pusat kerajinan dan seni aceh

13
1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Sejak berdirinya kerajaraan Islam Samudra Pasai pada sekitar abad ke-13, Aceh dikenal sebagai salah satu pusat peradaban Islam terpenting di Nusantara dan kawasan Asia Tenggara. Tingkat kemajuan peradaban yang dikembangkan kerajaan Islam Samudera Pasai ketika itu tidak hanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan Islam, melainkan telah mampu mencetak mata uang dalam bentuk Derham Aceh yang terbuat dari emas yang dikenal dengan “Dirham Pasai”. Catatan lain oleh seorang pejabat Belanda menyebutkan, pada awal abad 19 di Aceh telah banyak pengrajin perhiasan yang dikenal. Di Pidie menurut catatan Belanda terdapat lebih dari 20 pengrajin (Utoh) seni tempa emas dan perak, mereka mendapat pendidikan kerjian itu dari Gampong Lhong (sekarang Lampeuneurut), Aceh Besar. (http://snipnsnap.tk/2011/04/seni-perhiasan-aceh- dikagumi-dunia/)

Upload: iwan-kurnia

Post on 01-Dec-2015

171 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

1

Bab I

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Sejak berdirinya kerajaraan Islam Samudra Pasai pada sekitar abad ke-13, Aceh

dikenal sebagai salah satu pusat peradaban Islam terpenting di Nusantara dan

kawasan Asia Tenggara. Tingkat kemajuan peradaban yang dikembangkan kerajaan

Islam Samudera Pasai ketika itu tidak hanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan

keagamaan Islam, melainkan telah mampu mencetak mata uang  dalam bentuk

Derham Aceh yang terbuat dari emas yang dikenal dengan “Dirham Pasai”.

Catatan lain oleh  seorang  pejabat Belanda menyebutkan,  pada  awal abad 19 di

Aceh telah banyak pengrajin perhiasan  yang  dikenal. Di Pidie menurut catatan

Belanda terdapat lebih dari 20 pengrajin (Utoh) seni tempa emas dan perak, mereka

mendapat pendidikan kerjian itu dari Gampong Lhong (sekarang Lampeuneurut),

Aceh Besar. (http://snipnsnap.tk/2011/04/seni-perhiasan-aceh-dikagumi-dunia/)

Kekaguman orang luar terhadap seni kerajinan Aceh  hingga kini masih  luar biasa,

baik perhiasan maupun benda-benda sejarah budaya tradisional lainnya. Seni

kerajinan Aceh  tidak diciptakan untuk menjadi barang perdagangan pariwisata, atau

sebagai pekerjaan sambilan yang berkesan romantis, tidak pula dibuat menurut selera

pekerja.  Dikatakan, karya seni kerajinan yang dihasilkan orang Aceh pada dasarnya

ada hubungannya dengan jalinan kehidupan kultural, politik, dan keagamaan yang

menjiwai masyarakat Aceh.

Dari data terakhir Dewan Kerajinan Nasional daerah Aceh, terdaftar sebanyak 1882

orang perajin yang masih menghasilkan produk-produk kerajinan Aceh1 dibawah

1 Rangkuman data terakhir Dewan Kerajinan Nasional daerah Aceh tahun 2010

Page 2: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

2

bimbingan Dewan Kerajinan Nasional daerah Aceh. Darwati A Gani2

mengungkapkan bahwa upaya pengembangan kerajinan daerah, masih memiliki

kelemahan berupa pemenuhan bahan baku, teknologi harga jual dan pemasaran yang

merupakan kendalan utama.

Diagram jumlah perajin Aceh per kabupaten3

Sumber : Dewan Kerajinan Nasional daerah Aceh

Karya kerajinan dan seni di Aceh sangat banyak, mengingat provinsi Aceh terdiri dari

beragam suku dan budaya. Masing-masing suku memiliki cita rasa dan karya seni

serta kerajinan yang berbeda-beda. Saat ini di Aceh belum ada fasilitas untuk

menyimpan dan mengoleksi hasil kerajinan dan karya seni dari berbagai daerah dan

suku yang tersebar di Aceh. Selain itu, sangat disayangkan, banyak generasi muda

Aceh tidak mengenal hasil kerajinan dan seni daerahnya sendiri. Ditambah lagi

setelah musibah tsunami yang melanda Aceh, banyak masuk bantuan dari daerah luar

Aceh. Tidak hanya sekedar memberikan bantuan, para donator secara tidak langsung

juga telah menciptakan suatu asimilasi budaya di daerah Aceh. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap eksistensi kerajinan dan seni Aceh. Selain itu, saat ini sudah

marak isu-isu mengenai pencaplokan hasil kebudayaan. Dikhawatirkan hasil

kerajinan dan karya seni Aceh juga akan mengalami hal yang sama. Sebelum hal itu

terjadi, perlu adanya suatu pengakuan dan perlindungan terhadap hasil kerajinan dan

2 Ketua Dewan Kerajinan Nasional daerah Aceh

3 Dirangkum dari data terakhir Dewan Kerajinan Nasional Aceh tahun 2010

Page 3: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

3

karya seni Aceh. Selain itu, karena ketiadaan suatu gedung dan fasilitas yang benar-

benar berfungsi sebagai tempat untuk merawat, membuat, melindungi, serta

mempromosikan produk-produk kerajinan dan karya seni sebagai hasil karya

seniman-seniman lokal.

Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Aceh merupakan peluang yang

sangat bagus untuk mengenalkan seni dan kerajinan Aceh ke dunia luar. Dari data

terakhir Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Aceh tercatat pada tahun 2010

lebih dari 29.0004 wisatawan yang datang ke Aceh.

Data wisatawan yang berkunjung ke AcehSumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Aceh

Salah satu solusi yang terkumpul adalah dengan membangun suatu tempat yang

menampung segala sesuatu yang berkaitan dengan kerajinan dan seni Aceh.

Bangunan yang berfungsi seperti yang dimaksud adalah sebuah Pusat Kerajinan dan

Seni Aceh.

I.2. Maksud dan Tujuan

4 Wiatawan Nasional dan Internasional

Page 4: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

4

Maksud dari perancangan ini adalah menjadikan suatu kawasan yang dapat menjadi

pusat produksi, promosi dan pemasaran hasil-hasil kerajinan dan karya seni rakyat

Aceh serta proses pelestarian sebagai suatu hasil karya yang banyak dikenal dan

diminati oleh masyarakat Aceh.

Tujuan dari perencanaan ini adalah:

Menjadikan suatu tempat yang dapat menjadi pusat kerajinan dan seni

Aceh;

Menjadikan suatu tempat yang dapat melindungi, menghasilkan,

merawat, dan mempromosikan hasil kerajinan dan karya seni di Aceh.

Sebagai sarana yang bersifat rekreatif dan edukatif.

I.3. Masalah Perancangan

Rumusan permasalahan dalam perancangan Pusat Kerajinan dan Seni Aceh adalah

bagaimana merencanakan bangunan komersial yang memberikan pelayanan

mengenai kerajinan dan seni, sehingga dapat memberikan masukan berupa income

yang maksimal bagi pihak pemilik fasilitas. Selain itu pula bagaimana menciptakan

bangunan dengan segala kompleksitasnya memiliki daya tarik tersendiri, sehingga

kehadirannya memberikan citra lingkungan dan kawasan yang kuat.

I.4. Pendekatan dan Perolehan Data

Dalam melakukan proses perancangan, termasuk di dalamnya upaya pemecahan

masalah dalam perancangan Pusat Kerajinan dan Seni, digunakan beberapa

pendekatan sebagai berikut:

Studi Literatur, yaitu pendekatan perancangan yang dilakukan dengan

cara mengambil bahan-bahan kajian yang relevan dengan perancangan, bahan-

bahan kajian tersebut berasal dari perpustakaan umum, perpustakaan khusus dan

melalui media internet;

Page 5: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

5

Mengadakan Survey, yaitu melakukan peninjauan terhadap lokasi

perancangan, untuk mendapatkan data-data primer yang berkenaan dengan

karakteristik lingkungan, data lokasi, kondisi lahan dan lainnya;

Studi Banding, yaitu pendekatan yang ditempuh dengan cara

membandingkan proyek dan tema sejenis yang telah ada. Studi banding ini

ditempuh untuk melihat, mempelajari berbagai kelebihan dan kekurangan dari

perancangan bangunan yang telah ada, sehingga dalam menempuh proses

perancangan lebih teliti dan lebih tajam dalam menganalisis desain. Studi

banding ini dilengkapi gambar-gambar dan berisikan hal-hal yang dapat

dipelajari sebagai masukan dalam konsep perancangan.

I.5. Lingkup/Batasan

Lingkup kajian yang dilakukan terbatas dalam hal mengembangkan teori-teori yang

didapat menjadi konsep perancangan, dan studi kasus yang diperoleh dari berbagai

sumber yang digunakan untuk mendapat dasar-dasar informasi yang mendukung

konsep-konsep perancangan.

Pada perancangan ini direncanakan sebuah Pusat Kerajinan dan Seni dengan batasan-

batasan sebagai berikut:

Pembahasan dibatasi oleh masalah-masalah dalam lingkup disiplin

ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur, apabila dianggap

berperan dalam menentukan faktor-faktor perencanaan dan perancangan akan

diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran,

studi perbandingan pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan

teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang

ada.

Aspirasi/penilaian masyarakat diambil secara umum.

Penyusunan konsep Pusat Kerajinan dan Seni berdasarkan Tema

Arsitektur Kontekstual.

Page 6: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

6

I.5.1. Lingkup Fisik

Lingkup kegiatan perancangan Pusat Kerajinan dan Seni ini meliputi kegiatan

pembuatan produk-produk kerajinan, kegiatan pameran produk kerjinan dan seni

baik yang telah lampau maupun yang terkini, kegiatan pendidikan melalui seminar

dan referensi perpustakaan yang berisi pengetahuan mengenai kerajinan dan seni

yang terdapat di Aceh, serta kegiatan rekreasi.

Secara garis besar, lingkup kegiatan Pusat Kerajinan dan Seni ini meliputi:

a. Kegiatan produksi hasil kerajinan yang ada di Aceh;

b. Kegiatan promosi dan pemasaran hasil kerajinan;

c. Kegiatan pameran dan perawatan hasil kerajinan dan karya seni yang ada di

Aceh;

d. Kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dan seni;

e. Kegiatan pergelaran;

f. Kegiatan pendidikan;

g. Kegiatan rekreasi, dan

h. Kegiatan pengelolaan.

Semua kegiatan tersebut tercakup dalam proyek Pusat Kerajinan dan Seni Aceh di

Banda Aceh, yang memiliki fasilitas utamanya terdiri dari:

a. Ruang produksi;

b. Ruang pemasaran;

c. Ruang pergelaran;

d. Ruang pameran;

e. Ruang perpustakaan;

f. Ruang seminar;

g. Ruang pengelola;

h. Ruang penunjang;

Page 7: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

7

I.5.2. Lingkup Kajian

Lingkup kajian yang dibahas adalah mengkaji seluruh kegiatan di pusat kerajinan dan

seni secara umum sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang baik. Kajian ini

diambil berdasarkan literatur dan studi banding pusat kerajinan dan seni yang ada.

Batasan kajian ini adalah hanya untuk mengambil nilai-nilai yang dianggap penting

dalam perencanaan pusat kerajinan dan seni.

I.6. Kerangka Pikir

LATAR BELAKANG

Potensi masyarakat Aceh untuk pengembangan hasil-hasil kerajinan dan seni.

Antisipasi semakin meluasnya kegiatan asimilasi budaya serta minat masyarakat Aceh terhadap hasil kerajinan dan karya seni dari luar Aceh.

Ketiadaan fasilitas yang dapat menampung kegiatan pembuatan, pemeliharaan, pameran, dan mempromosikan hasil kerajinan dan karya seni Aceh.

Page 8: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

8

FEEDBACK

FEEDBACK

I.7. Sistematika Laporan

PUSAT KERAJINAN DAN SENI

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN- Makro- Mikro

ANALISA- Analisa site/tapak- Analisa fungsional- Analisa bangunan

DATA-DATA Studi literature Survey lapangan Studi banding

DESAIN AKHIRPUSAT KERAJINAN DAN SENI

PENGEMBANGAN RANCANGAN

KONSEP PERANCANGAN

TEMA

Page 9: Pusat Kerajinan dan Seni Aceh

9

Bab I Pendahuluan

Berisi kajian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan,

lingkup/batasan, kerangka berfikir, dan sistematika laporan. Uraian pengajuan

perencanaan Pusat Kerajinan dan Seni ini dengan pembahasan mengenai latar

belakang dibutuhkannya perencanaan ini. Dari proses ini maka akan muncul maksud

dan tujuan sehingga akan menemukan permasalahan-permasalahan, metode

pendekatan untuk pemecahan masalah serta acuan perencanaan dan perancangan.

Bab II Deskripsi Perancangan

Berisikan tentang kasus rancangan secara umum, proses kegiatan, kebutuhan ruang,

dan studi banding objek sejenis.

Bab III Elaborasi Tema

Berisi kajian tentang tema untuk menghasilkan pemahaman terhadap dasar penentuan

konsep dan filosofi arsitektur. Di dalam bab ini dibahas mengenai pengertian,

interpretasi tema dan studi banding tema sejenis.

Bab IV Analisis

Berisi kajian tentang analisis fungsional, analisa kondisi lingkungan, dan kesimpulan

atau keputusan.

Bab V Konsep Perancangan

Berisi kajian tentang konsep-konsep perancangan yang berkaitan dengan ruang luar,

ruang dalam, rancang bangun, struktur, dan utilitas serta ungkapan fisik bangunan.