qashash al-qur’an dalam perspektif sayyid thanthÂwÎ

51
QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ (Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-’Azmi) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh: Dani Mohammad Ramdani NIM. 209.410.390 KONSENTRASI ULUM AL-QURAN DAN HADITS PROGRAM PASCASARJANA (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: others

Post on 22-Apr-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

QASHASH AL-QUR’AN DALAM

PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

(Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-’Azmi)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Dani Mohammad Ramdani

NIM. 209.410.390

KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN HADITS

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

QASHASH AL-QUR’AN DALAM

PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

(Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-’Azmi)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Dani Mohammad Ramdani

NIM. 209.410.390

Pembimbing:

Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA

KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN HADITS

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Qashash Al-Qur’an Dalam Perspektif Sayyid Thanthâwî

(Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-‘Azmi)” yang disusun oleh Dani

M. Ramdani dengan Nomor Induk Mahasiswa 209.410.390 telah melalui

proses bimbingan telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan disidang

munaqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA

Ditandatangani pada: Ditandatangani pada:

Selasa, 26 Januari 2016 Senin, 29 Februari 2016

Page 4: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

ii

Page 5: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

iii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Qashash Al-Qur’an Dalam Perspektif Sayyid Thanthâwî

(Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-‘Azmi)” yang disusun oleh Dani

M. Ramdani dengan Nomor Induk Mahasiswa 209.410.390 telah diujikan di

sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta pada tanggal. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Magister Agama (MA) dalam bidang Ilmu Agama Islam.

Tim Penguji Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (...........................) (................)

Ketua Sidang

Dr. KH. Ahmad Fudhaili, M.Ag. (...........................) (................)

Sekretaris

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. (...........................) (................)

Penguji I

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. (...........................) (................)

Penguji II

Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA (...........................) (................)

Pembimbing I

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA (...........................) (................)

Pembimbing II

Page 6: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

iv

Page 7: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

v

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dani M. Ramdani

NIM : 209.410.390

Tempat / tanggal lahir : Ciamis, 12 Juni 1985

menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Qashash Al-Qur’an Dalam

Perspektif Sayyid Thanthâwî (Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-

‘Azmi)” yang disusun oleh Dani M. Ramdani dengan Nomor Induk

Mahasiswa 209.410.390 ini benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Serpong, 25 April 2016

Yang membuat pernyataan

Dani M. Ramdani

Page 8: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

vi

Page 9: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah Swt. Taburan cinta dan

kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu.

Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya tesis yang

sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan

kepada figur sempurna, sosok junjunan alam, Rasulullah Muhammad Saw.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat

kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta. Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa

terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu

dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta

kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan

selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan ini.

Istriku Tercinta, Siska Martina beserta anak – anak, Ameera Rauda

Azkiya dan Syamil Yafie al-Fatih. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian,

dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam

mneyelesaikan Tugas Akhir ini.

Dani M. Ramdani

Page 10: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

viii

Page 11: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

ix

بسم الله الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alẖamdulillâh, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Qashash Al-Qur’ân Dalam Perspektif

Sayyid Thanthâwî (Kajian Tafsir Tematik Hikmah Kisah Ulu al-’Azmi)”

Penulisan tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

dalam jenjang perkuliahan Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ).

Penulisan tesis ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun

berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai

pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut akhirnya dapat

diatasi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna sehingga

penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan tesis ini juga untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan

datang. Selanjutnya dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dari berbagai pihak. Penulis dengan tulus hati mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, sebagai Rektor Institut Ilmu

Al­Qur’an (IIQ) Jakarta. 2. Dr. KH. Ahmad Munif Sumaputra, MA., sebagai Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al­Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Dr. KH. Ahmad Fudhaili, M.Ag., sebagai Asisten Direktur I

Pascasarjana IIQ Jakarta.

4. Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA sebagai pembimbing Tesis I yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis.

5. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA sabagai pembimbing Tesis II yang

juga dengan sabar dan teliti telah meluangkan waktunya untuk

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

Page 12: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

x

6. Siti Sofiyah, MA., sebagai staff Bidang Akademik yang selalu

memotivasi dengan penuh sabar beserta jajarannya semoga Allah Swt.,

membalas dengan balasan terbaik di Dunia dan Akhirat.

7. Berbagi pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan serta

berbagi pengalaman pada proses penyusunan tesis ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal soleh

senantiasa mendapat Ridha Allah Swt. Sehingga pada akhirnya tesis ini dapat

bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dalam bidang agama Islam.

Serpong, 25 April 2016 M

17 Rajab 1437 H

Dani M. Ramdani

Page 13: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xi

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ………………………………………...................... i

Lembar Pengesahan Tesis ……………………………………….................... iii

Pernyataan Penulis ………………………………………………................... v

Lembar Persembahan …………………………………………....................... viii

Kata Pengantar …………………………………………………..................... ix

Daftar Isi ………………………………………………………….................. xi

Pedoman Transliterasi …………………………………………..................... xiii

Abstrak …………………………………………………………..................... xvi

BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………...................... 1

A. Latar Belakang Masalah ….......…………………......................... 1

B. Permasalahan …...........................……………….......................... 5

1. Identifikasi Masalah ………………....………......................... 5

2. Pembatasan Masalah ………………………............................ 5

3. Perumusan Masalah …………………………......................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………...……........................... 5

D. Tinjauan Pustaka ……………………...………............................ 6

E. Metodologi Penelitian ……………………...…............................ 8

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ……….…….......................... 8

2. Sumber Data …………………………………......................... 8

3. Metode Penulisan ……………………………......................... 8

F. Sistematika Penulisan ………………...…………........................ 9

BAB II: PENGERTIAN UMUM QASHASH AL-QUR’AN, BIOGRAFI

.SAYYID THANTHÂWÎ DAN PROFIL KITAB AL-

QISHSHAH FÎ AL-QUR’AN AL KARÎM

.........…............................................................................................... 11

A. Pengertian Umum Qashash Al-Qur’an ......................................... 11

1. Pengertian Qashash Al-Qur’an ………....…............................ 11

2. Klasifikasi Qashash Al-Qur’an ……………............................ 14

3. Unsur-unsur Qashash Al-Qur’an …………............................. 16

4. Urgensi Qashash Al-Qur’an …………………........................ 17

5. Faedah Qashash Al-Qur’an ………....………......................... 19

B. BIOGRAFI …………….......……………………......................... 36

1. Lahir dan Tumbuh Kembang ………….……........................... 36

Page 14: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xii

2. Pendidikan …………………………………............................ 36

3. Pekerjaan dan Karir ………………………………….............. 37

4. Karya Besar Sayyid Thanthâwî ................................................ 38

5. Wafat ………………………………………………………… 39

C. PROFIL KITAB AL-QISHSHAH FÎ AL-QUR'AN AL

KARÎM……………………………………………….........…....... 40

1. Sumber Penafsiran al-Qishshah Fî Al-Qur'an Al

Karîm…………......…………………………........................... 41

2. Referensi ………………………......…………......................... 47

3. Metode ……………………………..…………........................ 51

4. Corak ………………………….....…………........................... 54

5. Sistematika Penulisan …………………………...................... 55

BAB III: PENGERTIAN DAN HIKMAH KISAH ULU AL-

‘AZMI…………………………………….......…………..……..... 59

A. Pengertian Ulu al-'Azmi ….....…………….......……................. 59

1. Secara Etimologi dan Terminologi…………......................... 59

2. Rasul – Rasul yang Mendapatkan Gelar Ulu al-

‘Azmi.......................................................……........................ 62

3. Keistimewaan Kisah Ulu al-‘Azmi dengan Nabi

lainnya………………………………………………............. 84

B. Hikmah Kisah Ulu al-’Azmi dalam kitab al-Qishshah Fî Al-

Qur’an Al Karîm …….....………................................................ 90

1. Hikmah Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalâm ……….................... 90

2. Hikmah Kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalâm ………….......... 102

3. Hikmah Kisah Nabi Musa ‘Alaihissalâm …………….......... 118

4. Hikmah Kisah Nabi Isa ‘Alaihissalâm ………………........... 127

5. Hikmah Kisah Nabi Muhammad Saw .................................... 131

BAB IV: PENUTUP ……………………………………………................... 153

A. Kesimpulan …………………….......………………….............. 153

B. Saran ……………………………….......……………................ 155

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Sistem Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf

dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ

transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

a : ا th : ط

b : ب zh : ظ

t : ت ‘ : ع

ts : ث gh : غ

j : ج f : ف

ẖ : ح q : ق

kh : خ k : ك

d : د l : ل

dz : ذ m : م

r : ر n : ن

z : ز w : و

s : س h : ه

sy : ش ’ : ء

sh : ص y : ي

dh : ض

2. Vokal

Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap

Page 16: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xiv

Fatẖah : a آ : â .... ي : ai

Kasrah : i ي : î .... و : au

Dhammah : u û:و

3. Kata sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam )ال( qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam )ال( qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

المدينة Al-Baqarah :الباقرة : al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti alif lam )ال( syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam )ال( syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di

depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

الرجل : ar-rajul السيدة : as-Sayyidah

الشمس : asy-syams الدارمي : ad-Dârimî

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan

lambang ( ) sedang untuk alih aksara ini dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang

bertanda Tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik

Tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyah. Contoh:

آمنالسفهاء Âmannâ billâhi : آمنابالله : Âmana as-sufahâ’u

الذين إن : Inna al-ladzîna كع والر : wa ar-rukka’i

d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti

oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan

menjadi “h”. Contoh:

الأفئدة : al-Af’idah الاسلامية الجامعة : al-jâmi‘ah al

Islâmiyyah.

Sedangkan Ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan

(di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan

menjadi huruf “t”. Contoh:

Page 17: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xv

الآيةالكبرى Âmilatun Nâshibah : عاملةالناصبة : al-

Âyatu al-kubrâ

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital,

akan tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku

ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa

Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama

tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang

berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti

cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan

lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata

sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama

diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Alî Ḫasan al-Âridh, al-

Asqalânî, al-Farmâwî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan

kata Alqur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf

kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fatiẖah dan

seterusnya.

Page 18: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xvi

Page 19: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xvii

ABSTRAK

Penulis menemukan bahwa hikmah dan pelajaran dari Kisah Nabi dan

Rasul Ulu Al-‘Azmi dalam Qashash Al-Qur’an menurut Sayyid Thanthâwî

tidak terlepas dari dua hal utama yaitu sebagai al-wa’d wa al-wa‘îzh atau at-

targhîb wa at-tarhîb; Pertama, sebagai kabar gembira bagi orang – orang

yang shâliẖ bahwa balasan Allah kepada para Nabi dan Rasul Ulu Al-‘Azmi

karena tahan terhadap ujian, kesabaran, keistiqamahan dan ketaatan mereka,

akan mendatangkan pertolongan Allah dan mendatangkan kebahagiaan di

akhirat kelak. Kedua, sebagai ancaman dan berita buruk bagi orang – orang

yang ingkar kepada-Nya bahwa azab Allah kepada umat – umat para Nabi

dan Rasul yang mengingkari kenabian dan kerasulan mereka adalah azab

yang sangat pedih, baik di Dunia ataupun di Akhirat.

Dari penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis, penelitian

terhadap pemikiran Sayyid Thanthâwî terhadap Kisah Nabi dan Rasul Ulu

Al-‘Azmi dalam Qashash Al-Qur’ân belum pernah dilakukan oleh orang lain,

hanya ada mengenai penelitian terhadap metodologi Sayyid Thanthâwî dalam

karyanya yang lain yaitu tafsir al-Wasîth. Oleh karena itu penelitian ini

mudah – mudahan akan menambah khazanah keilmuan dalam ‘Ulûm Al-

Qur’an.

Penelitian ini berbentuk Library Research, dengan sumber data

primer kitab tafsir maudhû’i / tematik al-Qishshah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm

karya seorang ulama kontemporer grand master Al-Azhar, bernama

Muhammad Sayyid Thanthâwî. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif

dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu mengeksplorasi, menganalisa

kemudian mengkomparasi pemikiran beliau terhadap hikmah dan pelajaran

yang diambil dari Kisah Nabi dan Rasul Ulu Al-‘Azmi dengan pemikiran para

mufassir lainnya. Sedangkan sumber data sekundernya adalah Qashash Al-

Anbiyâ karya Ibnu Katsîr dan Qashash Al-Anbiyâ wa al-mursalîn karya asy-

Sya’râwî

Page 20: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xviii

Page 21: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xix

خلاصة

وجد الباحث أن الحكمة والدروس المستفادة من قصص أولوا العزم في يتين المهمتين هما سيد طانطاوي لا يمكن فصلها عن قضكتاب قصة القرآن الكريم ل

من الله للأنبياء والرسل أولوا ءالترغيب و الترهيب. أولا، البشرى لصالحين أن الجزاعلى الطاعة، وهذه سوف تجلب نصر الله همعن الاذاء وعزم همصب بسببالعزم

أولئك الذين -وتعطى السعادة في الدارين. ثانيا، التهديد أو الأخبار السيئة للناس أن العقوبة من الله لمن ينكرون ويكذبون الأنبياء والرسل، لهم عذاب أليم -كفروا

وبطش شديد، سواء في الدنيا أو في الآخرة.

البحوث المكتبية التي أجري المؤلف، لم يوجد بحثا أو كتابا يبحث من عمل و يحلل عن فكرة سيد طانطاوي عن الحكمة والدروس المستفادة من قصص أولوا

بحثا يبحث عن منهج سيد طانطاوي في إلا العزم في كتاب قصة القرآن الكريمفي علوم او مفيد اجديد اتفسير الوسيط. لذالك نرجو الله أن هذا البحث يكون كنز

و التفسير.القران

هذا البحث بحوث مكتبية، والمصدر الأساسي هو كتاب التفسير الموضوعي "قصة القرآن الكريم" لعالم من العلماء المعاصر من جامعة الأزهر الشريف هو محمد

الوصفي والطريقة في هذا البحث هي بحث النوعي سيد طانطاوي رحمه الله. ويحلل هذا البحث على أفكار سيد طانطاوي على الحكمة يكشف التحليلي

وأما المصدر .الأخرىأفكار والدروس المستفادة من قصص أولوا العزم ويقرنه مع قصص الأنبياء والمرسلين لشعراوي. الثانوي، كتاب قصص الأنبياء لإبن كثير و

Page 22: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xx

Page 23: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xxi

ABSTRACT

The author founds that the ẖikmah and ‘ibrah from the story of the

Prophet and Messengers Ulu 'Azmi in Qashash Al-Qur'ân by Sayyid

Thanthâwî not be separated from the two most important issues are as al-

wa'd wa al-wa'îdzh or at-Targhîb wa at-Tarhîb; First, as a good news for

worships people that the reward from Allah to the Prophet and Messengers

Ulu Al-'Azmi therefore resistant to the temptation, patience, istiqamah and

their obedience will get the helpfull and happiness from Allah in the

Hereafter. Second, as a threat for the people who disbelieve to Allah that his

punishment is giving to the people who disbelieve to the Prophets and

Messengers and his vengeance is very severe when in the World or in the

Hereafter.

From the literature search the author founds the research on the

thinking of Sayyid Thanthâwî that the story of the Prophet and Messengers

Ulu 'Azmi in Qashash Al-Qur'ân has never been done by others, there is only

about a study of the methodology Sayyid Thanthâwî in his other works that is

tafsir al-Wasît. Therefore this study is hopefully will add to the treasures of

knowledge in 'Ulûm al-Quran.

This research is Library Research, the primary data is tafsir maudhû'i

/ thematic al-Qishah fȋ Al-Qur'ân al-Karȋm, that created by grand master Al-

Azhar, he is Muhammad Sayyid Thanthâwî. This reseach method is

qualitative research with descriptive-analysis approach, by exploring,

analyzing, describing and comparing his thoughts on the ẖikmah and ‘ibrah

from the story of the Prophet and Messenger Ulu Al-'Azmi with other

thought. The second sourc research are Qashash Al-Anbiyâ, Ibnu Kahtsir and

Qashash Al-Anbiyâ wa al-mursalîn, as-Sha'rawi.

Page 24: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

xxii

Page 25: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Munculnya Al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyah,

yang kaya dengan seni sastra Arab (sya’ir) dan terkenal dengan ketinggian

bahasanya telah dilumpuhkan oleh ketinggian ilmu, Mukjizat dan segala

keistimewaan yang ada didalam Al-Qur’an. Mukjizat ini telah menjadikan

bangsa Arab pada masa tersebut untuk tertantang untuk menandingi Al-

Qur’an, atau hanya sepuluh surah saja, atau hanya satu surah saja, namun

semuanya tidak mampu menandingi kehebatan Kalâm Allâh ini. Diantara

bagian dari Al-Qur’an yang meperlihatkan kemukjizatannya adalah ayat –

ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Qashash Al-Qur’an.

Qashash Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar dalam meluruskan

hati dan jiwa manusia serta mampu merubah tabi’at menjadi semakin baik

karena Allah memerintahkan kaum muslimin untuk selalu memahami dan

menghayati hikmah – hikmah yang terkandung didalamnya agar manusia

meneladani jejak langkah para Nabi dan Rasul beserta orang – orang saleh.

Keistimewaan Qashash Al-Qur’an terletak pada metode dan konsep yang

beraneka ragam dalam penyampaiannya. Kadangkala dengan memakai

metode al-hiwâr, atau dengan Targhîb dan Tarhîb, atau juga dengan menarik

hikmahnya.

Qashash Al-Qur’an menjadi bagian cukup besar dari Al-Qur’an.

Hampir kurang lebih satu pertiga isi dari Al-Qur’an adalah berisi tentang

Qashash Al-Qur’an. Hal ini membuat para ulama semakin banyak menggali

dan mengkajinya. Sehingga dengannya kita mampu mengikuti jejak langkah

para Nabi dan Rasul ataupun orang – orang shalih serta menghindari perilaku

umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah. Dari firman Allah Pada surat

Yusuf ayat 1111 kita dapat memahami bahwa mereka yang dapat menggali

pelajaran dari Kisah – kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah orang

– orang yang cerdas (Ulu al-Albâb). Secara substansi, ayat ini menerangkan

bahwa ulu al-Albâb merupakan pribadi yang mampu mengambil pelajaran

dan hikmah dari akibat perkara yang ditunjukkan oleh pendahulunya. Mereka

tidak mudah terperdaya dan lengah sehingga melakukan kesalahan yang telah

dilakukan orang-orang yang terdahulu. Oleh karena itulah, ayat ini

mengandung hikmah bagi generasi muda untuk memanfaatkan potensi akal

dengan menganalisa kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa masa lalu

1 “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-

orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi

membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai

petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yûsuf [12]: 111).

Page 26: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

2

untuk dijadikan acuan dan pedoman untuk meraih kesuksesan dimasa yang

akan datang.

Tetapi banyak pula para akademisi yang berpendapat lain terhadap

Qashash Al-Qur’an, pendapatnya banyak menimbulkan kerancuan yang pada

akhirnya berujung pada sikap acuh untuk mentadabburi Qashash Al-Qur’an.

Misalnya syubhat – syubhat yang dikeluarkan oleh orang yang memusuhi

Islam termasuk oleh orang – orang Orientalis. Termasuk kedalam hal ini

adalah apa yang telah dilakukan oleh Ahmad Khalafullâh yang menulis karya

ilmiah dengan judul Al-Fann al-Qashash fî Al-Qur’an al-Karîm. Syubhat

tersebut diantaranya adalah Kisah Al-Qur’an merupakan cerita, dongeng dan

mitos yang tidak pernah terjadi dimasa lalu, cerita yang dibuat – buat dan

hanya khayalan belaka yang disampaikan dengan begitu menarik dengan

olahan keistimewaan tata bahasa Arab. Begitujuga dengan orang – orang

orientalis diantaranya yang bernama Balcher R., penulis buku yang berjudul

Le Probleme Du Mohemet berpendapat bahwa kisah Al-Qur’an adalah

cuplikan kisah yang ditiru dari orang – orang Yahudi dan Nashrani. Ia

berpendapat bahwa tiruan itu jelas terlihat pada surat – surat Makkiyah

dimana Nabi Muhammad dan para sahabatnya banyak mendapatkan cerita –

cerita tersebut dari orang – orang Nashrani yang berada di Makkah. Ada juga

seorang orientalis yang bernama Montgomery Watt yang berpendapat bahwa

Nabi Muhammad Saw belajar pada Waraqah bin Naufal yang memiliki

kerabat dengan Khadijah dan menurutnya Nabi Muhammad telah banyak

mendengar dan menimba ilmu dari Waraqah bin Naufal. Sikap para Ulama

begitu jelas bahwa siapa dari seorang muslim yang berpendapat demikian

maka dihukumi kafir karena berijtihad dengan pendapat yang sepenuhnya

salah. Kesalahan nyata pada pendapat mereka adalah menganggap bahwa Al-

Qur’an adalah perkataan Nabi Muhammad Saw.

Menggali ‘Ibrah, hikmah atau pelajaran dari Qashash Al-Qur’an akan

mampu dilakukan jika keyakinan terhadap Al-Qur’an tidak ada yang salah.

Keyakinan terhadap Al-Qur’an yang merupakan Kalâm Allah yang

diturunkan sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia. Nabi Muhammad

Saw pun banyak mendapatkan pelajaran berharga dari kisah para Nabi dan

Rasul terdahulu. Bahkan salah satu faedah dari disebutkannya Qashash Al-

Qur’an adalah sebagai motivasi bagi Nabi Muhammad untuk tetap konsisten

dalam berdakwah.

Kisah Para Nabi dan Rasul terdahulu memberikan banyak pelajaran

untuk manusia yang hidup setelah mereka karena Para Nabi dan Rasul diutus

oleh Allah untuk mengajak manusia mengesa-kan Allah dan mengendalikan

nafsu serta syahwatnya untuk kembali kepada jalan al-haq. Allah Swt selalu

mengutus seorang Nabi dan Rasul kepada suatu kaum. Hal ini menjadi bukti

bahwa Rahmat Allah meliputi segala sesuatu. Karena dengan diutusnya Para

Nabi dan Rasul berarti Allah Swt menginginkan kebaikan pada umatnya

Page 27: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

3

dimanapun dan kapanpun. Maka mengambil pelajaran dari Para Nabi dan

Rasul beserta kaumnya menjadi amal perbuatan yang sangat penting yang

harus dilakukan oleh seorang muslim.

Allah Swt mengutus begitu banyak para Nabi dan Rasul. Ada yang

diceritakan dalam Al-Qur’an, adapula yang tidak.2 Mentadabburi kisah para

Nabi dan Rasul adalah amal ibadah yang mulia dan tak ternilai harganya

tetapi dengan banyaknya kisah Para Nabi dan Rasul yang diceritakan didalam

Al-Qur’an, maka mentadabburinya merupakan amal ibadah yang harus

terprogram dan tersusun dengan baik. Bahkan harus menjadi kurikulum

tarbawiyyah yang tersusun rapi, ditadabburi oleh siswa – siswi disekolah,

mahasiswa – mahasiswi di kampus ataupun orang muslim lainnya dalam

suatu kajian atau suatu majelis. Hal inilah yang oleh sebagian besar kaum

muslimin tidak lakukan. Kisah Para Nabi dan Rasul dalam Al-Qur’an tidak

ditadabburi dengan baik tetapi hanya sekedar cerita yang dikisahkan begitu

saja tanpa pentadabburan atau pendalaman yang berarti.

Jika mentadabburi kisah – kisah para Nabi dan Rasul (yang

didalmnya ada contoh keta’atan kepada Allah, kesabaran dalam mengarungi

ujian dan cobaan, kerelaan dalam mematuhi perintah Allah, pengorbanan

orang – orang yang yakin terhadap balasan Allah) dilakukan oleh orang –

orang muslim maka dipastikan hati dan jiwanya akan ter-sibghah sehingga

menjadi manusia yang ta’at kepada Allah yang mengikuti jejak langkah para

Nabi dan Rasul. Mereka adalah manusia – manusia pilihan yang sempurna

dengan keimanannya. Diantara mereka ada yang mendapatkan gelar Ulu al-

‘Azmi. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat dalam penentuan siapa

saja yang termasuk kedalam Ulu al-‘Azmi. Maka diperlukan pembahasan

ilmiah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadîts. Dalam Karya ilmiah ini

Penulis akan meneliti lebih jauh terhadap nash – nash Al-Qur’an dan Al-

Hadîts yang bisa dijadikan dalil atau hujjah terhadap pendapat tertentu.

Karena Penulis berpendapat telah ada ayat – ayat Al-Qur’an yang cukup

memberikan penjelasan tentang siapa saja dari Nabi dan Rasul yang termasuk

Ulu al-‘Azmi.

Tidak hanya itu, kajian khusus mengenai ‘ibrah, hikmah atau

pelajaran yang terkandung dalam Kisah Nabi dan Rasul Ulu al-‘Azmi

dipandang sangat perlu dikaji terutama di era globalisasi dewasa ini yang

notabene merubah orientasi hidup manusia yaitu meraih kebahagiaan dunia

sebanyak – banyaknya dengan selalu memanjakan nafsu dan syahwatnya

dalam setiap tingkah laku. Penulis melihat hal itulah yang belum banyak

dikaji pada masa ini. Padahal penulis meyakini, bahwa mengkaji ‘ibrah,

2 “Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan

tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka

kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. An-Nisâ’

[4]:164).

Page 28: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

4

hikmah atau pelajaran dari Kisah Nabi dan Rasul Ulu al-‘Azmi, akan dapat

membantu menyelesaikan problematika masyarakat yang cukup serius

tersebut, karena Penulis menyadari bahwa problematika yang terjadi pada

suatu kaum atau masyarakat dari dahulu tetaplah seperti itu yaitu semakin

ingin merasakan keni’matan dunia sedangkan mereka enggan untuk

bersyukur kepada Allah, bahkan mereka ingkar kepada Allah.

Para ulama yang mengkaji dan meneliti Qashash Al-Qur’an cukup

banyak. Bisa dijumpai dalam kitab – kitab Tafsir Al-Qur’an yang berbentuk

tafsir tahlîlî ataupun kitab – kitab tafsir maudhû’î atau tematik. Tetapi Penulis

memandang itupun masih terbatas pada pembahasan Qashash Al-Qur’an

secara umum, atau bisa dikatakan bahwa kitab yang mengkaji tentang ‘ibrah,

hikmah atau pelajaran dari Nabi dan Rasul Ulu al-‘Azmi cukup terbatas,

maka dalam penelitian ini penulispun mengambil salah satu kitab tafsir

maudhû’î dari seorang mufassir kontemporer yang hidup diabad ini. Beliau

adalah Muhammad Sayyid Thanthâwî. Penafsiran dan karya-karyanya begitu

menggugah dan selalu memberikan terobosan baru bagi kemajuan Umat dan

menjawab tantangan zaman.

Sayyid Thanthâwî mempunyai karya yang dikhususkan dalam

penelitian yang sedang dibahas meski tidak spesifik mengenai Nabi dan

Rasul Ulu al-‘Azmi, yaitu kitab al-Qishshah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm. Kitab ini

merupakan kitab tafsir tematik yang dijadikan sebagai sumber utama

penelitian ini. Dari kitab ini, peneliti akan langsung mengidentifikasi dan

mengklasifikasikan kisah Nabi dan Rasul Ulu al-‘Azmi saja. Kemudian

setelah itu mengidentifikasi hikmah dari setiap kisah Nabi dan Rasul Ulu al-

‘Azmi, tanpa harus mengidentifikasi kembali kepada Al-Qur’an. Menurut

hemat penulis, penelitian terhadap kitab tafsir tematik al-Qishshah fȋ Al-

Qur’an al-Karȋm belum pernah dilakukan. Apalagi terkhusus pada penelitian

‘ibrah, hikmah atau pelajaran yang terkandung dalam Kisah Nabi dan Rasul

Ulu al-‘Azmi. Adapun yang pernah penulis dapatkan hanyalah penelitian

tentang metodologi penafsiran Muhammad Sayyid Thanthâwî dalam At-

Tafsîr al-Wasîth lî Al-Qur’an al-Karîm. Diantaranya sebuah penelitian ilmiah

yang ditulis oleh seorang peneliti berkebangsaan Brunei Darussalam yang

bernama Sarinah binti Haji Yahya di Universitas Jordan. Itupun tidak bisa

diakses oleh umum termasuk oleh penulis.

Atas dasar pemikiran dan kepakaran Muhammad Sayyid Thanthâwî

maka penelitian tentang pemikirannya tentang hikmah kisah Nabi dan Rasul

Ulu al-‘Azmi yang tertuang dalam kitab tafsir tematik al-Qishshah fȋ Al-

Qur’an al-Karȋm perlu dilakukan untuk diketahui apakah ada khazanah yang

dapat memperkaya dalam pekembangan ilmu tafsir.

Page 29: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

5

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan,

penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan agar cakupan penelitian

tidak keluar dari tujuan pembahasan.

Penulis mengidentifikasi faktor – faktor yang menjadi penyebab

munculnya istilah Ulu al-‘Azmi untuk kalangan Para Nabi dan Rasul.

Merujuk kepada Al-Qur’an surat Al-Ahqâf [46] ayat 35. Kemudian

penulis mengidentifikasi faktor - faktor yang menyebabkan perbedaan

ulama dalam pengklasifikasian Ulu al-‘Azmi berdasarkan kisah yang

terdapat dalam Al-Qur’an. Terakhir penulis menganalisa bagaimana

kisah Ulu al-‘Azmi mampu ditadabburi dan diambil hikmahnya sehingga

bermanfaat untuk manusia saat ini, dilakukan dengan

mengkomparasikannya dengan pendapat para mufassir lainnya.

2. Pembatasan Masalah

Untuk tidak menimbulkan generalisasi objek penelitian yang

salah, maka penelitian ini dibatasi pada kajian hikmah / pelajaran-

pelajaran Qashash Al-Qur’an, terutama pada pemikiran Sayyid

Thanthâwî dalam kitab tafsir tematik al-Qishshah fȋ Al-Qur’an Al-

Karȋm, terkhusus hanya pada kisah Ulu al-‘Azmi saja.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka fokus masalah

yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah pengertian dan pendapat

para ulama tentang Ulu al-‘Azmi serta pelajaran-pelajaran yang

terkandung dalam Kisah Ulu al-‘Azmi dalam Kitab tafsir tematik al-

Qishshah fȋ Al-Qur’an Al-Karȋm.

Perumusan masalah ini dijabarkan ke dalam tiga pembahasan:

a. Apa yang dimaksud dengan Ulu al-‘Azmi dalam Qashash Al-Qur’an?

b. Siapakah yang termasuk Ulu al-‘Azmi menurut pendapat para ulama?

c. Bagaimana hikmah dari Kisah Ulu al-‘Azmi ditinjau dari pemikiran

Muhammad Sayyid Thanthâwî dalam Kitab Al-Qishah fȋ Al-Qur’an

al-Karȋm.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian atas pelajaran-pelajaran yang dikandung dalam Kisah Ulu

al-‘Azmi dalam kitab al-Qishah fȋ al-Qur’an al-Karȋm memiliki tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 30: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

6

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ulu al-‘Azmi dalam

Qashash Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui siapa saja yang termasuk kepada Ulu al-‘Azmi

menurut pendapat para Ulama.

3. Untuk mengetahui hikmah dari Kisah Ulu al-‘Azmi ditinjau dari

pemikiran Muhammad Sayyid Thanthâwî dalam Kitab Al-Qishah fȋ

Al-Qur’an al-Karȋm.

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai kontribusi terhadap dunia penelitian ilmu Al-Qur’an.

2. Untuk memperkenalkan pemikiran Muhammad Sayyid Thanthâwî

dalam mengungkap Hikmah-hikmah Kisah Para Nabi Ulu al-‘Azmi

kepada masyarakat luas pada umumnya dan kaum muslimin pada

khususnya tentang hikmah keagungan kisah Al-Qur’an yang dapat

diaktualisasikan pada era globalisasi dewasa ini.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang Qashash Al-Qur’an ini telah banyak tersebar didalam

buku-buku Tafsir, karena merupakan salah satu kandungan Al-Qur’an. Tetapi

karya yang akan disajikan dalam sub bab ini adalah kajian penelitian yang

secara spesifik mengkaji Qashash Al-Qur’an . Karya-karya tersebut adalah

sebagai berikut:

Qashash al-Anbiyâ3 karya Ibnu Katsir, murni berisi tentang kisah para

Nabi dalam Al-Qur’an dari manusia pertama, Nabi Âdam hingga Nabi ‘Îsâ

‘Alaihissalâm, sedangkan sejarah Nabi Muhammad Saw, beliau tulis dalam

kitab yang lebih spesifik. Dalam penulisannya Ibnu Katsir berpedoman pada

penjelasan yang tertera dalam Al-Qur’an dan hadist mutawâtir, tidak

mengacu pada hadits maudhû’ dan hanya sesekali mengacu pada hadist dla’îf

itupun jarang sekali. Dari kitab ini penulis membandingkan dan sekaligus

menjadikannya pendukung terhadap kisah-kisah yang dikemukakan oleh

Sayyid Thanthâwî.

Al-Mustafâd min Qashash Al-Qur’an4 karya ‘Abd al-Karîm Zaidân,

berisi tentang kisah para nabi beserta para pengikutnya dan penjelasan faidah

dari kisah – kisah tersebut bagi dakwah dan para da’i. Dari kitab ini penulis

bisa melihat dan mengetahui bagaimana hikmah – hikmah yang berhasil

dikeluarkan terkhusus dalam bidang dakwah sehingga menambah ide atau

pemikiran bagi penulis dalam mengaktualisasikan hikmah kisah Al-Qur’an

dari aspek dakwah.

3 Ibnu Katsir, Qashash al-Qur’an, (Cairo: Dar al-Bayan al-Haditsah, 2000).

4 ‘Abd al-Karîm Zaidân, Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an Dari Nabi Âdam

sampai Nabi ‘Îsâ ‘Alaihimussalam Beserta Kaumnya, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010).

Page 31: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

7

Qashash Al-Anbiyâ wa al-Mursalîn karya Mutawallâ asy-Sya’râwî,

Qashash as-Sâbiqin fi Al-Qur’an karya Shalah ‘Abd al-Fattâh al-Khâlidî.5

berisi tentang kisah para Nabi pertema. Qashash Al-Qur’an karya Sa’id

Yûsuf.6 Qashash Al-Qur’anî fi Manthûqihi wa Mafhûmihi karya ‘Abd al-

Karîm al-Khatîb.7 ‘Idzhât wa ‘Ibar fî Qashash al-Anbiyâ karya Sa’îd ‘Abd

al-‘Adzhîm.8 Fa bi hudâhum ‘qtadih karya ‘Utsmân bin Muhammad al-

Khamîs.9 Dirâsât fî Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qashash Al-Qur’ani karya

Ahmad Jamal ‘Umry.10 Qutb dalam At-Tashwîr al-Fanni fî Al-Qur’an11

Mannâ’ al-Qaththân dalam Mabâhits fî ‘ulûm Al-Qur’an, Al-Qishah fî Al-

Qur’an al-Karîm wa mâ sâra haulahâ min syubuhât wa ar-Radd ‘Alaihâ,

karya Sulaiman.12 Sîkulûjiyyat al-Qishah Al-Qur’aniyyah karya At-Tahamy

Naqrah.13 Tawârîkh al-Anbiyâ’14 karya Sayyid Hasan Liwa Sani.

Penelitian ini juga merujuk kepada kitab-kitab tafsir khususnya yang

berorientasi ke masa kinian, seperti misalnya kitab: At-Tafsîr al-Wasîth karya

Sayyid Thanthâwî.15 Al-Khawâthir asy-Sya’râwî karya Syaikh Mutawallâ

asy-Sya’râwî, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân karya Syaikh As-Sa’di, At-Tahrîr

wa at-Tanwîr karya Muhammad Thahir bin ‘Asyur,16 kitab - kitab tafsir ini

diidentifikasi sebagai karya monumental yang mudah difahami dan

membrikan solusi atas problematika masyarakat melalui penafsiran kisah-

kisah Al-Qur’an. Menurut hemat penulis, penelitian terhadap kitab tafsir tematik Al-

Qishshah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm berbeda dengan tulisan – tulisan diatas dan

5 Shalah ‘Abd al-Fattâh al-Khâlidi, Qashash as-Sâbiqîn fi Al-Qur’an, (Damaskus:

Dar al-Qalam, 2004). 6 Sâ’id Yûsuf, Qashash Al-Qur’an, (Cairo: Dar al-Fajr li Turats, 2004) 7 ‘Abd al-Karîm al-Khatîb, Qashash Al-Qur’âny fî Manthûqihi wa Mafhûmihi,

(Beirut-Libanon: Dar al-Ma’rifah, T. Th.).

8 Sa’îd ‘Abd al-‘Adzhîm, ‘Idzhât wa ‘Ibar fî Qashash al-Anbiyâ, (Iskandariyyah:

Dâr al-Îmân, 2002).

9 ‘Utsmân bin Muhammad al-Khamîs, Fa bi hudâhum ‘qtadih, (Kuwait: Dâr al-Îlâf

ad-Dauliyyah, 2010).

10 Ahmad Jamal ‘Umry, Dirâsât fî Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qashash Al-Qur’âni,

(Kairo: Mathba’ah al-Madânî, 1986). 11 Sayyid Qutb, At-Tashwîr al-Fanni fi Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Syuruq, 1987) 12 Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qishah fi Al-Qur’an al-Karîm wa mâ sâra

haulahâ min syubuhât wa ar-Radd ‘Alaihâ, (Mesir: Maktabah al-amanah, 1994) 13 At-Tahamy Naqrah, Sîkûlûjiyyat al-Qishah Al-Qur’âniyyah, (T. Tp.,: Jami’ah

Jazair, 1991). 14 Sayyid Hasan Liwa Sani, Tawârikh al-Anbiyâ’, (Beirut-Libanon: Mu’asasah al-

wafâ, 1984). 15 Muhammad Sayyid Tanthâwî, At-Tafsir al Wasith lil Qur’an al-‘Adzhim, (Kairo:

Nahdhah Mishra, 1997). 16 Muhammad Thâhir Ibn ‘Âsyûr, Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr, (Tunis: Dâr at-

Tûnisiyyah li an-Nasyr, 1984).

Page 32: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

8

juga belum pernah dilakukan oleh orang lain. Apalagi terkhusus pada

penelitian ‘ibrah, hikmah atau pelajaran yang terkandung dalam Kisah Nabi

dan Rasul Ulu al-‘Azmi kemudian dibandingkan dengan pendapat para

mufassir lainnya. Adapun yang pernah penulis dapatkan hanyalah penelitian

tentang metodologi penafsiran Muhammad Sayyid Thanthâwî dalam at-

Tafsîr al-Wasîth lî Al-Qur’an al-Karîm. Diantaranya sebuah penelitian ilmiah

yang ditulis oleh seorang peneliti berkebangsaan Brunei Darussalam yang

bernama Sarinah binti Haji Yahya di Universitas Jordan. Itupun tidak bisa

diakses oleh umum termasuk oleh penulis.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini berbentuk Library Research, yang meliputi aspek

penggalian data, sumber data dan analisis data, maka untuk penelitian

tersebut disusun langkah-langkah yang sistematis dan terorganisir sehingga

dapat diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.

Adapun metodologi penelitian pada tesis ini meliputi tiga hal, yaitu

sebagai berikut:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana data

penelitian berupa data primer dan sekunder dengan fokus pada pemikiran

Sayyid Thanthâwî dalam karyanya al-Qishah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm

sebagai kitab tafsir tematik dalam menggali hikmah setiap Kisah Nabi dan

Rasul Ulu al-’Azmi. Digunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Membaca kembali dan memberi pengamatan terhadap kitab Al-

Qishah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm. Identifikasi ini akan mengeliminir

beberapa ayat dan kisah yang bukan Kisah Nabi dan Rasul Ulu al-

’Azmi.

b. Identifikasi hikmah setiap Kisah Para Nabi Ulu al-‘Azmi dengan

mengacu kepada kitab al-Qishah fî Al-Qur’an al-Karîm karya

Sayyid Thanthâwî.

c. Hikmah-hikmah yang didapatkan kemudian dianalisa dan

dikomparasikan dengan pendapat mufassir / ulama lain.

Pemikiran Sayyid Thanthâwî dalam bukunya itu akan dideskripsikan

apa adanya (deskriptif-analisis) dan dianalisis dengan cermat, selain itu

juga menggunakan studi kritik-analisis melalui metode eksploratif dan

komparatif. Metode eksploratif digunakan untuk menggali hikmah –

hikmah yang terkandung dalam Kisah Para Nabi Ulu al-’Azmi. Sedangkan

metode komparatif digunakan untuk menggali kesesuaian atau

Page 33: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

9

ketidaksesuaian pemikiran Sayyid Thanthâwî dengan mufassir / ulama

lain.

2. Sumber Data

Melihat objek penelitian ini adalah literer, yaitu penelitian atas

pemikiran Sayyid Thanthâwî, maka teknik yang digunakan untuk

menganalisis data-datanya adalah penelitian kepustakaan atau library-

research, yaitu penelitian yang dilaksanakan dalam kamar kerja penelitian

atau dalam ruangan perpustakaan, sehingga peneliti memperoleh data dan

informasi tentang objek telitian lewat buku-buku atau alat-alat

audiovisual,17 atau media teknologi informatika seperti internet, data base,

dan perpustakaan digital.

Sesuai dengan aspek penelitiannya yang bersifat literer, maka peneliti

menggunakan metode analisis isi (content analysis atau al-madhmûn)18

untuk menganalisa data-data yang ada. Dari data yang diperoleh tersebut,

peneliti berusaha menelaah dan menganalisis isi kandungan Kitab Al-

Qishah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm.

Dalam konteks ini ada dua sumber data yang dihimpun peneliti untuk

memperoleh data-data penelitian tersebut yaitu:

a. Sumber Data Primer19

Data primer dalam penelitian ini adalah Kitab Tafsir Tematik

Al-Qishah fî Al-Qur’an al-Karîm yang ditulis oleh Sayyid Thanthâwî.

Kitab ini terdiri dari dua jilid dan pertama kali dicetak di Kairo oleh

penerbit Majma’ muthâbi’ al-Azhar as-Syarîf.

b. Sumber Data Sekunder20

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari karya-karya

tulis dari Sayyid Thanthâwî yang berkaitan dengan Kajian Al-Qur’an.

17 Kinayati Djojosuroto dan M. L. A. Sumaryati, Prinsip-prinsip Dasar dalam

Penelitian Bahasa dan Sastra, ed. Rev., cet. ke-2, (Bandung: Penerbit Nusantara, 2004), h.

10. 18 Content Analysis (tahlil al-madhmûn) adalah metode analisis tentang isi pesan

suatu komunikasi. Yang dimaksud dengan isi pesan suatu komunikasi disini adalah isi atau

pesan dari sumber-sumber data yang telah diperoleh oleh peneliti. Baca Noeng Muhadjir,

Metode Penelitian Kualitatif, h. 49; Lihat juga: Hasan Hanafi, Min an-Naql ila al-Ibda’ at-

Tadwîn, (Kairo: Dâr Quba li ath-Thibâ’ah wa an-Nasyr wa at-Tawzî’, 2000), Jilid. 1, h. 45-

54. 19 Data Primer adalah data yang langsung dari subjek penelitian. Lihat Saifuddin

Azwar, Metode Penelitian, h. 91. 20 Data Sekunder adalah data yan erat kaitannya dengan data primer dan dapat

dipergunakan untuk membantu manganalisa dan memahami data primer. Lihat Saifuddin

Azwar, Metode Penelitian, h. 92.

Page 34: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

10

Disamping itu, buku-buku yan erat kaitannya dengan tema

kajian hikmah Qashash Al-Anbiyâ seperti Kisah Para Nabi karya Ibnu

Katsîr dan Kisah Para Nabi karya asy-Sya’râwî dapat menjadi sumber

sekunder dalam penelitian ini.

3. Metode Penulisan

Adapun teknis penulisan ini menggunakan standar transliterasi dan

penulisan note dengan mengikuti buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis

dan Disertasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Institut Ilmu

Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2011 dan SK Direktur Program Pascasarjana

IIQ Jakarta tahun 2015 tentang Panduan Penulisan Proposal Tesis dan Tesis

Program Pascasarjana (S2) Institut ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terbagi kedalam lima bab pembahasan, masing-

masing sebagai berikut:

Bab Pertama, Pendahuluan, berisikan tentang uraian tentang urgensi

kajian ilmiah tentang hikmah – hikmah kisah Al-Qur’an dan urgensinya

tentang aktualisasi hikmah tersebut dalam kehidupan modern. Hal ini

menjadi latar belakang masalah untuk dikaji melalui penelitian yang

difokuskan kepada penggunaan sumber, metode dan corak penafsirannya.

Menunjukan bahwa masalah yang akan diteliti ini belum dikaji secara khusus

dikemukakan beberapa hasil penelitian dan karya tulis yang berkaitan dengan

Sayyid Thanthawi dalam tinjauan kepustakaan.

Bab Kedua, mengurai tentang Biografi Sayyid Thanthawi, Perjalanan

ilmiahnya, Pengalaman Akademisnya, Aktifitas – aktifitasnya , Metode

dakwah dan Hasil pemikirannya dan terakhir mengenai Karya – karya besar

dari Sayyid Thanthâwî. Bahkan masih dalam bab ini pula dijelaskan tentang

metode yang digunakan Sayyid Thanthâwî dalam menafsirkan ayat – ayat Al-

Qur’an khususnya yang berhubungan dengan Kisah para Nabi. Dalam bab ini

juga membahas tentang Qashash Al-Qur’an dari aspek Pengertian kisah

(qashash), Urgensi Qashash Al-Qur’an, Jenis-jenis kisah dalam Al-Qur’an,

Faedah kisah-kisah Al-Qur’an, Pengulangan kisah dan hikmahnya,

Keanekaragaman cara penyampaian, ilustrasi dalam kisah, Kisah-kisah dalam

Al-Qur’an bukan khayalan, sebagai objek pembahasan pada Tesis ini.

Bab Ketiga, membahas tentang hakikat Ulu al-‘Azmi dari pengertian

sampai perbedaan ulama terhadap pembagian Ulu al-‘Azmi kemudian

dilanjutkan terhadap Pandangan Sayyid Thanthawi dalam mengemukakan

‘ibrah, faidah dan hikmah kisah Ulu al-‘Azmi : Nabi Nûẖ, Nabi Ibrâhîm,

Nabi Mûsâ, Nabi ‘Îsâ dan Nabi Muhammad kemudian hikmah tersebut

diaktualisasikan kedalam beberapa tema.

Page 35: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

11

Bab keempat, berisi uraian kesimpulan tentang pemikiran Sayyid

Thanthâwî dalam hikmah Kisah Ulu al-‘Azmi dalam Al-Qur’an berkaitan

dengan aktualisasinya hikmahnya yang dikembangkan oleh penulis.

Selanjutnya diuraikan tentang saran – saran untuk menindaklanjuti apa yang

diteliti dan disimpulkan dari penelitian ini dalam bentuk penelitian lanjutan

untuk menyempurnakan dan memperkaya penelitian.

Page 36: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

154

BAB IV

PENUTUP

Pada Bagian akhir tesis ini penulis memberikan kesimpulan dan saran

– saran dari penelitian yang telah dilakukan.

A. Kesimpulan

1. Ulu al-‘Azmi adalah Nabi dan Rasul yang mempunyai keteguhan dan

tekad yang kuat dalam menghadapi segala halangan dan rintangan

ketika menjalankan tugas dakwah, mereka terus berjuang dengan

segenap kemampuan yang dimiliki untuk berdakwah tanpa putus asa,

hanya berharap balasan dari Allah dan yakin terhadap pertolongan

Allah yang pasti datang kepada mereka.

2. Berdasarkan pendapat ulama yang paling râjih dari keterangan Al-

Qur’an dan Hadits yang termasuk kedalam golongan Ulu al-‘Azmi

adalah Nabi Nûẖ ‘Alaihissalâm, Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissalâm, Nabi

Mûsâ ‘Alaihissalâm, Nabi ‘Îsâ ‘Alaihissalâm dan Nabi Muhammad

Shallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi Nûẖ ‘Alaihissalâm diangkat sebagai rasul pertama yang

diutus kemuka bumi dengan tugas risalah yang diemban dari Allah

Swt. Allah Swt memberikan gelar kepada Nabi Nûẖ sebagai ‘abdan

syakûran. Dengan ketegaran dan kesabarannya Nabi Nûẖ terus

berdakwah kepada kaumnya siang dan malam, dengan lantang

ataupun pelan, dengan targhîb ataupun tarhîb, dalam jangka waktu

yang sangat lama yaitu sembilan ratus lima puluh tahun dan

pengikutnya tetaplah sedikit.

Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissalâm dengan segala keutamaan dan

kelebihannya dalam berdakwah kepada kaumnya dengan berbagai

tantangan dan cobaan tetapi beliau tetaplah bersabar. Beliau adalah

seorang Nabi yang diberi gelar oleh Allah dengan sebutan Khalîl

Allâh. Gelar ini diterima oleh Nabi Ibrâhîm karena kepandaiannya

dalam memenuhi tugas risalah-Nya yaitu beliau pandai menepati

janji, diantaranya adalah memenuhi perintah Allah untuk

menyembelih putra semata wayangnya.

Nabi Mûsâ ‘Alaihissalâm dan Fir’aun beserta kaumnya adalah

kisah nyata yang menjadi bukti bahwa hanya Allah yang berkuasa

atas segala ciptannya. Dengan segala kecintaan Allah terhadap Nabi

Mûsâ, Allah menyampaikan wahyu-Nya langsung tanpa perantara,

sehingga Nabi Mûsâ diberi gelar kalîm Allâh.

Nabi ‘Îsâ ‘Alaihissalâm adalah seorang Nabi yang dengan

Page 37: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

155

kelahirannya saja merupakan mu’jizat, karena dilahirkan hanya dari

seorang ibu saja tanpa seorang ayah. Beliau juga diberi cukup banyak

kelebihan oleh Allah untuk diperlihatkan kepada kaumnya.

Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang

Khâtim al-anbiyâ’, karena dengan risalahnya dan mu’jizat yang

diberikan kepadanya ia menjadi seorang Rasul yang diutus kepada

seluruh manusia tanpa terbatas oleh golongan, suku, ras dan warna

kulit. Ajaran yang dibawanya menghapus ajaran – ajaran sebelumnya

dan ia yang satu – satunya akan memberikan syafa’at kepada orang –

orang yang beriman nanti di akhirat. Ketika para Nabi yang lain tidak

bisa melakukannya.

3. Pemikiran Sayyid Thanthâwî tentang hikmah Kisah Nabi dan Rasul

Ulu al-‘Azmi adalah sebagai berikut:

Dari Kisah Nabi Nûẖ ‘Alaihissalâm; sabar dalam menghadapi

pertentangan orang – orang yang ingkar kepada Allah adalah kunci

datangnya pertolongan Allah. Berdakwah memerlukan keberanian.

Kecerdasan dalam memilih uslûb / gaya bahasa yang baik sesuai

dengan situasi dan kondisi adalah kunci kesuksesan dakwah dan

seorang da’i hendaknya ikhlas hanya berharap pahala dari Allah Swt.

Dari kisah Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissalâm; ikhlas dan bersegera

dalam beribadah dan beramal adalah kunci suksesnya suatu dakwah.

Seorang da’i seharusnya mempunyai sifat yang selalu menepati janji

dan memiliki akhlaq mulia.

Dari kisah Nabi Mûsâ ‘Alaihissalâm; orang yang ta’at kepada

Allah Swt akan dimudahkan baginya segala urusan dan dijaga dari

segala gangguan. Manusia terbaik adalah dia yang telah mengalami

penganiayaan dan penindasan dari orang – orang dzalim namun

mampu melawan kemungkaran dengan baik, juga adalah dia yang

berani dan mampu berkorban dijalan Allah dengan apapun. Seorang

da’i harus bisa menerima pendapat orang lain. Pada akhirnya azab

Allah akan turun untuk orang – orang yang ingkar pada-Nya dan

rasanya begitu pedih.

Dari kisah Nabi ‘Îsâ ‘Alaihissalâm; pribadi muslim yag ideal

adalah seorang pribadi yang shalih dan mampu menjaga kehormatan.

Adapun dari kisah Nabi Muhammad Saw, didapati banyak

keutamaan yang dimiliki oleh beliau. Sebagai seorang Rasul yang

menutup risalah para Nabi dan Rasul sebelumnya, Nabi Muhammad

sangat layak menjadi pemimpin seluruh para Nabi dan seluruh

manusia didunia dan diakhirat.

Page 38: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

156

B. Saran

Di akhir tesis ini penulis ingin menyampaikan saran – saran yang kiranya

dapat memberikan nilai tambah bagi dunia Islam khususnya dalam

kajian Hikmah dan faedah Qashash Al-Qur’an. Diantara saran-sarannya

adalah sebagai berikut:

1. Qashash Al-Qur’an terutama Kisah Ulu al-‘Azmi kiranya dapat kita

jadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, beragama dan

bernegara.

2. Kepada para mu’allim agar banyak membedah dan mentadabburi

Qashash Al-Qur’an bersama para peserta didiknya. Bahkan setiap

sekolah Islam hendaknya memasukan Kisah Para Nabi dan Rasul

kedalam kurikulum pengajaran baik ditingkat sekolah, lingkungan

kampus ataupun lingkungan masyarakat. Termasuk keapada para Ibu

(mu‘allim al-ûlâ) dan bapak dirumah agar sering menceritakan Kisah

para Nabi dan mengambil faedah serta hikmahnya sehingga anak –

anaknya memapu meneladani para Nabi dan Rasul.

3. Kepada para da‘i agar peka terhadap situasi dan kondisi yang sedang

terjadi di masyarakat dengan terus mengupgrade dirinya dengan terus

menuntut ilmu dan terus memperbaharui metode berdakwahnya

seperti halnya metode dakwah yang digunakan oleh Nabi dan Rasul

Ulu al-‘Azmi sehingga mampu mengajak orang kejalan yang benar

dengan efektif.

4. Mari agar kita semua menyadari bahwa kondisi generasi muda Islam

sedang di ujung tanduk sedangkan masa depan Islam ada dipundak

mereka. Oleh karena itu agar setiap orang tua memperhatikan dengan

detail kondisi putra putrinya, sehingga diketahui apa yang menjadi

problemnya dan membantunya mengarungi hidup diusia muda dalam

berpegang teguh pada ajaran Islam dan tidak malu untuk memelihara

karakteristik pribadi muslim seperti yang dilakukan oleh Nabi dan

Rasul Ulu al-‘Azmi.

Page 39: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

157

Page 40: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

158

DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-‘Âl, Muhammad Quthb, Nazhârât fî Qashash Al-Qur’ân, Makkah al-

Mukarramah: Mathâbi‘ Râbithah al-‘Âlam al-Islâmî, t.th.

‘Abd al-Bâqi, Muhammad Fu’ad, al-Mu’jam al-Mufahras li alfâzhi al-

Qur’ân al-Karîm, t.tp: Dâr al-Fikr, 1981.

‘Abduh Dâbûr, ‘Abdullâh, Muhammad, Risâlah; Usus Binâ’ al-Qishshah

min Al-Qur’an al-Karîm, Jâmi‘ah al-Azhar, Kulliyyah al-Lughah al-

‘Arabiyyah, 1992.

‘Abd al-Wâhidî, Abû Islâm, Shâliẖ ibn Thâhâ, Al-Furqân min Qashash Al-

Qur’an, Urdun: Maktabh al-Ghurabâ’, 1429 H.

Abû Syutait, Syaẖẖât Muhammad, Khashâish an-Nadzham Al-Qur’an fî

qishshah Ibrâhîm ‘Alaih as-Salâm, Al-Qâhirah: Mathba‘ah al-

Amânah, 1191.

Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997.

Amin, Ahmad, Fajr al-Islâm, Beirut: Dâr al-Fikr, 1975.

Amin, Bakri Syaikh, At-Ta‘bȋr al-Fanni fȋ al-Qur’an, Beirut: Dar al-‘ilm lil

Malayin, 1994.

Al-Ashfahânî, ar-Râghib, Mu‘jam Mufradât li al-Fâdz Al-Qur’an, Beirut: Dâr al-

Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004.

Al-Asyqar, ‘Umar Sulaimân ‘Abdullâh, Shaẖîẖ al-Qashash an-Nabawî,

Urdun: Dâr an-Nafâ’is, 1997.

Audhain, Ibrahim, Al-Bayân al-Qashash fȋ Al-Qur’an al-Karȋm, Riyâdh: Dâr

al-Ashâlaẖ, 1990.

Azizy, Abdul Qodry, Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran Islam,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004.

Page 41: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

159

Badawi, Ahmad, Min Balâgât Al-Qur’an, al-Qâhirah: Dâr an-Nahdhah, 1980.

Al-Baghdadi, Al-Khathîb, Abî Bakr Ahmad ibn ‘Alî ibn Tsâbit ibn Ahmad

ibn Mahdî, Târîkh Al-Anbiyâ’, Beirût: Dâr al-Kutub al-‘ilmiyyah,

2004.

Bâhâdziq, ‘Umar Muhammad ‘Umar, Uslûb Al-Qur’an al-Karîm baina al-

Hidâyah wa al-i‘jâz al-Bayânî, Beirût: Dâr al-Ma’mûn li at-Turâts,

1994.

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, cet. IV, Jakarta: PT. Ikhtiar

Baru Van Hoeve, 2001.

Ad-Dausarî, Mahmûd ibn Ahmad ibn Shâlih, ‘Adzhmah Al-Qur’an al-Karîm,

Damâm: Dâr Ibn Jauzî, 1426 H.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Djojosuroto, Kinayati dan M. L. A. Sumaryati, Prinsip-prinsip Dasar dalam

Penelitian Bahasa dan Sastra, ed. Rev., cet. II, Bandung: Penerbit

Nusantara, 2004.

Faishâl, ‘Abd al-‘Azîz Muhammad, al-Adab al-‘Arabi wa târȋkhuh, Saudi:

Departemen Pendidikan Tinggi, 1114 H.

Al-Fakkî, Yûsuf Hamid, Min Asbâb Tikrâr al-Qishah, Riyâdh: Al-Furqân,

1412 H.

Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Berdialog Dengan Al-Qur’an, judul asli:

Kaifa Nata’âmal Ma’a Al-Qur’an, penerjemah: Drs. Masykur

Hakim, M. A. Dan Ubaidillah, Bandung: Mizan, 1996.

Al-Ghulayaini, Musthafâ, Jâmi’ ad-Durûs al-‘Arabiyyah, cet. 13, Jilid 3,

Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 1987.

Al-Hamshi, Ahmad Faiz, Qashash ar-Rahmân fî Dzhilâl Al-Qur’an, Beirut:

Muasasah Risalah, 1995.

Hanafi, Ahmad, Segi-segi Kesusastraan pada Kisah-Kisah Al-Qur’an,

Jakarta: Pustaka al-Husna, 1984.

Al-Hanbalî, al-Baghdâdî, ‘Abd al-Mu’min ibn ‘Abd al-Haqq, Taisîr al-

Wushûl ilâ Qawâ‘id al-Ushûl, Saudi: Dâr al-Fadhîlah, 2001.

Page 42: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

160

Ibn Hanbal, Abû ‘Abdillâh Ahmad ibn Muhammad, Musnad al-Imâm Ahmad

ibn Hanbal, cet. 13, al-Maktabah asy-Syâmilah, Jilid 25, tt.p.:

Muassasah ar-Risalah, 2001.

Ibnu ‘Asyur, Muhammad Thâhir, Tafsîr at-Taẖrîr wa at-Tanwîr, Tûnis: Dâr

at-Tûnisiyyah lî an-Nasyr, 1984.

Ibnu Katsir, Qashash Al-Qur’an, Cairo: Dâr al-Bayan al-Hadîtsah, 2000.

Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, al-Maktabah asy-Syâmilah, Riyâdh: Dâr as-

Salâm, tt.

Ibnu Mandzûr, Lisân al-‘Arab, cet. I, Beirût: Dâr al-Shadr, 1990.

Ibnu Taimiyah, Majmû‘ Fatâwâ Syaikh al-Islâm Ibnu Taimiyyah, Disusun

oleh Abdurrahman bin Muhammad Al-Hanbaly, Riyâdh: Dâr ‘Âlim

al-Kutub, 1991.

Ibn Taimiyah, Ibn al-Qayyim, Tharîq al-Wushûl ilâ al-‘Ilm al-Ma‘mûl bi

ma‘rifah al-Qawâ‘id wa adh-Dhawâbith wa al-Ushûl, Iskandariyah:

Dâr al-Bashîrah, t.th.

‘Îd ad-Daulât, Khâlid Sulaimân, Ar-Risâlah; Asy-Syakhshiyyah fî al-Qashash

Al-Qur’an, Jâmi’ah Yarmûk, Takhashshush Lughah ‘Arabiyah Adab

Naqd, 1992.

Ismâ’îl, Abû Nâshir, As-shiẖẖaẖ, al-Maktabah asy-Syâmilah, Beirût: Dâr al-

‘ilmi li al-malâyîn, 1987.

Al-Janbâz, Muhammad Munîr, Qashash Al-Qur’an al-Karîm wa sîratu

sayyid al-Mursalîn, Riyâdh: Maktabah at-Taubah, 2008.

Al-Jauziyyah, Ibn al-Qayyim, Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur, terj.

M. Alaika Salamullah, cet. II, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006.

Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf (t.tp.:

AMZAH, 2005.

Khalafullâh, Muhammad Ahmad, al-Fann al-Qashash fȋ Al-Qur’an al-

Karȋm, 4th ed., London, Beirut, Cairo: Sinâ’ wa Muassasah al-

intisyâr al-‘Araby, 1999.

Page 43: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

161

Khalid, Amru Muhammad, Sabar dan Bahagia; 3 Metode Nabi

Mencerdaskan Emosi, terj. Syarif Hade Masyah, cet.II, Jakarta:

Serambi, 2006, h. 15-16.

_____, Qirâ’ah Jadȋdah wa Ru’yah fȋ Qishash al-Anbiyâ’, Beirût: Dâr al-

Ma’rifah, 2007.

Al-Khâlidî, Abdul Fattah Shalah, Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari

orang-orang dahulu, judul asli: Ma’â Qashash as-Sâbiqȋn fȋ Al-

Qur’an, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Gema Insani

Press, 1999.

Al-Khatîb, ‘Abd al-Karîm, Qashash Al-Qur’an fî Manthûqihi wa Mafhûmihi,

Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.th.

Lajnah al-buhûts bî al-idârah al-‘âmmah lî buhûtsi ad-da’wah, Lajnah al-

buhûts bî Al-Imâm al-akbar Muhammad Sayyid Thanthâwî min Banî

Salîm Ilâ al-Madînah al-Munawwarah, cet. I, Mesir: Majallah al-

Idzâ’ah wa at-tilfîziyyun, 2010).

Liwâ’, Sayyid Hasan, Tawârîkh al-Anbiyâ’, Beirût: Muassasah al-wafâ,

1984.

Ma’lûf, Louis, al-Munjid fî al-Lughah wa al-A’lâm, Beirut: Dâr al-Masyriq, 1986.

Mâlik bin Anas, Muwaththa` Mâlik, T. Tp.,: Muassasah Zaid bin Sulthân Ali

Nahyân, 2004.

Al-Mâliki, Sayyid Muhammad Alwi, Keistimewaan-keistimewaan Al-

Qur’an, terj. Nur Faizin, Yoyakarta : Mitra Pustaka, t. th.

Mas’ûd, Abdurrahman, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi,

Yogyakarta: LkiS, 2004.

Muhammad bin Abî Bakar, Mukhtâr Ash-Shiẖẖah, Beirut: Dâr wa Maktabah

al-Hilâl, 1988.

Muhammad Naurûz, Sayyid Muhammad, Risâlah; Al-Khithâb ad-Da’awî fi

al-Qashash Al-Qur’an, Jam’iyyah ad-Da’wah al-Islâmiyyah, 2005.

Muhyidin, Asep dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan dakwah,

Bandung: Pustaka Setia,2002.

Page 44: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

162

Munawir, Fajrul dkk. Al-Qur’an, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan

Kalijaga, 2005.

Al-Mu’tâz, Abdullah ibn Muhammad, Ulu al-‘Azmi min ar-Rusul ‘Îsâ

‘Alaihissalâm, Riyâdh: Maktabah Dâr as-Salâm, 2013.

_____, Ulu al-‘Azmi min ar-Rusul Muhammad, Riyâdh: Maktabah Dâr as-

Salâm, 2013.

_____, Ulu al-‘Azmi min ar-Rusul Mûsâ ‘Alaihissalâm, Riyâdh: Maktabah

Dâr as-Salâm, 2013.

_____, Ulu al-‘Azmi min ar-Rusul Nûẖ ‘Alaihissalâm, Riyâdh: Maktabah Dâr

as-Salâm, 2013.

An-Nadwî, ‘Alî al-Husnî, Abû al-Hasan, An-Nubuwwah wa al-Anbiyâ’ fi

Dhau’ Al-Qur’an, Beirût: Dâr as-Su’ûdiyyah, 1383 H.

Naqrah, At-Tahâmî, Sîkulûjiyyah al-Qishah Al-Qur’aniyyah, t. tp.,: Jâmi’ah

Jazair, 1991.

Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, cet. III, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1988.

Al-Qathân, Syaikh Mannâ’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Penerjemah: H.

Annur Rafiq El-Mazni, Lc, MA., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.

Qathnânî, ‘Abdul Qâdir Hasan, Ahmad, Risâlah; Manhaj al-Qishah Al-

Qur’aniyyah fî Tahdzîb asy-Syahawât, Jâmi’ah an-Najâh al-

Wathaniyyah fî Nâblus, Kuliyyah Ushûl ad-Dîn, 2011.

Qutb, Sayyid, At-Tashwȋr al-fanni fȋ Al-Qur’an, Kairo: Dâr asy-Syuruq,

1972.

Quthb, Muhammad, Dirâsât Qur’aniyyah, Kairo: Dâr asy-Syuruq, 1993.

Al-Raiyyah M. Hamdar, Sabar Kunci Surga, Jakarta: Khazanah Baru, 2002.

Al-Râzî, Fakhruddîn, At-Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Beirût: Dâr al-

Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990.

As-Sa’dî, Abdurrahmân ibn Nâshir, Mashâbîh ad-Dhiyâ’ min Qashash al-

Anbiyâ’, Riyâdh: Maktabah al-Alûkah, 1428 H.

Page 45: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

163

Shâliẖ, Subhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an, cet.ke-9, Beirût: Dâr al-‘Ilm li-

al-malâyîn, 1977.

Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur’an

Bandung: Mizan, 2000.

_____, Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan

Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

_____, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta:

Lentera Hati, 2007.

As-Subhânî, Ja’far, ‘Ishmah al-Anbiyâ’ fi Al-Qur’an al-Karîm, Beirût: Dâr

al-Walâ’, 2004.

Suhufi, S.M., Kisah-kisah dalam Al-Qur’an, PT. al-Bayan, Bandung, 1994.

Sulaiman, Mustafa Muhammad, Al-Qishshah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm wa mâ

sâra ẖaulahâ min syubuhât wa ar-Radd ‘Alaihâ, al-Qâhirah:

Maktabah al-amânah, 1994.

Suma, Muhammad Amin, MA. SH., Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka

Firdaus, 2004.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, cet. Ke-2, Jakarta: CV. Rajawali,

1985.

Syadzali, Ahmad, et. Al., Ulûm Al-Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997.

Syâfi’i, Muhammad Hasan, Qashash al-Anbiyâ’ wa Qashash Al-Qur’an

natsran wa Syi’ran, Beirût: Dâr Ibnu Hazm, 2001.

Syahrûr, Muhammad, Al-Kitâb wa Al-Qur’an, Qirâ’ah Mu’âsharah, al-

Qâhirah: Sinâ’ wa al-Ahâlî, 1992.

Asy-Syaukânî, Muhammad bin ‘Âlî bin Muhammad, Fath al-Qadîr, Lubnân:

Dâr al-Fikr, 1983.

Taher, Tarmizi, Islam dan Isu Globalisasi: Perspektif Budaya dan Agama,

dalam Buku: Agama dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta: PT.

Temprint, 1996.

Tanthâwî, Muhammad Sayyid, Al-Qishah fȋ Al-Qur’an al-Karȋm, Majma’

mathâbi’ al-Azhar asy-Syarȋf, Cairo, 2007.

Page 46: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

164

At-Thanthâwî, ‘Alî, Qishash min At-Târîkh, Makkah al-Mukarramah: Dâr al-

Manârah, 2007.

Thabarah, Afif Abdul Fatah, Ruẖ al-Dȋn al-Islâmî, Beirût: Dâr al-‘ilm li al-

Malâyîn, 1999.

Thabathaba’i, Muhammad Husein, Al-Mîzân fi Tafsîr Al-Qur’an, Damaskus:

Jamâ’ah al-mudarrisîn fi al-hauzah al-‘ilmiyyah, t.th.

Al-‘Umrî, Ahmad Jamâal, Dirâsât fî at-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qashash Al-

Qur’an, Al-Qâhirah: Maktabah al-Khanjî, 1986 H.

Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shâliẖ, Syarh Al-Ushûl Ats-Tsalâtsah,

Iskandariyah: Dâr al-Aiman, 2001.

Yâsir, Abdurrahmân, Mausû’ah al-Akhlâq wa az-Zuhd wa ar-Raqâiq,

Qashash Tarbawiyyah Min Hayâti al-Anbiyâ’ wa ash-Shâẖâbah wa

at-Tâbi’în wa Ash-Shâlihîn, Al-Qâhirah: Jamî’ al-Huqûq

Mahfûdzhah, 2007.

Yusuf, Muhammad Sayyid, Manhaj Al-Qur’an al-Karîm fî Ishlâh al-

mujtama’, al-Qâhirah: Dâr as-Salâm, 2002.

Yusuf, Sa’id, Qashash Al-Qur’an, al-Qâhirah: Dâr al-Fajr li at-Turâts, 2004.

Az-Zabîdî, Tâj al-‘Arûs min Jawâhir al-Qâmûs, al-Maktabah asy-Syâmilah,

t.tp: Dâr al-Hidâyah, t.th.

Zaidân, Abdul Karîm, Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an Dari Nabi

Adam sampai Nabi ‘Îsâ ‘Alaihimussalâm Beserta Kaumnya, Jakarta:

Dâr as-Sunnah Press, 2010.

Zein, ‘Athîf, Qashash al-Anbiyâ’ fi Al-Qur’an al-Karîm, Lubnân: Dâr al-

kutub, 1980.

Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, judul asli: Al-

Qur’ân al-Karȋm Bunaituhu at-Tasyrî’iyyât wa Khashâish al-

Hadhâriyyât. Penerjemah: M. Tohir dan Team Titian Ilahi,

Yogyakarta: Dinamika, 1996.

Al-Maktabah asy-Syâmilah, al-Ishdâr 3.52, Al-Maktab at-Ta’âwunî li ad-

Da’wah bi ar-Raudhah.

Page 47: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

165

Page 48: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

166

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : DANI MOHAMMAD RAMDANI, Lc.

Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 12 Juni1985

Status : Menikah (Dua anak)

Alamat

Jl. Ciater Raya (H. Amat), Kampung Maruga, Rt/Rw

05/09, Serpong – Tangerang Selatan

Jl. Irian No. 42, Rt/Rw 05/02, Dusun Kasomalang

Wetan, Kec. Kasomalang – Subang 41281

Nomor Hand Phone : 085814843726

E – mail : [email protected]

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. 1992-1998 : Madrasah Ibtidaiyah Pogorsari, Kawalimukti, Ciamis.

2. 1998-2001 : SLTP Pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah, Garut.

3. 2001-2004 : SLTA Pondok Pesantren Darul Arqam

Muhammadiyah, Garut.

4. 2005-2009 : Kulliyyah Da’wah islamiyah, Tripoli-Libya.

SEMINAR DAN TRAINING

1. 2006 : Seminary of National Education, International

Indonesian Union, Rabat, Cassabalanca, Marroco.

2. 2006 : Seminary of Islamic Religion “Perbandingan

Agama”, Rabat, Cassabalanca, Marroco.

3. 2008 : Training Tahfidz Al-qur’an, Asmariyah University –

Zletin –Libya.

4. 2008 : Training Dirasat Islamiyah – Shufiyah at Zawiyah

Shufiyah Asmariyah.

Page 49: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

167

5. 2009 : Training of Istinbat Islamic Law throught 4 Madzhab,

International Islamic Dakwah University –Tripoli –

Libya.

6. 2010 : Training Methodology of Arabic Studying, Al-Azhar

University Jakarta.

7. 2010-2011 : Training Methodology of Fun Teaching, kerjasama

Parent Teacher Child (PTC Singapore) oleh SIT Fajar

Hidayah Kota Wisata - Cibubur.

8. 2010-2011 : Training Methodology of Active Learning, kerjasama

Parent Teacher Child (PTC Singapore) oleh SIT Fajar

Hidayah Kota Wisata – Cibubur.

9. 2011 : Training of Hadits Shahih Research, Daarus Sunnah

– Jakarta.

10. 2011 : Training National Arabic Curriculum LIPIA, Hotel

Syahid – Jakarta.

11. 2011 : Training Methodology of Arabic Studying, LIPIA -

Jakarta.

12. 2011 : Fasilitator for Ttraining of Fun Methodology in

Arabic Studying, Fajar Hidayah – Jakarta.

13. 2011 : National Training of Carracteristic Methodology in

Studying, Insan Cendekia – LAPSIG ICMI Centre.

14. 2012 : Training Tahsin Metodology (Al-Bana, Qira’ati).

Jakarta.

15. 2012 : Fasilitator for Training Arabic Fun Studying, Insan

Cendekia – LAPSIG ICMI Centre.

16. 2014 : Training Methodology of Tarjih, PP. Muhammadiyah

– Jakarta.

17. 2015 : Training Tahsin Methodology (Al-Utsmany) Condet -

Jakarta.

18. 2015 : Training Islamic Parenting in era technology. Insan

Cendekia Madani.

19. 2015 : Training James Gwee, Highly Effective Star

Manager. Insan Cendekia Madani.

20. 2015 : Training for Leader Insan Cendekia Madani, 7

Habbits - Manajemen – Effective and Positive

Communication.

PENGALAMAN PENDIDIKAN:

1. 2009 : Specialist Teacher of Arabic studying and PAI, SMP

- SMA Islamic School of Fajar Hidayah Kota Wisata

– Cibubur.

Page 50: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

168

2. 2010 - 2011 : Coordinator of Arabic departement for SMP – SMA,

Islamic School of Fajar Hidayah Kota Wisata –

Cibubur.

3. 2011 - 2014 : Specialist Teacher of Arabic studying, Tahsin and

Tahfidzh, Al-Qur’an and Hadits at SMP – SMA Insan

Cendekia Madani Boarding School Developement –

Serpong.

4. 2012 - 2013 : Headmaster of Dormitory Division SMP – SMA

Insan Cendekia Boarding School Developement -

Serpong.

5. 2013 - 2014 : Vice Headmaster of Dormitory Division SMP – SMA

Insan Cendekia Boarding School Developement -

Serpong.

6. 2014 - 2015 : Vice Headmaster of Dormitory SMP –SMA Insan

Cendekia Madani Boarding School Developement –

Serpong.

7. 2015 – 2016 : Coordinator of Da’wah and Syi’ar Division, Markaz

Da’wah dan Advokasi Nilai Islam, Yayasan Edukasi

Sejahtera.

BAHASA YANG DIKUASAI

1. Arabic : Active

2. English : Active (Tidak lebih baik dari Bahasa Arab)

Page 51: QASHASH AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SAYYID THANTHÂWÎ

169