rantai pernafasan
TRANSCRIPT
1. Rantai Pernafasan
Urutan reaksi pengangkutan elektron (delapan tahap reaksi oksidasi-reduksi)
dalam rantai pernafasan ditunjukkan pada Gambar 4.1. Atom hidrogen, atau
tepatnya elektron dari atom ini, dialirkan dari satu molekul pembawa elektron ke
molekul lainnya dalam suatu urutan reaksi oksidasi-reduksi (reaksi pengangkutan
elektron). Semua enzim dan koenzim yang diperlukan dalam proses ini terletak di
dalam mitokondria suatu sel. Telah diketahui masuknya elektron ke dalam rantai
pernafasan berlangsung melalui salah satu dari dua jalan, yaitu melalui NAD atau
ubikuinon (koenzim-Q). Kedelapan tahap reaksi oksidasi-reduksi pengangkutan
elektron tersebur dituliskan dengan persamaan reaksi kimianya pada Tabel 4.1.
Seperti telah diterangkan di atas, mengalirnya elektron dalam rantai pernafasan
berlangsung dari rnolekul pembawa elektron yang mempunyai potensial oksidasi-
reduksi yang lebih negatif ke yang kurang negatif, atau dari yang kurang positif ke
yang lebih positif. Hal ini dijelaskan pada Gambar 4.2.
Zat penghambat pengangkut elektron
Ditemukannya berbagai zat penghambat dari rantai pengangkutan elektron telah
menghasilkan informasi yang berguna mengenai urutan kedudukan molekul
pembawa elektron dalam rantai pernafasan. Tiga macam zat penghambat (Gambar
4.3)
Pierisidin
Amital
Antimisin A
Rotenon
telah diketahui bekerja dalam penghambatan proses pengangkutan elektron dari
NADH ke ubikuinon: rotenon, suatu senyawa racun dari tumbuhan yang
dipergunakan sebagai insektisida; amital, senyawa obat kelompok barbiturat; dan
pierisidin, suatu senyawa antibiotik yang strukturnya serupa dengan ubikuinon,
sedemikian rupa sehingga dapat bertindak sebagai zat hambat saing terhadap
ubikuinon. Dalam hal ini ketiga zat tersebut berperan sebagai penghambat
terhadap NADH dehidrogenase, yaitu enzim yang mengkatalisis proses
pengangkutan elektron dari NADH ke ubikuinon. Gambar 4.4 menunjukkan
lokasi penghambatan dalarn rantai pernafasan.
Gambar 4.4 Rantai pernafasan: Lokasi (tahap reaksi pengangkutan elektron)
penghambatan oleh zat penghambat pernafasan (rotenon, arnitral, antimisin A.
dan sianida). Lokasi -1, -2, dan -3 adalah ternpat terjadinya mekanisme fosforilasi
bersifat oksidasi yang menghasilkan ATP dari ADP + Pi,
Antimisin-A adalah zat penghambat yang bekerja pada proses pengangkutan
elektron antara sitokrorn-b dan sitokrom-c; suatu antibiotik yang didapatkan dari
Streptomyces griseus.
Kelompok ketiga zat penghambat dalam rantai pernafasan adalah zat yang
mengharnbat proses pengangkutan elektron dari sitokrorn-aa3, ke O2 yaitu
hidrogen sianida , hidrogen sulfida, dan karbonmonoksida.Reduksi oksigen
sebagai tahap akhir pengangkutan elektron.
Reduksi oksigen sebagai tahap akhir pengangkutan elektron
Jurnlah elektron per molekul pembawa elektron yang diangkut rnelalui rantai
pernafasan terdiri dari dua macam: pengangkutan elektron dari NADH ke
ubikuinon yang berlangsung dengan tahap dua elektron , dan dari ubikuinon ke O2
yang berlangsung dengan tahap satu elektron (Gambar 4.5).
Gambar 4.5 pola yang menunjukkan jumlah elektron yang diangkut dalam proses rantai
pernafasan: (a) dua elektron angkut dari subtrat ke koenzem–Q, selanjutnya satu elektron dari
koenzem–Q ke O2; (b) dua elektron diangkut dari subtrat sampai dengan O2
Seperti telah diuraikan di atas, proses pengangkutan tersebut diakhiri dengan
tahap penerimaan elektron oleh O2, yaitu reaksi reduksi satu molekul O2
rnenghasilkan dua molekul H2O yang memerlukan empat elektron untuk setiap
molekul O2 yang tereduksi. Oleh karena itu timbul pertanyaan: Bagaimanakah
terkoordinasinya aliran elektron dalam rantai pernafasan itu sedemikian rupa
sehingga dihasilkan empat elektron yang diperlukan untuk mereduksi satu
molekul O2 ? Telah diketahui reduksi molekul O2 oleh satu elektron menghasilkan
radikal superoksida (O2-), sedangkan oleh dua elektron menghasilkan hidrogen
peroksida (H2 O2), Kedua hasil reaksi ini adalah racun yang sangat reaktif dan
dapat merusak berbagai gugus fungsi biomolekul. Di dalam sel aerob dan sel
hewan lainnya O2¯ diubah oleh enzim superoksida dismutase menjadi H2 O2, yang
selanjutnya oleh enzim katalase diubah menjadi H2O melalui persamaan reaksi
Telah diketahui adanya dua macam superoksida dismutase. Yang pertama terdapat
di dalam mitokondrion, mengandung Mn2+; sedang yang kedua, terdapat di
dalam.sitoplasrna (di luar mitokondrion), mengandung Cu2+ dan Zn2+. Kedua
enzim ini terdapat di dalam sel dalam konsentrasi yang cukup besar dan kegiatan
yang tinggi. Hal ini menunjukkan radikal superoksida yang dihasilkan secara
kontinu segera diubah menjadi bentuk senyawa yang tidak beracun, yaitu H2O dan
O2.
Energi pengangkutan elektron
Perubahan energi bebas baku (6 COI) dari reaksi oksidasi-reduksi antara satu
molekul pembawa elektron dengan molekul lainnya dinyatakan dengan
persarnaan
ΔGo '=− nF ΔE0 '
dimana n = jumlah elektronyang diangkut, F = bilangan Faraday (23062 kkal),
dan ΔEo' adalah perbedaan potensial baku (Eo') antara molekul penerima dan
molekul pemberi elektron dalam pengangkutan tersebut, Telah diketahui Eo untuk
NADH -0,32 volt dan untuk O2 +0,82 volt. Maka ΔG0’ untuk pengangkutan
elektron dari NADH ke O2 (sepanjang rantai pernafasan) adalah
ΔGo '=− 2×23062× [0 ,82−(−0 , 32 ) ]¿−52700 kal/mol = -52,7 kkal/mol
Perubahan energi bebas negatif yang dihasilkan oleh pengangkutan sepasang
elektron dari NADH ke O2 dalam rantai pernafasan ini jauh lebih besar daripada
ΔGo’ penguraian ATP menjadi ADP + Pi (ΔGo’ = -7,3 kkal per mol). Oleh karena
itu ΔGo’ pengangkutan elektron dalam pernafasan cukup besar untuk
menghasilkan beberapa molekul ATP dati ADP + Pi, apabila terdapat suatu
mekanisme untuk merangkaikan kedua proses tersebut (proses pengangkutan
elektron dan pembentukan ATP dari ADP + Pi atau proses fcsforilasi bcrsifat
oksidasi). Hal ini akan dibahas secara mendalam pada pasal mengenai fosforilasi
bersifat oksidasi.
Pengangkutan elektron dalam mikrosom
Pengangkutan elektron yang terjadi dalam retikulum eridoplasma (mikrosorn)
berlangsung dengan adanya sistem pengangkutan elektron yang terikut pada
rnernbran organel tersebut. Berbeda dengan pengangkutan elektron dulam rantai
pernafasan, proses dalam organel ini tidak dirangkaikan dengan proses fosforilasi
bersifat oksidasi, tetapi dirangkaikan dalam proses hidroksilasi berbagai senyawa
kimia (substrat) di dalam sel seperti steroid, asarn lemak , skualin , berbagai asam
amino, senyawa obat-obatan seperti fenobarbital, rnorfin, kodein , dan amfetamin,
dan senyawa karsinogen hidrokarbon seperti metilkolantren. Sistem pengangkutan
elektron mikrosom yang terdapat di dalam sel hati terdiri clari molekul pembawa
elektron NADP, NADP dehidrogenase, suatu flavoprotein yang disebut NADPH-
sitokrom P450 reduktase (enzim yang mengandung FAD), clan sitokrom P450
(bentuk reduksi dari derivat karbon monoksida senyawa pigmen ini mernpunyai
penyerapan maksimum pada panjang gelombang 450 nm). Bentuk reduksi P450
yaitu P450.Fe(II) atau P450.Fe2+ , bereaksi dengan molekul O2, Dalam reaksi ini
satu atom O direduksi menjadi H2O dan satu atom O lainnya dimasukkan ke
dalam molekul substrat. Pada gambar 4-6, dijelaskan bahwa mekanisme dimulai
dengan pengikatan suatu molekul substrat A oleh sistem P450 dalam bentuk
oksidasinya (P450.Fe3+), yang kemudian direduksi oleh satu elektron dari NADPH
(melalui FAD) menghasilkan bentuk reduksinya (P450.Fe2+). Selanjutnya molekul
ini dioksigenasi dan satu lagi elektron dari NADPH dipakai untuk mengubah O2
(yang terikat pada P450) menjadi bentuk radikalnya, O2-, Suatu reaksi oksidasi-
reduksi dalam kemudian berlangsung menghasilkan substrat yang terhidroksilasi
dan H2O. Tahap mekanisme ini diakhiri dengan regenerasi P450 menjadi bentuk
oksidanya kembali (P450.Fe3+).
Satu jenis lainnya dari sistem rantai pengangkutan elektron dalam mikrosom sel
hati adalah sistem sitokrom b5-oksigenase yang melibatkan sitokrom b5 reduktase
dan sitokrom b5 (Gambar 4.7). Sistem ini berperan dalam proses reaksi
pengawajenuhan asam lemak dalam sel hewan.
Di dalam sel jasad renik, proses tersebut berlangsung dengan bantuan sistem
pengangkutan elektron lain, yaitu yang melibatkan molekul flavoprotein dan
protein yang mengandung Fe dan S (protein Fe.S) sebagai pembawa elektronnya
(Cambar 4.8).
Mekanisme hidroksilasi suatu substrat oleh sistem angkutan elektron P450 dalam mikrosom: Substrat, A, mengikat ion Fe3+ dari molekul P450, yang kemudian direduksi oleh satu elektron yang kedua dari NADPH menghasilkan bentuk oksigen radikal,O2
-. Akhirnya terjadi reaksi oksidasi-reduksi menghasilkan substrat yang terhidroksilasi, A–OH dan H2O.
Mekanisme pengangkutan elektron dalam sistem sitokrom b5
Mekanisme pengangkutan elektron dirangkaikan dengan proses pengawa-jenuhan asam lemak dalam jasad.
Mitokondrion sebagai tempat berlangsungnya proses fosforilasi bersifat
oksidasi
Mitokondrion adalah organel sel yang tugas utarnanya sebagai penghasil energi
(ATP). Macarn sel yang berbeda mempunyai jumlah mitokondrion yang berbeda
pula. Sel hati tikus mengandung sekitar 800 buah mitokondrion. Pada umumnya
berbentuk bulat, tetapi beberapa sel tertentu mernpunyai bentuk mitokondrion
yang bulat lonjong (dalarn sel hati), bentuk tabung (dalarn sel ginjal), bentuk
batang atau benang (dalarn fibroblast), dan kadang-kadang berbentuk kompleks
tak teratur (dalarn sel ragi). Yang paling banyak diteliti dan diketahui adalah
mitokondrion sel hati tikus dengan ukuran 1 μm × 2 μm. Jadi hampir sama dengan
ukuran bakteri.
Mitokondrion mempunyai dua membran (Gambar 4.9). Membran-luar yang halus
dan kenyal dan membran-dalarn yang berlipat-lipat ke dalam, disebut krista.
Gambar 4.9 Gambaran mitokondrion dalam berbagai macam sel jaringan hewan, dan berbagai sturktur krista di dalamnya.
Kedua rnembran tersebut berbeda baik dalarn struktur, tugasnya, serta enzim yang terkandung di dalamnya. Tabel 4-3 menunjukkan berbagai enzim yang terkandung dalarn ruang-bagian mitokondrion Dari sekian banyak enzim ini ada beberapa enzim tertentu yang merupakan enzim-ciri untuk tiap bagian mitokondrion: monoamin oksidase merupakan enzim-ciri membran-luar; sitokrorn aa3 adalah
membran luarmembran dalammembran luar
Hati tikus(sepeti lempeng)
Leak coklat pada tikus(bersekat) Paramesium
(bentuk tabung)
Blowfly flight muscle(lembaran berlubang-lubang)
enzim-ciri membran-dalarn: sedangkan malat dan glutarnat dehidrogenase, seperti juga enzim daur asam trikarboksilat merupakan enzim-ciri matriks mitokondrion.
Membran luar: Monoamin oksidase Kinurenin-3-monooks iqenase NADH dehidrogenase yang tak peka terhadap antimisinAsil-CoA sintetase Fosfolipase A2 Nukleosida difosfatkinase
Ruang antar membran: Adenilat kinase
Membran dalam: NADH dehidrogenase yang peka terhadap antimisinProtein yang mengandung Fe-S Sitokrom-sitokrom b, c, c1, dan aa3 F1 -ATPase Suksinat dehidrogenaseD-β-Hidroksibutirat dehidrogenaseKarnitin asiltransferase
Matriks sitoplasrna : Sitrat sintaseIsositrat dehidrogenaseFurnareseMalat dehidrogenaseGlutamat dehidrogenaseAspartat transaminaseEnzim oksidasi asam lemak
Mernbran-dalarn sebagai tempat berlangsungnya proses fosforilasi bersifat oksidasi, mengandung makro-molekul kompleks ATPase yang berbentuk per-tonjolan pada permukaan membran-dalam yang menghadap matriks
Membran luar
Membran luar
F1 – ATPase
krista
Mitokondrion : membran luar, membran dalam, enzim F1 - ATPase, krista dan bagian matriks
Mitokondrion: Gambar yang menunjukkan hubungan antara membran dalam, membran luar, krista, dan struktur F1 - ATPase
Mekanisme fosforilasi bersifat oksidasi
Proses fosforilasi bersifat oksidasi pada rantai pernafasan terdiri dari tiga meka-nisme yang masing-masing berdiri sendiri, namun ketiganya dirangkaikan secara terkoordinasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan ATP dari ADP + Pi dan reduksi O2 menjadi H2O. Ketiga mekanisme itu adalah: (1) sintesis ATP dari ADP + Pi, dikatalisis oleh kompleks ATPase yang terdapat pada permukaan dalam membran-dalam mitokondrion(Gambar4.10); (2) mekanisme pengangkutan elektron sepanjang rantai pernafasan, yang juga terdapat dalam membran-dalarn mitokondrion; dan (3) suatu mekanisme yang berperan dalam merangkaikan kedua mekanisme tersebut di atas. Proses pengangkutan elektron dan sintesis ATP rnasing-masing telah diuraikan secara mendalam pada beberapa pasal sebelumnya dari bab ini , Mekanisme rnolekuler terbentuknya ATP (khususnya pembentukan energi ikatan fosfat) dari ADP + Pi yang didorong oleh energi pengangkutan elektron sepanjang rantai pernafasan, pada masa kini masih merupakan hal yang belum jelas. Namun pada umumnya, dikemukakan adanya tiga hipotesis mengenai mekanisrne fosforilasi bersifat oksidasi tersebut, yaitu hipotesis perangkaian secara himia, peranghaian dengan perubahan konformasi, dan perangkaian osmose kimia. Hipotesis perangkaian secara kimia. Teori mekanisme ini merupakan hipotesis yang pertama kali dikemukakan. Menurut hipotesis ini reaksi pengangkutan elektron yang menghasilkan energi dirangkaikan dengan reaksi yang membutuhkan energi dari pembentukan ATP dari ADP + Pi, melalui senyawa kimia-antara yang umum seperti halnya tahap reaksi glikolisis yang dikatalisis oleh enzim gliseraldehidafosfat dehidrogenase.
3-fosfogliseraldehida + NAD+ + Pi 3-fosfogliseroil fosfat + NADH + H+
3 -fosfogliseroil fosfat + ADP 3-fosfogliserat + ATP
Dalam reaksi di atas energi yang dihasilkan oleh oksidasi gugus aldehida menjadi gugus karboksilat, disimpan sebagai senyawa-antara, 3-fosfogliseroil fosfat. Selanjutnya bentuk energi kimia ini diberikan ke ADP menghasilkan ATP dan 3-fosfogliserat. Dengan demikian terjadilah mekanisme perangkaian dua reaksi secara kimia. Hipotesis ini 'memberikan penjeJasan suatu mekanisme yang relatif sederhana, namun menunjukkan adanya dua kekurangan. Pertama, senyawa antara berenergi tinggi yang ada dalam hipotesis tersebut sampai kini belum dapat diisolasi. Kedua, mekanisme yang sederhana ini dapat berlangsung tanpa adanya rnembran sel, sehingga mekanisme fosforilasi bersifat oksidasi yang memerlukan
keterlibatan rantai pernafasan (yang berlokasi dalam membran mitokondrion) tidak dapat diterangkan secara terperinci dan mendalam oleh hipotesis ini.
Hipotesis perangkaian dengan cara perubahan konformasi. Mekanisme hipotesis ini didasarkan pada terjadinya pemindahan energi yang dihasilkan oleh proses pengangkutan elektron ke bentuk energi lain, yaitu perubahan konformas molekul pembawa elektron dalam rantai pernafasan. Perubahan ini khususnya menyangkut perubahan konformasi faktor perangkai, F1 – ATPase, yang berperan dalam merangkaikan reaksi pernbentukan ATP dari ADP + Pi dengan proses pengangkutan elektron. Dengan demikian dihasilkan suatu konformasi berenergi tinggi, yang selanjutnya akan mendorong reaksi pembentukan ATPdari ADP + Pi, dan secara serempak konformasi molekul tersebut berubah kembali ke keadaan semula (konforrnasi berenergi rendah). Mekanisme hipotesis ini dijelaskan dengan skema Gambar 4-11
Gambar: Hipotesis perangkat perubahan konformasi
Ada dua kenyataan yang menunjang hipotesis ini. Pertama, terjadinya perubahan fisik (atau struktur) membran mitokondrion pada waktu elektron mengalir melalui rantai pernafasan. Kedua, terjadinya perubahan ultra-struktur mitokondrion yang sedang mengalami pernafasan segera setelah penambahan ADP.Hipotesis perangkaian secara osmose kimia. Berbeda dari kedua hipotesis lain-nya, hipotesis ini tidak membenarkan terjadinya suatu senyawa kimia-antara yang berperan dalam merangkaikan reaksi eksergonik dan endergonik, melainkan mengemukakan terbentuknya suatu keadaan-antara yang berenergi tinggi yang merangkaikan kedua reaksi tersebut. Keadaan-antara ini merupakan suatu perbedaan elektrokimia dari ion H+ antara bagian dalam dan luar rnembran-dalam mitokondrion yang dihasilkan oleh proses pengangkutan elektron melalui rantai pernafasan. Selanjutnya, keadaan-antara yang berenergi tinggi tersebut mendorong reaksi endergonik pembentukan ATP dari ADP + Pi. Dalam hipotesis ini, membran merupakan bagian yang terangkum dalam mekanisme perangkaian
untuk berlangsungnya proses fosforilasi bersifat oksidasi. Dalam hal ini molekul protein pembawa elektron berperan sebagai sistem pengangkutan aktif, atau
.
suatu sistem pompa yang mengangkut ion H+ dari bagian dalam (matriks) mitokondrion ke luar membran sedemikian rupa sehingga terjadi kelandaian konsentrasi ion H+ antara kedua bagian yang dipisahkan oleh membran tersebut. Perbedaan konsentrasi H+ mendorong pembentukan ATP dengan cara dehidratasi ADP + Pi, seperti gambar di atas.Gambar di atas menunjukkan mekanisme pemompaan ion H+ (proton) dari bagian dalarn ke bagian luar membran-dalam mitokondrion. Dalam hal ini ditunjukkan tiga tahap reaksi pengangkutan elektron yang rnasing-masing melepaskan 2 H+ ke arah luar, dan tiga tahap yang rnenarik 2 H+ dari matriks mitokondrion, sedemikian rupa sehingga dihasilkan suatu keadaan bagian luar rnenjadi lebih asam sedangkan bagian dalam menjadi lebih basa (Gambar b). Keadaan terbentuknya kelandaian H+ ini adalah suatu keadaan-antara berenergi tinggi. Gambar c menunjukkan bagaimana kelandaian H+ yang dihasilkan oleh pengangkutan elektron sepanjang rantai pernafasan rnendorong proses fosforilasi ADP + Pi yang diikat oleh kompleks ATPase (khususnya gugus aktif dari ATPase yang disebut F1 ATPase) pada membran mitokondrion. Konsentrasi OH- yang tinggi di bagian dalam mitokondrion menarik H+ dari ADP + Pi, sedangkan kensentrasi H+ yang tinggi di luar menarik OH- sedemikian rupa sehingga terjadi pernbentukan ATP dari ADP + Pi pada membran.
(a)Proses pengangkutan elektron mengakibatkan mengalirnya ion H+ ke luar melalui membran dalam mitokondrion, sehingga terjadi kelandaian H+
(b)Gradien H+ yang terjadi di antara membran me-rupakan suatu keadaan berenerg tinggi yang ter-jadi dari pengangkutan energi pengubahan elek-tron
(c) Kelandaian H+ merupakan tenaga dorong terjadinya proses fosforilasi ADP + Pi menjadi ATP. Dalam hal ini, ion OH-
dalam mitokondrion, menarik H+
dari pusat aktif ATPase ke arah dalam, sedangkan H+ yang ada di luar menarik OH- dari pusat aktif tersebut ke arah luar.
Hal yang penting dari hipotesis perangkaian osmose kimia adalah terlibatnya mekanisme reaksi kimia yang bervektor, yaitu mengikuti kelandaian H+ yang mengarah dari luar ke dalam melalui membran mitokondrion. Jadi berbeda dari reaksi kimia biasa yang tak berarah atau skalar, yang bisa terjadi dalam suatu larutan homogen. Terjadinya kelandaian H+ yang berarah ke dalam dimungkinkan karena susunan yang khas dari rnolekul protein pembawa elektron sedemikian rupa hingga proses penarikan H+ oleh rantai pernafasan terjadi pada permukaan-dalam membran, dan pelepasan H+ berlangsung pada permukaan-luar membran seperti gambar berikut ini.
Mekanisme reaksi vektor proses fosforilasi bersifat oksidasi. Perana n F1 ATPase dalam pembentukan ATP yang dirangkakan dengan aliran ke dalam dari H+ yang terbentuk oleh proses pengangkutan elektron dalam rantai pernafasan.