rancangan protap penanganan pengungsi sept 2013

8
DRAFT (as of 17 September 2013) STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN ORANG ASING PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI BAGIAN I PENDAHULUAN 1. Umum Terjadinya konflik di berbagai kawasan dan kemiskinan telah mendorong manusia untuk melakukan migrasi, termasuk yang bersifat lintas negara, untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Kawasan Asia Tenggara, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, adalah negara asal dari para imigran, yang menjadikan beberapa negara di Asia Tenggara sebagai daerah transit menuju negara tujuan. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara juga menjadi negara transit bagi pergerakan pencari suaka dan pengungsi. Setiap tahun jumlah pencari suaka dan pengungsi yang memasuki wilayah Indonesia selalu bertambah. Tidak mudahnya proses untuk mendapatkan status pengungsi dan resettlement ke negara lain, juga telah menyebabkan munculnya masalah baru, yaitu penyelundupan manusia. Penanganan masalah pengungsi dengan berbagai aspeknya melibatkan banyak kementerian/lembaga pemerintah maupun organisasi internasional. Hal ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik, serta kejelasan tugas dan tanggungjawab semua lembaga terkait. Untuk itu diperlukan sebuah prosedur tetap yang menjadi common reference bagi semua. UU Hubungan Luar Negeri No.37/1999 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa kebijakan Pemerintah dalam menangani masalah Pengungsi dan Pencari Suaka diatur dengan Keputusan Presiden.. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menyusun Peraturan Presiden tentang Penanganan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi sebagai payung hukum nasional dan acuan bersama bagi para pihak terkait. Acuan bersama ini mengatur kerangka normatif, koordinatif, dan operatif. Untuk itu diperlukan sebuah Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga terdapat pemahaman yang sama akan peran dan kewajiban masing-masing kementerian dan lembaga terkait. 1

Upload: angeliarosipertiwi

Post on 29-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

protap

TRANSCRIPT

Page 1: Rancangan Protap Penanganan Pengungsi Sept 2013

DRAFT (as of 17 September 2013)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN ORANG ASING PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI

BAGIAN IPENDAHULUAN

1. Umum

Terjadinya konflik di berbagai kawasan dan kemiskinan telah mendorong manusia untuk melakukan migrasi, termasuk yang bersifat lintas negara, untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Kawasan Asia Tenggara, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, adalah negara asal dari para imigran, yang menjadikan beberapa negara di Asia Tenggara sebagai daerah transit menuju negara tujuan.

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara juga menjadi negara transit bagi pergerakan pencari suaka dan pengungsi. Setiap tahun jumlah pencari suaka dan pengungsi yang memasuki wilayah Indonesia selalu bertambah. Tidak mudahnya proses untuk mendapatkan status pengungsi dan resettlement ke negara lain, juga telah menyebabkan munculnya masalah baru, yaitu penyelundupan manusia.

Penanganan masalah pengungsi dengan berbagai aspeknya melibatkan banyak kementerian/lembaga pemerintah maupun organisasi internasional. Hal ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik, serta kejelasan tugas dan tanggungjawab semua lembaga terkait. Untuk itu diperlukan sebuah prosedur tetap yang menjadi common reference bagi semua.

UU Hubungan Luar Negeri No.37/1999 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa kebijakan Pemerintah dalam menangani masalah Pengungsi dan Pencari Suaka diatur dengan Keputusan Presiden.. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menyusun Peraturan Presiden tentang Penanganan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi sebagai payung hukum nasional dan acuan bersama bagi para pihak terkait. Acuan bersama ini mengatur kerangka normatif, koordinatif, dan operatif. Untuk itu diperlukan sebuah Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga terdapat pemahaman yang sama akan peran dan kewajiban masing-masing kementerian dan lembaga terkait.

1

Page 2: Rancangan Protap Penanganan Pengungsi Sept 2013

BAGIAN IILANGKAH-LANGKAH PENANGANAN DAN TANGGUNG JAWAB INSTANSI

A. Pengamanan

Laut

1. Menghentikan dan memeriksa kapal (Penanggung jawab: TNI AL dan Polri; merujuk Protap TNI AL dan Polri; dan Bakorkamla)

2. Mengamankan orang dan kapal (penanggung jawab: TNI AL dan Polri; dan Bakorkamla)

a. Menempatkan personil untuk pengamanan di atas alat angkut laut.b. Mengamankan orang, dengan memisahkan antara Anak Buah Kapal

(ABK) dan penumpang, serta memisahkan anak-anak, wanita dan orang-orang berkebutuhan khusus.

c. Identifikasi orang-orang yang membutuhkan bantuan medis,memberikan penanganan awal bantuan medis, dan mengusahakan bantuan medis lebih lanjut.

d. Jika kondisi memungkinkan, penumpang dipindahkan ke kapal patroli.e. Membawa alat angkut laut dan penumpang untuk sandar di pelabuhan

terdekat.f. Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kotag. Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan tempat penampunganh. Menghubungi IOM untuk pengaturan logistik dan penterjemah serta

penanganan medis lebih lanjut.i. Melakukan koordinasi dengan pihak Imigrasi setempat.j. Serah terima ABK, penumpang dan barang bukti dari kapal patroli (TNI

AL/Polair) ke penyidik.

Darat

1. Penangkapan terhadap pelaku tindak pidana (merujuk pada protap yang dimiliki Polri dan Imigrasi)

2. Mengamankan orang dan alat angkut (penanggung jawab: Polri )

a. Mengamankan orang, dengan memisahkan anak-anak, wanita dan orang-orang berkebutuhan khusus.

b. Identifikasi orang-orang yang membutuhkan bantuan medis, memberikan penanganan awal bantuan medis, dan mengusahakan bantuan medis lebih lanjut.

2

Page 3: Rancangan Protap Penanganan Pengungsi Sept 2013

c. Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kotad. Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan tempat penampungan e. Menghubungi IOM untuk pengaturan logistik dan penanganan medis

lebih lanjut.f. Melakukan koordinasi dengan pihak Imigrasi setempat.g. Apabila terdapat indikasi penyelundupan manusia, diproses berdasarkan

ketentuan yang berlaku.h. Yang tidak terindikasi terlibat penyelundupan manusia,

diserahterimakan oleh Polri ke pihak Imigrasi.i. memberitahukan pihak Kementerian Luar Negeri.

B. Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana (Penanggung jawab: Polri dan Imigrasi)

1. Menurunkan dan mengamankan semua ABK dan penumpang ke Kantor Imigrasi atau tempat tertentu secara persuasif.

2. Dalam hal tindakan persuasif tidak berhasil, maka tetap dilakukan upaya penurunan dan pengamanan dengan memperhatikan keselamatan dan secara manusiawi.

3. Mengamankan barang bukti.4. Polri melaksanakan proses penyelidikan dan penyidikan tentang adanya

dugaan tindak pidana. 5. Polri dan Imigrasi berkoordinasi melakukan penyelidikan awal adanya

indikasi tindak pidana penyelundupan manusia.6. Serah terima dari pihak POLRI kepada pihak Imigrasi setempat, dengan

mengedepankan koordinasi.7. IOM menyediakan logistik dan penterjemah.8. Polri memberitahu apabila kepada Kemlu apabila telah dilakukan

penetapan tersangka dalam hal orang asing ditahan karena indikasi pidana. Selanjutnya Kemlu menyampaikan consular notification kepada perwakilan Negara di mana orang tersebut menjadi warga negara.

C. Fasilitasi Proses Refugee Status Determination/RSD (Imigrasi,Kemlu, UNHCR, IOM)

a. Kementerian Luar Negeri menghubungi UNHCR, dan memberi otorisasi bagi UNHCR untuk melakukan registrasi pencari suaka dan melakukan proses penentuan status pengungsi.

b. IOM menyediakanpenterjemah dan logistik.c. Polri dapat melakukan pengamanan khusus di Rumah Detensi Imigrasi

apabila diperlukan.a. UNHCR melaksanakan proses penentuan status pengungsi sesuai norma

internasional yang berlaku.b. Selama proses penentuan status pengungsi, pencari suaka ditempatkan di

Rumah Detensi Imigrasi atau tempat lain yang ditentukan oleh Imigrasi.

3

Page 4: Rancangan Protap Penanganan Pengungsi Sept 2013

c. Penempatan di tempat lain sebagaimana huruf e dapat diizinkan dalam hal kapasitas rudenim tidak memadai; sakit yang memerlukan perawatan; ibu hamil; keluarga dan anak-anak; lanjut usia; dan pertimbangan kemanusiaan lainnya.

d. Tempat lain sebagaimana disebut pada huruf e disediakan oleh IOM atas koordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat, serta atas persetujuan Imigrasi.

e. Pencari suaka dapat memperoleh bantuan hukum atas persetujuan dari Imigrasi

f. UNHCR secara berkala menyampaikan laporan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengenai perkembangan proses penentuan status pengungsi yang sedang ditangani.

g. Bagi pencari suaka yang memenuhi kriteria sebagai pengungsi, akan memperoleh kartu pengungsi dari UNHCR dan memasuki masa tunggu bagi diperolehnya solusi permanen.

h. Kementerian Luar Negeri menyampaikan consular notification kepada perwakilan negara asal imigran illegal bagi pencari suaka yang memutuskan untuk pulang secara sukarela ke negara asalnya (voluntary repatriation) sebelum proses RSD-nya berakhir.

D. Pelaksanaan Pendataan dan Pemeriksaan (Imigrasi dan IOM).

a. Melakukan pendataan dan pemeriksaan terhadap semua ABK asing dan penumpang.

b. Pendataan dan pemeriksaan terhadap orang asing yang menyatakan diri sebagai pencari suaka antara lain: dokumen perjalanan; status keimigrasian; kewarganegaraan, foto, sidik jari, jenis kelamin.

c. Melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap semua ABK asing, dan penumpang, dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan dan Pendapat.

d. Sesuai hasil pemeriksaan awal tersebut, memisahkan ABK dan penumpang yang terindikasi terlibat sebagai pelaku penyelundupan manusia..

e. Menjalankan proses hukum terhadap orang-orang sebagaimana dimaksud pada poin d secara terpisah sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang diduga berkaitan dengan tindak pidana.

g. Penumpang dan ABK asing yang tidak terindikasi terlibat penyelundupan orang, dan menyatakan diri sebagai pengungsi, diperlakukan sebagai pencari suaka.

h. Apabila diperlukan, Polri membantu pengamanan pemindahan ABK dan penumpang ke tempat penampungan selanjutnya.

i. Penumpang pada butir g diserahkan kepada rumah detensi imigrasi atau tempat yang ditentukan Imigrasi segera setelah proses pendataan dan pemeriksaan selesai.

j. IOM menyediakan logistik selama proses pendataan dan pemeriksaan berlangsung.

k. Imigrasi menghubungi Kementerian Luar Negeri.

4

Page 5: Rancangan Protap Penanganan Pengungsi Sept 2013

E. Kartu Identitas Pencari Suaka dan Pengungsi

a. Imigrasi mengeluarkan Kartu Identitas khusus bagi Pengungsi, dan Pencari Suaka yang tidak ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi.

b. Pengungsi dan Pencari Suaka wajib memperpanjang masa berlaku Kartu Identitas tersebut setiap bulan, di Kantor Imigrasi/Mapolsek/Kecamatan terdekat.

c. Pencari Suaka yang tidak memperpanjang masa berlaku Kartu Identitasnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut akan diperlakukan sama seperti imigran ilegal.

d. Pengungsi yang tidak memperpanjang masa berlaku Kartu Identitasnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut akan mendapatkan sanksi penundaan proses pemukiman ke negara ketiga. (pending konsultasi dengan UNHCR).

e. Apabila pengungsi pemgang Kartu Pencari Suaka dan Pengungsi melakukan tindakan melanggar hukum di Indonesia, maka diberlakukan_____

f. Bagi Pengunsi atau pencari suaka yang melakukan secondary movement ke Indonesia, maka kepada mereka diberlakukan hukuman disintensif berupa penurunan prioritas penanganan penempatannya ke urutan bawah, dengan berkoordinasi UNHCR.

F. Perlakuan bagi Pencari Suaka yang permohonannya ditolak

a. Pencari suaka yang kasusnya sudah ditutup (case closed) oleh UNHCR, diperlakukan sebagai imigran ilegal, dan diproses selanjutnya sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

b. Kementerian Luar Negeri meminta Perwakilan Negara asal imigran ilegal sebagaimana dimaksud dalam butir a untuk memberikan dokumen perjalanan dan memfasilitasi pemulangan.

c. Dalam hal Perwakilan Negara asal imigran tidak dapat memfasilitasi pemulangan, Kementerian Luar Negeri akan meminta UNHCR dan IOM untuk memfasilitasi pemulangan imigran dimaksud. Dalam situasi di mana terdapat imigran yang meninggal dunia, dan Perwakilan Negara asal imigran tidak dapat memfasilitasi pemulangan jenazah, maka proses pemulangannya dilakukan dengan berkoordinasi dengan ICRC.

G. Masa Tunggu

a. Selama masa tunggu, pengungsi ditempatkan di luar Rumah Detensi Imigrasi yang difasilitasi IOM atas persetujuan Imigrasi.

b. Pengungsi sebagaimana dimaksud dalam butir a berada dalam pengawasan Kantor Imigrasi setempat.

5

Page 6: Rancangan Protap Penanganan Pengungsi Sept 2013

c. Pengungsi dapat melakukan perjalanan ke luar wilayah penampungannya dengan izin Kantor Imigrasi setempat.

d. Pencari suaka dan Pengungsi anak berhak atas akses terhadap pendidikan. Sekolah dapat menerima pengungsi anak yang menginginkan pendidikan formal.

e. Pengungsi dapat memperoleh penghasilan yang layak selama tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

f. Pencari suaka dan pengungsi bebas menganut agama/keyakinan dan menjalankan ibadah sesuai agama/keyakinannya.

g. Pencari suaka dan pengungsi wajib mematuhi dan tunduk terhadap semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengindahkan norma, nilai dan ketertiban umum di Indonesia.

h. Apabila pengungsi dan pencari suaka terbukti melakukan tindak pidana, maka akan diproses dan diberikan sanksi pidana sesuai ketentuan hukum pidana Indonesia akan berlaku

H. Solusi Permanen (durable solution)

a. Solusi permanen terdiri atas: repatriasi sukarela (voluntary repatriation); penempatan di negara ketiga (resettlement); danintegrasi lokal di Indonesia (local integration).

b. Pemerintah RI memfasilitasi kelancaran repatriasi sukarela dan penempatan di negara ketigaapabila diperlukan.

c. Integrasi lokal di Indonesia bagi pengungsi diselesaikan sesuai ketentuan Undang-Undang Kewarganegaraan dan/atau Undang-Undang Keimigrasian.

d. Indonesia mengedepankan repatriasi sukarela sebagai solusi permanen.

--o0o--

6