

b. Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan hubungan

dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan

law of disuse (hukum ketidakgunaan).

Sehubungan dengan teorinya tentang Hukum Efek di atas, Thorndike sampai kepada

penyelidikan tentang “transfer of training”. Dalam bukunya yang ditulis bersama tokoh

Kelompok Columbia lain bernama Woodworth, Thorndike mengemukakan bahwa apa yang

telah dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari terdahulu., maka akan

terjadi transfer yang positif di mana hal yang baru itu tidak akan terlalu sulit dipelajari.

Misalnya orang yang sudah pernah menunggang kuda, tidak akan terlalu sulit belajar

mengemudikan kereta berkuda. Sebaliknya, kalua antara hal yang dipelajari kemudian dan

hal yang dipelajari terdahulu terdapat banyak perbedaan, maka akan sulitlah mempelajari hal

yang kemudian itu, dan di sini terjadi transfer yang negatif. Misalnya, seorang yang sudah

biasa menulis dengan tangan kanan, akan sangat sulitlah belajar menulis dengan tangan kiri,

karena menulis dengan tangan kiri sama sekali lain caranya daripada menulis dengan tangan

kanan.

D. Ivan Petrovich Pavlov

PenemuanPavlov yang sangat menentukan dalam sejarah Psikologi adalah hasil

penyelidikannya tentang refleks berkondisi. Dalam penemuan ini Pavlov meletakkan dasar-

dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasarbagi penelitian-penelitian mengenai

proses dan pengembangan teori-teori tentang belajar.Kesimpulan dari teori Pavlov adalah:

bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain dari rangkaian refleks berkondisi yaitu refleks-

refleks yang terjadi setelah adanya proses conditionin. Dimana refleks-refleks yang tadinya

dihubungakan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama kelamaan dihubungkan dengan

rangsang berkondisi. Berikut adalah penjelasan tentang eksperimen Pavlov: Pavlov

menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan,anjing itu diikat kemudian rahang

nya dibedah sehingga air liurnya dapat di tampung dan dapat diukur jumlahnyakemudian

Pavlov meletakkan makannan di depan anjing sehingga anjing tersebut menggeluarkan air

liur yang terlihat jelas pada alat pengukur. Dalam hal ini makanan disebut sebagai rangsang

12

Page 16: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

tak berkondisi atau unconditioned stimulus. Dan air liur yang keluar setelah anjing melihat

makanan disebut refleks tak berkondisi atau unconditionedrefleks,karena setiap anjing akan

melakukan refleksi yang sama (mengeluarkan air liur)jika melihat rangsang yang sama

pula(makanan). Selanjutnya Pavlov melakuakan eksperimen kembali dengan menggunakan

bel setiapkali ia hendak menggeluarka makanan.Percobaan ini dilakukan berkali-kali

sehingga,anjing akan selalu mendengar bel dahulu sebelummelihat makanan.Mula-mul

sudaha air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan atau refleks tak berkondisi,tapi

lama kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing mendengar bel.Keluarnya air liur

setelah anjing mendengar bel disebut refleks berkondisi atau conditioned refleks.Karena

refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan ha nya anjing yang sudah

mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya,maka bunyi bel jadinya adalah rangsang

berkondisi atau condition stimulus. Kalau latihan itu diteruskan maka pada suatuwaktu

keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetapterjadi walaupun tidak ada

lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengankata lain refleks berkondisi akan bertahan

walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi.Pada tingkat yang lebih lanjut bunyi bel di

dahului dengan sebuah lampu yang menyala,mak lama kelamaan air liur akan keluar walau

pun bel tidak berbunyi lagi. Demikianlah sau rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan

rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan dapat mempertahankan refleks

berkondisi walaupun rangsang tak berkondisitidak lagi diberikan.

2.3 Social Learning

A. Latar Belakang Tokoh

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada

04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan

juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat

pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi.

Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951

dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura

menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah

lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam

pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan

tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik

sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American

13

Page 17: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada

tahub 1980.

Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan

belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses

identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi

pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang

pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat,

walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan

perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena

penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert

Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu

konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen

kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.

B. Teori Pembelajaran Sosial

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar

perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini

dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian

besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan

lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan

perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori

pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan

reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk

memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar

social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam

dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.

Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang

dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu

kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.

Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa

“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan

mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah

pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah

paling penting dalam pembelajaranterpadu.

14

Page 18: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama.

Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang

dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji

dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru

melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.

Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang

dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru

perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif

atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model

itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat

tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila

menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus

diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga

menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model

(Nur, M,1998.a:4).

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori

pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh

Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah

diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk

menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori –

teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana

tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak

peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya,

sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru

tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain

sebagai model bagi dirinya.

15

Page 19: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

C. Teori Peniruan ( Modeling )

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John

Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan

( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang

lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran

social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah

memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh

hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar

tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian,

contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru

memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak –

anak untuk menirukan tingkah laku membaca.

Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959,

1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan

dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan

dapat berlakuhanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang

yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus.

Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau

pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian

menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori

pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa

mempertimbangan aspek mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor

dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau

telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau

telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-

anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan

palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah

menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan

terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak

tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan

oleh orang yang mereka tonton dalam video.

Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru

secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal

terbang kertasdan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses

peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru

tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan

contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak

di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan

16

Page 20: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan

tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi

tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul

apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang

anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam

diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan

berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.

Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir

islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan

anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara

yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak

hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh

difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah

diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan.

Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh

dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal

ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami

pengajaran yangdisampaikan.

D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan

gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses

belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat

/ retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.

1) Perhatian (’Attention’)

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat

mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga

diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain

musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain

music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura &

Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality

Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang

lain pembelajaran dapat dipelajari.

2) Mengingat (’Retention’)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem

ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak

bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi

juga merupakan bagian penting dari proses belajar.

3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)

17

Page 21: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga

dapatmenunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang

disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil,

bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan

menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan

perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang

dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.

4) Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia

adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

E. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan

lain – lain

3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan

guru sebagai model

4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan

penguatan yang positif

5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan

tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan

yang positif.

F. Eksperimen Albert Bandura

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang

menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang

dewasa disekitarnya.

Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa

proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan

menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa

aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan

oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan

yang optimum kepada pemahaman pelajar.

Eksperimen Pemodelan Bandura :

Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa

memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.

18

Page 22: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif

Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa

bermesra dengan patung besar Bobo

Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A

Rumusan :

Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah

hasil dari penguatan.

Hasil Keseluruhan Eksperimen :

Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang

dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

Gambar Pemodelan Albert Bandura:

G. Jenis – jenis Peniruan (modelling)

Jenis – jenis Peniruan (modeling):

1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran

social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya

modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau

mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu

ketrampilan itu dilakukan.

Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses

perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara

tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku,

memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku

yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh :

Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada

buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di

sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

19

Page 23: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan

mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara

simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik

dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda

atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar

gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut

yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa

yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi

juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang

ditulis dalam buku panduan.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai

yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai

dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori

belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan

prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada

penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan

sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular

dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli

sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.

Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik

pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model

seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting

dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru

model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung

meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak –

anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang

dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi

antara ciri model dengan observernya.

H. Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan

dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah

20

Page 24: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut

memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya

dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian

individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku

yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

I. Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar

sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang

dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang

tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),

melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan

dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya

conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu

pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam

mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses

yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

21

Page 25: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kami dapat menarik kesimpulan dari apa yang telah kami paparkan tersebut bahwa

aliran kognitif, behaviorisme, dan social learning saling terintegrasi antara satu dengan yang

lain. Juga para tokoh yang sangat memberikan kontribusi yang besar pada dunia dan

khususnya pada dunia psikologi yang memberikan suatu makna gagasan tersendiri dari teori-

teori mereka.

Hal yang ditekankan dalam Aliran Kognitif adalah aliran yang terfokus kepada

pemikiran ingatan manusia, Dalam aliran ini ada beberapa aspek yang di tekankan antaranya

persepsi, memori, dan pikiran.

Hal yang di tekankan dalam Aliran Behaviorisme adalah hanya mengamati pola perilaku

yang bisa di pelajari secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstruk

hipotetis seperti pikiran. Dan aliran ini beranggapan bahwa semua teori memiliki dasar yang

bisa diamati.

Hal yang di tekankan dalam Aliran Social Learning adalah kita belajar menjadi seperti yang

sekarang melalui keluarga, teman, dan kebudayaan. Selain itu teori ini berpendapat bahwa

sebaiknya fungsi psikologis itu dipahami sebagai suatu interaksi timbal-balik anatara perilaku

dengan kondisi-kondisi yang mengontrolnya. Setiap karakteristik individu yang unik itu di

tentukan oleh faktor-faktor seperti stimulus sosial, penguatan sosial, dan pribadi.

SARAN

1. Kami yakin seiring dengan kemajuan zaman teori-teori tersebut bisa saja terus

berkembang. Dan tidak bisa dipungkiri lagi perlu akan adanya teori-teori baru dan

gagasan-gagasan baru dari para ahli selanjutnya.

2. Aliran psikologi yang telah dipaparkan oleh para ahli tersebut seharusnya bisa

diaplikasikan ke dalam kehidupan kita.

3. Perlu adanya pengkajian kembali dan pengembangan dari teori-teori para ahli guna

mendapatkan suatu pemikiran yang konkret.

4. Akan lebih baik bila kita dapat belajar sesuai dengan teori belajar yang telah

didasarkan oleh eksperimen dari para tokoh aliran psikologi.

5. Setiap aliran memiliki ciri khas masing-masing, ada kelebihan dan kekurangan. Dari

sini bisa didapatkan potensi-potensi baik manusia dan dapat dioptimalkan dengan

proses belajar.

22

Page 26: PUM1 - 2KognitifBehavioristikSociallearning

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L. dkk. 1999. Pengantar Psikologi Jilid 1. Jakarta:

PenerbitErlangga.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Turner, M. B. 1976. Psikologi and Science of Behavior. New York : Appleton-

Century-Crofts.

Watson, R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud.

Philadelphia :J. B. Lippincott.

King, L.A. 2010.Psikologi UmumSebuah Pandangan Apresiatif.

Jakarta:Salemba Humanika.

Lahey, Benjamin.B. 2007. Psychology an Introduction Ninth Edition. New

York : McGraw-Hill

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitif

http://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme

http://dosen.wordpress.com/2008/09/07/teori-behaviorisme/

http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/

23