ragam model dan sintaknya pembeljaran yang dikembangkan berdasrkan teori behavioristik, kognitif,...
TRANSCRIPT
Ragam Model dan Sintak Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivistik
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Belajar dan PembelajaranYang diampu oleh Prof. Dr. Amat Mukhadis, M.Pd.
Disusun oleh:
Fikri Hedi Cahyono Istiawan 150513603602Ilham Akbar 150513604729Yulius Lyan 150513602605
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESINFebruari 2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat-Nya penulis dapat mengerjakan tugas makalah dengan lancar dan berkat izin-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah dalam waktu yang cukup singkat.
Makalah ini dibuat agar pembaca bisa mengetahui bahwa di dalam pelaksanaan pembelajaran tidaklah lepas dari acuan yangberupa teori tentang pendidikan tersebut yang kemudian bertrnsformasi menjadi sebuah bentuk cara mendidik, Dalam makalah ini terdapat materi yang membahas tentang konsep pembelajaran, teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran, dan ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik
Penulis menyadari bahwa makalah ini dibuat masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran ataupun kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan baik itu penulis maupun penyusunan yang telah penulis lakukan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Malang, 22 Februari 2016
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................iii
Latar Belakang............................................................................iiiRumusan Masalah........................................................................ivTujuan Penulsan..........................................................................iv
PEMBAHASAN.............................................................................................1
Konsep Pembelajaran..................................................................2
Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan pembelajaran.......................................................3
1. Behaviorisme.........................................................................32. Kognitivisme..........................................................................73. Kontruktivisme....................................................................11
Perbedaan Teori Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik..13
Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori Behavioristik, Kognitif, dan Kontruktivistik.............................14
1. Pembelajaran Langsung(direct instruction).........................152. Model Pembelajaran dalam Paradigma
”Perubahan Konseptual”......................................................173. Model Reasoning and Problem Solving..............................20
PENUTUP....................................................................................................21
Kesimpulan.......................................................................................21Saran.................................................................................................21
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................22
ii
Pendahuluan
Latar Belakang
Belajar adalah sintesis dari pembelajaran, dimana belajar berada di dalam
proses yaitu pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah proses mendidik anak
dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi
lingkungannya kelak (Mulyasana, 2015: 67). Fokus dari pembelajaran diarahkan
pada pembentukan jati diri pesrta didik, karena proses pembeljaran akan efektif
jika jati diri (fisik, emosional, dan mental) peserta didik terbangun dengan utuh.
Dalam perjalanannya, pembelajaran mengalami perkembangan seiring dengan
zaman yang berubah dan pembaharuan teori-teori pembelajaran yang banyak
dikemukakan para ahli pendidikan yang sekaligus dijadikan acuan acuan dalam
pembaharuan pembelajaran dari masa ke masa.
Di dalam praktik pembelajaran saat ini, banyak terjadi penyimpangan
antara tujuan dari pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran yang berimbas
pada kualitas tenaga kerja dan hasil kerja para generasi penerus yang kurang
optimal bahkan dapat menimbulkan beberapa tindakan menyimpang seperti
korupsi. Hal tersebut terjadi karena ketidaksesuaian dari metode pembelajaran
yang diberikan oleh pengajar, kurikulum yang kurang fleksibel, evaluasi
pembelajaran yang hanya memfokuskan pada kuantitas lulusan bukan kualitas
lulusan sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi dan
ketrampilannya secara optimal. Permasalahan tersebut juga diperburuk dengan
kualitas pengajar yang tidak kompeten dalam bidangnya, sehingga peserta didik
merasa belum memaknai arti dari apa yang mereka pelajari. Efeknya, peserta
didik hanya mendapat bahan ajar yang ada sesuai dengan perintah guru dan tidak
mendapatkan pelajaran tentang kepribadian dan karakter yang menjadi
penyeimbang dari sisi kognitif peserta didik.
iii
Dari permasalahan pendidikan di atas maka penulis menyusun makalah ini
sebagai sumber informasi bagi pembaca agar lebih memaknai proses
pembelajaran dan metode yang diberikan dengan mengacu pada konsepsi
behavioristik, kognitif, kontruktivistik sebagai pengembangan potensi peserta
didik dan pengembangan karakter yang lebih baik. Jadi proses pembelajaran akan
lebih bermakna dengan adanya acuan yang memberi kelengkapan pada hasil
pendidikan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep dari pembelajaran ?
2. Bagaimana teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam
proses pengembangan pembelajaran?
3. Bagaimana perbedaan antara teori behavioristik, kognitif, dan
kontrutivistik?
4. Bagaimana ragam model pembelajaran yang didasarkan dari teori
behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik ?
Tujuan Penulisan
1. Memaparkan konsep dari pembelajaran.
2. Menjelaskan tentang teori dari behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik
dalam proses pengembangan pembelajaran.
3. Menjelaskan perbedaan antara teori behavioristik, kognitif, dan
kontrutivistik.
4. Menjelaskan tentang ragam model pembelajaran yang didasarkan dari
teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik.
iv
Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka pada bab
pembahsan kali ini akan membahas tentang konsep pembelajaran, konsep dari
behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses pengembangan
pembelajaran, dan ragam model pembelajaran yang didasarkan dari konsep
behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik. Berikut pembahasan dari ketiga topic
tersebut.
Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik, dan
bahan ajar/ sumber belajar yang pada akhirnya menciptakan suatu kegiatan belajar
antara peserta didik dan guru/ pengajar (Rahyubi,2012:06). Dalam konteks
berbeda pembelajaran dan pengajaran memiliki tingkatan yang hampir sama,
namun berbedaan yang signifikan antara keduanya adalah pada konsep di
dalamnya. Pembelajaran menaruh konsep pada interaksi antara guru dan murid
yang kemudian menimbulkan suatu hasil belajar, sedangkan pengajaran
memberikan konsep hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu guru. Namun tujuan
dan fokus dari pengajaran dan pembelajaran adalah sama yaitu membebaskan
peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakjujuran, ketidakberdayaan,
ketidakbenaran,dan keburukan hati nurani serta kepribadian yang buruk. Pada
fikus pembelajaran, pendidik memiliki fungsi yang penting dan tidak hanya
mentransferkan ilmunya saja melainkan memberikan motivasi belajar, pengawas
perkembangan peserta didik, dan sebagai pemberi jalan yang benar dalam
bersikap kepada peserta didik, untuk itu pendidik seyogyanya dari awal
pembelajaran telah mencerminkan suatu sikap yang menjadi panutan bagi peserta
didiknya. Pendidik yang baik bukanlah pendidik yang hanya kompeten dan ahli
dalam bidangnya, melainkan pendidik yang mampu memahami peserta didiknya
dan mendorong peserta didiknya untuk belajar dengan baik.
Dalam pembelajaran terdapat ketiga aspek yang harus dicapai oleh peserta
didik yaitu : (1) perkembangan kognitif yang mumpni meliputi pencapaian
pemahaman sumber belajar secara komprehensif, (2) perkembangan afektif yang
1
mencakup perubahan sikap yang menuju manusia yang kaffah yaitu manusia yang
mimilki kualitas akhlak, logika, dan keimanan diri yang menyeluruh dan
seimbang sehingga islam bukan hanya urusan shalat dan saum (puasa) saja
melainkan memaknai islam sebagai pembentuk kepribadian yang
menyeimbangkan antara ilmu dan kehidupan nyata kelak(Mulyasana,2015: 67)
(3) perkembangan psikomotorik yang mencakup ketrampilan peserta didik yang
didasarkan pada pemahaman aspek koginitif sehingga terciptanya kemampuan
psikomotorik yang kompeten. Namun pada akhirnya pembelajaran akan
bermuara pada kemampuan manusia yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah
dan lebih efektif di masa yang akan datang. Dalam pembelajaran, peserat didik
seyogyanya dapat membentuk dirinya menjadi manusia pembelajar yang kaffah,
berkharakter, bermakna, punya keahlian yang kompeten, berguna bagi masyarkat,
dan berkomitmen sosial yang tinggi.
Pembelajaran akan lebih bermakna apabila pendidik dapat menciptakan
kondisi lingkungan belajar menjadi kondusif dan menyenangkan bagi peserta
didik guna mencapai tujuan akhir dari pembelajaran yang dipaparkan di paragraf
sebelumnya. Sumber belajar yang menyenangkan juga akan menumbuh
kembangkan minat dan motivasi peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih
dimaknai sebagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai bagi diri peserta didik.
Guru/ pendidik juga perlu mendesain pembelajaran menjadi suatu proses yang
tidak hanya menceamahkan ilmuny saja namun juga harus memberikan desain
pembelajaran yang konkrit sehigga peserta didik mampu memetik manfaat dari
apa yang mereka lakukan dalam lingkungan belajarnya.
2
Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik dalam proses
pengembangan pembelajaran.
Teori behavioristic,kognitif, dan kontruktivistik memiliki keterkaitan
dalam penyusunan model dan strategi dari pembelajaran di berbagai jenjang
pendidikan. Ketiga teori tersebut menjadi sebuah acuan dalam pengembangan
pendidikan diberbagai negara termasuk Indonesia, sehingga lewat ketiga konsep
tersebut dapat dijadikan penuntun dari penemuan proses pembelajaran yang cocok
bagi peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman dan keterkaitn aspek lain.
Teori tersebut dapat diartikan sebagai prinsip awal yang berisi kumpulan prinsip
tentang bagaimana manusia belajar dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar( Rahyubi,2012: 13). Teori
dari ketiga aliran ini telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan
yang didasarkan pada perdaban manusia dan perkembangan dari keiduapan
manusia. Berikut penjelasan dari beberapa teori Behavioristik, kognitif, dan
kontruktivistik.
1. Behaviorirme
Teori behaviorisme beorientasi pada hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis,
dan diuji secara objektif(Rahyubi,2012: 14). Menurut teori ini pengulangan dan
pelatihan yang berulang-ulang akan menimbulkan sebuah pengalaman yang
berbuah pada perubahan tingkah laku ataupun kepribadian seseorang dalam
belajar. Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan teori tenatang
behariorisme yaitu John B. Watson dan B.F Skinner. Mereka berdua merupakan
tokoh behaviorisme yang mengembangkan teori tentang perubahan perilaku
akibat dari interksi terhadap lingkungannya. Di dalam teori behavioristik ini
menitik beratkan pada masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran
( output) yang berupa respon, namun terdapat faktor lain yang juga diangggap
penting di dalam teori ini yaitu adalah faktor penguatan. Faktor penguatan
merupakan fakor yang digunakan untuk memperkuat respon peserta didik agar
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien( Budiningsih, 2005: 20). Pada
dasarnya teori behavioristik ini dapat diperjelas dari bagan berikut ini.
3
Gambar bagan pembelajaran menurut teori behavioristik
Di dalam perkembangan teori beharvioristik terdapat beberapa ahli yang
memiliki perbedaan yang berbeda memandang proses belajar peserta didik
menurut persepsi yang berlandaskan pada dasar stimulus- respon. Berikut
pemaparan teori behavioristik menurut beberapa ahli :
John B. Watson
John B. Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan
wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Beliau merupakan
penggagas teori behaviorisme pertama di Amerika Serikat. Hal ini bermula dari
penelitiannya tentang tikus putih yang ditaruh di dalam lorong yang berbelit-belit.
Dari percobaan tersebut Watson mengamati dan mencatat berbagai perilaku tikus
tersebut untuk memecahkan masalah tentang gejala-gejala perilaku binatang
dalam kondisi tertentu. Kondisi yang diberiakn Watson kepada tikus percobaan
tadi kemudian dijadikan sebuah penelitian tentang perubahan tingkah laku
manusia diberbagai keadaan yang mempengaruhi daripada proses belajarnya.
Teori yang dikemukakan Watson bertiitik tolak pada hal yang sama yaitu
mekanisme terbentuknya stimulus (S) dan respons (R).
Di dalam memahami perilaku manusia Watson menekankan perubahan
tingkah laku yang menjadi hal utama dalam hasil belajar, dengan berubahnya
tingkah laku manusia maka manusia tersebut akan secara otomatis mengalami
4
STIMULUS(DARI GURU)
RESPON(OLEH SISWA)
PROSES PEMPELAJARAN Pen
kegiatan belajar. Oleh karena itu teori Behaviorisme yang dikemukakan Watson
mempunyai pengaruh besar dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
manusia. Behaviorisme mamandang manusia hanya dari fenomena jasmaniah dan
mengabaikan aspek mental. Jadi behaviorisme tidak memandang hasil belajar
manusia dari kecerdasan, bakat, dan minat melainkan perubahan tingkah laku
yang berawal dari pengalaman hidup dan lingkunganlah yang berpengaruh dalam
hal ini. Teori behaviorisme menekankan tenatng terbentuknya perilaku peserta
didik sebagai hasil pengalaman dan hal tersebutlah disebut hasil belajar
behaviorisme.
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar adalah perubahan tingkah
laku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut teori ini, dalam belajar terjadi interaksi antara stimulus dan
respon, dimana guru dan lingkungan merupakan stimulus dari luar diri peserta
didik(eksternal) dan minat dari peserta didik sebagai stimulus dari dalam diri
peserta didik(nternal) dan pada akhirnya tercipta sebuah respons atau hasil dari
stimulus tersebut berupa perubahan tingkah laku. Menurut teori behaviorisme
seseorang dianggap belajar jika dapat menunjukkan perubahan periaku dirinya.
B.F Skinner
Burrhus Frederick Skinner atau biasa dipanggil B.F Skinner, beliau lahir
pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, sebuah kota kecil di kereta api
pegunungan Pennsylvania tepat dibawah Binghamton New York. Beliau
merupakan tokoh behavioristik setelah John B. Watson, beliau mampu
menjelaskan konsep behavioristik yang sederhana daripada tokoh-tokoh lainnya.
B.F. Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model intruksi
langsung (direct instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui
proses pengkondisian operan (operant conditioning). Gaya mengajar guru
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru
melalui pengulangan dan latihan. Manajemen kelas menurut Skinner adalah usaha
5
untuk memodifikasi perilaku (Behavior modification) antara lain dengan
penguatan (reinforcement) yaitu memberi pengharagaan terhadap perilaku yang
diinginkan dan tidak memberikan imbalan kepada perilaku yang tidak tepat.
Maksudnya pengajaran dimana guru memberikan sebuah penghargaan sebuah
nilai kepada peserta didik karena hasil kerja yang baik dan memberikan penilaian
yang kurang baik kepada hasil kerja yang asal-asalan, sehingga dengan cara
tersebut perilaku peserta didik akan mulai berubah seiring dengan perbaikan diri
yang dilakukan dengan pengawasan pendidik.
Pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku
operan( penguatan positif dan penguatan negatif) yang mengakibatkan perilaku
tersebut mngulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Skinner membagi
penguatan tersebut menjadi 2 bagian yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif . kedua pengulangan tersebut memiliki efek tersendiri terhadap perubahan
perilaku peserta didik. Penguatan positif mengakibatkan pengulangan kembali
perilaku yang dianggap peserta didik baik, dan penguatan negatif mengakibatkan
hilangnya tingkah laku buruk dari peserta didik.
Operant conditioning menjamin adanya respons terhadap stimulus, bila
tidak terjadi respons maka guru tidak bisa mengarahkan peserta didik membentuk
perilakunya. Guru memiliki peran aktif dalam mengontrol dan mengarahkan siswa
dalam proses belajar sehigga tercapainya tujuan yang diinginkan. Jadi inti dari
pemikiran skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan
dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan “cara kerja menentukan” (operant
conditioning). Setiap makhluk hidup selalu bersinggungan dengan lingkungannya,
tanpa disadari makhluk hidup menerima rangsangan dan hal tersebut adalah
stimulus yang akhirnya menyebabkan manusia melakukan tindakan-tindakan
tertentu yang mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi tertentu.
Dari kedua tokoh behavioris yang telah dipaparkan di paragraph
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa behaviorisme berintikan pada perubahan
sikap dan perilaku peserta didik yang berasal dari pengalaman-pengalaman belajar
peserta didik dengan pengawasan dan control seorang pendidik dan lingkungan di
6
sekitar peserta didik memberikan rangsangan sehingga terbentuklah perilaku baik
dari peserta didik akibat stimulus yang muncul dari diri peserta didik.
Kelebihan dan kekurangan
Behavioristik merupakan paham yang meyakini bahwa belajar adalah
perubahan sikap pada individu dengan mengapabaikan aspek lain seperti
kecerdasan dan lain-lain, teori ini meskipun hanya memandang belajar secara
sederhana namun cukup lama digunakan para pendidik untuk mengajar para
peserta didik. Mesk demikian teori ini tetap memiliki suatu kelebihan dan
kekurangan tersendiri, berikut uraiannya.
Kelebihan
Paham behavioristik memiliki kelebihan tersendiri dalam menjalankan pembelajaran untuk peserta didik, kelebihan tersebut yakni :
a. Teori ini masih banyak digunakan hingga kini sebagai teori yang
dapat merubah tingkah laku peserta didik melalui prinsip stimulus-
repons
b. Teori ini berorientasi pada pembentukan pribadi peserta didik
seperti peserta didik yang bertanggung jawab dan disiplin
c. Kurikulum lama masih banyak menggunakan teori ini untuk
pengembangan belajar peseta didik seperti Kurikulum KTSP
d. Banyak sumber belajar seperti modul yang menggunakan konsep behavioristik sebagai pembentuk sifat belajar peserta didik
Kekurangan
a. Teori ini sering kali tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang komplek
b. Tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi saat pembelajaran
c. Cenderung mengarahkan peserta didik untuk berpikir linier, konvergen, tidak krestif, dan tidak produktif
d. Teori ini hanya menekankan pada pembentukan perilaku peserta didik dan mengabaikan perkembangan pemikiran dari peserta didik.
7
2. Kognitivisme
Kognitivisme merupakan aliran yang muncul karena terdapat kekurangan
terhadap teori behaviorisme yang menitik beratkan pada perubahan perilaku dan
kemudian perubahan perilaku tersebut dijadikan sebagai hasil dari belajar peserta
didik. Menurut kaum kognitif acuan tersebut kurang tepat, dikarenakan bahwa
belajar bukanlah hanya sebatas perubahan perilaku melainkan proses mengolah,
merasakan, menyimpan dan merespon informasi di dalam otak manusia. Jadi
menurut kaum kognitif belajar merupakan proses beriringan antara pikiran (mind)
dan perilaku (behavior) sehingga keduanya berjalan saling berdampingan. Konsep
teori kognitif ini menekankan pada proses belajar yang dicapai bukan dari hasil
belajar itu sendiri. Pada teori ini meyakini bahwa dengan proses yang tepat maka
hasil yang dicapai akan lebih maksimal. Di dalam teori ini belajar memiliki
hubungan erat dengan perkembangan kognitif peserta didik yang sejalan dengan
perubahan fisik maupun psikis peserta didik( Thobroni, 2015: 80). Pengalaman
yang dimiliki peserta didik pada teori ini berfungsi untuk memberikan pendorong
pemahaman yang dimiliki peserta didik. Di dalam memperjelas teori kognitif ini
terdapat beberapa tokoh pendidikan yang banyak mengemukakan teori ini yaitu
Max Wertheimer dan Jean Piaget yang memiliki pemikiran terhadap teori
kognitivisme. Berikut ulasan dari kedua tokoh tersebut.
Max Wertheimer
Max Wertheimer merupakan tokoh yang pertama kali menggagas tentang
teori kognitif yang terkenal dengan teori Gestaltnya di Jerman pada tahun 1912.
Teori Gestalt berpandangan bahwa manusia tidak hanya bereaksi jika terdapat
stimulus yang mempengaruhinya. Namun manusia lebih dari hal tersebut,
manusia dapat merespons rangsangan dari lingkungan tidak hanya secara
mekanistik malainkan dengan melibatkan unsur subyetivitasnya
(pemikiran).manusia juga merupakan makhluk yang utuh dan dapat melibatkan
aspek jasmani dan rohani dalam menanggapi rangsangan dari lingkungannya.
Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh kaum behavioris yang
memandang belajar hanya tial and error atau rangsangan/stimulus dan respons
8
saja. Di dalam pandangan teori Gestalt segala tingkah laku yang dilakukan
manusia selalu didasari oleh kognisi (pikiran) yaitu tindakan menganal dan
memikirkan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut terjadi. Dalam kondisi
belajar peserta didik akan mudah dalam memahami suatu pelajaran tertentu
dengan mendasari apa yang dilihat dengan kognisi, sehingga peserta didik dapat
memahami betul apa yang mereka pelajari dan kemudian belajar akan lebih
memiliki makna bagi pendidik dan peserta didik. Inti dari teori Gestalt adalah
sebuah pemahaman belajar yang menitik beratkan pada pemberdayaan kognisi
(pemikiran) yang kemudian dirasakan, diolah, disimpan dan kemudian direspon
dalam bentuk tanggapan yang sistematis, dan kemampuan dari kognisi setiap
individu berbeda-beda dan memiliki kharakteristik yang berbeda-beda pula.
Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuan, psikolog, dan pendidik
berkebangsaan Swiss yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak
dan perkembangan kognitif. Jean Piaget lahir pada tangga 9 Agustus 1896 di
Neuchatel, Swiss. Piaget berkesimpulan bahwa pikiran anak-anak tidaklah
kosong tetapi mereka selalu berkhayal, menguji sesuatu yang baru dan bagaimana
kinerjanya. Piaget juga terkenal karena teori tentang pembelajaran berdasarkan
tahap yang berbeda dalam perkembangan intelegensi anak.
Piaget berpendapat bahwa perkembangan kogntif merupakan proses
genetik, yatiu proses yang didasari atas mekanisme biologis perkembangan sistem
saraf, makin bertambahnya usia seseorang maka makin kompleksnya susunal sel
dan saraf dan makin meningkat pula kemampuannya dalam berpikir. Menurut
teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget menjelaskan bahwa
pengembangan kemampuan berpikir anak memiliki tahapan-tahapan yang teratur
sesuai dengan perkembangan fisik dan mental (usia). Menurut Singgih (1997:141)
di dalam perkembangan kognitif terdapat 4 aspek penting yaitu :
1. Kematangan yang berarti perkembangan dari susunan saraf. Misalnya
kemampuan melihat atau mendengar
9
2. Pengalaman, yatitu hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungannya dan dunianya
3. Transmisi Sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dari
hubungannya dengan lingkungan
4. Ekuilibrasi yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak, agar
ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan diri dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya.
Piaget juga menyebutkan bahwa pemahaman anak setidaknya melalui tiga
tahap pertama yang berbeda dari orang dewasa, yaitu didasarkan pada
keaktifan mereka menjelajahi lingkungan daripada soal pemahaman bahasa.
Dalam pengamatan terhadap perkembangan kognitif anak piaget menemukan
bahwa sifat dasar( keturunan) dan pemelihara(lingkungan) sama-sama
berintegrasi dalam tumbuh kembang kognitif anak tersebut dan memiliki
kedudukan penting serta tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Di dalam teorinya Piaget membagi pertumbuhan kognitif anak menjadi beberapa
tahapan yang memiliki variasi yang tetap namun berbeda dalam setiap tahapannya
mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tahapan-tahapan tersebut memiliki ciri-ciri
perkembangn yang berbeda. Tahapan tersebut yaitu tahap sensorimotor, tahap pra
operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Berikut
penjelasan singkat dari keempat tahap perkembangan jean piaget.
Tahap sensorimotor
Tahap ini terjadi pada anak usia 0-2 tahun, tahap ini merupakan tahap awal
dari perkembangan kognitif yang memiliki ciri pokok yaitu anak mengenali
dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek yang
ada disekitarnya. Dalam tahap ini anak berkembang melalui fisik dan sensori
sehingga terbentuknya suatu koordinasi gerak dari dalam dirinya.
Tahap Pra Operasional
Tahap ini terjadi pada usia 2-7 tahun , ciri pokok dari perkembangan ini
adalah penggunaan symbol atau bahasa tanda dan konsep intuitif. Pada tahap ini
10
anak mulai berimajinasi terhadap obyek tertentu terutama pada apa yang dipakai
untuk bermain. Mereka mulai menggunakan kemampuan kognisinya namun
belum begitu sempurna dan terbatas terhadap apa yang ada di depannya saja.
Tahap Operasional Konkret
Tahap ini terjadi pada anak usia 7-12 tahun dimana anak sudah mulai
mampu berpikir secara logis terhadap kejadian yang nyata/ konkret dalam
lingkungannya. Anak sudah mulai mampu berpikir logis, mengklasifikasi benda,
dan bilangan. Namun hanya pada batas objek yang nyata (yang terdapat
dihadapan anak tersebut).
Tahap Operasional Formal
Tahap ini merupakan tahap pematanagan kongnitif anak yang terjadi di
usia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah dapt berpikir logis, hipotesis,dan
abstrak terhadapa suatu hal baik subyektif maupun obyektif.
Dapat diambil sebuah kesimpulan yang mendasar pada teori kognitif yang
dikemukakan oleh Jean Piaget adalah perkembangan kognitif dari seorang anak
memiliki tahapan-tahapan yang bervariasi dan konstan pada jenjang usia tertentu
dan saling berkaitan satu sama lainnya.
Kelebihan dan Kekurangan
Di dalam teori kognitif menjelaskan bahwa dalam belajar manusia secara
tidak langsung mengembangkan kemampuan berpikirnya, sehingga teori ini lebih
menekankan perkembangan berpikir manusia sebagai tahap belajar. Namun, di
sisi lain teori kognitif ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berikut
uraiannya.
Kelebihan
a. Peserta didik lebih berpikir kreatif dan produktif
b. Hubungan antara guru yang tidak hanya searah saja, sehingga peserta
didik mampu berkomunikasi dengan pendidik secara efektif
c. Kemampuan berpikir peserta didik yang kritis dan aktif lebih terasah
11
Kekurangan
a. Proses pembelajaran kognitif lebih rumit karena menitik beratkan pada
kognisi peserta didik, maka pendidik harus sabar dalam menjalani
pembelajaran model kognitif dimana jika pendidik tidak mimiliki
kesabaran maka proses pembelajaran model ini akan terasa membebani
b. Memerlukan tenaga pendidik yang memiliki kesabaran dan kompeten
dalam mendidik peserta didik dalam proses belajar kognitif
3. Konstruktivisme
Kontruktivistis merupakan bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan kontruktivisme adalah aliran yang berupaya membangun tata susunan
hidup kebudayaan modern(Riyanto,2014: 143). Di dalam teori kontruktivisme
memandang belajar merupakan proses membangun makna suatu hal yang
dipelajari sehingga belajar tidaklah mendapatkan ilmu dari pendidik melainkan
peserta didik dapat mengkontruk/ membangun suatu konsep belajarnya sendiri.
Teori ini berpandangan juga terhadap pengalaman yang menjadikan pembangun
dari proyeksi pengetahuan yang kemudian dituangkan dalam kehidupan nyata.
Jadi dalam teori ini pengalaman dikatakan berpengaruh karena dapat membangun
konsep diri seseorang akan pemahaman tentang apa yang dipelajarinya. Belajar
dengan demikian bukan semata-mata sebagai suatu pengaturan model mental
seseorang untuk mengakomodasi pengalaman baru.
Kontrukivisme memiliki satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan
bahwa guru tidak hanya memberikan pengetahuannya kepada siswa malinkan
siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, sehingga siswa
mampu mentransformasikan pengetahuan yang dimilikinya walaupun tanpa
adanya guru dan dapat memproyeksikan pengetahuannya secara mandiri dalam
berbagai bentuk dari pemahamannya. Jadi dapat dikatakan praktek dari
pembelajaran kontruktivis ini diumpamakan seperti guru yang memberikan tangga
untuk siswa naik namun guru tidak memberikan cara bagaimana siswa naik
melainkan siswalah yang membangun sendiri cara dalam benaknya untuk naik ke
atas menggunakan tangga tersebut. Tokoh yang terkenal dalam teori ini adalah
Jean Piaget yang menemukakan juga tentang teori kognitifnya yang terkenal.
12
Jean Piaget berpandangan bahwa dalam perkembangan anak memiliki makna
membangun struktur kognitifnya sendiri atau disebut sebagai peta
mentalnya(skema) yang kemudian membawa anak kepada pemahaman yang lebih
komplek. Konsep tentang skema atau peta mental digunakan untuk memahami
dan menaggapi pengalaman fisik dalam lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa
dengan membangun peta mental nya sendiri anak akan secara mandiri untuk
berpikir dengan diiringi pengamatan (pengalaman) yang ada sehingga proses
perkembangan anak menjadi lebih optimal dengan kemandirian dalam berpikir
yang dimiliki anak tersebut.
Dalam pandangan kontruktivis, dilihat dari sudut pandang pembelajaran dapat
memberikan suautu manfaat bagi peserta didik agar dapat menjadi insan
pembelajar yang mandiri, inovatif, dan bertangggung jawab akan apa yang
dipahaminya sesuai dengan konsep diri yang telah dibangun dalam pemahaman
terhadap obyek yang dipelajari, sehingga pada dasarnya kontruktivisme menitik
beratkan akan kemandirian peserta didik dalam mengolah dan membangun
konsepsi diri dalam mamahami segala sesuatu yang dipelajarinya.
Kelebihan dan Kekurangan
Di dalam proses pembelajaran kontrutivistik memandang belajar
merupakan proses membangun makna suatu hal yang dipelajari sehingga belajar
tidaklah mendapatkan ilmu dari pendidik melainkan peserta didik dapat
mengkontruk/ membangun suatu konsep belajarnya sendiri. Dalam perjalanannya
pembelajaran model kontruktivistik memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Berikut uraian dari kelebihan dan kekurangan tersebut.
Kelebihan
a. Peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran
b. Pemahaman dalam belajar lebih diutamakan daripada mengingatnya saja
oleh pendidik
13
c. Kesempatan peserta didik untuk berkembang, mengemukakan pendapat
dan kreatif lebih di utamakan
d. Individu/ peserta didik lebih dipandang sebagai sebagai sesuatu yang
memiliki tujuan.
Kekurangan
a. Pendidik harus lebih kreaif dalam merencanakan pembeljaran dan memilih
media pembelajaran
b. Sulit bagi pendidik yang sudah lama menggunakan model pembelajaran
baru dan harus memulai dengan model pembelajaran kontruktivistik
c. Siswa harus aktif dalam kelas guna memperlancar pembelajaran yang ada
Perbedaan Teori Behavioristik, kognitif, dan kontruktivistik
Sebagai akar dari sistem pembelajaran yang ada, ketiga teori tersebut
selain memiliki kharakteristik yang berbeda juga memiliki perbedaan dalam
memandang makna dari belajar itu sendiri. Ketiga teori tersebut juga memberikan
hasil yang berbeda-beda dalam proses belajar. Perbedaan ketiga teori di atas
tertuang dalam tabel berikut.
No Behavioristik Kognitif Kontruktivistik
1
Berpandangan bahwa
belajar merupakan
perubahan tingkah
laku semata dan
berhubungan dengan
stimulus dan respons
Berpandangan bahwa
perkembangan mental
dan pemikiran adalah
hasil belajar yang
digunakan dalam
memikirkan tindakan/
perilaku sesuai situasi
yang ada
Memandang belajar
sebagai pemahaman/
memaknai apa yang
dipelajari dalam situasi
belajar yang ada
2
Memandang individu
sebagai obyek yang
pasif
Memandang individu
sebagai subyek yang
aktif
Memandang individu
sebagai pribadi yang
memiliki tujuan
3 Hasil bejalar berupa
perubahan sifat dan
Hasil belajar berupa
perubahan perilaku
Hasil belajar berupa
kemandirian peserta
14
perilakudan perkembangan
kognitif
didik dalam berinteraksi
dengan lingkungannya
4
Pendidik lebih
dominan dan peserta
didik hanya menerima
apa yang diberikan
oleh pendidik
Pendidik dan peserta
didik berperan sebagi
tim yang saling
berkomunikasi
Peran pendidik sebagai
pembangun
pemahaman/
memberikan makna
dibalik apa yang
dipelajari
5
Peserta didik tidak
memiliki ruang untuk
mengembangkan diri
sehingga kurang
kreatif, pasif, dan
tidak produktif
Peserta didik lebih
aktif dan perannya
mendapat perhatian
dari pendidik
sehingga peserta didik
lebih kritis, aktif, dan
kreatif dalam proses
belajar
Peserta didik lebih
mendapatkan
pemahaman yang baik
terhadap apa yang
dipelajari
Tabel perbedaan antara teori behavioristik kognitif dan kontruktivistik
Ragam Model Pembelajaran yang Didasarkan dari Teori Behavioristik,
Kognitif, dan Kontruktivistik
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman yang digunakan sebagai acuan pembelajaran(Rahyubi,2012: 251).
Model pembelajaran merupakan kerangka yang konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam pegorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran disusun berdasarkan teori-teori
belajar yang memiliki kharakteristik berbeda-beda dan menjadi acuan dalam
menyusun model pembelajaran yang kemudian disesuaikan dengan kondisi dari
negara yang menerapkan teori tersebut. Model pembelajaran cenderung pada sifat
yang menuntun dan menentukan bagaimana cara membelajarkan peserta didik,
dengan adanya model pembelajaran maka pendidikan akan lebih terarah dan
sesuai dengan keadaan peserta didik. Berikut beberapa model dan sintak
15
pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik, kognitivistik dan
kontruktivistik.
Behavioristik
Model pembelajaran yang popular dipakai yang mengarah pada konsep
Behavioristik adalah model pembelajaran langsung (direct instruction). Berikut
ulasan dari model pembelajaran langsung.
1. Pembelajaran Langsung(direct instruction)
Model pembelajaran ini menitik beratkan pada perubahan perilaku sebagai
hasil belajar yang dapat diobservasi. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam
belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang
diharapkan. Penguatan melalui umpan balik pada setiap tahapan tugas yang
diberikan kepada pebelajar merupakan dasar praktis penggunaan teori ini dalam
pembelajaran. Dengan cara tersebut maka peserta didik dapat berpikir dan
mengembangkan perilaku dalam belajar beriringan dengan lingkungan yang
memberikan umpan balik guna memperkuat perubahan tingkah laku dari peserta
didik. Prinsip pembelajaran langsung juga difokuskan pada kinerja peserta didik
ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaan tugas-tugas yang harus
dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk memantapkan penguasaan
setiap komponen tugas yang diberikan. Istilah directive digunakan untuk
menekankan pembelajaran dalam mencapai tujuan, bahwa siswa dapat meniru
perilaku-perilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau
diinstruksikan oleh guru. Di dalam pembelajaran langsung guru memiliki tugas
sebagai pengawas, pengorganisir, dan menstruktur kegiatan pembelajaran. Jadi
semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru sehingga intruksi yang diberikan
guru lebih dominan pada pembelajaran langsung ini.
Tujuan utama model direktif/langsung adalah memaksimalkan
penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku
dihubungkan dengan pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang
digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil
16
dalam mengerjakan tugas. Dengan demikian, model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur, dan berorientasi
akademik. Guru berperan sebagai penyampai informai, dalam melakukan
tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder,
gambar, peragaan, dan sebagainya.
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Skinner dalam Rahyubi (2012: 65)
adalah sebagai berikut.
1. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru memberikan kerangka
pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk
orientasi dapat berupa : a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan
yang relevan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa; b) mendiskusikan atau
menginformasikan tujuan pelajaran; c) memberikan penjelasan/arahan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan; d) menginformasikan materi/konsep yang akan
digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan e)
menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa : a) penyajian materi dalam langkah-
langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek; b)
pemberian contoh-contoh konsep; c) pemodelan atau peragaan keterampilan
dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; d)
menghindari disgresi; e) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3. Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru
yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon
siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
17
4. Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep
atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengasah kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru
adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5. Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat
dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam
fase bimbingan latihan.
Adapun sintak yang secara khusus dilakukan oleh peserta didik dan
pendidik untuk mewujudkan pembelajaran langsung ini. Berikut pemaparan dari
sintak tersebut.
No Guru Siswa
1
Tahap
Orientasi
Guru menyampaikan tujuan
pembeljaran yang akan dicapai
Memperhatikan dengan seksama
penjelasan dari guru
Guru menjelaskan alokasi
waktu yang akan diperlukan
dalam mencapai tujuan
pembelajaran
Menanyakan setiap poin-poin
alokasi yang belum dimengerti
dalam penjelasan guru
Guru memotivasi siswa untuk
mempersiapkan fisik maupun
psikis siswa
Siswa mendengarkan dan
memahami penyampaian guru
2
Tahap
Presentasi
Guru mempersentasikan
pelajaran yang akan dipelajari
dengan memperkenalkan
bahan ajar menggunakan
media proyektor ataupun
langsung pada bahan ajar
Siswa mencatat, mendengarkan,
memahami dan bertanya kepada
guru tentang materi yang
dipaparkan.
Guru menyampaikan langkah- Siswa memperhatikan setiap
18
langkah kerja kepada siswa penjelasan tentang langkah kerja
yang dijelaskan guru dan
bertanya jika mengalami
kesulitan.
Menjelaskan kembali setelah
langkah-langkah yang
dipraktekkan guna
menghindari kesalahan
pemahaman siswa
Mencatat hal-hal yang
dijelaskan kembali oleh guru
untuk meningkatkan
pemahaman
3
Latihan
Terstruktur
Guru memberikan tugas
kepada siswa sesuai dengan
langkah-langkah yang telah
diberikan oleh guru
Siswa melakukan tugas dengan
langkah-langkah yang telah
diberikan oleh guru
Memberikan pengarahan atas
respon siswa dalam
memahami tugas yang
diberikan dan memberikan
penguatan
Siswa membenarkan konsep
setiap langkah yang salah dalam
pengerjaan setelah guru
memberikan penguatan
4
Latihan
Terbimbing
Guru memberikan kesempatan
siswa untuk mencoba bahan
ajar yang telah dijelaskan
Siswa melatih keterampilan
mereka sesuai dengan
penjelasan guru sebelumnya
Guru mengawasi setiap
pengerjaan siswa dan
membenarkan kinerja siswa
Siswa memperhatikan setiap
kesalahan yang dilakukan dan
melakukan pembenaran dari
penguatan yang diberikan guru
5
Latihan
mandiri
Guru memonitor
perkembangan dari siswa
Siswa mampu mengerjakan
dengan teliti setiap langkah-
langkah yang diberikan oleh
guru
Tabel sintaks khusus pembelajaran langsung (direct learning)
19
2. Model Pembelajaran Ekspositoris
Pembelajaran ekspositoris merupakan sebuah model pembelajaran yang
menekankan penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa yang dimaksudkan agar siswa mampu menguasai materi ajar
secara optimal. Di dalam model pembelajaran ini siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi ajar yang dipelajri namun lebih kepada guru sebagai sumber
belajar utama.
Secara singkat pembelajaran ekspositoris berakar pada pengajaran yang
berpusat kepada guru (teacher sentered), oleh karena itu guru dalam model
pembelajaran ini menjadi sangat dominan dan siswa menjadikan guru menjadi
pusat dari ilmu pengetahuan yang satu-satunya. Melalui strategi ini maka guru
dapat dengan mudah menjelaskan materi ajar secara terstruktur dengan harapan
siswa dapat memahami materi ajar yang dipelajari.
Di dalam pembelajaran ekspositoris terdapat sintak / langkah-langkah
sistematis dalam mewujudkan pembelajaran tersebut. Menurut sanjaya ( 2008:
301) terdapat 5 sintak dalam pembelajaran ekspositoris. Berikut pemaparannya :
1. Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan siswa untuk menerima setiap materi ajar
yang diberikan. Tahap ini sangat penting bagi siswa dan terutama dirasakan oleh
guru dalam mengorganisasi kelas guna menigkatkan efektifan pembelajaran di
kelas.
2. Penyajian
Langkah menyampaikan materi sesuai dengan tahap persiapan yang telah
dilakukan. Dalam penyampaian ini hal yang terpenting guru harus mampu
menyampaikan materi ajar agar mudah dipahami dan ditangkap oleh siswa serta
menarik bagi siswa.
3. Korelasi (correration)
20
Pada tahap korelasi pendidik mulai menghubungkan materi ajar dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat
menangkap materi yang diajarkan oleh pendidik.
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Langkah ini merupakan langkah yang penting dalam model
pembelajaran model ekspositoris, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa
akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Dalam tahap penyimpulan
berarti pendidik memberikan penguatan akan kebenaran materi yang diajarkan.
5. Mengaplikasikan (application)
Pada tahap ini bertujuan agar melihat kemampuan siswa dalam memahami
materi ajar yang telah diajarkan oleh guru. Tahap mengaplikasikan, guru
memberikan tugas-tugas terstruktur guna melihat seberapa jauh siswa dalam
memahami materi ajar yang telah dipelajari.
Selain sintak yang umum dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran
ekspositoris, terdapat sintak yang khusus dilakukan oleh guru dan murid secara
khusus dipaparkan sebagai berikut :
No Guru Siswa
1Persiapan
Guru memberikan motivasi
kepada para siswa dalam
belajar
Mendengarkan penguatan
yang diberikan oleh guru
Guru menciptakan iklim
kelas dengan komunikasi
dengan siswa yang terbuka
Siswa aktif berkomunikasi
dengan guru sehingga jarak
guru dan siswa bagaikan
sebuah teman
2
Penyajian
Guru menyajikan materi-
materi ajar yang sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai guru
Siswa menyimak penjelasan
guru dan menyakan materi
yang kurang jelas
21
3
Korelasi
Guru menjelaskan materi
dengan mengajak siswa
menyambungkan materi
dengan kehidupan nyata/
lingkungan sekitar siswa
Siswa aktif dalam berdiskusi
dengan guru maupun dengan
teman sekelas tentang materi
ajar
4.
Menyimpulkan
Guru menyimpulkan
kegiatan pelajaran di kelas
dengan manfaat yang
didapat siswa di kehidupan
nyata
Siswa memasukkan
pemahaman materi pelajaran
dengan kesimpulan yang
diberikan guru
5
Mengaplikasika
n
Guru memberikan tugas
kepada siswa yang berkaitan
dengan materi ajar yang
telah disampaikan
Siswa mengerjakan setiap
tugas yang diberikan
berdasarkan pemahaman
yang dimiliki siswa setelah
materi ajar diberikan
Tabel sintaks pembelajaran ekspositoris
Kognitif
Di dalam pembelajaran yang berorientasi pada kognitif terdapat model
yang mengarah pada teori kognitivisme yaitu model belajar dalam paradigm
“Perubahan Konseptual”. Berikut penjelasan dari model pembelajaran tersebut.
2. Model Belajar dalam Paradigma “Perubahan Konseptual”
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sesungghnya berasal pada
pengetahuan secara spontan diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya.
Pengeetahuan yang lalinnya bersumber dari sekolah. Keduanya bisa berkonflik,
kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif ,
siswa dihadapkan pad tiga pilihan yaitu (1) mempertahankan intuisi mereka(2)
merevisi sebagian intuisi mereka sebagai tahap asimilasi (3) merubah
pandangannya tersebut menjadi intuisi dan mengakomodasi pengetahuan baru.
Perubahan konseptual yang dimiliki peserta didik terjadi ketika peserta
didik memutuskan untuk merubah pandangan dan mengakomodasi pengetahuan
22
baru. Agar terjadi pembangkitan dan rekontruksi konsepsi-konsepsi yang dibawa
peserta didik sebelum pembelajaran. Ini berarti pembelajaran bukan hanya sebagai
penyampaian ilmu yang diberikan guru kepada siswa melainkan lebih kepada
memfasilitasi dan melakukan mediasi agar terjadi proses negosiasi makna pada
proses konseptual antara peserta didik dan pendidik.
Dalam pembelajaran ini peran guru bukan hanya sebagai transmiter ilmu,
melainkan lebih kepada perannya sebagai fasilitator dan negosiator yang
menjadikan dirinya (guru) sebagai teman belajar siswa dalam mewujudkan
kondisi belajar yang komprehensif. Sarana pendukung dari model pembelajaran
ini adalah lembar kerja siswa, bahan ajar, peralatan demonstrasi, dan ruang kelas
yang telah didesain untuk kegiatan pembelajaran dengan terdapat bahan ajar atau
bahan praktek yang mudah untuk dipindah tempatkan.
Dampak dari pembelajaran ini adalah sikap positif terhadap belajar,
pemahaman yang mendalam terhadap apa yang dipelajari, dan ketrampilan dalam
menerpakan pengetahuan yang variatif atau bisa dikatakan sebagai ketrampilan
unutk direalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
Model Pembelajaran Konseptual menurut (Rahyubi,2012: 254) memiliki enam
langkah (sintak) pembelajaran yaitu:
1. Sajian masalah konseptual dan konstektual,
Pada tahap ini guru memberikan sebuah permasalahan dengan konsep dan
gagasan yang memaknai sebuah materi yang diajarkan. Pada tahap ini
siswa dituntut untuk berpikir dalam menemukan konsep dari materi ajar
yang diberikan
2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah yang disajiakan oleh
pendidik.
Pada tahap ini guru memberikan pengarahan maupun penguatan atas
konsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan hasil pemikiran siswa. Guru
melakukan komunikasi dengan siswa guna meluruskan konsepsi yang
dimiliki siswa dengan materi yang berkaitan.
23
3. Konfrontasi sangkalan yang bersifat demonstrasi, analogis atau contoh-
contoh konkrit
Pada tahap ini guru memfokuskan murid pada suatu pembahasan yang
telah didiskusikan dan membuat beberapa contoh-contoh konkrit yang
berhubungan dengan materi ajar, sehingga siswa mampu mengambil
sebuah benang merah dari pemikiran-pemikiran mereka (siswa)
4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip ilmiah
Pada tahap ini guru dan siswa membuktikan hasil diskusinya dengan
membandingkan teori ilmiah yang berhubungan dengan materi ajar
sehingga konsep yang diberikan guru kepada murid dapat sejalan dengan
materi ajarnya.
5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh konstektual
Guru dan murid memperjelas materi yang ada dan mulai membentuk
konsep materi ajar yang telah diberikan guru pada tahap awal
pembelajaran.
6. Konfrontasi pertanyaaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan
penerapan pengetahuan secara bermakna
Tahap ini disebut juga sebagai penutup dari diskusi yang telah dibahas
antara guru dan siswa, pada tahap ini siswa saling berinteraksi antara
sesame dan saling melempar pertanyaan yang sesuai dengan bahan materi
ajar. Dengan kata lain siswa lebih memahami dari pertanyaan dan jawaban
yang didiskusikan bersama, dan guru disini memilliki peran sebagai
monitor, dan penguat.
24
Penjelasan di atas merupakan sintak umum yang terdapat pada pembelajaran
ekspositoris. Adapun langkah khusus dari guru dan siswa untuk mewujudkan
pembelajaran tersebut, berikut pemaparannya :
No Guru Siswa
1
Sajian masalah
konseptual dan
konstektual,
Guru memberikan
sebuah materi ajar
kepada siswa dan
memberikan sebuah
permasalahan yang
melandasi materi yang
diajarkan
Siswa aktif dalam
memecahkan masalah denga
cara diskusi dengan teman
sekelas
2
Konfrontasi
miskonsepsi terkait
dengan masalah
yang disajiakan
Guru memberikan
penguatan dan
pengarahan akan diskusi
yang dilakukan oleh
siswa
Siswa memberikan tanggapan
dan juga memahami setiap
penguatan yang diberikan oleh
guru
3
Konfrontasi
sangkalan yang
bersifat demonstrasi,
analogis atau
contoh-contoh
konkrit
Guru memberikan
penguatan yang bersifat
logis dan sesuai dengan
materi ajar yang
kemudian dikaitkan
dengan kehidupan nyata
Siswa memahami dan
bertanya kepada guru jika
pengutan yang diberikan
krang jelas
4
Konfrontasi
pembuktian
konsep dan
prinsip
ilmiah
Guru membuktikan
konsep yang dibentuk
dari hasil diskusi dengan
mengkaitkan dengan
kehidupan nyata. Seperti
pemberian contoh
Siswa aktif dalam mengkaji
konsep yang diberikan guru
dan menanggapi jika terdapat
konsep yang kurang
dimengerti
25
konkrit hubungan
antarmateri ajar dengan
lingkungan yang ada
disekitar
5
Konfrontasi materi
dan contoh-contoh
konstektual
Guru memberikan
penguatan materi
setelah bahan ajar yang
telah didiskusikan
menemui konsep yang
disetujui bersama
Siswa memahami setiap
penjelasan guru dalam
pembelajaran
6
Konfrontasi
pertanyaaan-
pertanyaan untuk
memperluas
pemahaman dan
penerapan
pengetahuan secara
bermakna
Guru menjembatani
antar diskusi siswa dan
siswa serta memberikan
penguatan atas jawaban
yang ditelaah bersama
oleh siswa dengan siswa
Siswa aktif dalam bertanya
dan mendiskusikan apa yang
kurang jelas sehingga
pembelajaran akan lebih
bermakna
Tabel pembelajaran perubahan konseptual
2. Pembelajaran Model Discovery Learning
Konsep Pembelajaran Discovery Learning pada dasarnya adalah sebuah
model pembelajaran yang digunakan untuk memahami konsep, arti,dan hubungan
melalui intuitif untuk akhirnya sampai pada proses penyimpulan materi ajar.
Proses pembelajaran ini berpusat pada kognitif siswa dalam menemukan sebuah
makna dari materi ajar. Pembelajaran Discovery Learning menitik beratkan pada
siswa yang aktif dalam memecahkan masalah yang dibuat oleh guru yang
bertujuan agar terciptanya konsep belajar mandiri dari siswa.
26
Di dalam proses pembelajaran Discovery Learning keaktifan siswa sangat
penting dilakukan agar pembelajaran Discovery Learning lebih menarik dan
efektif. Model pembelajaran ini juga memerlukan peran faktor pendukung yaitu
lingkungan, sebab siswa akan lebih mudah memaknai sesuai perkembangan
kognitifnya apa yang dipelajari di ruang kelas. Selain hal tersebut lingkungan pun
berperan dalam menciptakan emulasi diri di dalam pikiran individu, sehingga
siswa mampu menemukan sesuatu yang baru.
Adapun sintak atau langkah-langkah yang dilakukan di dalam
mewujudkan pembelajaran Discovery Learning. Berikut pemaparannya :
1. Pemberian Stimulasi
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan Tanda
Tanya, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi agar timbul rasa
ingin tahu dari siswa untuk menyelidiki sendiri.
2. Peryataan/ identifikasi masalah
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan ajar. Kemudian dari susunan agenda siswa memilih salah satu yang tepat
dan dijadikan sebagai hipotesis terhadap masalah yang ada.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan hipotesis
yang telah di kemukakan guna membuktikan kebenaran hipotesis yang diberikan
pada masalah tersebut.
4. Pengolahan Data
Tahap ini semua informasi yang didapat akan diolah, diacak, dan
diklasifikasikan serta dihiutng secara cermat. Data yang diproses tadi akan
menghsilkan generalisasi atau kesimpulan dan siswa akan mendapatkan sebuah
pengetahuan baru terhadap hasil observasi dan hipotesis tadi.
27
5. Pembuktian
Pada tahap ini siswa membuktikan berbagai sumber informasi yang diolah
tadi dengan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan nyata, dengan cara tersebut
siswa dapat secara cermat merefleksikan apa yang di hipotesiskan dengan temuan
terdahulu.
6. Generalisasi
Tahap ini merupakan tahap dimana semua data yang sudah didikusikan,
dikumpulkan, diolah, dan dibuktikan selanjutnya diambil sebuah kesimpulan yang
menjawab tanda Tanya pada permasalahan di materi ajar yang diberikan oleh
guru. Peran guru di sini adalah sebagai penguat kesimpulan yang dipaparkan oleh
siswa yang sudah mengalami proses yang sistematis.
Di dalam mewujudkan pembelajaran model Discovery Learning, terdapat
sintak yang khusus membahas tindakan yang dilakukan siswa dan guru dalam
lingkungan pembelajaran. Berikut pemaparannya :
No Guru Siswa
1
. Pemberian
Stimulasi
Guru memberikan stimulus
yang berupa penjelasan
konsep materia ajar
Siswa memperhatikan setiap
penjelasan dari guru dan
bertanya jika mengalami
ketidak jelasan
Guru memberikan sebuah
pertanyaan yang mendasari
materi ajar
Siswa aktif berpikir dan
berdiskusi dengan teman
sekelas terhadap pertanyaan
yang diberikan guru
2
Peryataan/
identifikasi
masalah
Guru membimbing siswa
dalam merumuskan poin-poin
masalah yang relevan
Siswa menyusun setiap poin
yang relevan terhadap
permasalahan yang diberikan
guru
3
Pengumpulan
Data
Guru memberikan dasar teori
yang membimbing siswa
dalam mengumpulkan data
Siswa mencari sumber
informasi dari berbagai sumber
belajar seperti narasumber,
28
perpustakaan, jurnal, dan lain-
lain
4
Pengolahan
data
Guru berperan sebagai
fasilitator dan pemonitor hasil
kerja siswa
Siswa mulai menyusun data
dari sumber-sumber informasi
5
Pembuktian
Guru memberikan bimbingan
kepada siswa dalam proses
pembuktian agar hasil yang
didapat benar
Siswa membandingkan data
yang diambil dengan peristiwa
nyata dikehidupan sehari-hari
6
Kesimpulan
Guru mengamati dan
membenarkan hasil simpulan
yang didapat siswa
Memberikan kesimpulan dari
hasil pengamatan dan
pengolahan data
Tabel sintaks pembelajaran discovery learning
3. Model Pembelajaran Kolaboratif
Pada pembelajaran kolaboratif peran siswa sangat penting dimana berjalan
atau tidak pembelajaran siswa menentukan. Jika siswa tidak aktif maka
pembelajaran ini tdak akan berjalan secara efektif dan efisien, justru pembelajaran
akan menjadi membosankan bagi siswa dan kebermakanaan dari pembelajaran
tidak akan tercapai. Di dalam teori ini menekankan pada pembangunan makna
dari siswa dan proses sosial (kerja sama dan hubungan antara siswa) guna
terbentuknya kolaborasi antara persepsi siswa satu dengan yang lain (Thobroni,
2015: 252). Sehingga di dalam pemebalajaran ini struktur kognitif siswa akan
lebih terbentuk yang kemudian diapadukan dengan proses kolaboratif(perpaduan)
dengan hubungan antara siswa satu dengan yang lain.
Pembelajaran kolaboratif menurut beberapa ahli menyatakan sama dengan
model pembelajaran kooperatif, karena metode yang digunakan sama yaitu
diskusi, namun menurut pandangan ahli lain pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif memiliki perbedaan yang signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari
bentuk struktur pembelajarannya, dimana pembelajaran kolaboratif lebih memiliki
cangkupan yang luas terhadap kelompok belajar dan metode diskusi belajarnya.
29
Pembelajaran kolaboratif memiliki langkah-langkah/ sintaks yang
digunakan untuk menciptakan kondisi belajar yang kolaboratif sehingga
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Terdapat 2 sintaks yang digunakan
yaitu sintaks yang secara umum dan sintaks yang secara khusus. Berikut
pemaparan sintaks umum dan khusus dari pembelajaran kolaboratif:
Sintak Umum
1. Orientasi pembelajaran
Pada tahap ini siswa diberikan pendahuluan oleh guru terhadap apa yang
akan dikerjakan dan didiskusikan serta guru memberikan penjelasan tentang
tujuan dari pembelajaran
2. Pembagian Tugas terstruktur/ kelompok
Pada tahap ini siswa membagi tugas-tugas yang didiskusikan berdasarkan
topic-topik yang diberikan oleh guru, serta siswa mulai mendiskusikan apa yang
harus dibahas dalam topik-topik yang sudah didapat.
3. Tahap identifikasi dan menganalisis
Pada tahap ini siswa mulai membuat sejumlah hipotesis dan rumusan
masalah dari topic yang sudah didapat serta mengidentifikasi, memformulasikan
apa saja yang akan dibahas serta pemecahan masalahnya.
4. Tahap Penyimpulan dan presentasi karya
Pada tahap ini siswa mulai mencatat hasil diskusi pada lembar pengerjaan
secara berkelompok dan mencatat pada lembar individu yang digunakan sebagai
catatan individu serta perwakilan dari kelompok siswa mewakili teman
sekelompoknya untuk mendiskusikan hasil dari diskusi kelompok internal tadi.
5. Tahap refleksi, penialaian, dan penguatan tiap topic
Pada tahap ini peran guru sangat peting, karena siswa akan lebih
memahami materi yang terarah pada tahap ini. Guru sebagai fasilitator
30
memberikan mengomentari karya, penilaian karya, dan penguatan terhadap
diskusi topik.
Peryataan di atas merupakan sintaks yang secara umum digunakan dalam
pembelajaran kolaboratif. Terdapat sintaks yang secara khusus dilakukan guru dan
murid berdasarkan sintaks umum tersebut. Berikut pemaparan tentang sintaks
khusus dari pembelajaran kolaboratif:
No Tahapan Guru Murid
1. Orientasi pembelajaran Memberikan siswa
penjelasan mengenai
apa yang dipelajari
Mendengarkan dan
memahami
penjelasan dari guru
Menjelaskan siswa
tentang tujuan akhir
pembelajaran
Mencatat hal penting
dari penjelasan guru
terkait dengan materi
ajar
2. Pembagian tugas
terstruktur/kelompok
Guru membagi topik
yang harus dipelajari
dan didiskusikan oleh
siswa
Siswa membagi
kelompok sesuai
dengan topic yang
ada
3. Tahap identifikasi dan
menganalisis
Guru memberi
pengarahan terhadap
sumber-sumber
informasi dari bahan
diskusi
Siswa mencari
referensi, baik buku,
Koran, majalah,
jurnal secara
kelompok guna
dijadikan bahan
diskusi sesuai
dengan topik yang
didapat
Guru mengawasi dari
kerja kelompok
Siswa
mendiskusikan topik
dengan dasar dari
sumber bacaan yang
31
relevan
4. Tahap Penyimpulan dan
presentasi karya
Guru membimbing
siswa dalam membuat
karya (jika siswa
kesulitan)
Sisw a mulai
menyusun karya ke
dalam bentuk
laporan, makalah,
maupun tayangan
slide(power point)
Memperahatikan siswa
saat berdiskusi
Mendiskusikan topic
yang dibahas
5. Tahap refleksi, penialaian,
dan penguatan tiap topic
Guru pada akhir sesi
diskusi mengomenatri
kesalahan hasil diskusi,
bentuk karya, dan
teknik penyusunan
karya
Siswa
memperhatikan,
memahami dan
mencatat setiap
penjelasan guru
Guru memberikan
penguatan pada hasil
diskusi dan
menghantarkan siswa
pada refleksi kritis
tentang makna materi
topik
Siswa
memperhatikan dan
mencatat apa yang
penting untuk
dijadikan bahan
pembelajaran secara
individu
Tabel sintaks khusus dari pembelajaran kolaboratif
Konstruktivistik
Dalam model pembelajaran yang diterapkan dengan acuan teori ini adalah
Model pembelajaran Reasoning and Problem solving. Berikut penjabaran tentang
model belajar yang mengacu pada teori konstruktivistik.
3. Model pembelajaran Reasoning and Problem solving
32
Munculnya model pembelajaran ini didasarkan pada perubahan paradigma
pendidikan, yang meliputi perubahan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian
yang komprehensif. Pembelajaran ini juga bermuara pada pembentukan siswa
dalam hal ketrampilan yang akan digunakan langung dalam pemecahan masalah
dalam kehidupan yang mendatang. Pembelajaran berdasar pemikiran dan
pemecahan masalah terjadi karena terdapat konfrontasi dan pada akhirnya apabila
sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah yang ada.
Dalam model ini guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber
kritik yang kontruktif fasilitator, dan penyuplai ide.sarana pembelajaran yang
diperlukan alaha berupa materi yang mampu membangkitkan proses berpikir
dasar hingga tingkat tinggi, kritis, dan kreatif. Sehingga peran guru di dalam
pembelajaran ini tidak hanya sebagi penyampai ilmu melainkan lebih dari hal
tersebut.
Sebagai dampak dari pembelajaran ini adalah pemahaman, ketrampilan,
berpikir kritis dan kreatif, ketrampilan menggunakan penetahuan bermakna, dan
kemampuan untuk berkomunikasi yang baik. sedangkan dampak pengiringnya
adalah keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa dalam
belajar, toleransi terhadap ketidakpastian, dan masalah-masalah yang tidak rutin.
Pembelajaran Model Reasoning and Problem solving memiliki 5 langkah (sintak)
pembelajaran, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan mengolah masalah
Pada tahapan ini guru memberikan sebuah permasalahan yang berkaitan
dengan materi ajar dan meminta siswa untuk menemukan pemecahannya
dengan Membaca, berpikir (mengidentifikasi) fakta dan masalah
memvisualisasi situasi, dan mendeskrisipkan setting pemecahan.
2. Mengeksplorasi masalah
Pada tahapan ini siswa lebih terfokus pada pengumpulan informasi yang
kemudian dijadikan sebagai dasar pemecahan masalah yang diberikan oleh
33
guru (pengorganisasian informasi melukiskan diagram pemecahan,
membuat tabel, grafik, atau gambar)
3. Menseleksi strategi pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa mulai menetapkan poin-poin
alternative dalam pemecahan masalah berdasarkan pengumpulan informasi
yang ada (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen,
reduksi atau ekspansi , deduksi logis, menulis persamaan)
4. Menemukan jawaban
Siswa mulai dapat menentukan jawaban atas permaslahan yang diberikan
dan peran guru pada tahp ini sebagai fasilitator, konselor dan konsultan
atas jawaban yang telah didiskusikan oleh siswa (mengestimasi,
menggunakan kemampuan komputasi,aljabar dan geometri)
5. Refleksi dan perluasan
Pada tahap ini peran guru sangat penting dilakukan sebab, pada tahap ini
semua jawaban yang ada kemudian di refelksikan ke dalam materi ajar
yang pada akhirnya guru akan memberikan gambaran terhadapa apa yang
dipelajari sesuai dengan keterkaitan di lingkungan para siswa (mengoreksi
jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain,memperluas konsep dan
generalisasi, mendiskusikan pemecahana masalah, memformulasikan
masalah-masalah variatifyang orisinil)
Adapun sintak atau langkah-langkah yang khusus atau rinci yang
dilakukan siswa dan guru dalam mewujudkan pembelajaran Reasoning and
Problem solving. Berikut pemaparan sintak khusus dari model pembelajaran ini :
No Guru Siswa
1
Mengidentifikas
i dan mengolah
masalah
Guru memperkenalkan
sebuah materi ajar kepada
siswa
Siswa memperhatikan semua
penjelasan guru
34
Guru mulai memberikan
sebuah permasalahan yang
berdasarkan materi ajar dan
melandasi inti dari materi
ajar
Siswa mndengarkan dan
memahami intruksi guru,
bertanya terhadap penjelasan
yang kurang jelas dan mulai
mengidentifikasi
2
Mengeksplorasi
masalah
Guru menjelaskan langkah-
langkah pengerjaan,
memberikan dasar dari
permasalahan yang diberikan
Siswa mulai mencari sumber-
sumber materi ajar yang dapat
dijadikan referensi guna
memecahkan masalah
Membimbing siswa dalam
pencarian sumber belajar
Siswa mulai menyusun
sumber-sumber belajar yang
akan digunakan sebagai
pemecah permasalahan
3
Menseleksi
strategi
pemecahan
masalah
Guru memonitor setiap
langkah yang dipakai siswa
sebagai alternative
pemecahan permasalahan
Siswa membuat bagan tentang
susunan poin-poin pemecahan
masalah
Guru memfasilitasi siswa
untuk bertanya dan
berdiskusi
Siswa menyusun poin-poin
pemecahan yang penting
4
Menemukan
jawaban
Guru mengarahkan siswa
untuk masuk ke dalam
permasalahan yanga ada
Siswa mulai mengemukakan
jawaban alternative
pemecahan masalah
5
Refleksi dan
perluasan
Guru memperbaiki jawaban
pemecahan permasalahan
yang didiskusikan oleh siswa
Mendengarkan, mencatat, dan
bertanya tentang pengarahan
dan pembetulan dari guru
Guru menghubungkan
permasalahan yang ada pada
mater ajar dan kehidupan
Memahami apa yang
disampaikan guru
35
nyata
Siswa membangun makna
atas apa yang dipelajari dari
permasalahan yang ada dan
dihubungkan dengan keadaan
lingkungan siswa sebenarnya
Tabel pembelajaran reasoning and problem solving
2. Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Ujang Sukandi, dkk dalam Trianto (2013: 57) menyatakan bahwa
pembelajaran terpadu memilih satu tema actual, dekatdengan dunia siswa, dan ada
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran terpadu, materi
ajar merupakan materi yang saling berkaitan satu sama lain yang bertujuan agar
siswa dapat membangun makna dibalik materi ajar yang dipelajari.
Pada dasarnya materi ajar yang diberikan guru kepada siswa harus tetap
mengacu pada tujuan kurikulum yang telah diatur. Materi ajar yang dipadukan
juga harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti minat, kemampuan siswa,
kebutuhan, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Pemaduan antara
materi satu dan yang lainnya tidak harus dipaksakan sehingga tidak akan timbul
kebingungan disisi guru maupun siswa. Pada akhirnya model pembelajaran
terpadu akan bermuara pada tujuan terbentuknya pribadi siswa yang gemar
membaca, tanggap, dan pemahaman yang tinggi terhadap materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata. Peningkatan yang signifikan pada mode ini adalah pada
aspek kognitif siswa ( produk dan proses ).
Di dalam mewujudkan pembelajaran terpadu maka terdapat sintak atau
langkah-langkah yang sistematis pembelajaran ini. Berikut pemaparannya :
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini berhubungan pada penyusunan materi ajar yang proporsional dan
berkaitan serta tidak memaksaan pemaduan materi ajar yang kurang tepat. Pada
36
tahap ini, guru menentukan kajian materi, standar kompetensi, dan kompetensi
dasar yang sesuai dengan kurikulum.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru dituntut tidak menjadikan dirinya sebagai sumber
belajar utama bagi siswa. Guru disini berperan aktif dalam memfasilitasi siswa
(Fasilitator) dalam pembelajaran sehingga siswa lebih menjadi individu
pembelajar yang mandiri.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran siswa yang diwujudkan
dalam umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan, membimbing siswa, dan
merefleksikan setiap tugas yang diberikan guru kepada siswanya.
Selain sintak yang telah dijelaskan di atas, terdapat sintak khusus yang
diberikan guna mewujudkan pembelajaran terpadu. Berikut pemaparannya :
No Guru Siswa
1
Pendahuluan
Guru mengaitkan pelajaran
yang sekarang dengan
pelajaran yang sebelumnya
Siswa aktif berpikir dan
mencoba mengingat kembali
materi ajar sebelumnya
Guru memotivasi siswa
sebelum pembelajaran siswa
Siswa mendengarkan setiap
penjelasan dari guru
Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk
mengetahui kemampuan
siswa menguasai konsep
pembelajaran sebelumnya
Siswa aktif menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan
dan disesuaikan dengan
materi ajar yang dijadikan
dasar pemikiran
2
Presentasi
Materi
Guru memberikan
demonstrasi dari bahan ajar
Siswa menyimak dan
memahami setiap penjelasan
guru
Guru memperkenalkan
kepada siswa berbagai bahan
Siswa mulai memilih bahan
yang digunakan untuk
37
yang digunakan untuk
menampilkan materi yang
ada
kegiatan penyampaian
informasi
Guru membimbing siswa
dan memonitor siswa dalam
menyusun materi presentasi
Siswa mempresentasikan
hasil pengumpulan
informasi masteri yang ada
sesuai dengan arahan guru
3
Menelaah
pemahaman dan
memberikan
umpan balik
Guru menyimak hasil
diskusi kelompok yang
dibentuk siswa
Siswa mendiskusikan hasil
kajiannya kepada siswa lain
Guru memberikan umpan
balik dari hasil diskusi siswa
Siswa memberi tanggapan
ataupun pertanyaan terhadap
penjelasan dari guru tentang
ulasan materi
4
Mengembangka
n dengan
memberikan
kesempatan
untuk pelatihan
lanjutan dan
penerapan
Guru membimbing siswa
dalam menyimpulkan materi
yang telah didiskusikan
Siswa memperhatikan dan
memahami bimbingan yang
diberikan oleh guru
Guru memberikan tugas
rumah kepada siswa
Siswa mencoba
mengerjakan tugas rumah
sebagai latihan terstruktur
bagi siswa
5.
Evaluasi
Guru mengecek kembali
tugas yang diberikan kepada
siswa
Siswa menyimak ulasan-
ulasan tugas yang diberikan
oleh guru
Guru membantu siswa Siswa memperhatikan,
38
merefleksikan atau
mengevaluasi antar tugas
yang diberikan dengan
manfaat yang diperoleh
memahami dan mencatat
hasil evaluasi dan refleksi
dari guru
Tabel model pembelajaran terpadu
Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran ini merupakan sebuah model pembelajaran yang berpangkal
dari sebuah aliran pendidikan kontruktivistik yang dimana secara garis besar
pembelajaran ini menitik berat kan pada proses berpikir peserta didik untuk
mengkontruk sebuah makna di dalam pembelajaran sebagai hasil dari pemahaman
setiap individu/ pebelajar. Menurut Arends dalam warsono dan hariyanto (2013:
147) pembelajaran Problem Based Learning / pembelaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang berdasarkan kontrutivisme dan mengakomodasikan
keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan yang kontektual.
Pada pembelajaran ini setiap pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa
sangat erat hubungannya dengan kejadian-kejadian pada kehidupan siswa,
sehingga siswa lebih responsive dan aktif di dalam melakukan pemecahan
masalah dan di dalam pemahaman yang komprehensif.
Menurut Hariyanto dan Warsono(2014: 151) terdapat sintaks/ langkah-langkah
dalam mewujudkan pembelajaran berbasis masalah tersebut. Berikut sintaks
umum dari pembelajaran berbasis masalah :
1. Orientasi siswa kepada masalah
Pada tahap ini guru memberikan pengarahan, penjelasan, dan penguraian
tentang tujuan pembelajaran, serta materi dan bahan ajar kepada siswa
sehingga siswa lebih terarah dan guru dalam tahap ini memotivasi siswa
agar terlibat di dalam pemecahan masalah.
39
2. Mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa unutk belajar
Pada tahap ini guru memberikan sebuah gambaran nyata tentang
permasalahan yang diberikan serta mengarahkan siswa kepada
pengorganisasian topic-topik, bahan ajar, alat yang diperlukan, dan jadwal
yang dibutuhkan dalam pemecahan permasalahan.
3. Memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok
Tahap ini seorang guru memotivasi dan mengarahkan siswa unutk
membuat hipotesis yang menunjang pemecahan permasalahan,
mengumpulkan informasi, mencari data yang relevan dan melakukan
eksperimen.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan karya
Pada tahap ini seorang guru membantu dan mengarahkan siswa nya untuk
memecahkan masalah dari hasil proses sebelumnya dan guru juga
membantu mengarahkan siswanya untuk membuat sebuah karya tulis yang
dijadikan sebuah bukti pengerjaan tugas berupa laporan ataupun
presentasi.
5. Refleksi dan penilaian
Pada tahap terakhir ini peran guru sangatlah penting bagi siswa dan
keberhasilan pembelajaran, di sini guru berperan sebagai pemberi
penguatan sehingga permasalahan yang dipecahkan siswanya menemui
titik kebenarannya dan tugas guru pada tahap ini juga membantu
mengarahkan siswanya untuk merefleksi bahan ajar yang di pelajarinya.
Pada penjelasan di atas adalah sebuah penjelasan singkat tentang sintaks
umum yang diperlihatkan guna mewujudkan pembelajaran berbasis masalah yang
efektif dan efisien. Selain sintaks di atas terdapat sintaks khusus yang dimana
perilaku guru dan murid yang diamati pada sintaks ini. Berikut sintaks khusus
yang ditampilkan pada tabel :
No Fase Perilaku Guru Perilaku siswa
1. Fase 1: orientasi
masalah kepada siswa
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistic
Siswa memperhatikan,
memahami, dan
mencatat hal-hal yang
40
(bahan dan alat) yang
digunakan dalam
pemecahan masalah
penting dari
penjelasan guru
Guru memotivasi siswa
untuk aktif dan reflektif
pada kegiatan
pemecahan masalah
Siswa mendengarkan,
memperhatikan, dan
memasukkan setiap
perkataan guru kepada
siswa sebagai sumber
motivasi diri
2. Fase 2:
mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru memberikan
pengarahan kepada
siswa untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasikan
pembelajaran agar
relevan dengan
pemecahan masalah
Siswa memperhatikan
dan memulai untuk
menyusun setiap
proses pemecahan
masalah yang sesuai
dengan pengarahan
guru
3. Fase 3: Mendukung
invetigasi kelompok
maupun mandiri
Pada tahap ini guru
mendorong siswa dan
mengarahkan siswa
untuk mencari
informasi yang relevan
dengan pemecahan
masalah, melakukan
eksperimen, dan
mencari penjelasan
Siswa mulai mencari
sumber informasi
berupa buku bacaan
yang relevan dengan
topic, wawancara,
majalah, artikel,
maupun jurnal yang
sesuai dengan topic
pembahasan
4. Fase 4:
Mengembangkan dan
membuat artefak
Guru memberikan
arahan tentang
pembuatan artefak /
sebuah karya yang
dijadikan sebuah bukti
pengerjaan
Siswa mulai membuat
sebuah karya berupa
karya tulis, laporan,
dan presentasi secara
kelompok maupun
individu
41
5. Fase 5: merefleksi dan
penilaian
Guru membantu siswa
mengarahkan pada
refleksi kritis tentang
bahan ajar dan hasil
penyelidikan serta
proses-proses
pembelajaran yang
berlangsung
Siswa memaparkan
hasil karyanya berupa
karya tulis, laporan,
dan presentasi secara
kelompok maupun
individu
Siswa mendengarkan
penguatan guru dan
mencatat hal-hal
penting tentang apa
yang telah dipelajari
yang kemudian
melakukan
pemahaman yang
komprehensif
Tabel sintaks Pembelajaran problem based learning
42
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu pembelajaran merupakan proses mendidik anak dari
ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran,
ketidakjujuran, ketidakadilan, dan dari segala keburukan dalam menghadapi
lingkungannya kelak. Banyak bermunculan model pembelajaran yang beragam
jenisnya dan memiliki kharakteristik dalam mendidik anak. Teori-teori tentang
belajar (behavioristic,kognitif,&kontruktivistik) yang dikemukakan para ahli
pendidikan yang berpandangan berbeda-beda merupakan acuan yang melandasi
terbentuknya berbagai ragam model dari pembelajaran.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran penulis terhadap pembahasan ini
adalah dalam pembelajaran dengan memperhatikan kajian teori pendidikan
merupakan sebuah jalan yang benar dalam menentukan model pembelajaran yang
ada dan tentunya sebaikknya model yang dibuat bersifat fleksibel dan sesuai
dengan keadaan peserta didik di suatu wilayah atau bangsa sehingga terciptanya
pembelajaran yang dapat di terima dengan baik oleh peserta didik dan pendidik.
43
Daftar Rujukan
Haryanto & Suyono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasana, Dedy. 2015. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Nanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rahyubi,Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Bandung: Penerbit Nusa Media.
D. Gunarsa,Singgih. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT
PBK Gunung Mulia.
Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Dharsana, Ketut, dkk. 2014. Penerapan Konseling Kognitif dengan Teknik
Pembuatan Kontrak (Contingency Contrcting) untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X Tkr 1 SMK 3 Singaraja, 2 (1),
(Online), (ejournal.undiksa.ac.id/../3146), diakses 26 Februari 2016.
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media
Group.
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Hariyanto & Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembealajaran : Teori dan Praktek. Malang:
ELANG MAS.
44