raja ampat dalam sejarah pemekaran, perkembangan, dan...
TRANSCRIPT
25
Bab Tiga
Raja Ampat dalam Sejarah
Pemekaran, Perkembangan,
dan Tantangannya
Pengantar Raja Ampat adalah kabupaten dengan gugusan pulau-pulau.
Dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini nama Kabupaten Raja
Ampat melejit sampai ke kancah internasional. Tidak main-main,
julukan yang diberikan oleh dunia internasional justru memperkokoh
nama Raja Ampat sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia.
The Last Paradise On Earth, adalah julukan yang diberikan bagi Raja
Ampat semenjak tahun 2005. Dilambangkan sebagai surga terakhir di
bumi, membuat Raja Ampat yang dahulunya sangat terisolir menjadi
terbuka bagi siapa saja yang mau datang berkunjung. Pada bab ini
penulis akan memaparkan tentang kronologis terbentuknya kabupaten
baru yaitu Raja Ampat hadir di Papua Barat dan perkembangannya
paska pemekaran :
Berangkat Dari Mimpi Untuk Maju
“Mama mencontohkan Raja Ampat 20 tahun lalu paling terisolir dan masyarakatnya terpinggirkan dalam
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
26
pembangunan, oleh sebab itu ada semangat maju bersama untuk mengelola rumah sendiri untuk capai kemajuan, karena SDM Raja Ampat sudah dianggap mampu. Berkat pendidikan putera-puteri terbaik mampu mengantarkan Raja Ampat ke Pentas Dunia” kata mama dengan nada bangga.30
Dengan kondisi geografis yang berkarakter kepulauan, memang
tantangan yang paling besar adalah rentang kendali pemerintahan
dalam melakukan program-program pembangunan. Tidak heran,
ketika masih di bawah pemerintahan kabupaten Sorong, Raja Ampat
cenderung terabaikan dalam persoalan pembangunan. Hal ini juga
bukan berarti, tidak terjadi aktifitas pembangunan sama sekali di Raja
Ampat. Fasilitas-fasilitas umum/sarana publik yang merupakan bagian
dari tugas dan tanggungjawab pemerintah di kampung-kampung Raja
Ampat sangat minim. Hal ini pula yang sedang digambarkan oleh
Mama Nyora Adelheid Omkarsba dalam petikan obrolan di atas.
Sebagai seorang Nyora31 yang telah mengikuti sang suami Julius
Omkarsba yang bertugas sebagai guru jemaat sejak tahun 1964, dimana
guru jemaat Julius Omkarsba melakukan pelayanan dari satu pulau ke
pulau yang lain, tentu mama nyora Adelheid sangat paham dengan
kondisi Raja Ampat pada masa dahulu. Tergambarkan dengan jelas
bagaimana Raja Ampat sangat terisolir sebab jaraknya yang jauh dari
Sorong sebagai ibu kota kabupaten saat itu.
Pengalaman sebagai istri seorang guru jemaat ternyata terekam
baik dalam ingatan mama nyora. Dalam perjalanan melayani jemaat-
jemaat di pedalaman Raja Ampat, seorang guru jemaat bukan hanya
bertugas melayani peribadahan di gereja-gereja. Mereka adalah aktor
yang bermain dalam semua peran. Para guru jemaat ini terkadang juga
bertugas untuk menjadi guru di sekolah-sekolah yang berada di
kampung-kampung, terkadang juga mereka dituntut menjadi dokter
untuk mengobati masyarakat yang sakit. Dalam menjalani tugas
30 “Transisi Politik Raja Ampat 2015” (Pesan seorang Mama Nyora Adelheid... Jangan
pernah lupakan sejarah) disadur dari tulisan Joris Stef Omkarsba. 31 Nyora adalah sebutan yang diberikan kepada seorang istri dari seorang guru jemaat
yang kala itu bertugas di pedalaman Raja Ampat.
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
27
pelayanannya bersama masyarakat terjadi juga transfer ilmu
pengetahuan dan informasi-informasi yang mendidik masyarakat
untuk menggunakan kehidupan mereka agar menjadi lebih baik.
Sederet nama-nama para guru jemaat ini tersebutkan oleh mama
nyora, antara lain : Tete32 Hallatu, Tete Kukurele, Tete Urbinas, Tete
Mirino, Tete Wagunu dan beberapa guru jemaat lainnya, adalah orang-
orang yang mendedikasikan kehidupan mereka bagi masyarakat Raja
Ampat.
Seiring berjalannya waktu, ketika pengetahuan demi
pengetahuan yang dimiliki masyarakat kian meningkat, kemajuan
demi kemajuan dialami oleh masyarakat Raja Ampat. Para guru jemaat
ini menilai masyarakat Raja Ampat sudah mampu mengelola sebuah
kabupaten sendiri. Mimpi untuk mewujudkan diri menjadi pemimpin
di negeri sendiri mulai muncul didalam benak masyarakat. Mimpi
inilah yang menjadi spirit untuk mendorong berdirinya sebuah daerah
yang mandiri yaitu kabupaten Raja Ampat.
Tahun 2003 Mimpi Menjadi Nyata Keinginan dan mimpi untuk memiliki rumah idaman yang
disebut dengan Kabupaten Raja Ampat bukanlah isapan jempol belaka.
Para guru-guru jemaat bersama dengan beberapa guru-guru sekolah
yang melayani dipedalaman Raja Ampat mulai menggagas ide
pembentukan Kabupaten baru. Diantaranya Bpk. Lindert Imbir, Bpk.
Abner Kaisepo, Bpk. Julius Omkarsba, Bpk. Yosephus Sauyai, Bpk.
Keliopas Mambrasar dan beberapa guru-guru yang bertugas di
kampung-kampung.33
Langkah awal yang ditempuh adalah memulai pertemuan-
pertemuan dari rumah ke rumah untuk merangkai mimpi memiliki
rumah sendiri yaitu kabupaten Raja Ampat. Dari setiap gagasan dan ide
pemikiran lalu muncul keinginan untuk mengadakan pertemuan yang
32 Tete adalah sebutan untuk seorang pria yang sudah tua usianya. Kalau di bahasa
Indonesia yang baku disebut Kakek. 33 “Transisi Politik Raja Ampat 2015” (Pesan seorang Mama Nyora Adelheid... Jangan
pernah lupakan sejarah) disadur dari tulisan Joris Stef Omkarsba.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
28
lebih besar untuk membicara mimpi mereka. Ide dan gagasan
diwujudkan dalam kerja strategis untuk dapat mensukseskan rencana
pembentukan Kabupaten Raja Ampat. Bersama dengan semua stake-holder, dalam rekam informasi yang disampaikan oleh Joris Stef
Omkarsba ada beberapa organisasi kepemudaan dan organisasi
kemasyarakatan yang bersinergi dalam rangkaian usaha membentuk
kabupaten Raja Ampat. Organisasi-organisasi tersebut antara lain:
Ikatan Keluarga Raja Ampat (IKRA), Forum Komunikasi Generasi
Muda Raja Ampat (FK-GEMURA), dan Mahasiswa Raja Ampat di
Jayapura (IPPM-RAS). Akhirnya ide dan keinginan itu terealisasikan
dengan diadakannya seminar puncak di Hotel Tanjung yang
mengumpulkan para pemuka masyarakat Raja Ampat. Seminar yang
berlangsung di Hotel Tanjung Kota Sorong (Irian Beach Hotel) Lido
pada tahun 1999 ini membicarakan tentang pemekaran kabupaten Raja
Ampat.
Dari hasil seminar ini, forum menghasilkan 2 langkah strategis
berupa lobi-lobi politik untuk mempercepat pembentukan Kabupaten
Raja Ampat. Lobi politik yang pertama dilakukan oleh IPPM-RAS dan
tokoh-tokoh adat Betew di Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia melaui Pdt. Isack Sauyai sebagai anggota DPR-RI dan juga
dosen pada Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Lobi politik
yang kedua dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat yang tergabung
dalam IKRA kepada PEMKAB Sorong. Dengan alasan jika tidak
mendapatkan restu dari PEMKAB Sorong akan sangat sulit bagi Raja
Ampat untuk dimekarkan menjadi sebuah kabupaten. Beberapa tokoh
yang terlibat dalam proses lobi ini diantaranya : Godlif Dimara, Julius
Omkarsba, Isack Dimalouw, Abner Kaisepo, Abas Umlati, Lindert
Imbir, Manfred Faidiban, Pdt. Frans Mambrasar, Efraim Mayor, SH
dan beberapa orang lainnya.
Usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh berbagai elemen
masyarakat Raja Ampat baik yang tergabung dalam organisasi
masyarakat maupun organisasi kepemudaan berbuah hasil manis. Pada
bulan April 2003, Raja Ampat diresmikan bersama 13 kabupaten
lainnya di tanah Papua. Pelantikan dilaksanakan di Jayapura oleh
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
29
Menteri Dalam Negeri. Dan yang tampil sebagai caretaker Bupati Raja
Ampat adalah Drs. Marcus Wanma, M.Si. Beliau dipercayakan oleh
masyarakat Raja Ampat untuk mempersiapkan Kabupaten baru yang
bernama Raja Ampat tersebut. Masa caretaker adalah masa dimana
Bupati caretaker Drs. Marcus Wanma, M.Si mempersiapkan semua
sarana dan prasarana pemerintahan baik bangunan fisik sampai pada
setiap aparatur pemerintahnya sampai ditentukan sebagai
pemerintahan defenitif.
Dibentuklah semua perangkat yang menopang dan
mempercepat terlaksananya kerja caretaker untuk menjadikan Raja
Ampat sebagai Kabupaten defenitif. Pulau Saonek menjadi tempat yang
dipilih oleh Bupati caretaker untuk mempersiapkan semuanya.
Pemilihan tempat ini dengan alasan karena pulau ini dirasakan
memiliki fasilitas lebih baik dan lengkap untuk menunjang kerja
perangkat caretaker. Tentu sambil mempersiapkan Waisai yang
menjadi cikal bakal ibu kota kabupaten Raja Ampat. Dengan
menempuh perjalanan waktu 2 tahun, tugas dan kerja Bupati caretaker telah selesai. Tepat pada tanggal 9 Mei 2005, Raja Ampat menjadi
Kabupaten defenitif baru yang beribukota di Waisai.
Mengenal Raja Ampat Setelah Pemekaran Tanggal 9 Mei 2005 merupakan tonggak sejarah dan
perjuangan yang baru bagi masyarakat di deretan kepulauan kepala
burung cenderawasih. Cita-cita untuk memiliki rumah sendiri yang
bernama kabupaten Raja Ampat sudah menjadi kenyataan sejak
ditetapkan sebagai kabupaten defenitif dan siap untuk membangun. Di
bawah tampu pimpinan yang dipercayakan masyarakat kepada Drs.
Marcus Wanma, M.Si sebagai bupati dan Drs. Inda Arfan, M.Ec.Dev
sebagai wakil bupati, Raja Ampat mulai membangun masyarakat dan
daerah.
Tantangan terbesar diawal pemerintahan setelah ditetapkan
menjadi kabupaten defenitif adalah bagaimana mempersiapkan sarana
dan prasarana yang akan menunjang kerja pemerintahan. Seperti
tersedianya kantor pemerintahan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
30
Daerah (SKPD), tersedianya rumah bagi para pegawai yang
ditempatkan pada Kabupaten baru ini, pembagian wilayah dan ruang
RT/RW sehingga pelayanan pemerintahan dapat menjangkau semua
daerah sampai pelosok. Dalam pelaksanaannya tentu mengalami
kendala seperti halnya bagaimana harus mengganti rugi lahan
masyarakat yang akan digunakan untuk membangun fasilitas
pemerintah. Untuk membangun dari awal memang tidaklah mudah,
butuh sinergisitas yang tinggi dari pemerintah dan masyarakat itu
sendiri. Merupakan sesuatu yang biasa, ketika persoalan ganti rugi
tidak menemukan titik temu. Tapi bagi Agus selaku tokoh masyarakat
dari Teluk Mayalibit beliau mengatakan:
“Kalau sa secara pribadi selalu terbuka untuk pemerintah dorang. Kalau dorang mo bangun fasilitas di atas sa pu tanah, yo silahkan saja. Tapi torang ini kan pu aturan adat, bagaimana caranya kalo torang mo minta sesuatu dari orang lain itu ada dia pu cara, tra asal ambil atau bangun di orang pu tanah to?” 34
Bagi Agus, kepemilikan terhadap hak tanah ulayat haruslah
dihormati dan dihargai. Siapapun yang datang dan ingin tinggal di atas
tanah mereka haruslah juga menghargai aturan adat yang berlaku di
wilayah mereka. Menurut beliau, apalagi ketika yang membutuhkan
lahan mereka adalah pemerintah yang ingin membangun fasilitas
untuk melayani masyarakat, tidak ada alasan bagi dirinya tidak
menopang program pemerintah. Walaupun bagi dirinya tetap ada
aturan yang harus dipatuhi bersama.
“Yo apalagi kalo pemerintah dorang yang butuh tanah. Sa secara pribadi pasti kasi, selama fasilitas pemerintah yang dibangun itu untuk kepentingan masyarakat. Biar begitu, aturan adat tetap berlaku to. Mari tong duduk bicara supaya tong sepakat, mo itu torang bicara ganti rugi ka ato apapun dia pu nama. Karena memang pemerintah itu kan kerja buat torang masyarakat” Lugas Agus.35
34 Wawancara dengan Agus, 17 Januari 2015, Pukul 15.00 WIT. 35
Ibid
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
31
Cerita dan sikap yang ditunjukkan Agus mungkin menjadi
bagian dari masyarakat Raja Ampat. Dalam pra-penelitian yang
ditempuh, penulis pernah sekali menemukan sebuah spanduk
terpampang disalah satu jalan yang sedang dipalang oleh warga :
Gambar 3.1. Spanduk protes warga atas ganti rugi lahan
(Sumber A. F. Binter)
Ketika ditelusuri, spanduk tersebut dipasang warga sebagai
bentuk protes terhadap pemerintah yang tidak membayarkan biaya
ganti rugi (santunan dalam bahasa warga) atas lahan milik warga.
Rencananya lahan tersebut akan dibangun pelabuhan kapal feri oleh
pemerintah kabupaten Raja Ampat dan pembayaran ganti rugi akan
dilakukan bertahap. Tetapi sampai pada saat pembukaan lahan ternyata
pemerintah kabupaten belum melunasi pembayaran ganti rugi sesuai
dengan tahapan yang sudah disepakati bersama. Peristiwa diatas adalah
riak-riak kecil dalam pembangunan Raja Ampat diawal pemekaran.
Raja Ampat pun terus membangun disegala bidang. Penataan
ruang wilayah pemerintahan yang tergambar dari tata ruang kabupaten
Raja Ampat, dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan.
Misalnya pada tahun 2009, tercatat bahwa di kabupaten Raja Ampat
terdapat 17 kecamatan dengan besaran wilayah adalah 6.084,50 Km².36
Bandingkan dengan data tahun 2013, tercatat di kabupaten Raja
36 BAPPEDA Kab. Raja Ampat dan BPS Kab.Raja Ampat, 2009. Kabupaten Raja
Ampat Dalam Angka 2009, Hal 8, Raja Ampat.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
32
Ampat kini memiliki 24 kecamatan dengan besaran wilayah adalah
71.605,69 Km² (berdasarkan UU RI 26 Tahun 2002).37
Tabel 3.1
Luas Wilayah Kabupaten Raja Ampat Menurut Kecamatan
Tahun 2012
Kecamatan Luas Wilayah Total (Km²)
Darat (Km²) Laut (Km²)
1. Misool Selatan 73,37 2.234,76 2.308,13
2. Misool Barat 271,11 1.169,20 1.440,31
3. Misool 994,55 3.266,25 4.260,80
4. Kofiau 165,98 7.373,56 7.539,54
5. Misool Timur 445,62 5.044,31 5.489,93
6. Kep. Sembilan 13,85 1.760,0 1.773,91
7. Salawati Utara 31,01 385,41 416,42
8. Salawati Tengah 460,76 270,18 730,94
9. Salawati Barat 404,42 1.512,23 1.916,65
10. Batanta Selatan 151,92 1.715,41 1.867,33
11. Batanta Utara 234,02 1.156,81 1.390,83
12. Waigeo Selatan 193,26 597,47 790,73
13. Kota Waisai 98,09 1.021,93 1.120,02
14. Teluk Mayalibit 500,56 416,49 917,05
15. Tiplol Mayalibit 161,38 137,50 298,88
16. Meosmansar 176,16 1.323,48 1.499,58
17. Waigeo Barat 614,63 8.841,43 9.456,06
18. Waigeo Barat Kep. 83,14 8.356,05 8.439,19
19. Waigeo Utara 120,39 1.750,33 1.870,72
20. Warwabomi 239,31 1.674,85 1.914,16
21. Supnin 189,00 661,22 850,22
22. Kepulauan Ayau 10,18 6.477,66 6.487,84
23. Ayau 4,77 6.952,43 6.957,20
24. Waigeo Timur 447,02 1.422,23 1.869,25
Jumlah 6.084,50 65.521,19 71.605,69
Sumber : Badan Pusat Statistik Raja Ampat
Berdasarkan tabel diatas, terjadi penambahan jumlah distrik
jika dibandingkan data pada tahun 2009. Dengan karakterisik sebagai
wilayah kepulauan tantangan paling terbesar secara geografis adalah
rentang kendali. Dan untuk memperkecil rentang kendali tersebut
37 BAPPEDA Kab.Raja Ampat dan BPS Kab. Raja Ampat, 2014. Kabupaten Raja
Ampat Dalam Angka 2014, Hal 8, Raja Ampat.
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
33
maka pemekaran kecamatan dilakukan, dengan harapan layanan
publik dan program pemerintah dapat langsung dirasakan oleh
masyarakat yang berada di pedalaman. Walaupun dalam perbincangan
yang dilakukan antara penulis dan beberapa pegawai negeri, ada
dugaan pemekaran kecamatan memiliki muatan politis untuk
mensukseskan wacana pemekaran kabupaten Raja Ampat menjadi 2
kabupaten.
Secara geografis kabupaten Raja Ampat berposisi pada
koordinat 00° 30,33" Lintang Utara - 01° Lintang Selatan dan 124° 30,00
- 131° 30 Bujur Timur. Sebagai wilayah kepulauan, daerah ini memiliki
sekitar 610 pulau besar dan kecil, atol dan taka dengan panjang garis
pantai 753 km. Sementara ini hanya 34 pulau saja yang
berpenghuni. Perbandingan wilayah darat dan laut adalah 1 : 6, dengan
wilayah perairan yang lebih dominan.38 Kondisi geografis yang di
dominasi oleh wilayah perairan inilah yang justru membuat Raja
Ampat tampil dengan keunggulannya maritimnya.
Selain itu secara administratif, batas wilayah kabupaten Raja
Ampat sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Republik Federal Palau,
Samudera Pasifik.
2. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan kabupaten Seram
Utara, Provinsi Maluku.
3. Sebelah Barat berbatasan langsung dengan kota dan kabupaten
Sorong.
4. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan kabupaten Halmahera
Tengah, Provinsi Maluku Utara.
Batas wilayah ini juga tergambar jelas lewat cerita-cerita legenda
masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan wilayah sekitar. Seperti
halnya cerita tentang ekspansi Kesultanan Tidore dari Halmahera, yang
kemudian hidup berbaur bahkan kawin-mawin dengan penduduk asli
Raja Ampat. Selain itu pula, pengaruhnya dapat kita temukan pada
38 http://www.rajaampatkab.go.id/statis-9-bataswilayah.html
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
34
budaya-budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat Raja Ampat seperti
pada topik pembicaraan kita tentang Sasi yang akan disampaikan pada
bab-bab selanjutnya.
Jika dilihat dari pulau-pulau terbesar, Raja Ampat terdiri dari 4
pulau besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati dan
Pulau Misool. Masing-masing pulau ini memiliki karakteristik
topografi yang berbeda-beda :
1. Pulau Waigeo merupakan pulau yang sebagian besar topografinya
bergunung dan berbukit pada bagian poros tengah sampai ke
daerah pesisir. Selain itu juga terdiri dari pasir dan karang-karang
batu. Selain itu Pulau Waigeo dikelilingi pulau-pulau sedang dan
kecil yang sebagian besar telah dihuni oleh penduduk. Bagian Barat
dan Selatan Pulau Waigeo lebih banyak dikelilingi oleh pulau-
pulau lain apabila dibandingkan dengan bagian Timur dan Utara.
2. Pulau Batanta sebagian besar topografinya terdiri dari pegunungan
dan perbukitan yang memanjang dari bagian tengah sampai ke
bagian pesisir. Pada bagian pesisir pantai jarang ditemukan pasir
putih. Pulau ini hanya dikelilingi oleh 8 pulau kecil.
3. Pulau Salawati dikelilingi oleh pulau-pulau kecil terutama pada
bagian Selatan dan Timur. Dari bagian tengah sampai dengan
pesisir dikelilingi oleh gunung dan perbukitan yang membujur ke
semua arah.
4. Pulau Misool memiliki topografi yang hampir sama dengan ketiga
pulau besar lainnya. Pada bagian Barat dan Selatan dikelilingi oleh
pulau-pulau kecil. Sedangkan bagian Utara terbentang pulau-pulau
kecil yang membujur dari arah Timur ke Barat yang jarak
tempuhnya dari Misool lebih dari satu jam. Bagian tengah terdapat
pegunungan dan pada bagian pesisir terdapat bukit-bukit
berbatuan terutama pada bagian Barat dan Selatan Pulau Misool.
Di luar empat pulau besar terdapat pulau-pulau sedang dan kecil yang
berjumlah kurang lebih 600 pulau. Pulau-pulau tersebut hanya terdiri
dari batu karang sehingga masyarakat yang mendiami pulau-pulau
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
35
tersebut hanya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan tidak
bisa bercocok tanam seperti penduduk di pulau-pulau yang menjadi
bagian dari Distrik Kepulauan Ayau.
Potensi Darat dan Laut di Raja Ampat Deburan hantaman air laut di badan kapal cepat Marina,
menghempaskan aroma asin semerbak di hidung. Aroma yang sudah
sekian lama tidak pernah tercium oleh penulis semenjak melakukan
studi di Salatiga. Memang bukanlah hal yang baru soal aromanya, yang
baru justru apa yang dilihat oleh mata penulis. Hamparan pepohonan
menyambut kedatangan setiap orang yang akan berkunjung ke Raja
Ampat. Wajar saja, masih terlihat gugusan pepohonan di pesisir kota
Waisai yang adalah ibu kota kabupaten Raja Ampat. Baru 6 tahun
semenjak pemekaran, Raja Ampat mulai membangun. Raja Ampat
(Piece of Paradise), begitu bunyi rentetan huruf disebuah plang yang
menandakan penulis telah sampai di pelabuhan Kota Waisai, Raja
Ampat.
Raja Ampat terus menarik perhatian dunia dengan keindahan
alam yang dimilikinya. Dalam jangka waktu 10 tahun saja, Raja Ampat
telah tampil di pentas dunia sebagai salah satu destinasi wisata dunia
populer. Wisatawan dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong
datang ke Raja Ampat untuk menikmati keindahan laut dan alamnya.
Ini terlihat oleh penulis ketika berada dalam kapal cepat Marina,
wisatawan asing pun datang silih berganti dari berbagai belahan dunia.
Bahkan Pangeran Belanda, Willem Alexander pernah mengunjungi
Raja Ampat pada tahun 2008 untuk berlibur bersama keluarga di Papua Diving Resort.39 Dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan semakin
meningkat. Peningkatan tersebut dapat kita lihat melalui tabel di
bawah ini :
39 Sumber perbincangan dengan Ibu Erma Pandin Oei Tono, headchef di Papua
Diving Resort. Beliau pernah secara langsung melayani Pangeran Belanda ketika berkunjung ke Raja Ampat.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
36
Tabel 3.2
Jumlah Wisatawan Yang Datang di Kabupaten Raja Ampat per Bulan40
Tahun 2010 – 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
313
495
362
171
175
94
116
124
241
464
648
652
555
555
439
527
271
190
172
109
315
590
660
765
920
555
419
859
418
424
307
324
304
1.032
1.160
1.032
1.387
887
1.197
829
760
376
452
506
714
1.285
1.541
1.203
Jumlah 3.855 5.148 7.754 11.137
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat
Dari tabel diatas, dapat terlihat bahwa semenjak tahun 2010
sampai dengan tahun 2013 peningkatan kunjungan wisatawan ke
kabupaten Raja Ampat meningkat signifikan. Ada beberapa dugaan
yang memungkinkan peningkatan ini terjadi secara signifikan. Yang
pertama adalah arus informasi lewat jejaring sosial media. Dimana
jejaring ini justru menjadi promosi wisata yang paling ampuh untuk
menunjukkan betapa Raja Ampat memang menjadi tempat populer
wisatawan. Yang kedua adalah promosi yang dilakukan olek SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang berkaitan dengan bidang ini,
tentunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Yang ketiga adalah event
nasional internasional yang dilakukan di Raja Ampat antara lain :
Festival Bahari Raja Ampat yang diselenggarakan setiap tahun, Sail
Raja Ampat yang diselenggarakan tahun 2014. Tak tanggung-tanggung,
Raja Ampat pernah menjadi lokasi syuting pada tahun 2011 dari
sebuah reality show “Koh-Lanta” yang merupakan program unggulan
sebuah stasiun televisi swasta Perancis. Dengan segala bentuk media,
40 BAPPEDA Kab.Raja Ampat dan BPS Kab. Raja Ampat, 2014. Kabupaten Raja
Ampat Dalam Angka 2014, Hal 268, Raja Ampat
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
37
Raja Ampat diperkenalkan di kancah nasional maupun internasional
dan menjadi daya tarik tersendiri.
Lalu apa sajakah wisata yang dapat kita nikmati di kabupaten
Raja Ampat ini? Ada beberapa obyek wisata yang dapat dinikmati
ketika anda berada di Raja Ampat. Berikut data obyek dan daya tarik
wisata di Kabupaten Raja Ampat :
Tabel 3.3 Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Raja Ampat41
Tahun 2012 Nama ODTW Jenis Wisata Lokasi
1. Pantai WTC Wisata Artificial/Buatan Kota Waisai 2. Air Terjun Warsambin Wisata Alam Warsambin, Teluk
Mayalibit 3. Pantai Waiwo Wisata Pantai dan Selam Waiwo, Waigeo
Selatan 4. Pantai Saleo Wisata Pantai Saleo, Waigeo
Selatan 5. Pulau Manswar Wisata Selam Kepulauan
Manswar, Meosmansar
6. Kampung Wisata Sawinggrai
Wisata Alam dan Budaya Kampung Sawinggrai, Meosmansar
7. Kampung Wisata Sawandarek
Wisata Alam dan Budaya Kampung Sawandarek, Meosmansar
8. Kampung Wisata Arborek
Wisata Alam, Selam dan Budaya
Kampung Arborek, Meosmansar
9. Teluk Kabui Wisata Alam, Selam dan Purbakala
Kabui, Meosmansar
10. Gugusan Pulau Wayag Wisata Geopark dan Selam Kepulauan Wayag, Waigeo Barat
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat
41 BAPPEDA Kab.Raja Ampat dan BPS Kab. Raja Ampat, 2013. Kabupaten Raja
Ampat Dalam Angka 2013, Hal 256, Raja Ampat.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
38
Gambar 3.2. Pantai WTC Kota Waisai
(Sumber A. F. Binter)
Gambar 3.3. Air Terjun Warengkris Warsambin
(Sumber A. F. Binter)
Gambar 3.4. Pantai Waiwo
(Sumber A. F. Binter)
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
39
Gambar 3.5.Pantai Saleo
(Sumber KURNIAWAN)
Gambar 3.6. Kampung Wisata Sawinggrai
(Sumber KURNIAWAN)
Gambar 3.7.Kampung Wisata Sawandarek
(Sumber JUNAEDI IRIANTO)
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
40
Gambar 3.8. Kampung Wisata Arborek
(Sumber KURNIAWAN)
Gambar 3.9. Pantai Jetty Yenbuba
(Sumber KURNIAWAN)
Gambar 3.10. Pulau Agusta
(Sumber KURNIAWAN)
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
41
Gambar 3.11. Teluk Kabui
(Sumber KURNIAWAN)
Gambar 3.12. Pulau Wayag
(Sumber KURNIAWAN)
Setelah kita melihat keindahan alam dan panorama laut yang
dimiliki kabupaten Raja Ampat sebagai salah satu destinasi wisata
dunia. Sekarang kita akan melihat bagaimana sumber daya alam yang
dimiliki oleh kabupaten Raja Ampat.
Sebagai wilayah yang didominasi oleh perairan, tentu yang
menjadi sektor unggulan dari hasil sumber daya alamnya adalah
perikanan. Namun itu bukan berarti bahwa sumber daya alam lainnya
tidak ada. Dan kondisi alam yang didominasi oleh perairan tentu bisa
menggambarkan mata pencaharian masyarakat Raja Ampat. Seperti
yang lumrah terjadi pada masyarakat pesisir, mata pencaharian
masyarakat di Raja Ampat sebagian besar adalah nelayan. Penulis
mencoba mencari berapa persen penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan di kabupaten Raja Ampat, tetapi dalam data resmi yang
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
42
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Raja Ampat tidak
memuat informasi tersebut. Namun jika dilihat dari rasio penyebaran
penduduk pada 4 pulau besar di Raja Ampat didominasi oleh wilayah-
wilayah perkampungan pesisir maka tentu nelayan lebih mendominasi
presentasi mata pencaharian penduduk kabupaten Raja Ampat.
Berdasarkan data dari BPS kabupaten Raja Ampat tahun 201342,
sumber daya alam dari pertanian cuma terdapat beberapa komoditi
yang nampak. Komoditi tersebut antara lain : padi, jagung, kacang
kedelai, kacang tanah, keladi, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau.
Pada sektor pertanian ini komoditi yang unggul dalam jumlah produksi
adalah padi, jagung dan ubi kayu. Dimana masing-masing komoditi ini
pada tahun 2013 menghasilkan produksi sebagai berikut : Padi 1.800
ton, Jagung 1.143,25 ton, Ubi Kayu 1.165,5 ton, Ubi Jalar 1.070,15 ton,
Keladi 770,8 ton, Kacang Tanah 602 ton.43 Sedangkan untuk buah-
buahan hasil produksinya pada tahun 2013 didominasi oleh buah
Pisang 57 ton, Jeruk 12 ton dan Sukun 10 ton.44 Untuk komoditi
sayuran hasil produksi tahun 2013 didominasi oleh 4 sayuran : Tomat
31,8 ton, Kacang Panjang dan Kangkung masing-masing 24,5 ton,
terakhir Sawi 18,5 ton.45 Begitu juga ketika melihat data pada tahun
yang sama untuk tanaman perkebunan ada 6 komoditi yang tercatat
antara lain : Kelapa 9.445 ton, Sagu 8.519 ton, Kakao 1.003 ton, Pinang
12 ton, Jarak 2 ton, Jambu Mete 0,5 ton.46
Selain dari sektor pertanian dan perkebunan, Raja Ampat juga
memiliki potensi dari hasil hutan. Sebelum kita melihat berapa besaran
hasil dari produksi hutan, sebaiknya kita melihat dulu bagaimana
berapa luas hutan yang dimiliki oleh Raja Ampat menurut BPS
kabupaten Raja Ampat. Hutan di kabupaten Raja Ampat terbagi
menjadi 3 yaitu Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan Cagar
Alam. Namun dalam data BPS tidak termuat berapa luasan hutan
42 BAPPEDA Kab. Raja Ampat dan BPS Kab. Raja Ampat, 2014. Kabupaten Raja
Ampat Dalam Angka 2014, Hal 169, Raja Ampat. 43 Ibid, Hal 171-178. 44 Ibid, Hal 179-181. 45 Ibid, Hal 182-184. 46 Ibid, Hal 185.
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
43
produksi yang dimiliki Kabupaten Raja Ampat, yang ada hanya berapa
besaran hasil produksi dalan jenis hasil hutan.
Tabel 3.4 Luas Area dan Dasar Hukum Kawasan Cagar Alam47
Tahun 2013 Kawasan Cagar Alam Luas Area
(Ha) Dasar Hukum
1. Misool Barat, Misool Timur, dan Misool Selatan
111.000,00 761/KPTS/um/10/1982, 12 Oktober 1982
2. Waigeo Barat, Waigeo Selatan, dan Teluk Mayalibit
215.000,00 395/KPTS/UM/5/1981, 30 Oktober 1981
3. Waigeo Barat Kepulauan
4.993,75 251/KPTS-II/1996, 3 Juni 1996 891/KPTS-II/1999, 14 Oktober 1999
4. Selat Sagawin 16.500,00 891/KPTS-II/1999, 14 Oktober 1999
5. Salawati Utara 62.000,00 14/KPTS/UMUM/1/1982, 4 Januari 1982
6. Kofiau 5.937,50 891/KPTS-II/1999, 14 Oktober 1999
Jumlah 415.431,25
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Raja Ampat
Tabel 3.5
Luas Area dan Lokasi Kawasan Hutan Lindung48
Tahun 2013
Kawasan Hutan Luas Area
(Ha)
Lokasi
1. Pulau Mapele 31.292,00 -
2. Pulau Batang Pele 2.031,25 Waigeo Barat Kepulauan
3. Pulau Majet 6.2500,00 -
4. Pulau Gam 15.625,00 Meosmansar,Waigeo Selatan
5. Pulau Manswar 1.250,00 Meosmansar
6. Kepulauan Fam 1.562,50 Waigeo Barat Kepulauan
7. Pulau Batanta Timur 24.609,38 Selat Sagawin
8. Kepulauan Salawati Timur
2.343,75 Salawati Utara
47 Ibid, Hal 201. 48 Ibid, Hal 200.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
44
9. Kepulauan Bo 1.500,00 Kofiau
10. Pulau Misool Utara 41.015,63 Misool
11. Pulau Kenari 1.500,00 Misool
Jumlah 128.979,51
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Raja Ampat
Dengan melihat kedua tabel diatas menandakan bahwa hutan
di kabupaten Raja Ampat didominasi oleh hutan non-produksi yang
dilindungi atau bisa dikatakan hutan konservasi. Data BPS memang
tidak menyajikan luasan hutan produksi, namun tercantum berapa
besar produksi hasil hutan menurut jenis hasil hutan.
Tabel 3.6
Produksi Hasil Hutan Menurut Jenis Hasil Hutan49
Tahun 2010 – 2013
Komoditas
(m³)
Tahun
2010 2011 2012 2013
1. Kayu Bulat 15.667,17 - - -
2. Kayu Gergaji - 1.062,98 880,46 667,66
3. Block Board - - - -
4. Moulding - - - -
5. Plywood - - - -
6. Chips - - - -
7. Film Faced - - - -
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Raja Ampat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil produksi dari hutan
di Kabupaten Raja Ampat hanya berbentuk industri hulu. Dimana hasil
hutan dalam bentuk kayu gergaji langsung dijual ke pasar tanpa
melalui pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah (value added). Berdasarkan tabel ini pula kita dapat melihat bahwa hasil produksi
yang terdaftar di pemerintahan cukup rendah sebab memang hutan di
Raja Ampat lebih banyak masuk dalam hutan lindung dan cagar alam.
Selain, pertanian, perkebunan dan hasil hutan, dalam data yang
sajikan BPS Kabupaten Raja Ampat, salah satu potensi sumber daya
alam lainnya yaitu pertambangan. Namun data dari hasil produksi
49 Ibid, Hal 202.
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
45
tambang tidak diuraikan secara lengkap dalam data tersebut.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Raja Ampat dari sektor tambang,
kabupaten Raja Ampat hanya memiliki hasil produksi Nikel. Data BPS
kabupaten Raja Ampat untuk hasil produksi nikel dalam kurun waktu
2011-2013 sebagai berikut : 849,708 (2011), 902,412 (2012), 888,402
(2013).50 Apakah Nikel adalah satu-satunya hasil tambang yang dimiliki
Kabupaten Raja Ampat? Tentu tidak! Ada beberapa potensi
pertambangan yang ditemukan di Raja Ampat tetapi tidak bisa
dilakukan eksplorasi oleh karena mendapat penolakan dari warga.
Bagaimana dengan sumber daya alam yang berasal dari laut?
Pada awal dari sub-bab ini, penulis telah menjelaskan tentang potensi
laut yang kemudian dikelola sebagai potensi pariwisata. Lalu
bagaimana produksi hasil laut sendiri? Sebelum sampai pada produksi
hasil laut Kabupaten Raja Ampat, kita akan melihat apa seperti apakah
perairan Raja Ampat itu.
Raja Ampat merupakan asset penting di kawasan Segitiga
Karang Dunia, sebuah kawasan yang membentang di enam negara
termasuk Indonesia. Segitiga karang didefinisikan sebagai wilayah
ekoregion laut yang memiliki 500 atau lebih jenis karang. Hasil
pendugaan ekologi secara cepat (Rapid Ecological Assessment) pada
tahun 2001 dan 2002 menunjukkan keanekaragaman hayati laut yang
tinggi di Kepulauan Raja Ampat. Raja Ampat dan Bentang Laut Kepala
Burung (BLKB) Papua merupakan prioritas pertama konservasi laut di
Indonesia (Huffard et al., 2012).
Raja Ampat menjadi rumah bagi 69,21% spesies karang dunia,
dimana ditemukan 553 jenis karang dan dua diantaranya merupakan
jenis endemik Raja Ampat dari keluarga Acroporidae yaitu Montipora delacatula dan Montipora verruculosus. Selain itu ditemukan
setidaknya 41 jenis dari 90 genus karang lunak Alcyonacean dari 14
Famili. Di wilayah ini juga ditemukan 699 jenis moluska dan menjadi
rumah bagi 5 jenis penyu , setidaknya 1.505 jenis ikan karang dan
rumah bagi 15 jenis mamalia laut yang terdiri dari 14 jenis cetacean (13
50 Ibid, Hal 209.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
46
jenis paus dan lumba-lumba) dan 1 jenis duyung (Dugong dugon). Salah satu pemicu keanekaragaman yang luar biasa ini adalah tingginya
keragaman habitat mulai dari lamun, mangrove, terumbu karang di
perairan dangkal (termasuk terumbu karang tepi, penghalang, patch
dan atoll) hingga celah dalam antar pulau-pulau kecil utama. Dengan
tingkat keragaman hayati yang begitu tinggi, para ilmuwan menyebut
kepulauan Raja Ampat sebagai jantung Segitiga Karang Dunia.51
Lalu bagaimanakan hasil produksi dari sektor perikanan? Data
BPS pada Raja Ampat Dalam Angka 2014, hanya menyajikan data
berupa volume dan nilai produksi hasil perikanan secara umum.
Namun mengenai jenis ikan apa saja yang menjadi bagian dari hasil
produksi tidak tercantumkan. Begitu juga ketika melihat hasil produksi
per-kecamatan tidak tercantumkan. Tetapi data disajikan secara umum
sesuai dengan masukan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Raja Ampat. Berikut data yang penulis maksudkan :
Tabel 3.7 Volume dan Nilai Produksi Hasil Perikanan52
Tahun 2009 – 2013 Tahun Volume
(Ton) Nilai (Rp)
2009 725,44 774.059.662 2010 222,36 995.589.118 2011 501,78,0 853.039.906 2012 2.627.762,0 1.816.954.753 2013 2.225.352,8 1.741.414.431
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Raja Ampat
Kerusakan Lingkungan dan Eksploitasi, Tantangan Raja
Ampat Kini Dengan ketersediaan sumber daya alam yang sangat melimpah
dan situasi Raja Ampat yang sedang membangun sebagai Kabupaten
51 UPTD Taman Pulau-pulau Kecil Daerah & Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Raja Ampat, 2012. “Rencana Pengelolaan Taman Pulau-Pulau Kecil Daerah Raja Ampat”, Raja Ampat 2012.
52 Ibid, Hal 198.
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
47
baru, maka ancaman yang paling serius adalah kerusakan lingkungan
hidup karena perilaku eksploitatif. Raja Ampat tentu membutuhkan
sumber daya alam dalam bentuk konsumsi untuk membangun. Dimulai
dari penebangan hutan untuk pembukaan lahan dalam membangun
fasilitas/sarana pra-sarana pemerintah dan juga oleh masyarakat,
sampai pada konsumsi kayu untuk pembangunan tersebut. Selain itu
tentu sebagai daerah kabupaten baru tentu Raja Ampat akan
mengalami pertambahan penduduk. Dan pertambahan penduduk ini
berbanding lurus dengan tingkat konsumsi sumber daya alam. Itu
artinya kondisi sumber daya alam yang ada akan terpakai untuk
konsumsi masyarakat, dan pada akhirnya ancaman terhadap ketahanan
pangan sekaligus kerusakan lingkungan hidup adalah ancaman yang
serius.
Sesuai dengan tema penelitian ini yang berkaitan dengan
sumber daya alam kelautan, maka penulis membatasi untuk melihat
pada potensi kerusakan lingkungan laut dan ancaman eksploitasinya.
Tentu sebagai wilayah yang didominasi oleh laut Raja Ampat punya 2
sektor unggulan yaitu Pariwisata dan Perikanan. Kita telah melihat
diatas bahwa Raja Ampat sangat terkenal dengan keindahan paronama
lautnya, baik keindahan pantai, biota ikan dan karang.
Setelah dimekarkan sebagai Kabupaten baru, Raja Ampat
menghadapi tantangan yang sebenarnya.Terlebih ketika menghadapi
persoalan maritim tentang pengelolaan laut serta hasilnya, serta
bagaimana memproteksi segala potensi yang ada dalam laut Raja
Ampat.
“Sayangnya, Raja Ampat saat ini tengah menghadapi ancaman dari aktivitas manusia. Meskipun secara umum kondisi terumbu karang di Raja Ampat masih relatif bagus, praktik perikanan yang merusak masih dijumpai, disamping ada kecenderungan makin tingginya penangkapan berlebih (overfishing) terhadap sumberdaya perikanan. Pengelolaan jangka panjang di Raja Ampat memerlukan informasi yang komprehensif dan perencanaan tata ruang laut serta strategi pengelolaan yang memperhatikan konservasi dan pemanfaatan lestari dari sumberdaya alam, juga
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
48
pengetahuan lokal, budaya, sejarah dan aspirasi dari masyarakat Raja Ampat.”53
Otoritas terkait dalam hal ini adalah Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Raja Ampat pun menyadari akan ancaman
kerusakan lingkungan laut dan eksploitasi sumber daya laut. Hal yang
sama pun diungkapkan oleh Bambang54 yang pada saat itu bekerja di
Conservation International, dalam wawancara dengan penulis beliau
menyampaikan :
“Torang tidak melarang masyarakat untuk mengambil di dorang pu laut, tapi torang cuma mengatur bagaimana cara tangkapnya saja. Selain itu juga ada nelayan-nelayan luar yang menangkap ikan dengan alat-alat modern yang tidak ramah dengan lingkungan. Coba ade bayangkan, kalo masyarakat dorang tangkap ikan deng akar bore atau bom ikan? Itu pasti karang-karang rusak. Trus kalo karang-karang rusak ikan dong hidup bagaimana? Lain lagi deng nelayan dari luar yang tangkap deng jaring pukat harimau. Itu semua ikan mo kecil ka, besar ka, yang tra bertelur ka, yang bertelur ka, semua tarangka abis. Kalau begini lama-lama tong pu karang rusak, dan tong pu ikan habis”
(Kita tidak melarang masyarakat untuk mengambil di laut
milik mereka, tapi kita cuma mengatur bagaimana cara tangkapnya
saja. Selain itu juga ada nelayan-nelayan luar yang menangkap ikan
dengan alat-alat modern yang tidak ramah dengan lingkungan. Coba
adek bayangkan kalau mereka masyarakat tangkap ikan dengan akar bore55 atau bom ikan56? Itu pasti karang-karang rusak. Lalu kalau
53
UPTD Taman Pulau-Pulau Kecil Daerah & Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat, 2012. Rencana Pengelolaan Taman Pulau-pulau Kecil Daerah Raja Ampat, Hal 2, Raja Ampat,.
54 Bambang adalah salah satu tokoh masyarakat suku Maya di Teluk Mayalibit yang bekerja di lembaga Conservation International. Wawancara berlangsung pada pra-penelitian penulis di akhir Agustus 2011.
55 Akar bore adalah sejenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan dasar oleh
masyarakat lokal untuk menangkap ikan. Tumbuhan ini kemudian diolah menjadi cairan dan berfungsi seperi racun. Akar bore belakangan ini dilarang untuk digunakan sebab efek penggunaan tumbuhan ini dalam penangkapan ikan dapat membuat karang-karang juga mati.
56 Bom ikan adalah cara menangkap ikan yang digunakan oleh nelayan lokal. Bom
ikan ini sama seperti bom pada umumnya, tetapi dirakit secara manual dengan disimpan didalam botol lalu dibuang ke laut dan tenggelam diantara karang. Ketika
Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya
49
karang-karang rusak semua ikan hidup bagaimana? Lain lagi dengan
nelayan dari luar yang menangkap ikan dengan jaring pukat harimau57.
Itu semua ikan yang kecil, yang besar, yang tidak bertelur, yang
bertelur, semua terjaring. Kalau begini terus, kita punya karang rusak
dan kita punya ikan habis).
Gambar 3.13. Tumbuhan Akar Bore
(Sumber alamanah.org)
Gambar 3.14. Bom Ikan (Potas)
(Sumber cintailahindonesia.blogspot.com)
meledak karang menghancurkan karang di dasar laut akan mengakibatkan karang mati, dan ikan yang ada disekitarnya pun mati. Ketika ikan muncul dipermukaan lalu diambil oleh nelayan.
57 Pukat Harimau atau trawl dalam bahasa Inggris, adalah semacam pukat kantong
yang dioperasikan dengan cara ditarik pada jarak yang panjang, untuk menangkap ikan-ikan yang berada pada daerah yang dilewati. Pukat ini ada yang dioperasikan di tengah-tengah kolom air, untuk menangkap ikan-ikan pelagis, dan ada pula yang dioperasikan di dasar perairan. Pukat harimau banyak mengundang protes pecinta lingkungan maupun nelayan-nelayan lain, karena sifatnya yang merusak. Terutama yang dioperasikan di dasar laut, pukat ini dapat merusak terumbu karang, menimbulkan kekeruhan di dasar perairan, dan menangkap ikan-ikan atau hewan-hewan bukan target (bycatch). Tangkapan samping ini pada akhirnya akan banyak dibuang, dan menimbulkan masalah lingkungan yang baru.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
50
Gambar 3.15. Pukat Harimau
(Sumber wikipedia.org)
Sumber daya alam laut yang melimpah dan aktifitas
menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan adalah sebuah paradoks.
Inilah tantangan yang terbentang nyata didepan mata Raja Ampat
kedepan. Apakah aktifitas penangkapan itu dilakukan oleh nelayan
lokal (dari Raja Ampat) ataupun dari luar (dari pulau-pulau sekitar Raja
Ampat), ini adalah ancaman serius bagi kelestarian laut serta sumber
daya laut yang dimiliki oleh Raja Ampat. Setiap stake-holder, baik itu
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat bahkan masyarakat Raja
Ampat harus bahu-membahu untuk menjawab tantangan dan sekaligus
ancaman ini bersama-sama.
Adakah sebuah tindakan/sikap yang dilakukan baik oleh
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat atau masyarakat lokal untuk
menjawab tantangan dan mengantisipasi ancaman ini? Pada chapter
selanjutnya, penulis akan menyampaikan hasil penelitian lapangan di
Kampung Warsambim Distrik Teluk Mayalibit, Raja Ampat. Pada
chapter selanjutnya,akanterlebih dahulu mendeskripsikan tentang
kondisi lokasi penelitian di desa Warsambin.