pura-pura

1
Hai, apa kabarmu hari ini? Masih ingatkah kau denganku? Baiklah, kuakui aku mengingatmu di tengah derasnya hujan malam ini. Meskipun aku tidak sepakat dengan mereka yang berkata bahwa hujan menghadirkan kenangan masa lalu. Jadi walau malam ini bayanganmu menghantuiku lagi, aku tidak akan menyalahkan hujan. Biarlah hujan menjadi terapi musik alam yang menetralisir kegelisahanku malam ini. Pengakuan menjadi hal menakutkan setiap aku ingin melakukannya di hadapanmu. Pun ketika aku terlanjur tanpa sengaja memperlihatkan suasana hati yang tak wajar di depan orang lain. Herannya, aku selalu punya cara untuk berpura- pura memikirkan hal lain. Setiap tulisanku tentangmu selalu saja kututup dengan apa pun yang membuat orang berpikir bahwa aku menulis tentang hal yang wajar dan universal. Aku tak pernah tahu apakah kau mampu menafsirkan setiap tulisanku tentangmu. Aku tak pernah bisa menebak sejauh mana kau mampu menyadari bahwa tokoh “kau” di tulisanku adalah dirimu. Meski terkadang ada sedikit keyakinan bahwa kau merasa ini adalah tentangmu, setidaknya kau bertanya-tanya “apakah ini tentangku?”. Aku tak pernah memaksamu untuk tetap di sini denganku. Karena sudah kubilang, aku nyaman selama kita ada jarak. Jarak yang tidak terlalu dekat ataupun terlalu jauh. Terlalu dekat denganmu membuatku merasa bersalah. Sedangkan terlalu jauh denganmu membuatku rindu, khawatir, atau sibuk berprasangka. Aku...aku...aku...Ah, aku lelah berkutat dengan perasaanku sendiri. Kau berhak memilih ke mana kau akan melangkah. Tak pernah dan tak akan pernah kupaksa kau untuk tetap di sini. Cukuplah bayanganmu yang sesekali hadir menemani.

Upload: umairohsetengahtiga

Post on 11-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pura-pura

TRANSCRIPT

  • Hai, apa kabarmu hari ini? Masih ingatkah kau denganku? Baiklah, kuakui

    aku mengingatmu di tengah derasnya hujan malam ini. Meskipun aku tidak sepakat

    dengan mereka yang berkata bahwa hujan menghadirkan kenangan masa lalu. Jadi

    walau malam ini bayanganmu menghantuiku lagi, aku tidak akan menyalahkan

    hujan. Biarlah hujan menjadi terapi musik alam yang menetralisir kegelisahanku

    malam ini.

    Pengakuan menjadi hal menakutkan setiap aku ingin melakukannya di

    hadapanmu. Pun ketika aku terlanjur tanpa sengaja memperlihatkan suasana hati

    yang tak wajar di depan orang lain. Herannya, aku selalu punya cara untuk berpura-

    pura memikirkan hal lain. Setiap tulisanku tentangmu selalu saja kututup dengan

    apa pun yang membuat orang berpikir bahwa aku menulis tentang hal yang wajar

    dan universal. Aku tak pernah tahu apakah kau mampu menafsirkan setiap tulisanku

    tentangmu. Aku tak pernah bisa menebak sejauh mana kau mampu menyadari

    bahwa tokoh kau di tulisanku adalah dirimu. Meski terkadang ada sedikit

    keyakinan bahwa kau merasa ini adalah tentangmu, setidaknya kau bertanya-tanya

    apakah ini tentangku?.

    Aku tak pernah memaksamu untuk tetap di sini denganku. Karena sudah

    kubilang, aku nyaman selama kita ada jarak. Jarak yang tidak terlalu dekat ataupun

    terlalu jauh. Terlalu dekat denganmu membuatku merasa bersalah. Sedangkan

    terlalu jauh denganmu membuatku rindu, khawatir, atau sibuk berprasangka.

    Aku...aku...aku...Ah, aku lelah berkutat dengan perasaanku sendiri. Kau berhak

    memilih ke mana kau akan melangkah. Tak pernah dan tak akan pernah kupaksa

    kau untuk tetap di sini. Cukuplah bayanganmu yang sesekali hadir menemani.