rabu, 22 februari 2017 utama freeport beroperasi lagi …gelora45.com/news/sp_20170222_03.pdf · an...

1
3 Suara Pembaruan Rabu, 22 Februari 2017 Utama [JAKARTA] Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Wilayah Indonesia Timur berharap pemerintah mengelola isu PT Freeport Indonesia (FI) dengan baik. Jangan sampai mema- nasnya hubungan PT FI dengan pemerintah menjadi kontrapro- duktif dan tidak terukur. “Isu PT Freeport ini harus dikelola dengan baik, terukur dengan target yang jelas,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Kawasan Timur Indonesia, Andi Rukman Karumpa di Jakarta, Rabu (22/2). Andi mengatakan, pihak- nya mendukung ketegasan pemerintah kepada PT FI. PT FI selama ini mengulur-ulur waktu membangun smelter di dalam negeri dan terkesan berusaha selalu mendikte pemerintah. Isu ini harus dikelola dengan baik karena puluhan ribu pekerja tambang sudah dirumahkan. Tak hanya itu, jika ini terus berlangsung perekonomian di Papua akan ikut terguncang. Sebab, lebih dari 90% produk domestik bruto regional (PDRB) Kabupaten Mimika, sekitar 37% PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Papua berasal dari Freeport. “Saya kira dampak-dampak ekono- minya dan politik lokal juga harus dipertimbangkan. Makanya kita harap dikelola dengan baik,” tegasnya. Beroperasi PT FI akan kembali bero- perasi pada awal Maret men- datang, meski belum meng- antongi izin ekspor konsentrat. Namun, salah satu perusahaan tambang emas terbesar di dunia ini hanya memproduksi kon- sentrat sekitar 40% dari kapasitas normal. Hal ini lantaran menyesuaikan dengan kebutuhan PT Smelting, per- usahaan smelter yang sebagi- an sahamnya dimiliki PT FI. PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, tersebut memiliki pabrik smelter atau pengolah hasil tambang dengan kapa- sitas satu juta ton konsentrat per tahun. "Awal Maret nanti, PT Smelting sudah beropera- si. Produksi kami hanya mengandalkan Smelting," kata Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama di Jakarta, Selasa (21/2). Freeport belum bisa ber- operasi normal, karena PTFI yang memegang kontrak karya (KK) dan pemerintah masih bersengketa. Masalah ini berawal ketika pemerintah melarang pemegang KK mengekspor konsentrat sejak 11 Januari 2017. Pasalnya, perusahaan yang diizinkan mengekspor konsentrat hing- ga lima tahun ke depan hanya- lah pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang membangun smelter. Pemegang Kontrak Karya baru bisa melakukan ekspor lagi jika mau mengubah KK men- jadi IUPK. Freeport bersedia meng- ikuti ketentuan itu, namun dengan syarat jaminan fiskal dan hukum dalam KK harus dimasukkan ke dalam klausul IUPK. Masalah inilah yang sampai sekarang belum mencapai titik temu antara kedua pihak. Bila dalam 120 hari ke depan belum ada kepastian, Freeport menya- takan bahwa jalur arbitrase akan menjadi upaya untuk mendapatkan jalan kelu- ar. Freeport pun menekankan bahwa dalam KK yang dite- ken pada 1991, pemerintah RI menjamin ekspor konsen- trat hingga habis masa ber- laku kontrak 2021. Saat ini, perusahaan tam- bang asal Amerika Serikat itu sudah menyiapkan rencana produksi hingga habis masa kontrak karya pada 2021. Freeport berharap segera mencapai kesepakatan dengan pemerintah. Freeport menjelaskan, ope- rasi tambang PT FI saat ini terhenti, lantaran tempat penyimpan konsentrat sudah penuh. Hal itu dikarenakan 60% produksi konsentrat tidak bisa dikirim ke luar negeri dan ada aksi mogok di Smelting. Freeport menghentikan ope- rasi sejak 10 Februari lalu dan kondisi ini merupakan kahar atau force majeur. Riza mengatakan, pengu- rangan produksi konsentrat pada Maret nanti membuat hampir 50% investasi PTFI berkurang, belanja barang di dalam negeri menurun, dan ada pengurangan kontraktor. Menurut dia, pengurangan produksi membuat jumlah rata-rata pekerja selama kurun waktu 2017-2021 hanya seki- tar 11.000 orang. Namun, bila operasi produksi berjalan normal, maka hingga empat tahun ke depan jumlah tenaga kerja itu mencapai 29.000 orang. "Dengan pembatasan operasi, investasi modal hing- ga 2021 sebesar US$ 1,6 miliar. Tapi, bila operasi normal sebesar US$ 5,9 mili- ar," ujarnya. Investasi hingga tahun 2021 itu untuk mencapai tingkat produksi 40%. Hal ini sejalan dengan berakhirnya operasi tambang terbuka Grasberg tahun depan dan perusahaan berencana meng- andalkan produksi konsentrat dari tambang bawah tanah. Saat ini Grasberg menyumbang 70% produksi, sedangkan 30% sisanya dari tambang bawah tanah. Akibat adanya pembatas- an operasi, lanjut Riza, Freeport akan memproduksi 3 miliar ton pon tembaga dan 4,9 miliar ounce emas hingga 2021. Bila operasi normal, tingkat produksi tembaga mencapai 6 miliar pon dan emas mencapai 8,4 mili- ar ounce. Dia mengungkapkan, pembatasan operasi juga ber- dampak pada pemangkasan bagian pemerintah berupa pajak-pajak, royalti, dan divi- den. Hingga 2021, total pene- rimaan negara hanya sebesar US$ 3,1 miliar. Sedangkan bila tanpa pembatasan opera- si, maka total bagian negara mencapai US$ 4,5 miliar. “Alokasi anggaran pem- belian domestik dan jasa hingga empat tahun ke depan berkurang jadi US$ 6 miliar, dengan adanya pembatasan produksi. Jika operasi normal, jumlah pembelian domestik mencapai US$ 10 miliar,” tandasnya. Riza menambahkan, pengurangan produksi ber- dampak pula pada besaran dana 1% yang dialokasikan pada pengembangan masya- rakat, rumah sakit, beasiswa, sekolah, maupun usaha kecil dan menengah (UKM). Dengan pembatasan operasi, besaran dana tersebut US$ 0,1 miliar, namun alokasinya naik men- jadi US$ 0,2 miliar bila ber- operasi normal. "Dana 1% ini dari gross bukan profit," ujarnya. Masih 'Kalah' Sementara itu, dalam jumpa pers 20 Februari lalu, Chief Executive Officer (CEO) Freeport-McMoRan Richard C Adkerson mengungkapkan, Freeport Indonesia berkontri- busi lebih dari US$ 60 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sejak 1992. "Dalam lima tahun terakhir, Freeport Indonesia memberi manfaat langsung kepada pemerintah sebesar US$ 2,8 miliar serta gaji, pembelian domestik, dan reinvestasi total sebesar US$ 16 miliar," ujarnya. Richard menuturkan, sejak Kontrak Karya diteken pada 1991, total manfaat langsung yang diterima pemerintah mencapai US$ 16,56 miliar. Adapun perinciannya, setoran pajak-pajak sebesar US$ 13,1 miliar, royalti/bea sebesar US$ 2,1 miliar, dan dividen sebesar US$ 1,2 miliar. "Persentase yang didapat pemerintah itu 60%. Sedangkan FCX (Freeport-McMoRan Inc yang listed di bursa AS) hanya dapat 40%," ujarnya. Pada kesempatan terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, penerima- an negara dari Freeport jauh lebih rendah dibandingkan penerimaan negara dari cukai rokok yang sebesar Rp 139,5 triliun per tahun. Sedangkan Freeport hanya membayar kewajiban sekitar Rp 8 triliun. “Kita bandingkan dengan Telkom only (belum termasuk entitas anak) dalam 10 tahun sudah menyetorkan ke negara Rp 87 triliun. Padahal, BUMN ini hanya menggunakan 'angin' (tidak mengeruk SDA),” kata Jonan. Jonan menjelaskan lebih lanjut, nilai jual Freeport saat ini juga sudah murah. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), yang merupakan BUMN RI, nilai jualnya lebih mahal ketimbang Freeport, yakni mencapai US$ 29 mili- ar. Sedangkan market cap Freeport-McMoRan (total Freeport yang beroperasi di seluruh dunia) sekitar US$ 20 miliar. Jonan merinci, per 20 Februari 2017, market capi- talization (nilai perusahaan menurut pasar) Telkom sekitar US$ 29 miliar, PT Bank Central Asia Tbk US$ 29 miliar, PT Astra International Tbk US$ 24 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk US$ 21 miliar, PT Bank Mandiri Tbk US$ 19,5 miliar. Sementara itu, banyak perusahaan multina- sional yang beroperasi di Indonesia memiliki market cap sangat besar, seperti Facebook sekitar US$ 387 miliar, GE US$ 269 miliar, Exxon US$ 335 miliar, Chevron US$ 204 miliar, Citigroup US$ 171 miliar, dan ConocoPhillips US$ 57 mili- ar. Sedangkan market cap per- usahaan tambang Newmont yang beroperasi di Indonesia dan telah dijual ke Medco Group sekitar US$ 20 miliar. “Freeport membayar royalti dan pajak dalam bentuk apa pun sekitar Rp 214 triliun di Indonesia selama 25 tahun. Bandingkan dengan pemba- yaran cukai rokok satu tahun sekitar Rp 139,5 triliun pada 2015. Ya, untuk dipertimbang- kan sikap Freeport saat ini,” tuturnya. Luhut juga menyayangkan langkah Freeport memangkas jumlah pegawainya. Menurut dia, perusahaan multinasional itu seharusnya menjadikan pekerja sebagai aset yang berharga. Kalau ada masalah dalam berbisnis, maka seba- iknya menyelesaikan masalah tersebut dan bukan malah mengurangi karyawan. "Kalau perusahaan profesional tidak boleh. Aturan di mana-mana seluruh dunia, enggak ada begitu," ujarnya. [B1/LON/A-15] Freeport Beroperasi Lagi Awal Maret ANTARA Penerimaan negara dari Freeport jauh lebih rendah dibandingkan penerimaan negara dari cukai rokok yang sebesar Rp 139,5 triliun per tahun. Sedangkan Freeport hanya membayar kewajiban sekitar Rp 8 triliun. IGNASIUS JONAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL (ESDM)

Upload: lamque

Post on 12-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3Sua ra Pem ba ru an Rabu, 22 Februari 2017 Utama

[JAKARTA] Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Wilayah Indonesia Timur berharap pemerintah mengelola isu PT Freeport Indonesia (FI) dengan baik. Jangan sampai mema-nasnya hubungan PT FI dengan pemerintah menjadi kontrapro-duktif dan tidak terukur.

“Isu PT Freeport ini harus dikelola dengan baik, terukur dengan target yang jelas,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Kawasan Timur Indonesia, Andi Rukman Karumpa di Jakarta, Rabu (22/2).

Andi mengatakan, pihak-nya mendukung ketegasan pemerintah kepada PT FI. PT FI selama ini mengulur-ulur waktu membangun smelter di dalam negeri dan terkesan berusaha selalu mendikte pemerintah.

Isu ini harus dikelola dengan baik karena puluhan ribu pekerja tambang sudah dirumahkan. Tak hanya itu, jika ini terus berlangsung perekonomian di Papua akan ikut terguncang. Sebab, lebih dari 90% produk domestik bruto regional (PDRB) Kabupaten Mimika, sekitar 37% PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Papua berasal dari Freeport. “Saya kira dampak-dampak ekono-minya dan politik lokal juga harus dipertimbangkan. Makanya kita harap dikelola dengan baik,” tegasnya.

BeroperasiPT FI akan kembali bero-

perasi pada awal Maret men-datang, meski belum meng-antongi izin ekspor konsentrat. Namun, salah satu perusahaan tambang emas terbesar di dunia ini hanya memproduksi kon-sentrat sekitar 40% dari kapasitas normal. Hal ini lantaran menyesuaikan dengan kebutuhan PT Smelting, per-usahaan smelter yang sebagi-an sahamnya dimiliki PT FI.

PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, tersebut memiliki pabrik smelter atau pengolah hasil tambang dengan kapa-sitas satu juta ton konsentrat per tahun. "Awal Maret nanti, PT Smelting sudah beropera-si. Produksi kami hanya mengandalkan Smelting," kata Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama di Jakarta, Selasa (21/2).

Freeport belum bisa ber-operasi normal, karena PTFI yang memegang kontrak karya (KK) dan pemerintah masih bersengketa. Masalah ini berawal ketika pemerintah melarang pemegang KK mengekspor konsentrat sejak 11 Januari 2017. Pasalnya, perusahaan yang diizinkan mengekspor konsentrat hing-ga lima tahun ke depan hanya-lah pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang membangun smelter. Pemegang Kontrak Karya baru bisa melakukan ekspor lagi

jika mau mengubah KK men-jadi IUPK.

Freeport bersedia meng-ikuti ketentuan itu, namun dengan syarat jaminan fiskal dan hukum dalam KK harus dimasukkan ke dalam klausul IUPK. Masalah inilah yang sampai sekarang belum mencapai titik temu antara kedua pihak. Bila dalam 120 hari ke depan belum ada kepastian, Freeport menya-takan bahwa jalur arbitrase akan menjadi upaya untuk mendapatkan jalan kelu-ar. Freeport pun menekankan bahwa dalam KK yang dite-ken pada 1991, pemerintah RI menjamin ekspor konsen-trat hingga habis masa ber-laku kontrak 2021.

Saat ini, perusahaan tam-bang asal Amerika Serikat itu sudah menyiapkan rencana produksi hingga habis masa kontrak karya pada 2021. Freeport berharap segera mencapai kesepakatan dengan pemerintah.

Freeport menjelaskan, ope-rasi tambang PT FI saat ini terhenti, lantaran tempat penyimpan konsentrat sudah penuh. Hal itu dikarenakan 60% produksi konsentrat tidak bisa dikirim ke luar negeri dan ada aksi mogok di Smelting. Freeport menghentikan ope-rasi sejak 10 Februari lalu dan kondisi ini merupakan kahar atau force majeur.

Riza mengatakan, pengu-rangan produksi konsentrat pada Maret nanti membuat hampir 50% investasi PTFI berkurang, belanja barang di dalam negeri menurun, dan ada pengurangan kontraktor. Menurut dia, pengurangan produksi membuat jumlah rata-rata pekerja selama kurun waktu 2017-2021 hanya seki-tar 11.000 orang. Namun, bila operasi produksi berjalan normal, maka hingga empat tahun ke depan jumlah tenaga kerja itu mencapai 29.000 orang.

"Dengan pembatasan operasi, investasi modal hing-ga 2021 sebesar US$ 1,6 miliar. Tapi, bila operasi normal sebesar US$ 5,9 mili-ar," ujarnya.

Investasi hingga tahun 2021 itu untuk mencapai tingkat produksi 40%. Hal ini sejalan dengan berakhirnya operasi tambang terbuka Grasberg tahun depan dan perusahaan berencana meng-andalkan produksi konsentrat dari tambang bawah tanah. Saat ini Grasberg menyumbang 70% produksi, sedangkan 30% sisanya dari tambang bawah tanah.

Akibat adanya pembatas-an operasi, lanjut Riza, Freeport akan memproduksi 3 miliar ton pon tembaga dan 4,9 miliar ounce emas hingga 2021. Bila operasi normal, tingkat produksi tembaga mencapai 6 miliar pon dan emas mencapai 8,4 mili-ar ounce.

Dia mengungkapkan, pembatasan operasi juga ber-dampak pada pemangkasan bagian pemerintah berupa pajak-pajak, royalti, dan divi-den. Hingga 2021, total pene-rimaan negara hanya sebesar US$ 3,1 miliar. Sedangkan bila tanpa pembatasan opera-si, maka total bagian negara mencapai US$ 4,5 miliar.

“Alokasi anggaran pem-

belian domestik dan jasa hingga empat tahun ke depan berkurang jadi US$ 6 miliar, dengan adanya pembatasan produksi. Jika operasi normal, jumlah pembelian domestik mencapai US$ 10 miliar,” tandasnya.

Riza menambahkan, pengurangan produksi ber-dampak pula pada besaran dana 1% yang dialokasikan pada pengembangan masya-rakat, rumah sakit, beasiswa, sekolah, maupun usaha kecil dan menengah (UKM). Dengan pembatasan operasi, besaran dana tersebut US$ 0,1 miliar, namun alokasinya naik men-jadi US$ 0,2 miliar bila ber-operasi normal. "Dana 1% ini dari gross bukan profit," ujarnya.

Masih 'Kalah'Sementara itu, dalam jumpa

pers 20 Februari lalu, Chief Executive Officer (CEO) Freeport-McMoRan Richard

C Adkerson mengungkapkan, Freeport Indonesia berkontri-busi lebih dari US$ 60 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sejak 1992. "Dalam lima tahun terakhir, Freeport Indonesia memberi manfaat langsung kepada pemerintah sebesar US$ 2,8 miliar serta gaji, pembelian domestik, dan reinvestasi total sebesar US$ 16 miliar," ujarnya.

Richard menuturkan, sejak Kontrak Karya diteken pada 1991, total manfaat langsung yang diterima pemerintah mencapai US$ 16,56 miliar. Adapun perinciannya, setoran pajak-pajak sebesar US$ 13,1 miliar, royalti/bea sebesar US$ 2,1 miliar, dan dividen sebesar US$ 1,2 miliar.

"Persentase yang didapat pemerintah itu 60%. Sedangkan FCX (Freeport-McMoRan Inc yang listed di bursa AS) hanya dapat 40%," ujarnya.

Pada kesempatan terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, penerima-an negara dari Freeport jauh lebih rendah dibandingkan penerimaan negara dari cukai rokok yang sebesar Rp 139,5 triliun per tahun. Sedangkan Freeport hanya membayar kewajiban sekitar Rp 8 triliun.

“Kita bandingkan dengan Telkom only (belum termasuk entitas anak) dalam 10 tahun sudah menyetorkan ke negara Rp 87 triliun. Padahal, BUMN ini hanya menggunakan 'angin' (tidak mengeruk SDA),” kata Jonan.

Jonan menjelaskan lebih lanjut, nilai jual Freeport saat ini juga sudah murah. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), yang merupakan BUMN RI, nilai jualnya lebih mahal ketimbang Freeport, yakni mencapai US$ 29 mili-ar. Sedangkan market

cap Freeport-McMoRan (total Freeport yang beroperasi di seluruh dunia) sekitar US$ 20 miliar.

Jonan merinci, per 20 Februari 2017, market capi-talization (nilai perusahaan menurut pasar) Telkom sekitar US$ 29 miliar, PT Bank Central Asia Tbk US$ 29 miliar, PT Astra International Tbk US$ 24 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk US$ 21 miliar, PT Bank Mandiri Tbk US$ 19,5 miliar. Sementara itu, banyak perusahaan multina-sional yang beroperasi di Indonesia memiliki market cap sangat besar, seperti Facebook sekitar US$ 387 miliar, GE US$ 269 miliar, Exxon US$ 335 miliar, Chevron US$ 204 miliar, Citigroup US$ 171 miliar, dan ConocoPhillips US$ 57 mili-ar. Sedangkan market cap per-usahaan tambang Newmont yang beroperasi di Indonesia dan telah dijual ke Medco Group sekitar US$ 20 miliar.

“Freeport membayar royalti dan pajak dalam bentuk apa pun sekitar Rp 214 triliun di Indonesia selama 25 tahun. Bandingkan dengan pemba-yaran cukai rokok satu tahun sekitar Rp 139,5 triliun pada 2015. Ya, untuk dipertimbang-kan sikap Freeport saat ini,” tuturnya.

Luhut juga menyayangkan langkah Freeport memangkas jumlah pegawainya. Menurut dia, perusahaan multinasional itu seharusnya menjadikan pekerja sebagai aset yang berharga. Kalau ada masalah dalam berbisnis, maka seba-iknya menyelesaikan masalah tersebut dan bukan malah mengurangi karyawan. "Kalau perusahaan profesional tidak boleh. Aturan di mana-mana seluruh dunia, enggak ada begitu," ujarnya. [B1/LON/A-15]

Freeport Beroperasi Lagi Awal Maret

antara

Penerimaan negara

dari Freeport jauh lebih rendah

dibandingkan penerimaan negara dari cukai rokok

yang sebesar Rp 139,5 triliun

per tahun. Sedangkan

Freeport hanya membayar kewajiban sekitar

Rp 8 triliun.

IgnasIus Jonan

Menteri energi dan SuMber daya Mineral (eSdM)