radioterapi

32
Radioterapi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Perangkat radioterapi Clinac dengan meja tidur pasien Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang berobat ke rumah sakit menerima terapi radiasi. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan/atau operasi pembedahan. Tidak jarang pula seorang penderita kanker menerima lebih dari satu jenis radiasi. Terapi radiasi yang juga disebut radioterapi, irradiasi, terapi sinar-x, atau istilah populernya "dibestral" ini bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Paling tidak untuk mengurangi ukurannya atau menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya. Terkadang malah digunakan untuk pencegahan (profilaktik). Radiasi menghancurkan material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi. Tidak hanya sel kanker yang hancur oleh radiasi. Sel normal juga. Karena itu dalam terapi radiasi dokter selalu berusaha menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin, sambil sebisa mungkin menghindari sel sehat di sekitarnya. Tetapi sekalipun terkena, kebanyakan sel normal dan sehat mampu memulihkan diri dari efek radiasi. Radiasi bisa digunakan untuk mengobati hampir semua

Upload: doortua-butarbutar

Post on 13-Aug-2015

62 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Radioterapi

RadioterapiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Perangkat radioterapi Clinac dengan meja tidur pasien

Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang berobat ke rumah sakit menerima terapi radiasi. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan/atau operasi pembedahan. Tidak jarang pula seorang penderita kanker menerima lebih dari satu jenis radiasi.

Terapi radiasi yang juga disebut radioterapi, irradiasi, terapi sinar-x, atau istilah populernya "dibestral" ini bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Paling tidak untuk mengurangi ukurannya atau menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya. Terkadang malah digunakan untuk pencegahan (profilaktik). Radiasi menghancurkan material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi.

Tidak hanya sel kanker yang hancur oleh radiasi. Sel normal juga. Karena itu dalam terapi radiasi dokter selalu berusaha menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin, sambil sebisa mungkin menghindari sel sehat di sekitarnya. Tetapi sekalipun terkena, kebanyakan sel normal dan sehat mampu memulihkan diri dari efek radiasi. Radiasi bisa digunakan untuk mengobati hampir semua jenis tumor padat termasuk kanker otak, payudara, leher rahim, tenggorokan, paru-paru, pankreas, prostat, kulit, dan sebagainya, bahkan juga leukemia dan limfoma. Cara dan dosisnya tergantung banyak hal, antara lain jenis kanker, lokasinya, apakah jaringan di sekitarnya rawan rusak, kesehatan umum dan riwayat medis penderita, apakah penderita menjalani pengobatan lain, dan sebagainya.

Terapi radiasi banyak jenisnya. Secara garis besar terbagi atas radiasi eksternal (menggunakan mesin di luar tubuh), radiasi internal (susuk/implant), serta radiasi sistemik yang mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Yang paling banyak digunakan adalah radiasi eksternal. Sebagian merupakan perpaduan antara radiasi eksternal dan internal atau sistemik. Kedua jenis radiasi kadang diberikan bergantian, kadang bersamaan.

Page 2: Radioterapi

Daftar isi

1 Jenis Radioterapi o 1.1 Radiasi Eksternal o 1.2 Radiasi Internal (Brachytherapy) o 1.3 Radiasi Sistemik

2 Teknik Radioterapi o 2.1 Radiasi Tiga Dimensi o 2.2 Stereotactic Radiosurgery o 2.3 Stereotactic radiotherapy o 2.4 Radioimmunotherapy

3 Proses Radioterapi o 3.1 Persiapan

4 Efek Samping o 4.1 Perawatan Kulit o 4.2 Rambut Rontok o 4.3 Perawatan Mulut o 4.4 Radiasi Dada dan Payudara o 4.5 Mengatasi Efek Samping Radiasi Perut

5 Pranala luar 6 Pranala luar publikasi 7 Referensi

Jenis Radioterapi

Radiasi Eksternal

Radiasi jenis ini bisa menghancurkan hampir semua jenis kanker dan bisa dijalani oleh pasien rawat jalan (tidak perlu opname). Juga bisa digunakan untuk menghilangkan nyeri dan gangguan lain yang lazim dialami oleh penderita kanker yang sudah metastase (menyebar).

Kadang diberikan bersamaan dengan operasi/pembedahan, yaitu kalau kankernya belum menyebar tetapi tidak bisa diangkat seluruhnya, atau dikhawatirkan akan tumbuh lagi di sekitarnya. Tindakan dilakukan setelah jaringan utama kanker diangkat, sebelum luka bedah ditutup kembali lokasi bekas kanker diradiasi. Cara yang disebut intraoperative radiation therapy (IORT) ini terutama digunakan pada kanker thyroid, usus, pankreas, dan rahim (termasuk indung telur, leher rahim, mulut rahim, dan sekitarnya).

Radiasi eksternal juga diberikan sebagai pencegahan (prophylactic cranial irradiation, PCI), misalnya pada penderita kanker paru radiasinya diarahkan ke otak supaya sel kanker tidak menjalar ke otak.

Terapi radiasi eksternal tidak membuat penderita menjadi radioaktif (memancarkan radiasi ke sekitarnya). Jadi tidak berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya.

Page 3: Radioterapi

Radiasi Internal (Brachytherapy)

Sumber radiasi berupa susuk/implant berbentuk seperti kabel, pita, kapsul, kateter, atau butiran kecil berisi isotop radioaktif iodine, strontium 89, fosfor, palladium, cesium, iridium, fosfat, atau cobalt, yang ditanamkan tepat di jaringan kanker atau di dekatnya. Cara ini lebih efektif membunuh sel kanker sekaligus memperkecil kerusakan jaringan sehat di sekitar sasaran radiasi.

Radiasi internal sering digunakan untuk mengobati kanker di daerah kepala dan leher, thyroid, prostat, leher rahim, kandungan, payudara, sekitar selangkangan, dan di saluran kencing.

Susuk radioaktif ini ada yang ditanam selama beberapa menit saja (dosis tinggi), ada yang selama beberapa hari (dosis rendah), ada juga yang dibiarkan di dalam tubuh tanpa diangkat lagi.

Selama menjalani terapi ini penderita sedikit radioaktif, khususnya di sekitar lokasi susuk, tetapi secara keseluruhan tubuh penderita tidaklah radioaktif. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, penderita perlu menjalani rawat inap dengan beberapa batasan. Misalnya, dirawat di ruang tersendiri. Pendamping boleh melayani penderita, tetapi tidak terus-menerus berada di sisinya. Begitu juga tamu yang bezuk dibatasi waktunya. Wanita hamil dan anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh berkunjung. Tetapi setelah implant radioaktif ini diambil lagi, penderita sama sekali tidak radioaktif.

Radiasi Sistemik

Pada radiasi sistemik, bahan radioaktif sebagai sumber radiasi ditelan seperti obat atau disuntikkan, yang kemudian mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Radiasi ini digunakan untuk mengobati kanker thyroid dan non-Hodgkin’s lymphoma.

Sisa-sisa bahan radioaktif yang tak terpakai keluar dari tubuh melalui air liur, keringat, dan air kencing. Dalam kurun waktu tertentu cairan ini bersifat radioaktif, tetapi sesudahnya tidak lagi. Itu sebabnya penderita yang menjalani radiasi sistemik perlu menjalani rawat inap.

Teknik Radioterapi

Berbagai teknik radiasi terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang makin optimal. Antara lain:

Radiasi Tiga Dimensi

Dengan menggunakan alat-alat canggih semacam computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), positron emission tomography (PET), atau single photon emission computed tomography (SPECT), lokasi, ukuran, dan bentuk kanker bisa diketahui dengan pasti. Berdasar data itu, kemudian dirancang suatu pola radiasi yang sesuai, sedemikian rupa sehingga pancaran radiasi bisa mengenai seluruh jaringan kanker tanpa menyentuh sel sehat di sekitarnya. Dengan cara ini radiasi bisa diberikan dalam dosis tinggi. Sering digunakan untuk mengobati kanker prostat, paru-paru, hati, nasofaring, dan beberapa jenis kanker otak.

Page 4: Radioterapi

Stereotactic Radiosurgery

Lazim digunakan untuk mengobati kanker otak. Penderita mengenakan alat semacam helm yang bisa memancarkan radiasi dari berbagai arah. Dengan alat ini, dosis dan sasaran radiasi bisa diukur dengan tepat, nyaris tanpa mengganggu jaringan di sekitarnya. Beda dengan bedah otak konvensional, “bedah radiasi” ini tidak sakit, tidak menyebabkan perdarahan, dan tidak mempunyai risiko infeksi.

Stereotactic radiotherapy

Prinsipnya mirip dengan stereotactic radiosurgery, tetapi menggunakan alat yang bisa bergerak bebas mengitari tubuh pasien. Dengan demikian bisa digunakan untuk mengobati kanker otak maupun kanker di bagian tubuh yang lain. Bedanya adalah, stereotactic radiotheraphy diberikan dalam dosis kecil beberapa kali sehari untuk mengurangi efek samping.

Radioimmunotherapy

Kini radiasi juga dikombinasikan dengan imunoterapi. Antibodi khusus kanker disuntikkan ke dalam tubuh setelah sebelumnya “ditempeli” materi radioaktif. Di dalam tubuh otomatis antibodi akan mencari zat (antigen) yang diproduksi oleh sel kanker. Setelah ketemu, sel kanker dihancurkan oleh materi radioaktif yang dibawanya.

Cara ini sangat tertarget, mencegah risiko rusaknya sel sehat. Sering digunakan untuk pengobatan non-Hodgkin’s lymphoma, dan sedang dalam tahap uji klinis untuk pengobatan leukemia, kanker usus, kanker hati, paru-paru, otak, prostat, thyroid, payudara, kandungan, dan pankreas.

Proses Radioterapi

Page 5: Radioterapi

Topeng untuk radioterapi di bagian leher dan kepala

Terapi radiasi biasanya diberikan setiap hari, lima hari dalam seminggu, selama 6-7 minggu berturut-turut. Tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan penderita secara umum, dan pengobatan lain yang diberikan. Tetapi untuk keperluan paliatif (misalnya menghilangkan nyeri pada kanker yang bemetastasis ke tulang), biasanya cukup 2-3 minggu.

Terapi itu sendiri setiap kali hanya berlangsung 1-5 menit. Penderita tidak akan merasakan apa pun selama terapi berjalan, tidak lebih seperti menjalani foto Rontgen (X-ray). Tetapi selama menjalani terapi penderita harus diam, tidak bergerak sama sekali, agar pancaran radiasinya tepat mengenai sasaran. Untuk itu bisa dibuatkan masker atau penyangga agar bagian tubuh yang akan dilakukan radioterapi tidak berubah posisi.

Persiapan

Persiapan radioterapi untuk beberapa bagian tubuh kadang diperlukan semacam topeng/cangkang (shell) untuk membuat bagian tubuh yang akan dilakukan radioterapi tidak bergerak.[1]

Efek Samping

Efek samping terapi radiasi tidak selalu muncul, tetapi ada yang mengalaminya, menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan kadang cukup parah. Ada yang merasakan beberapa hari/minggu sejak terapi dimulai (dan menghilang beberapa waktu setelah radiasi dihentikan), ada juga yang efek sampingnya baru muncul beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Yang begini biasanya bersifat kronik/permanen.

Berbeda dengan kemoterapi yang efeknya mengenai seluruh tubuh, khususnya sel-sel yang membelah dengan cepat, dan relatif sama dari satu orang ke orang lain, efek samping radioterapi berbeda-beda tergantung pada area tubuh yang diterapi. Yang paling umum adalah rasa lemah tak bertenaga, yang biasanya muncul beberapa minggu setelah radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya. Bisa karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri, kurang nafsu makan, atau capai karena setiap hari harus ke rumah sakit. Juga, selama radiasi tubuh membutuhkan banyak energi untuk memulihkan sel-sel sehat yang rusak. Setelah terapi dihentikan, efek ini lambat laun menghilang.

Perawatan Kulit

Efek samping lain yang umum terjadi adalah perubahan kulit pada area yang diterapi. Setelah beberapa kali biasanya kulit tampak merah, gosong, lama-kelamaan mengering dan gatal. Tetapi ada juga yang sebaliknya: kulit menjadi lembap, basah, dan mengalami iritasi/lecet, terutama di lipatan-lipatan tubuh. Segeralah konsultasikan kepada dokter sebelum terjadi infeksi.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk merawat kulit pada area radiasi, yakni:

Page 6: Radioterapi

Kenakan pakaian berbahan katun yang longgar. Hindari pakaian yang menempel ketat. Tanyakan dokter, bolehkah Anda menggunakan sabun, krim, lotion, salep, parfum, bedak, minyak gosok, atau apa pun pada kulit yang terkena radiasi itu. Jenis/merk apa? Jangan menggunakan perekat di area tersebut. Jika perlu memasang perban di sana, mintalah petunjuk dokter atau perawat. Jangan menggaruk, menggosok, atau menyikat kulit di area irradiasi. Gunakan air suam-suam kuku (dan sabun yang lembut, kalau boleh) untuk membasuhnya, kemudian keringkan dengan lembut dan hati-hati. Jangan menempelkan kompres hangat ataupun dingin. Jika di sana ada rambut yang perlu dicukur, gunakan pencukur listrik tanpa lotion ataupun sikat pembersih rambut. Lindungi kulit dari sinar matahari menggunakan payung atau pakaian yang ringan. Jika ingin menggunakan sunscreen/sunblock lotion, tanyakan pada dokter produk apa yang sesuai.

Biasanya efek samping yang terjadi pada kulit akan menghilang beberapa minggu setelah irradiasi dihentikan. Tetapi kadang-kadang warna kulit tetap lebih gelap dibanding sekitarnya, dan lebih sensitif terhadap sinar matahari.

Rambut Rontok

Radioterapi di daerah kepala dapat mengakibatkan rambut rontok sebagian atau seluruhnya. Tetapi setelah terapi selesai rambut akan tumbuh lagi, walau tekstur dan warnanya mungkin sedikit berbeda. Selama periode terapi sebaiknya kenakan topi lebar yang lembut atau kerudung dari bahan katun. Jika ingin mengenakan wig, pastikan bagian tepinya tidak menggesek kulit Anda.

Perawatan Mulut

Radiasi di daerah kepala dan leher kadang membuat gigi mudah keropos. Sebelum terapi dimulai sebaiknya datang ke dokter gigi untuk perawatan mulut dan gigi, begitu juga selama radiasi berjalan. Dokter gigi akan membantu mencegah munculnya efek samping di mulut seperti gigi keropos, sariawan, dan mulut kering. Beberapa hal lain yang dapat Anda lakukan adalah:

Bersihkan gusi dan gigi dengan sikat yang lembut sedikitnya 4x sehari (sesudah makan dan menjelang tidur). Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride tapi tidak mengandung zat-zat yang bersifat abrasif. Jika terbiasa membersihkan gigi dengan benang gigi (dental floss), bersihkan sela-sela gigi dengan hati-hati setiap hari. Larutkan ½ sendok teh garam dan ½ sendok teh baking soda dalam segelas besar air hangat, dan sering-sering berkumur dengannya. Jangan lupa bilas dengan air bersih/tawar. Oleskan fluoride secara teratur menurut petunjuk dokter gigi. Sariawan pada mulut dan tenggorokan biasanya muncul setelah 2-3 minggu radiasi dimulai, dan baru akan menghilang sekitar sebulan setelah radiasi dihentikan. Mungkin juga merasa sulit menelan, selain sakit juga karena ludah mengental menyebabkan mulut terasa kering.

Mintalah obat pada dokter/dokter gigi untuk merangsang produksi ludah dan mengurangi rasa sakit waktu menelan. Sering meneguk air dingin (namun bukan air es) atau mengunyah permen karet akan sangat membantu. Begitu juga makan makanan lunak dan berkuah.

Page 7: Radioterapi

Jika memakai gigi galsu, mungkin perlu dilepas sementara. Karena kadang gusi sedikit bengkak, sehingga gigi palsu terasa tidak nyaman bahkan mungkin melukai gusi dan menyebabkan infeksi.

Radiasi Dada dan Payudara

Radioterapi pada kanker payudara dapat menyebabkan bahu agak sulit digerakkan –mintalah nasihat pada dokter tentang senam ringan yang bisa membuatnya lemas kembali. Efek samping lainnya adalah kulit menjadi sedikit gosong, iritasi, atau bengkak. Jika Anda baru saja menjalani operasi lumpektomi atau mastektomi, selama radiasi sebaiknya tidak usah mengenakan BH. Kalau tidak enak, kenakan BH katun yang lembut tanpa kawat penyangga.

Efek lain yang sering terjadi pada radiasi di daerah dada adalah sakit saat menelan, batuk, demam, dan sesak napas. Jika batuk berlendir, bisa jadi warna dan tekstur lendirnya berubah, tidak seperti biasanya. Tidak usah panik. Utarakan kepada dokter, yang tahu persis bagaimana mengatasinya.

Mengatasi Efek Samping Radiasi Perut

Terapi radiasi pada daerah perut dapat menyebabkan perut mulas, mual, maupun diare. Jangan minum obat apa pun kecuali dokter yang memberikan. Untuk menghindari mual, makan dengan jarak waktu 1-2 jam sebelum atau setelah radiasi. Tetapi bisa juga rasa mulas, mual, maupun diare itu hanya sekedar karena tegang menghadapi terapi itu. Usahakan bersikap santai saja.

Pada minggu ketiga atau keempat sering muncul diare. Mintalah obat pada dokter, juga nasihat tentang perubahan menu makanan. Beberapa hal berikut juga dapat membantu:

Kurangi makanan berserat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Lebih baik diminum sarinya saja (dijus kemudian disaring), agar tidak kekurangan vitamin dan mineral. Kurangi makanan yang menimbulkan gas, berlemak, atau terlalu berbumbu. Makan sedikit tetapi sering. Perbanyak mengonsumsi cairan bening (air, teh, kaldu, kuah sup, sari buah, dsb), hindari minuman yang mengandung caffeine. Lanjutkan diet itu sampai dua minggu sesudah radioterapi selesai. Kemudian secara bertahap makanlah diet yang wajar seperti semula.

Pengaturan diet merupakan hal yang sangat penting bagi penderita yang menjalani radiasi di daerah perut. Untuk menjaga kondisi tubuh dan menggantikan nutrisi yang hilang karena muntah atau diare, upayakan selalu makan makanan padat gizi.

Latest News

Obesity may not diminish outcomes or increase risk of complications in total knee replacement patients

Prosthesis may not improve overall outcomes in female total knee replacement patients Soybeans can prevent cancer By charting differing fates of individual T cells, researchers show unpredictable aspects

of immune response

Page 8: Radioterapi

Blocked bile ducts can be effectively treated with metal stents Common test may overestimate exposure to mercury vapor from dental amalgams Genes play a significant role in children's eating behavior Researchers identify new substance in olive oil that reduces risk of Alzheimer's disease Estrogen therapy keeps joint pain at bay post hysterectomy Adult stem cells improve cartilage repair

Ads by Google

o Payudara Pengobatan o Bedah Konservasi

Payudara Onkoplast

o www.gleneagles.com.sg/ o Rumah.com Indonesia o Beli, Jual, Sewa 100,000+ Property

di Situs Property No.1 Indonesia

o Rumah.com o Ada Masalah Lutut? o Team Dokter yang Baik

Fasilitas canggih. Kunjungi Kami!

o www.jakarta-knee-center.com o Rumah sakit Jantung o Rumah sakit Spesialis Jantung

konsultasi: 21-99570666

o www.yodak.co.id o Barang bekas jd DUIT ? o Sekarang zamannya bikin barang

bekas Jadi DUIT, mau tau ?

o Berniaga.com

Alzheimer's Disease

Page 9: Radioterapi

Blood Pressure Bone Brain Cancer Cardiology Cell Depression Diabetes Diet DNA Education Exercise Gene Genetics Health Insurance HIV Hospital Infectious Diseases Investment Medicaid Medi-Cal Medicare Mental Health Muscle Neurology Neuroscience Nursing Nutrition Obesity Oncology Pain Placebo Protein Respiratory Smoking Stress Stroke Translational Virus

Peringatan: Halaman ini adalah terjemahan mesin halaman ini aslinya dalam bahasa Inggris. Harap diperhatikan karena terjemahan yang dihasilkan oleh mesin, tidak semua terjemahan akan sempurna. Website ini dan halaman web yang dimaksudkan untuk dibaca dalam bahasa Inggris. Setiap terjemahan dari website ini dan halaman web yang mungkin tidak tepat dan tidak akurat secara keseluruhan atau sebagian. Terjemahan ini disediakan sebagai kenyamanan.

Page 10: Radioterapi

Tumor Otak Pengobatan inShare

Banyak meningioma, dengan pengecualian beberapa tumor yang terletak di dasar tengkorak, dapat berhasil diangkat melalui pembedahan. Dalam kasus yang lebih sulit, radiosurgery stereotactic, seperti pisau Gamma, Cyberknife atau Novalis radiosurgery Tx, tetap merupakan pilihan yang layak.

Adenoma hipofisis yang paling dapat diangkat melalui pembedahan, sering menggunakan pendekatan minimal invasif melalui rongga hidung dan dasar tengkorak (trans-hidung, pendekatan trans-sphenoidal). Adenoma hipofisis yang besar memerlukan kraniotomi (pembukaan tengkorak) untuk memindahkan mereka. Radioterapi, termasuk pendekatan stereotactic, disediakan untuk kasus-kasus bisa dioperasi.

Meskipun tidak ada manajemen yang berlaku umum terapi untuk tumor otak primer, upaya bedah di pengangkatan tumor atau setidaknya cytoreduction (yaitu, pengangkatan tumor sebanyak mungkin, untuk mengurangi jumlah sel tumor yang tersedia untuk proliferasi) dianggap dalam kebanyakan kasus. Namun, karena sifat infiltrasi lesi ini, kembali tumor, bahkan menyusul operasi pengangkatan tampaknya lengkap, tidak jarang. Beberapa studi penelitian saat ini bertujuan untuk meningkatkan operasi pengangkatan tumor otak dengan label sel-sel tumor dengan bahan kimia (5-aminolevulinic asam) yang menyebabkan mereka untuk berpendar. Pascaoperasi radioterapi dan kemoterapi merupakan bagian integral dari standar terapi untuk tumor ganas. Radioterapi juga dapat diberikan dalam kasus-kasus "kelas rendah" glioma, ketika pengurangan tumor signifikan beban tidak dapat dicapai melalui pembedahan.

Tingkat ketahanan hidup pada tumor otak primer tergantung pada jenis tumor, status umur, fungsional pasien, tingkat bedah pengangkatan tumor, untuk menyebutkan hanya beberapa faktor.

UCLA menerbitkan Neuro-Onkologi data real-time kelangsungan hidup untuk pasien dengan diagnosis ini. Mereka adalah satu-satunya institusi di Amerika Serikat yang menunjukkan bagaimana penderita tumor otak tampil di terapi saat ini. Mereka juga menunjukkan daftar agen kemoterapi digunakan untuk mengobati tumor glioma grade tinggi.

Pasien dengan glioma jinak dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun, sedangkan kelangsungan hidup dalam sebagian besar kasus glioblastoma terbatas pada beberapa bulan setelah diagnosis jika pengobatan diabaikan.

Pilihan pengobatan utama untuk tumor metastasis tunggal adalah operasi pengangkatan, diikuti oleh radioterapi dan / atau kemoterapi. Beberapa tumor metastasis umumnya diperlakukan

Page 11: Radioterapi

dengan radioterapi dan kemoterapi. Stereotactic radiosurgery (SRS), seperti Gamma Knife, Cyberknife atau Novalis Tx, radiosurgery, tetap merupakan pilihan yang layak. Namun, prognosis dalam kasus tersebut ditentukan oleh tumor primer, dan umumnya miskin.

Radioterapi adalah pengobatan yang paling umum untuk kanker tumor otak sekunder. Jumlah radioterapi tergantung pada ukuran area otak yang terkena kanker. Balok konvensional seluruh otak pengobatan radioterapi eksternal (WBRT) atau 'seluruh otak iradiasi' mungkin disarankan jika ada resiko bahwa tumor sekunder lainnya akan berkembang di masa depan. Stereotactic radioterapi biasanya direkomendasikan dalam kasus di bawah tiga tumor otak kecil sekunder.

Pada tahun 2008 sebuah penelitian yang diterbitkan oleh University of Texas MD Anderson Cancer Center menunjukkan bahwa pasien kanker yang menerima radiosurgery stereotactic (SRS) dan otak terapi radiasi seluruh (WBRT) untuk pengobatan tumor otak metastasis memiliki lebih dari dua kali risiko belajar mengembangkan dan masalah memori dibandingkan mereka yang diobati dengan SRS sendiri.

Sebuah operasi shunt digunakan tidak sebagai obat tetapi untuk meringankan symptoms.The hidrosefalus disebabkan oleh drainase pemblokiran cairan serebrospinal dapat dihilangkan dengan operasi ini.

Penelitian untuk pengobatan dengan virus stomatitis vesikuler

Pada tahun 2000, para peneliti di University of Ottawa, dipimpin oleh John Bell PhD., Telah menemukan bahwa virus stomatitis vesikuler, atau VSV, bisa menulari dan membunuh sel kanker, tanpa mempengaruhi sel-sel sehat jika dipakai bersamaan dengan interferon.

Penemuan awal dari sifat oncolytic virus 'itu terbatas hanya beberapa jenis kanker. Beberapa studi independen telah diidentifikasi banyak jenis lebih rentan terhadap virus, termasuk sel-sel kanker glioblastoma multiforme, yang mencakup sebagian besar tumor otak.

Pada tahun 2008, peneliti artifisial direkayasa strain VSV yang kurang sitotoksik untuk sel-sel normal. Muka ini memungkinkan administrasi virus tanpa pemberian bersamaan dengan interferon. Akibatnya administrasi virus dapat diberikan intravena atau melalui saraf penciuman. Dalam penelitian tersebut, tumor otak manusia ditanamkan ke dalam otak tikus. Para VSV disuntikkan melalui ekor mereka dan dalam waktu 3 hari semua sel tumor mati atau sekarat.

Penelitian tentang pengobatan virus seperti ini telah dilakukan selama beberapa tahun, tetapi tidak ada virus lain telah terbukti sebagai efisien atau spesifik sebagai strain mutan VSV. Penelitian di masa depan akan fokus pada risiko pengobatan ini, sebelum dapat diterapkan pada manusia.

PENDAHULUAN

—-

Latar belakang

Page 12: Radioterapi

—-Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.(1)

—-Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada bebrapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.(1)

—-Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan. (2)

—-

—-

—-

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

—-Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. (3)

Page 13: Radioterapi

—-

Etiologi

—-Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

Herediter

—-Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

—-Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

Radiasi

—-Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

Virus

—-Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

Substansi-substansi Karsinogenik

—-Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan (3,4)

—-

klasifikasi (5)

Page 14: Radioterapi

—-Berdasarkan gambaran histopatologi,klasifikasi tumor otak yang penting dari segi klinis, dapat dilihat pada Tabel-1 (dikutip dari Black 199)

Page 15: Radioterapi

Gambaran klinis

—-Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi umumnya berjalan progresif.

—-Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:

Gejala serebral umum

—-Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus

1. Nyeri Kepala

—-Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.

2. Muntah

—-Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual.

3. Kejang

—-Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:

Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun Mengalami post iktal paralisis Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat epilepsi Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan

astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.

4. Gejala Tkanan Tinggi Intrakranial

—-Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil

Page 16: Radioterapi

udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.

—-Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:

1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis      

menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,

parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi

hemianopsia, objeckagnosia

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

6. Tumor di cerebello pontin angie

Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

Page 17: Radioterapi

Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil

pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

8. Tumor di cerebelum

Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil udem

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal

9. Tumor fosa posterior

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.(6,7,8)

—-

Diagnosis

—-Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup ct scan dan mri bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor.Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramatrisnya yang fital itu.

—-Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. () Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang. (9,10)

—-

Page 18: Radioterapi

Pemeriksaan penunjang

—-Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.

Elektroensefalografi (EEG) Foto polos kepala Arteriografi Computerized Tomografi (CT Scan) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

—-

Gambaran CT Scan tumor otak

—-CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu  pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

—-

Penilaian CT Scan pada tumor otak: (11)

Tanda proses desak ruang:

Pendorongan struktur garis tengah itak Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel

Kelainan densitas pada lesi:

hipodens hiperdens atau kombinasi

kalsifikasi, perdarahan

Udem perifokal

—-

Diagnosa banding

Page 19: Radioterapi

—-Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :

Abses intraserebral Epidural hematom Hipertensi intrakranial benigna Meningitis kronik. (10)

—-

Terapi

—-Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain  :kondisi umum penderita

tersedianya alat yang lengkap pengertian penderita dan keluarganya luasnya metastasis. (5)

—-Adapun terapi yang dilakukan, meliputi Terapi Steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

Terapi Steroid

—-Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.

Pembedahan

—-Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi. (12)

—-Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.

Radioterapi

—-Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan

Page 20: Radioterapi

bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. (12)

Kemoterapi

—-Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif. (12)

Hormoterapy

Immunoterapy

Terapi rehabilitasi (12,13)

—-

Prognosis

—-Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta.(12,14)

—-

Penutup

—-Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi

—-

—-

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Radioterapi

1. Berttolone SJ. Tumor of the central nervous system concepts in cancer medicine, 1982:649-659

2. Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle, Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No 3, 2005.

3. Mayer.SA. Management of Increased intracranial Pressure In Wijdicks EFM.Diringer MN, et.al. Continuum Critical Care Neurology.2002.

4. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

5. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-14726. Ausman. Intra cranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology.

Philadelphia:Harper & Row, 1987:57-667. Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990, 2967-29818. Guthrie BL. Neoplasm of the meningens, in Youmans JR (ed) Neurological Surgery.

Philadelphia:WB Sounders, 1990: 3250-33039. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of

edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 26310. Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, 1999 : 201 – 20711. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org/, dikutip tanggal 13

November 200412. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial dalam

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 13 November 2004

13. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors – From Their Biology to Their Treatments at http://www.brain-surgery.com/, dikutip tanggal 13 November 2004

14. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov/

15. Penyembuhan Kanker Dengan Radioterapi16. 25-Oktober-2012 | hit : 544 17. Kanker saat ini menjadi penyakit dengan sebaran yang tinggi di samping jantung,

dan penyakit pembuluh darah. Di RSUP Dr Kariadi, Semarang, hampir di setiap bangsal terdapat pasien dengan penyakit mematikan tersebut. Untungnya, teknologi kedokteran yang berkembang pesat membuat harapan hidup penderita kanker kini semakin besar, terutama jika deteksi dilakukan lebih dini.

18.19. Salah satu cara pengobatan kanker adalah dengan radioterapi, yakni metode yang

menggunakan energi pengion (x-ray, zat radioaktif) kepada lokasi tumor atau kelenjar getah bening. "Pengobatan lain adalah dengan pembedahan dan kemoterapi. Kombinasi ketiga metode akan memberikan hasil yang lebih optimal," ujar spesialis Radiologi dari RSUP Dr Kariadi, Semarang, Dr Christina Hari Nawangsih SpRad.

20.21. Pengobatan dengan radioterapi sudah ada sejak kurang lebih seratus tahun lalu,

tidak lama setelah Prof. Willem Conrad Roentgen menemukan sinar X. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dan teknologi, metode ini makin mendapat tempat dalam pengobatan penyakit kanker.

22.23. Prinsip pengobatan ini adalah apabila berkas sinar radioaktif atau partikel

dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi berbagai peristiwa antara lain peristiwa

Page 22: Radioterapi

ionisasi molekul air yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA (deoxy ribonucleic acid) yang dapat diikuti kematian sel.

24.25. Sebenarnya baik sel kanker maupun sel normal akan mengalami peristiwa yang

sama, hanya saja pada sebagian besar jenis kanker memperlihatkan kepekaan yang lebih tinggi terhadap sinar ini daripada sel-sel normal. Jadi diharapkan, pada pengobatan penyakit kanker, semua sel kanker telah mengalami kematian sebelum

terjadi cedera yang berlebih pada sel- 26. sel normal yang masih hidup. Jadi saat pemberian radiasi dihentikan, sel normal ini

akan kembali sehat seperti sediakala. 27.28. Untuk itu, sinar yang diberikan tidak boleh melewati ambang dosis kemampuan

hidup sel normal. Jaringan yang ikut terpapar radiasi juga tidak boleh terlalu banyak. Ini berarti makin sedikit jumlah sel kanker yang disinar makin tinggi kemungkinan penyembuhannya. Jadi, bila benjolan relatif masih kecil maka pengobatan akan lebih efektif.

29.30. Dr Hari Nawangsih menambahkan, pengobatan radioterapi biasanya diberikan

dalam beberapa minggu. Daerah yang disinari adalah yang tidak bisa dijangkau oleh

Page 23: Radioterapi

pembedahan. Sebagai misal pada kanker nasofaring (daerah di belakang rongga hidung sampai di bawah atap tulang tengkorak) dan kanker otak.

31.32. "Dari tingkat keganasannya, kanker yang banyak dijumpai di Kariadi adalah leher

rahim, payudara dan nasofaring. Selain itu saat ini mulai banyak yang menderita kanker paru-paru. Biasanya pasien datang dalam kondisi stadium lanjut karena kadangkala gejala kanker paru tidak terasa di stadium awal," kata Dr Hari Nawangsih.

33.34. Dalam penggunaannya, radioterapi bisa diberikan sebelum, bersamaan, ataupun

setelah pengobatan. Hal ini tergantung tujuannya, apakah untuk tujuan kuratif yaitu kesembuhan atau tujuan paliatif yakni dalam rangka memperbaiki kualitas hidup penderita.

35.36. Meski teknologi semakin canggih, ditandaskan Dr Hari Nawangsih, paling utama

adalah tetap menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan (diet) terutama menghindari makanan kaya lemak, istirahat yang cukup dan olahraga.

37.38. Karena, sehebat apa pun pengobatan tetap memiliki efek samping. Untuk

Radioterapi, dampak penggunaannya antara lain kulit kemerahan, timbul gelembung, kerusakan kulit, hingga terjadi ulkus atau jaringan nekrotik. Juga, efek lanjutan seperti pengerutan jaringan atau fibrosis, mulut kering, dan pendarahan.

39. Sumber:Warta Jateng