rancang bangun dan analisa strukturmesin …/rancan… · melalui gaya geser momen lentur yang...

of 38 /38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user RANCANG BANGUN DAN ANALISA STRUKTURMESIN PENGHANCURLIMBAH STYROFOAM PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MEI ANANG KURNIANTO NIM. I8109028 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Author: lamtu

Post on 27-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


7 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    RANCANG BANGUN DAN ANALISA STRUKTURMESIN PENGHANCURLIMBAH STYROFOAM

    PROYEK AKHIR

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Ahli Madya

    Oleh:

    MEI ANANG KURNIANTO NIM. I8109028

    PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Limbah styrofoam banyak dijumpai dewasa ini. Hal ini disebabkan karena

    kebutuhan akan styrofoam semakin meningkat. Styrofoam biasanya digunakan

    untuk bungkus makan, pengganjal alat elektronik seperti televisi, kulkas AC dan

    lain-lain. Penggunaan styrofoam memang sangat membantu dan sangat efisien.

    Tetapi styrofoam merupakan salah satu jenis bahan yang sukar diurai oleh tanah

    karena styrofoam merupakan bahan yang terbuat dari polystyrene yaitu plastik

    yang berbahan dasar petrolium yang berasal dari zat styrene monomer. Diperlukan

    waktu yang lama untuk mengurai bahan ini.

    Berawal dari persoalan tersebut orang mencoba mendaur ulang styrofoam.

    Salah satunya yaitu untuk komposisi pembuatan batu batako, yaitu dengan cara

    mencampur styrofoam, semen dan pasir. Sehingga dapat menghemat pasir, semen

    dan bisa menghasilkan batu batako yang ringan.

    Dikarenakan pada saat mencampur komposisi tersebut diharuskan bentuk

    styrofoam sudah harus hancur, maka diperlukan suatu mesin untuk

    menghancurkan limbah styrofoam. Untuk itu dibuatlah mesin penghancur

    styrofoam untuk mempermudah proses penghancuran styrofoam di UKM Cipta

    Karya Manunggal Jl. Kerinci Dalam 6, No 16B, Sambirejo RT 03/09 Kadipiro

    Solo.

    Salah satu komponen mesin yang paling penting adalah rangka.

    Diperlukan ketelitian dalam perhitungan agar rangka bisa menopang beban yang

    ada serta tepat dalam pemilihan material rangka. Metode yang digunakan untuk

    perhitungan adalah metode slope deflection.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    1.2. PERUMUSAN MASALAH

    Perumusan masalah dalam proyek akhir ini adalah merancang dan

    membuat rangka alat penghancur styrofoam.

    1.3. BATASAN MASALAH

    Batasan masalah proyek ini yaitu tentang perhitungan konstruksi rangka,

    sambungan baut, dan kekuatan las pada mesin penghancur limbah styrofoam.

    1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PROYEK AKHIR

    a. Tujuan Proyek Akhir

    Untuk merancang dan membuat rangka alat penghancur sytrofoam yang

    digunakan dalam pembuatan batu batako di UKM Cipta Karya

    Manunggal.

    b. Manfaat Proyek Akhir

    Teoritis

    Memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai perancangan alat

    serta menciptakan suatu unit rekayasa yang efektif dan efisien

    dibandingkan alat sejenis yang telah ada.

    Praktis

    Menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama kuliah dengan

    mengaplikasikannya dalam suatu bentuk karya nyata dalam sebuah

    ornament alat penghancur styrofoam dan melatih ketrampilan dalam

    proses produksi yang meliputi bidang perancangan, pengelasan dan

    permesinan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Styrofoam

    Limbah styrofoam merupakan salah satu limbah yang sukar untuk

    diuraikan. Dibutuhkan waktu setidaknya 1000 tahun oleh bumi untuk

    menguraikan limbah styrofoam tersebut (Anam, 2009 : 8). Oleh karena itu banyak

    orang yang mencoba untuk memanfaatkan limbah styrofoam dalam proses

    pembuatan batu batako.

    Gambar 2.1. Styrofoam Sumber: http://balon-indonesia.blogspot.com/2011/08/styrofoam-

    dekorasi.html

    2.2. Mesin Bor

    Mesin bor adalah suatu jenis mesin perkakas yang gerakannya

    memutarkan alat pemotong dengan arah pemakanan mata bor hanya pada

    sumbu mesin tersebut. Sedangkan pengeboran adalah operasi menghasilkan

    lubang berbentuk bulat pada benda kerja dengan menggunakan pemotong

    berputar yang disebut bor.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    2.2.1. Mata potong bor

    Mata potong terdiri dari dua bagian, yaitu bibir potong dan sisi

    potong. Bibir potong mata bor terdapat dua buah yang terletak antara dua sisi

    potong yang saling berhadapan. Kedua sisi potong ini diasah hingga membentuk

    sudut yang bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor.

    Tabel 2.1. Sudut mata bor

    Besar Sudut Bahan

    500-800

    1180

    1400

    Kuningan, Perunggu

    Baja, Besi Tuang, Baja Lunak, Baja Tuang

    Baja Keras

    Sumber: http://doddi_y.staff.Gunadarma.ac.id/Mesin+Bor 2.2.2. Kecepatan pemotongan

    Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung

    berdasarkan putaran mesin per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan bahwa

    kecepatan potong adalah panjangnya gram yang terpotong per satuan waktu.

    Setiap jenis logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan

    berbeda-beda. Dalam pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan

    kecepatan potong logam.

    Tabel 2.2. Harga kecepatan potong mata bor HSS

    Bahan Kecepatan Potong (m/menit)

    Alumunium Campuran

    Kuningan Campuran

    Perunggu Tegangan Tinggi

    Besi Tuang Lunak

    60 100

    30 100

    25 30

    30 50

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Besi Tuang Menengah

    Besi Tuang Keras

    Tembaga

    Baja Karbon Rendah

    Baja Karbon Sedang

    Baja Karbon Tinggi

    Baja Perkakas

    Baja Campuran

    25 30

    10 20

    20 30

    30 50

    20 30

    15 30

    10 30

    15 25

    Sumber: http://doddi_y.staff.Gunadarma.ac.id/Mesin+Bor

    Berikut perhitungan kecepatan untuk proses pengeboran

    V = . d . n.......................................................... (2.1)

    Dimana:

    V = keliling bibir potong mata bor

    d = Diameter mata bor

    n = putaran mata bor per menit

    2.2.3. Pemakanan pengeboran

    Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong bor ke dalam

    lubang/benda kerja dalam satu kali putaran mata bor. Besarnya pemakanan dalam

    pengeboran dipilih berdasarkan jarak pergeseran mata bor dalam satu putaran,

    sesuai dengan yang diinginkan. Pemakanan juga tergantung pada bahan yang

    akan dibor, kualitas lubang yang dibuat, dan kekuatan mesin yang ditentukan

    berdasarkan diameter mata bor.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    Tabel 2.3 Kecepatan potong dan kecepatan pemakanan pengeboran

    Diameter Mata Bor (mm) 5 10 15 20 25

    Kec. Pemakanan (mm/putaran) 0.1 0.18 0.25 0.28 0.31

    Kec. Potong (mm/min) 15 18 22 26 29

    Sumber : Scharcus dan Jutz, 1996.

    2.3. Analisa Kekuatan Rangka

    Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang pengaruh dari suatu beban

    terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut.

    Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sebuah sistem

    menjadi suatu objek tinjauan utama. Menghitung kekuatan rangka dapat ditinjau

    melalui gaya geser momen lentur yang muncul akibat beban yang diberikan pada

    rangka menggunakan metode slope deflection yang menyebabkan perpindahan-

    perpindahan (rotasi dan translasi) pada setiap titik hubung yang kaku. Metode

    perubahan sudut ini sangat umum digunakan untuk menganalisa balok dan

    kerangka kaku baik yang bersifat statis tak tentu maupun statis tertentu.

    2.3.1. Metode Perubahan Sudut (Slope Deflection Method)

    Metode perubahan sudut merupakan salah satu metode umum yang dapat

    dipakai untuk menganalisa semua balok dan kerangka kaku baik yang bersifat

    statis tak tentu ataupun statis tertentu, berdasarkan pengandaian bahwa semua

    deformasi disebabkan hanya oleh pengaruh momen lentur.

    Keistimewaan dari metode ini adalah perpindahan (rotasi dan translasi)

    titik-titik hubung yang kaku diperlakukan sebagai besaran yang tak diketahui

    nilainya, nilai-nilai mereka ditentukan lebih dahulu dari nilai momen di setiap

    ujung anggota.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    Gambar 2.2. Kerangka kaku

    (Sumber : Wang, 1987 : 178)

    Keterangan:

    a. Kerangka kaku di atas bersifat statis tak tentu.

    b. Portal dicegah beralih horisontal oleh tumpuan terjepit di A.

    c. Portal di cegah beralih vertikal oleh tumpuan dasarr tejepit di D dan E.

    d. Deformasi aksial pada anggota-anggotanya diabaikan, kelima titik

    hubungnya harus tetap di lokasi mereka semula.

    e. Rotasi titik hubung searah jarum jam B dan C dianggap bernilai positif

    (Gambar 2.2a).

    f. Diagram-diagram benda bebas semua anggota (Gambar 2.2b)

    memperlihatkan bahwa di suatu ujung yang manapun pada setiap anggota,

    bisa terdapat tiga gaya : gaya tarik atau tekan langsung, gaya geser ujung,

    dan momen ujung. Delapan momen ujung yang bekerja di ujung-ujung

    keempat anggota disebut sebagai M1 hingga M8. Momen-momen searah

    jarum jam yang bekerja di ujung-ujung anggota dianggap bernilai positif.

    (a) Kerangka kaku

    (c) Diagaram benda bebas titik hubung

    (hanya momen yang diperlihatkan) (b) Diagaram benda

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    g. Dua momen ujung yang bekerja pada setiap anggota dapat diekspresikan

    sebagai fungsi dari kedua rotasi dan beban-beban pada ujung anggota yang

    bersangkutan. Jadi momen-momen M1 hingga M8 dapat diekspresikan

    sebagai fungsi dari kedua rotasi titik hubung yang tak diketahui B dan C.

    h. Gambar 2.2c memperlihatkan diagram-diagram benda bebas titik hubung

    B dan C. Aksi dari anggota terhadap titik hubung terdiri dari sebuah gaya

    dalam arah sumbu anggota yang bersangkutan, dan sebuah momen yang

    masing-masing merupakan lawan dari aksi titik hubung yang bersangkutan

    terhadap anggota tersebut. Pada gambar 2.2c hanya momen yang

    diperlihatkan. Momen-momen ini diperlihatkan dalam arah positif mereka,

    yakni berlawanan arah jarum jam.

    i. Agar seimbang, jumlah semua momen yang bekerja di setiap titik hubung

    harus sama dengan nol. Jadi :

    Syarat sambungan di B :

    M2 + M3 + M5 = 0

    Syarat sambungan di C :

    M4 + M7 = 0

    Syarat sambungan di B dan C diperlukan dan cukup untuk menentukan

    nilai rotasi titik hubung yang tak diketahui yaitu B dan C.

    Dari keterangan (gambar 2.2) di atas sudah dapat diketahui bahwa beban

    yang diterima rangka menyebabkan perubahan sudut () yang nilainya perlu dicari

    dan digunakan untuk menentukan nilai momen lentur pada setiap ujung anggota.

    2.3.2. Penurunan Persamaan Perubahan Sudut

    Persamaan-persamaan defleksi kemiringan momen ujung yang bekerja di

    ujung-ujung sebuah batang dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung dan

    pembebanan pada batang tersebut. Jadi untuk rentangan AB yang terlihat pada

    (gambar 2.3a), MA dan MB dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung A dan B dan

    pembebanan yang diberikan W1 dan W2 (momen ujung searah jarum jam

    bernilai positif).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    Gambar 2.3. Persamaan perubahan sudut kerangka kaku

    (Sumber : Wang, 1987 : 180)

    Dengan pembebanan yang diberikan pada batang itu maka diperlukan

    momen ujung (momen ujung terjepit) MOA dan MOB yang diperlukan untuk

    mempertahankan kemiringan nol di A dan B (Gambar 2.3b). Momen-momen

    ujung tambahan MA dan MB atau biasa disebut kondisi gaya titik hubung yang

    tanpa beban-beban bekerja pada batang AB diperlukan untuk mempertahankan

    kemiringan A dan B. Jika A1 dan B1 merupakan rotasi ujung yang disebabkan

    oleh MA dan A2 dan B2 oleh MB (Gambar 2.3d), maka syarat-syarat bentuk yang

    diperlukan menurut (Wang, 1987:180) :

    MA = MOA + MA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)

    MA = MOA + MA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)

    Momen-momen ujung MOA dan MOB ditentukan sebagai momen ujung terjepit

    sedangkan momen-momen ujung MA dan MB ditentukan untuk mempertahankan

    kemiringan A dan B. jadi :

    A = - A1 + A2 = 3EI

    LM'

    6EI

    LM' BA +- . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)

    (a) Persamaan perubahan sudut

    (b) (c) (d)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    B = - B1 + B2 = 3EI

    LM'

    6EI

    LM' BA +- . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)

    Dengan menjawab persamaan (2.3 dan 2.4) untuk memperoleh MA dan MB,

    MA = + Bqq L2EI

    L

    4EIA + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)

    MB = + Bqq L4EI

    L

    2EIA + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.7)

    Subtitusikan persamaan (2.5 dan 2.6) ke dalam persamaan (2.1 dan 2.2) untuk

    memperoleh MA dan MB,

    MA = MOA + )2(L

    2EIA Bqq + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)

    MB = MOB + )2(L

    2EIA Bqq + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.9)

    Maka secara umum di dapat,

    Mujung-dekat = MOA + )2(L

    2EIA Bqq + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.10)

    Dimana :

    A = Sudut rotasi titik hubung A

    B = Sudut rotasi titik hubung B

    MA = Momen di ujung batang AB (N/mm2)

    MB = Momen di ujung batang BA (N/mm2)

    MA = Momen untuk mempertahankan kemiringan A

    MB = Momen untuk mempertahankan kemiringan B

    I = Inersia (mm4)

    L = Panjang batang (mm)

    MOA = Momen ujung terjepit di A

    MOB = Momen ujung terjepit di B

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Persamaan (2.9) di atas adalah persamaan perubahan sudut untuk suatu

    anggota yang mengalami perubahan sudut tanpa rotasi sumbu anggota-

    anggotanya. Momen di sembarang ujung suatu anggota yang mengalami lenturan

    sama dengan momen ujung terjepit akibat beban-beban yang bekerja pada anggota

    tersebut ditambah 2EI/L kali jumlah dari dua kali kemiringan di ujung dekat dan

    kemiringan di ujung jauh.

    2.4. Pengelasan

    Pengelasan adalah pembuatan sambungan permanen yang mana berasal

    dari peleburan dari dua bagian yang digabungkan bersama, dengan atau tanpa

    penggunaan penekanan dan pengisian material. Panas yang dibutuhkan untuk

    meleburkan material berasal dari nyala api pada las asitelin atau las busur listrik.

    Pada proses pengerjaan proyek akhir ini menggunakan las listrik untuk membuat

    rangka dan spot welding untuk membuat cover.

    Tipe-tipe sambungan las yang dipakai antara lain:

    Butt join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas berada

    pada bidang yang sama. Gambar 2.4 menunjukan jenis-jenis sambungan butt

    join.

    Gambar 2.4. Jenis Butt join

    (Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)

    Lap join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas berada

    pada bidang paralel. Gambar 2.5 menunjukan tipe lap join.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Gambar 2.5. Lap join

    (Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)

    Edge join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas berada

    pada bidang paralel, tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya. Gambar

    2.6 menunjukan tipe edge join.

    Gambar 2.6. Edge join

    (Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)

    T-join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus

    satu sama lain. Gambar 2.7 menunjukan tipe T-join.

    Gambar 2.7. T-join (Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)

    Corner join, yaitu sambungan las dimana kedua benda kerja yang dilas tegak

    lurus satu sama lain, tetapi sambungan las dilakukan pada sudutnya. Gambar

    2.8 menunjukan tipe corner join.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Gambar 2.8. Corner join

    (Sumber : Khurmi-Gupta, 2005 : 344)

    Biasanya sebelum dilalukan pengelasan busur listrik benda kerja dibuat

    kampuh atau alur las, gambar 2.9 menerangkan tentang macam-macam bentuk

    alur las

    Gambar 2.9. Bentuk alur las

    Perhitungan dalam perencanaan las (Khurmi 1982: 310)

    Panjang las minimum dalam proses pengelasan (l)

    l = .................................................................. (2.11)

    dimana :

    l = panjang pengelasan (mm)

    P = beban pada titik pengelasan (kg)

    t = Tebal plat (mm)

    fs = tegangan geser ( )

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    2.5. Sambungan baut

    Sambungan baut adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir

    untuk mengikat dua a tau lebih komponen permesinan. Sambungan baut

    merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang).

    Sambungan baut terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Bolt), yakni yang

    memiliki ulir di bagian luar dan Mur (Nut) , yakni yang memiliki ulir di bagian

    dalam.

    Ukuran dalam ulir biasanya disertakan dengan huruf (M) kemudian diikuti

    dengan diamter dan kisaranya. Sebagai contoh M10 x 1,5 artinya ulir dengan

    diameter luar 10 dan kisar jarak ulir = 1,5 mm. Perhitungan dalam perencanaan

    sambungan ulir antara lain menentukan besarnya diameter.

    Menghitung diamter dari gaya gesernya (Khurmi : 349)

    F = x dc2 x ....................................................................... (2.12)

    dimana :

    dc = diameter baut (mm)

    F = gaya yang bekerja (N)

    = tegangan geser izin material ( N/mm2)

    = safety factor

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    BAB III

    PERENCANAAN DAN GAMBAR

    3.1. Skema dan Prinsip Kerja Alat

    Gambar 3.1. Mesin penghancur limbah styrofoam

    Gambar 3.1 menjelaskan bagian-bagian dari mesin penghancur limbah

    styrofoam. Prinsip kerja dari alat penghancur styrofoam adalah menggunakan

    tenaga dari motor listrik 1 Hp. Daya dari motor ini ditransmisikan dengan pulley

    dan sabuk. Putaran mesin direduksi dengan perbandingan pulley 1:2 dan

    dihubungkan oleh sabuk dengan panjang 51 inchi.

    Pisau penghancur

    Corong masuknya styrofoam

    Motor Listrik

    Laci tempat menampung hasil produksi

    Rangka mesin

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    Material styrofoam dimasukkan melalui corong yang kemudian akan

    dihancurkan oleh pisau yang didesain dari beberapa sikat kawat yang disusun

    dengan bantuan poros bertingkat. Hasil dari styrofoam yang telah dihancurkan

    akan turun ke bawah dan ditampung oleh laci yang telah disiapkan.

    3.2. Diagram Alur Proses Perancangan Konstruksi

    Proses perancangan konstruksi alat penghancur styrofoam ini seperti

    terlihat pada diagram di bawah:

    Gambar. 3.2. Flow chart perencanaan dan perhitungan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    3.3. Analisa Rangka

    Rangka mesin penghancur styrofoam ini terbuat dari baja ST 37 profil L

    dengan ukuran 50 x 50 x 4. Informasi yang berkaitan dengan bahan tersebut

    adalah sebagai berikut : (Gunawan : 1988 : 33).

    a. Bahan ST 37 profil L 50 x 50 x 4

    Tegangan ultimate (u) = 370 N/mm2.

    Momen inersia (I):

    Ix = 14,4. 104 mm4

    Iy = 3,74. 104 mm4

    Ukuran penampang

    Panjang (H) = 50 mm

    Lebar (B) = 50 mm

    Luas penampang (A) = 389200 mm2

    Mencari gaya yang paling besar

    Gaya pada poros pisau penghancur

    Torsi pisau = Torsi pulley

    Fpisau . rpisau = Fpulley . rpulley

    Fpisau . 76,2 mm = 128. 76,2 mm

    Fpisau = 128 N

    Gambar. 3.3. Gaya yang bekerja pada poros

    128 N 128 N

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Kesetimbangan gaya luar

    A = 0

    Fpisau . 95 RB . 190 + Fpulley . 260 = 0

    128 . 95 - RB . 190 + 128. 260 = 0

    45440 RB . 190 = 0

    RB = 239,16 N

    Y = 0

    RA + RB Fpulley Fpisau = 0

    RA + 239,16 128 128 = 0

    RA = 16,84 N

    Gaya pada motor penggerak

    Berasal dari berat motor listrik yang ditumpu oleh 4 baut.

    F = 190/4 = 47,5 N

    Jadi gaya yang dipakai acuan adalah gaya pada RB yaitu 239,16 karena

    merupakan gaya yang paling besar.

    3.3.1. Analisa Kekuatan Rangka Utama

    Gambar di bawah ini menjelaskan tentang free body diagram dari rangka

    mesin penghancur styrofoam.

    (a). Kerangka kaku yang akan ditinjau (b). Kurva elastis

    Gambar 3.4. FBD rangka mesin penghancur styrofoam

    239,16 N 239,16 N

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    Setelah mengetahui FBD dari rangka mesin penghancur styrofoam,

    kemudian memisahkan tiap batang untuk mengetahui momen ujung

    terjepit seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.5.

    (b). Diagram benda bebas momen ujung terjepit

    Gambar 3.5. Kerangka kaku mesin penghancur styrofoam

    a. Menentukan momen ujung terjepit pada tiap anggota.

    Momen ujung terjepit pada batang A-B

    MO1 = 0 N.mm

    Momen ujung terjepit pada batang B-C

    - MO2 = MO3 = 2

    2..L

    baP

    = mmN .5,12524400

    210.190.16,2392

    2

    =

    MO3 = mmN .5,12524

    MO2 = mmN .5,12524-

    239,16 N

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    Momen ujung terjepit pada batang C-D

    MO4 = 0 N.mm

    b. Persamaan-persamaan perubahan sudut pada tiap anggota.

    M1 = MO1 + )2(L

    2EIB Aqq +

    = 0 + )2(650

    2EIAB qq +

    M1 = 0,00615 EI B + 0,003076 EI A

    M2 = MO2 + )2(L

    2EIB Cqq +

    = - 12524,5 + )2(400

    2EICB qq +

    M2 = -12524,5 + 0,01 EI B + 0,005 EI C

    M3 = MO3 + )2(L

    2EIC Bqq +

    = 12524,5 + )2(400

    2EIBC qq +

    M3 = 12524,5 + 0,01 EI C + 0,005 EI B

    M4 = MO4 + )2(L

    2EIDC qq +

    = 0 + )2(650

    2EIDC qq +

    M4 = 0,00615 EI C + 0,003076 EI D

    Pada kerangka kaku diatas dapat dilihat tumpuan yang dipakai untuk

    menumpu tiang utama adalah sendi, sehingga tidak terjadi perubahan sudut dan

    momen pada titik A dan D atau nilainya adalah 0. Pada batang B C dijepit

    ujung ujungnya sehingga akan timbul momen dan perubahan sudut pada ujung

    batang B C . Persamaan-persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi lebih

    mudah seperti dibawah ini:

    M1 = 0,00615 EI B

    M2 = -12524,5 + 0,01 EI B + 0,005 EI C

    M3 = 12524,5 + 0,01 EI C + 0,005 EI B

    M4 = 0,00615 EI C

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    c. Syarat keseimbangan titik hubung

    M1 + M2 = 0

    0,00615 EI B + (-20952,74) + 0,01 EI B + 0,005 EI C = 0

    0,01615 EI B + 0,005 EI C = 12524,5

    -M3 - M4 = 0

    -(12524,5 + 0,01 EI C + 0,005 EI B) - 0,00615 EI C = 0

    -0,005 EI B - 0,0165I C = 12524,5 Dari keseimbangan titik hubung diatas didapat dua persamaan untuk menentukan nilai dari perubahan sudut titik hubung B dan C.

    0,01615 EI B + 0,005 EI C = 12524,5 (1) - 0,005 EI B - 0,01615 EI C = 12524,5 (2)

    d. Mencari nilai B dan C :

    - Mengubah persamaan (1) menjadi persamaan di bawah:

    0,01615 EI B + 0,005 EI C = 12524,5

    0,01615 EI B = 12524,5 - 0,005 EI C

    EI B = 775510,8359 - 0,309 EI C (3)

    Subtitusi persamaan 3 ke dalam persamaan 2:

    -0,005 EI B - 0,01615 EI C = 12524,5

    -0,005.( 775510,8359 - 0,309 EI C ) - 0,016155EI C = 12524,5

    0,00155 EI C - 3877,55 - 0,01615 EI C = 12524,5

    - 0,014602012 EI C = 16402,05418

    EI C = - 1123273,572

    EI B = 1123273,551

    e. Mencari nilai momen yang muncul pada tiap anggota.

    Dengan memasukkan nilai EIB dan EIC kedalam persamaan

    perubahan sudut diatas maka nilai momen dapat didapatkan sebagai

    berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    M1 = 6908,132 N.mm

    M2 = - 6908,132 N.mm

    M3 = 6908,132 N.mm

    M4 = - 6908,132 N.mm

    f. Momen maximum pada batang B-C.

    4

    .max

    LPM =

    = 4

    400.128

    Mmax = 12800 N.mm

    g. Gambar diagaram yang dihasilkan:

    Diagram momen.

    Penggambaran momen dilakukan pada sisi tekan, tanpa penunjukan

    tanda positif dan negatif.

    (a).`Diagram momen lentur (b). Kurva elastis

    Gambar 3.6. Diagram momen lentur dan kurva elastis rangka utama

    400,1 N

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    3.3.2. Analisa Kekuatan Bahan Profil Rangka

    Kekuatan bahan ditinjau dari tegangan tarik

    Tegangan ultimate bahan (Baja ST 37):

    u = 4

    370 N/mm2

    = 92,5 N/mm2

    Tegangan tarik yang terjadi pada batang B-C:

    = AF

    = 2389200128

    mmN

    = 3,29 . 10-4 N/mm2

    Karena u > jadi rangka aman.

    3.4. Perencanaan Pengelasan

    Tegangan ultimate rangka = 370 N/mm2.

    Perhitungan berdasarkan tipe pengelasan seperti gambar di bawah ini.

    Gambar 3.7. Bentuk pengelasan

    Dari data hasil perhitungan diatas diambil beban terberat untuk

    dilakukan perhitungan yaitu 239,16 N.

    Data : b = 46 mm

    l = 50 mm

    e = 200 mm

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    P = 400,1N

    safety factor = 4

    = = 92,5 kg/mm2

    Menghitung tebal / lebar pengelasan :

    Mencari x dan y pada titik G

    x = = = 13,02

    y = = = 11,02

    cos = = = 0,85

    Momen inersia

    I = t = t

    = t = 46175,9 t mm4

    Throat area

    A = t . l + t . b = t .( l + b ) = t . ( 50 + 46 ) = 96 t

    Gaya geser langsung

    = = t9616,239 =

    t5,2 N/mm2

    = = 9,46175

    02,13.200.16,239 = t49,13 N/mm2

    Resultan dari gaya geser maksimum

    =

    92,5 =

    92,5 =

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    92,5 = = = 0,17

    Maka s = 0,707 x t

    = 0,707 x 0,17 = 0,12 mm

    Jadi tebal pengelasannya sebesar 0,12 mm.

    3.5. Perencanaan Sambungan Baut

    Dudukan motor penggerak

    - Daya motor = 1 HP = 745,69 watt

    - Putaran mesin maksimal = 1420 rpm

    - Jari jari / titik tengan motor = 70 mm

    - Safety factor = 2

    - = 370 N/mm2 , = 230 N/mm2

    Perhitungan:

    Torsi ekuivalen

    T = = = 205,51 Nm = 205510 Nmm

    Gaya yang bekerja

    F = = = 2935,86 N

    Diameter

    Dihitung dari tegangan tarik ijin materialnya.

    F = .

    2935,86 = .

    2935,86 = 145,225

    =

    = = 4,49 M6

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Dihitung dari tegangan geser ijin materialnya.

    F = .

    2935,86= .

    2935,86 = 90,275

    =

    = = 5,7 M7

    Diameter lubang baut pada motor adalah M10. Pada rangka dibuat slot

    dengan diameter 12 mm.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB IV

    PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pembuatan rangka

    4.1.1. Bahan Rangka

    Profil L dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 4 mm.

    Gambar 4.1. Profil L

    4.1.2. Langkah-langkahpembuatan

    a. Memotong besi siku yang akan dirangkai menjadi rangka alat:

    Memotongbesi sikuukuran 400mm sebanyak 6 buah, sebagai

    panjang rangka.

    Memotongbesi sikuukuran 280mm sebanyak 6 buah, sebagai

    lebar rangka.

    Memotongbesi sikuukuran 650mm sebanyak 4 buah, sebagai

    kaki-kaki rangka.

    b. Merangkai bagian-bagian rangka (menyeting, mengelas)

    c. Menyusun bagian-bagianrangka sesuaidengangambar 4.2.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Gambar 4.2. RangkaMesinPenghancurStyrofoam

    4.1.3. Proses pengelasan

    a. Mengelasrangkasesuai dengan gambar denganmenghubungkan kaki-

    kaki dengan panjangnya sebagai jarak sebanyak dua pasang.

    Gambar 4.3. Tampak samping kanan dari rangka

    b. Mengelasrangkadenganmenghubungkankedua pasang kaki yang

    sudah di las, dengan lebar sebagai jaraknya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Gambar 4.4.Rangka tampak depan

    c. Mengelasrangkasebagaidudukan motor dengan jarak dari atas ke

    bawah 590 mm.

    Gambar 4.5.Rangka dengan dudukan motor

    d. Mengelas rangka sebagai dudukan slorokan wadah hasil

    styrofoamdengan jarak dari atas 200 mm.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    Gambar 4.6.Rangka dengan dudukan laci

    4.2. Pembuatan laci

    Proses pembuatan

    a. Memotong plat dengan ukuran 390mm

    b. Pelatdengan390mm x 180mm sebagai alasnya. Membendig plat

    ukuran 140 mm x 390 mm, kanankiri sesuai garis. Serta depan di

    bending dengantinggi 150mm.

    Gambar 4.7.Dimensi laci

    c. Mengelastikbagiantekukansiku.

    d. Merapikandengandipukul-pukul.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Gambar 4.8.Laci tampak depan

    Gambar 4.9.Laci

    4.3. Pembuatan corong

    4.3.1. Material komponen, yaitu plat.

    4.3.2. Langkah-langkah pembuatan

    a. Corong

    Memotong plat sesuai ukuran

    Membendingsesuaigambar

    Mengelas tik bagian samping corong.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    Gambar 4.10.Corong

    4.4. Pembuatan tutup kepala pisau

    Langkah-langkah pembuatan

    a. Memotong plat dengan 450mm x 180mm

    b. Membending yang ukuran 250mm x 180mm

    c. Merivet ujung plat buat dilekatkan pada blok

    d. Membending plat sesuai gambar

    Gambar 4.11.Tutup kepala pisau tampak samping

    4.5. Mengebor rangka

    Langkah-langkah pengeboran

    a. Mengebor dengan diameter bor 10mm sebanyak 4 lubang dengan

    jarak persegi 200mm x 230mm untuk dudukan kepala pisau.

    b. Mengebor dengan diameter bor 10mm sebanyak 4 lubang untuk

    dudukan motor

    Bagian yang

    dibending

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    c. Mengebor rangka dengan diameter bor 10 mm dengan jarak 200

    mm.

    Gambar 4.12.Bagian rangka yang di bor

    d. Mengebor rangka dengan diameter bor 11 mm dengan jarak 230

    mm.

    Gambar 4.13.Bagian rangka yang di bor tampak depan

    4.6. Pembuatan cover

    4.6.1. Langkah-langkah pembuatan

    a. Memotong plat denganukuran 350mmx540mm sabanyak 2 buah.

    b. Memotong plat denganukuran 230mmx532mm sebanyak 1 buah.

    c. Memotong plat denganukuran 230mmx540mm sebanyak 1 buah.

    4.6.2. Proses pembuatan

    a. Memotong plat denganukuran 350mmx540mm

    Bagian yang di bor

    Bagian yang di bor

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Gambar 4.14.Plat

    b. Memotong plat denganukuran 230mmx365mm

    Gambar 4.15.Plat ukuran 230mm x365 mm

    c. Memotong plat denganukuran 230mmx540mm

    Gambar 4.16. Plat ukuran 230mm x 540 mm

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    4.7. Proses Pengecatan

    Pengecatanmerupakansalahsatubagianpentingdalamsebuahperancanganmesin.

    Pengecatanberfungsisebagaiestetikadanpelindungdarikorosi.

    Langkahpengerjaandalam proses pengecatan :

    1. Membersihkanseluruhpermukaanprofilrangkadenganamplasdan air

    untukmenghilangkankorosi.

    2. Pengamplasandilakukanbeberapa kali

    sampaipermukaanprofilrangkaluardandalambenar-benarbersihdarikorosi.

    3. Mendempulbekaslas-lasandanbagian-bagiandarirangka yang tidak rata,

    kemudianmengamplashasildempulansampaihalusdan rata.

    4. Melakukanpengecatandengan poxysebagai dasar cat.

    5. Melakukan pengecatan warna biru untuk rangka dan putih untuk cover.

    6. Setelah cat kering kemudian di clearagar cat tahan lama yang mengkilap.

    7. Pengeringanhasil pengecatan.

    4.8. PerhitunganWaktuPermesinan Pengeboran

    Bahanmatabor yang digunakanadalah HSS untukpembubutan material

    bajalunak.Pengeboranlubangrangka, denganjumlahlubangtiapsisirangkaadalah 8

    lubang.Jumlah total pengeboranlubangpadatiangadalah 32 lubangdengan diameter

    10 mm. Berikutdapatdilihatwaktu yang dibutuhkanuntukpengeboranlubangrangka.

    Gambar 4.17. Mata borbahan HSS

    a. Pengeboranlubangpasakdenganmatabor 10mm.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Diketahui:

    l = 5 mm

    d = 10 mm

    Sr = 0,1 mm/put

    n = 330 rpm

    - Waktupengeboran :

    Tm = .n

    3,0

    r

    total

    S

    dl +

    = 0,1.330

    10.3,05

    +

    = 0,24menit

    Waktu setting total (Ts) = 20menit

    Waktupengukuran total (Tu) = 20menit

    Total waktupengerjaan = (Tm4+ Ts + Tu)

    = (0,244 + 20 + 20)

    = 40,96menit.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Setelah melakukan proyek akhir dapat diambil kesimpulansebagai

    berikut:

    1. Rangkaamankarenategangan pada batang tidak melebihi tegangan ultimate

    bahan.

    2. Profilrangka yang digunakanuntukkeamananmenerimabeban239,16N

    adalahprofil L ukuran 50 x 50 x 4 mm.

    3. Untukkeamanansambunganrangkadigunakanukuranbaut M10

    dantebalpengelasan0,12 mm.

    V.2 Saran

    Adapun saran-saran yang

    dapatdiberikansetelahmenyelesaikanproyekakhirini:

    1. Untukmenghematwaktu, sebaiknyastyrofoam yang

    akandiprosesdisiapkandanbesarvolumenyadisesuaikandengancorongmesin.

    2. Alat pengahancur styrofoam ini membutuhkan perawatan secara berkala

    agar alatnya bekerja dengan baik.