raperda pengelolaan sampah (1 juni 2015)
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
1/29
WALI KOTA BALIKPAPAN
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALI KOTA KOTA BALIKPAPAN,
Menimbang : a.bahwa Kedudukan Kota Balikpapan sebagai
kawasan perkotaan, maka mengakibatkan
pertambahan penduduk dan perubahan pola
konsumsi masyarakat menimbulkan
bertambahan volume, jenis dan karakteristik
sampah yang semakin beragam;
b.bahwa sampah telah menjadi permasalahan kota
sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
2/29
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat;
c.bahwa berdasarkan ketentuan dalam Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Persampahan sudah tidak sesuai
dengan kondisi sampah di Kota Balikpapan;
d.bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan
kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan pemerintah, pemerintah daerah,
serta peran masyarakat dan dunia usaha
sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan
secara proporsional, efektif dan efisien;
e.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d perlu membentukmenetapkanPeraturan
Daerah tentang Pengelolaan Sampah;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan
Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 18ayat (6)Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2.Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 1953 Nomor 9) sebagai
Undang-undang (Lembaran Negara Republik
IndonesiaTahun 1959 Nomor 72, Temabahan
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
3/29
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1820);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun
1981 Nomor 76. Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209);
4.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4851);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Peraturan Pemerintah nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
4/29
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5103);
9.Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5347);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolan
Sampah;
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi
Muatan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui
Bank Sampah;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
14. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 2
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
5/29
menjadi kewenangan Pemerintah Kota Balikpapan
(Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun 2008
Nomor 2 Seri E);
15. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8
Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Balikpapan Tahun
2011-2016 (Lembaran Daerah Kota Balikpapan
Tahun 2011 Nomor 8);
16. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7
Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh
Kelurahan Dalam Wilayah Kota Balikpapan
(Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun 2012
Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Balikpapan Nomor 18);
17. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan
Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota Balikpapan
(Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun 2012
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Balikpapan Nomor 19);
18. Perda Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan
2012-2032.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BALIKPAPAN
dan
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
6/29
WALIKOTA KOTA BALIKPAPAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN
SAMPAH KOTA BALIKPAPAN .
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.Daerah adalah Kota Balikpapan.
2.Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.Pemerintah Kota Balikpapan
3.Satuan kerja perangkat daerah, yang selanjutnya disingkat
SKPD, adalah satuan kerja perangkat daerah yang memiliki
tugas, pokok dan fungsi untuk pengelolaan sampah
4.Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat.
5.Sampah Spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi
dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus yang
meliputi Sampah yang mengandung bahan berbahaya danberacun, Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya
dan beracun, Sampah yang timbul akibat bencana, Puing
bongkaran bangunan, Sampah yang secara teknologi belum
diolah dan atau Sampah yang timbul secara tidak periodik.
6.Sampah yang mudah terurai adalah sampah yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat
terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme
seperti makanan dan serasah.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
7/29
7.Sampah yang dapat digunakan kembali merupakan sampah
yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses
pengolahan antara lain kertas kardus, botol minuman dan
kaleng.
8.Sampah yang dapat didaur ulang merupakan sampah yang
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan
antara lain sisa kain, plastik, kertas dan kaca.
9.Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik.
10.Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah
tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya
11.Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.
12. Halte Sampah adalah tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
13.Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse,recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.
14.Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya
disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
15.Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA
adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah kemedia lingkungan.
16.Bak Sampah adalah tempat untuk menampung sampan yang
disediakan untuk menampung sampan sementara yang
disediakan dan digunakan oleh pemakai persil dan publik.
17.Pengumpulan Sampah adalah kegiatan mengumpulkan
sampah dari setiap persil dan memindahkan ke Halte Sampah.
18.Pengangkutan Sampah adalah kegiatan memindahkan
sampah dari Halte Sampah ke TPA;
19.Daur Ulang adalah kegiatan pemanfaatan materi yang
terkandung dalam sampah anorganik.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
8/29
20.Pengomposan adalah kegiatan pemanfaatan ulang sampah
organik melalui proses pembusukan.
21.Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahanorganikyang dapat dipercepat secara
artifisial olehpopulasiberbagai macammikrobadalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan dalam kondiis lingkungan
yangaerobikatauanaerobik
22.Rumah Kompos adalah bangunan yang berfungsi untuk
membuat kompos.
23.Bank Sampah adalah Bank sampah adalah tempat pemilahan
dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang
dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.24.Insentif adalah upaya untuk memotivasi masyarakat secara
positif agar masyarakat tersebut mentaati ketentuan di bidang
pengelolaan sampah guna lebih meningkatkan pemeliharaan
lingkungan.
25.Disinsentif adalah upaya memberikan penghukuman bagi
masyarakat yang melanggar ketentuan di bidang pengelolaan
sampah untuk mencegah dan menanggulangan kerusakan dan
pencemaran lingkungan.
26.Kawasan permukiman adalah kawasan hunian dalam bentukklaster, apartemen, kondominium, asrama dan sejenisnya.
27.Kawasan komersial adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana penunjang.
28.Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang.
29.Kawasan khusus adalah wilayah yang bersifat khusus yang
digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional.30.Pengelola kawasan adalah orang/badan usaha yang mengelola
kawasan pemukiman, kawasan komersial dan kawasan
industry.
31.Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang,
dan/atau badan hukum.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Populasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Populasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organik&action=edit&redlink=1 -
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
9/29
BAB II
RUANG LINGKUP, ASAS, DAN TUJUAN
Pasal 2
(1)Ruang lingkup sampah yang dikelola ini berdasarkan peraturan
daerah ini terdiri atas:
a.Sampah rumah tangga;
b.Sampah sejenis sampah rumah tangga;
c.Sampah spesifik.
(2)Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik.
(3)Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah
tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya
(4)Sampah Spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi :
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun;c. Sampah yang timbul akibat bencana;
d. Puing bongkaran bangunan;
e. Sampah yang secara teknologi belum diolah dan atau;
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pasal 3
Pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan prinsip:
a.tanggung jawab;
b.keberlanjutan;c.manfaat;
d.keadilan;
e.kesadaran;
f.kebersamaan;
g.keselamatan;
h.keamanan; dan
i.nilai ekonomi.
Pasal 4
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
10/29
Pengaturan pengelolaan sampah bertujuan untuk:
a.meningkatkan kualitas lingkungan;
b.meningkatkan kesehatan masyarakat; dan
c.menjadikan sampah sebagai sumber daya untuk meningkatkan
produktivitas masyarakat.
BAB III
PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Pelaksanaan
Pasal 5
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga terdiri atas:
a.pengurangan sampah; dan
b.penanganan sampah.
Pasal 6
(1)Pengurangan sampah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
5 huruf a meliputi:
a.pembatasan timbulan sampah;
b.pemanfaatan kembali sampah;
c.pendauran ulang sampah.
(2)Setiap orang dan produsen harus melakukan kegiatanmengurangi sampah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
5, dengan cara: menggunakan material yang dapat digunakan
kembali, dapat didaur ulang dan/atau mudah untuk diuraikan
melalui proses alam.
a.menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, bahan yang
dapat didaur ulang, dan/atau bahan yang mudah diurai oleh
proses alam; dan/atau
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
11/29
b.mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari
produk dan/atau kemasan yang sudah digunakan.
Pasal 7
Penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi:
a.pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;b.pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara
atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c.pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat
pemrosesan akhir;
d.pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,
dan jumlah sampah; dan/ataue.pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman.
Pasal 8
(1)Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
a dilakukan oleh :
a.setiap orang pada sumbernya;b.pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial,Prasarana umumdan fasilitas lainnya; dan
c.pemerintah daerah.
(2)Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam padaayat (1)
dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi
paling sedikit5 (Lima) jenis sampah yang terdiri atas:
a.sampah yang mengandung bahan berbahaya beracun serta
limbah bahan berbahaya dan beracun;
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
12/29
b.sampah yang mudah terurai;
c.sampah yang dapat digunakan kembali;
d.sampah yang dapat didaur ulang; dan
e.sampah lainnya.
(3)Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus menggunakan sarana yang memenuhi
persyaratan:
a.jumlah sarana sesuai jenis pengelompokan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
b.diberi label atau tanda; dan
c.bahan, bentuk, dan warna wadah.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilahan sampahsebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dalam peraturan
walikota
Bagian Kedua
Tanggung Jawab
Pasal 9
(1)Pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi tanggung
jawab:
a.Masyarakat dapat langsung membuang sampah ke Halte
Sampah dan/atau TPS 3R.
b.lembaga pengelolaan sampah yang dibentuk oleh RT atau
didirikan oleh kelompok masyarakat sendiri untuk
pengumpulan sampah ke Halte Sampah dan/atau TPS 3R;
c.Pemerintah Daerah untuk pengangkutan sampah dari halte
sampah dan/atau TPS 3R ke TPST dan/atau TPA;
d.pengelola kawasan untuk sampah dari kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus,
dari sumber sampah sampai ke TPA; dan
e.Pemerintah Daerah untuk sampah dari fasilitas umum,
fasilitas sosial dari sumber sampah dan/atau dari halte
sampah dan/atau TPS 3R hingga TPST dan/atau TPA.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
13/29
(2)pembuangan/pengangkutan sampah dari rumah tangga,
kawasan permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya ke halte sampah dan/atau TPS 3Rdilakukan
dari jam 18.00 sampai dengan 06.00 kecuali hari minggu.yang
akan diatur lebih lanjut dalam peraturan walikota.
(3)Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan
keamanan, kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan dan
pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat 2
diatur dalam peraturan walikota
Pasal 10
(1)Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf d meliputi kegiatan:
a.pemadatan;
b.pengomposan;
c.daur ulang material; dan/atau
d.daur ulang energi.
(2)Sampah organik diproses menjadi kompos, makanan ternak
dan/atau daur ulang energi.(3)Sampah anorganik diolah dengan pemulihan bahan untuk daur
ulang/ penggunaan kembali melalui kegiatan di bank sampah,
TPS-3R dan / atau pihak ketiga yang bermitra dengan
Pemerintah Daerah.
(4)Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) dilakukan oleh:
a.setiap orang pada sumbernya;
b.pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, danfasilitas lainnya; dan
c.pemerintah daerah
d.pihak ketiga???????
Pasal 11
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
14/29
(1)Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf e dilakukan dengan menggunakan:
a.metode lahan urug terkendali;
b.metode lahan urug saniter; dan/atau;
c.teknologi ramah lingkungan.
(2)Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pemerintah daerah maupun kerjasama dengan
pihak ketigaSKPD Teknis.
Bagian Kedua
Lembaga Pengelola
Pasal 12
(1)Dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Daerah dapat
membentuk lembaga pengelola sampah.
(2)Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga
pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat
(1) di tingkat rukun tetangga, kelurahan, kecamatan, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dan atau yang dikelola oleh
swasta sesuai dengan kebutuhan.
(3)Ketentuan mengenai prosedur dan tata cara pembentukan serta
tugas dari lembaga pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Walikota.
Bagian KetigaInsentif dan Disinsentif
Pasal 13
(1)Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada
lembaga/instansi, badan usaha, kelompok masyarakat, atau
individu yang melakukan :
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
15/29
c. pengurangan timbulan sampah; dan
d. tertib penanganan sampah.
(2)Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. pemberian penghargaan dari Pemerintah Daerah dalam bentuk
program pembinaan, dana pembinaan dan hadiah lain yang
sifatnya pembinaan.
b. pemberian dan penyediaan fasilitas pengelolaan sampah bagi
setiap orang atau badan usaha yang mengelola sampah sesuai
dengan standar pengelolaan yang ditetapkan dalam Peraturan
daerah ini.
c. Pengurangan retribusi daerah dalam kurun waktu tertentu
(3)Ketentuan mengenai tata cara pemberian insentif sebagaimanayang dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Walikota.
Pasal 14
(1)Pemerintah daerah dapat memberikan disinsentif kepada
lembaga/instansi, badan usaha, kelompok masyarakat, atau
individu yang melakukan :
a. Pelanggaran terhadap larangan;b. pelanggaran terhadap standar pengelolaan sampah yang telah
diatur dalam Peraturan Daerah ini atau peraturan perundang-
undangan lain yang mengatur mengenai pengelolaan
persampahan.
(2)..
(3)Disinsentif kepada badan usaha dan lembaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Sanksi administratif mulai dari teguran hingga pencabutan
izin operasional bagi perusahaan pengelola sampah;b. Sanksi administratif dalam bentuk rekomendasi penundaan
izin apabila ada usulan peningkatan atau perpanjangan izin
oleh badan usaha tersebut.
(4)
(5)Ketentuan mengenai tata cara pemberian disinsentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Walikota.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
16/29
Bagian Keempat
Kerjasama dan Kemitraan
Pasal 15
(1)Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama dengan
Pemerintah lain dalam pengelolaan sampah.
(2)Pemerintah lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a.Pemerintah daerah lain di Indonesia;
b.Pemerintah Negara lain yang bekerjasama melalui organisasi
Pemerintah maupun Lembaga Internasional.
(3)Lingkup kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain:
a. Peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam
pengelolaan sampah;
b. penyediaan/pembangunan halte sampah dan/atau TPS 3R,
TPST, TPA, serta sarana dan prasarana pendukungnya;
c. pengangkutan sampah dari halte sampah dan/atau TPS 3R,
TPST, ke TPA;
d. pengelolaan TPA dan pengelolaan produk olahan sampah
lainnya; dan
e. Pengembangan teknologi pengelolaan sampah yang dapat
dikembangkan menjadi bioenergi dan energi listrik.
Pasal 16
(1)Pemerintah daerah dapat bermitra dengan badan usaha
pengelola sampah dalam pengelolaan sampah.
(2)Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain:
a.penarikan pemungutan retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan;
b.pengelolaan sampah dengan prinsip 3-R (Reduce, Reuse,
Recycle);
c.Pemanfaatan sampah anorganik untuk industri kreatif;
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
17/29
d.Pemanfaatan sampah Organik Rumah Tangga menjadi
berbagai jenis usaha produktif lainnya yang relevan.
(3)Dalam pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) badan usaha pengelolaan sampah wajib mengacu pada
peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 17
1) Pemerintah Daerah bertugas untuk menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah yang baik sesuai dengan tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
2) Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah :
a. Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu;
b. untuk mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah;
c. untuk melakukan penelitian dan pengembangan pengurangan
sampah dan teknologi penanganan;
d. untuk memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan
upaya pengurangan sampah, pengolahan dan pemanfaatan;
e. untuk melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
infrastruktur pengelolaan sampah;
f. untuk meningkatkan dan memfasilitasi pengembangan
manfaat dari pengelolaan sampah;
g. untuk memfasilitasi teknologi lokal spesifik di masyarakat
setempat untuk menangani dan mengurangi sampah, dan
h. mengkoordinasikan antar-regional satuan kerja pemerintah,
masyarakat dan badan usaha untuk berintegrasi dalam
pengelolaan sampah
Pasal 18
Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan sebagai berikut :
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
18/29
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
berdasarkan ketentuan yang berlaku;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai dengan norma,
standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. menetapkan lokasi HALTE SAMPAH dan / atau HALTE SAMPAH
3R, HALTE SAMPAHT dan/atau TPA yang disesuaikan dengan
rencana tata ruang wilayah; dan
d. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan secara
berkala terhadap kapasitas TPA.
BAB VHAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 19
Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan
sampah dari Pemerintah Daerah atau pihak lain yang diberi
tanggung jawab untuk itu;
a.berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan dan pengawasan di bidang pengelolaan
sampah;b.memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu
mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
c.mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak
negatif dari kegiatan Pemprosesan Akhir;
d.memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan
sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
Pasal 20
(1)Setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan
cara yang berwawasan lingkungan.
(2)Setiap orang, baik rumah tangga atau kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial, atau kawasan lainnya wajib memilah sampah dari
sumbernya dan membuang dengan benar.
(3)Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan
fasilitas lainnya prasarana umumwajib menyediakan bak
sampah terpisah dan memilahnya, menyediakan halte sampah
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
19/29
dan /atau TPS-3R di dalam kawasannyadan mengangkut
sampahnya ke TPA.
(4)Setiap produsen wajib mengelola kemasan dan atau barang yang
diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses
alam.
(5)Perusahaan wajib secara aktif berkoordinasi dan bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah dalam menerapkan pengelolaan
sampah.
(6)Setiap pemilik kendaraan Roda 4 (empat) atau lebih umum
maupun perorangan wajib menyediakan tempat sampah di
kendaraannya.
(7)Setiap penyelenggara kegiatan insidentil wajib :a.Bertanggung jawab terhadap kebersihan lokasi
penyelenggaraan kegiatan; dan
b.Mengangkut sampah akibat adanya penyelenggaraan kegiatan
ke TPA.
BAB VI
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Prosedur dan Tatacara Perizinan
Pasal 21
(1)Setiap orang yang melakukan usaha pengelolaan sampah wajib
memiliki Izin Usaha Pengelolaan Sampah.(2)Usaha pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.Pengangkutan sampah; dan
b.Pengolahan sampah;
c. Pemprosesan akhir sampah.
Pasal 22
(1)Permohonan izin usaha pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) diajukan secara tertulis
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
20/29
kepada walikota atau pejabat yang ditunjuk dengan
melampirkan:
a. Dokumen Amdal/UKL/UPL
b.Izin Lingkungan;
c.SIUP;
d.SITU/Izin Gangguan.
(2)Terhadap permohonan izin yang telah memenuhi persyaratan
dilakukan pencatatan secara administratif oleh SKPD yang
menangani proses perizinan untuk kemudian dilaksanakan rapat
secara koordinatif dengan dinas/instasi terkait.
(3)Hasil rapat koordinasi tersebut dituangkan dalam berita acara
sebagai bahan pertimbangan Walikota atau pejabat yang ditunjukuntuk :
a. Mengabulkan sebagian/seluruh permohonan; atau
b. Menolak permohonan
(4)Dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah Berita
Acara Hasil Rapat Koordinasi diterima, Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk menerbitkan keputusan menerima atau menolak
permohonan izin usaha pengelolaan sampah.
(5)Dalam hal permohonan izin usaha pengelolaan sampah ditolak,
Walikota atau Pejabat yang ditunjuk memberitahukan kepadapemohon secara tertulis dengan mencantumkan alasan
penolakannya.
(6)Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah Berita
Acara Hasil Rapat Koordinasi diterima, Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk tidak memberikan jawaban menyetujui atau
menolak permohonan izin usaha pengelolaan sampah, maka
permohonan izin dianggap ditolak.
Pasal 23(1)Izin usaha pengelolaan sampah untuk pengangkutan sampah
berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang.
(2)Untuk pengolahan dan pemprosesan akhir sampah berlaku
selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
(3)Perpanjangan izin dilakukan paling lama 30 (tiga puluh)
sebelum masa berlakunya habis.
Pasal 24
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
21/29
(1)Pemegang izin usaha pengelolaan sampah berhak untuk
melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan dan
pemprosesan akhir sampah.
(2)Pemegang izin usaha pengelolaan sampah berkewajiban untuk
melaporkan kegiatan pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir sampah yang telah diselenggarakan secara berkala setiap 3
(tiga) bulan kepada walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 25
Ketentuan mengenai prosedur, tatacara dan persyaratan
permohonan izin usaha pengelolaan sampah dan masa berlaku
serta perpanjangan izin usaha pengelolaan sampah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Walikota dan peraturan hukum lainnya.
BAB IV
RETRIBUSI DAN KOMPENSASI
Bagian Kesatu
Retribusi Pelayanan Persampahan
Pasal 28
(1)Pemerintah daerah dapat memungut retribusi atas pelayanan
persampahan.
(2)Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digolongkan pada retribusi jasa umum.
(3)Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahanmeliputi:
a. biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke
HALTE SAMPAH/HALTE SAMPAHT;
b. biaya pengangkutan dari HALTE SAMPAH/HALTE SAMPAHT ke
TPA;
c. biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir
sampah; dan
d. biaya pengelolaan.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
22/29
(4)Penyelenggaraan retribusi atas pelayanan persampahan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Catatan > pemda memungut retribusi atas pelayanan
persampahan di luar sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga/sampah spesifik: misal tebangan pohon
Catatan>Pemda
Bagian Kedua
Kompensasi
Pasal 29
(1)Pemerintah daerah secara sendiri atau secara bersama dapat
memberikan kompensasi sebagai akibat dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah.
(2)Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan
akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan
oleh:
a.pencemaran air;
b.pencemaran udara;c.pencemaran tanah;
d.longsor;
e.kebakaran;
f.ledakan gas metan; dan/atau
g.hal lain yang menimbulkan dampak negatif.
(3)Bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a.relokasi penduduk;
b.pemulihan lingkungan;
c.biaya kesehatan dan pengobatan;d.penyediaan fasilitas sanitasi dan kesehatan; dan/atau
e.kompensasi dalam bentuk lain.
(4)Ketentuan mengenai tata cara pemberian kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Wali Kota.
Pasal 31
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
23/29
Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 harus
dianggarkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.
BAB V
PERAN MASYARAKAT
Pasal 32
(1)Masyarakat berperanserta dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan, dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
(2)Bentuk peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah juga
meliputi :
a. menjaga dan memeliharan kebersihan lingkungan;
b.memiliki tempat sampah terpilah (secara fungsi danstandar) di
setiap rumah tangga/tinggal, kantor dan tempat ibadah serta
bangunan/sarana untuk kepentingan umum lainnya termasuk
juga setiap pedagang penjaja;;c.aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan , dan pengolahan sampah.
d.pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan
pendapat dalam upaya peningkatan pengelolaan sampah di
wilayahnya
Pasal 33
(1)Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) huruf a dan b dilaksanakan dengan cara :a. sosialisasi;
b. kegiatan gotong royong;
c. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang
persampahan; dan
d. pemberian insentif
(2)Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) huruf c dilaksanakan dengan cara :
a. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang
persampahan; dan
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
24/29
b. pemberian insentif
(3)Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) huruf d dilaksanakan dengan cara :
a. penyediaan media komunikasi;
b. aktif dan secara cepat memberi tanggapan; dan
c. melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.
Pasal 34
BAB VIPENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PEMBINAAN
Pasal 35
(1)Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah
daerah didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria
pengawasan yang diatur oleh Pemerintah.
(2)Pemerintah daerah melakukan Pengawasan dan pengendalian
yang meliputi :
a.pengawasan dan pengendalian di tingkat teknis operasional,b.administratif maupun
c.dampak terhadap lingkungan.
Pasal 36
Pemerintah daerah dapat melakukan pembinaan kepada
masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui:
a.bantuan teknis;
b.bimbingan teknis;
c.diseminasi peraturan perundang-undangan dan pedoman di
bidang pengelolaan sampah; dan/atau
d.pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan sampah
Pasal 37
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36
dilaksanakan oleh dinas teknis yang bertanggungjawab di bidang
pengelolaan sampah.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
25/29
BAB VI
LARANGAN
Pasal 38
Setiap orang dilarang:
a.membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
b.melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di
tempat pemrosesan akhir;
c.membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah;
d.Membuang, menumpuk, menyimpan sampah atau bangkaibinatang dijalan, jalur hijau, taman, sungai, saluran, fasilitas
umum dan tempat lainnya yang sejenis;
e.Membuang sampah atau kotoran lainnya dari atas kendaraan;
f.Membuang kotoran dan atau bangkai binatang ke halte sampah
dan sekitarnya serta fasilitas umum;
g.Membuang sampah ke halte sampah dengan menggunakan
kendaraan bermotor, yang volumenya lebih dari 1 (satu) meter
kubik;
h.Membakar sampah di jalan, jalur hijau , taman dan tempat-tempat umum lainnya;
i.Buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di
jalan, jalur hijau, taman, sungai, saluran dan tempat umum;
j.Mengeruk atau mengais sampah di Halte Sampah, kecuali oleh
petugas untuk kepentingan dinas;
k.Membuang sampah diluar tempat/ lokasi pembuangan yang telah
ditetapkan;
l.Membuang sampah di Halte Sampah pada siang hari jam 06.00
18.00 WITA;m.Membakar sampah dan kotoran lainnya didalam TPS dan
disekitar TPS;
n.Membuang sampah klinis dan limbah B3 lainnya ke Halte
Sampah.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 38
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
26/29
(1)Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada
pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang
ditetapkan dalam perizinan.
(2)Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a.Peringatan tertulis;
b.paksaan pemerintahan;
c.uang paksa; dan/atau
d.pencabutan izin.
Pasal 39
(1)Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf a dikenakan diterapkan
kepada pemegang izin yang melakukan pelanggaran terhadap
persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam izin usaha
pengelolaan sampah danbelum menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.(penjelasan)
(2)Sanksi administratif berupa Peringatan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali
secara berturut-turut masing-masing untuk jangka waktu 5(lima) hari kerja.
(3)Sanksi administratif berupa paksaan pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf b diterapkan apabila
pemegang izin:
a.melakukan pelanggaran terhadap persyaratan dan
kewajiban yang tercantum dalam izin pengelolaan
sampah; dan/atau
b.menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.(4)Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yang
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas
lingkungan dalam keadaan semula dengan beban biaya yang
ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
(5)Dalam hal pemegang izin tidak melaksanakan paksaan
pemerintah dalam jangka waktu 30 hari dapat dikenakan uang
paksaan sebesar (2x) biaya pemulihan kualitas lingkungan dalam
keadaan semula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
27/29
huruf c atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan
pemerintah.
(4)Sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d diterapkan apabila
pemegang izin:
a.tidak melaksanakan paksaan pemerintah sampai batas waktu
yang ditentukan;
b.melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dalam
izin usaha pengelolaan sampah.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 40
Pengelolaan sampah di daerah dibiayai dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah Kota Balikpapan dan/atau pembiayaan lainnya
yang sah dan tidak mengikat.
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 41
a.Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah
daerah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengelolaan sampah diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum AcaraPidana.
b.Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang:
a.melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah;
b.melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
c.meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
28/29
d.melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah;
e.melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga
terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang
hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; dan
f.meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang pengelolaan sampah.
c.Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasilpenyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia.
d.Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut
umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB XKETENTUAN PIDANA
Pasal 42
(1)Setiap orang yang mempunyai usaha pengelolaan sampah tidak
memiliki ijin yang melanggar Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dikenakan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
sebanyak-banyaknya paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) serta wajib melaksanakan penanggulanganpencemaran dan atau kerusakan dan pemulihan lingkungan
hidup
(2)Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 38 dikenakan pidana kurungan paling
lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3)Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
adalah tindak pidana ringan.Pelanggaran.
-
7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)
29/29
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
(1)Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kota
Balikpapan Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Persampahan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(2)Peraturan Walikota yang merupakan peraturan pelaksana dari
Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 44
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kota Balikpapan