rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com · web viewmereview item dengan memperhatikan: akurasi,...
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDUAL
INSTRUMEN KUESIONER BIDANG KARIR
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu:Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd. & Dr. Ali Muhtadi, M.Pd
Oleh:
Nama : Rahajeng Bellinda Nastiti
Nim : 17713251022
Kelas : B / Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen
Dalam proses pengembangan instrumen, terdapat beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu sebagai berikut (Djaali dan Muljono, 2008):1. Mengidentifikasi tujuan utama penggunaan instrumen.
Proses pengembangan instrumen yang sistematis seharusnya berdasarkan pertimbangan tujuan penggunaan instrument yang mendasar. Tujuan utama pengembangan instrumen tersebut ditentukan oleh konselor sebagai pengembang instrumen, antara lain untuk diagnostic, penempatan, identifikasi, dan sebagainya. Misal, ingin mengetahui tingkat kematangan karir siswa.
2. Mengidentifikasi tingkah laku yang mewakili konstruk tertentu.
Untuk mengembangkan instrumen, perlu ditentukan konsep sampel tingkah laku yang dipercaya dapat mewakili konstruk teori yang akan diukur. Oleh karena itu, langkah pertama dari penyusunan instrumen adalah perumusan sampel tingkah laku secara operasional, sehingga tampak apa sebenarnya yang akan diukur oleh instrumen yang akan disusun itu. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh pengembang instrumen.
3. Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang
sesungguhnya secara eksplisit telah tertuang pada rumusan konstruk variabel.
4. Mempersiapkan spesifikasi instrumen dan proporsi item yang menjadi fokus atau
membuat kisi-kisi
Setelah mengidentifikasi sampel tingkah laku yang mewakili variabel, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen setiap variabel yang dimaksud. Kisi-kisi adalah rangkuman rancangan penyusunan butir-butir instrumen sesuai dengan bangun konstruk teoritis setiap variabel yang akan diukur. Pengembangan instrumen mempersiapkan spesifikasi instrumen dan proporsi item dari masing-masing indikator. Proporsi item sebaiknya seimbang sehingga dapat menggambarkan proporsi konstruk yang sesuai.
5. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum
dari satu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya, tidak setuju ke setuju,
negative ke positif, tidak pernah ke selalu, dan sebagainya.
6. Mengkonstruksi sejumlah draf item.
7. Mereview item dengan memperhatikan: akurasi, kesesuaian dan relevansi spesifikasi
instrumen, kekurangan konstruksi item yang bersifat teknis, tata bahasa, bias, dan
keterbacaan. Butir-butir yang telah disusun itu kemudian dikaji ulang agar mutunya
lebih baik. Kaji ulang mula-mula dilakukan oleh pengembang instrumen. Setelah itu,
sebaiknya diberikan kepada beberapa orang yang merupakan ahli dalam bidang yang
berkaitan dengan variabel itu untuk dikaji ulang. Dengan demikian kaji ulang akan
lebih objektif.
8. Melakukan uji coba awal.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan ketepatan ukur (reliabilitas) instrumen. Dalam hal ini diuji apakah instrumen itu mempunyai ketepatan atau kemantapan jawaban apabila instrumen tersebut dikerjakan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan. Berdasarkan hasil uji coba, maka dilakukan perbaikan. Perbaikan ini dilakukan terhadap petunjuk pengerjaan dan butir-butir yang ternyata tidak baik. Ada kalanya butir-butir tertentu berdasarkan hasil uji coba memang tidak dapat digunakan.Pelaksanaan uji coba instrumen dimaksudkan untuk:a. Mengetahui apakah instrumen tersebut dapat diadministrasikan dengan mudah,
hal ini dilakukan dengan pengamatan.
b. Mengetahui apakah setiap butir dapat dibaca dan dipahami oleh responden.
c. Mengetahui ketepatan ukur instrumen yang dimaksud (validitas). Validitas
merujuk kepada pengertian apakah hasil tes sesuai dengan kriteria yang telah
dirumuskan, dan hingga dimana hasil tes itu mengukurnya. Terdapat tiga
kategori validitas, yaitu validitas konten, validitas kriteria, dan validitas
konstruk (Sukardi, 1997:193-194). Untuk menguji validitas, dilakukan dua
langkah, yaitu uji ketepatan ukur (validitas butir, dengan jalan menganalisis
butir), dan uji ketepatan ukur seluruh perangkat instrument.
d. Mengetahui keajegan alat ukur atau reliabilitas, yaitu konsisten dari skor tes.
Secara praktis, reliabilitas adalah derajat kearah mana deviasi atau sebaran skor
individu atas z skor, apakah relative konsisten setelah dites berulang kali dengan
menggunakan instrumen yang sama (Crocker dan Algina, 1986)
9. Melakukan uji coba kepada sampel yang lebih besar.
Setelah melakukan uji coba awal, instrumen dapat diuji coba kembali kepada responden yang lebih besar dan lebih bervariasi sesuai keluasan tujuan pengembangan instrument.
10. Melakukan analisis statistik yang sesuai dan mengeliminasi item yang tidak
sesuai dengan kriteria.
11. Mendesain dan melakukan penghitungan validitas dan reliabilitas instrumen.
12. Mengembangkan panduan untuk pengadministrasian, pemberian skor, dan
interpretasi. Perangkat akhir tersebut meliputi bagian-bagian pokok, yaitu
(Crocker dan Algina:1986):
a. Petunjuk pengerjaanb. Perangkat butir soal yang berupa daftar pertanyaan atau pernyataanc. Cara penafsiran
A. Kuesioner
Merupakan salah satu alat pengumpul data non tes, yang berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang diajukan pada responden. Arikunto (2010: 194) menjelaskan kuesioner/angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang di ketahui.
Kuesioner disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh, berfungsi untuk: (1) mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan program, (2) untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain, (3) evaluasi program BK, dan (4) untuk mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
Dilihat dari bentuknya kuesioner dan skala psikologis yang sama-sama tertulis, memang hampir tidak ada perbedaan. Tetapi, jika dilihat dari segi aspek yang diungkap, atribut yang diukur, sifat jawaban dan skoringnya bisa dipahami bahwa terdapa perbedaan yang mendasar antara kuesioner dan skala psikologi. Secara lebih detail dijabarkan oleh Saifudin Azwar (2014:7-10) sebagai berikut:
1. Data yang diungkap kuesioner berupa data factual atau yang dianggap fakta dan
kebenaran yang diketahui oleh subyek. Sedangkan data yang diungkap oleh skala
psikologis berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek
kepribadian individu .
2. Pertanyaan dalam kuesioner berupa pertanyaan langsung yang terarah kepada
informasi mengenai data yang hendak diungkap, yaitu mengenai data atau opini
berkenaan dengan diri responden. Hal ini didasarkan asumsi bahwa, “responden
adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri”. Sedang pada skala,
pertanyaan tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang
merupakan refleksi dari keadaan diri subyek yang biasanya tidak disadari diri
responden.
3. Responden pada kuesioner biasanya tahu persis apa yang ditanyakan dalam
kuesioner dan informasi apa yang dikehendaki. Sedang responden skala, meskipun
ia memahami isi pertanyaannya, biasanya mereka tidak menyadari arah jawaban
yang dikehendaki dan simpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan
itu.
4. Jawaban terhadap kuesioner tidak bisa diberi skor melainkan diberi angka atau
coding sebagai identifikasi atau klarifikasi jawaban. Respon terhadap skala diberi
skor melalui proses penskalaan.
5. Satu kuesioner dapat menyimpan informasi mengenai banyak hal, sedang satu skala
hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal.
6. Data dari hasil kuesioner tidak perlu diuji lagi reliabilitasnya, hal ini mendasarkan
pada realitas bahwa pertanyaan kuesioner adalah pertanyaan langsung mengenai
data yang hendak diungkap dan jawabannya tidak bisa diberi skor, reliabilitas angket
terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur
apa adanya. Di sisi lain, hasil ukur skala teruji secara psikolometris, karena relevansi
isi dan konteks kalimat yang digunakan sebgai stimulus.
7. Validitas kuesioner lebih ditentukan oleh kejelasan dan lingkup informasi yang
hendak diungkap, sedang validias skala psikologi lebih ditentukan oleh kejalasan
konsep yang hendak diukur oleh operasionalisasinya
B. Macam atau Jenis Kuesioner
Kuesioner dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan, 2) berdasarkan respondennya, dan 3) berdasarkan strukturnya.
1. Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan:
a) Kuesioner terbuka (open questionaire), merupakan bentuk kuesioner yang
pertanyaan atau pernyataannya memberi kebebasan kepada responden untuk
memberi jawaban dan pendpatnya sesuai dengan keinginan mereka.
Contoh: Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah? Jelaskan alasannya!
b) Kuesioner tertutup (closed questionaire), adalah kuesioner yang pertanyaan atau
pernyataannya tidak memberi kebebasan kepada responden untuk menjawabnya
sesuai pendapat dan keinginan mereka.
Contoh: Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?a. Ya b. Tidak
c) Kuesioner semi terbuka (semi open questionaire), yaitu bentuk kuesioner yang
pertanyaan atau pernyataannya berbentuk tertutup tetapi diikuti pertanyaan
terbuka.
Contoh: Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?a. Ya b. Tidak
Jika ya atau tidak berikan alasan anda!
2. Dilihat dari sumber datanya, kuesioner dapat dibedakan:
a) Kuesioner langsung, yaitu bila kuesioner itu langsung diberikan kepada
responden yang ingin diselidiki. Jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa
menggunakan perantara.
b) Kuesioner tidak langsung, yaitu bila kuesioner disampaikan kepada orang lain
yang diminta pendapat tentang kondisi orang lain. Jawaban tersebut diperoleh
dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.
Contoh: Apakah putra Ibu/Bapak memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?
a. Ya b. Tidak
3. Dilihat dari strukturnya, kuesioner dapat dibedakan menjadi:
a) Kuesioner berstruktur, yaitu angket yang bersifat tegas, konkret dengan pertanyaan atau pernyataan yang terbatas dan menghendaki jawaban yang tegas dan terbatas pula.
b) Kuesioner tidak berstruktur, dipergunakan apabila konselor menginginkan
uraian lengkap dari subjek tentang suatu hal, dimana diminta uraian terbuka
dan panjang lebar. Disampaikan dengan mengajuka pertanyaan bebas.
C. Kelebihan dan Kelemahan Kuesioner
Kuesioner memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan instrument non tes lainnya, Arikunto (2010:195) berpendapat bahwa kuesioner/angket mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1 Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2 Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3 Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut
waktu senggang responden
4 Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab
5 Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang
benar-benar sama
Pendapat lain mengungkapkan bahwa kelebihan angket yaitu:
1. Angket merupakan metode yang prkatis karena dapat dipergunakan untuk
mengumpulak data kepada sejumalh responden dalam jumlah yang banyak dan
waktu yang singkat
2. Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan, antara lain
tidak memerlukan kehadiran konselor
3. Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama
4. Pada kuesioner tertutup, memudahkan tabulasi hasil bagi konselor
5. Pada angket terbuka, responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
keterangan
6. Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan
7. Pengaruh subjektif dapat dihindarkan
8. Pengisisan kuesioner dapat dibuat sinonim, sehingga responden jujur dan tidak
malu-malu menjawab.
Sedangkan kelemahan dari kuesioner/angket yaitu:
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang
terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi untuk diberikan kepada responden
2. Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang
tepat.
3. Penggunaannya terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan menulis
4. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner dapat saja ditafsirkan salah oleh
responden
Sulit mendapat jaminan bahwa semua responden akan mengembalikan angket
yang diberikan.
D. Aspek Instrumen Kuestioner Bimbingan dan Konseling: Bidang Karir
Pada instrumen kuestioner yang akan dikembangkan adalah pada Bimbingan dan
konseling Bidang Karir Menurut Yusuf (2009:51) Bimbingan dan Konseling Karir adalah:
Bimbingan karir yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam perencanaan,
pengembangan dan pemecahan masalah-maslah karir, seperti :pemahaman terhadap
jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman
kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.
E. Pengembangan Instrumen Kuestioner
Perencanaan Karir
Menurut Jordan (Syamsu Yusuf, 2009:27) aspek-aspek perencanaan karier adalah
pengetahuan karier, mencari informasi, perencanaan dan keputusan karier. Adapun
penjelasan dari aspek-aspek di atas sebagai berikut.
1. Pengetahuan karir adalah membantu siswa memberikan gambaran pengetahuan dalam
dunia kerja. Aspek pemahaman karier ini meliputi pengetahuan persyaratan, tuntutan,
dan pengetahuan jurusan yang diminati,
2. Mencari informasi, adalah perencanaan karir siswa yang sudah dibuat, siswa dapat
memanfaatkan informasi yang telah didapat dari berbagai sumber atau media untuk
dipelajari sebagai realisasi nyata untuk memperkaya pengetahuan karir.Aspek ini
meliputi pencarian informasi berkaitan dengan kebutuhan alternatif-alternatif karir
yang diinginkan, seperti: mencari bahan-bahan bacaan berkaitan dengan informasi
jurusan, berdiskusi pilihan- pilihan karir dengan guru, orang tua, dan guru BK,
mengikuti kursus yang mendukung karir yang diminati dan berdiskusi dengan orang-
orang yang berpengalaman dalam bidang jurusan yang diinginkan.
3. Sikap adalah meyakini (self efficacy) tinggi bahwa siswa harus mengambil keputusan
sendiri meskipun masih memerlukan pandagan-pandangan dan informasi karir lain.
Aspek ini meliputi memeprcayai akan pentingnya pendekatan yang sistematis dalam
merencanakan dan memecahakan masalah, bertanggung jawab memperoleh
informasi, dan meyakini bahwa memecahkan maslah sekolah dan pekerjaan
merupakan tanggung jawab sendiri.
4. Perencanaan dan keputusan karier, adalah proses untuk menentukan hasil dan
perwujudan dari perencanaan karir yang telah dibuat dalam rangka dapat memutuskan
pilihan karir yakni pemilihan jurusan di perguruan tinggi dengan tepat. Aspek ini
meliputi kemampuan siswa memilih salah satu dari alternative, dapat merencanakan
apa yang harus dilakukan setelah lulus sekolah, dapat memilih program studi yang
sesuai dengan minat atau kemampuanya, dapat mengambil keputusan setelah lulus
kuliah mendapatkan pekerjaan yang potensial ditempat dimana akan berkerja.
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kuestioner Perencanaan Karir Kelas XI SMA.
No Variabel Aspek Indikator Favorable
Unfavorable
1.
Perencanaan Karir
Pengetahuan karir 1. Pengetahuan persyaratan
2. Tuntutan karir3. pengetahuan jurusan
yang diminati
1,2,3, 4,5
21,22, 22,23, 24,25,
2. Mencari informasi
1. pencarian informasi berkaitan dengan kebutuhan alternatif-alternatif karir yang diinginkan
2. Mencari bahan-bahan bacaan berkaitan dengan informasi jurusan
3. Berdiskusi pilihan- pilihan karir dengan guru, orang tua, dan guru BK
4. Mengikuti kursus yang mendukung karir yang diminati
5. Berdiskusi dengan orang-orang yang berpengalaman dalam bidang jurusan yang diinginkan
6,7,8, 9, 10
26,27, 28 29, 30
6. Sikap adalah meyakini
1. Memeprcayai akan pentingnya pendekatan yang sistematis dalam merencanakan dan memecahakan masalah
2. Bertanggung jawab memperoleh informasi
3. Pekerjaan merupakan tanggung jawab sendiri
11,12, 13,14, 15
31,32, 33,34, 35
7. Perencanaan dan keputusan karier
1. Kemampuan siswa memilih salah satu dari alternative
2. Merencanakan apa yang harus dilakukan setelah lulus sekolah
3. Memilih program studi yang sesuai dengan minat kemampuanya
4. Mengambil keputusan setelah lulus kuliah
16,17, 18,19, 20,
36,37, 38,39, 40
KUESTIONER PERENCANAAN KARIR
Identitas
Nama :
Usia :
Jens Kelamin :
IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : ………………………………………………..
Umur : ………………………………………………..
Kelas : ………………………………………………..
No. Absen : ………………………………………………..
PETUNJUK PENGISIAN
1. Angket dibawah merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai Perencanaan
Karir Kelas XI SMA.
2. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pernyataan dari angket dan berilah
jawaban yang sesuai dengan diri anda yang sebenarnya
3. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai akademik anda maupun
hubungan anda dengan orang lain.
Pertanyaan :
1. Saya mengetahui syarat-syarat masuk diperguruan tinggi yang saya inginkan?
a. Ya b. Tidak
2. Saya memperlajari karir syarat-syarat masuk diperguruan tinggi yang saya inginkan?
a. Ya b. Tidak
3. Saya mengetahui jurusan yang diminati?
a. Ya b. Tidak
4. Saya memperlajari jurusan yang diminati?
a. Ya b. Tidak
5. Saya mencari informasi terkait perguruan tinggi yang saya inginkan?
a. Ya b. Tidak
6. Saya mencari informasi terkait jurusan yang saya inginkan?
a. Ya b. Tidak
7. Saya mencari bahan-bahan bacaan berkaitan dengan informasi jurusan yang saya
inginkan?
a. Ya b. Tidak
8. Saya mencari informasi tentang pilihan jurusan di internet?
a. Ya b. Tidak
9. Saya berdiskusi terkait pilihan- pilihan karir dengan orang tua?
a. Ya b. Tidak
10. Saya berdiskusi terkait pilihan- pilihan karir dengan guru BK?
a. Ya b. Tidak
11. Saya mengikuti kursus yang mendukung untuk masuk perguruan tinggi yang
mendukung saya masuk perguruan tinggi ?
a. Ya b. Tidak
12. Saya percaya bahwa terdapat proses yang saya lalui ketika akan mencapai karir yang
saya inginkan?
a. Ya b. Tidak
13. Saya memiliki tanggung jawab bahwa saya harus mendapatkan informasi berkaitan
dengan jurusan yang saya inginkan?
a. Ya b. Tidak
14. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disekolah sesuai dengan pilihan saya sendiri?
a. Ya b. Tidak
15. Saya mencari informasi diluar jurusan yang saya minati ?
a. Ya b. Tidak
16. Dari beberapa pilihan jurusan yang saya minati saya dapat memilih satu pilihan?
a. Ya b. Tidak
17. Saya mengetahui rencana kedepan terkait masa depan saya, setelah lulus sekolah?
a. Ya b. Tidak
18. Saya memiliki rencana sendiri kedepan setelah lulus sekolah terkait masa depan saya, sesuai
dengan keinginan saya ?
a. Ya b. Tidak
19. Saya dapat memutuskan memilih program studi yang sesuai dengan minat saya?
a. Ya b. Tidak
20. Saya dapat memutuskan memilih program studi yang sesuai dengan kemampuan
saya?
a. Ya b. Tidak
21. Saya belum mengetahui syarat-syarat masuk diperguruan tinggi yang saya inginkan?
b. Ya b. Tidak
22. Saya belum memperlajari karir syarat-syarat masuk diperguruan tinggi yang saya
inginkan?
b. Ya b. Tidak
23. Saya belum mengetahui jurusan yang diminati?
b. Ya b. Tidak
24. Saya belum memperlajari jurusan yang diminati?
b. Ya b. Tidak
25. Saya belum mencari informasi terkait perguruan tinggi yang saya inginkan?
b. Ya b. Tidak
26. Saya belum mencari informasi terkait jurusan yang saya inginkan?
b. Ya b. Tidak
27. Saya belum mencari bahan-bahan bacaan berkaitan dengan informasi jurusan yang
saya inginkan?
b. Ya b. Tidak
28. Saya belum mencari informasi tentang pilihan jurusan di internet?
b. Ya b. Tidak
29. Saya tidak berdiskusi terkait pilihan- pilihan karir dengan orang tua?
b. Ya b. Tidak
30. Saya tidak berdiskusi terkait pilihan- pilihan karir dengan guru BK?
b. Ya b. Tidak
31. Saya belum mengikuti kursus yang mendukung untuk masuk perguruan tinggi yang
mendukung saya masuk perguruan tinggi ?
b. Ya b. Tidak
32. Saya masih belum mengetahui terdapat beberapa proses yang saya harus lalui ketika
akan mencapai karir yang saya inginkan?
b. Ya b. Tidak
33. Saya merasa tidak harus mendapatkan informasi berkaitan dengan jurusan yang saya
inginkan?
b. Ya b. Tidak
34. Saya tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disekolah sesuai dengan pilihan saya
sendiri?
b. Ya b. Tidak
35. Saya tidak mencari informasi diluar jurusan yang saya minati ?
b. Ya b. Tidak
36. Dari beberapa pilihan jurusan yang saya minati saya tidak dapat memilih satu pilihan?
b. Ya b. Tidak
37. Saya tidak mengetahui rencana kedepan terkait masa depan saya, setelah lulus sekolah?
a. Ya b. Tidak
38. Saya tidak memiliki rencana sendiri kedepan setelah lulus sekolah terkait masa depan saya,
sesuai dengan keinginan saya ?
a. Ya b. Tidak
39. Saya tidak dapat memilih program studi yang sesuai dengan minat saya?
a. Ya b. Tidak
40. Saya tidak dapat Memilih program studi yang sesuai dengan kemampuan saya?
a. Ya b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Crocker, L. M., & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. New York: Holt, Rinehart and Winston
Djaali & Pudji Muljono. (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Novitasari Yuni (2016). Bimbingan dan Konseling Akademik .Bandung: Alfabeta
Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sillaturrohmah, Nur. (2011). Ya Allah aku ingin berjilbab. Surakarta: Ziyad Visi Media
Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka cipta
Syamsu Yusuf (2009). Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi press