putusan give away haji - perkara nomor 23-kppu-l-2010 · c. surat terlapor ii nomor: 001/gbl-give...
TRANSCRIPT
Halaman 1 dari 54
P U T U S A N
Perkara Nomor: 23/KPPU-L/2010
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut Komisi)
yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 Huruf (d) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999) terkait Persetujuan
Perpanjangan Give Away Haji oleh PT Garuda Indonesia (Persero) kepada PT Gaya Bella
Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun
2010/2011, yang dilakukan oleh: -------------------------------------------------------------------------
1. Terlapor I: PT Garuda Indonesia (Persero), yang beralamat di Gedung Garuda
Indonesia Jalan Kebon Sirih No. 44 Jakarta 10110; --------------------------------------------
2. Terlapor II: PT Gaya Bella Diantama, yang beralamat di Jalan Ring Road Selatan,
Rukaman Tamantirto Kasihan, Bantul, Yogyakarta;--------------------------------------------
3. Terlapor III: PT Uskarindo Prima, yang beralamat di Jalan Prof. Dr. Latumenten No.
7R, Jakarta 11320;-----------------------------------------------------------------------------------
telah mengambil Putusan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------
Majelis Komisi: --------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;------------------ Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan; -------------------------------- Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan;------------------------------------- Setelah membaca tanggapan/pembelaan para Terlapor; -------------------------------------- Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut “BAP”);---------------
TENTANG DUDUK PERKARA
1. Menimbang Komisi telah menerima laporan mengenai adanya dugaan pelanggaran
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berkaitan dengan Persetujuan Perpanjangan
Give Away Haji oleh PT Garuda Indonesia (Persero) kepada PT Gaya Bella Diantama
dan PT Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun
2010/2011;---------------------------------------------------------------------------------------------
2. Menimbang bahwa setelah Komisi melakukan penelitian dan klarifikasi, laporan
dinyatakan lengkap dan jelas; ----------------------------------------------------------------------
SALINAN
Halaman 2 dari 54
3. Menimbang bahwa atas laporan yang lengkap dan jelas tersebut, Rapat Koordinasi
tanggal 17 Maret 2010 menindaklanjuti dan menetapkan laporan tersebut ke tahap
Pemeriksaan Pendahuluan (vide bukti A2); --------------------------------------------------------
4. Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan KPPU Nomor:
66/KPPU/PEN/III/2010 tanggal 25 Maret 2010 untuk melakukan Pemeriksaan
Pendahuluan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 terhitung sejak tanggal 25 Maret 2010
sampai dengan tanggal 06 Mei 2010 (vide bukti A2);---------------------------------------------
5. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 134/KPPU/KEP/III/2010 tanggal 25 Maret 2010 tentang Penugasan
Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor
23/KPPU-L/2010 (vide bukti A3); -------------------------------------------------------------------
6. Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan,
Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 430/SJ/ST/III/2010 tanggal 25 Maret
2010 yang menugaskan staf Sekretariat Komisi membantu Tim Pemeriksa dalam
Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A4); --------------
7. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
menemukan adanya bukti awal yang cukup terhadap pelanggaran Pasal 19 huruf d
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 (vide bukti A23);--------------------------------------
8. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar pemeriksaan dilanjutkan ke tahap
Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A23); ---------------------------------------------------------
9. Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa tersebut, Komisi menyetujui
dan menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor:
95/KPPU/PEN/V/2010 tanggal 07 Mei 2010 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara
Nomor 23/KPPU-L/2010, terhitung sejak tanggal 07 Mei 2010 sampai dengan 02
Agustus 2010 (vide bukti A24); -------------------------------------------------------------------
10. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 174/KPPU/KEP/V/2010 tanggal 07 Mei 2010 tentang Penugasan
Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor
23/KPPU-L/2010 (vide bukti A25);------------------------------------------------------------------
11. Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan,
Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 664/SJ/ST/V/2010 tanggal 07 Mei
2010 yang menugaskan staf Sekretariat Komisi membantu Tim Pemeriksa dalam
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A26);------------------
Halaman 3 dari 54
12. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa
merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar pemeriksaan dilanjutkan ke tahap
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan; -------------------------------------------------------------
13. Menimbang atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa tersebut, Komisi menyetujui dan
menerbitkan Keputusan Nomor: 272.1/KPPU/Kep/VIII/2010 tanggal 03 Agustus 2010
tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010, terhitung
sejak tanggal 03 Agustus 2010 sampai dengan 17 September 2010 (vide bukti A35);-----
14. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi
menerbitkan Keputusan Nomor: 272.2/KPPU/Kep/VIII/2010 tanggal 03 Agustus 2010
tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A36);-------------------
15. Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan
Lanjutan, Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 1160.2/SJ/ST/VIII/2010
tanggal 03 Agustus 2010 yang menugaskan staf Sekretariat Komisi membantu Tim
Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010
(vide bukti A37);-------------------------------------------------------------------------------------
16. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan, dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan para
Terlapor dan keterangan para Saksi (vide bukti B1 s/d B18); ---------------------------------
17. Menimbang bahwa identitas serta keterangan para Terlapor dan para Saksi telah dicatat
dalam BAP yang telah diakui kebenarannya dan ditandatangani oleh para Terlapor, para
Saksi, dan Pemerintah (vide bukti B1 s/d B18); -------------------------------------------------
18. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan, dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendapatkan, meneliti dan
menilai sejumlah surat dan atau dokumen, BAP serta bukti-bukti lain yang telah
diperoleh selama pemeriksaan dan penyelidikan; -----------------------------------------------
19. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan dan Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan
yang pada pokoknya berisi: ------------------------------------------------------------------------
19.1. Fakta-Fakta dalam Pemeriksaan; ----------------------------------------------------
19.1.1. Identitas Terlapor; ------------------------------------------------------------------
19.1.1.1. Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero), beralamat
di Gedung Garuda Indonesia Jalan Kebon Sirih No. 44
Jakarta 10110, adalah BUMN yang didirikan untuk
mendapatkan keuntungan dan memberikan kontribusi
Halaman 4 dari 54
terhadap penerimaan Negara juga memiliki kewajiban
yang terkait dengan kemanfaatan umum (public service
obligation), yaitu dengan melayani rute-rute penerbangan
sesuai kebutuhan masyarakat umum meskipun tidak selalu
menguntungkan secara komersial (vide bukti B3, B18); ----
19.1.1.2. Terlapor II, PT Gaya Bella Diantama, beralamat di Jalan
Ring Road Selatan, Rukaman Tamantirto Kasihan, Bantul,
Yogyakarta, adalah pelaku usaha berdasarkan peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu
perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta
Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 156 tanggal 21 Mei
1991 yang dibuat Notaris Teguh Hartanton S.H. serta
dengan Akta Perubahan Terakhir Nomor 11 tanggal 20
Maret 1999 yang dibuat oleh Notaris Ny. Suparyatun, S.H.,
yang melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang
industri, perdagangan umum, kontraktor, bidang jasa dan
pengangkutan (vide bukti B4, C9);-----------------------------
19.1.1.3. Terlapor III, PT. Uskarindo Prima, beralamat di Jalan
Prof. Dr. Latumenten No. 7R, Jakarta 11320, adalah pelaku
usaha berdasarkan peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia berupa suatu perseroan terbatas yang
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
Nomor 16 tanggal 19 Oktober 1987 yang dibuat oleh
Notaris Jacinta Susanti, S.H. yang melakukan kegiatan
usaha antara lain di bidang perdagangan umum,
perdagangan komisi dan keagenan, supplier atau
leveransir, grosir, distributor, dan industri (vide bukti B5,
C8);-----------------------------------------------------------------
19.1.2. Dugaan Pelanggaran Awal; -----------------------------------------------------
19.1.2.1. Adanya dugaan pelanggaran Pasal 19 Huruf (d) Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh
Terlapor I dengan memperpanjang kontrak Terlapor II dan
Terlapor III dalam hal Persetujuan Perpanjangan Give
Away Haji untuk periode tahun 2009/2010 dan periode
tahun 2010/2011 (vide bukti L6); -----------------------------------------
Halaman 5 dari 54
19.1.3. Latar Belakang Perkara ; ---------------------------------------------------
19.1.3.1. Majelis Komisi Perkara No. 09/KPPU-L/2008 pada
tanggal 24 September 2008 memutuskan Terlapor II dan
Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
sehat dalam pelaksanaan Tender Give Away Haji Tahun
2007 (vide bukti L6):---------------------------------------------
19.1.3.2. Majelis Komisi perkara tersebut menghukum Terlapor II
untuk membayar denda sebesar Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) dan Terlapor III sebesar Rp
400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) (vide bukti L6);----
19.1.3.3. Majelis Komisi hanya memberikan saran kepada Terlapor I
untuk menerapkan secara konsisten ketentuan dalam RFP
Pengadaan Give Away Haji pada periode berikutnya (vide
bukti L6); ----------------------------------------------------------
19.1.3.4. Selanjutnya, Terlapor II mengajukan keberatan ke
Pengadilan Negeri (PN) Bantul pada tanggal 4 Nopember
2008, dan Terlapor III mengajukan keberatan ke
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat tanggal 20 Oktober
2008 atas putusan Majelis Komisi perkara No. 09/KPPU-
L/2008 tersebut (vide bukti L6);--------------------------------
19.1.3.5. Pengadilan Negeri Jakarta Barat mengabulkan permohonan
keberatan Terlapor II dan Terlapor III, selanjutnya
membebaskan Terlapor II dan Terlapor III dari sanksi
denda melalui Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
Nomor: 002/Pdt.P/KPPU/2008/PN.JKT.BAR pada tanggal
23 Maret 2009 (vide bukti L6); ---------------------------------
19.1.3.6. KPPU menyatakan keberatan atas Putusan PN Jakarta
Barat dan mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung
(MA), dan Majelis Hakim Mahkamah Agung mengabulkan
permohonan Kasasi KPPU dan membatalkan Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat melalui Putusan Nomor:
582 K/PDT.SUS/2009 tanggal 28 September 2009 (vide
bukti L6); ----------------------------------------------------------
Halaman 6 dari 54
19.1.4. Kronologis Proses Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji
Untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011; ---
19.1.4.1. Surat undangan Terlapor I kepada Terlapor II dengan
Nomor: GARUDA/IBG-20008/09 tanggal 17 Februari
2009 perihal Klarifikasi dan Negosiasi yang akan
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Februari 2009 jam
14.00 WIB bertempat di Gedung Menara Cardig Lantai
Mezanin Jalan Raya Halim Perdana Kusuma Jakarta (vide
bukti B4, C5); -----------------------------------------------------
19.1.4.2. Surat undangan Terlapor I kepada Terlapor III dengan
Nomor: GARUDA/IBG-20007/09 tanggal 17 Februari
2009 perihal Klarifikasi dan Negosiasi yang akan
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Februari 2009 jam
14.00 WIB bertempat di Gedung Menara Cardig Lantai
Mezanin Jalan Raya Halim Perdana Kusuma Jakarta (vide
bukti B5, C4); -----------------------------------------------------
19.1.4.3. Berdasarkan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga
Perpanjangan Perjanjian Pengadaan Give Away Haji
Tahun 2009/2010 tertanggal 18 Februari 2009, disepakati
beberapa hal sebagai berikut (vide bukti B3, B18, C5); -----
a. Disepakati kontrak perjanjian diperpanjang untuk
kebutuhan Give Away Haji periode tahun 2009 dan
periode tahun 2010 (perpanjangan kontrak 2 tahun).
b. Spesifikasi:
(1) Spesifikasi Give Away Haji (Koper) sama
dengan spesifikasi Give Away Haji tahun 2008
(sebelumnya), kecuali untuk warna akan
disampaikan Terlapor I kepada Terlapor II dan
Terlapor III paling lambat 7 (tujuh) hari
kalender sejak tanggal berita acara ini ditanda-
tangani.
(2) Terlapor I meminta kepada Terlapor II dan
Terlapor III agar label Give Away Haji
kualitasnya ditingkatkan atau minimal sama
dengan label Give Away Haji tahun 2008.
Halaman 7 dari 54
c. Jumlah estimasi kebutuhan Give Away Haji Tahun
2009 diperkirakan masih sama dengan jumlah
kebutuhan Give Away Haji tahun 2008.
d. Apabila ada penambahan/pengurangan akan
diberitahukan secara tertulis kepada Terlapor II dan
Terlapor III.
e. Time Frame distribusi Give Away Haji 2009 ke
Kanwil-Kanwil Departemen Agama paling lambat
tanggal 20 September 2009.
19.1.4.4. Berdasarkan Berita Acara Persetujuan Perpanjangan Give
Away Haji Untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode
Tahun 2010/2011 pada hari Selasa tanggal 24 Februari
2009, yang menjadi dasar pertimbangan pembahasan
adalah (vide bukti B3, B18, C7-C13); -------------------------
a. Perjanjian Nomor: DS/PERJ/DC-3129/07 tanggal 19
Juli 2007 antara Terlapor I dengan Terlapor II perihal
Perjanjian Pengadaan Give Away Haji Tahun 2007-
2008 dan Tahun 2008-2009 untuk Paket B dan C,
berikut Amandemen Nomor: DS/PERJ/AMAND-
I/DC-3129/07/08.
b. Perjanjian Nomor: DS/PERJ/DC-3130/07 tanggal 19
Juli 2007 antara Terlapor I dengan Terlapor III
perihal Perjanjian Pengadaan Give Away Haji
Tahun 2007-2008 dan Tahun 2008-2009 untuk Paket
A, berikut Amandemen Nomor: DS/PERJ/AMAND-
II/DC-3130/07/08.
c. Surat Terlapor II Nomor: 001/GBL-Give Away
Haji/I/09 tanggal 8 Januari 2009 perihal Permohonan
Perpanjangan Kontrak.
d. Surat Terlapor III Nomor : 363/UP/XII/2008 tanggal
24 Desember 2008.
e. Surat JKTCH Nomor: JKTCH/10004/E/09 tanggal
21 Januari 2009 perihal Perpanjangan Kontrak Give
Away Haji.
Halaman 8 dari 54
f. Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga
Perpanjangan Perjanjian antara Terlapor I dengan
Terlapor II tanggal 18-02-2009.
g. Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga
Perpanjangan Perjanjian antara Terlapor I dengan
Terlapor III tanggal 18-02-2009.
19.1.4.5. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, dengan
memperhatikan hal-hal berikut (vide bukti B3, B18, C22-
C25, C33);---------------------------------------------------------
a. Sesuai dengan ketentuan perpanjangan/roll over
dapat dilakukan maksimum sampai 3 (tiga) kali
perpanjangan dengan pertimbangan antara lain
kualitas barang yang baik, harga tetap atau lebih
rendah dan kinerja supplier yang dinyatakan baik.
b. Hasil assessment terhadap kinerja Terlapor II dan
Terlapor III dinyatakan cukup baik di atas standar
yang ditetapkan Terlapor I.
c. Harga lebih rendah dari harga perjanjian lama ref
Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Harga
Perpanjangan Perjanjian Give Away .
Terlapor II
Embarkasi Harga Lama/Set (Rp)
Harga Negosiasi (Rp)
Solo 135.000 134.350 Makasar 152.000 151.350 Balikpapan 152.000 151.350 Banjarmasin 152.000 151.350
Dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun lalu
untuk setiap embarkasi (total 58.296 jamaah) maka
terdapat selisih harga sebesar ± Rp 1.178 Milyar/Tahun.
Terlapor III
Embarkasi Harga Lama/Set (Rp)
Harga Negosiasi (Rp)
Banda Aceh 144.500 143.850 Surabaya 139.750 139.100 Padang 144.500 143.850 Palembang 135.000 134.350 Jakarta 135.000 134.350
Halaman 9 dari 54
Dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun lalu
untuk setiap embarkasi (total 51.551 jamaah) maka
terdapat selisih harga sebesar ± Rp. 1.266 Milyar/Tahun.
Sehingga dengan dilaksanakan perpanjangan perjanjian
akan didapat selisih sebesar:
Total Anggaran 2009/2010
Realisasi (Perpanjangan)
Selisih
Rp. 35.590.428.00,- Rp. 30.701.364.400,- Rp. 4.889.063.600,-
19.1.4.6. Pada bulan April 2009, Terlapor I melakukan perpanjangan
kontrak Give Away Haji untuk periode tahun 2009/2010
dan periode tahun 2010/2011 dengan Terlapor II dan
Terlapor III; -------------------------------------------------------
19.1.5. Peraturan Pengadaan Yang Terkait; -------------------------------------
19.1.5.1. Pengadaan barang dan jasa di lingkungan Terlapor I
dilaksanakan berdasarkan SK Nomor:
JKTDZ/SKEP/50014/09 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT Garuda
Indonesia (Persero) (vide bukti B3, B18, C1);----------------
19.1.5.2. Penggunaan SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09 tidak
terlepas dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tanggal 3
September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara
(vide bukti C21);--------------------------------------------------
19.1.5.3. Terkait dengan supplier atau rekanan, pada Pasal 9 ayat 2
disebutkan Supplier yang terlibat dalam proses pengadaan
barang/jasa harus memenuhi persyaratan (vide bukti
C17):
a. Memiliki keahlian, pengalaman, dan kemampuan
teknis dan manajemen dalam bidang usahanya;
b. Memiliki sumber daya yang diperlukan dalam
pengadaan barang/jasa;
c. Perusahaan/Badan Usaha diutamakan yang
berbadan hukum;
Halaman 10 dari 54
d. Perusahaan/Pengurus perusahaan tidak dalam
proses peradilan dan atau tidak sedang menjalani
sanksi baik pidana maupun perdata;
e. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang
kualifikasi, klasifikasi, dan sertifikasi yang
dimilikinya.
19.1.5.4. Khusus untuk perpanjangan kontrak, Terlapor I
menggunakan pedoman yaitu Manual: Contract Renewal
Work Instruction (WI.PPM-5.2.1-vo). SK Direksi hanya
memuat garis besar pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Terlapor I, dan ketentuan-ketentuan rinci yang
terkait dengan proses pengadaan barang/jasa, seperti
halnya spesifikasi barang/jasa, pengelolaan persediaan,
metode pengadaan, kontrak, pengelolaan supplier dan lain
sebagainya diatur dalam Manual Pengadaan Barang/Jasa
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Keputusan ini (vide bukti C3);----------------------------------
19.1.5.5. Dalam manual Contract Renewal, Pasal 6 disebutkan when
there is a need to renew contracts, unless the Supplier is a
monopoly, some of the following conditions should be met
to be considered for roll over (vide bukti C3, C17);---------
a. Alignmet with Garuda procurement strategy
b. Very good supplier perfomance
c. Quantity the same or higher (optional)
d. No change in availibility of alternate supplier
(optional).
e. Price the same or lower (optional)
19.1.5.6. Dalam Pasal 8 disebutkan perpanjangan kontrak dapat
dilakukan maksimal sebanyak 3 kali kecuali supplier yang
monopoli;----------------------------------------------------------
19.1.6. Tentang Paket Give Away Haji;-------------------------------------------
19.1.6.1. Paket Give Away Haji merupakan barang complement dari
Terlapor I untuk jemaah haji dari Indonesia yang
dilaksanakan sejak Terlapor I mengangkut jemaah haji
Halaman 11 dari 54
khusus dengan sistem kuota (vide bukti B3, B10, B18,
C14-C16, C19, C20); --------------------------------------------
19.1.6.2. Paket Give Away Haji merupakan permintaan dari
Departemen Agama yang biayanya dibebankan kepada
komponen biaya tiket pesawat yang dibayarkan
Departemen Agama kepada Terlapor I (vide bukti B3, B10,
B18, C14-C16, C19, C20); --------------------------------------
19.1.6.3. Dengan menggunakan Give Away Haji, pihak
Departemen Agama menginginkan adanya keseragaman
tas jemaah haji Indonesia dan membantu Terlapor I dalam
mengontrol bagasi jemaah haji Indonesia (vide bukti B3,
B10, B18, C14-C16, C19, C20); -------------------------------
19.1.6.4. Terlapor I menginginkan agar pengadaan paket Give Away
Haji dikembalikan ke Departemen Agama, namun sampai
saat ini permintaan tersebut belum terealisasi (vide bukti
B3, B10, B18);----------------------------------------------------
19.1.6.5. Bahwa Terlapor I adalah perusahaan penerbangan terbesar
yang digunakan oleh Departemen Agama Republik
Indonesia untuk melayani jemaah haji dari Indonesia
dengan sistem kuota (vide bukti B3, B10, B18); -------------
19.1.7. Tentang Negosiasi Harga Penawaran;------------------------------------
19.1.7.1. Bahwa dalam proses negosiasi harga untuk perpanjangan
kontrak Give Away Haji ini, Terlapor I mengundang
Terlapor II dan Terlapor III untuk memberikan harga
penawaran. Terlapor I tidak membuka penawaran baru
dalam perpanjangan kontrak Give Away Haji, dalam hal
negosiasi harga Terlapor I melakukan penilaian sendiri dan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti inflasi dan HPS
sebelumnya. Dalam negosiasi harga tersebut, Terlapor II
dan Terlapor III akhirnya menurunkan harga sebesar Rp
650,-/set untuk setiap paket /daerah pengiriman (vide bukti
B3-B5, B18, C6, C25); ------------------------------------------
19.1.7.2. Terlapor I tidak mempertimbangkan bahwa pada Putusan
KPPU Perkara No. 09/KPPU-L/2008, Terlapor II dan
Terlapor III telah dijatuhi sanksi karena terbukti
Halaman 12 dari 54
melakukan persekongkolan horizontal dengan cara
melaksanakan pertemuan untuk pengaturan harga
penawaran. Sehingga dari Putusan KPPU Perkara No.
09/KPPU-L/2008 ini diketahui bahwa harga yang
didapatkan oleh Terlapor I pada saat itu bukanlah harga
yang kompetitif melainkan harga yang didapat dari hasil
persekongkolan para pelaku usaha (vide bukti B3, B18); ---
19.1.7.3. Terlapor I juga tidak pernah menerima penawaran harga
dari pemasok atau perusahaan lain sebelum
memperpanjang kontrak dengan Terlapor II dan Terlapor
III (vide bukti B3, B18); -----------------------------------------
19.1.7.4. Berdasarkan keterangan dari PT Seruni Indah, harga bahan
baku pasaran dunia untuk pembuatan paket Give Away
Haji ini sudah turun dari medio tahun 2007-2009 seperti
bahan polyster, kawat, zipper. Maka seharusnya pada saat
negosiasi harga penawaran dilaksanakan, Terlapor I bisa
mendapatkan harga yang lebih baik daripada harga yang
ditawarkan pada tahun 2007 (vide bukti B14, L6); ----------
19.1.7.5. Tetapi karena Terlapor I tidak melakukan survey harga
pasar dan juga tidak menerima penawaran harga dari
pemasok lain maka Terlapor I tidak memiliki pembanding
harga mana yang lebih murah sehingga hal ini
menyebabkan negara cq. Jamaah haji yang menggunakan
paket Give Away Haji ini mengalami kerugian karena
tidak mendapatkan barang dengan harga yang kompetitif
(vide bukti B3, B14, B18, C6, C25, L6); ----------------------
19.1.8. Tentang Pengalihan Pekerjaan Pembuatan Paket Give Away Haji
kepada pihak ke-3;------------------------------------------------------------
19.1.8.1. Terlapor I dalam melaksanakan perpanjangan kontrak ini
berpedoman pada Contract Renewal Work Instruction
dimana kemampuan keuangan perusahaan dan kemampuan
perusahaan untuk mengerjakan pekerjaan sendiri haruslah
dijadikan penilaian (vide bukti B3, B18, C3, C17);----------
19.1.8.2. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Tim Pemeriksa,
diperoleh informasi bahwa tanah dan bangunan yang
Halaman 13 dari 54
difungsikan sebagai pabrik oleh Terlapor II yang berlokasi
di Kel. Tamantirto, Kec. Kasihan Bantul Yogyakarta telah
dilelang oleh PT Bank BNI (Persero) Tbk (via SKH Suara
Merdeka, tanggal 1 Desember 2009), sehingga dengan
demikian sebenarnya Terlapor II sudah tidak memiliki
pabrik dan keuangan yang memadai untuk melaksanakan
pekerjaan (vide bukti B14, L6); --------------------------------
19.1.8.3. Berdasarkan keterangan dari PT YKK Indonesia, Tim
Pemeriksa mendapatkan informasi bahwa baik Terlapor II
dan Terlapor III sudah tidak melakukan pemesanan lagi
untuk pengadaan risluiting paket Give Away Haji ini
kepada perusahaan sejak tahun 2008. PT YKK Indonesia
juga menanyakan kepada Terlapor II perihal tidak adanya
pemesanan kembali untuk tahun berikutnya, dan Terlapor
II hanya memberikan jawaban bahwa Terlapor I tidak
mempersyaratkan risluiting dari PT YKK lagi untuk paket
Give Away Haji ini dan bisa menggunakan risluiting
dengan merek yang setara (vide bukti B13, C27-31); -------
19.1.8.4. Bahwa dalam ketentuan SK Nomor:
JKTDZ/SKEP/50014/09 memang tidak diatur secara
khusus penggunaan local content pada pengadaan Give
Away Haji ini. Tetapi pada Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008
tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha
Milik Negara pada pasal 2 ayat 2 diatur ”pengguna barang
dan jasa harus mengutamakan penggunaan produksi dalam
negeri...” dan pada ayat 3 diatur “dalam rangka mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri, pengguna barang dan
jasa dapat memberikan preferensi penggunaan produksi
dalam negeri dengan tetap mengindahkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku” (vide bukti
C1, C21); ----------------------------------------------------------
19.1.8.5. Tindakan Terlapor II dan Terlapor III yang tidak
melakukan pemesanan kembali pada PT YKK Indonesia
Halaman 14 dari 54
mengindikasikan kedua perusahaan ini telah mengalihkan
pekerjaan paket Give Away Haji kepada pihak ke-3 baik
untuk mengerjakan sebagian barang ataupun
keseluruhannya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya
fakta bahwa pabrik milik Terlapor II sudah dilelang oleh
PT Bank BNI (Persero) Tbk, sehingga Terlapor II notabene
tidak memiliki kemampuan keuangan yang cukup dan
tempat usaha/pabrik guna melakukan pengerjaan paket
Give Away Haji ini (vide bukti B13, C27-31, L6); ---------
19.1.8.6. Bahwa dikarenakan dalam aturan yang dimiliki oleh
Terlapor I yaitu: Contract Renewal Work Instruction tidak
dijelaskan secara rinci adanya klausul mengenai
penggunaan local content dan larangan untuk mengalihkan
pekerjaan kepada pihak ketiga, telah membuka kesempatan
bagi Terlapor II dan III dapat mengalihkan pekerjaan
tersebut baik sebagian ataupun seluruhnya kepada pihak
ke-3 (vide bukti C3, C8, C9, C17);-----------------------------
19.2. Fakta Lain ---------------------------------------------------------------------------------
19.2.1. Terlapor I pernah dipanggil sebagai Saksi dalam penanganan perkara
KPPU Nomor 09/KPPU-L/2008, tetapi menurut Terlapor I pihaknya
tidak mengikuti proses hukum yang terkait dengan perkara tersebut
(vide bukti B3, B18);-----------------------------------------------------------
19.2.2. Dalam perpanjangan kontrak Give Away Haji, Terlapor I melakukan
assesment/penilaian dari aspek produk dan pengiriman, dan tidak
mempertimbangkan hasil putusan KPPU dan putusan kasasi MA serta
Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) (vide bukti B3, B18, C1,
C3, C17, C24, L6); -------------------------------------------------------------
19.2.3. Menurut Terlapor I, pihaknya tidak akan memperpanjang kontrak Give
Away Haji dengan Terlapor II dan Terlapor III apabila mengetahui
hasil putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan MA (vide bukti B3,
B18); -----------------------------------------------------------------------------
19.2.4. Perpanjangan kontrak Give Away Haji merupakan inisiatif dari
Terlapor I, sedangkan Terlapor II dan Terlapor III mengikuti prosedur
yang dilakukan oleh Terlapor I (vide bukti B3, B18); ---------------------
Halaman 15 dari 54
19.2.5. Bahwa Terlapor II dan Terlapor III pernah menyampaikan kepada
Terlapor I (salah satunya kepada Narko Krisbudianto), terkait
dikabulkannya permohonan keberatan mereka atas putusan bersalah
KPPU oleh PN Jakarta Barat (vide bukti B4, B5); -------------------------
19.2.6. Bahwa Terlapor I tidak mempertimbangkan bunyi Pasal 9 ayat 2 huruf
d SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09, yang isinya menyatakan
perusahaan yang bisa menjadi rekanan/supplier adalah
Perusahaan/Pengurus perusahaan tidak dalam proses peradilan dan
atau tidak sedang menjalani sanksi baik pidana maupun perdata,
dalam perpanjangan kontrak Give Away Haji dengan Terlapor II dan
Terlapor III (vide bukti C1); --------------------------------------------------
19.2.7. Bahwa pada saat proses perpanjangan kontrak ini dilaksanakan, baik
Terlapor II dan Terlapor III tidak beritikad menyampaikan kepada
Terlapor I tentang proses hukum yang sedang dijalani oleh kedua
perusahaan di MA terkait Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2008; ---
19.2.8. Bahwa Terlapor I tidak melakukan proses due diligence secara
menyeluruh terutama pada aspek hukum dan kemampuan keuangan
perusahaan dari Terlapor II dan Terlapor III yang berakibat pada
dirugikannya negara karena telah mendapatkan barang yaitu paket
Give Away Haji dengan harga yang tidak kompetitif; --------------------
19.3. Analisis; ------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan fakta-fakta yang didapat selama Pemeriksaan Lanjutan dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa menilai sebagai berikut: ---
19.3.1. Tentang Perpanjangan Kontrak; ------------------------------------------
19.3.1.1. Bahwa landasan hukum Terlapor I pengadaan Give Away
Haji dan perpanjangan kontrak adalah SK Nomor
JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Manual:Contract Renewal
Work Instruction; -------------------------------------------------
19.3.1.2. Bahwa Terlapor I melakukan negosiasi harga terhadap
harga kontrak tahun sebelumnya untuk memenuhi
persyaratan dari ketentuan untuk melakukan penunjukan
langsung berdasarkan Procurement Manual (PM) Terlapor
I; --------------------------------------------------------------------
19.3.1.3. Bahwa berdasarkan hasil Proses Asessment Performance,
menurut Terlapor I, performance dari Terlapor II dan
Halaman 16 dari 54
Terlapor III menunjukkan hasil yang baik dimana
penilaiannya mencakup kualitas, harga, waktu, service dan
inovatif dari para supplier. Proses ini tidak mencakup
survey menyeluruh terhadap Terlapor II dan Terlapor III
yakni apakah kedua perusahaan sedang menghadapi proses
hukum di peradilan atau tidak dan perhitungan kemampuan
keuangan perusahaan bersangkutan untuk menjadi rekanan
Terlapor I; ---------------------------------------------------------
19.3.1.4. Bahwa berdasarkan bunyi Pasal 9 ayat 2 huruf d SK
Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09, rekanan/supplier yang
dalam proses hukum dan atau sedang menjalani sanksi
pidana maupun perdata tidak boleh terlibat dalam proses
pengadaan barang/jasa, Terlapor I sepatutnya
mempertimbangkan hal tersebut dan mengklarifikasi dalam
proses negosiasi perpanjangan kontrak padahal Terlapor I
pernah di panggil sebagai Saksi perkara KPPU Nomor
09/KPPU-L/2008. Bahkan Terlapor II dan Terlapor III
telah menyampaikan hasil putusan PN Jakarta Barat
kepada Telapor I, serta Terlapor II dan Terlapor III
mengetahui bahwa KPPU mengajukan keberatan Kasasi
kepada MA sebelum kontrak baru;-----------------------------
19.3.1.5. Bahwa Terlapor I memperpanjang kontrak dengan
Terlapor II dan Terlapor III pada bulan April 2009, padahal
putusan Kasasi MA belum keluar, dan baru diputus MA
pada tanggal 24 September 2009, sehingga pada saat
perpanjangan kontrak dilakukan Terlapor II dan Terlapor
III sedang dalam proses hukum;--------------------------------
19.3.1.6. Bahwa dalam melakukan negosiasi harga, Terlapor I
diduga tidak memperhitungkan harga pasar, padahal
apabila Terlapor I mempertimbangkan proses hukum yang
tengah dijalani oleh Terlapor II dan Terlapor III, maka
Terlapor I dapat memberikan kesempatan kepada pelaku
usaha lain untuk memberikan harga yang lebih bersaing
dari harga yang disepakati oleh Terlapor I dengan Terlapor
II dan Terlapor III; -----------------------------------------------
Halaman 17 dari 54
19.3.1.7. Bahwa berdasarkan penjelasan dari pelaku usaha lain,
diketahui selama kurun waktu tahun 2007 hingga tahun
2009 terjadi penurunan harga bahan baku untuk pembuatan
Give Away Haji ini seperti harga baja; -----------------------
19.3.1.8. Bahwa berdasarkan penjelasan dari pelaku usaha lain,
biaya produksi satu set Give Away Haji yang terdiri dari
Tas Koper, Tas Jinjing, dan Tas Pasport adalah sebesar Rp.
119.889,00 per set dan harga ini sudah termasuk biaya
kirim;---------------------------------------------------------------
19.3.1.9. Bahwa berdasarkan penjelasan dari pelaku usaha lain,
penurunan harga 1 (satu) set Give Away Haji yang terdiri
dari Tas Koper, Tas Jinjing, dan Tas Paspor bisa mencapai
Rp. 5.000,00 per set. Ini sangat jauh dibandingkan
penurunan harga yang disepakati pada perpanjangan yaitu
Rp. 650,00; --------------------------------------------------------
19.3.1.10. Bahwa harga yang disepakati antara Terlapor I dengan
Terlapor II dan Terlapor III belum termasuk dalam
kategori harga yang menguntungkan karena dengan
keuntungan sebesar 10% dari harga yang ditawarkan
pelaku usaha lain, maka Terlapor I masih bisa membeli
paket Give Away Haji sebesar Rp. 131.877,90,-; -----------
19.3.1.11. Bahwa Terlapor I dapat memperoleh harga satu set Give
Away Haji sebesar Rp. 131.877,90 apabila proses yang
digunakan dalam menentukan rekanan adalah proses
tender;--------------------------------------------------------------
19.3.1.12. Bahwa apabila dengan asumsi harga Give Away Haji
untuk semua embarkasi sebesar Rp. 131.877,90,- dan
dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun lalu
untuk setiap embarkasi total sebanyak 109.847 jamaah,
maka terdapat penghematan harga sebesar Rp.
864.290.519,-/tahun apabila proses yang digunakan dalam
menentukan rekanan oleh Terlapor I menggunakan proses
tender;--------------------------------------------------------------
19.3.1.13. Bahwa terdapat pelaku usaha lain (terdaftar sebagai
rekanan Terlapor I) yang telah memberikan jasa Give
Halaman 18 dari 54
Away Haji kepada Terlapor I sebelum tahun 2008,
sehingga terdapat pelaku usaha lain yang memenuhi
standar kualitas untuk produk barang dalam paket Give
Away Haji; -------------------------------------------------------
19.3.1.14. Bahwa dengan demikian proses penunjukan langsung oleh
Terlapor I tidaklah sesuai dengan persyaratan sebagaimana
diatur dalam SK Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09;----------
19.3.2. Tentang Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008;-------------------------
19.3.2.1. Bahwa berdasarkan Putusan PN Jakarta Barat, Terlapor II
dan Terlapor III dinyatakan tidak bersalah atas Putusan
KPPU Nomor : 09/KPPU-L/2008 pada tanggal 23 Maret
2009, dan pihak KPPU menyatakan keberatan Kasasi
kepada MA; -------------------------------------------------------
19.3.2.2. Bahwa setelah keluarnya putusan tersebut, Terlapor II dan
Terlapor III menyampaikan hasilnya kepada Terlapor I,
dan pada bulan April 2009 Terlapor I melakukan
perpanjangan kontrak (Amandemen) dari kontrak
sebelumnya untuk pengadaan Give Away Haji untuk
periode 2009/2010 dan 2010/2011; ----------------------------
19.3.2.3. Bahwa setelah perpanjangan kontrak dilakukan oleh
Terlapor I dengan Terlapor II dan Terlapor III, pada
tanggal 28 September 2009 Mahkamah Agung
mengabulkan permohonan kasasi KPPU dalam perkara
Keberatan terhadap Putusan PN Jakarta Barat yang telah
membatalkan Putusan KPPU dimana menyatakan Terlapor
II dan Terlapor III tidak bersalah dalam Perkara KPPU
Nomor : 09/KPPU-L/2008; -------------------------------------
19.3.2.4. Bahwa Terlapor I seharusnya mengetahui dan
mempertimbangkan Putusan KPPU yang menyatakan
Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan
persekongkolan dalam memenangkan Tender Give Away
Haji Tahun 2007, dan menunggu kepastian hukum
terhadap Terlapor II dan Terlapor III, sebelum melanjutkan
perpanjangan kontrak (Amandemen) untuk pengadaan
Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011
Halaman 19 dari 54
serta selayaknya membuka proses tender agar diperoleh
penawaran dari pelaku usaha lain yang memiliki
kompetensi yang sama dengan Terlapor II dan Terlapor III;
19.3.3. Tentang Dugaan Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999;-----------------
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 19 huruf (d) UU No.5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (“UU No.5/1999”), yakni sebagai berikut:
“Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat berupa:
d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha
tertentu”.
Beberapa unsur dalam Pasal 19 huruf (d) UU No.5 Tahun 1999 dapat
diuraikan sebagai berikut
19.3.3.1. Pasar Bersangkutan; -------------------------------------------
a. Bahwa yang dimaksud pasar bersangkutan
berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 adalah pasar yang berkaitan
dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu
oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang
sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan
atau jasa tersebut;------------------------------------------
b. Pasar bersangkutan dalam putusan ini adalah
pengadaan Give Away Haji untuk periode
2009/2010 dan 2010/2011 oleh Terlapor I;-------------
--------------
19.3.3.2. Unsur Pelaku Usaha ; ------------------------------------------
a. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan
Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 adalah setiap orang perorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
Halaman 20 dari 54
sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi;-----------------
b. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam laporan
ini adalah Terlapor I. sebagaimana dalam akta
pendirian perusahaan tersebut;---------------------------
c. Bahwa dengan demikian maka unsur pelaku usaha
terpenuhi;----------------------------------------------------
19.3.3.3. Unsur Melakukan Praktek Diskriminasi Terhadap
Pelaku Usaha Tertentu;----------------------------------------
a. Bahwa yang dimaksud dengan praktek diskriminasi
adalah tindakan, sikap dan perlakuan yang berbeda
terhadap pelaku usaha tertentu untuk mendapatkan
kesempatan yang sama dengan pelaku usaha lain
pada pasar bersangkutan yang sama;--------------------
b. Bahwa Terlapor I adalah perusahaan penerbangan
terbesar yang digunakan oleh Departemen Agama
Republik Indonesia untuk melayani jemaah haji dari
Indonesia;----------------------------------------------------
c. Bahwa Terlapor I memperpanjang kontrak Terlapor
II dan Terlapor III sebagai perusahaan rekanan
pemasok Give Away Haji dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
(1) Terlapor II dan Terlapor III adalah perusahaan
pemasok Give Away Haji pada tahun
sebelumnya;-----------------------------------------
(2) Terlapor II dan Terlapor III adalah perusahaan
yang terdaftar sebagai rekanan Terlapor I;------
(3) Terlapor II dan Terlapor III bersedia
menyediakan Give Away Haji dengan harga
yang lebih murah dari tahun sebelumnya;-------
d. Bahwa Terlapor I dalam melaksanakan pengadaan
menggunakan acuan Peraturan Menteri Negara
BUMN No. Per-05/MBU/2008 dan SK Nomor:
JKTDZ/SKEP/50014/09 Tentang Pedoman dan Tata
Halaman 21 dari 54
Cara Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT
Garuda Indonesia (Persero);------------------------------
e. Bahwa persyaratan untuk menjadi rekanan atau
supplier di Terlapor I harus memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur pada Pasal 9, tetapi pada saat
perpanjangan kontrak Give Away Haji, Terlapor II
dan Terlapor III sedang dalam proses
hukum/peradilan terkait dengan perkara KPPU
Nomor 09/KPPU-L/2008, namun Terlapor I tetap
melakukan perpanjangan kontrak dengan Terlapor II
dan Terlapor III tanpa melakukan klarifikasi ataupun
pengecekan ke pengadilan atas proses hukum yang
dijalani oleh Terlapor II dan Terlapor III;---------------
f. Bahwa atas negosiasi penurunan harga yang
dilaksanakan antara Terlapor I dengan Terlapor II
dan Terlapor III sebesar Rp. 650,-/set belum
merupakan harga yang efisien, karena Terlapor I
belum melaksanakan survey pasar dan tidak
menerima pertimbangan harga dari pelaku usaha lain
yang kompeten untuk menyediakan paket;-------------
g. Bahwa dalam PM tercantum klausul tidak boleh
mengalihkan pekerjaan kepada pihak lain, dan
diduga Terlapor II mengalihkan ke pihak lain dalam
proses pengerjaan paket ini karena didapatkan
informasi pabrik dan aset perusahaan yang dimiliki
oleh perusahaan telah dilelang oleh BNI sehingga
perusahaan yang bersangkutan tidak kompeten untuk
pengerjaannya;---------------------------------------------
h. Bahwa atas hal ini, Terlapor I mengaku tidak tahu
menahu bila pabrik dan aset perusahaan milik
Terlapor II telah disita untuk dilelang. Tetapi
ketidaktahuan ini tidak melepaskan kelalaian dari
Terlapor I untuk melakukan pengecekan kembali atas
kemampuan keuangan perusahaan bersangkutan dan
Halaman 22 dari 54
Terlapor I tidak melakukan survey secara periodik
kepada suppliernya;----------------------------------------
i. Bahwa Terlapor I memiliki kesempatan untuk
mendapatkan harga Give Away Haji yang lebih
kompetitif yaitu sebesar Rp. 131.877,90,- apabila
tidak melakukan perpanjangan kontrak dengan
Terlapor II dan Terlapor III;------------------------------
j. Bahwa dengan perpanjangan kontrak yang tidak
memenuhi ketentuan internalnya, Terlapor I diduga
telah menutup kesempatan kepada pelaku usaha
tertentu yang menjadi pesaing Terlapor II dan
Terlapor III seperti PT Seruni Indah, PT Graha
Cendana Abadi Mitra, PT Huda Rachma Grupindo,
PT Damai Columbus International, CV Penta, PT
Patria Nusantara Perkasa, dan Koperasi Karyawan
SBU Garuda Cargo (KOKARGO) untuk menjadi
supplier Paket Give Away Haji tahun 2009/2010 dan
2010/2011;--------------------------------------------------
k. Bahwa tindakan Terlapor I sebagaimana diuraikan
diatas dapat diduga sebagai tindakan diskriminasi
karena Terlapor I telah mengistimewakan Terlapor II
dan Terlapor III serta tidak memberikan kesempatan
kepada perusahaan lain untuk mendapatkan
pekerjaan pengadaan Give Away Haji untuk periode
2009/2010 dan 2010/2011 dari Terlapor I;-------------
l. Bahwa dengan demikian unsur praktek diskriminasi
terpenuhi;----------------------------------------------------
19.3.3.4. Unsur Persaingan Usaha tidak sehat;-----------------------
a. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, persaingan
usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha;--------------------------
Halaman 23 dari 54
b. Bahwa tindakan Terlapor I memperpanjang kontrak
dengan Terlapor II dan Terlapor III diduga
melanggar ketentuan SK Nomor:
JKTDZ/SKEP/50014/09;---------------------------------
c. Bahwa tindakan Terlapor I yang memperpanjang
kontrak Terlapor II dan Terlapor III sebagai
pelaksana pengadaan Give Away Haji untuk periode
2009/2010 dan 2010/2011 diduga sebagai tindakan
menghambat persaingan karena menutup kesempatan
perusahaan lain untuk ikut melaksanakan pengadaan
Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan
2010/2011;--------------------------------------------------
d. Bahwa dengan demikian, tindakan perpanjangan
kontrak yang dilakukan oleh Terlapor I dengan
Terlapor II dan Terlapor III merupakan tindakan
persaingan usaha tidak sehat sehingga unsur
persaingan usaha tidak sehat terpenuhi;-----------------
20. Menimbang bahwa Tim Pemeriksa Lanjutan telah menyampaikan Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan kepada Komisi untuk dilaksanakan Sidang Majelis Komisi;-------
21. Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor: 156/KPPU/Pen/IX/2010 tanggal 16 September 2010, untuk
melaksanakan Sidang Majelis Komisi terhitung sejak tanggal 17 September 2010 sampai
dengan 28 Oktober 2010 (vide bukti A53); ------------------------------------------------------
22. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor: 334/KPPU/Kep/IX/2010 tanggal 16 September 2010 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi
Perkara Nomor 23/KPPU-L/2010 (vide bukti A54);--------------------------------------------
23. Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi,
maka Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor: 1398/SJ/ST/IX/2010, Surat
Tugas Nomor: 1399/SJ/ST/IX/2010, dan Surat Tugas Nomor: 1400/SJ/ST/IX/2010
tanggal 16 September 2010 (vide bukti A55, A56, A57);--------------------------------------
24. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan kepada para Terlapor;--------------------------------------------------------------------
Halaman 24 dari 54
25. Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 18 Oktober 2010,
Terlapor I: PT. Garuda Indonesia (Persero) menyampaikan pembelaannya yang pada
pokoknya berbunyi sebagai berikut (vide bukti C40): ------------------------------------------
25.1. Bahwa Terlapor I sudah memperlihatkan itikad baiknya untuk melakukan
perubahan perilaku dalam perkara aquo sesuai dengan aturan Pasal 37 Perkom 1
Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara. Upaya untuk melakukan
perubahan perilaku ini sudah Terlapor I sampaikan melalui surat No.
GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010, sedangkan surat No.
GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010 dikirimkan pada saat
pemeriksaan pendahuluan masih berlangsung. Maka dengan adanya
penyampaian surat tersebut maka Terlapor I sudah beritikad untuk melakukan
perubahan perilaku dan seharusnya Pemeriksaan Lanjutan tidak perlu dilakukan;
25.2. Bahwa persetujuan perpanjangan Give Away Haji oleh Terlapor I kepada PT
Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima untuk periode Tahun 2009/2010
dan 2010/2011 yang menjadi obyek perkara aquo adalah pengadaan barang/jasa
yang berkaitan dengan kepentingan umum. Pengadaan Give Away Haji ini
adalah untuk melaksanakan tugas yang telah dibebankan oleh Departemen
Agama RI kepada Terlapor I sebagaimana tertera di dalam Surat
No.GARUDA/DZ-2174/06 tanggal 20 Juni 2006. Berdasarkan hal tersebut,
dapat diketahui bahwa pengadaan Give Away Haji ini adalah pengadaan yang
berkaitan dengan kepentingan umum, yaitu jamaah haji Indonesia; ----------------
25.3. Bahwa Pengadaan Give Away Haji oleh Terlapor I juga merupakan salah satu
pelaksanaan dari ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun
2003 yang menyatakan: “Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus
kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan
tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN” ; -----------------------
25.4. Bahwa dalam perkara aquo, tujuan menjaga kepentingan umum bisa terganggu
apabila Tim Pemeriksa KPPU bersikeras untuk membatalkan Persetujuan
Perpanjangan Give Away Haji oleh Terlapor I kepada PT Gaya Bella Diantama
dan PT Uskarindo Prima untuk periode tahun 2009/2010 dan 2010/2011
mengingat yang menjadi objek perkara perkara aquo adalah pengadaan
barang/jasa yang berkaitan dengan kepentingan umum;------------------------------
25.5. Bahwa mengingat tindakan Terlapor I dalam perkara aquo pada dasarnya
dilakukan untuk kepentingan umum dan dalam rangka melaksanakan ketentuan
Undang-undang antara lain Undang-undang No. 13 Tahun 2008 tentang
Halaman 25 dari 54
Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 34 tahun 2009 dan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
maka jelas dengan berdasarkan Pasal 50 huruf (a) Undang-undang No. 5 Tahun
1999, maka tindakan Terlapor I dikecualikan dari ketentuan Undang-undang
tersebut dan sudah semestinya Terlapor I dibebaskan dari tuduhan Pasal 19
huruf (d) Undang-undang tersebut;------------------------------------------------------
25.6. Bahwa terkait dengan pemenuhan unsur Pasal 19 huruf (d) mengenai tindakan
diskriminasi yang dilakukan oleh Terlapor I tidak pernah terbukti karena
semenjak pemeriksaan hingga proses pemeriksaan dokumen (inzage) pada
tanggal 8 Oktober 2010, Tim Pemeriksa KPPU sama sekali tidak pernah
memberitahukan dan menyatakan siapa pelaku usaha tertentu yang menerima
perlakuan diskriminasi dari Terlapor I; -------------------------------------------------
25.7. Bahwa ketidakjelasan siapa pelaku usaha tertentu yang menerima perlakuan
diskriminasi dari Terlapor I mengakibatkan dugaan pelanggaran yang
dituduhkan kepada Terlapor I menjadi tidak jelas dan kabur sehingga
seharusnya Terlapor I haruslah dibebaskan dari segala tuduhan dalam perkara
aquo;-----------------------------------------------------------------------------------------
25.8. Bahwa tuduhan melanggar ketentuan Pasal 19 huruf (d) Undang-undang No. 5
Tahun 1999 yang disampaikan oleh Tim Pemeriksa KPPU kepada Terlapor I
dalam perkara aquo dengan mendasarkan pada asumsi;------------------------------
25.8.1. Dasar perhitungan harga Rp. 131.877,90;-----------------------------------
25.8.2. Bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) dirugikan dengan perpanjangan
tersebut; --------------------------------------------------------------------------
Asumsi KPPU tersebut tidak didukung oleh perhitungan yang memiliki dasar
yang benar dan akurat. Di dalam setiap pemeriksaan, Tim Pemeriksa KPPU
sama sekali tidak pernah memberikan atau memperlihatikan bukti-bukti yang
menjadi dasar perhitungan yang dijadikan dasar asumsi tersebut, sehingga
dengan demikian asumsi yang dijadikan dasar tuduhan tersebut adalah tidak
berdasar dan tidak benar, dan sekaligus membuat tuduhan yang dituduhkan
kepada Terlapor I adalah juga tidak berdasar dan tidak benar; ----------------------
25.9. Bahwa terkait dengan angka 3 huruf l dari LHPL perkara aquo, seharusnya Tim
Pemeriksa KPPU dapat menjelaskan dasar perhitungan harga Give Away Haji
sebesar Rp. 131.877,90 sebagai harga yang wajar diterima oleh Terlapor I,
padahal Terlapor I tidak pernah menerima surat penawaran baik secara lisan
Halaman 26 dari 54
maupun tertulis dari pihak manapun berkaitan dengan harga sebesar Rp.
131.877,90 tersebut; -----------------------------------------------------------------------
25.10. Bahwa penggunaan local content sebagaimana disampaikan pada LHPL Huruf
F halaman 9-10 dalam perkara aquo adalah tidak relevan dengan tuduhan. Tidak
relevan karena objek pengadaan dalam perkara aquo adalah Tas Haji (Give
Away), sehingga apabila bahan baku tas (seperti polyester, kawat dan zipper,
dll) tersebut dibeli oleh pihak Terlapor II dan/atau Terlapor III selaku vendor
dari pihak ke-3, maka hal itu tidak dapat ditafsirkan sebagai pengalihan kepada
pihak ke-3. Karena di dalam kontrak pengadaan antara Terlapor I dengan
Vendor (Terlapor II dan Terlapor III) juga telah diatur mengenai pengalihan
pekerjaan kepada pihak ke-3 serta batasan-batasannya. Terlebih lagi Tim
Pemeriksa KPPU menggunakan dasar Peraturan Menteri Negara (Permen)
BUMN No. PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa BUMN di dalam melakukan analisanya yang terkait
dengan sinergi BUMN, untuk mempersalahkan Terlapor I terkait dengan
persoalan local content, adalah tidak tepat, karena perpanjangan yang dilakukan
oleh Terlapor I bukanlah cakupan dari Permen tersebut; -----------------------------
25.11. Bahwa berkaitan dengan isi LHPL Angka 3 Huruf H yang menyatakan bahwa
pabrik dan aset milik Terlapor II telah disita dan dilelang, Terlapor I
menyatakan sudah melakukan due diligence atau kunjungan ke lokasi pabrik
Terlapor II dan II, dan dari hasil due diligence tersebut Terlapor I melihat bahwa
pabrik-pabrik tersebut masih beroperasi. Hal ini juga pernah disampaikan oleh
Terlapor I secara langsung kepada Tim Pemeriksa KPPU maupun secara tertulis
melalui surat Terlapor I No. GARUDA/JKTDI-20080/10 tanggal 17 September
2010;-----------------------------------------------------------------------------------------
25.12. Bahwa atas penjelasan diatas maka Terlapor I berharap Tim Pemeriksa KPPU
dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya dan membebaskan Terlapor I
dari segala tuduhan dalam perkara aquo;-----------------------------------------------
26. Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 18 Oktober 2010,
Terlapor II: PT. Gaya Bella Diantama menyampaikan pembelaannya yang pada
pokoknya berbunyi sebagai berikut (vide bukti C41): ------------------------------------------
26.1. Bahwa adanya Surat dari PT Gaya Bella Diantama No. 01/GBL-GIVE AWAY
HAJI/I/2009 tanggal 8 Januari 2009 kepada PT Garuda Indonesia (Persero)
adalah sah menurut hukum, karena surat tersebut bersifat umum dalam rangka
penawaran kerja yang lazim dilakukan oleh perusahaan-perusahaan jasa pada
Halaman 27 dari 54
umumnya serta tidak ada unsur pemaksaan kehendak, intimidasi, ataupun janji
gratifikasi, dan lain sebagainya ;---------------------------------------------------------
26.2. Bahwa Terlapor II tidak dalam posisi menentukan atau hanya pada posisi pasif
karena sifat surat No. 01/GBL-GIVE AWAY HAJI/I/2009 tanggal 8 Januari
2009 hanya berisi penawaran biasa, dengan konsekuensi bisa dikabulkan atau
tidak dikabulkan oleh PT Garuda Indonesia (Persero); -------------------------------
26.3. Bahwa karena Terlapor II hanya melakukan sebuah penawaran biasa, maka
kriteria dan dasar hukum perpanjangan kontrak kerja oleh PT Garuda Indonesia
(Persero) kepada Terlapor II adalah hak mutlak PT Garuda Indonesia (Persero),
dengan pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan; --------
26.4. Bahwa tentang adanya harga Rp. 119.889,00 per set yang dijelaskan oleh PT
Seruni Indah dalam hal ini PT Gaya Bella Diantama tidak mempunyai untuk
memperbandingkannya, hal tersebut juga merupakan hak mutlak PT Garuda
Indonesia (Persero). Namun perlu ditelaah lebih lanjut apakah benar harga
tersebut sudah pernah ditawarkan kepada PT Garuda Indonesia (Persero)
sebelum diadakan perpanjangan kontrak atau muncul setelah ada laporan; -------
26.5. Bahwa berdasarkan ketentuan SK No. JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Contract
Renewal Work Instruction tidak dijelaskan secara rinci klausul mengenai
penggunaan local content dan larangan untuk mengalihkan pekerjaan kepada
pihak ketiga, sehingga keterangan dari pihak PT YKK Indonesia tidak ada
relevansinya dengan perkara aquo dan harus dikesampingkan; ---------------------
26.6. Bahwa pada saat perpanjangan kontrak Give Away Haji Periode Tahun
2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011 yang dilakukan pada bulan April
2009, meski dikatakan sedang ada proses hukum, tetapi belum ada Putusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde) sehingga perpanjangan kontrak tersebut sah menurut hukum dan
mengikat para pihak yang membuatnya;------------------------------------------------
26.7. Bahwa mengenai keterangan terjadinya penurunan harga dan bahan baku hanya
berdasarkan suatu penjelasan dari pelaku usaha lain (bahkan dimungkinkan dari
keterangan pelapor) dan bukan berdasarkan fakta dan bukti otentik sehingga
keterangan tersebut tidak obyektif serta patut untuk dikesampingkan; -------------
26.8. Bahwa tuduhan terhadap Terlapor II sudah tidak memiliki pabrik dan keuangan
yang memadai karena asetnya telah dilelang oleh PT BNI (Persero) Tbk adalah
tidak benar karena sudah ada pembicaraan permasalahan internal
penyelesaiannya, dan fakta membuktikan bahwa Terlapor II telah diaudit dan
Halaman 28 dari 54
dilakukan due diligence oleh Kantor Akuntan Publik “Hadori Sugiarto Adi dan
Rekan” yang ditandatangani pada tanggal 8 September 2010. Dan pembuktian
tersebut diatas oleh KPPU tidaklah sempurna karena selama pemeriksaan aquo
tidak pernah dilakukan pemeriksaan setempat (plaatsonderzoek);------------------
26.9. Bahwa karena proyek Give Away Haji ini menyangkut kepentingan nasional
yang bersifat massal dan sensitif maka Terlapor I tentunya tidak akan main-
main dalam menunjuk suppliernya dengan coba-coba untuk supplier yang belum
pernah/terbiasa menanganai Give Away Haji tersebut; ------------------------------
26.10. Bahwa atas penjelasan diatas maka Terlapor II berharap Majelis Komisi KPPU
dapat menerima dan mengabulkan pendapat dan pembelaan Terlapor II untuk
seluruhnya, menyatakan menolak laporan perkara aquo atau setidak-tidaknya
tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk verklaard), dan menyatakan Terlapor II
tidak terbukti atau turut serta melakukan pelanggaran dalam perkara aquo; ------
27. Menimbang bahwa dalam Sidang Majelis Komisi pada tanggal 18 Oktober 2010,
Terlapor III: PT. Uskarindo Prima menyampaikan pembelaannya yang pada pokoknya
berbunyi sebagai berikut (vide bukti C42):-------------------------------------------------------
27.1. Bahwa pada Bagian III Fakta-fakta Huruf A Latar Belakang dari LHPL, ada 1
(satu) fakta hukum yang tidak dimasukkan, yaitu pada saat ini Terlapor III telah
mengajukan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Kasasi MA No.
582K/PDT.SUS/2009, sebagaimana ternyata dalam Surat Penyerahan Jawaban
Permohonan Peninjauan Kembali No. 002/PDT/P/KPPU/2010/ PN JKT Bar
tertanggal 24 Agustus 2010;--------------------------------------------------------------
27.2. Bahwa pada Bagian III Huruf E, Angka 2, halaman 8 dan 9 dari LHPL, memang
benar KPPU telah mengeluarkan Putusan atas Perkara No. 09/KPPU-L/2008,
namun perlu kami tegaskan bahwa saat ini Terlapor III telah mengajukan
Permohonan PK ke MA RI dan apabila MA mengabulkan Peninjauan Kembali
dari Terlapor III maka seluruh isi pada Bagian III Huruf E, Angka 2, halaman 8
dan 9 dari LHPL dianggap tidak ada dan seluruh isi keputusan yang
mendasarkan pada hal ini haruslah dianggap tidak ada; ------------------------------
27.3. Bahwa Bagian IV Huruf A Angka 7 dari LHPL, Tim Pemeriksa menyatakan
bahwa pelaku usaha lain memberikan penjelasan kurun waktu 2007-2009 terjadi
penurunan harga bahan baku, namum dalam proses inzage yang kami lakukan
tidak ada bukti materiil atau data penunjang yang menegaskan bahwa memang
ada penurunan harga bahan baku, yang kami dapatkan hanyalah keterangan PT
Seruni Indah dalam pemeriksaan di KPPU. Mengingat kami tidak dapat
Halaman 29 dari 54
melakukan pemeriksaan silang terhadap saksi tersebut dan Tim Pemeriksa
menganggap pendapat dari PT Seruni Indah sebagai suatu kebenaran maka kami
mensomir Tim Pemeriksa untuk menunjukkan bukti-bukti yang valid yang
menggambarkan adanya penurunan harga bahan baku; ------------------------------
27.4. Bahwa dalam angka 7 dari LHPL, menurut Tim Pemeriksa berdasarkan
informasi dari pelaku usaha lain biaya produksi 1 (satu) set Give Away Haji
adalah sebesar Rp. 119.889,00, sekali lagi mengingat kami tidak dapat
melakukan pemeriksaan silang pertanyaan kami apakah Tim Pemeriksa telah
memeriksa dan memverifikasi kebenaran informasi tersebut dan kami mensomir
Tim Pemeriksa untuk menunjukkan hasil verifikasi secara independen terhadap
informasi harga dari pelaku usaha tersebut; --------------------------------------------
27.5. Bahwa Terlapor III mengakui telah menerima perpanjangan kontrak dari
Terlapor I dengan pengurangan harga barang per paket sebesar Rp. 650,00 dari
harga yang ditentukan dalam kontrak sebelumnya, harga di sebut terjadi setelah
negosiasi dengan Terlapor I, Terlapor III dapat memberikan penurunan dari
harga sebelumnya dikarenakan perpanjangan kontrak 2 tahun sehingga Terlapor
III berani mengurangi margin keuntungan yang seharusnya diperoleh,
mengingat berdasarkan harga bahan baku yang ditawarkan oleh pemasok harga
bahan baku untuk tahun 2009 dan 2010 cenderung stabil; ---------------------------
27.6. Bahwa Terlapor III adalah supplier dari Terlapor I sehingga ketentuan internal
yang berlaku di Terlapor I belum tentu diketahui oleh Terlapor III dan tidak ada
kewajiban dari Terlapor III untuk mengetahuinya, Terlapor III memiliki
kewajiban untuk mematuhi segala ketentuan dalam proses pengadaan yang
diberitahukan kepada Terlapor III oleh Terlapor I;------------------------------------
27.7. Bahwa berkaitan dengan diskriminasi, Terlapor III menegaskan kami tidak
memiliki kewenangan apapun untuk melakukan diskriminasi mengingat
penentuan supplier adalah kewenangan sepenuhnya dari Terlapor I;---------------
27.8. Bahwa kami sadari pembelaan ini hanya berdasarkan bukti-bukti tertulis dan
keterangan saksi-saksi belaka dan kami selaku kuasa hukum Terlapor III tidak
mendapatkan kesempatan untuk mengkonfrontasi secara langsung pernyataan-
pernyataan ataupun informasi yang diserahkan oleh saksi-saksi dalam
pemeriksaan perkara ini, oleh karena itu dalam pemeriksaan perkara ini kami
mohon Majelis Komisi yang menangani perkara ini untuk memeriksa kebenaran
material dari semua pernyataan dan informasi yang diberikan oleh saksi pelaku
usaha lain dalam pemeriksaan perkara aquo; ------------------------------------------
Halaman 30 dari 54
27.9. Bahwa atas penjelasan diatas maka Terlapor III berharap Majelis Komisi KPPU
menyatakan secara keseluruhan dugaan adanya tindakan diskriminasi yang
dilakukan oleh Terlapor III dalam perkara aquo yang dibuat oleh dan diantara
Terlapor III dan Terlapor I dan menyatakan Terlapor III tidak terbukti
melanggar Pasal 19 huruf (d) Undang-undang No. 5 tahun 1999; ------------------
28. Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan
penilaian yang cukup untuk mengambil Putusan; -----------------------------------------------
TENTANG HUKUM
1. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, pembelaan para
Terlapor, surat, dokumen dan alat bukti lainnya, Majelis Komisi menilai dan
berpendapat sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------
1.1. Tentang Identitas Terlapor-------------------------------------------------------------
1.1.1. Bahwa Terlapor I: PT Garuda Indonesia (Persero) sebagaimana
telah diuraikan dalam butir 19.1.1.1. bagian Tentang Duduk Perkara
yang dalam prakteknya telah mengadakan proses Perpanjangan Give
Away Haji kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo Prima
untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011; --------
1.1.2. Bahwa terkait uraian pada butir 1.1.1 bagian Tentang Hukum diatas,
Majelis Komisi menambahkan lebih lanjut bahwa Terlapor I
merupakan pelaku usaha berbentuk badan hukum perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia dengan Akta Notaris Raden Kardiman, Nomor 137 tanggal
31 Maret 1950, dengan akta perubahan terakhir yang diterbitkan oleh
Notaris Sutjipto, S.H., Nomor 50 tanggal 7 Agustus 2008 dan
melakukan kegiatan usaha antara lain jasa angkutan udara niaga
berjadwal, jasa angkutan udara niaga tidak berjadwal, reparasi dan
pemeliharaan pesawat udara; -------------------------------------------------
1.1.3. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat Terlapor I
merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk
dijadikan Terlapor dalam perkara aquo;-------------------------------------
1.1.4. Bahwa Terlapor II: PT Gaya Bella Diantama sebagaimana telah
diuraikan dalam butir 19.1.1.2. bagian Tentang Duduk Perkara yang
dalam prakteknya telah mengikuti dan melaksanakan Perpanjangan
Give Away Haji kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo
Halaman 31 dari 54
Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011,
merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk
dijadikan Terlapor dalam perkara aquo;-------------------------------------
1.1.5. Bahwa Terlapor III: PT. Uskarindo Prima sebagaimana telah
diuraikan dalam butir 19.1.1.3. bagian Tentang Duduk Perkara yang
dalam prakteknya telah mengikuti dan melaksanakan Perpanjangan
Give Away Haji kepada PT Gaya Bella Diantama dan PT Uskarindo
Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011,
merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk
dijadikan Terlapor dalam perkara aquo;-------------------------------------
1.1.6. Bahwa berdasarkan fakta diatas, Majelis Komisi menyimpulkan
para Terlapor adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;----------------------------------------
1.2. Tentang Aspek Formil;-------------------------------------------------------------------
1.2.1. Selanjutnya sebelum menilai dan menyimpulkan pokok perkara (aspek
materiil) Majelis Komisi terlebih dahulu menilai aspek formil yang
ditanggapi oleh Terlapor I yaitu tentang perubahan perilaku; -------------
1.2.1.1. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor I
menyatakan pada saat pemeriksaan pendahuluan mereka
tidak pernah diberikan hak untuk mendapatkan kesempatan
merubah perilaku sebagaimana aturan Pasal 37 Perkom 1
Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara; --------
1.2.1.2. Bahwa kemudian Terlapor I berinisiatif mengirimkan Surat
kepada Tim Pemeriksa KPPU melalui surat No.
GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3 Mei 2010,
sedangkan surat No. GARUDA/JKTDI-20055/10 tanggal 3
Mei 2010 dikirimkan pada saat pemeriksaan pendahuluan
masih berlangsung. Dengan adanya penyampaian surat
tersebut maka Terlapor I sudah beritikad untuk melakukan
perubahan perilaku dan seharusnya Pemeriksaan Lanjutan
tidak perlu dilakukan; --------------------------------------------
1.2.2. Atas pendapat atau pembelaan yang disampaikan oleh Terlapor I,
Majelis Komisi terlebih dahulu melihat isi Pasal 4 dan Pasal 37
Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan
Perkara di KPPU yang berbunyi; ----------------------------------------------
Halaman 32 dari 54
Pasal 4:
(1) Tim Pemeriksa Pendahuluan mempunyai tugas mendapatkan
pengakuan Terlapor berkaitan dengan dugaan pelanggaran
yang dituduhkan dan/atau mendapatkan bukti awal yang cukup
mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor
serta merekomendasikan kepada Komisi untuk menetapkan
perlu atau tidaknya dilakukan Pemeriksaan Lanjutan;------------
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Tim Pemeriksa Pendahuluan mempunyai wewenang:
a. Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan; ----------
b. Memanggil, menghadirkan dan meminta keterangan
Terlapor dan apabila diperlukan dapat memanggil
pihak lain;------------------------------------------------------
c. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen
dan alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau
pemeriksaan;---------------------------------------------------
d. Menerima pernyataan kesediaan Terlapor untuk
mengakhiri dan/atau kegiatan yang diduga melanggar
dan merekomendasikan Komisi untuk tidak melakukan
Pemeriksaan Lanjutan secara bersyarat. ------------------
Pasal 37:
(1) Komisi dapat menetapkan tidak perlu dilakukan Pemeriksaan
Lanjutan meskipun terdapat dugaan pelanggaran, apabila
Terlapor menyatakan bersedia melakukan perubahan perilaku;-
(2) Perubahan perilaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dilakukan dengan membatalkan perjanjian dan/atau
menghentikan kegiatan dan/atau menghentikan penyalahgunaan
posisi dominan yang diduga melanggar dan/atau membayar
kerugian akibat dari pelanggaran yang dilakukan; ----------------
(3) Pelaksanaan perubahan perilaku sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari dan dapat
diperpanjang sesuai dengan penetapan Komisi.--------------------
1.2.3. Bahwa Majelis Komisi telah membaca Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) Pendahuluan, yang isinya terdapat pertanyaan Tim Pemeriksa
Halaman 33 dari 54
mengenai tanggapan Para Terlapor atas Salinan Laporan Dugaan
Pelanggaran yang telah disampaikan;-----------------------------------------
1.2.4. Bahwa dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Pendahuluan, Majelis
Komisi tidak menemukan adanya pernyataan Para Terlapor yang
mengakui kesalahannya sebagaimana yang dituduhkan dalam Salinan
Laporan Dugaan Pelanggaran;-------------------------------------------------
1.2.5. Bahwa dengan tidak diakuinya dugaan pelanggaran oleh Para
Terlapor, maka Majelis Komisi menilai tindakan Tim Pemeriksa yang
tidak menawarkan perubahan perilaku kepada Para Terlapor telah tepat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 dan Pasal 37 Peraturan Komisi
No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU; ----
1.2.6. Selanjutnya sebelum menilai dan menyimpulkan pokok perkara (aspek
materiil) Majelis Komisi terlebih dahulu menilai aspek formil yang
ditanggapi oleh Terlapor I yaitu Perkara No. 23/KPPU-L/2010
merupakan pengecualian Pasal 50 huruf (a) Undang-undang No. 5
Tahun 1999, karena; ---------------------------------------------------------------------------------
1.2.6.1. Terlapor I menyatakan dalam pembelaannya bahwa
Perpanjangan Give Away Haji ini dilaksanakan pada
dasarnya untuk kepentingan umum dan dalam rangka
melaksanakan ketentuan Undang-undang antara lain
Undang-undang No. 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 34 tahun 2009, Terlapor I
melaksanakan Pengadaan Give Away Haji ini adalah
untuk melaksanakan tugas yang telah dibebankan oleh
Departemen Agama RI kepada Terlapor I sebagaimana
tertera di dalam Surat No. GARUDA/DZ-2174/06 tanggal
20 Juni 2006. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui
bahwa pengadaan Give Away Haji ini adalah pengadaan
yang berkaitan dengan kepentingan umum, yaitu jamaah
haji Indonesia; ----------------------------------------------------
1.2.6.2. Bahwa pengadaan Give Away Haji oleh Terlapor I juga
merupakan salah satu pelaksanaan dari ketentuan Pasal 66
ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 yang
menyatakan: “Pemerintah dapat memberikan penugasan
Halaman 34 dari 54
khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud
dan tujuan kegiatan BUMN”; ----------------------------------
1.2.7. LHPL pada Bab IV Analisa huruf A Tentang Perpanjangan Kontrak
dan huruf B Tentang Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008,
menyatakan sebagai berikut; --------------------------------------------------
1.2.7.1. Bahwa landasan hukum Terlapor I pengadaan Give Away
Haji dan perpanjangan kontrak adalah SK Nomor
JKTDZ/SKEP/50014/09 dan Procurement Manual (PM):
Contract Renewal Work Instruction; --------------------------
1.2.7.2. Bahwa Terlapor I melakukan negosiasi harga terhadap
harga kontrak tahun sebelumnya untuk memenuhi
persyaratan dari ketentuan untuk melakukan penunjukan
langsung berdasarkan Procurement Manual (PM) Terlapor
I; --------------------------------------------------------------------
1.2.7.3. Bahwa berdasarkan hasil Proses Asessment Performance,
menurut Terlapor I, performance dari Terlapor II dan
Terlapor III menunjukkan hasil yang baik dimana
penilaiannya mencakup kualitas, harga, waktu, service dan
inovatif dari para supplier. Proses ini tidak mencakup
survey menyeluruh terhadap Terlapor II dan Terlapor III
yakni apakah kedua perusahaan sedang menghadapi proses
hukum di peradilan atau tidak dan perhitungan kemampuan
keuangan perusahaan bersangkutan untuk menjadi rekanan
Terlapor I; ---------------------------------------------------------
1.2.7.4. Bahwa berdasarkan bunyi Pasal 9 ayat 2 huruf d SK
Nomor: JKTDZ/SKEP/50014/09, rekanan/supplier yang
dalam proses hukum dan atau sedang menjalani sanksi
pidana maupun perdata tidak boleh terlibat dalam proses
pengadaan barang/jasa, Terlapor I sepatutnya
mempertimbangkan hal tersebut dan mengklarifikasi dalam
proses negosiasi perpanjangan kontrak padahal Terlapor I
pernah di panggil sebagai Saksi perkara KPPU Nomor
09/KPPU-L/2008. Bahkan Terlapor II dan Terlapor III
telah menyampaikan hasil putusan PN Jakarta Barat
Halaman 35 dari 54
kepada Telapor I, serta Terlapor II dan Terlapor III
mengetahui bahwa KPPU mengajukan keberatan Kasasi
kepada MA sebelum kontrak baru;-----------------------------
1.2.7.5. Bahwa Terlapor I seharusnya mengetahui dan
mempertimbangkan Putusan KPPU yang menyatakan
Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan
persekongkolan dalam memenangkan Tender Give Away
Haji Tahun 2007, dan menunggu kepastian hukum
terhadap Terlapor II dan Terlapor III, sebelum melanjutkan
perpanjangan kontrak (Amandemen) untuk pengadaan
Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011
serta selayaknya membuka proses tender agar diperoleh
penawaran dari pelaku usaha lain yang memiliki
kompetensi yang sama dengan Terlapor II dan Terlapor III;
1.2.8. Untuk menilai apakah Perkara No. 23/KPPU-L/2010 termasuk ruang
lingkup yang dikecualikan dari Pasal 50 huruf (a) atau tidak, Majelis
Komisi melihat peraturan perundang-undangan yang terkait dan
kontrak kerja antara Terlapor I dengan Departemen Agama Republik
Indonesia sebagai berikut; ---------------------------------------------------------
1.2.8.1. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 1 butir
13 dinyatakan “Transportasi adalah pengangkutan yang
disediakan bagi Jemaah Haji selama Penyelenggaraan Ibadah
Haji ”;--------------------------------------------------------------------
1.2.8.2. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 33
dinyatakan:
1) Pelayanan Transportasi Jemaah Haji ke Arab Saudi dan pemulangannya ke tempat embarkasi asal di Indonesia menjadi tanggung jawab Menteri dan berkoordinasi dengan menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang perhubungan.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1.2.8.3. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 34
dinyatakan “Penunjukan pelaksana Transportasi Jemaah Haji
dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan aspek
keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan efisiensi”;-----------
Halaman 36 dari 54
1.2.8.4. Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 66 ayat
1 dinyatakan “Pemerintah dapat memberikan penugasan
khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan
tujuan kegiatan BUMN”; ---------------------------------------------
1.2.8.5. Bahwa dalam pendelegasian tugas untuk transportasi
pengangkutan Jemaah Haji Indonesia didasarkan pada
Kontrak Kerja Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia
Tahun 1430 H antara Departemen Agama Republik
Indonesia dan PT Garuda Indonesia (Persero) Nomor:
D/327/2009 dan Nomor: DS/PERJ/DZ-3230 yang
dijabarkan dalam:
Pasal 1:
1) Pihak Pertama memberi tugas kepada Pihak Kedua
untuk melaksanakan pengangkutan jemaah haji
Indonesia Tahun 1430 H;-----------------------------------
2) Pihak Kedua menerima tugas dari Pihak Pertama
untuk melaksanakan pengangkutan jemaah haji
Indonesia Tahun 1430 H;-----------------------------------
Pasal 2:
(1) Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
Pihak Kedua meliputi :
a) Pengangkutan jemaah haji dan petugas haji
dari embarkasi Banda Aceh, Padang,
Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan,
dan Makassar ke Jeddah pergi-pulang; ---------
b) Pengangkutan jemaah haji dan petugas haji
dari embarkasi Medan, Jakarta (terdiri dari
jemaah haji DKI Jakarta, Banten dan
Lampung) dan sebagian dari embarkasi
Surabaya (Provinsi Jawa Timur); ----------------
c) Pengangkutan jemaah haji dan petugas haji
sebagaimana tersebut dalam ayat (1) huruf (b)
Pasal ini diberangkatkan ke Madinah dan
dipulangkan melalui Jeddah untuk Gelombang
Halaman 37 dari 54
I serta diberangkatkan ke Jeddah dan
dipulangkan melalui Madinah untuk
Gelombang II.
1.2.9. Bahwa Majelis Komisi berpendapat berdasarkan Undang-undang No.
13 Tahun 2008 dan Kontrak Kerja Transportasi Udara Jemaah Haji
Indonesia Tahun 1430 H antara Departemen Agama Republik
Indonesia dan PT Garuda Indonesia (Persero) Nomor: D/327/2009 dan
Nomor: DS/PERJ/DZ-3230, dijelaskan mengenai pendelegasian tugas
dari Menteri Agama RI kepada Terlapor I hanya mencakup
pelaksanaan pengangkutan jemaah haji Indonesia; ------------------------
1.2.10. Bahwa berdasarkan uraian 25.1 – 25.5 pada bagian Tentang Duduk
Perkara yang pada pokoknya menyatakan proses Perpanjangan Give
Away Haji termasuk dalam ruang lingkup Pasal 50 huruf (a) UU No.
5 Tahun 1999 sehingga dikecualikan. Atas hal tersebut Majelis Komisi
menilai sebagai berikut; -------------------------------------------------------
1.2.10.1. Bahwa berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2008
dan Kontrak Kerja Transportasi Udara Jemaah Haji
Indonesia Tahun 1430 H antara Departemen Agama
Republik Indonesia dan PT Garuda Indonesia (Persero)
Nomor: D/327/2009 dan Nomor: DS/PERJ/DZ-3230,
dijelaskan mengenai pendelegasian tugas dari Menteri
Agama RI kepada Terlapor I hanya mencakup pelaksanaan
pengangkutan jemaah haji Indonesia;--------------------------
1.2.10.2. Bahwa mengacu pada LHPL butir 19.1.6.2 bagian Tentang
Duduk Perkara, dijelaskan biaya pembuatan Paket Give
Away Haji dibebankan pada komponen biaya pelayanan
transportasi yang dibayarkan Departemen Agama kepada
Terlapor I, meskipun pengadaan Give Away Haji
termasuk dalam komponen biaya pelayanan transportasi
sebagaimana seperti yang dijelaskan pada butir 1.2.10.1; --
1.2.10.3. Bahwa Majelis Komisi berpendapat, berdasarkan Pedoman
Pelaksanaan Ketentuan Pasal 50 huruf (a) harus dilihat
apakah perbuatan yang dilaksanakan oleh Terlapor I yakni
dalam pemberian Paket Give Away Haji ini adalah
Halaman 38 dari 54
perbuatan yang secara tegas mendapat delegasi dari
peraturan perundang-undangan; --------------------------------
1.2.10.4. Bahwa Majelis Komisi menilai pengadaan Give Away
Haji tidak termasuk atau diluar penyelenggaraan
transportasi haji sebagaimana termaktub dalam Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2008; --------------------------------
1.2.10.5. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat
pengadaan Give Away Haji tidak termasuk dalam
pengecualian Pasal 50 huruf (a); -------------------------------
1.3. Tentang Aspek Materiil; -----------------------------------------------------------------
1.3.1. Tentang Pasar Bersangkutan; ----------------------------------------------
1.3.1.1. Bahwa dalam LHPL dinyatakan pasar bersangkutan pada
perkara ini adalah pengadaan Give Away Haji untuk
periode 2009/2010 dan 2010/2011 oleh Terlapor I;----------
1.3.1.2. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor I,
Terlapor II, dan Terlapor III tidak memberikan pembelaan
terkait dengan pasar bersangkutan;-----------------------------
1.3.1.3. Bahwa terkait dengan pasar bersangkutan dalam perkara
ini, Majelis Komisi menyatakan sebagai berikut; ------------
a. Bahwa sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1
Angka 10 Undang-undang No. 5 Tahun 1999, Pasar
Bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh
pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama
atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau
jasa tersebut; -----------------------------------------------
b. Bahwa Pengadaan Give Away Haji ini berdasarkan
perjanjian antara Terlapor I dengan Terlapor II dan
III meliputi pengadaan tas koper besar, tas
jinjing/tangan, dan tas pasport bagi jamaah haji; ------
c. Bahwa mengenai Spesifikasi dan paket Give Away
Haji telah diuraikan pada butir 19.1.4 dan 19.1.6
bagian tentang Duduk Perkara; --------------------------
1.3.1.4. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi sependapat
dengan LHPL yang menyatakan pasar bersangkutan pada
Halaman 39 dari 54
perkara ini pengadaan Give Away Haji untuk periode
2009/2010 dan 2010/2011 oleh Terlapor I; -------------------
1.3.2. Tentang Persetujuan Perpanjangan Pengadaan Give Away Haji
Untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011; ---
1.3.2.1. Bahwa LHPL menyatakan proses persetujuan
perpanjangan Give Away Haji ini sesuai uraian yang
dijelaskan pada butir 19.1.4 dan 19.3.1 Bagian Tentang
Duduk Perkara; --------------------------------------------------
1.3.2.2. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor I, menyatakan Tim
Pemeriksa KPPU sama sekali tidak pernah
memberitahukan dan menyatakan siapa pelaku usaha
tertentu yang menerima perlakuan diskriminasi dari
Terlapor I sehingga mengakibatkan dugaan pelanggaran
yang dituduhkan kepada Terlapor I menjadi tidak jelas dan
kabur; --------------------------------------------------------------
1.3.2.3. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor II, menyatakan
proses persetujuan perpanjangan ini bermula ketika PT
Gaya Bella Diantama mengirimkan surat No. 01/GBL-
GIVE AWAY HAJI/I/2009 tanggal 8 Januari 2009 kepada
PT Garuda Indonesia (Persero) yang menawarkan
kerjasama lanjutan;-----------------------------------------------
1.3.2.4. Selanjutnya Terlapor II menyatakan perusahaan tidak
dalam posisi menentukan atau hanya pada posisi pasif
karena sifat surat No. 01/GBL-GIVE AWAY HAJI/I/2009
tanggal 8 Januari 2009 hanya berisi penawaran biasa,
dengan konsekuensi bisa dikabulkan atau tidak dikabulkan
oleh PT Garuda Indonesia (Persero) dan perpanjangan
kontrak kerja oleh PT Garuda Indonesia (Persero) kepada
Terlapor II adalah hak mutlak PT Garuda Indonesia
(Persero), dengan pertimbangan-pertimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pada saat perpanjangan kontrak
Give Away Haji Periode Tahun 2009/2010 dan Periode
Tahun 2010/2011 yang dilakukan pada bulan April 2009,
meski dikatakan sedang ada proses hukum, tetapi belum
ada Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
Halaman 40 dari 54
hukum tetap (inkracht van gewijsde) sehingga
perpanjangan kontrak tersebut sah menurut hukum dan
mengikat para pihak yang membuatnya; ----------------------
1.3.2.5. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor III, menyatakan
perusahaan adalah supplier dari Terlapor I sehingga
ketentuan internal yang berlaku di Terlapor I belum tentu
diketahui oleh Terlapor III dan tidak ada kewajiban dari
Terlapor III untuk mengetahuinya, Terlapor III memiliki
kewajiban untuk mematuhi segala ketentuan dalam proses
pengadaan yang diberitahukan kepada Terlapor III oleh
Terlapor I; ---------------------------------------------------------
1.3.2.6. Selanjutnya Terlapor III menyatakan berkaitan dengan
diskriminasi, perusahaan tidak memiliki kewenangan
apapun untuk melakukan diskriminasi mengingat
penentuan supplier adalah kewenangan sepenuhnya dari
Terlapor I; ---------------------------------------------------------
Bahwa Majelis Komisi menilai proses Perpanjangan Give
Away Haji ini didasarkan pada peraturan internal Terlapor
I yaitu SK Nomor JKTDZ/SKEP/50014/09 dan
Procurement Manual: Contract Renewal Work Instruction;
1.3.2.7. Bahwa pada saat proses perpanjangan kontrak ini
dilaksanakan, Terlapor II dan Terlapor III mengetahui
sedang berada dalam proses peradilan atas keberatan
terhadap Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2008 tentang
dugaan pelanggaran pasal 22 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 dalam Pengadaan Give Away Haji Tahun
Anggaran 2007 (1428 H) di PT. Garuda Indonesia (Persero)
Jakarta;----------------------------------------------------------------
1.3.2.8. Bahwa dalam pelaksanaan perpanjangan pengadaan Give
Away Haji, Terlapor I tidak melakukan pengecekan dan
klarifikasi lebih lanjut sesuai aturan internal pengadaan
Terlapor I, yaitu mengecek apakah Terlapor II dan
Terlapor III sedang atau tidak tersangkut proses hukum
sebagaimana dituangkan dalam SK Nomor
JKTDZ/SKEP/50014/09 Pasal 9 ayat 2 huruf d yaitu
Halaman 41 dari 54
“Supplier yang terlibat dalam proses pengadaan
barang/jasa harus memenuhi persyaratan...”
Perusahaan/Pengurus perusahaan tidak dalam proses
peradilan dan atau tidak sedang menjalani sanksi baik
pidana maupun perdata;----------------------------------------
1.3.2.9. Bahwa jika pengecekan dan klarifikasi dilaksanakan, maka
Terlapor I dapat mengetahui lebih awal bilamana Terlapor
II dan Terlapor III sedang menjalani proses hukum di
peradilan, dan seharusnya proses perpanjangan tidak
dilaksanakan. Terlapor I seharusnya dapat membuka
penawaran tender kembali untuk mengundang perusahaan-
perusahaan yang potensial guna menyediakan Paket Give
Away Haji dengan harga yang lebih kompetitif; ------------
1.3.2.10. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan perpanjangan
kontrak yang tidak memenuhi peraturan internalnya,
berarti Terlapor I telah menutup kesempatan kepada
pesaing potensial Terlapor II dan Terlapor III untuk
menjadi supplier Paket Give Away Haji tahun 2009/2010
dan 2010/2011; ---------------------------------------------------
1.3.2.11. Bahwa Majelis Komisi menilai walaupun pada saat
perpanjangan kontrak Give Away Haji Periode Tahun
2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011 yang dilakukan
pada bulan April 2009, Terlapor II dan Terlapor III sedang
menghadapi proses hukum yang belum memiliki kekuatan
hukum tetap, seharusnya Terlapor II dan Terlapor III tidak
mengikuti proses perpanjangan kontrak dalam pekerjaan
pengadaan Give Away Haji; -----------------------------------
1.3.2.12. Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan LHPL yang
menyatakan Terlapor I telah menyalahi prosedur internal
perusahaan dalam melaksanakan perpanjangan kontrak
karena tidak mengecek dan mengklarifikasi kembali proses
hukum yang dijalani oleh Terlapor II dan Terlapor III; -----
1.3.2.13. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi
menyimpulkan perpanjangan kontrak yang dilakukan
oleh Terlapor I telah menyalahi ketentuan internalnya
Halaman 42 dari 54
sehingga Terlapor I telah menutup kesempatan kepada
pesaing potensial Terlapor II dan Terlapor III untuk
menjadi supplier Paket Give Away Haji tahun
2009/2010 dan 2010/2011; -------------------------------------
1.3.3. Tentang Harga Paket Give Away Haji; -----------------------------------
1.3.3.1. Bahwa LHPL menyatakan negosiasi harga penawaran ini
sesuai uraian yang dijelaskan pada butir 19.1.7 dan 19.3.1
bagian Tentang Duduk Perkara; --------------------------------
1.3.3.2. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor I, menyatakan: dasar
perhitungan harga Rp. 131.877,90/paket tidak didukung
oleh perhitungan yang memiliki dasar yang benar dan
akurat, seharusnya Tim Pemeriksa KPPU dapat
menjelaskan dasar perhitungan harga Give Away Haji
sebesar Rp. 131.877,90 sebagai harga yang wajar diterima
oleh Terlapor I. Terlapor I juga tidak pernah menerima
surat penawaran baik secara lisan maupun tertulis dari
pihak manapun berkaitan dengan harga sebesar Rp.
131.877,90 tersebut dari pihak manapun; ---------------------
1.3.3.3. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor II, menyatakan
tentang adanya harga Rp. 119.889,00 per set yang
dijelaskan oleh PT Seruni Indah dalam hal ini PT Gaya
Bella Diantama tidak mempunyai hak untuk
memperbandingkannya, hal tersebut juga merupakan hak
mutlak PT Garuda Indonesia (Persero); -----------------------
1.3.3.4. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor III, menyatakan
tentang adanya biaya produksi 1 (satu) set Give Away
Haji harga Rp. 119.889,00 per set yang dijelaskan oleh
pelaku usaha lain, Terlapor III mempertanyakan kebenaran
informasi tersebut;------------------------------------------------
1.3.3.5. Selanjutnya Terlapor III menyatakan mengakui telah
menerima perpanjangan kontrak dari Terlapor I dengan
pengurangan harga barang per paket sebesar Rp. 650,00
dari harga yang ditentukan dalam kontrak sebelumnya,
Terlapor III dapat memberikan penurunan dari harga
sebelumnya dikarenakan perpanjangan kontrak 2 tahun
Halaman 43 dari 54
sehingga Terlapor III berani mengurangi margin
keuntungan yang seharusnya diperoleh, mengingat
berdasarkan harga bahan baku yang ditawarkan oleh
pemasok harga bahan baku untuk tahun 2009 dan 2010
cenderung stabil;--------------------------------------------------
1.3.3.6. Bahwa untuk menilai tentang harga paket Give Away
Haji, Majelis Komisi memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut;-------------------------------------------------------------
1.3.3.6.1. Paket Give Away Haji merupakan
permintaan dari Departemen Agama yang
biayanya dibebankan kepada komponen
biaya pelayanan transportasi jemaah haji
yang dibayarkan Departemen Agama kepada
Terlapor I; ----------------------------------------
1.3.3.6.2. Dengan menggunakan Give Away Haji,
pihak Departemen Agama menginginkan
adanya keseragaman tas jemaah haji
Indonesia dan membantu Terlapor I dalam
mengontrol bagasi jemaah haji Indonesia; ---
1.3.3.7. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat
produk paket Give Away Haji adalah produk yang hanya
dibuat khusus (custom made) kepada Terlapor I dan bukan
merupakan produk yang tersedia bebas di pasar (ready
made) sehingga tidak ada harga pasar (market price) untuk
produk paket Give Away Haji dan salah satu cara untuk
mendapatkan harga pasar untuk produk paket Give Away
Haji adalah dengan melalui mekanisme tender; --------------
1.3.3.8. Bahwa pada butir 19.3.1.13 dan 19.3.3.3 butir j bagian
Tentang Duduk Perkara dijelaskan tentang adanya pesaing
potensial dari Terlapor II dan Terlapor III yang telah
memberikan jasa Give Away Haji kepada Terlapor I
sebelum tahun 2008, sehingga terdapat pesaing potensial
dari Terlapor II dan Terlapor III yang dapat memenuhi
standar kualitas untuk produk barang dalam paket Give
Away Haji; -------------------------------------------------------
Halaman 44 dari 54
1.3.3.9. Bahwa berdasarkan keterangan dari pesaing potensial dari
Terlapor II dan Terlapor III, harga bahan baku pasaran
dunia untuk pembuatan paket Give Away Haji ini sudah
turun dari medio tahun 2007-2009 seperti bahan polyster,
kawat, zipper. Maka seharusnya pada saat negosiasi harga
penawaran dilaksanakan, Terlapor I bisa mendapatkan
harga yang lebih baik daripada harga yang ditawarkan pada
tahun 2007; --------------------------------------------------------
1.3.3.10. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat
pesaing potensial dari Terlapor II dan Terlapor III adalah
pihak yang memiliki pengalaman sebagai pemasok paket
Give Away Haji sebelum tahun 2008 dan pernah bersaing
dengan Terlapor II dan Terlapor III, sehingga pesaing
potensial dari Terlapor II dan Terlapor III merupakan pihak
yang memiliki kompetensi untuk memberikan informasi
tentang harga paket Give Away Haji;-------------------------
1.3.3.11. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut; ------------
1.3.3.11.1. Bahwa spesifikasi khusus yang dimiliki
produk paket Give Away Haji
menyebabkan barang tersebut tidak
tersedia bebas di pasar sehingga tidak
adanya harga pasar untuk produk paket
Give Away Haji, maka cara terbaik
untuk mendapatkan harga pasar untuk
produk paket Give Away Haji adalah
melalui mekanisme tender; ------------------
1.3.3.11.2. Bahwa Terlapor I tidak melakukan
pengadaan paket Give Away Haji melalui
mekanisme tender sehingga tidak ada
perusahaan yang dapat memasukkan
harga paket Give Away Haji yang lebih
baik kepada Terlapor I; ----------------------
1.3.3.11.3. Bahwa pesaing potensial dari Terlapor II
dan Terlapor III adalah pihak yang
Halaman 45 dari 54
memiliki pengalaman sebagai pemasok
Give Away Haji sehingga memiliki
kompetensi untuk memberikan informasi
tentang harga paket Give Away Haji;-----
1.3.4. Tentang Pengalihan Pekerjaan Pembuatan Paket Give Away Haji
kepada pihak ke-3;------------------------------------------------------------
1.3.4.1. Bahwa LHPL, menyatakan pengalihan pekerjaan
pembuatan Paket Give Away Haji kepada pihak ke-3 ini
sesuai uraian yang dijelaskan pada butir 19.1.8 Bagian
Tentang Duduk Perkara;-----------------------------------------
1.3.4.2. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor I, menyatakan
penggunaan local content sebagaimana disampaikan pada
LHPL Huruf F halaman 9-10 dalam perkara aquo adalah
tidak relevan dengan tuduhan. Tidak relevan karena objek
pengadaan dalam perkara aquo adalah Tas Haji (Give
Away), sehingga apabila bahan baku tas (seperti polyester,
kawat dan zipper, dll) tersebut dibeli oleh pihak Terlapor II
dan/atau Terlapor III selaku vendor dari pihak ke-3, maka
hal itu tidak dapat ditafsirkan sebagai pengalihan kepada
pihak ke-3. Karena di dalam kontrak pengadaan antara
Terlapor I dengan Vendor (Terlapor II dan Terlapor III)
juga telah diatur mengenai pengalihan pekerjaan kepada
pihak ke-3 serta batasan-batasannya. Terlebih lagi Tim
Pemeriksa KPPU menggunakan dasar Peraturan Menteri
Negara (Permen) BUMN No. PER-05/MBU/2008 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
BUMN di dalam melakukan analisanya yang terkait
dengan sinergi BUMN, untuk mempersalahkan Terlapor I
terkait dengan persoalan local content, adalah tidak tepat,
karena perpanjangan yang dilakukan oleh Terlapor I
bukanlah cakupan dari Permen tersebut; ----------------------
1.3.4.3. Selanjutnya, Terlapor I juga menyatakan sudah melakukan
due diligence atau kunjungan ke lokasi pabrik Terlapor II
dan III, dan dari hasil due diligence tersebut Terlapor I
melihat bahwa pabrik-pabrik tersebut masih beroperasi; ---
Halaman 46 dari 54
1.3.4.4. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor II, menyatakan
tuduhan terhadap Terlapor II yang sudah tidak memiliki
pabrik dan keuangan yang memadai karena asetnya telah
dilelang oleh PT BNI (Persero) Tbk adalah tidak benar
karena sudah ada pembicaraan permasalahan internal
penyelesaiannya, dan fakta membuktikan bahwa Terlapor
II telah diaudit dan dilakukan due diligence oleh Kantor
Akuntan Publik “Hadori Sugiarto Adi dan Rekan” yang
ditandatangani pada tanggal 8 September 2010. Dan
pembuktian tersebut diatas oleh KPPU tidaklah sempurna
karena selama pemeriksaan aquo tidak pernah dilakukan
pemeriksaan setempat (plaatsonderzoek); --------------------
1.3.4.5. Bahwa dalam pembelaannya Terlapor III, tidak
memberikan pembelaan terkait pengalihan pekerjaan
kepada pihak ke-3; -----------------------------------------------
1.3.4.6. Bahwa Majelis Komisi menilai permasalahan local content
dalam perkara ini tidak relevan dengan masalah persaingan
dalam perkara aquo; ---------------------------------------------
1.3.4.7. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi
menyimpulkan masalah local content tidak perlu
dipertimbangkan; -----------------------------------------------
1.3.5. Tentang Kelebihan Pembayaran Paket Give Away Haji Jemaah
Haji Indonesia; ----------------------------------------------------------------
1.3.5.1. Bahwa berdasarkan dokumen Proposal Tarif Haji PT
Garuda Indonesia (Persero) Tahun 2009 – 1430 H yang
disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan
PANJA BPIH Komisi VIII – DPR RI, Majelis Komisi
menemukan bahwa paket Give Away Haji termasuk dalam
biaya pelayanan transportasi yang dikenakan biaya
sejumlah USD 19.98; --------------------------------------------
1.3.5.2. Bahwa berdasarkan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi
Harga Perpanjangan Perjanjian Give Away antara
Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III, Majelis Komisi
mendapatkan harga paket Give Away Haji sebagai
berikut:
Halaman 47 dari 54
Terlapor II
Embarkasi Harga (Rp) Solo 134.350 Makasar 151.350 Balikpapan 151.350 Banjarmasin 151.350
Terlapor III
Embarkasi Harga (Rp) Banda Aceh 143.850 Surabaya 139.100 Padang 143.850 Palembang 134.350 Jakarta 134.350
1.3.5.3. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan menggunakan
rata-rata kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar USD
terhadap Rupiah pada tahun 2009 sejumlah Rp. 10.398,35,-
(Sepuluh ribu tiga ratus sembilan puluh delapan rupiah dan
tiga puluh lima sen) dan dikalikan USD 19.98 (Sembilan
belas dan sembilan puluh delapan dollar amerika) maka
didapat harga paket Give Away Haji yang dibebankan
kepada setiap jemaah haji Indonesia sejumlah
Rp. 207.759,03 (Dua ratus tujuh ribu tujuh ratus lima puluh
sembilan rupiah dan nol tiga sen); -----------------------------
1.3.5.4. Bahwa apabila diambil harga rata-rata untuk paket Give
Away Haji untuk seluruh embarkasi yang dilayani oleh
Terlapor II, maka didapat harga rata-rata sejumlah
Rp. 147.100,00 (Seratus empat puluh tujuh ribu seratus
rupiah) per paket Give Away Haji. sedangkan untuk
seluruh embarkasi yang dilayani oleh Terlapor III maka
didapat harga rata-rata sejumlah Rp. 139.100,00 (Seratus
tiga puluh sembilan ribu seratus rupiah);----------------------
1.3.5.5. Bahwa apabila beban biaya yang dibebankan kepada setiap
jemaah haji Indonesia dikurangi dengan harga rata-rata
yang harus dibayarkan Terlapor I kepada Terlapor II dan
Terlapor III, maka terdapat selisih harga sejumlah Rp.
60.659,03,- (Enam puluh ribu enam ratus lima puluh
sembilan rupiah nol tiga sen) untuk embarkasi yang
dilayani oleh Terlapor II, dan sejumlah Rp. 68.659,03,-
Halaman 48 dari 54
(Enam puluh delapan ribu enam ratus lima puluh sembilan
rupiah dan nol tiga sen) untuk embarkasi yang dilayani
oleh Terlapor III; -------------------------------------------------
1.3.5.6. Bahwa berdasarkan butir 19.1.4.5 bagian Tentang Duduk
Perkara, dengan asumsi jumlah jamaah sama seperti tahun
lalu untuk setiap embarkasi yang dilayani oleh Terlapor II
(total 58.296 jamaah) dan Terlapor III (total 51.551
jamaah) maka terdapat selisih sejumlah Rp.
7.075.620.468.41,- (Tujuh milyar tujuh puluh lima juta
enam ratus dua puluh ribu empat ratus enam puluh delapan
rupiah dan empat puluh satu sen), yang merupakan
kelebihan jumlah pembayaran yang didapat Terlapor I
melalui pengadaan paket Give Away Haji; ------------------
1.3.5.7. Bahwa dengan demikian Majelis Komisi berpendapat
terdapat kelebihan pembayaran yang diterima oleh
Terlapor I dari Kementerian Agama sebesar Rp.
7.075.620.468.41,- (Tujuh milyar tujuh puluh lima juta
enam ratus dua puluh ribu empat ratus enam puluh delapan
rupiah dan empat puluh satu sen);------------------------------
1.3.5.8. Bahwa Majelis Komisi berpendapat uang kelebihan
pembayaran tersebut seharusnya dikembalikan kepada
jemaah haji melalui Kementerian Agama Republik
Indonesia;----------------------------------------------------------
2. Menimbang bahwa Pasal 19 huruf (d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu”.
3. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal
19 huruf (d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi
mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 19 huruf (d) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------
3.1. Pelaku usaha; -----------------------------------------------------------------------------
3.1.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan
Halaman 49 dari 54
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; -------------------------------------
3.1.2. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam perkara ini adalah
Terlapor, sebagaimana diuraikan dalam butir 1.1. bagian Tentang
Hukum; --------------------------------------------------------------------------
3.1.3. Bahwa Terlapor I merupakan perusahaan yang memiliki kewenangan
berdasarkan pendelegasian dari Kementerian Agama RI untuk
menyelenggarakan transportasi atau angkutan jamaah haji di
Indonesia;------------------------------------------------------------------------
3.1.4. Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 1.1 Bagian
Tentang Hukum, maka unsur Pelaku Usaha terpenuhi; ------------------
3.2. Melakukan Praktek Diskriminasi Terhadap Pelaku Usaha Tertentu: --------
3.2.1. Pelaku Usaha Tertentu-------------------------------------------------------
3.2.1.1. Bahwa berdasarkan definisi pasar bersangkutan
sebagaimana diuraikan dalam butir 1.3.1.dan butir 1.3.3.8
bagian Tentang Hukum, perusahaan pesaing potensial para
Terlapor II dan Terlapor III adalah perusahaan yang telah
memberikan jasa Give Away Haji kepada Terlapor I
sebelum Tahun 2008, pada saat itu perusahaan pesaing
potensial Terlapor II dan Terlapor III mampu memenuhi
standar kualitas untuk produk barang dalam paket Give
Away Haji; -------------------------------------------------------
3.2.1.2. Bahwa dengan demikian pelaku usaha tertentu adalah
perusahaan pesaing potensial Terlapor II dan Terlapor III
dalam pengadaan Give Away Haji untuk periode
2009/2010 dan 2010/2011; --------------------------------------
3.2.1.3. Bahwa dengan demikian, unsur Pelaku Usaha Tertentu
terpenuhi;---------------------------------------------------------
3.2.2. Praktek Diskriminasi---------------------------------------------------------
1.1.1.1. Bahwa berdasarkan Putusan KPPU Perkara Nomor
07/KPPU-L/2004 tentang Perkara Divestasi Very Large
Crude Carrier (VLCC) yang telah mempunyai kekuatan
Halaman 50 dari 54
hukum tetap, yang dimaksud dengan praktek diskriminasi
adalah tindakan, sikap, dan perlakuan yang berbeda
terhadap pelaku usaha untuk mendapatkan kesempatan
yang sama. Dengan demikian praktek diskriminasi tidak
selalu berarti tindakan, sikap, dan perlakuan yang berbeda,
tetapi juga berupa tindakan, sikap, dan perlakuan yang
seharusnya; --------------------------------------------------------
1.1.1.2. Bahwa Terlapor I dalam memperpanjang kontrak Terlapor
II dan Terlapor III sebagai perusahaan rekanan pemasok
Give Away Haji menggunakan acuan peraturan internal
Terlapor I yaitu SK Nomor JKTDZ/SKEP/50014/09
Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) Pasal 9 ayat 2
dan Procurement Manual: Contract Renewal Work
Instruction; --------------------------------------------------------
1.1.1.3. Bahwa persyaratan untuk menjadi rekanan atau supplier
Terlapor I harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
pada SK Nomor JKTDZ/SKEP/50014/09 Tentang
Pedoman dan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) Pasal 9 ayat 2,
tetapi pada saat perpanjangan kontrak Give Away Haji,
Terlapor II dan Terlapor III sedang dalam proses hukum
atau peradilan terkait dengan perkara KPPU Nomor
09/KPPU-L/2008, namun Terlapor I tetap melakukan
perpanjangan kontrak dengan Terlapor II dan Terlapor III
tanpa melakukan klarifikasi ataupun pengecekan ke
pengadilan atas proses hukum yang dijalani oleh Terlapor
II dan Terlapor III; -----------------------------------------------
1.1.1.4. Bahwa Terlapor I memiliki kesempatan untuk
mendapatkan harga Give Away Haji yang lebih kompetitif
apabila tidak melakukan perpanjangan kontrak dengan
Terlapor II dan Terlapor III yakni dengan membuka
penawaran tender kembali untuk mengundang perusahaan-
perusahaan yang potensial guna menyediakan Paket Give
Away Haji; -------------------------------------------------------
Halaman 51 dari 54
1.1.1.5. Bahwa tindakan Terlapor I sebagaimana diuraikan diatas
merupakan tindakan diskriminasi karena Terlapor I telah
mengistimewakan Terlapor II dan Terlapor III dengan
tidak memberikan kesempatan kepada pesaing potensial
Terlapor II dan Terlapor III untuk mendapatkan pekerjaan
pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010 dan
2010/2011 dari Terlapor I; --------------------------------------
1.1.1.6. Bahwa dengan demikian unsur Melakukan Praktek
Diskriminasi terpenuhi;-----------------------------------------
1.2. Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan/atau Persaingan usaha
tidak sehat; --------------------------------------------------------------------------------
1.2.1. Bahwa yang dimaksud persaingan usaha tidak sehat menurut Pasal 1
angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah: “persaingan
antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha”; -------------
1.2.2. Bahwa tindakan Terlapor I memperpanjang kontrak dengan Terlapor II
dan Terlapor III merupakan pelanggaran ketentuan SK Nomor:
JKTDZ/SKEP/50014/09 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan PT Garuda Indonesia (Persero) dan
Procurement Manual: Contract Renewal Work Instruction; --------------
1.2.3. Bahwa tindakan Terlapor I yang memperpanjang kontrak dengan
Terlapor II dan Terlapor III sebagai pelaksana pengadaan Give Away
Haji untuk periode 2009/2010 dan 2010/2011 merupakan tindakan
melawan hukum dan menghambat persaingan karena menutup
kesempatan pesaing potensial Terlapor II dan Terlapor III untuk ikut
melaksanakan pengadaan Give Away Haji untuk periode 2009/2010
dan 2010/2011; -----------------------------------------------------------------
1.2.4. Bahwa dengan demikian, maka unsur persaingan usaha tidak sehat
terpenuhi; -----------------------------------------------------------------------
2. Menimbang sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------------
2.1. Bahwa Majelis Komisi memperhatikan laporan di berbagai media massa yang
menyatakan adanya kerusakan tas jemaah haji untuk beberapa embarkasi haji; --
Halaman 52 dari 54
2.2. Bahwa Majelis Komisi memperhatikan dalam pelaksanaan dan pendistribusian
paket Give Away Haji ini, pihak Kementerian Agama RI tidak melakukan
pengawasan sebagaimana mestinya. Semua pelaksanaan diserahkan sepenuhnya
kepada Terlapor I tanpa ada evaluasi secara berkala untuk perbaikan pelayanan
pemberian Give Away Haji ini kepada para jamaah haji; ---------------------------
3. Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e
Undang-undang No. 5 Tahun 1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi
untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada:--------------------------------------------
3.1. Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) untuk melakukan perbaikan
dalam pelaksanaan pengadaan Give Away Haji ini dengan memperhatikan
peraturan internalnya. PT Garuda Indonesia (Persero) dalam melaksanakan
tender harus menjunjung tinggi asas keadilan, profesionalitas, dan akuntabilitas
dengan prinsip nirlaba karena pengadaan ini semata-mata adalah demi jamaah
haji Indonesia agar mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya;------------------------
3.2. Kementerian Agama Republik Indonesia agar lebih memperhatikan kontrol dan
pengawasan terhadap pengadaan Give Away Haji baik dari segi harga, kualitas
maupun pendistribusian kepada para jamaah haji Indonesia; -----------------------
4. Menimbang bahwa perkara ini tidak dalam ruang lingkup kegiatan dan atau perbuatan
dan atau perjanjian yang dikecualikan sebagaimana dimaksud Pasal 50 huruf a Undang-
undang No. 5 Tahun 1999; -------------------------------------------------------------------------
5. Menimbang bahwa berdasarkan fakta serta kesimpulan di atas, dan dengan mengingat
Pasal 43 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: -----------------
MEMUTUSKAN
1. Menyatakan Terlapor I: PT Garuda Indonesia (Persero), Terlapor II: PT. Gaya
Bella Diantama, dan Terlapor III: PT. Uskarindo Prima terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (d) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;------------
2. Menghukum Terlapor I: PT. Garuda Indonesia (Persero) untuk membayar denda
sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas
Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha, Sekretariat Jenderal Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha); ----------------------------------------------------------------------
Halaman 53 dari 54
3. Menghukum Terlapor II: PT. Gaya Bella Diantama, untuk membayar denda
sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah), yang harus disetorkan ke Kas
Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha, Sekretariat Jenderal Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha); ----------------------------------------------------------------------
4. Menghukum Terlapor III: PT. Uskarindo Prima untuk membayar denda sebesar
Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah), yang harus disetorkan ke Kas Negara
sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,
Sekretariat Jenderal Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------------
5. Menghukum Terlapor II: PT. Gaya Bella Diantama dan Terlapor III: PT.
Uskarindo Prima untuk tidak mengikuti tender di lingkungan PT Garuda
Indonesia (Persero) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Putusan ini
berkekuatan hukum tetap; -----------------------------------------------------------------------
6. Memerintahkan kepada Terlapor I: PT. Garuda Indonesia (Persero) untuk
mengembalikan kelebihan jumlah pembayaran biaya transportasi khususnya
komponen Give Away Haji kepada jemaah haji Indonesia sejumlah Rp.
7.075.620.468.41,- (Tujuh milyar tujuh puluh lima juta enam ratus dua puluh ribu
empat ratus enam puluh delapan rupiah dan empat puluh satu sen) melalui
Kementerian Agama RI;--------------------------------------------------------------------------
Demikian putusan ini ditetapkan dalam Rapat Musyawarah Majelis Komisi pada hari Rabu,
tanggal 27 Oktober 2010 dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan terbuka untuk
umum pada hari Rabu, tanggal 27 Oktober 2010 oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Erwin
Syahril, S.H. sebagai Ketua Majelis Komisi, Prof. Dr Ir H. Ahmad Ramadhan Siregar, MS,
M.Sc dan Ir. M. Nawir Messi masing-masing sebagai Anggota Majelis Komisi, dibantu oleh
Aru Armando, S.H. dan Anderson Situmeang, S.E masing-masing sebagai Panitera. ------------
Ketua Majelis,
Erwin Syahril, S.H.
Halaman 54 dari 54
Anggota Majelis,
Ir. M. Nawir Messi, M.Sc.
Anggota Majelis,
Prof. Dr Ir H. Ahmad Ramadhan Siregar, MS
Panitera,
Aru Armando, S.H.
Anderson Situmeang, S.E