pupuk limbah cair nanas -...
TRANSCRIPT
PUPUK LIMBAH CAIR NANAS
Oleh: Dr. Agus Sutanto, M.Si.
Dr. Achyani, M.Si. Suharno Zen, M.Sc.
Rasuane Noor, M.Sc.
Modul Pembelajaran
Pupuk Limbah Cair Nanas
xiv, 56 hlm, Tab., ilus., 16 x 23 cm
Hak Cipta © 2018
Cetakan kedua 2018
ISBN :
Lay-out : Benten Cover Designer: Benten
Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotocopy, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyebutkan sumbernya.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72: Undang-undang No. 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta:
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda palling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
i
Kata Pengantar
Modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengambil
mata kuliah mikrobiologi lingkungan. Isi modul ini merupakan
dasar bagi mahasiswa yang ingin mengetahui arti, peran dan
macam macam jenis pupuk serta manfaatnya dalam kegiatan
pertanian. Penelitian menunjukkan bahwa pupuk memberikan
pengaruhnya terhadap tingkat produktivitas pertumbuhan
secara keseluruhan. Modul ini diharapkan dapat diselesaikan
dalam waktu 25 jam praktek, dimana setiap kali melakukan
kegiatan praktek diawali penjelasan singkat paling lama 30
menit. Akhir kata mudah-mudahan modul ini sesuai dengan
yang diharapkan, yaitu dapat memenuhi kompetensi
memahami arti, peran dan macam macam jenis pupuk serta
manfaatnya dalam kegiatan pertanian.
Metro, Agustus 2018
Penyusun,
ii
Deskripsi
Modul ini membahas mengenai arti, peran dan macam macam
jenis pupuk serta manfaatnya dalam kegiatan pertanian.
Pemberian pupuk pada tanaman dapat mempengaruhi tingkat
kesuburan dan produktivitas tanaman. Modul ini merupakan
modul dasar karena berisi pengetahuan yang sangat mendasar
untuk seseorang yang akan mengukur parameter kesuburan
dan produktivitas tanaman. Setelah menguasai modul ini
peserta didik bukan saja hanya sekedar mengenal peranan dan
fungsi tanah dalam bidang pertanian, tetapi juga mengetahui
beberapa karakteristik sifat-sifat fisika, kimia biologi pupuk
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................. i
Deskripsi .............................................................................................. ii
Daftar Isi ................................................................................................ iii
Daftar Istilah/Glossary .................................................................... iv
Petunjuk Penggunaan Modul ......................................................... ix
Uraian Teori Pupuk ........................................................................... 1
Kegiatan 1 : Pembuatan Pupuk Cair .......................................... 41
Alat dan Bahan ................................................................................. 41
Cara Kerja ........................................................................................... 43
Kegiatan 2 : Pembuatan Pupuk Padat ...................................... 45
Alat dan Bahan .................................................................................... 45
Cara Kerja ........................................................................................... 46
Lembar Evaluasi ................................................................................. 51
Lembar kunci jawaban ...................................................................... 51
Daftar pustaka ..................................................................................... 55
iv
Daftar Istilah/Glossary
• Zat organik ; senyawa yang dihasilkan dari mahkluk hidup
• Zat anorganik ; senyawa yang dihasilkan dari mineral atau
alam
• Klorosis ; keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada
daun, yang mengalami kerusakan atau gagalnya
pempentukan klorofil, sehingga tidak berwarna hijau,
melainkan kuning atau pucat hampir putih
• Katalisator ; suatu zat yang mempercepat laju reaksi
reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami
perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri (lihat
pulakatalisis). Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi
bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
• Fotosintesis ; proses biokimia pembentukan zat makanan
seperti karbohidrat yang dilakukan olehtumbuhan,
terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau
klorofil.
• Nekrosis ; Gejala yang muncul sebagian besar menyerupai
gejala yang disebabkan oleh mutasi, diferensiasi, atau
keracuanan hara, sekresi serangga, dan penyebab oleh
patogen lain.Untuk menentukan bahwa gejala tertentu
pada tumbuhan disebabkan oleh virus dilakukan
penyingkiran setiap kemungkinan lain yang menyebabkan
penyakit tersebut dan penularan virus dari tumbuhan yang
v
sakit ke tumbuhan sehat dengan cara meniadakan agensia
penyebab penyakit yang lain.
• Osmosis ; perpindahan molekul air melalui selaput
semipermiabel selektif dari bagian yang lebih encer ke
bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
• Metabolisme ; semua reaksi kimia yang terjadi di dalam
organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular.
• pH ; derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut
• Higroskopis ; kemampuan suatu zat untuk menyerap
molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau
adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu
mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik.
• Fiksasi ; Proses dimana unsur-unsur hara tertentu dalam
tanah yang akan diubah dari bentuk tidak tersedia tersedia
untuk membentuk penting bagi pertumbuhan tanaman,
yang dikonversi dari bentuk larut atau ditukarkan ke lebih
kurang larut atau bentuk nonexchangeable. Contohnya
adalah kalium, amonium, dan fiksasi fosfor.
• Dekomposisi ; salah satu perubahan secara kimia yang
membuat objek, biasanya makhluk hidup yang mati dapat
mengalami perusakan susunan/struktur yang dilakukan
vi
oleh dekomposer (termasuk semut, belatung, bakteri dan
jamur).
• Porositas ; ukuran dari ruang kosong di antara material,
dan merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap
total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%.
• Aerasi ; proses penambahan udara/oksigen dalam air
dengan membawa air dan udara ke dalam kontak yang
dekat, dengan cara menyemprotkan air ke udara (air ke
dalam udara) atau dengan memberikan gelembung-
gelembung halus udara dan membiarkannya naik melalui
air (udara ke dalam air)
• Eutrofikasi ; masalah lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air
tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang
disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke
dalam ekosistem air.
• Bintil akar ; tonjolan kecil di akar (kebanyakan adalah
anggota Fabaceae) yang terbentuk akibat infeksi bakteri
pengikat nitrogen yang bersimbiosis secara mutualistik
dengan tumbuhan.
• Tumpang sari ; suatu bentuk pertanaman campuran
(polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih
tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang
bersamaan atau agak bersamaan.
vii
• Fermentasi ; proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik,
akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron
eksternal.
• Limbah ; buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga).
Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water).
• Pengomposan ; proses di mana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-
mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi.
• Mikroba ; organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
• Inokulan ; kegiatan pemindahan mikroorganisme baik
berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber
asalnya ke medium baru yang telah dibuat dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.
• Agregasi ; pengumpulan sejumlah benda yang terpisah-
pisah menjadi satu. sejumlah tumbuhan atau binatang yang
viii
merupakan suatu kesatuan dalam kelompok yang lebih
besar.
• Klorofil ; pigmen yang dimiliki oleh berbagaiorganisme
dan menjadi salah satu molekul berperan utama dalam
fotosintesis. Klorofil memberi warna hijau pada daun
tumbuhan hijau dan alga hijau, tetapi juga dimiliki oleh
berbagai alga lain, dan beberapa kelompok bakteri
fotosintetik.
• Vigor ; daya tumbuh.
• Bioremediasi ; penggunaan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan di lingkungan.
• Bakteri indigen ; Bakteri yang tidak berbahaya bagi musuh
alami hama dan organisme non target lainnya, mudah
terbiodegradasi oleh lingkungan serta dapat dinaikkan
patogenisitasnya dengan teknik rekayasa genetika.
• In vitro ; istilah yang dipakai dalam biologi untuk
menyebutkan kultur suatu sel,jaringan, atau bagian organ
tertentu di dalam laboratorium.
ix
Petunjuk Penggunaan Modul
Agar para mahasiswa dapat berhasil dengan baik dalam
menguasai modul ini, maka mahasiswa diharapkan mengikuti
petunjuk umum sebagai berikut :
1. Membaca semua bagian dari modul bahan ajar ini dari
awal sampai akhir. Jangan melewatkan salah satu bagian
apapun.
2. Membaca ulang dan pahami sungguh-sungguh prinsip-
prinsip yang terkandung dalam modul ini.
3. Membuat ringkasan dari keseluruhan materi modul
bahan ajar ini.
4. Menggunakan bahan pendukung lain serta buku-buku
yang direferensikan dalam daftar pustaka agar dapat
lebih memahami konsep setiap kegiatan belajar dalam
modul bahan ajar ini.
5. Setelah para mahasiswa cukup menguasai materi
pendukung, kerjakan soal soal yang ada dalam lembar
latihan dari setiap kegiatan belajar yang ada dalam
modul bahan ajar ini.
6. Mengerjakan dengan cermat dan seksama kegiatan
yang ada dalam lembar kerja, pahami makna dari setiap
langkah kerja.
7. Melakukan diskusi kelompok baik dengan sesama
teman sekelompok atau dengan pihak-pihak yang
x
menurut para mahasiswa dapat membantu dalam
memahami isi modul ini.
8. Setelah mahasiswa merasa menguasai keseluruhan
materi modul ini, kerjakan soal-soal yang ada dalam
lembar evaluasi dan setelah selesai baru cocokkan
hasilnya dengan lembar kunci jawaban. Akhirnya
penulis berharap semoga mahasiswa tidak mengalami
kesulitan dan hambatan yang berarti dalam
mempelajari modul ini, dan dapat berhasil dengan baik
sesuai Tujuan Akhir yang telah ditetapkan.
1
I. URAIAN TEORI PUPUK
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah
dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan
biologis. Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, tanah harus
subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang baik.
Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap.
Sifat kimia menyangkut pH serta ketersedian unsur- unsur
hara. Sedangkan sifat biologis menyangkut kehidupan
mikroorganisme dalam tanah. Seperti makhluk hidup yang
lain, tumbuhan memerlukan nutrisi baik zat organik maupun
zat anorganik. Nutrisi organik diperoleh melalui proses
fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik semuanya diperoleh
melalui akar dari dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut
berupa kation dan anion yang mampu masuk ke dalam
pembuluh xilem akar. Tumbuhan memiliki zat-zat penyusun
yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Zat tersebut
terdiri atas:
1. Unsur-unsur esensial, yaitu unsur-unsur yang mutlak
diperlukan oleh segala macam tumbuhan (16 unsur).
Unsur- unsur ini disebut unsur hara makro dan mikro.
Unsur-unsur makro (diperlukan dalam jumlah banyak)
yaitu C, H O, N, P, K, Ca, Mg dan S. Sedangkan unsur-
unsur mikro (zat hara tambahan) yaitu Fe, Mn, Cu, Mo,
Co, Zn, dan B.
2. Unsur-unsur non esensial, yaitu unsur tambahan yang
hanya diperlukan oleh jenis tumbuhan tertentu, baik
2
dalam jumlah besar maupun kecil. Antara lain Na, Cl,
Al, Si. Pemakaian pupuk bertujuan untuk menambahkan
unsur-unsur yang diperlukan bagi tumbuhan untuk
dapat tumbuh subur. Untuk mengetahui unsur tersebut,
berikut ini akan dijelaskan sumber dan fungsi unsur
hara tersebut.
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) diserap
tumbuhan dari udara dan air dalam bentuk CO2 dan H2O.
Ketiga unsur ini merupakan unsur dasar penyusun senyawa
organik dalam tumbuhan, seperti karbohidrat, protein dan
lemak. Kekurangan unsur tersebut mengakibatkan tumbuhan
layu, mengering dan mati.
Nitrogen (N) diserap oleh akar dalam bentuk ion nitrat NO3-
atau ion ammonium NH4+ yang berasal dari penguraian sisa-
sisa organisme serta senyawa nitrogen hasil fiksasi nitrogen
oleh bakteri dan petir. Nitrogen berfungsi untuk bahan síntesis
asam amino, protein, asam nukleat, klorofil, merangsang
pertumbuhan vegatatif, membuat bagian tanaman menjadi
lebih hijau karena mengandung butir hijau yang penting dalam
proses fotosíntesis dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Kekurangan unsur Nitrogen menyebabkan warna daun menjadi
hijau muda dan akhirnya kuning (menyebabkan klorosis),
pertumbuhan lambat dan tanaman menjadi kerdil dan buah
masak sebelum waktunya. Sebaliknya, kelebihan Nitrogen
dapat menghambat pembungaan dan pembuahan.
3
Phosphor (P) diserap oleh akar dalam bentuk ion HPO42-
atau ion H2PO4- yang berasal dari sisa-sisa organisme.
Sebenarnya, di alam terdapat banyak batuan fosfat berupa
senyawa Ca3(PO4)2, tetapi sukar larut dalam air sehingga
tidak dapat diserap oleh tumbuhan. Phosphor berfungsi
memacu pertumbuhan akar pada benih dan tumbuhan muda,
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah atau biji, serta
berguna pada pembentuan asam nukleat (inti sel), fosfolopid
(lemak), dan protein dan koenzim. Kekurangan Phosphor
menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun mudah rontok,
pembentukan buah dan biji jelek, dan terjadi nekrosis atau
kematian sel.
Kalium (K) diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ion K+ yang
berasal dari berbagai mineral seperti ortoklas (KSiO8) dan
lesit (KSiO6). Kalium berfungsi sebagai katalisator dalam
pembentukan karbohidrat (fotosintesis) dan protein,
memperkokoh tubuh tumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan hama. Kekurangan Kalium
menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, serta
daun menjadi kuning dan timbul noda-noda berupa bercak
merah cokelat dan akhirnya terjadi nekrosis (kematian) dari
daun.
Kalsium (Ca) diserap oleh akar dalam bentuk ion Ca2+ yang
berasal dari mineral seperti Kalsit (CaCO3). Kalsium berfungsi
untuk mengeraskan batang serta merangsang pembentukan
4
biji-bijian. Kekurangan kalsium menyebabkan proses
pembelahan sel terhambat, daun keriput dan tanaman lemah.
Magnesium (Mg) diserap oleh akar dalam bentuk ion Mg2+
yang berasal dari berbagai mineral seperti Dolomit
(MgCO3.CaCO3). Magnesium berfungsi untuk pembentukan
klorofil, kekurangan magnesium menyebabkan klorosis, daun
menguning dan timbul bercak merah walaupun sirip dan tulang
daun tetap hijau.
Belerang diserap oleh akar tanaman sebagai ion sulfat (SO42+)
yang berasal dari Gips (CaSO4) dan Barit (BaSO4). Belarang
berfungsi sebagai penyusun protein dan membantu
pembentukan klorofil sehingga warna daun menjadi lebih
hijau. Kekurangan belerang menyebabkan daun menjadi
kuning, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil.
Ferum (Fe) diserap oleh akar dalam bentuk ion Fe3+ atau ion
Fe2+. Besi berfungsi sebagai unsur penting pada pembentukan
klorofil, kekurangan zat besi menyebabkan klorosis hingga
tanaman mengalami kematian.
Mangan (Mn) diserap oleh akar sebagai ion Mn2+. Mangan
dapat membantu proses pembentukan klorofil dan enzim pada
pernapasan. Kekurangan mangan menyebabkan klorosis pada
tulang daun.
5
Tembaga (Cu) diserap sebagai ion Cu+ dan ion Cu2+. Tembaga
berguna dalam reaksi redoks (enzim biosintesis redoks).
Kekurangan tembaga menyebabkan kusutnya ujung daun dan
akhirnya gugur.
Molibdenum (Mo) diserap akar dalam bentuk ion MoO42-.
Molibdenum berfungsi sebagai pengikat nitrogen yang esensial
(reduksi nitrat), kekurangan unsur ini menyebabkan
pertumbuhan terganggu. Sebaliknya jika kelebihan akan
menyebabkan keracunan.
Klorin (Cl) diserap oleh akar sebagai ion Cl-. Klorin berfungsi
sebagai aktivator fotosintesis, kekurangan klorin
menyebabkan fotosintesis terganggu.
Seng (Zn) diserap dalam bentuk ion Zn2+. Seng berfungsi
mengaktifkan beberapa enzim dan berperan dalam proses
pembentukan indol asetat, kekurangan seng menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat.
Boron (B) diserap sebagai ion H2BO3-. Boron berfungsi dalam
pembentukan jaringan tumbuhan, kekurangan boron
menyebabkan terganggunya pertumbuhan meristem pembuluh
angkut.
6
Kekurangan unsur-unsur hara tersebut dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan akan terganggu
atau tidak sempurna.
Proses penyerapan pupuk oleh Tanaman
Secara umum proses penyerapan unsur-unsur hara berupa ion-
ion logam yang terlarut dalam air dilakukan oleh akar melalui
pembuluh xylem. Proses penyerapan tersebut berupa reaksi
penukaran ion, seperti halnya tanaman yang kekurangan
amonium diberi pupuk ZA (NH4)SO4 akan menyerap ion NH4+
dan melepaskan H+ melalui mekanisme osmosis. Jika tumbuhan
kekurangan fosfor maka tanaman akan menyerap ion PO43-
dan melepaskan OH-. Reaksi pertukaran ion ini terjadi karena
adanya tekanan osmosis antara tanaman dan tanah dan
dipengaruhi juga oleh gaya kohesi antara molekul H2O yang
sangat kuat. Hal ini menyebabkan unsur hara yang terlarut
dalam tanah dapat terserap oleh tumbuhan. Setelah unsur hara
berada dalam tubuh tumbuhan, maka unsur hara tersebut
disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan melalui pembuluh
kapiler. Tumbuhan akan memproses semua unsur hara
menghasilkan uap air dan gas oksigen murni yang dikeluarkan
oleh tumbuhan tersebut
Materi modul ini terdiri dari 2 pokok bahasan yaitu pupuk
padat dan pupuk cair.
7
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu
mempraktikkan pembuatan pupuk padat dan pupuk
cair
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan pengertian pupuk padat dan pupuk cair
b. Memahami langkah-langkah pembuatan pupuk cair
c. Memahami langkah-langkah pembuatan pupuk
padat
d. Mempraktikkan pembuatan pupuk padat dan pupuk
cair
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK
BAHASAN
Pokok Bahasan dalam modul ini dibagi menjadi 3 sub
pokok bahasan sebagai berikut:
a. Pengertian pupuk padat dan pupuk cair
b. Langkah-langkah pembuatan pupuk padat
c. Langkah-langkah pembuatan pupuk cair
8
IV. BAHAN BELAJAR
1. Kepmenkes no. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
2. Power point materi Pembuatan Pupuk Padat dan Cair
3. Alat peraga Pembuatan Pupuk Padat dan Cair
4. Modul Pembuatan Pupuk Padat dan Cair
5. Alat dan bahan prktik
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pokok bahasan dan masing-masing sub pokok bahasannya
akan diuraikan secara runtut oleh narasumber kepada
peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih akan
mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk
narasumber. Proses pembelajaran ini akan dikemukakan
sesuai langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1
1. Kegiatan Narasumber
a. Kegiatan bina situasi kelas
- Memperkenalkan diri
- Menyampaikan ruang lingkup bahasan
b. Menanyakan dan menggali pendapat peserta
latih tentang pengertian mereka tentang
pembuatan pupuk cair dan penggunaannya
9
2. Kegiatan peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang
diperlukan
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan narasumber/fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap
penting
Langkah 2
1. Kegiatan Narasumber
a. Penyampaian materi sub pokok bahasan–1,
tentang pengertian pupuk cair
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber
sesuai dengan kesempatan yang diberikan
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan narasumber
c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang penting
Langkah 3
1. Kegiatan Narasumber
a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan 2
(langkah-langkah pembuatan pupuk cair)
10
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
2. Kegiatan Peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber
sesuai dengan kesempatan yang diberikan
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan narasumber
c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang penting
Langkah 4
1. Kegiatan Narasumber
a. Penyampaian materi sub pokok bahasan–1,
tentang pengertian pupuk padat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber
sesuai dengan kesempatan yang diberikan
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan narasumber
c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang penting
11
Langkah 4
1. Kegiatan Narasumber
a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan 2
(langkah-langkah pembuatan pupuk padat)
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
2. Kegiatan Peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber
sesuai dengan kesempatan yang diberikan
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan narasumber
c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang penting
Langkah 5
1. Kegiatan Narasumber
a. Meminta kelas untuk membentuk 3 kelompok,
yaitu kelompok I, kelompok II dan kelompok III,
serta memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Meminta masing-masing kelompok merancang
dan membuat alat pupuk cair atau padat
c. Memberikan bimbingan tentang jalannya proses
praktikum
12
Langkah 6
(1) Kegiatan Narasumber
a. Meminta masing masing kelompok (kelompok I,
kelompok II dan kelompok III),
mempresentasikan hasil-hasil praktek
kelompoknya didepan kelas.
b. Memberikan masukan tentang masalah-masalah
yang timbul seputar proses praktikum serta
mengarahkannya sesuai dengan tujuan
pembelajaran
c. Merangkum hasil-hasil diskusi pada tahapan-
tahapan tertentu sehingga hasil-hasil diskusi lebih
fokus.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti acara penyajian/presentasi masing-
masing kelompok
b. Berpartisipasi aktif dan bertanya, mengemukakan
pendapat/saran yang berguna bagi proses
pembelajaran
c. Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-
hal yang kurang jelas
d. Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting
13
Langkah 7
Penutup
1. Kegiatan Narasumber
a. Meminta peserta menanyakan hal-hal yang
kurang jelas sebelum menutup acara
pembelajaran
b. Meminta peserta untuk memberi komentar
tentang proses belajar
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan peserta
(kalau ada)
d. Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan
penghargaan atas perhatian peserta selama
pembelajaran, serta permohonan maaf jika
terdapat sesuatu yang tidak berkenan.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber
sesuai dengan kesempatan yang diberikan
b. Memberikan komentar tertulis tentang jalannya
penyampaian materi oleh narasumber dalam
selembar kertas
14
VI. URAIAN MATERI
A. Pengertian Pupuk
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu
bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik
bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang
khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu
atau lebih harauntuk memperbaiki sifat fisik tanah.
Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen.
Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian,
ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam
aplikasi pupuk harus diperhatikan kebutuhan hara
tanaman, agar tanaman tidak mendapatkan suplai
hara secara berlebihan. Suplai hara yang terlalu
sedikit atau terlalu banyak dapat membahayakan
pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat
tanah ataupun disemprotkan ke permukaan daun.
Lima Tepat Pemupukan adalah:
1) Tepat Jenis : Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur
hara yg dibutuhkan tanaman.
15
2) Tepat Dosis : Pemberian pupuk harus tepat
takarannya, disesuaikan dgn jumlah unsur hara yg
dibutuhkan tanaman pada setiap fase
pertumbuhan tanaman.
3) Tepat Waktu : Harus sesuai dgn masa
kebutuhan hara pada setiap fase/umur tanaman,
dan kondisi iklim/cuaca (misal : (a) pemupukan yg
baik jika ilakukan di awal musim penghujan atau
akhir musim kemarau, (b) pengaplikasian
sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam
11 siang.
4) Tepat Cara : Cara pengaplikasian pupuk
disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola
tanam, kondisi lahan dan sifat-sifat fisik , kimia
tanah & biologi tanah.
5) Tepat Sasaran : Pemupukan harus tepat pada
sasaran yg ingin dipupuk, misalnya:
(1) Jika yg ingin dipupuk adalah tanaman, maka
pemberian pupuk harus berada didalam
radius daerah perakaran tanaman, dan
sebelum dilakukan pemupukan maka areal
pertanaman harus bersih dari gulma-gulma
pengganggu.
(2) Jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka
aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan
16
tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa
kondisi fisik & kimia tanah.
B. Kategori Pupuk
Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal,
senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi,
jumlah dan macam hara yang dikandungnya.
Berdasarkan asalnya dibedakan:
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam
atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses
yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk
kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan
P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh
pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan
nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik
dengan mengubah sumber daya alam melalui
proses fisika dan/atau kimia.
Berdasarkan senyawanya dibedakan:
1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa
organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk
organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk
alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya
rock phosphat, umumnya berasal dari batuan
sejenis apatit [Ca3(PO4)2].
17
2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk
dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk
buatan tergolong pupuk anorganik.
Berdasarkan fasa-nya dibedakan:
1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai
kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut
air sampai yang sukar larut.
2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara
penggunaannya dilarutkan dulu dengan air,
Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun.
Karena mengandung banyak hara, baik makro
maupun mikro, harganya relatif mahal.. Pupuk
amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N
nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya
dapat lewat tanah (injeksikan).
Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:
1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan
dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada
permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang
diberikan ke dalam tanah disekitar akar agar
diserap oleh akar tanaman.
18
Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam
artinya bila pupuk tersebut diberikan ke dalam
tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih
masam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya: Za
dan Urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis
ialah pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah
menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya:
pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.
Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya
dibedakan:
1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman
saja. Misalnya: urea hanya mengandung hara N,
TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga
mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua
atau lebih dua hara tanaman. Contoh: NPK,
amophoska, nitrophoska dan rustika.
Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:
1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya
hara makro saja: NPK, nitrophoska, gandasil.
19
2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung
hara mikro saja misalnya: mikrovet, mikroplek,
metalik.
3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk
gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke dalam
pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga
zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh).
C. Pupuk anorganik
1. Pupuk Nitrogen
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang
dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen
dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah
singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure
ammoniak, yang berarti amonium sulfat
(NH4)2SO4. Wujud pupuk ini butiran kristal mirip
garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini
higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak
sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara
kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk
ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena
aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam
penyimpanan dan pemberiannya. Pupuk ZA
mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %.
Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea,
20
sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan
sebagai sumber pemasok hara belerang pada
tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun
demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea
sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu
karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi
pupuk urea. Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk
ZA, mengandung 21% nitrogen dan 26% sulfus,
erbentuk kristal dan bersifat kurang higroskopis.
Reaksi kerjanya agak lambat sehinga cocok
digunakan untuk pupuk dasar. Sifat reaksinya asam,
sehingga tidak disarankan untuk tanah ber pH
rendah
2. Ammonium Chlorida ( NH4CL)
Pupuk ammonium chlorida adalah Pupuk yang
mempunyai kadar N sebanyak 26 air. Di dalam
tanah akan terionisasi menjadi ion NH4 dan Cl-.
Seperti halnya dengan pupuk ZA, ion ammonium
dapat langsung diserap tanaman dan sebagian akan
diserap oleh koloid tanah pada permukaan
3. Ammonium Nitrat (NH4NO3)
Pupuk ammonium nitrat adalah pupuk yang dapat
menyumbangkan dua jenis hara N dalam bentuk
ammonium dan nitrat. Pupuk termasuk pupuk yang
21
larut di dalam air. Bentuknya mempunyai kadar N
sebanyak 33 pupuk ialah padat dan kristalin dan
berwarna putih, tidak higrokopis dan berkerja
cepat. Kandungan nitratnya membuat pupuk ini
cocok digunakan di daerah dingin dan daerah
panas. Pupuk ini akan membakar tanaman apabila
diberikan terlalu dekat dengan akar tanaman atau
kontak langsung dengan daun. Ketersediaan bagi
tanaman sangat cepat sehingga frekuensi
pemberiannya harus lebih sering. Amonium Nitrat
bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan
lebih lama.
4. Ammonium Sulfat Nitrat ( ASN)
Ammonium Sulfat Nitrat adalah pupuk yang
diproduksi oleh Ruhr-sticstoff A.G.Jerman,
merupakan garam rangkap dari ammonium sulfat
dan ammonium nitrat. Pupuk ini diperdagangkan
dalam bentuk kristal berwarna seperti kuning
kemerah-merahan.
5. Urea CO(NH2)2
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia
organic dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk
butiran bulat kecil . Urea larut sempurna di dalam
air. Pupuk ini mempunyai kadar N 45 tidak
mengasamkan tanah. Sifat urea lain yang tidak
22
menguntungkan adalah sangat higrokopis dan
mulai menarik air dari udara pada kelembaban
nisbi sekitar 70-75 persen.
6. Pupuk Cyanamide
Pupuk cyanamide dan pupuk urea dikenal sebagai
pupuk organik buatan. Contoh pupuk cyanamide
ialah CaCN2 dibuat dengan memanasi kapur (lime)
dengan kokas (coke).
7. Pupuk Kalsium Ammonium Nitrat
Pupuk ini meruoakan campuran dari ammonium
nitrat dengan bubuk tanah liat (kapur mergel).
Campuran ini dimaksudkan untuk meniadakan
keburukan-keburukan ammonium nitrat. Kalsium
ammonium nitrat CaCO3. diperdagangkan dalam
bentuk butiran-butiran N dan 30-35 mengandung
20,5 kuning muda dan hijau. Pupuk kalsium nitrat
ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat
larut di dalam air. Kalsium nitrat merupakan
sumber kalsium yang baik karena mengandung 19%
Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan
higroskopis.
8. Pupuk Natrium Nitrat (NaNO3)
23
Natrium nitrat juga dikenal dengan nama
Chilisalpeter. Disebut dengan chilisalpeter karena
pada awalnya pupuk ini merupakan produk alam,
yang didapatkan dari endapan didalam tanah
didaerah pantai utara chili, peru dan Bolivia dan
dipantai barat Amerika Serikat. Sekarang pupuk
NaNO3 telah dibuat secara sintetis melalui proses
ammonia soda sejalan dengan cara pembuatan
ammonium chlorida, yaitu dengan caraproses
Solvay (Proses ammonia soda) dengan larutan
garam.
9. Pupuk Fosfat
SP-36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. ppuk
ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk
butiran an berwarna au-abu. Sifatnya agak sulit
larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu
digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya
tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak
bersifat membakar.
Amonium Phosfat
Pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang
pertumbuhan awal. Bentuknya berupa butiran
berwarna coklat kekuningan. Reaksinya termasuk
alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya
24
adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan
lebih lama dan tidak bersifat membakar karena
indeks garamnya rendah.
10. Pupuk Kalium
Kalium Klorida
Mengandung 45% K2O dan klor, bereaksi agak
asam dan bersiat higroskopis. Khlor berpengaruh
negatif terhadap tanaman yang tidak
membutuhkanya.
Kalium Sulfat
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar
K2O-nya sekitar 48-52%, berbentuk tepung putih
yang larut di dalam air, bersifat asam. Dapat
digunakan sebagai pupuk dasar sesudah tanam.
Kalium Nitrat
Mengandung 13% N dan 44% K2O, berbentuk
butiran berwarna putih yang tidak bersifat
higroskopis dengan reaksi yang netral.
11. Pupuk Makro sekunder
Kapur dolomitik
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan,
dikenal sebagai bahan untuk menaikan pH tanah.
Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%)
25
yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan
kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran
butirannya. Semakin halus butirannya semakin
baik kualitasnya.
12. Kapur Kalsitik
Dikenal sebagai kapur pertanian berbentuk bubuk
berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Warnanya
putih dan butirannya halus, mengandung 90199%
Ca. Bersifat lebih cepat larut di dalam air.
13. Kalium Magnesium Sulfat (Paten Kali)
Pupuk ini mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12%
MgO, erbentuk butiran dan berwarna kuning.
Bersifat sukar larut dalam air.
14. Gypsum (CaSO4)
Bahan ini berbentuk bubuk berwarna putih.
Mengandung 39% Ca, 53% S, dan sedikit Mg.
Gypsum digunakan untuk meneralisir tanah yang
erganggu karena kadar garam yang tingi.
15. Bubuk Belerang
Bubuk belerang adalah sumber sulfur yang
terbesar, kandungannya dapat mencapai 99%.
Namun bubuk ini tidak lazim digunakan untuk
26
mengatasi defisiensi sulfur, tetapi lebih banyak
digunakan untuk menurunkan pH tanah.
16. Pupuk Mikro
Pupuk sebagai sumber unsur hara mikro ersedia
dalam dua entuk, yakni bentuk garam anorganik
dan bentuk organik sinteis. Kedua bentuk ini
bersifat mudah larut di dalam air. Contoh pupuk
mikro yang berbentuk garam anorganik adalah Cu,
Fe,Z dan Mn yan seluruhnya bergabung dengan
sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan
sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai
pupuk aun. Sumber Mo umumnya menggunakan
sodium atau amonium molibdat. Bentuk organik
sintetis ditandai dengan adanya agen pengikat
unsur logam yang disebut chelat. Chelat adalah
bahan kimia organik yang dapat mengikat ion
logam seperti yang dilakkan koloid tanah. Unsur
hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat
adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn. Selain itu, unsur mikro
juga dapat disediakan oleh berbagai pupuk
majemuk yang banyak beredar di pasaran.
D. Pupuk organik
Menurut Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang
pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan
27
bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang
berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik
lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau
bahan organik daripada kadar haranya, nilai C-organik
itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik
(Simanungkalit dkk., 2006). Pupuk organik dapat dibuat
dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut
kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan,limbah media
jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga dan limbah
pabrik, serta pupuk hijau. Karena bahan dasar
pembuatan pupuk organik bervariasi, kualitas pupuk
yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan kualitas
bahan asalnya. Pemakaian pupuk organik terus
meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu ada
regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan
manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan
tetap menjaga kelestarian lingkungan
(http://www.pustaka-deptan.go.id, 2010).
28
Pupuk organik mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Beberapa keunggulan dari pupuk oganik adalah antara
lain : meningkatkan kandungan bahan organik di dalam
tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kemampuan tanah menyimpan air (Water holding
capacity), meningkatkan aktivitas kehidupan biologi
tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah,
mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah
masam, dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam
tanah. Kelemahan dari pupuk organik antar lain:
kandungan haranya rendah, relatif sulit
memperolehnya dalam jumlah yang banyak, tidak dapat
diaplikasikan secara langsung ke dalam tanah, tetapi
harus melalui suatu proses dekomposisi, pengangkutan
dan aplikasinya mahal karena jumlahnya banyak.
Syarat dan tata cara pendaftaran pupuk organik telah
dituangkan dalam SK Mentan No. 2, tahun 2006.
Berdasarkan persyaratan pendaftaran pupuk organik,
dan pembenah tanah selain diperlukan pengujian mutu
pupuk, juga diperlukan uji keefektifan yang dapat
dilakukan di laboratorium, atau rumah kaca, dan atau
di lapangan, walaupun peranan pupuk organik atau
pembenah tanah terhadap produktivitas tanah dan
tanaman tidak bisa terlihat dalam waktu yang pendek
29
(satu semusim) tetapi memerlukan waktu jangka
panjang (2–3 musim tanam). Pupuk organik terdiri dari:
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk
buangan dari binatang peliharaan yang dapat
digunakan untuk menambah hara, memperbaiki
sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam
memelihara ternak tersebut diberi alas seperti
sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan
kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi
satu kesatuan dan disebut sebagai pupuk kandang.
Beberapa petani di beberapa daerah memisahkan
antara pupuk kandang padat dan cair. Jenis pupuk
kandang berdasarkan jenis ternak atau hewan yang
menghasilkan kotoran antara lain adalah : pupuk
kandang sapi, pupuk kandang kuda, pupuk kandang
kambing atau domba, pupuk kandang babi, dan
pupuk kandang unggas. Ada beberapa jenis pupuk
kandang, pupuk kandang sapi yang mempunyai
kadar serat yang tinggi seperti selulosa, pupuk
kandang sapi dapat memberikan beberapa manfaat
yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro
bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki
tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas,
aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah,
memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya
30
serap air yang lebih lama pada tanah. Ciri-ciri
pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik
atau kimiawi. Ciri fisiknya yakni berwarna
kehitaman, cukup kering, tidak mengandung dan
tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah
C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak
terlihat) dan temperaturnya relatif stabil. Efek dari
kelebihan pupuk kandang akan menimbulkan
pencemaran nitrat (NO3-) dan ammonia (NH3+)
sehingga menyebabkan eutrofikasi (eutropication).
Di samping itu sering pula tidak tersedia bagi
tanaman, karena diserap oleh mikroorganisme
untuk kebutuhan hidupnya. Keuntungan pemakaian
pupuk kandang antara lain.
1) Dapat memperbaiki kesuburan fisika tanah
melalui perubahan struktur.
2) Dapat memperbaiki kesuburan kimia tanah
karena mengandung unsur N, P,K, Ca, Mg, dan
Cl.
3) Dapat meningkatkan kegiatan mikroorganisme
tanah yang berarti meningkatkan kesuburan
biologis.
4) Dalam pelapukannya sering mengeluarkan
hormon yang merangsang pertumbuhan
tanaman, seperti auxin, gibberellin dan
cytokinin.
31
2. Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati
dan tertimbun dalam tanah. Pupuk organik jenis ini
mempunyai imbangan C/N rendah, sehingga dapat
terurai dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau
sebagai sumber nitrogen cukup baik. Di daerah
tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagai
penambah unsur mikro dan perbaikan struktur
tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah
dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan
dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis
tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih
banyak, daya serap haranya lebih besar dan
mempunyai bintil akar yang membantu mengikat
nitrogen dari udara. Pupuk hijau memiliki tujuan dan
keunggulan dalam penggunaannya antara lain:
a. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah
serta infiltrasi air.
b. Mencegah adanya erosi.
c. Dapat membantu mengendalikan hama dan
penyakit.
d. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang
sulit dijangkau untuk suplai pupuk anorganik.
Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan
yaitu tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam
waktu, tenaga, lahan, dan air pada pola tanam
32
yang menggunakan rotasi dengan tanaman
legume dapat mengundang hama ataupun
penyakit dapat menimbulkan persaingan dengan
tanaman pokok dalam hal tempat, air dan hara
pada pola pertanaman tumpang sari.
3. Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang telah
mengalami degradasi / penguraian / pengomposan
sehingga berubah bentuk dan sudah tidak dikenali
lagi bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman, dan
tidak berbau. Kompos merupakan hasil fermentasi
atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti
tanaman, hewan atau limbah organik lainnya. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang,
gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan
sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering
digunakan untuk kompos di antaranya kotoran
ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan
cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan
untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air,
eceng gondok, dan azola. Kompos yang digunakan
sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena
penyusunannya terdiri dari bahan-bahan organik.
33
Sedangkan proses pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan. Secara alami
bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di
alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah
lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi
secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk
mempercepat proses pengomposan ini telah banyak
dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana,
sedang, maupun teknologi tinggi. Dewasa ini
pembuatan kompos semakin berkembang dengan
diperkaya dengan mikroorganisme yang dapat
mempercepat dekomposisi seperti Trichoderma sp.
Pada akhir-akhit ini, telah banyak digunakan
teknologi efektif mikroorganisme (EM-4) yang
merupakan permentant (pengurai) limbah organik
menjadi pupuk organik, yang mengandung bacteri
Lactobacillus, ragi, actomycete, dan jamur pengurai
34
selulosa yang dapat membantu proses dekomposisi.
Dilaporkan penggunaan Em-4 dapat mempercepat
proses dekomposisi.
4. Bokashi
Kata Bokashi diambil dari bahasa Jepang yang
berarti bahan organik yang terfermentasi. Oleh
orang Indonesia, kata bokashi dipanjangkan menjadi
“bahan organik kaya akan sumber kehidupan”.
Bokashi adalah pupuk organik hasil fermentasi
bahan organik oleh sejumlah besar jasad renik dalam
lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan
hasil akhir berupa humus. Humus adalah material
organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting
tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi)
yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga
tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku
untuk humus adalah dari daun ataupun ranting
pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan
peternakan, industri makanan, agroindustri, kulit
kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu,
endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan
limbah-limbah padat perkotaan. Pada umumnya
humus ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran,
limbah pertanian, seperti jerami, sekam padi, kulit
35
kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan
hijauan lainnya. Sedangkan kotoran ternak yang
banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar humus
antara lain: kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam,
itik dan babi. Humus merupakan sumber makanan
bagi tanaman, serta berperan baik bagi
pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa
humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia
toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat
meningkatkan kapasitas kandungan air tanah,
membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-
air, dan mencegah penggerusan tanah. Humus
merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan
tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan
penggunaan kompos. Pemanfaatan pupuk
humus/bokashi secara rutin dapat berdampak nyata
terhadap peningkatan kesuburan lahan, tanah
menjadi gembur, serta sifat fisik, kimia dan biologi
tanah menjadi lebih baik.
5. Pupuk Hayati
6. Pupuk hayati merupakan mikrob hidup yang
diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk
membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan
unsur hara tertentu bagi tanaman. Oleh karena itu,
pupuk hayati sering juga disebut sebagai pupuk
36
mikrob. Banyak mikrob yang bisa dimanfaatkan,
antara lain, Azospirillum spp dan Azotobacter spp
untuk menambat N2 dari udara tanpa harus
bersimbiosis dengan tanaman. Aeromonas spp dan
Aspergillus spp adalah contoh mikrob pelarut P yang
sangat efektif dalam melepaskan ikatan P yang sukar
larut. Selain itu, mikrob ini bisa memperbaiki aerasi
dan agregasi tanah. Pupuk organik hayati
mengandung sumber hara seperti N, P, K, dan hara
lainnya. Mikroba yang ditambahkan ke dalam pupuk
organik hayati selain mampu meningkatkan
ketersediaan hara, juga mampu meningkatkan
efisiensi pengambilan hara (uptake) oleh tanaman
sehingga efisiensi pemupukan meningkat. Pupuk
hayati telah dilaporkan mampu meningkatkan
efisiensi serapan hara, memperbaiki pertumbuhan
dan hasil, serta meningkatkan ketahanan terhadap
serangan hama dan penyakit. Umumnya digunakan
mikrob yang mampu hidup bersama (simbiosis)
dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh
oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan
tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan
mikrob mendapatkan bahan organik untuk aktivitas
dan pertumbuhannya. Pupuk hayati berperan dalam
mempengaruhi ketersediaan unsur hara makro dan
mikro, efisiensi hara, kinerja sistem enzim,
37
meningkatkan metabolisme, pertumbuhan, dan hasil
tanaman. Teknologi ini mempunyai prospek yang
lebih menjanjikan di samping karena pengaruhnya
yang nyata dalam meningkatkan hasil, juga lebih
ramah lingkungan.
7. Pupuk organik cair
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat
berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Pupuk cair
sepertinya lebih mudah di manfaatkan oleh tanaman
karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan
tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga
manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk
cair dapat berasal dari pupuk padat dengan
perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu
dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman
sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair. Pupuk
organik cair dapat berasal dari pupuk kandang,
jerami padi, azolla, daun lamtoro, sekam padi,
belotong, limbah agroindustri (seperti limbah
pengolahan minyak sawi, tapioka, nanas dll). Secara
garis besar keuntungan diperoleh dari pemanfaatan
pupuk organik cair adalah perbaikan
(a) sifat fisik tanah,
(b) sifat kimia tanah,
(c) sifat biologi tanah, dan
38
(d) kondisi sosial.
Pemberian pupuk organik cair harus
memperhatikan konsentrasi dan frekuensi aplikasi
terhadap tanaman. Masing-masing jenis tanaman
mempunyai konsentrasi dan frekuensi pemberian
pupuk berbeda untuk memperoleh hasil optimum.
Pemilihan konsentrasi tepat perlu diketahui dan hal
ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di
lapangan.
Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan
melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar
mengandung hara makro dan mikro essensial (N, P,
K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan
pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan
nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor
tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen
penyebab penyakit,merangsang pertumbuhan
cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga
dan bakal buah, mengurangi gugurnya daun, bunga
dan bakal buah. Pemberian pupuk organik cair harus
39
memperhatikan konsentrasi diaplikasikan terhadap
tanaman.
Pemberian pupuk organik cair melalui daun
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman lebih
baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin
tinggi konsentrasi pupuk diberikan maka kandungan
unsur hara diterima oleh tanaman akan semakin
banyak, begitu pula dengan semakin seringnya
frekuensi aplikasi pemupukan dilakukan pada
tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin
tinggi. Perlu diperhitungkan dalam pemberian pupuk
dengan konsentrasi berlebihan, karena akan
mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada
tanaman. Pemberian konsentrasi dan frekuensi
pemupukan harus disesuaikan dengan kebutuhan
nutrisi tanaman. Contoh pupuk yang berasal dari
limbah industri yaitu Pupuk cair LCN (Limbah Cair
Nanas).
LCN merupakan limbah cair yang berasal dari
limbah nanas yang telah melalui proses yang
sedemikian rupa sehingga dapat menjadi pupuk
organik yang bermanfaat bagi tanaman yaitu dengan
proses bioremediasi. Bioremediasi merupakan suatu
proses yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi
pencemaran yang terdapat di limbah tersebut
40
dengan menggunakan bantuan beberapa macam
organisme, sehingga dapat mengubah zat-zat yang
berbahaya (toksik) untuk menjadi zat yang tidak
berbahaya jika digunakan bagi lingkungan sekitar.
Limbah Cair Nanas dengan kandungan bahan
organik tinggi tidak mampu diuraikan oleh bakteri
diperairan atau sungai secara alami, karena volume
dan kadar limbah yang tinggi, serta jumlah dan jenis
bakteri yang tidak memadai di perairan, untuk itu
kualitas LCN harus memenuhi standar baku mutu
untuk emisinya. Salah satu teknologi pengolahan air
limbah yang aman dan berwawasan lingkungan
adalah menggunakan bakteri yang berpotensi
pengurai. Secara alamiah untuk memperoleh bakteri
yang berpotensi sebagai pengurai dapat dilakukan
dengan mengisolasi limbah itu sendiri (bakteri
indigen), kemudian dikultur secara murni di
laboratorium secara in vitro. Bakteri indigen limbah
cair nanas yang mampu menetralkan pH, yaitu:
Bacillus cereus, Acinobacter baumanni, Bacillus
subtitlis dan Pseudomonas pseudomallei. Bakteri
indigen ini mampu menetralkan pH dan memiliki
potensi sebagai pengurai. Pengolahan limbah cair
LCN (Limbah Cair Nanas) dapat memenuhi syarat
standar baku mutu sebagai pupuk organik yang dapat
digunakan sebagai pengganti pupuk kimia dan baik
bagi tanaman.
41
Kegiatan 1.
Pembuatan Pupuk Cair
A. Alat dan Bahan
a. Ember 25 L, Gentong 120 L, Drum 200 L dengan
tutupnya.
b. Stop kran (1-1,5 inch)
c. Sock berderat pipa pralon PVC (ukuran sesuaikan
dengan stop kran)
d. Sealent, seal karet ban dalam
e. Plat plastik yang dibolong-bolonngkan sesuai dengan
ukuran ember, gentong, drum
B. Pemasangan Alat
a. Pasang pelat plastik (sesuai dengan ukuran) yang
sudah dilubangi ke dalam ember, gentong dan drum
b. Beri penahan (setengah batu bata, sebuah atau
beberapa buah) di bawah pelat plastik, untuk menahan
sampah yang akan dijadikan pupuk cair tidak sampai
ke dasar ember, gentong, drum
c. Ember, gentong, drum dibagian bawah diberi lubang
kesamping sesuai dengan ukuran stop keran
d. Stop kran dipasang di lubang tersebut, dengan dilapisi
karet seal dibagian luar dan dalam e. dari bagian
dalam dipasangkan sock pipa plastik dengan stop
42
keran (ukuran yang sesuai) f. dikencangkan
secukupnya dengan keyakinan stop keran tidak bocor
Gambar dapat dilihat sebagai berikut:
43
C. Cara Kerja pembuatan pupuk cair
a. Bahan sampah sisa buah, sayuran dan sampah organik
lainnya
b. Sampah organik tersebut dicincang
c. Masukkan sampah ke dalam ember
d. Isi ember dengan sampah sampai penuh
e. Dapat ditambahkan bibit bakteri (EM-4, air kotor,
comberan, dll)
f. Ember ditutup dan biarkan untuk proses penguraian
g. Selang beberapa hari pupuk cair keluar dan
ditampung dengan wadah secukupnya. Bau yang khas
yaitu bau buah yang sudah difermentasi dapat
dilakukan secara berulang selang beberapa hari
h. Pupuk cair di aerasi secukupnya untuk membuang gas
(bau) hasil fermentasi/pengomposan sampah sisa
buah-buahan
i. Pupuk cair yang sudah diaerasi (baunya hilang)
dimasukan kedalam pewadahan atau kemasan
bertutup
*Keterangan tambahan
1. Apabila beberapa waktu, sampah sisa buah dalam
ember akan menyusut (karena proses fermentasi)
maka dapat ditambahkan lagi sampah sisa buah
sampai penuh lagi, dst
44
2. Bila ember sudah penuh dengan padatan
pembuatan cair di kosongkan dan dibersihkan,
serta ditata kembali seperti semula dan
pembuatan pupuk cair dapat diulang kembali dst,
seperti yang diuraikan diatas
3. Padatan dari pembuatan pupuk cair ini dapat
dijadikan kompos dengan proses pengkomposan
sampah padat
45
Kegiatan 2.
Pembuatan Pupuk Padat
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan antara lain:
a. Tempat pembuatan kompos (mempunyai atap)
b. Sekop,
c. Cangkul garpu
d. Gembor/embrat
e. Drum air
f. Ember
g. Lembaran plastik penutup
h. Termometer
i. Alat timbang
Bahan yang diperlukan:
a. Bahan Hijauan, bahan yang berwarna hijau biasanya
banyak mengandung Nitrogen (N) tinggi, diantaranya
kotoran ternak (sapi, kerbau, ayam, kambing dll),
daun kacang-kacangan, daun jagung, limbah pertanian
segar, potongan rumput segar dan lain-lain.
b. Bahan Coklatan, bahan yang berwarna coklat biasanya
banyak mengandung Carbon (C) tinggi, diantaranya
Jerami padi, serbuk gergaji, cocopeat, dedak, sekam,
potongan kayu, potongan kertas, dan lain-lain.
c. Bahan lain, Limbah Rumah Tangga, Abu dapur.
46
Untuk bahan tertentu yang berukuran besar atau panjang
seperti jerami, batang jagung, belukar, agar bahan
kompos mudah terdekomposisi, maka bahan sebaiknya
harus dihaluskan dengan cara dicincang dengan ukuran 4-
10 cm.
B. Penyusunan Bahan
1) Susun kompos berdasarkan ketersediaan bahan baku.
Sebaiknya bahan yang mangandung karbon tinggi
terlebih dahulu disimpan paling bawah sebagai alas.
Misalnya Jerami, serbuk gegaji, sekam atau coco peat.
2) Selanjutnya di atas bahan tadi susun kotoran ternak
seperti kotoran sapi, kambing, ayam Susunan bahan
baku yang biasa dilakukan adalah:
• Jerami (paling bawah) Kotoran Sapi (kalau ada)
Serbuk gergaji
• Kotoran Kambing Kotoran ayam, dll
Proses penyusunan bahan kompos ini dapat dilakukan
sampai ketinggian 1 m.
C. Cara kerja
1. Mencampur Kompos.
Setelah bahan disusun lengkap, kemudian setahap
demi setahap bahan dicampur sampai rata, sambil
dilhat kelembabannya, apabila kurang lembab,
tambahkan air, sambil ditambahkan bahan aktivator
47
atau fermentor. Setelah bahan dicampur rata dengan
kelembaban yang cukup dan lengkap dengan
penambahan fermentornya, lalu ditumpuk kembali
seperti semula, sampai ketinggian 1 m, membentuk
bedengan memanjang. Lebar antara 2 s/d 5 m dan
panjang bisa sampai 50 m. Tumpukan kompos
kemudian ditutup terpal plastik, supaya jangan kena
sinar matahari langsung atau kehujanan. Pada waktu
menutup perhatikan supaya tetap ada jalan untuk
sirkulasi udara.
2. Mengukur Temperatur
Setelah secara berkala dilakukan pengukuran, hasil
pengukuran dapat dicatatkan pada tabel dibawah ini
untuk memudahkan analisa dan pengembangan lebih
lanjut.
Pengukuran temperatur dilakukan setiap hari pada
beberapa titik kemudian dicatat. Hasil pemetaan
pengukuran dapat memberikan indikasi tentang
proses pembuatan kompos, apakah pencampuran
sudah baik dan benar, apakah komposisi seimbang,
apakah kelembaban memadai dan seterusnya.
3. Membalik Kompos
Pada hari ke 4 komposting, saat pembalikan kompos
yang pertama, perhatikan pada titik titik no 2, 7, 8, 9,
48
14, amati kelembabannya, campuran bahan dan siklus
oksigennya. Apabila kurang lembab, atau campuran
kurang rata, atau siklus oksigen tidak lancar, maka
pada saat membalik harus sambil dilakukan
pencampuran ulang dengan kompos dari tempat yang
mempunyai temperatur tinggi, yang kelembaban atau
campuran atau siklus oksigennya baik.
Lakukan pengamatan temperatur pada hari
berikutnya, petakan, kemudian amati. Apabila masih
ada yang kurang rata, lakukan seperti tindakan di atas.
Apabila tindakan dilakukan dengan benar, maka pada
pembalikan berikutnya perbedaan temperatur sangat
kecil dan relatif rata.
Pembalikan kompos selain dengan mempergunakan
peta temperatur, juga harus dilakukan dengan cara:
a. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan
di atas ke bawah
b. Membalik, mencampur dan minyimpan tumpukan
tengah ke luar, kiri kanan
c. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan
samping, kiri dan kanan ke tengah
d. Membalik, mencampur dan menyusun tumpukan
tengah bawah ke atas
49
Apabila proses pembalikkan kompos sudah 4 kali,
amati perubahan warna, aroma dan temperatur.
Apabila warnanya sudah berubah menjadi coklat
kehitaman, kemudian aroma kompos menyerupai
aroma tanah, maka proses komposting sudah selesai.
Tinggal menunggu penurunan temperatur.
4. Pengayakan
Setelah proses pengomposan selesai, kemudian
dilakukan untuk memperoleh ukuran yang seragam
dan penampilannya yang lebih baik. Disamping itu
apabila telah diayak, maka pada waktu penerapan di
lapangan akan jauh lebih mudah.
50
51
Lembar Evaluasi 1. Bagaimana cara pembuatan pupuk cair, jelaskan!
2. Bagaimana cara pembuatan pupuk padat, jelaskan!
3. Apa fungsi aktivator / fermentor?
Lembar Kunci Jawaban 1. Proses pembuatn pupuk cair sebagai berikut:
a. Sampah organik tersebut dicincang dan dimasukkan
sampah ke dalam ember
b. Isi ember dengan sampah sampai penuh
c. Dapat ditambahkan bibit bakteri (EM-4, air kotor,
comberan, dll)
d. Ember ditutup dan biarkan untuk proses penguraian
e. Selang beberapa hari pupuk cair keluar dan
ditampung dengan wadah secukupnya. Bau yang khas
yaitu bau buah yang sudah difermentasi dapat
dilakukan secara berulang selang beberapa hari
f. Pupuk cair di aerasi secukupnya untuk membuang gas
(bau) hasil fermentasi/pengomposan sampah sisa
buah-buahan
g. Pupuk cair yang sudah diaerasi (baunya hilang)
dimasukan kedalam pewadahan atau kemasan
bertutup
52
2. Proses pembuatn pupuk cair sebagai berikut;
a. Mencampur Kompos. Setelah bahan disusun lengkap,
kemudian setahap demi setahap bahan dicampur
sampai rata, sambil dilhat kelembabannya, apabila
kurang lembab, tambahkan air, sambil ditambahkan
bahan aktivator atau fermentor. Setelah bahan
dicampur rata dengan kelembaban yang cukup dan
lengkap dengan penambahan fermentornya, lalu
ditumpuk kembali seperti semula, sampai ketinggian 1
m, membentuk bedengan memanjang. Lebar antara 2
s/d 5 m dan panjang bisa sampai 50 m. Tumpukan
kompos kemudian ditutup terpal plastik, supaya
jangan kena sinar matahari langsung atau kehujanan.
Pada waktu menutup perhatikan supaya tetap ada
jalan untuk sirkulasi udara.
b. Pada hari ke 4 komposting, saat pembalikan kompos
yang pertama, perhatikan pada titik titik no 2, 7, 8, 9,
14, amati kelembabannya, campuran bahan dan siklus
oksigennya. Apabila kurang lembab, atau campuran
kurang rata, atau siklus oksigen tidak lancar, maka
pada saat membalik harus sambil dilakukan
pencampuran ulang dengan kompos dari tempat yang
mempunyai temperatur tinggi, yang kelembaban atau
campuran atau siklus oksigennya baik.
53
c. Setelah proses pengomposan selesai, kemudian
dilakukan untuk memperoleh ukuran yang seragam
dan penampilannya yang lebih baik. Disamping itu
apabila telah diayak, maka pada waktu penerapan di
lapangan akan jauh lebih mudah.
3. Mempercepat proses penguraian bahan yang masih
berukuran besar menjadi bahan yang kecil dalam proses
pengomposan.
54
55
Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian.
Diakses dari: http://www.pustaka-
deptan.go.id/publication/wr276057.pdf. Diakses
Tanggal 5 Agustus 2016.
Anggarwulan, E. dan Solichatun. 2001. Fisiologi Tumbuhan.
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNS, Surakarta.
Anwar, E.K. 1999. Usaha meningkatkan produktivitas lahan
pertanian dengan teknologi efektif mikroorganisme
(EM-4). Konggres Nasional VII. HITI. Bandung.
Astuti, A. 2002. Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan
Organik Dengan Aktivator Alami dan Buatan. Makalah
Seminar Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Bastari, T. 1996. Penerapan Anjuran Teknologi Untuk
Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang
Pertanian Deptan. hal. 7 - 36.
Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk.
Terjemahan DH. Goenadi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
56
Fisher, N.M., dan Goldsworthy. 1985. Fisiologi Budidaya
Tanaman tropic. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Menteri Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian No.2
tahun 2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenah
tanah. Analisis kebijakan pertanian Vol.4 No.3
September 2006. 240-255 hal.
Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Parnata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT
Agromedia Pustaka. Hal 15-18.
Sri setyadi Harjadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia.
Jakarta.
Sugito, Y. Nuraini, Y. dan Nihayati, E. 1995. Sistem Pertanian
Organik. Faperta Unibraw. Malang.
Sutanto, Agus. 2011. Degradasi Bahan Organik Limbah Cair
Nanas oleh Bakteri Indigen. El-hayah vol. 1, no. 4 maret
2011 page 151 of 156.
Sutanto Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian
Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius
Sutedjo,M.M. 1989. Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman.
Rineka Cipta. Jakarta.
Sutedjo,M.M.. 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Cipta.
Jakarta.