rancang bangun dan analisa strukturmesin …/rancan… · melalui gaya geser momen lentur yang...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
RANCANG BANGUN DAN ANALISA STRUKTURMESIN PENGHANCURLIMBAH STYROFOAM
PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
Oleh:
MEI ANANG KURNIANTO NIM. I8109028
PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Limbah styrofoam banyak dijumpai dewasa ini. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan akan styrofoam semakin meningkat. Styrofoam biasanya digunakan
untuk bungkus makan, pengganjal alat elektronik seperti televisi, kulkas AC dan
lain-lain. Penggunaan styrofoam memang sangat membantu dan sangat efisien.
Tetapi styrofoam merupakan salah satu jenis bahan yang sukar diurai oleh tanah
karena styrofoam merupakan bahan yang terbuat dari polystyrene yaitu plastik
yang berbahan dasar petrolium yang berasal dari zat styrene monomer. Diperlukan
waktu yang lama untuk mengurai bahan ini.
Berawal dari persoalan tersebut orang mencoba mendaur ulang styrofoam.
Salah satunya yaitu untuk komposisi pembuatan batu batako, yaitu dengan cara
mencampur styrofoam, semen dan pasir. Sehingga dapat menghemat pasir, semen
dan bisa menghasilkan batu batako yang ringan.
Dikarenakan pada saat mencampur komposisi tersebut diharuskan bentuk
styrofoam sudah harus hancur, maka diperlukan suatu mesin untuk
menghancurkan limbah styrofoam. Untuk itu dibuatlah mesin penghancur
styrofoam untuk mempermudah proses penghancuran styrofoam di UKM Cipta
Karya Manunggal Jl. Kerinci Dalam 6, No 16B, Sambirejo RT 03/09 Kadipiro
Solo.
Salah satu komponen mesin yang paling penting adalah rangka.
Diperlukan ketelitian dalam perhitungan agar rangka bisa menopang beban yang
ada serta tepat dalam pemilihan material rangka. Metode yang digunakan untuk
perhitungan adalah metode slope deflection.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam proyek akhir ini adalah merancang dan
membuat rangka alat penghancur styrofoam.
1.3. BATASAN MASALAH
Batasan masalah proyek ini yaitu tentang perhitungan konstruksi rangka,
sambungan baut, dan kekuatan las pada mesin penghancur limbah styrofoam.
1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PROYEK AKHIR
a. Tujuan Proyek Akhir
Untuk merancang dan membuat rangka alat penghancur sytrofoam yang
digunakan dalam pembuatan batu batako di UKM Cipta Karya
Manunggal.
b. Manfaat Proyek Akhir
Teoritis
Memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai perancangan alat
serta menciptakan suatu unit rekayasa yang efektif dan efisien
dibandingkan alat sejenis yang telah ada.
Praktis
Menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama kuliah dengan
mengaplikasikannya dalam suatu bentuk karya nyata dalam sebuah
ornament alat penghancur styrofoam dan melatih ketrampilan dalam
proses produksi yang meliputi bidang perancangan, pengelasan dan
permesinan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Styrofoam
Limbah styrofoam merupakan salah satu limbah yang sukar untuk
diuraikan. Dibutuhkan waktu setidaknya 1000 tahun oleh bumi untuk
menguraikan limbah styrofoam tersebut (Anam, 2009 : 8). Oleh karena itu banyak
orang yang mencoba untuk memanfaatkan limbah styrofoam dalam proses
pembuatan batu batako.
Gambar 2.1. Styrofoam Sumber: http://balon-indonesia.blogspot.com/2011/08/styrofoam-
dekorasi.html
2.2. Mesin Bor
Mesin bor adalah suatu jenis mesin perkakas yang gerakannya
memutarkan alat pemotong dengan arah pemakanan mata bor hanya pada
sumbu mesin tersebut. Sedangkan pengeboran adalah operasi menghasilkan
lubang berbentuk bulat pada benda kerja dengan menggunakan pemotong
berputar yang disebut bor.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2.2.1. Mata potong bor
Mata potong terdiri dari dua bagian, yaitu bibir potong dan sisi
potong. Bibir potong mata bor terdapat dua buah yang terletak antara dua sisi
potong yang saling berhadapan. Kedua sisi potong ini diasah hingga membentuk
sudut yang bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor.
Tabel 2.1. Sudut mata bor
Besar Sudut Bahan
500-800
1180
1400
Kuningan, Perunggu
Baja, Besi Tuang, Baja Lunak, Baja Tuang
Baja Keras
Sumber: http://doddi_y.staff.Gunadarma.ac.id/Mesin+Bor 2.2.2. Kecepatan pemotongan
Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung
berdasarkan putaran mesin per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan bahwa
kecepatan potong adalah panjangnya gram yang terpotong per satuan waktu.
Setiap jenis logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan
berbeda-beda. Dalam pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan
kecepatan potong logam.
Tabel 2.2. Harga kecepatan potong mata bor HSS
Bahan Kecepatan Potong (m/menit)
Alumunium Campuran
Kuningan Campuran
Perunggu Tegangan Tinggi
Besi Tuang Lunak
60 100
30 100
25 30
30 50
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Besi Tuang Menengah
Besi Tuang Keras
Tembaga
Baja Karbon Rendah
Baja Karbon Sedang
Baja Karbon Tinggi
Baja Perkakas
Baja Campuran
25 30
10 20
20 30
30 50
20 30
15 30
10 30
15 25
Sumber: http://doddi_y.staff.Gunadarma.ac.id/Mesin+Bor
Berikut perhitungan kecepatan untuk proses pengeboran
V = . d . n.......................................................... (2.1)
Dimana:
V = keliling bibir potong mata bor
d = Diameter mata bor
n = putaran mata bor per menit
2.2.3. Pemakanan pengeboran
Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong bor ke dalam
lubang/benda kerja dalam satu kali putaran mata bor. Besarnya pemakanan dalam
pengeboran dipilih berdasarkan jarak pergeseran mata bor dalam satu putaran,
sesuai dengan yang diinginkan. Pemakanan juga tergantung pada bahan yang
akan dibor, kualitas lubang yang dibuat, dan kekuatan mesin yang ditentukan
berdasarkan diameter mata bor.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Tabel 2.3 Kecepatan potong dan kecepatan pemakanan pengeboran
Diameter Mata Bor (mm) 5 10 15 20 25
Kec. Pemakanan (mm/putaran) 0.1 0.18 0.25 0.28 0.31
Kec. Potong (mm/min) 15 18 22 26 29
Sumber : Scharcus dan Jutz, 1996.
2.3. Analisa Kekuatan Rangka
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang pengaruh dari suatu beban
terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut.
Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sebuah sistem
menjadi suatu objek tinjauan utama. Menghitung kekuatan rangka dapat ditinjau
melalui gaya geser momen lentur yang muncul akibat beban yang diberikan pada
rangka menggunakan metode slope deflection yang menyebabkan perpindahan-
perpindahan (rotasi dan translasi) pada setiap titik hubung yang kaku. Metode
perubahan sudut ini sangat umum digunakan untuk menganalisa balok dan
kerangka kaku baik yang bersifat statis tak tentu maupun statis tertentu.
2.3.1. Metode Perubahan Sudut (Slope Deflection Method)
Metode perubahan sudut merupakan salah satu metode umum yang dapat
dipakai untuk menganalisa semua balok dan kerangka kaku baik yang bersifat
statis tak tentu ataupun statis tertentu, berdasarkan pengandaian bahwa semua
deformasi disebabkan hanya oleh pengaruh momen lentur.
Keistimewaan dari metode ini adalah perpindahan (rotasi dan translasi)
titik-titik hubung yang kaku diperlakukan sebagai besaran yang tak diketahui
nilainya, nilai-nilai mereka ditentukan lebih dahulu dari nilai momen di setiap
ujung anggota.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Gambar 2.2. Kerangka kaku
(Sumber : Wang, 1987 : 178)
Keterangan:
a. Kerangka kaku di atas bersifat statis tak tentu.
b. Portal dicegah beralih horisontal oleh tumpuan terjepit di A.
c. Portal di cegah beralih vertikal oleh tumpuan dasarr tejepit di D dan E.
d. Deformasi aksial pada anggota-anggotanya diabaikan, kelima titik
hubungnya harus tetap di lokasi mereka semula.
e. Rotasi titik hubung searah jarum jam B dan C dianggap bernilai positif
(Gambar 2.2a).
f. Diagram-diagram benda bebas semua anggota (Gambar 2.2b)
memperlihatkan bahwa di suatu ujung yang manapun pada setiap anggota,
bisa terdapat tiga gaya : gaya tarik atau tekan langsung, gaya geser ujung,
dan momen ujung. Delapan momen ujung yang bekerja di ujung-ujung
keempat anggota disebut sebagai M1 hingga M8. Momen-momen searah
jarum jam yang bekerja di ujung-ujung anggota dianggap bernilai positif.
(a) Kerangka kaku
(c) Diagaram benda bebas titik hubung
(hanya momen yang diperlihatkan) (b) Diagaram benda
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
g. Dua momen ujung yang bekerja pada setiap anggota dapat diekspresikan
sebagai fungsi dari kedua rotasi dan beban-beban pada ujung anggota yang
bersangkutan. Jadi momen-momen M1 hingga M8 dapat diekspresikan
sebagai fungsi dari kedua rotasi titik hubung yang tak diketahui B dan C.
h. Gambar 2.2c memperlihatkan diagram-diagram benda bebas titik hubung
B dan C. Aksi dari anggota terhadap titik hubung terdiri dari sebuah gaya
dalam arah sumbu anggota yang bersangkutan, dan sebuah momen yang
masing-masing merupakan lawan dari aksi titik hubung yang bersangkutan
terhadap anggota tersebut. Pada gambar 2.2c hanya momen yang
diperlihatkan. Momen-momen ini diperlihatkan dalam arah positif mereka,
yakni berlawanan arah jarum jam.
i. Agar seimbang, jumlah semua momen yang bekerja di setiap titik hubung
harus sama dengan nol. Jadi :
Syarat sambungan di B :
M2 + M3 + M5 = 0
Syarat sambungan di C :
M4 + M7 = 0
Syarat sambungan di B dan C diperlukan dan cukup untuk menentukan
nilai rotasi titik hubung yang tak diketahui yaitu B dan C.
Dari keterangan (gambar 2.2) di atas sudah dapat diketahui bahwa beban
yang diterima rangka menyebabkan perubahan sudut () yang nilainya perlu dicari
dan digunakan untuk menentukan nilai momen lentur pada setiap ujung anggota.
2.3.2. Penurunan Persamaan Perubahan Sudut
Persamaan-persamaan defleksi kemiringan momen ujung yang bekerja di
ujung-ujung sebuah batang dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung dan
pembebanan pada batang tersebut. Jadi untuk rentangan AB yang terlihat pada
(gambar 2.3a), MA dan MB dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung A dan B dan
pembebanan yang diberikan W1 dan W2 (momen ujung searah jarum jam
bernilai positif).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 2.3. Persamaan perubahan sudut kerangka kaku
(Sumber : Wang, 1987 : 180)
Dengan pembebanan yang diberikan pada batang itu maka diperlukan
momen ujung (momen ujung terjepit) MOA dan MOB yang diperlukan untuk
mempertahankan kemiringan nol di A dan B (Gambar 2.3b). Momen-momen
ujung tambahan MA dan MB atau biasa disebut kondisi gaya titik hubung yang
tanpa beban-beban bekerja pada batang AB diperlukan untuk mempertahankan
kemiringan A dan B. Jika A1 dan B1 merupakan rotasi ujung yang disebabkan
oleh MA dan A2 dan B2 oleh MB (Gambar 2.3d), maka syarat-syarat bentuk yang
diperlukan menurut (Wang, 1987:180) :
MA = MOA + MA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
MA = MOA + MA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
Momen-momen ujung MOA dan MOB ditentukan sebagai momen ujung terjepit
sedangkan momen-momen ujung MA dan MB ditentukan untuk mempertahankan
kemiringan A dan B. jadi :
A = - A1 + A2 = 3EI
LM'
6EI
LM' BA +- . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
(a) Persamaan perubahan sudut
(b) (c) (d)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B = - B1 + B2 = 3EI
LM'
6EI
LM' BA +- . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
Dengan menjawab persamaan (2.3 dan 2.4) untuk memperoleh MA dan MB,
MA = + Bqq L2EI
L
4EIA + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
MB = + Bqq L4EI
L
2EIA + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.7)
Subtitusikan persamaan (2.5 dan 2.6) ke dalam persamaan (2.1 dan 2.2) untuk
memperoleh MA dan MB,
MA = MOA + )2(L
2EIA Bqq + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)
MB = MOB + )2(L
2EIA Bqq + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.9)
Maka secara umum di dapat,
Mujung-dekat = MOA + )2(L
2EIA Bqq + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.10)
Dimana :
A = Sudut rotasi titik hubung A
B = Sudut rotasi titik hubung B
MA = Momen di ujung batang AB (N/mm2)
MB = Momen di ujung batang BA (N/mm2)
MA = Momen untuk mempertahankan kemiringan A
MB = Momen untuk mempertahankan kemiringan B
I = Inersia (mm4)
L = Panjang batang (mm)
MOA = Momen ujung terjepit di A
MOB = Momen ujung terjepit di B
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Persamaan (2.9) di atas adalah persamaan perubahan sudut untuk suatu
anggota yang mengalami perubahan sudut tanpa rotasi sumbu anggota-
anggotanya. Momen di sembarang ujung suatu anggota yang mengalami lenturan
sama dengan momen ujung terjepit akibat beban-beban yang bekerja pada anggota
tersebut ditambah 2EI/L kali jumlah dari dua kali kemiringan di ujung dekat dan
kemiringan di ujung jauh.
2.4. Pengelasan
Pengelasan adalah pembuatan sambungan permanen yang mana berasal
dari peleburan dari dua bagian yang digabungkan bersama, dengan atau tanpa
penggunaan penekanan dan pengisian material. Panas yang dibutuhkan untuk
meleburkan material berasal dari nyala api pada las asitelin atau las busur listrik.
Pada proses pengerjaan proyek akhir ini menggunakan las listrik untuk membuat
rangka dan spot welding untuk membuat cover.
Tipe-tipe sambungan las yang dipakai antara lain:
Butt join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas berada
pada bidang yang sama. Gambar 2.4 menunjukan jenis-jenis sambungan butt
join.
Gambar 2.4. Jenis Butt join
(Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)
Lap join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas berada
pada bidang paralel. Gambar 2.5 menunjukan tipe lap join.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.5. Lap join
(Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)
Edge join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas berada
pada bidang paralel, tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya. Gambar
2.6 menunjukan tipe edge join.
Gambar 2.6. Edge join
(Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)
T-join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus
satu sama lain. Gambar 2.7 menunjukan tipe T-join.
Gambar 2.7. T-join (Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)
Corner join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas tegak
lurus satu sama lain, tetapi sambungan las dilakukan pada sudutnya. Gambar
2.8 menunjukan tipe corner join.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.8. Corner join
(Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)
Biasanya sebelum dilalukan pengelasan busur listrik benda kerja dibuat
kampuh atau alur las, gambar 2.9 menerangkan tentang macam-macam bentuk
alur las
Gambar 2.9. Bentuk alur las
Perhitungan dalam perencanaan las (Khurmi 1982: 310)
Panjang las minimum dalam proses pengelasan (l)
l = .................................................................. (2.11)
dimana :
l = panjang pengelasan (mm)
P = beban pada titik pengelasan (kg)
t = Tebal plat (mm)
fs = tegangan geser ( )
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2.5. Sambungan baut
Sambungan baut adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir
untuk mengikat dua a tau lebih komponen permesinan. Sambungan baut
merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang).
Sambungan baut terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Bolt), yakni yang
memiliki ulir di bagian luar dan Mur (Nut) , yakni yang memiliki ulir di bagian
dalam.
Ukuran dalam ulir biasanya disertakan dengan huruf (M) kemudian diikuti
dengan diamter dan kisaranya. Sebagai contoh M10 x 1,5 artinya ulir dengan
diameter luar 10 dan kisar jarak ulir = 1,5 mm. Perhitungan dalam perencanaan
sambungan ulir antara lain menentukan besarnya diameter.
Menghitung diamter dari gaya gesernya (Khurmi : 349)
F = x dc2 x ....................................................................... (2.12)
dimana :
dc = diameter baut (mm)
F = gaya yang bekerja (N)
= tegangan geser izin material ( N/mm2)
= safety factor
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB III
PERENCANAAN DAN GAMBAR
3.1. Skema dan Prinsip Kerja Alat
Gambar 3.1. Mesin penghancur limbah styrofoam
Gambar 3.1 menjelaskan bagian-bagian dari mesin penghancur limbah
styrofoam. Prinsip kerja dari alat penghancur styrofoam adalah menggunakan
tenaga dari motor listrik 1 Hp. Daya dari motor ini ditransmisikan dengan pulley
dan sabuk. Putaran mesin direduksi dengan perbandingan pulley 1:2 dan
dihubungkan oleh sabuk dengan panjang 51 inchi.
Pisau penghancur
Corong masuknya styrofoam
Motor Listrik
Laci tempat menampung hasil produksi
Rangka mesin
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Material styrofoam dimasukkan melalui corong yang kemudian akan
dihancurkan oleh pisau yang didesain dari beberapa sikat kawat yang disusun
dengan bantuan poros bertingkat. Hasil dari styrofoam yang telah dihancurkan
akan turun ke bawah dan ditampung oleh laci yang telah disiapkan.
3.2. Diagram Alur Proses Perancangan Konstruksi
Proses perancangan konstruksi alat penghancur styrofoam ini seperti
terlihat pada diagram di bawah:
Gambar. 3.2. Flow chart perencanaan dan perhitungan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3.3. Analisa Rangka
Rangka mesin penghancur styrofoam ini terbuat dari baja ST 37 profil L
dengan ukuran 50 x 50 x 4. Informasi yang berkaitan dengan bahan tersebut
adalah sebagai berikut : (Gunawan : 1988 : 33).
a. Bahan ST 37 profil L 50 x 50 x 4
Tegangan ultimate (u) = 370 N/mm2.
Momen inersia (I):
Ix = 14,4. 104 mm4
Iy = 3,74. 104 mm4
Ukuran penampang
Panjang (H) = 50 mm
Lebar (B) = 50 mm
Luas penampang (A) = 389200 mm2
Mencari gaya yang paling besar
Gaya pada poros pisau penghancur
Torsi pisau = Torsi pulley
Fpisau . rpisau = Fpulley . rpulley
Fpisau . 76,2 mm = 128. 76,2 mm
Fpisau = 128 N
Gambar. 3.3. Gaya yang bekerja pada poros
128 N 128 N
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kesetimbangan gaya luar
A = 0
Fpisau . 95 RB . 190 + Fpulley . 260 = 0
128 . 95 - RB . 190 + 128. 260 = 0
45440 RB . 190 = 0
RB = 239,16 N
Y = 0
RA + RB Fpulley Fpisau = 0
RA + 239,16 128 128 = 0
RA = 16,84 N
Gaya pada motor penggerak
Berasal dari berat motor listrik yang ditumpu oleh 4 baut.
F = 190/4 = 47,5 N
Jadi gaya yang dipakai acuan adalah gaya pada RB yaitu 239,16 karena
merupakan gaya yang paling besar.
3.3.1. Analisa Kekuatan Rangka Utama
Gambar di bawah ini menjelaskan tentang free body diagram dari rangka
mesin penghancur styrofoam.
(a). Kerangka kaku yang akan ditinjau (b). Kurva elastis
Gambar 3.4. FBD rangka mesin penghancur styrofoam
239,16 N 239,16 N
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Setelah mengetahui FBD dari rangka mesin penghancur styrofoam,
kemudian memisahkan tiap batang untuk mengetahui momen ujung
terjepit seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.5.
(b). Diagram benda bebas momen ujung terjepit
Gambar 3.5. Kerangka kaku mesin penghancur styrofoam
a. Menentukan momen ujung terjepit pada tiap anggota.
Momen ujung terjepit pada batang A-B
MO1 = 0 N.mm
Momen ujung terjepit pada batang B-C
- MO2 = MO3 = 2
2..L
baP
= mmN .5,12524400
210.190.16,2392
2
=
MO3 = mmN .5,12524
MO2 = mmN .5,12524-
239,16 N
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Momen ujung terjepit pada batang C-D
MO4 = 0 N.mm
b. Persamaan-persamaan perubahan sudut pada tiap anggota.
M1 = MO1 + )2(L
2EIB Aqq +
= 0 + )2(650
2EIAB qq +
M1 = 0,00615 EI B + 0,003076 EI A
M2 = MO2 + )2(L
2EIB Cqq +
= - 12524,5 + )2(400
2EICB qq +
M2 = -12524,5 + 0,01 EI B + 0,005 EI C
M3 = MO3 + )2(L
2EIC Bqq +
= 12524,5 + )2(400
2EIBC qq +
M3 = 12524,5 + 0,01 EI C + 0,005 EI B
M4 = MO4 + )2(L
2EIDC qq +
= 0 + )2(650
2EIDC qq +
M4 = 0,00615 EI C + 0,003076 EI D
Pada kerangka kaku diatas dapat dilihat tumpuan yang dipakai untuk
menumpu tiang utama adalah sendi, sehingga tidak terjadi perubahan sudut dan
momen pada titik A dan D atau nilainya adalah 0. Pada batang B C dijepit
ujung ujungnya sehingga akan timbul momen dan perubahan sudut pada ujung
batang B C . Persamaan-persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi lebih
mudah seperti dibawah ini:
M1 = 0,00615 EI B
M2 = -12524,5 + 0,01 EI B + 0,005 EI C
M3 = 12524,5 + 0,01 EI C + 0,005 EI B
M4 = 0,00615 EI C
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Syarat keseimbangan titik hubung
M1 + M2 = 0
0,00615 EI B + (-20952,74) + 0,01 EI B + 0,005 EI C = 0
0,01615 EI B + 0,005 EI C = 12524,5
-M3 - M4 = 0
-(12524,5 + 0,01 EI C + 0,005 EI B) - 0,00615 EI C = 0
-0,005 EI B - 0,0165I C = 12524,5 Dari keseimbangan titik hubung diatas didapat dua persamaan untuk menentukan nilai dari perubahan sudut titik hubung B dan C.
0,01615 EI B + 0,005 EI C = 12524,5 (1) - 0,005 EI B - 0,01615 EI C = 12524,5 (2)
d. Mencari nilai B dan C :
- Mengubah persamaan (1) menjadi persamaan di bawah:
0,01615 EI B + 0,005 EI C = 12524,5
0,01615 EI B = 12524,5 - 0,005 EI C
EI B = 775510,8359 - 0,309 EI C (3)
Subtitusi persamaan 3 ke dalam persamaan 2:
-0,005 EI B - 0,01615 EI C = 12524,5
-0,005.( 775510,8359 - 0,309 EI C ) - 0,016155EI C = 12524,5
0,00155 EI C - 3877,55 - 0,01615 EI C = 12524,5
- 0,014602012 EI C = 16402,05418
EI C = - 1123273,572
EI B = 1123273,551
e. Mencari nilai momen yang muncul pada tiap anggota.
Dengan memasukkan nilai EIB dan EIC kedalam persamaan
perubahan sudut diatas maka nilai momen dapat didapatkan sebagai
berikut :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
M1 = 6908,132 N.mm
M2 = - 6908,132 N.mm
M3 = 6908,132 N.mm
M4 = - 6908,132 N.mm
f. Momen maximum pada batang B-C.
4
.max
LPM =
= 4
400.128
Mmax = 12800 N.mm
g. Gambar diagaram yang dihasilkan:
Diagram momen.
Penggambaran momen dilakukan pada sisi tekan, tanpa penunjukan
tanda positif dan negatif.
(a).`Diagram momen lentur (b). Kurva elastis
Gambar 3.6. Diagram momen lentur dan kurva elastis rangka utama
400,1 N
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3.3.2. Analisa Kekuatan Bahan Profil Rangka
Kekuatan bahan ditinjau dari tegangan tarik
Tegangan ultimate bahan (Baja ST 37):
u = 4
370 N/mm2
= 92,5 N/mm2
Tegangan tarik yang terjadi pada batang B-C:
= AF
= 2389200128
mmN
= 3,29 . 10-4 N/mm2
Karena u > jadi rangka aman.
3.4. Perencanaan Pengelasan
Tegangan ultimate rangka = 370 N/mm2.
Perhitungan berdasarkan tipe pengelasan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.7. Bentuk pengelasan
Dari data hasil perhitungan diatas diambil beban terberat untuk
dilakukan perhitungan yaitu 239,16 N.
Data : b = 46 mm
l = 50 mm
e = 200 mm
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
P = 400,1N
safety factor = 4
= = 92,5 kg/mm2
Menghitung tebal / lebar pengelasan :
Mencari x dan y pada titik G
x = = = 13,02
y = = = 11,02
cos = = = 0,85
Momen inersia
I = t = t
= t = 46175,9 t mm4
Throat area
A = t . l + t . b = t .( l + b ) = t . ( 50 + 46 ) = 96 t
Gaya geser langsung
= = t9616,239 =
t5,2 N/mm2
= = 9,46175
02,13.200.16,239 = t49,13 N/mm2
Resultan dari gaya geser maksimum
=
92,5 =
92,5 =
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
92,5 = = = 0,17
Maka s = 0,707 x t
= 0,707 x 0,17 = 0,12 mm
Jadi tebal pengelasannya sebesar 0,12 mm.
3.5. Perencanaan Sambungan Baut
Dudukan motor penggerak
- Daya motor = 1 HP = 745,69 watt
- Putaran mesin maksimal = 1420 rpm
- Jari jari / titik tengan motor = 70 mm
- Safety factor = 2
- = 370 N/mm2 , = 230 N/mm2
Perhitungan:
Torsi ekuivalen
T = = = 205,51 Nm = 205510 Nmm
Gaya yang bekerja
F = = = 2935,86 N
Diameter
Dihitung dari tegangan tarik ijin materialnya.
F = .
2935,86 = .
2935,86 = 145,225
=
= = 4,49 M6
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dihitung dari tegangan geser ijin materialnya.
F = .
2935,86= .
2935,86 = 90,275
=
= = 5,7 M7
Diameter lubang baut pada motor adalah M10. Pada rangka dibuat slot
dengan diameter 12 mm.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembuatan rangka
4.1.1. Bahan Rangka
Profil L dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 4 mm.
Gambar 4.1. Profil L
4.1.2. Langkah-langkahpembuatan
a. Memotong besi siku yang akan dirangkai menjadi rangka alat:
Memotongbesi sikuukuran 400mm sebanyak 6 buah, sebagai
panjang rangka.
Memotongbesi sikuukuran 280mm sebanyak 6 buah, sebagai
lebar rangka.
Memotongbesi sikuukuran 650mm sebanyak 4 buah, sebagai
kaki-kaki rangka.
b. Merangkai bagian-bagian rangka (menyeting, mengelas)
c. Menyusun bagian-bagianrangka sesuaidengangambar 4.2.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 4.2. RangkaMesinPenghancurStyrofoam
4.1.3. Proses pengelasan
a. Mengelasrangkasesuai dengan gambar denganmenghubungkan kaki-
kaki dengan panjangnya sebagai jarak sebanyak dua pasang.
Gambar 4.3. Tampak samping kanan dari rangka
b. Mengelasrangkadenganmenghubungkankedua pasang kaki yang
sudah di las, dengan lebar sebagai jaraknya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 4.4.Rangka tampak depan
c. Mengelasrangkasebagaidudukan motor dengan jarak dari atas ke
bawah 590 mm.
Gambar 4.5.Rangka dengan dudukan motor
d. Mengelas rangka sebagai dudukan slorokan wadah hasil
styrofoamdengan jarak dari atas 200 mm.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 4.6.Rangka dengan dudukan laci
4.2. Pembuatan laci
Proses pembuatan
a. Memotong plat dengan ukuran 390mm
b. Pelatdengan390mm x 180mm sebagai alasnya. Membendig plat
ukuran 140 mm x 390 mm, kanankiri sesuai garis. Serta depan di
bending dengantinggi 150mm.
Gambar 4.7.Dimensi laci
c. Mengelastikbagiantekukansiku.
d. Merapikandengandipukul-pukul.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 4.8.Laci tampak depan
Gambar 4.9.Laci
4.3. Pembuatan corong
4.3.1. Material komponen, yaitu plat.
4.3.2. Langkah-langkah pembuatan
a. Corong
Memotong plat sesuai ukuran
Membendingsesuaigambar
Mengelas tik bagian samping corong.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 4.10.Corong
4.4. Pembuatan tutup kepala pisau
Langkah-langkah pembuatan
a. Memotong plat dengan 450mm x 180mm
b. Membending yang ukuran 250mm x 180mm
c. Merivet ujung plat buat dilekatkan pada blok
d. Membending plat sesuai gambar
Gambar 4.11.Tutup kepala pisau tampak samping
4.5. Mengebor rangka
Langkah-langkah pengeboran
a. Mengebor dengan diameter bor 10mm sebanyak 4 lubang dengan
jarak persegi 200mm x 230mm untuk dudukan kepala pisau.
b. Mengebor dengan diameter bor 10mm sebanyak 4 lubang untuk
dudukan motor
Bagian yang
dibending
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c. Mengebor rangka dengan diameter bor 10 mm dengan jarak 200
mm.
Gambar 4.12.Bagian rangka yang di bor
d. Mengebor rangka dengan diameter bor 11 mm dengan jarak 230
mm.
Gambar 4.13.Bagian rangka yang di bor tampak depan
4.6. Pembuatan cover
4.6.1. Langkah-langkah pembuatan
a. Memotong plat denganukuran 350mmx540mm sabanyak 2 buah.
b. Memotong plat denganukuran 230mmx532mm sebanyak 1 buah.
c. Memotong plat denganukuran 230mmx540mm sebanyak 1 buah.
4.6.2. Proses pembuatan
a. Memotong plat denganukuran 350mmx540mm
Bagian yang di bor
Bagian yang di bor
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 4.14.Plat
b. Memotong plat denganukuran 230mmx365mm
Gambar 4.15.Plat ukuran 230mm x365 mm
c. Memotong plat denganukuran 230mmx540mm
Gambar 4.16. Plat ukuran 230mm x 540 mm
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4.7. Proses Pengecatan
Pengecatanmerupakansalahsatubagianpentingdalamsebuahperancanganmesin.
Pengecatanberfungsisebagaiestetikadanpelindungdarikorosi.
Langkahpengerjaandalam proses pengecatan :
1. Membersihkanseluruhpermukaanprofilrangkadenganamplasdan air
untukmenghilangkankorosi.
2. Pengamplasandilakukanbeberapa kali
sampaipermukaanprofilrangkaluardandalambenar-benarbersihdarikorosi.
3. Mendempulbekaslas-lasandanbagian-bagiandarirangka yang tidak rata,
kemudianmengamplashasildempulansampaihalusdan rata.
4. Melakukanpengecatandengan poxysebagai dasar cat.
5. Melakukan pengecatan warna biru untuk rangka dan putih untuk cover.
6. Setelah cat kering kemudian di clearagar cat tahan lama yang mengkilap.
7. Pengeringanhasil pengecatan.
4.8. PerhitunganWaktuPermesinan Pengeboran
Bahanmatabor yang digunakanadalah HSS untukpembubutan material
bajalunak.Pengeboranlubangrangka, denganjumlahlubangtiapsisirangkaadalah 8
lubang.Jumlah total pengeboranlubangpadatiangadalah 32 lubangdengan diameter
10 mm. Berikutdapatdilihatwaktu yang dibutuhkanuntukpengeboranlubangrangka.
Gambar 4.17. Mata borbahan HSS
a. Pengeboranlubangpasakdenganmatabor 10mm.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Diketahui:
l = 5 mm
d = 10 mm
Sr = 0,1 mm/put
n = 330 rpm
- Waktupengeboran :
Tm = .n
3,0
r
total
S
dl +
= 0,1.330
10.3,05
+
= 0,24menit
Waktu setting total (Ts) = 20menit
Waktupengukuran total (Tu) = 20menit
Total waktupengerjaan = (Tm4+ Ts + Tu)
= (0,244 + 20 + 20)
= 40,96menit.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan proyek akhir dapat diambil kesimpulansebagai
berikut:
1. Rangkaamankarenategangan pada batang tidak melebihi tegangan ultimate
bahan.
2. Profilrangka yang digunakanuntukkeamananmenerimabeban239,16N
adalahprofil L ukuran 50 x 50 x 4 mm.
3. Untukkeamanansambunganrangkadigunakanukuranbaut M10
dantebalpengelasan0,12 mm.
V.2 Saran
Adapun saran-saran yang
dapatdiberikansetelahmenyelesaikanproyekakhirini:
1. Untukmenghematwaktu, sebaiknyastyrofoam yang
akandiprosesdisiapkandanbesarvolumenyadisesuaikandengancorongmesin.
2. Alat pengahancur styrofoam ini membutuhkan perawatan secara berkala
agar alatnya bekerja dengan baik.