rata -rata panjang ujaran anak usia 4 tahun …
TRANSCRIPT
RATA-RATA PANJANG UJARAN ANAK USIA 4 TAHUN
BERDASARKAN TEORI BROWN
(STUDI KASUS PADA ANAK DI YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Monita Sholeha
11150130000008
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
RATA.RATA PANJANG UJARAN ANAK USIA 4 TAHUI{
BERDASARKAN TEORI BROWN
(STUDI KASUS PADA ANAK DI YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
OIeh:
Monita Sholeha
l l 150130000008
Di bawah bimbingan
Dr){XI*L{\/l \
Dr. Nuryani. MA.
NIP. 19820628200912 2 003
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA TNDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20t9
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi be{usul Rata-rata Panjang ujaran Anak usia 4 Tahun Berdasarkan
Teori Brown (Studi Kasus Anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta) disusun oleh
Monita Sholeha Nomor Induk Mahasiswa 11150130000008, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 05 Agustus 2019 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1
(S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
I akarta, 05 Agustus 20 1 9
Panitian Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua JurusalProdi)
Dr. Makyun Subuki, M.Hum.
NIP 1980030s 200901 I 015
Sekertaris
Novi Diah Haryanti, M.Hum.
NIP 19841 t26 20ts03 2 007
Penguji INeneng Nurjanah, M.Hum.
Penguji IIDr. Malqrun Subuki, M.Hum.
NIP 19800305 200901 1 015
Tanggal
F Atvi$ Ple
t] Agystvs .p.rj
\5 Aftdlra; w5""""0' ffi,,.rstus zwq
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Tanda Tangan
NrP. 19710319 199803 2 001
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 541 2 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-068
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 1t1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tempat/Tgl. Lahir
NIM
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
Monita Sholeha
Jambi, 09 Maret 1998
1 1 1s0130000008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Rata-rata Panjang Ujaran Anak Usia 4 Tahun
Berdasarkan Teori Brown (Studi pada Anak di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta)
Dr. Nuryani, M.A.Dosen Pembimbing
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
i
ABSTRAK
Monita Sholeha, NIM 11150130000008, “Rata-Rata Panjang Ujaran
Anak Usia 4 Tahun Berdasarkan Teori Brown (Studi Kasus pada Anak di Yayasan
Sayap Ibu Jakarta)”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dosen Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan rata-rata panjang ujaran
anak usia 4 tahun di Yayasan Sayap Ibu Jakarta; 2) mendeskripsikan faktor-faktor
yang memengaruhi pemerolehan bahasa pada anak usia 4 tahun. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan cross-sectional (potong lintang). Pendekatan cross-sectional (potong
lintang) adalah rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu simak, libat, rekam, dan catat. Teknik analisis data
dilakukan dengan empat tahap, yaitu pentranskripsian data, penyeleksian data,
pengklasifikasian data, dan pemaparan hasil analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian Ar (48 bulan)
berada pada tahap IV (MLU: 3.07), sedangkan subjek penelitian kedua Bl (41
bulan) berada pada tahap II (MLU: 2.37). Rata-rata panjang ujaran tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa pada kedua subjek penelitian berada
di bawah rata-rata. Menurut teori Brown, subjek Ar dan Bl harusnya berada pada
tahap V (lima) dengan MLU 4.0 atau lebih. Pemerolehan bahasa Ar dan Bl
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
meliputi faktor kesehatan yang terdiri dari faktor prematur dan faktor gangguan
lambat bicara (speech delay). Adapun faktor luar meliputi faktor lingkungan
keluarga (di dalam tempat tinggal), faktor di luar lingkungan tempat tinggal, dan
lingkungan belajar/sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan, Ar dan Bl cenderung
lebih sering berbicara dan berkomunikasi di lingkungan sekolah. Meskipun
demikian, pihak YSI telah memberikan penanganan khusus (treatment) tambahan
berupa terapi yang meliputi fisioterapi, terapi Sensori Integrasi (SI), dan terapi
wicara.
Kata Kunci: MLU, pemerolehan bahasa, rata-rata panjang ujaran, ujaran, usia 4
tahun, Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
ii
ABSTRACT
Monita Sholeha, NIM 11150130000008, “The Mean Length of Utterance
of 4 Years Old Children Based on the Theory of Brown (Case Study of Children in
Sayap Ibu Foundation Jakarta)”, Indonesian Language and Literature Education
Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta. Supervisor: Dr. Nuryani, M.A.
This research is purposed to: 1) description the mean length of utterance of
4 years old children in Sayap Ibu Foundation Jakarta; 2) explain the supporting
factors that affect the child’s language acquisition. The research method that is
used in this research is qualitative descriptive with cross-sectional approach.
Cross-sectional approach is the research plan by doing measurements or analysis
in the same moment of time. The data collection technique that is used is
listening, involving, recording, and noting. The data analysis technique here was
done through four steps: data transcription, data selection, data classification, and
results explanation.
The result shows that the research subject Ar (48 months old) is in the
stage IV (MLU: 3.07), while the second research subject Bl (41 months old) is in
the stage II (MLU: 2.37). It is shown that the language skills of both of the
subjects are lower from the mean standard. According to Brown, subject Ar and
Bl should be in the stage V with MLU 4.0 or more. The language acquisition of
Ar and Bl can be caused by two factors, internal and external. Internal factors are
including health (premature birth and speech delay), while external factors are
including family (within the house), outside the house, and school environments.
The results show that Ar and Bl tend to speak and communicate in the school
environment. Nevertheless, YSI Foundation has given them some treathment
therapies such as physiotherapy, Integrative Sensory (SI) Therapy, and speaking
therapy.
Keywords: MLU, language acquisition, mean length of utterance, utterance, 4
years old, Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis menyadari bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami selama penulisan skripsi ini. Skripsi
ini dapat diselesaikan tentu saja tidak terlepas dari nasihat, saran, dukungan,
motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dari berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA., selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Nuryani, M.A., selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis. Semoga
Ibu selalu diberikan keberkahan dan kemuliaan-Nya.
6. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., selaku Dosen penguji I yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk menjadi penguji skripsi penulis, serta
bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Semoga
Bapak selalu diberikan keberkahan dan kemuliaan-Nya.
7. Neneng Nurjanah, M. Hum., selaku Dosen penguji II yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk menjadi penguji skripsi penulis, serta
iv
bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Semoga Ibu
selalu diberikan keberkahan dan kemuliaan-Nya.
8. Para Dosen dan Staf TU Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang
Bapak/Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.
9. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam meminjamkan buku-buku yang diperlukan dalam
proses penyelesaian skripsi.
10. Yayasan Sayap Ibu Jakarta, PAUD Yayasan Sayap Ibu Jakarta, dan Baby
Kangaroo Kids and Baby Daycare Jakarta yang telah mengizinkan dan
membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk
penyelesaian skripsi.
11. Kedua orang tua (Ibunda Susilawati dan Ayahanda Sunaryo) dan keluarga
yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, dan selalu memberikan
dukungan baik dukungan morel maupun finansial. Semoga Allah selalu
menjaga, melindungi, menyayangi, dan memberikan kebaikan dunia akhirat.
12. Ar dan Bl yang telah mengizinkan dan berbesar hati menjadi subjek penelitian
penulis, semoga kalian selalu bahagia dan menjadi anak yang membanggakan.
13. Sahabat-sahabat tercinta (Balqis Ananda Puteri, Resti Ade Fauziah, Nuraini,
Fatmah Hapirotul Adawiyah, Sarah Nurkamilah, dan Widya Akbar Felayati)
yang telah membantu, memberikan dukungan, semangat, dan motivasi bagi
penulis dalam penyelesaian skripsi.
14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015, khususnya kelas A, yang telah memberikan ilmu, semangat,
dukungan, pengalaman, dan motivasi selama penulis mengikuti perkuliahan
dan menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna baik isi maupun penyampainn. Segala kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan pengetahuan dan
v
pengalaman di masa yang akan datang penulis harapkan dan terima dengan besar
hati. Besar harapan penulis skripsi ini dapat membantu meningkatkan
pembelajaran bahasa Indonesia dan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak
terutama orang tua.
Jakarta, 24 Juni 2019
Penulis
vi
Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................... i
Abstract .................................................................................................................. ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................... vi
Daftar Tabel ........................................................................................................ viii
Daftar Lampiran .................................................................................................. ix
Daftar Singkatan .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Batasan Masalah........................................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoretis ..................................................................................... 7
1. Pemerolehan Bahasa ........................................................................... 7
2. Bahasa Ibu dan Bahasa sang Ibu ......................................................... 9
3. Rata-Rata Panjang Ujaran ................................................................. 10
4. Faktor-faktor Pemerolehan Bahasa ................................................... 12
B. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 21
B. Subjek Penelitian ..................................................................................... 21
C. Objek Penelitian ...................................................................................... 21
D. Metode Penelitian.................................................................................... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 23
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 24
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 26
1. Gambaran Yayasan Sayap Ibu Jakarta .............................................. 26
2. Subjek Penelitian ............................................................................... 27
a. Ar (48 bulan) .............................................................................. 27
1) Latar Belakang Ar (48 bulan) .............................................. 27
2) Deskripsi Data ....................................................................... 28
b. Bl (41 bulan) ............................................................................... 70
1) Latar Belakang Bl (41 bulan) ............................................... 70
2) Deskripsi Data ....................................................................... 52
B. Pembahasan ............................................................................................ 98
1. MLU (Mean Length of Utterance) ................................................... 98
2. Faktor Pemerolehan Bahasa ............................................................ 104
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................... 113
B. Saran ..................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115
LAMPIRAN
viii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 : Perkembangan Bahasa Anak Menurut Brown ................................ 11
Tabel 4.1 : Ujaran Satu Kata Ar ........................................................................ 28
Tabel 4.2 : Ujaran Dua Kata Ar ....................................................................... 34
Tabel 4.3 : Ujaran Tiga Kata Ar ....................................................................... 44
Tabel 4.4 : Ujaran Empat Kata Ar ..................................................................... 55
Tabel 4.5 : Ujaran Lima Kata Ar ....................................................................... 62
Tabel 4.6 : Ujaran Enam Kata Ar ...................................................................... 65
Tabel 4.7 : Ujaran Tujuh Kata Ar ...................................................................... 66
Tabel 4.8 : Ujaran Delapan Kata Ar .................................................................. 67
Tabel 4.9 : Ujaran Sembilan Kata Ar ................................................................ 68
Tabel 4.10 : Ujaran Sepuluh Kata Ar .................................................................. 68
Tabel 4.11 : Ujaran Empat Belas Kata Ar ........................................................... 69
Tabel 4.12 : Ujaran Lima Belas Kata Ar ............................................................. 69
Tabel 4.13 : Ujaran Satu Kata Bl ......................................................................... 71
Tabel 4.14 : Ujaran Dua Kata Bl ........................................................................ 78
Tabel 4.15 : Ujaran Tiga Kata Bl ........................................................................ 86
Tabel 4.16 : Ujaran Empat Kata Bl .................................................................... 93
Tabe 4.17 : Ujaran Lima Kata Bl ...................................................................... 96
Tabel 4.18 : Ujaran Enam Kata Bl ...................................................................... 97
Tabel 4.19 : Ujaran Sepuluh Kata Bl .................................................................. 98
Tabel 4.20 : Jumlah Ujaran dan Jumlah Kata Ar ................................................ 99
Tabel 4.21 : Jumlah Ujaran dan Jumlah Kata Bl............................................... 100
Tabel 4.22 : MLU Ar dan Bl ............................................................................. 102
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 : Transkripsi Percakapan Subjek Penelitian
Lampiran 4 : Transkripsi Wawancara
Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian
x
DAFTAR SINGKATAN
1. MLU : Mean Length of Utterance (Rata-rata Panjang Ujaran)
2. RPU : Rerata Panjang Ujaran
3. YSI : Yayasan Sayap Ibu
4. Ar : Arfan (Subjek Penelitian 1)
5. Bl : Bilqis (Subjek Penelitian 2)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan yang digunakan untuk
menyampaikan maksud atau tujuan dengan cara berkomunikasi. Menurut
Susanti, salah satu kemampuan berbahasa yang dikuasai oleh seorang anak
adalah kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan
berbahasa kedua dari empat kemampuan berbahasa yang dikuasai anak, yaitu
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.1 Kemampuan
berbicara dapat dilatih sejak lahir. Ketika anak baru lahir, bahasa pertama
yang akan diperoleh sang anak adalah bahasa ibu (mother tounge) atau yang
sering dikenal dengan B1. Pemerolehan bahasa ini akan memengaruhi
kemampuan anak dalam berbicara nantinya.
Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses di mana anak
memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa berbeda dengan
pembelajaran bahasa. Chaer menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau
akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-
anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Seorang
anak dikatakan memperoleh bahasa pertama apabila seorang anak semula
tanpa bahasa dan kini memperoleh suatu bahasa. Proses pemerolehan bahasa
berlangsung tanpa melalui proses pembelajaran di sekolah karena
pemerolehan bahasa didapatkan sebelum anak menginjak jenjang pendidikan
formal (sekolah). Adapun pembelajaran bahasa merupakan proses formal
yang dilalui seseorang dalam memahami bahasa seperti belajar bahasa di
kelas.2 Oleh karena itu, pembelajaran bahasa tidak dapat terjadi dan
berlangsung apabila belum memperoleh bahasa pertama.
Penguasaan keterampilan berbahasa, terutama keterampilan berbicara
merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan anak. Hal ini karena
1Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 5.
2Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 167.
2
bahasa merupakan alat komunikasi yang akan membantu seseorang dalam
menyampaikan keinginanan, perasaan, bertukar pikiran, gagasan, dan
pendapat. Tanpa bahasa, seseorang akan kesulitan dalam menyampaikan
keinginan, perasaan, pikiran, gagasan, dan pendapatnya. Penguasaan
keterampilan berbicara dapat dikaji sejak bahasa tersebut diperoleh. Maka
dari itu, pemerolehan bahasa sangat penting untuk dikaji mengingat
pemerolehan bahasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan keterampilan berbicara pada anak.
Jumlah elemen yang mengandung arti dalam kalimat yang diucapkan
anak dapat diukur dengan panjang rata-rata tuturan atau Mean Length of
Uttarance (MLU). MLU adalah sebuah konsep yang digunakan untuk
mengukur produk linguistik yang dihasilkan oleh seorang anak. MLU atau
rata-rata panjang ujaran anak sangat penting untuk diketahui. Hal ini
disebabkan jumlah panjang tuturan setiap anak akan memengaruhi
keterampilan berbicara anak tersebut. Semakin panjang ujarannya maka
semakin baik pula kemampuan berbicara anak tersebut. Begitu pula
sebaliknya, mengingat kemampuan berbicara berguna untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, pikiran, dan perasaan. Bayangkan saja jika seorang anak
memiliki panjang ujaran yang berada di bawah rata-rata, tentu kemampuan
berbicara yang dimiliki pun juga rendah, sedangkan orang tua atau keluarga
tidak mengetahui hal tersebut. Permasalahan ini tentu akan berdampak pada
perkembangan bahasa anak nantinya. Penelitian terhadap rata-rata panjang
ujaran ini juga penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
berbicara pada anak. Selain itu, penelitian ini juga penting dilakukan agar
ketika ditemui anak yang memiliki panjang ujaran di bawah rata-rata bisa
diberi perlakuan. Perlakuan ini disesuaikan dengan faktor penyebab anak
tersebut memiliki panjang ujaran yang rendah.
Penelitian ini akan membahas tentang rata-rata panjang ujaran anak
yang memiliki latar belakang usia 4 tahun, latar pendidikan PAUD, dan latar
belakang lingkungan yang padat penduduk. Bagian yang akan menjadi tolok
ukur adalah latar belakang keluarga anak. Anak yang menjadi subjek
3
penelitian adalah anak yang tinggal dan diasuh oleh panti asuhan. Anak yang
diasuh dan tinggal di panti asuhan bisa saja memiliki kemampuan berbahasa
yang lebih tinggi atau bahkan lebih rendah daripada anak yang diasuh
langsung oleh keluarga kandung. Hal ini disebabkan anak yang diasuh dan
tinggal di panti asuhan akan lebih sering berinteraksi dan berkomunikasi
dengan banyak orang mengingat panti asuhan merupakan lembaga
kesejahteraan sosial yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak yang terlantar, sehingga di
dalamnya akan menampung banyak anak dengan berbagai usia. Selain itu,
penelitian ini hanya akan berfokus pada 2 orang anak yaitu anak yang tinggal
dan diasuh di panti asuhan.
Penelitian ini akan diterapkan pada anak usia 4 tahun yang tinggal di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Usia empat tahun adalah usia medan makna,
artinya pada usia ini anak sudah mulai memahami makna dari setiap kata
yang diujarkannya secara luas. Pada usia ini pula anak senang berkomunikasi
dengan teman atau anak lain seusianya. Anak juga memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, sehingga pada usia ini anak akan sering mengajukan berbagai
pertanyaan terhadap apa-apa yang menarik baginya. Menurut
Restoeningroem dan Arifin, pada usia sebelum 4 tahun, anak masih
memahami kata-kata yang familiar baginya, tetapi pada usia empat tahun
anak sudah mulai memahami kata-kata yang ia peroleh dari hasil interaksi
dengan lingkungan sosialnya. Selain itu, pada usia 3-4 tahun mereka secara
khusus telah memperoleh beribu-ribu kosakata berikut sistem fonologi dan
tata bahasa yang kompleks serta aturan kompleks ketika menggunakan
bahasa.3 Semua anak yang mengalami pertumbuhan yang normal akan
memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama
kehidupannya. Pada umumnya, anak-anak Indonesia mendapat pendidikan
formal setelah berumur 6 tahun dan pada saat itu pula proses pembelajaran
bahasa dimulai. Rentang waktu antara umur 0 sampai 5 tahun anak-anak lebih
3Restoeningroem dan Zaenal Arifin, Teori dan Hakikat Psikolinguistik, (Jakarta: PT
Pustaka Mandiri, 2019), h. 14.
4
banyak berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan dan proses pemerolehan
bahasa terjadi pada rentang waktu itu. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menjadikan anak usia 4 tahun menjadi objek dalam penelitian ini.
Keluarga memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa anak.
Akan tetapi, tidak bisa dimungkiri bahwa tidak semua anak diasuh oleh
keluarga kandungnya. Beberapa anak yang terlahir di dunia dititipkan di panti
asuhan karena berbagai alasan, seperti orang tua atau keluarga tidak
menginginkan keberadaannya, tidak mampu merawatnya karena
perekonomian keluarga yang lemah, atau karena orang tua dan keluarganya
sudah tidak ada. Tentu permasalahan ini akan berdampak kepada
perkembangan anak terutama bagi anak yang sudah tinggal di panti asuhan
sejak kecil. Oleh karena itu, penulis ingin melihat bagaimana pemerolehan
bahasa anak usia 4 tahun yang tinggal di panti asuhan.
Penulis tertarik meneliti di Yayasan Sayap Ibu Jakarta karena yayasan
ini merupakan yayasan yang mengasuh anak dari usia balita. Tidak semua
panti asuhan atau yayasan yang berada di daerah Ciputat dan Tangerang
Selatan mengasuh anak dari usia balita. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh peneliti, dari 25 panti asuhan dan yayasan di sekitar Ciputat
yang peneliti kunjungi, Yayasan Sayap Ibu Jakarta adalah salah satu yayasan
yang mengasuh anak dari usia balita. Informasi ini juga diperoleh dari
pengurus panti asuhan atau yayasan yang telah ditemui peneliti sebelumnya,
karena rata-rata panti asuhan atau yayasan yang lain hanya mengasuh anak
usia sekolah. Selain itu, yayasan ini terbilang cukup besar. Yayasan ini juga
memiliki dua cabang utama, yaitu cabang Jakarta dan cabang Yogyakarta.
Yayasan Sayap Ibu Jakarta juga memiliki beberapa cabang, di antaranya di
Cirendeu, Kebayoran Baru, dan Bintaro. Penulis memilih melaksanakan
penelitian di Yayasan Sayap Ibu Jakarta cabang Kebayoran Baru karena di
cabang Cirendeu dikhususkan untuk anak laki-laki yang duduk di bangku
menengah pertama atau SMP. Penulis tidak memilih cabang Bintaro karena
keterbatasan penulis dalam mengakses lokasi tersebut.
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti rata-rata panjang ujaran anak usia 4 tahun berdasarkan teori Brown
studi kasus pada anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Hal ini disebabkan
tingkat kemampuan berbahasa pada setiap anak tentu berbeda, maka perlu
diteliti lebih lanjut untuk melihat apakah kemampuan berbahasa pada anak
dengan usia yang sama sudah sesuai dengan golongannya. Selain itu, penulis
juga ingin melihat faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa pada
anak tersebut, sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian atau gangguan dapat
diberikan perlakuan yang tepat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan kajian pustaka pada MLU anak usia 4 tahun, diketahui
bahwa MLU pada anak usia 4 tahun tergolong rendah.
2. Rata-rata panjang ujaran anak usia 4 tahun yang tinggal dan diasuh di
panti asuhan atau yayasan.
3. Minimnya penelitian terkait MLU anak yang diasuh dan tinggal di panti
asuhan atau yayasan.
4. Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan berbahasa pada anak usia
4 tahun.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian berguna untuk memberikan titik
fokus pembahasan agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok
permasalahan. Penulis berfokus pada permasalahan yaitu sebagai berikut.
1. Rata-rata panjang ujaran anak usia 4 tahun yang diasuh dan tinggal di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan berbahasa anak usia 4
tahun.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Berapa rata-rata panjang ujaran anak usia 4 tahun yang diasuh dan tinggal
di Yayasan Sayap Ibu Jakarta?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi pemerolehan bahasa anak usia 4
tahun yang diasuh dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan rata-rata panjang ujaran anak usia 4 tahun yang
diasuh dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan
bahasa anak usia 4 tahun yang diasuh dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu
Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka manfaat dari
penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang
psikolinguistik secara umum dan pemerolehan bahasa pada anak terkhusus
MLU (Mean Lengt of Utterance) atau rata-rata panjang ujaran pada anak.
2. Manfaat Praktis
Data dan informasi yang didapat diharapkan bermanfaat guna usaha
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dan menambah wawasan
untuk orang tua dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak.
7
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoretis
1. Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan atau akuisisi bahasa (acquisition) adalah proses yang
berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya.1 Menurut Tarigan, pemerolehan bahasa
merupakan suatu proses anak-anak dalam menyesuaikan serangkaian
hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih
terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-
ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran bahasa
yang paling sederhana dari bahasa tersebut.2 Lyons dalam Nuryani dan
Putra menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu bahasa yang
digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan
bahasa pada penutur bahasa. Menurut Sigel dan Cocking dalam Nuryani
dan Putra mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang
digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis
dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tatabahasa yang
paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan. Krashen dalam
Schutz mendefinisikan pemerolehan bahasa sebagai proses tentang cara
seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak memperoleh bahasa
pertama. Selanjutnya, Stork dan Widdowson dalam Nuryani dan Putra
mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah
suatu proses tentang cara anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa
ibunya.3 Maka, dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemerolehan bahasa adalah penguasaan bahasa pertama secara alami, tidak
sadar, tidak terencana, dan tidak bertendensi memperoleh pengetahuan
1Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 167.
2Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, (Bandung: Angkasa, 1986), h.243.
3Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra, Psikolinguistik, (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2013),
h. 90.
8
mengenai sistem kaidah bahasa pertama tetapi penguasaan bertendensi
untuk berkomunikasi.
Tarigan membagi pemerolehan bahasa menjadi dua, yaitu
pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan
bahasa pertama terjadi jika seorang yang semula tanpa bahasa dan kini dia
memperoleh suatu bahasa.4 Pemerolehan bahasa kedua diperoleh setelah
anak mereka memperoleh bahasa lain.5 Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa dan pemerolehan bahasa adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling
berkaitan.
Ingram dalam Nuryani dan Putra menyatakan bahwa secara
tradisional pemerolehan bahasa dibagi menjadi empat periode, yaitu (1)
perkembangan pralinguistik (0-12 bulan), yakni dimulai dari lahir sampai
akhir tahun pertama di mana bayi hanya mampu mengeluarkan suara
tangisan; (2) tuturan satu kata dari sekitar 1-1.5 tahun, (3) gabungan kata
pertama, yaitu sekitar umur 1.5-2 tahun, (4) banyak kata (kalimat
sederhana dan kompleks) yakni mulai umur 3 tahun.6 Periode-periode
tersebut menunjukkan bahwa setiap pertambahan usia maka akan terdapat
perubahan berupa peningkatan dalam pemerolehan bahasa anak.
Guntur dalam Susanto menjelaskan secara rinci tahapan
perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara usia 0-1 tahun. Tahap ini terdiri
dari:
1) Tahap meraban 1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari
bulan pertama hingga bulan keenam di mana anak akan mulai
mengangis, tertawa, dan menjerit.
4Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2011),
h.97. 5Suhartono dkk, Psikolinguistik, (Banten: Universitas Terbuka, Cet. V, 2016), h. 5.3.
6Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra, Psikolinguistik. (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2013))
h. 91.
9
2) Tahap meraban 2 (pralinguistik kedua). Tahap ini pada dasarnya
merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1
tahun.
b. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu:
1) Tahap 1: holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai menyatakan
makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini
ditandai pula dengan perbendaharaan kata anak hingga kurang
lebih 50 kosakata.
2) Tahap 2: frasa (1-2 tahun), pada tahap ini anak sudah mampu
mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini ditandai pula
dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100
kosakata.
c. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3-5 tahun).
Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat. Dilihat dari aspek
pengembangan tata bahasa seperti S-P-O, anak dapat memperpanjang
kata menjadi satu kalimat.
d. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu usia 6-8 tahun). Tahap
ini ditandai dengan kemampuan yang mampu menggabungkan kalimat
sederhana dan kalimat kompleks.7
2. Bahasa Ibu dan Bahasa sang Ibu
Bahasa diperoleh manusia sejak lahir yang dikenal dengan istilah
mother tongue atau bahasa ibu. Bahasa ibu dan bahasa sang ibu adalah dua
hal yang berbeda. Perlu dibedakan istilah bahasa ibu dari bahasa sang ibu
untuk menghindari kesalahpahaman. Bahasa ibu diartikan sebagai bahasa
pertama yang dikuasai atau diperoleh anak.8 Bahasa ibu adalah padanan
untuk istilah Inggris native language. Bahasa Inggris untuk orang dan
anak Inggris adalah bahasa ibu. Begitu pula anak Indonesia lahir dan
7Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana, Cet. III, 2014), h. 76. 8Anas Ahmadi dan Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Psikolinguistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka Jakarta, 2015), h. 272.
10
dibesarkan di Boston dan dari kecil memakai bahasa Inggris, maka bahasa
Inggris adalah bahasa ibu dia.9 Maka, dapat ditarik benang merah bahwa
bahasa di mana tempat anak tersebut lahir belum tentu menjadi bahasa ibu
dari sang anak.
Bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa
pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoleh
bahasa ibunya. Bahasa seorang anak umur, katakanlah 15 tahun, waktu
bicara dengan adiknya yang berumur 2 tahun, adalah juga bahasa sang ibu.
Istilah ini dipakai sebagai padanan istilah Inggris motherese, parasenterse,
atau child directed speech.10
Bahasa sang ibu mempunyai ciri-ciri khusus:
(a) umumnya memiliki kalimat yang pendek-pendek, (b) memiliki nada
suara yang tinggi, (c) memiliki intonasi yang agak berlebihan, (d) laju
ujaran agak lambat, (e) banyak redundasi (pengulangan), dan (f) banyak
memakai kata sapaan.11
Maka, bahasa sang ibu merupakan bahasa yang
digunakan orang dewasa pada saat berbicara pada anak pada saat anak
sedang proses memperoleh bahasa ibunya. Oleh karena itu, antara bahasa
ibu dan bahasa sang ibu adalah dua hal yang berbeda, tetapi memiliki
keterkaitan.
3. Rata-Rata Panjang Ujaran
Banyak orang yang menggunakan temuan Brown untuk mengukur
perkembangan sintaksis anak. Temuan tersebut dikenal dengan nama
Mean Length of Utterance atau MLU yang telah diterjemahkan menjadi
Rerata Panjang Ujaran (RPU). Menurut Eva M. Fernandez dan Helen
Smith Cairns dalam Fundamentals of Psicholinguistic, “MLU is index of
language development.” Artinya, MLU adalah indeks yang membantu
dalam perkembangan bahasa. Terdapat korelasi yang kuat antara MLU dan
usia. MLU seorang anak akan meningkat seiring bertambahnya usia.
9Soenjono Dardjowidjodjo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Manusia, (Jakarta:
IKAPI, Cet. V, 2012), h. 241. 10
Ibid., h.242. 11
Ibid.
11
Ketika usia anak bertambah maka kalimat yang dihasilkan akan menjadi
lebih panjang. Hal ini dikarenakan kapasitas memori anak meningkat.
Memori yang bekerja adalah memori penyimpanan temporer. Memori ini
mampu menyimpan informasi secara singkat dan mampu memproses
sebuah kalimat secara bersamaan.12
Cara menghitung panjang ujaran anak berdasarkan teori Brown
yaitu:
a. Ambil sampel sebanyak 100 ujaran atau lebih;
b. Hitung jumlah morfem/kata; dan
c. Bagilah jumlah morfem/kata itu dengan jumlah ujaran.
Jadi, seandainya ada 253 morfem/kata dari 100 ujaran, maka RPU
adalah 253:100=2.5. Brown memakai RPU ini untuk menentukan tahap
pemerolehan: Tahap 1 = RPU antara 1.0-2.0, sekitar umur 12-26 bulan;
Tahap II = RPU 2.0-2.5, sekitar umur 27-30 bulan, dan seterusnya.13
Brown membagi rata-rata panjang ujaran anak menjadi 5 tahap,
yaitu:14
Tabel 2.1
Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Menurut Brown
No. Tahap Rentang
MLU
Usia
1. I 1.0-2.0 1.0-2.0 tahun/12-26 bulan
2. II 2.0-2.5 2.0-2.5 tahun/27-30 bulan
3. III 2.5-3.0 2.5-3.0 tahun/31-34 bulan
4. IV 3.0-4.0 3.0-3.75 tahun/35-40 bulan
5. V 4.0+ 3.75-4.5 tahun/41-46 bulan
Brown menyebutkan ada 5 tahap pembangunan bahasa. Brown
menunjukkannya dengan mengukur panjang ujaran anak. Ia
12
Eva M. Fernandez dan Helen Smith Cairns, Fundamentals of Psycholinguistics, (UK:
Wiley-Black Well, 2007), h. 117. 13
Ibid., h. 241. 14
David Ingram, First Language Acquisition: Method, Description, and Explanation,
(New York: University of Cambridge Press, 1999), h. 50.
12
mengidentifikasi bahwa tahap I (1.0-2.0 tahun/12-26 bulan), anak-anak
telah menghasilkan 1-2 kata. Adapun tahap II (2.0-2.5 tahun/27-30 bulan)
mengacu pada perkembangan morfologi. Tahap III (2.5-3.0 tahun/31-34
bulan), anak mampu menyusun kalimat sederhana. Di usia 31-34 bulan,
anak-anak memiliki kosakata sekitar 1200 kata. Pada tahap IV (3.0-3.75
tahun/35-40 bulan) anak sudah mampu menggunakan kalimat kompleks,
berbagai frasa, dan berbagai pertanyaan. Adapun pada tahap V (3.75-4.5
tahun/41-46 bulan) anak-anak mampu menghubungkan beberapa kalimat
sesuai dengan proporsinya. Selain itu, pada tahap ini mereka juga sudah
mampu menggunakan berbagai frasa dan menggabungkannya
menggunakan kata penghubung. Kosakata mereka lebih luas menjadi 1900
kata. Pada tahap IV anak sudah mampu menyusun dan menggunakan
beberapa kalimat dalam satu ujaran. Artinya, kalimat kompleks sudah
mulai digunakan pada tahap IV. Adapun pada tahap V sudah mampu
menggunakan kalimat aktif, frasa kata benda, dan frasa kata kerja dengan
menggunakan kata sambung atau konjungsi.15
4. Faktor-Faktor Pemerolehan Bahasa
Bahasa yang diperoleh setiap anak tidak terlepas dari faktor-faktor
yang memengaruhinya. Faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan
bahasa dijelaskan oleh beberapa teori di antaranya teori behaviorisme oleh
B.F. Skinner, teori nativisme Chomsky, teori kognitivisme, dan teori
interaksionisme.
a. Teori behaviorisme oleh B.F. Skinner
Teori behaviorisme dalam pemerolehan bahasa melibatkan proses
S-R (stimulus-respons) dan proses peniruan. Kaum behavioris
menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan
oleh hal-hal di luar si anak yang berupa rangsangan dari sekitarnya,
15
Ibid.
13
seperti lingkungan dan keluarga. Mereka berpendapat rangsangan dari
lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak.16
b. Teori nativisme Chomsky
Menurut Chomsky, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia.
Menurutnya perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik).
Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah
dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (Language
Acquisition Device atau LAD). LAD dapat membantu anak dalam
menemukan struktur batin kalimat-kalimat yang dijumpainya dan
kemudian ia dapat membentuk kalimat yang sebelumnya belum pernah
dijumpainya.17
c. Teori kognitivisme
Menurut Jean Piaget, bahasa adalah salah satu di antara beberapa
kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi
oleh nalar. Maka dari itu, urutan-urutan perkembangan kognitif
menentukan urutan perkembangan bahasa.18
d. Teori interaksionisme
Teori interaksionisme berpendapat bahwa pemerolehan bahasa
merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan
lingkungan bahasa. Hal ini dibuktikan oleh berbagai penemuan, seperti
yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa
sejak lahir anak telah dibekali dengan berbagai kecerdasan . salah satu
kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa. Akan tetapi,
yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang
memengaruhi kemampuan berbahasa seorang anak.
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemerolehan bahasa pada anak disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
16
Restoeningroem dan Zaenal Arifin, Teori dan Hakikat Psikolinguistik, (Jakarta: PT
Pustaka Mandiri, 2019), h. 15. 17
Widjajanti W. Dharmowijono dan I Nyoman Suparwa, Psikolinguistik: Teori
Kemampuan Berbahasa dan Pemerolehan Bahasa Anak, (Bali: Udayana University Press, 2009),
h. 56. 18
Restoeningroem dan Zaenal Arifin, Op. Cit., h. 16.
14
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri anak, seperti LAD, kecerdasan, dan faktor genetik (keturunan),
dan kematangan kognitif si anak. Adapun faktor luar yaitu faktor yang
berasal dari luar diri sang anak, seperti faktor motivasi yang melibatkan
stimulus dan respons dan lingkungan (baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan sosial).19
Selaras dengan teori tersebut, Nuryani dan Putra
dalam bukunya yang berjudul Psikolinguistik juga menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
faktor biologis, lingkungan sosial, intelegensi, dan faktor motivasi.20
Adapun Ruty J. Kapoh menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor umur, kesehatan, jenis
kelamin, kecerdasan, dan milieu.
a. Urutan usia (Chronological age).
Setiap kali anak bertambah maju umurnya maka bertambah
maju pula dalam menemukan bahasa dan dalam kemampuan untuk
menilai bahasanya. Hal itu kembali pada ikatan antar-umur dan
kematanganya/kepekaanya. Terutama kematangannya pada alat-alat
bicaranya, kematanganya pada akal, dan hal-hal lain yang menyertai
dalam pengalaman anak.21
b. Faktor kesehatan secara umum
Sesungguhnya anak-anak yang ada dalam kondisi fisik yang
sehat, itu lebih banyak kegiatanya dan pengetahuanya terhadap apa-apa
yang ada di sekelilingnya. Akan tetapi sebaliknya, bila anak berada
dalam kondisi fisik yang buruk maka kegiatan dan pengetahuannya
menjadi lebih sedikit dan terbatas. Dilihat dari segi kemajuan dan
kemunduranya keadaan kesehatan itu mempengaruhi dalam proses
pertumbuhan yang bermacam-macam.
19
Ibid., h. 17. 20
Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra, Op. Cit., h. 89. 21
Ruty J. Kapoh, “Beberapa Faktor yang Berpengaruh dalam Perolehan Bahasa”dalam
Jurnal Interlingual Vol. 4, 2010, h. 88-90. Diakses tanggal 12 Juni 2019 pukul 09.00 WIB.
15
Jika awal periode kanak-kanak itu disebabkan oleh sakit
sehingga perumbuhan geraknya terlambat, maka dalam periode kanak-
kanak tertentu dari pertumbuhan geraknya akan mengakibatkan sedikit
bermain dengan suara dan hal itulah yang sngat menentukan dalam
pertumbuhan bahasa anak-anak. Jadi dalam hal ini ada hubungan
timbal balik antara keaktifan anak dengan pertumbuhan bahasanya.
Maka dilihat dari segi fisiknya setiap anak yang sehat lebih banyak
kemampuanya untuk menentukan bahasanya.
c. Faktor perbedaan jenis kelamin
Beberapa hasil penelitian telah menetapkan bahwa
pertumbuhan bahasa pada anak-anak perempuan itu lebih cepat dari
anak-anak lelaki. Hal itu dapat dijumpai dalam hubunganya dengan
jumlah kosakata, panjangnya kalimat-kalimat, dan pemahaman.
Perbedaan-perbedaan itu tampak pada lima tahun yang pertama
(periode sekolah dasar), sedangkan di antara tahun kelima dan keenam
kita lihat anak lelaki dan anak perempuan sama atau perbedaan-
perbedaan setara antara keduanya hampir sama.
d. Faktor kecerdasan
Kecerdasan dan kemampuan berbahasa memiliki hubungan
yang tampak jelas, maka anak-anak yang lemah akalnya itu akan
memulai berbicara lebih lambat dibanding dengan anak-anak yang
normal, dan anak-anak yang normal pun akan lebih lambat daripada
anak-anak yang cerdas akalnya. Hal tersebut tidak berarti bahwa
semua anak yang terlambat dalam memulai bicara itu lemah akalnya
atau bodoh, sebab dalam hal ini ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pada kelemahan bicara, akan tetapi tidak mesti
berpengaruh pada kecerdasan akalnya.
Bagi anak yang memiliki kemampuan akal yang istimewa,
maka ia akan memilki keistimewaan-keistimewaan yang berhubungan
dengan kemampuanya dalam memperhatikan, menemukan hubungan-
hubungan dan dalam memahami arti serta dalam menemukan
16
perbedaan-perbedaan di antara arti-arti yang berbeda. Ini semua adalah
faktor-faktor yang membantu pada pertumbuhan bahasa anak.22
e. Faktor milieu
Terdapat hubungan timbal balik yang pasti atau positif-negatif
antara pusat perekonomian dengan pusat masyarakat bagi keluarga
tempat anak-anak itu tumbuh dan tempat pertumbuhan bahasanya.
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan, yang
dilengkapi dengan alat-alat hiburan, dan dalam keluarga mereka yang
berpendidikan itu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
mendapatkan bekal kosakata dalam jumlah yang besar serta
membentuk kebiasaan-kebiasaan memakai bahasa yang benar.
Sebaliknya, anak yang tumbuh/hidup dalam lingkungan yang minus,
sekalipun kecerdasanya sama dengan anak-anak yang tumbuh dalam
masyarakat yang surplus, tingkat pertumbuhan bahasanya dalam
mencapai kosakata dapat berbeda atau ada kemungkinan lebih
rendah.23
Berdasarkan beberapa teori dan pendapat yang telah dipaparkan di atas,
penulis menarik kesimpulan bahwa pemerolehan bahasa dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor
yang berasal dari dalam diri sang anak yang meliputi faktor LAD, faktor
genetik (keturunan), intelegensi, usia, kesehatan secara umum, dan jenis
kelamin. Adapun faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri sang anak,
seperti faktor motivasi yang melibatkan stimulus dan respons, lingkungan
(baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial), dan milieu.
B. Tinjauan Pustaka
Penelitian terkait rata-rata panjang ujaran anak atau Mean Length of
Utterance (MLU) juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain
22
Ibid., h. 89. 23
Ibid., h. 90.
17
sebelumnya. Berikut ini penulis akan memaparkan secara garis besar hasil
penelitian sebelumnya terkait MLU, yaitu sebagai berikut.
Pertama, penelitian terkait MLU pernah dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris yang terdapat dalam jurnal English
Language and Literature E-Journal yang berjudul “The Analysis of
Utterances Produced by 3 and 4 Years Old Children” yang dilakukan oleh
Mastaria Hutabarat, M. Zaim, Rusdi Noor Rosa, mahasiswa Program Studi
Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Negeri Padang, tahun 2012. Mereka
menjelaskan bahwa dalam teori MLU (Mean Length of Utterance), setiap anak
yang memiliki usia yang sama memiliki kemampuan yang sama dalam
memperoleh dan menghasilkan bahasa pertamanya. Namun, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam memperoleh bahasa setiap anak
pada usia 3 dan 4 tahun berbeda. Pada anak usia 3 tahun ditemukan bahwa
perkembangan bahasanya berada ditahap I (MLU:1.62), II (MLU: 2.28), IV
(MLU: 3.14). Sementara itu, usia 4 tahun berada pada tahap IV untuk semua
sabjek dengan MLU yang bervariasi 3.02, 3.28, dan 3.4. Ditemukan juga
bahwa beberapa anak tersebut sudah mampu menggunakan pernyataan dalam
semua jenis kalimat mood atau interjeksi dan beberapa belum mampu, ujaran
yang mereka hasilkan didominasi oleh modus deklaratif. Beberapa aspek yang
membedakannya adalah pengalaman, kognitif, pematangan saluran vokal,
melakukan interaksi, dan pematangan otak. Faktor-faktor yang memengaruhi
pemerolehan bahasa pertama pada subjek penelitian di antaranya latar
belakang sosial (orang tua bekerja dan anak-anak menghabiskan waktu
bersama pengasuh dan temannya), kognitif, LAD, dan intelegensi, 24
Kedua, penelitian lainnya terkait MLU juga pernah dilakukan oleh
Muhammad Rayhan Rianda Nasution, mahasiswa Universitas Sumatera Utara,
Fakultas Sastra Inggris pada tahun 2017 dengan judul tesis “The Analysis of
Utterances Produced by 3 and 4 Years Old Children”. Tesis yang berjudul
“The Analysis of Utterances Produced by 3 and 4 Years Old Children”
24
Mastaria Hutabarat dkk, “The Analysisi of Utterances Produced by 3 and 4 Years Old
Children”dalam Jurnal English Language and Literature E-Journal Vol. 1 No.1, September 2012,
ISSN 2302-3546, h. 1.
18
tersebut merupakan suatu kajian linguistik yang membahas tentang analisa
pemerolehan bahasa dalam bentuk tutur kata pada anak-anak umur 3 dan 4
tahun.Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori dari Roger Brown
yang mana teori tersebut menggunakan rumus MLU (Mean Length of
Utterance). Rumus MLU digunakan untuk mengukur perkembangan sintaktik
anak dengan menghitung jumlah morfem/kata dan membaginya dengan
jumlah keseluruhan tutur kata untuk mendapatkan jumlah MLU anak. Analisa
tersebut menggunakan pendekatan kualitatif yang mana dalam penelitiannya
menguraikan seluruh data. Hasil dari analisis penelitian menunjukkan bahwa
subjek anak berumur 3 tahun memiliki MLU 2.38 kata per ujaran. Sementara
itu, pada subjek anak berumur 4 tahun memiliki MLU 2.59 kata per ujaran.
Hasil dari analisis penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perkembangan
bahasa pada setiap anak berbeda-beda yang didasari oleh beberapa faktor
seperti faktor kognitif, latar belakang sosial, ataupun bawaan lahir.25
Ketiga, penelitian terkait MLU juga pernah dilakukan oleh Marsis dan
Witri Annisa, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Bung Hatta
yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak di Sumatera Barat” dalam Jurnal
Lingua tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa subjek
berada pada tahap yang sesuai dengan ketetapan Brown, yaitu subjek YFE (21
bulan) dan GFB (21 bulan) dengan MLU 1.4 dan 1.54. Namun, subjek AHM
(29 bulan), SFZ (25 bulan), dan FNS (30 bulan) berada di atas tahap yang
ditetapkan Brown dengan MLU 2.96, 2.44, dan 2.72; subjek NLH (48 bulan),
BRT (36 bulan), dan ZY (48 bulan) berada di bawah tahap yang ditetapkan
Brown dengan MLU 3.66, 2.68, dan 3.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
beberapa subjek berada pada tahap yang sesuai dengan ketetapan Brown, yaitu
subjek YFE dan GFB. Namun, subjek AHM, SFZ, dan FNS berada di atas
tahap yang ditetapkan Brown: subjek NLH, BRT, dan ZY berada di bawah
tahap yang ditetapkan Brown. Ketidaksesuaian hasil MLU ini dapat
dipengaruhi faktor perbedaan bahasa yang diteliti. Peneliti meneliti subjek B1-
25
Muhammad Rayhan Rianda Nasution, “The Analysis of Utterances by 3 and 4 Years
Old Children”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2017,
(http://repositori.usu.ac.id). Diakses tanggal 23 November 2018 pukul 16.33 WIB.
19
nya bahasa Indonesia, sedangkan Brown B1 subjek yang bukan bahasa
Indonesia. Namun, anggapan tersebut belum dapat diterima sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.26
Persamaan dari ketiga penelitian tersebut adalah sama-sama mengkaji
terkait MLU. Selain itu, terdapat persamaan lain, yaitu subjek penelitian
berada pada rentang usia 4 tahun. Penelitian yang telah dilakukan ini juga
memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
sama-sama membahas mengenai MLU, subjek penelitian memiliki rentang
usia 4 tahun, memiliki latar belakang pendidikan sekolah di PAUD, dan
tinggal di wilayah padat penduduk.
Adapun perbedaan dari ketiga tinjauan pustaka yaitu penelitian pada
tinjauan pustaka pertama dilaksanakan pada tahun 2012, sedangkan tinjauan
pustaka kedua pada tahun 2015-2016, dan tinjauan pustaka ketiga pada tahun
2018. Perbedaan selanjutnya yaitu pada penelitian pertama dan ketiga
menganalisis anak yang tinggal di Sumatera Barat, sedangkan penelitian
kedua subjek penelitian tinggal di Sumatera Utara. Adapun perbedaan lainnya
yaitu dari hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beraneka
ragam. Ada yang berada di atas rata-rata, adapula yang berada di bawah rata-
rata. Begitu pula dengan faktor yang memengaruhinya. Sementara itu, ketiga
tinjauan pustaka ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada latar belakang
keluarga subjek penelitian. Subjek penelitian yang diteliti oleh peneliti saat ini
memiliki latar belakang anak yang tinggal dan diasuh di yayasan atau panti
asuhan, sedangkan latar belakang keluarga dari ketiga tinjauan pustaka di atas
merupakan anak yang tinggal dan diasuh oleh keluarga kandung. Selain itu,
pada penelitian kali ini subjek penelitian juga memiliki latar belakang lambat
bicara (speech delay). Berbeda dengan subjek penelitian sebelumnya, anak
yang diteliti memiliki perkembangan normal.
26
Marsis dan Witri Annisa, “Pemerolehan Bahasa Anak di Sumatera Barat (Kajian Mean
Length of Utterance [MLU]”dalam Jurnal Lingua Vol. XIV, Januari 2018, h.35.
20
Adanya penelitian tersebut belum cukup bagi penulis untuk menjawab
persoalan terkait pemerolehan berbahasa pada anak terutama rat-rata panjang
ujaran anak. Maka dari itu, pada penelitian kali ini, penulis ingin melihat
bagaimana kemampuan berbahasa pada anak usia 4 tahun yang diasuh dan
tinggal di panti asuhan melalui rata-rata panjang ujaran yang dihasilkan oleh
anak tersebut.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dilakukannya suatu penelitian oleh
peneliti. Waktu penelitian adalah jangka waktu yang diperlukan dalam suatu
penelitian.1 Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Sayap Ibu Jakarta di Jalan
Barito II No. 55, Kebayoran Baru, Jakarta. Adapun waktu pengambilan data
dilaksanakan selama 8 hari, yaitu pada 18 Maret 2019 sampai dengan 4 April
2019.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar
penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian.2 Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 4 tahun
yang diasuh dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Jumlah anak yang
menjadi subjek penelitian yaitu sebanyak 2 orang anak, yaitu 1 orang anak
perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Anak yang menjadi subjek penelitian
selain memiliki rentang usia yang sama yaitu 4 tahun, mereka juga tinggal di
wilayah yang sama yaitu wilayah padat penduduk; memiliki latar belakang
pendidikan PAUD; memiliki latar belakang lambat bicara (speech delay); serta
tinggal dan diasuh di yayasan yang sama.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa yang akan diselidiki selama kegiatan
penelitian atau persoalan yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
kemudian hendak diteliti untuk mendapatkan data secara terarah.3 Objek
1Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas, & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2017), h.153. 2Ibid.
3Ibid., h. 156.
22
dalam penelitian ini ialah ujaran anak usia 4 tahun yang diasuh dan tinggal di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan petunjuk yang memberikan arah agar suatu
penelitian dapat memperoleh hasil yang maksimal. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Moleong,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.4
Adapun menurut Creswell, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna
yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.5 Berdasarkan pendapat-
pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian deskriptif
kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena sosial yang dialami oleh subjek penelitian
terhadap objek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk memberikan
deskripsi mengenai pemerolehan bahasa anak usia 4 tahun yang diasuh dan
tinggal di panti asuhan Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
Menurut Soenjono, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
penelitian psikolinguistik, yaitu penelitian dengan pendekatan cross-sectional
dan longitudinal. Pendekatan cross-sectional (potong-lintang) merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
saat bersamaan atau sekali waktu. Adapun penelitian longitudinal merupakan
penelitian yang mencoba menggambarkan perkembangan kemampuan
kebahasaan seseorang dalam suatu bahasa. Ujaran-ujaran yang diamati
memerlukan waktu yang relatif lama karena yang diteliti adalah
4Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Anggota IKAPI, Cet.
XXXV, 2016), h. 6. 5John W. Creswell, Research Design, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2016), h. 4.
23
perkembangan sesuatu yang sedang dikaji dari satu waktu sampai ke waktu
yang lain. Waktu yang hanya satu-empat bulan biasanya belum akan dapat
memberikan gambaran bagaimana sesuatu itu berkembang dalam bahasa.6
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan cross-sectional
(potong-lintang) karena peneliti hanya melakukan pengukuran dan
pengamatan dalam sekali waktu atau satu titik waktu tertentu.
Pendekatan cross-sectional (potong-lintang) bisa bersifat observasional
ataupun eksperimental. Pendekatan yang bersifat observasional dibagi menjadi
dua tipe, yaitu natural dan terkontrol. Pada tipe observasional natural, peneliti
tidak mengadakan interfensi apapun. Anak dibiarkan secara natural di tempat
yang tidak khusus disediakan. Pada tipe observasional yang terkontrol, tempat
penelitian sudah diatur terlebih dahulu oleh peneliti. Begitu pula dengan
barang-barang mainan yang disediakan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Berbeda dengan tipe observasional, tipe ekperimental mengadakan interferensi
untuk mengetahui apakah suatu keadaan tertentu akan memunculkan hasil
yang diramalkan. Tipe ini memiliki dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimental dan terkontrol. Kelompok eksperimental adalah kelompok yang
sedang diteliti sehingga kelompok ini mendapat perlakuan yang khusus.
Kelompok terkontrol adalah kelompok biasa yang dipakai sebagai
pembanding.7 Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional tipe
observasional natural karena penelitian ini dilakukan dalam waktu yang
singkat dan hanya pada satu titik waktu serta peneliti membiarkan anak secara
natural di tempat yang tidak khusus disediakan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui metode simak,
libat, rekam, catat. Rahardi dalam bukunya menyatakan bahwa untuk
6Soenjono Dardjowidjodjo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Manusia, (Jakarta:
IKAPI, Cet. V, 2012), h. 230. 7Ibid.
24
menyimak objek penelitian dilakukan dengan menyadap.8 Selain menyimak,
peneliti juga ikut terlibat di dalam percakapan (aktif/reseptif). Percapakan
kemudian direkam menggunakan alat perekam agar data dapat diawetkan,
sehingga dapat diubah ke dalam bentuk transkrip. Selain mengggunakan
teknik rekam untuk menjalankan metode simak, peneliti juga mengggunakan
teknik catat. Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau
pengelompokan dan analisis data.
Peneliti membatasi jumlah data berdasarkan waktu penelitian yang
dibatasi oleh jumlah hari dan durasi per hari. Peneliti melakukan pengambilan
data selama tujuh hari. Pengambilan data pada lima hari pertama dilaksanakan
di sekolah. Durasi pengambilan data di sekolah yaitu selama 4-5 jam per hari.
Adapun pada dua hari selanjutnya, pengambilan data dilaksanakan di YSI
selama 3 jam per hari.
F. Teknik Analisis Data
Penganalisisan data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat langkah,
yaitu:
1. Pentranskripsian data
Tuturan yang telah direkam melalui alat perekam selanjutnya
ditranskrip dalam bentuk kalimat. Data yang terkumpul tersebut disusun
dalam bentuk struktur kalimat tuturan anak.
2. Penyeleksian data
Data yang telah ditranskripsikan diolah dengan cara memisahkan
data yang dibutuhkan dan memenuhi syarat yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Tuturan yang diteliti adalah tuturan yang memenuhi syarat
untuk dihitung MLU-nya, yaitu tuturan yang memiliki makna secara
leksikal.
3. Pengklasifikasian data
8Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 2005), h. 15.
25
Data yang telah diseleksi selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan
jumlah kata, seperti ujaran satu kata, dua kata, dan seterusnya.
4. Pemaparan hasil analisis data
Setelah data diklasifikasikan, data tersebut dianalisis.9
Penganalisisan data bertujuan untuk mengetahui anak yang menjadi subjek
penelitian berada pada tahap berapadengan melihat rata-rata panjang
ujarannya. Cara menghitung rata-rata panjang ujaran anak adalah dengan
membagi jumlah morfem dengan jumlah ujaran. Setelah diketahui MLU
dari subjek penelitian, maka hasil perhitungan data dicocokkan dengan
tabel Brown. Setelah data dicocokkan, kemudian dianalisis faktor-faktor
yang memengaruhi panjang ujaran anak usia 4 tahun di Yayasan Sayap Ibu
Jakarta.
9Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2016), h. 208-
211.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Yayasan Sayap Ibu Jakarta
Yayasan Sayap Ibu terletak di Jalan Barito II No. 55, Kebayoran
Baru, Jakarta. Tahun 1955, penelantaran anak dan pembuangan bayi-bayi
di Jakarta, baik yang ditinggal di rumah sakit maupun yang kemudian
ditemukan di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya semakin banyak.
Keadaan inilah yang mendorong beberapa ibu antara lain, Ny. Sutomo,
Ny. Soekardi, Ny. Garland Soenaryo mendirikan Yayasan dengan nama
Yayasan Sayap Ibu (YSI). Yayasan Sayap Ibu berdiri pada tanggal 30
September 1955 dan didirikan oleh ibu Hj. Sulistina Sutomo, istri dari
Bung Tomo yang kala itu menjabat sebagai Menteri Sosial. Pada
kepengurusan baru, Ibu Nasution menjabat sebagai Pembina, sedangkan
Ketua dijabat oleh Ibu Ciptaningsih Utaryo. Awalnya YSI bertujuan
menolong anak-anak Batita (Bawah Tiga Tahun), anak-anak tersebut
dirawat sambil dicarikan keluarga angkat.
Pada tahun 1968, YSI melakukan restrukturalisasi dan
menempatkan diri di bawah Badan Pembina Kegiatan Kesejahteraan
Sosial DKI Jakarta yang diketuai oleh Ny. J. S. Nasution. Dalam
pengasuhan dan perawatan anak, kriteria anak ditingkatkan menjadi usia
0–5 tahun. Yayasan Sayap Ibu sempat mengalami masalah keuangan
sehingga harus dihentikan untuk sementara pada tahun 1968. Namun
berkat tekad kuat para ibu, terutama Ibu J.S Nasution, Yayasan Sayap Ibu
dapat berjalan kembali dan terus berkembang besar.
Tahun 1978, Ny. J.S. Nasution, sebagai Ketua YSI Pusat
membentuk 2 (dua) cabang yaitu YSI Cabang Jakarta dengan Ketua Ny.
Moch. Said dan YSI Cabang Yogyakarta dengan Ketua Ny. C. Utaryo.
27
Hingga saat ini, Yayasan Sayap Ibu terus konsisten dalam menjalankan
visi dan misinya demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih baik.1
2. Subjek Penelitian
a. Ar (48 bulan)
1) Latar Belakang Ar (48 Bulan)
Ar lahir pada tanggal 24 April 2015. Ar dititipkan di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta pada tanggal 06 Mei 2015. Menurut
pernyataan Supervisor Lembaga YSI, Ar dititipkan oleh orang tua
dan keluarga besarnya karena mereka tidak sanggup mengasuhnya.
Selain itu, Ar dititipkan karena memiliki permasalahan pada
tumbuh kembang. Hal ini disebabkan karena subjek Ar terlahir
secara prematur. Bayi yang prematur akan rentan terhadap
permasalahan tumbuh kembang. Ar dititipkan di YSI cabang
Jakarta karena di yayasan ini memiliki berbagai fasilitas terapi
yang dapat membantu merangsang pertumbuhan Ar. Ar
mendapatkan terapi sejak usia 5 bulan hingga sekarang (48 bulan).
Terapi tersebut sangat membantu tumbuh kembang Ar. Pada usia
2.5 tahun, tubuh Ar sudah berkembang dengan normal. Meskipun
demikian, Ar masih mengalami gangguan lambat bicara (speech
delay). Oleh karena itu, subjek Ar masih mendapatkan berbagai
terapi, seperti terapi wicara dan terapi SI (Sensori Integrasi).
Ar disekolahkan di dua tempat yang berbeda. Setiap hari
Senin dan Kamis, Ar bersekolah di PAUD YSI yang terletak di
sebelah gedung YSI. Adapun hari Rabu dan Jumat, ia bersekolah di
Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. Ar mulai sekolah di PAUD YSI sejak usia 3 tahun (2018),
sedangkan di Kangaroo Kids and Baby Daycare masuk pada tahun
2019. Ar disekolahkan karena keinginannya untuk belajar,
1Sejarah Yayasan Sayap Ibu Jakarta, http://sayapibujakarta.org/sejarah/ diakses pada
tanggal 04 April 2019 pukul 19.25 WIB.
28
bermain, dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar di luar
YSI. Di samping sekolah, Ar juga sering mengikuti kegiatan yang
dilakukan volunter asing setiap hari Selasa, terapi setiap hari
Kamis dan Sabtu, dan liburan setiap hari Sabtu dan Minggu.2
2) Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian terhadap subjek Ar, diperoleh
1006 kata dari 327 ujaran. Ujaran-ujaran yang dihasilkan Ar terdiri
atas jenis ujaran satu kata, ujaran dua kata, ujaran tiga kata, empat
kata, lima kata, enam kata, tujuh kata, delapan kata, sembilan kata,
empat belas kata, dan lima belas kata. Ujaran tersebut diperoleh
dengan berinteraksi secara langsung dengan subjek Ar. Interaksi ini
berupa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
kegiatan yang sedang Ar lakukan pada saat itu. Selain dengan
mengajukan pertanyaan, terkadang Ar sendiri yang mengajukan
pertanyaan kepada peneliti, sehingga menghasilkan suatu bentuk
percakapan atau interaksi yang aktif.
a) Ujaran satu kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 43 ujaran satu kata
yang dihasilkan oleh subjek Ar. Adapun ujaran-ujaran tersebut
yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.1
Ujaran Satu Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. sudah [sudah] „telah selesai‟
2. belom [bǝlᴐm] „masih dalam
keadaan tidak‟
3. tempe [tԑmpe] „makanan yang
2Wawancara dengan Supervisor Lembaga Yayasan Sayap Ibu Jakarta pada 04 April 2019
pukul 11.00 WIB.
29
terbuat dari
kedelai dan
diberi ragi‟
4. nangis [naŋIs] „ungkapan
perasaan sedih
dengan
mencucurkan
air mata‟
5. iya [ija] „iya;
persetujuan‟
6. Aleca [aleca] „Allesa, nama
salah seorang
anak yang
diasuh di YSI‟
7. bunga [buŋa] „bagian
tumbuhan yang
akan menjadi
buah‟
8. bocol [bocᴐl] „bocor;
berlubang
sehingga air
dapat keluar‟
9. beldalah [bǝldalah] „berdarah;
mengeluarkan
darah‟
10. Ayumi? [ajumi] „memastikan
nama volunter
asing bernama
Ayumi‟
11. kipasnya [kipasɲa] „memberitahu
30
tentang adanya
kipas di
dekatnya‟
12. melah-melah [melah-melah] „merah-merah;
memberi tahu
tangannya yang
terkena cat air
berwarna
merah‟
13. kaget [kaɡԑt] „terkejut‟
14. supelmen [supǝlmԑn] „Superman,
pahlawan super
fiksi yang
muncul dalam
buku komik
Amerika’
15. tumpah [tUmpah] „tercurah keluar
dari tempatnya‟
16. bukain [bukaɁIn] „permintaan
tolong untuk
membukakan
sesuatu‟
17. dinotulus [dinotulUs] „dinosaurus;
binatang
sejarah dari
zaman
prasejarah‟
18. buaya [buaja] „buaya;
binatang melata
berdarah dingin
31
bertubuh besar
dan berkulit
keras‟
19. cicak [cicaɁ] „cecak;
binatang
merayap‟
20. sedotan [sǝdotan] „penyedot; alat
untuk
menyedot‟
21. takut [takUt] „tidak berani‟
22. jatoh [ʝatᴐh] „jatuh; turun
atau meluncur
ke bawah
denngan cepat
karena
gravitasi‟
23. helem? [helǝm] „menanyakan
helm
(pelindung
kepala)‟
24. tolong [tolᴐŋ] „tolong; bantu‟
25. beldua? [bǝldua] „terdiri atas dua
orang‟
26. suka [suka] „berkeadaan
senang‟
27. selesai [sǝlǝsaI] „sudah jadi‟
28. Alfan [alfan] „Arfan, nama
salah satu
subjek
penelitian/anak
32
di YSI‟
29. Monita [monita] „Monita, nama
peneliti‟
30. Indonesia [Indoneʃa] „Indonesia;
nama negara
kepulauan di
Asia Tenggara‟
31. pelmen [pǝlmԑn] „permen; gula-
gula yang bau
dan rasanya
mengandung
campuran
minyak
perangsang‟
32. mau [maU] „mau; akan;
hendak‟
33. mangga [maŋɡa] „mangga; buah
berwarna
oranye dan
berkulit hijau‟
34. pil? [pIl] „pir; buah di
daerah
subtropis‟
35. olang? [olaŋ] „orang;
manusia‟
34. bukan [bukan] „berlainan
dengan
sebenarnya‟
35. capek [capԑʔ] „capai; lelah;
letih‟
33
36. Putli [putli] „Puteri, nama
salah seorang
anak yang
diasuh di YSI‟
37. yupi [jupi] „Yupi, merek
permen‟
38. doktel [dᴐktǝl] „dokter; lulusan
pendidikan
kedokteran
yang ahli
dalam hal
penyakit dan
pengobatan‟
39. kenapa? [kǝnapa] „menanyakan
alasan atau
sebab‟
40. ambulan [ambulan] „ambulans;
kendaraan yang
dilengkapi
peralatan medis
untuk
mengangkut
orang sakit dan
sebagainya‟
41. polisi [polisi] „anggota badan
pemerintahan‟
42. olahlaga? [olahlaɡa] „olahraga;
gerak tubuh
untuk
menguatkan
34
dan
menyehatkan
tubuh‟
43. kelelawal [kelelawal] „kelelawar;
binatang yang
menyusui
pemakan
serangga yang
terbang untuk
mencari
nafkah‟
b) Ujaran dua kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 192 kata dari 96
ujaran dua kata yang dihasilkan Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.2
Ujaran Dua Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. naik bis. [naIk bIs] „naik bus‟
2. di jidat. [di ʝidat] „di jidat, dahi‟
3. melah putih. [melah putIh] „merah putih, warna
bendera Indonesia‟
4. bapak Holid. [bapaʔ holId] „Bapak Kholid,
salah satu pengasuh
Ar di YSI‟
5. naik motol. [naIk motᴐl] „mengendarai
motor‟
6. di taman. [di taman] „menunjukkan suatu
35
tempat yang
ditanami bunga-
bunga dan
sebagainya‟
7. yang cantik. [jaŋ cantIk] „sesuatu yang
dianggap indah
dalam bentuk dan
buatannya‟
8. bunga
matahali.
[buŋa matahali] „tanaman yang
bunganya besar dan
bundar berwarna
kuning‟
9. bocol
nantinya?
[bocᴐl nantiɲa] „menanyakan
keadaan yang
mungkin akan
terjadi, yaitu
kebocoran‟
10. walnai apa? [walnai apa] „pertanyaan tentang
sesuatu yang akan
diwarnai ‟
11. walnai keltas? [walnai kǝltas] „menanyakan benda
yang akan diwarnai
adalah kertas‟
12. kasih
tempatnya.
[kasIh
tǝmpatɲa]
„perintah untuk
berikan tempatnya‟
13. ada kupu-
kupu.
[ada kupu-
kupu]
„ada kupu-kupu;
memberitahu
adanya serangga
bersayap‟
14. ini kupu-kupu. [ini kupu-kupu] „menunjuk serangga
36
yang bersayap
lebar‟
15. Aduh, panas! [adUh panas] „kata seru yang
menunjukkan
minuman yang ia
pegang masih
panas‟
16. ini belom. [ini bǝlᴐm] „ini belum; masih
dalam keadaan
tidak‟
17. dimakan
semut.
[dimakan
sǝmUt]
„dihabiskan oleh
semut‟
18. lagi nyapu? [laɡi ɲapu] „menanyakan
aktivitas yang
berkenaan dengan
membersihkan
sesuatu
menggunakan sapu‟
19. pakek tisu. [pakԑʔ tisu] „pakai tisu;
selampai‟
20. ih cicak! [Ih cicaɁ] „ih cecak; kata seru
yang menunjukkan
rasa heran karena
ada cecak‟
21. ih gelap! [Ih ɡǝlap] „kata seru yang
menunjukkan rasa
takut karena tidak
ada cahaya‟
22. gak bisa. [ɡaʔ bisa] „tidak bisa;
penolakan bahwa
37
dirinya mampu‟
23. ini pelmen. [ini pǝlmԑn] „ini permen;
menunjuk permen‟
24. ini enggak. [ini ǝŋɡaʔ] „penolakan‟
25. ininya
panjang?
[iniɲa panʝaŋ] „menanyakan
sesuatu yang
berukuran panjang‟
26. ni tinggi? [ni tiŋgi] „menanyakan
tinggi‟
27. namanya apa? [namaɲa apa] „menanyakan nama
sesuatu‟
28. lasa stobeli. [lasa stobeli] „rasa stroberi‟
29. nali apa? [nali apa] „menanyakan nama
tarian‟
30. nali yamko? [nali jamko] „memastikan nama
tarian Yamko‟
31. itunya bagus? [ituɲa baɡUs] „menanyakan
keelokan sesuatu‟
32. minum susu. [minUm susu] „memasukkan susu
ke dalam mulut dan
meneguknya‟
33. susu kotak. [susu kotak] „susu yang dikemas
dalam bentuk kotak‟
34. lasa coklat. [lasa coklat] „rasa cokelat‟
35. Iqis sakit. [iqIs sakIt] „Bilqis sakit;
menginformasikan
bahwa Bilqis sakit‟
36. cincin meli. [cIncIn meli] „cincin milik Melly‟
37. dibawa polisi. [dibawaʔ polisi] „dibawa oleh polisi‟
38. ngeliatnya [ŋǝliatɲa „melihat adanya
38
ambulan. ambulan] ambulans‟
39. ni salju. [ni salʝu] „menunjuk salju;
butiran uap air yang
berwarna putih yang
membeku di udara‟
40. ini apa? [ini apa] „menanyakan
sesuatu‟
41. ini mobil? [ini mobIl] „menanyakan benda
yang ditunjuk
adalah mobil atau
bukan‟
42. buat naik? [buat naIk] „menanyakan fungsi
sesuatu‟
43. naik apa? [naIk apa] „menanyakan
sesuatu yang akan
dinaiki‟
44. ni anaknya? [ni anakɲa] „memastikan yang
ditunjuk adalah
anaknya‟
45. cali makan. [cali makan] „mencari makan‟
46. di sini. [di sini] „di sini;
menunjukkan
tempat yang dekat
dengan pembicara‟
47. ini olangnya. [ini olaŋɲa] „ini orangnya;
menunjukkan
seseorang yang
dimaksud ada di
dekatnya‟
48. baca lagi. [baca laɡi] „baca lagi; baca
39
kembali‟
49. lagi, nih. [laɡi nIh] „lagi, nih;
penegasan untuk
menambah ‟
50. mobil-mobil
ini.
[mobIl-mobIl
ini]
„menunjukkan
mobil-mobil yang
ada di dekatnya‟
51. kok mutel-
mutel?
[kᴐʔ mutǝl-
mutǝl]
„menanyakan alasan
benda yang
dimaksud berputar-
putar‟
52. gak teblang? [ɡaʔ tǝblaŋ] „tidak terbang?‟
53. nanti jatoh? [nanti ʝatᴐh] „menanyakan dan
memastikan
peristiwa yang akan
terjadi, yaitu
terjatuh‟
54. nablak mobil. [nablak mobIl] „sentuhan
antarmuka dari arah
berlawanan secara
keras yang terjadi
pada mobil‟
55. gak jalan? [ɡaʔ jalan] „tidak jalan?‟
56. ini helep? [ini ɡelǝp] „menanyakan
kebenaran benda
yang di dekatnya
adalah helm atau
bukan‟
57. ke udala? [kǝ udala] „ke udara?‟
58. ni, liat! [ni liat] „seruan untuk lawan
40
bicara agar melihat
benda yang
ditunjuk‟
59. di salju. [di salʝu] „menandai tempat
bahwa sesuatu yang
dimaksud ada di
salju‟
60. olangnya
tolong?
[olaŋɲa tolᴐŋ] „menanyakan
seseorang yang
dimaksud menolong
atau tidak‟
61. anaknya
enggak?
[anakɲa ǝŋɡaʔ] „menanyakan anak
yang dimaksud juga
melakukan sesuatu
atau tidak‟
62. pakek
lengkap?
[pakԑʔ lǝŋkap] „menanyakan
sesuatu yang
dipakai harus sedia
segalanya atau
tidak‟
63. gantian lagi. [ɡantian laɡi] „bertukar kembali‟
64. mau naik? [maU naIk] „menanyakan
kepada seseorang
apakah hendak naik
atau tidak‟
65. naik mobil. [naIk mobIl] „masuk ke
kendaraan mobil‟
66. ada banyak? [ada baɲak] „menanyakan
jumlah bilangan‟
67. kakak benelin? [kakaʔ bǝnǝlIn] „menanyakan
41
kebenaran bahwa
kakak yang
membenarkan
sesuatu yang
dimaksud
pembicara‟
68. itu kenapa? [itu kǝnapa] „menanyakan
alasan‟
69. abis apa? [abIs apa] „menanyakan
kegiatan yang
dilakukan
sebelumnya‟
70. kena panas? [kǝna panas] „terkena panas?‟
71. ni belom? [ni bǝlᴐm] „menanyakan
sesuatu yang masih
dalam keadaan
tidak‟
72. putihnya satu? [putIhɲa satu] „menanyakan
jumlah warna putih‟
73. apa itu? [apa itu] „menanyakan
sesuatu‟
74. bisa sulap? [bisa sulap] „bisa sulap?;
menanyakan sesuatu
yang dimaksud bisa
sulap atau tidak‟
75. kentut lagi. [kǝntUt laɡi] „mengulang/kembali
kentut‟
76. ininya peleset. [iniɲa pǝlesԑt] „ininya terpleset;
menunjukkan
sesuatu yang
42
terpeleset‟
77. jatoh lagi. [ʝatᴐh laɡi] „jatuh lagi; jatuh
kembali‟
78. kayak banana. [kajaʔ banana] „menunjukkan
sesuatu yang mirip
seperti banana
(pisang)‟
79. Putli, belat. [putli bǝlat] „menginformasikan
kepada Putri bahwa
ada sesuatu yang
berat‟
80. susu sapi. [susu sapi] „minuman berupa
air susu yang
dihasilkan dari sapi‟
81. baleng apa? [balǝŋ apa] „menanyakan
sesuatu apa yang
akan dibarengi‟
82. Eca, udah! [eca udah] „seruan kepada
Allesa untuk
menyudahi sesuatu‟
83. mau lagi. [maU laɡi] „mau lagi; ungkapan
atau keinginan
mendapatkan
sesuatu lagi‟
84. nanti jatoh? [nanti ʝatᴐh] „menanyakan
peristiwa yang akan
terjadi, yaitu
terjatuh‟
85. pak Hamim. [paʔ hamIm] „Pak Hamim, nama
salah seorang
43
pengasuh di YSI‟
86. Putli, ni. [putli ni] „Puteri, ini;
memberikan sesuatu
kepada Puteri‟
87. baleng-baleng,
ya?
[balǝŋ-balǝŋ
ya]
„bersama-sama, ya?;
memastikan
pekerjaan atau
sesuatu yang
dimaksud untuk
dilakukan bersama-
sama ‟
88. bial gendut. [bial ɡǝndUt] „supaya gendut‟
89. kayak misis. [kajaʔ mIsIs] „seperti Miss‟
90. miss Ketlin. [mIs ketlIn] „Miss Ketlin, nama
volunter asing dari
Jepang di YSI‟
92. ni, disuntik. [ni disUntIk] „ini, disuntik‟
93. ni gendut. [ni ɡǝndUt] „ini gendut;
menunjukkan
bahwa sesuatu yang
di dekatnya gendut‟
94. ikan paus. [ikan paUs] „ikan paus; nama
ikan‟
95. yah, jatoh. [jah ʝatᴐh] „yah, jatuh;
ungkapan
kekecewaan karena
sesuatu yang
terjatuh‟
96. snek apa? [snek apa] „sneck apa?;
menanyakan jenis
44
makanan ringan‟
c) Ujaran tiga kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 258 kata dari 86
ujaran tiga kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.3
Ujaran Tiga Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. tadi Iqisnya
nangis.
[tadi iqIsɲa naŋIs] „menyatakan
bahwa Bilqis tadi
menangis
2. sama pak
Hamim.
[sama paʔ
hamIm]
„bersama Pak
Hamim‟
3. saya, bu Osa. [saja buʔ osa] „saya, Bu Osa‟
4. itu, kipasnya
telbang.
[itu kipasɲa
tǝlbaŋ]
„itu kipasnya
terbang;
menunjuk kipas
yang berputar-
putar‟
5. kakak, ada foto. [kakaʔ, ada foto] „kakak ada foto;
memberitahu
kepada kakak
bahwa ada foto‟
6. foto mis Lilo. [foto mIs lilo] „foto Ms. Lilo;
memberitahu
gambar yang
terdapat dalam
foto adalah
45
gambar Ms. Lilo‟
7. ini buat ail? [ini buat aIl] „menanyakan
fungsi sesuatu
untuk
menampung air
atau tidak‟
8. ininya kebalik,
ya?
[iniɲa kǝbalIk ja] „menanyakan
sesuatu terbalik
atau tidak‟
9. mis lilo, bocol. [mIs lilo bocᴐl] „memberi tahu
kepada Ms. Lilo
bahwa ada yang
bocor‟
10. ini gak bisa? [ini ɡaʔ bisa] „menanyakan
bahwa sesuatu
tersebut bisa
digunakan atau
tidak‟
11. kalo ini, bisa? [kalᴐʔ ini bisa] „menanyakan
sesuatu yang lain
bisa digunakan
atau tidak‟
12. mau susu juga. [maU susu ʝuga] „subjek
menginginkan
susu juga‟
13. banyak semut,
ya?
[baɲak sǝmUt ja] „memastikan
bahwa banyak
semut‟
14. nanti semut,
ya?
[nanti sǝmUt ja] „memastikan
bahwa akan ada
46
semut nanti‟
15. aku mau
biskuit.
[aku maU
bIskwIt]
„subjek
menginginkan
biskuit‟
16. mis Lilo,
digantung?
[mIs lilo
diɡantUŋ]
„menanyakan
sesuatu kepada
Ms. Lilo untuk
digantung atau
tidak‟
17. kok, ada
pohon?
[kᴐʔ ada pohᴐn] „menanyakan
sebab ada pohon‟
18. mama, mau
minum.
[mama maU
minUm]
„subjek meminta
minum kepada
mamanya‟
19. itu, ada
Supelmen.
[itu ada
supǝlmԑn]
„menunjukkan
keberadaan
Superman; tokoh
super/pahlawan
fiksi dari
Amerika’
20. ini punya siapa? [ini puɲa siapa] „menanyakan
kepemilikan‟
21. ini buat nali? [ini buat nali] „menanyakan
fungsi sesuatu
yang dimaksud
apakah untuk
menari atau
bukan‟
22. kok, itunya
bagus?
[kᴐʔ ituɲa baɡUs] „menanyakan
sebab bagusnya
47
sesuatu yang
dimaksud
subjek‟
23. Monita, ada
cincin.
[monita ada
cIncIn]
„memberitahukan
kepada Monita
bahwa ada
cincin.
24. ini pakek tisu? [ini pakԑʔ tisu] „menanyakan
pakai tisu atau
tidak‟
25. tu, siapa tu? [tu siapa tu] „menanyakan
seseorang‟
26. ini walna pink. [ini walna piŋ] „menunjuk
sesuatu yang
berwarna pink‟
27. itu, mobil ini. [itu mobIl ini] „menunjuk mobil
mainan yang ada
di dekatnya‟
28. buat di salju? [buat di salʝu] „menanyakan
tempat tujuan,
yaitu di salju‟
29. ni anak ibunya? [ni anak ibuɲa] „menanyakan
kepemilikan
seorang anak‟
30. ada bapak gak? [ada bapaʔ ɡaʔ] „menanyakan ada
bapak atau tidak‟
31. ntal dedenya
nais?
[ǝntal dedeɲa
naIs]
„menanyakan
apakah nanti adik
atau bayi yang
dimaksud akan
48
menangis atau
tidak‟
32. tadi olangnya
tolongin.
[tadi olaŋɲa
tolᴐŋIn]
„tadi orangnya
yang menolong‟
33. ganti lagi, ni? [ɡanti laɡi ni] „menanyakan
harus diganti lagi
atau tidak‟
34. aku ada pensil. [aku ada pensIl] „memberi tahu
bahwa subjek
memiliki pensil‟
35. bawanya di
sini.
[bawaɲa di sini] „bawanya di sini‟
36. iya, sama ini. [ija sama ini] „iya sama ini‟
37. itu mobil juga. [itu mobIl ʤuga] „menunjukkan
bahwa ada mobil
juga di sana‟
38. atas ke awan? [atas kǝ awan] „menanyakan
tujuan suatu
tempat yaitu ke
awan‟
39. kalo talik yah? [kalᴐʔ talIk jah] „menyakan
ditarik atau
tidak‟
40. liat apa
olangnya?
[liat apa olaŋɲa] „menanyakan apa
yang dilihat oleh
orang‟
41. kok pakek ini? [kᴐʔ pakԑʔ ini] „menanyakan
alasan memakai
sesuatu‟
42. ini namanya [ini namaɲa apa] „menanyakan
49
apa? nama sesuatu‟
43. kalo ini
topinya?
[kalᴐʔ ini topiɲa] „menanyakan
bahwa benda
yang dimaksud
adalah topi‟
44. helep ini apa? [helǝp ini apa] „menanyakan
helm itu apa‟
45. ni, kalo ini? [ni kalᴐʔ ini] „menanyakan
sesuatu yang
lain‟
46. ini bisa naik? [ini bisa naIk] „menanyakan
apakah sesuatu
tersebut bisa naik
atau tidak‟
47. ni balon udala. [ni balᴐn udala] „ini balon udara;
menunjukkan
bahwa benda
yang di dekatnya
adalah balon
udara‟
48. ni olangnya
tolong-tolong.
[ni olaŋɲa tolᴐŋ-
tolᴐŋ]
„menunjukkan
bahwa orang
yang dimaksud
adalah yang
menolong‟
49. mau minum
dulu.
[mau minUm
dulu]
„menyatakan
bahwa subjek
ingin minum‟
50. itu, di situ. [itu di situ] „itu di situ;
menunjukkan
50
tempat‟
51. tadi aku liat. [tadi aku liat] „tadi aku lihat;
memberitahu
bahwa subjek
tadi melihat‟
52. tadi ininya
banyak.
[tadi iniɲa baɲak] „menyatakan
sesuatu yang
dimaksud
tadinya memiliki
jumlah yang
banyak‟
53. tau Edi, gak? [tau edi ɡaʔ] „menanyakan
apakah lawan
bicara mengenal
Edi‟
54. itunya ininya
sakit?
[ituɲa iniɲa sakIt] „menanyakan
sesuatu apakah
sakit atau tidak‟
55. Monita, aku
bisa.
[monita aku bisa] „menyatakan
kepada Monita
bahwa subjek
bisa atau
mampu‟
56. ni melahnya
udah?
[ni melahɲa udah] „menanyakan
apakah warna
merah yang
dimaksud sudah
cukup‟
57. ni sama
putihnya?
[ni sama putIhɲa] „menanyakan
apakah warna
51
putih juga
dipakai atau
tidak‟
58. ih kayak meng-
pink.
[Ih kayaʔ meŋpiŋ] „ih seperti warna
pink;
menyatakan rasa
heran atas
perubahan
warnayang
menjadi warna
pink‟
59. ih Eca, jangan! [Ih eca ʝaŋan] „Eca dilarang
melakukan
sesuatu‟
60. aku mau naik. [aku maU naIk] „subjek
menginginkan
dirinya untuk
naik‟
61. ini masih ada. [ini masIh ada] „menyatakan
bahwa sesuatu
tersebut masih
ada‟
62. ada lagi gak? [ada laɡi ɡaʔ] „menanyakan
sesuatu tersebut
masih ada atau
tidak‟
63. ini lasa apa? [ini lasa apa] „menanyakan
jenis rasa‟
64. itu buat apa? [itu buat apa] „menanyakan
fungsi sesuatu‟
52
65. ni lasanya
mangga?
[ni lasaɲa maŋɡa] „memastikan
sesuatu yang
dimaksud adalah
rasa mangga atau
tidak‟
66. kakak, mau
ngapain?
[kakaʔ mau
ŋapaIn]
„menanyakan apa
yang akan
dilakukan oleh
kakak‟
67. ini pakek tas? [ini pakԑʔ tas] „menanyakan
apakah subjek
harus memakai
tas atau tidak‟
68. mau, Eca udah! [maU eca udah] „memerintahkan
Allesa untuk
sudah karena
subjek juga
menginginkan
69. ntal ininya
sakit?
[ntal iniɲa sakIt] „menanyakan
sesuatu apakah
nanti akan sakit
atau tidak‟
70. ntal habis, deh. [ntal habIs dԑh] „memberitahu
bahwa nanti akan
habis‟
71. udah habis, ya? [udah habIs ja] „menanyakan
bahwa sesuatu
yang dimaksud
sudah habis atau
belum‟
53
72. ntal habis, ya? [ntal habIs ja] „menanyakan
nanti akan habis
atau tidak‟
73. habis sama
Alfan.
[habIs sama
alfan]
„dihabiskan oleh
Arfan‟
74. Eca, aku mau. [eca aku maU] „mengatakan
kepada Allesa
bahwa subjek
juga mau‟
75. tuh kan, jatoh. [tUh kan ʝatᴐh] „Tu kan, jatuh;
memberi tahu
bahwa sesuatu
benar-benar
terjatuh‟
76. ni, ada sapi. [ni ada sapi] „memberi tahu
bahwa di
dekatnya ada
sapi‟
77. bukan, ni sapi. [bukan ni sapi] „menolak
pernyataan lain
dan menekankan
yang dimaksud
adalah benar-
benar sapi‟
78. ni, bial gendut. [ni bial ɡǝndUt] „memberikan
sesuatu supaya
lawan bicara
menjadi gemuk‟
79. nanti bajunya
bolong.
[nanti bajuɲa
bolᴐŋ]
„memberi tahu
bahwa nanti
54
bajunya bolong‟
80. ni, bajunya
bolong.
[ni bajuɲa bolᴐŋ] „memberi tahu
bahwa ada baju
yang bolong‟
81. itu, di tv. [itu di tivi] „itu, di Tv;
menunjukkan
bahwa sesuatu
tersebut ada di
Tv‟
82. ni, jatoh lagi. [ni jatᴐh laɡi] „memberi tahu,
bahwa ada yang
terjatuh lagi‟
83. ni, aku gendut. [ni aku ɡǝndUt] „memberi tahu
bahwa dirinya
gendut‟
84. ni ikan juga. [ni ikan ʝuɡa] „menunjuk
sesuatu yang
juga merupakan
ikan‟
85. tiga ya, ma? [tiɡa ja ma] „menanyakan
jumlah kepad
mamanya‟
86. aku mau ini [aku maU ini] „aku mau ini;
memberi tahu
bahwa ia
menginginkan
ini‟
55
d) Ujaran empat kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 228 kata dari 57
ujaran empat kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-
ujaran tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.4
Ujaran Empat Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. bial ininya gak
bolong.
[bial iniɲa ɡaʔ
bolᴐŋ]
„memberikan
alasan, yaitu
supaya sesuatu
yang dimaksud
tidak bolong‟
2. bu Osa, ada
itu.
[bUʔ osa ada itu] „memberi tahu
kepada Bu Osa
bahwa ada sesuatu‟
3. kak, ini gak
bisa.
[kaʔ ini ɡaʔ bisa] „Kak, ini tidak
bisa; memberi tahu
bahwa sesuatu
yang dimaksud
tidak bisa dipakai‟
4. yang itu buat
ail?
[jaŋ itu buat aIl] „menanyakan
fungsi sesuatu,
yaitu untuk air‟
5. mama Isla
udah kelual.
[mama Isla udah
kǝlual]
„memberi tahu
bahwa mama Isla
sudah keluar‟
6. kalo ba belum,
ya?
[kalᴐʔ baʔ
bǝlUm ja]
„memastikan
bahwa huruf ba
belum dipelajari‟
56
7. kok cicaknya
mencali
makan?
[kᴐʔ cicaʔɲa
mǝncali makan]
„menanyakan
alasan cecak
mencari makan‟
8. Eca, ini punya
kamu?
[eca ini puɲa
kamu]
„menanyakan
apakah sesuatu
tersebut milik
Allesa atau bukan‟
9. ini cicak bisa
jalan?
[ini cicaʔ bisa
ʝalan]
„menanyakan
apakah cecak bisa
jalan atau tidak‟
10. kalo ini bisa,
enak.
[kalᴐʔ ini bisa
enak]
„memberi tahu
bahwa sesuatu
yang dimaksud itu
enak‟
11. bukan yupi, ini
pelmen.
[bukan jupi ini
pǝlmԑn]
„memberi tahu
bahwa sesuatu
tersebut bukan
Yupi, tetapi
permen‟
12. ini pakek tisu,
ya?
[ini pakԑʔ tisu
ja]
„menanyakan pakai
tisu atau tidak‟
13. gak, aku punya
dua.
[ɡaʔ aku puɲa
dua]
„penyangkalan dan
pernyataan bahwa
subjek memiliki
sesuatu dengan
jumlah dua‟
14. ini dedenya, ini
ibunya?
[ini dedeʔɲa ini
ibuɲa]
„memastikan yang
mana bayi dan
yang mana ibunya‟
15. buat ini bulung [buat ini bulUŋ „memberi tahu
57
hantu? hantu] bahwa subjek
sedang membuat
burung hantu‟
16. ini dede sama
ibu?
[ini dedeʔ sama
ibuʔ]
„menanyakan
sekaligus
memastikan antara
dede (bayi) dan
ibu‟
17. bulung
hantunya, ini
dede.
[bulUŋ hantuɲa
ini dedeʔ]
„memberi tahu
yang mana burung
hantu dan yang
mana ibunya‟
18. ini Owinya
udah baca.
[ini owiɲa udah
baca]
„memberi tahu
bahwa Owi sudah
membaca‟
19. Monita, aku
ada pensil.
[monita aku ada
pԑnsIl]
„memberi tahu
kepada Monita
bahwa subjek
memiliki pensil
20. itu bukunya
ada banyak
[itu bukanɲa ada
baɲak]
„menunjuk dan
memberi tahu
bahwa jumlah
buku tersebut ada
banyak‟
21. tapi, ininya
bisa nyeblang?
[tapi iniɲa bisa
ɲǝblaŋ]
„menanyakan
sesuatu apakah
bisa menyebrang
atau tidak‟
22. kok, ininya
bisa nyala?
[kᴐʔ iniɲa bisa
ɲala]
„menanyakan
alasan mengapa
58
sesuatu tersebut
bisa menyala‟
23. ini mobilnya
bisa nyala?
[ini mobIlɲa bisa
ɲala]
„menanyakan
apakah mobil
tersebut bisa
menyala atau
tidak‟
24. kok ininya
pakek ini?
[kᴐʔ iniɲa pakԑʔ
ini]
„menanyakan
alasan sesuatu‟
25. ni juga sama,
helep?
[ni ʝuɡa sama
helǝp]
„menanyakan
apakah benda yang
dimaksud juga
merupakan helm‟
26. aku suka naik
mobil.
[aku suka naIk
mobIl]
„menginformasikan
bahwa subjek suka
naik mobil‟
27. ni, Owi naik
helikoptel.
[ni owi naIk
helikᴐptǝl]
„memberi tahu
bahwa Owi naik
helikopter‟
28. ni, Eca naik ini [ni eca naIk ini] „meminta Allesa
untuk naik ke
sesuatu yang
dimaksud‟
29. ni, naik mobil
ni
[ni naIk mobIl
ni]
„inaik mobil ini‟
30. ni, ada
helokoptel ni
[ni ada
helikᴐptǝl ni]
„menginformasikan
bahwa ada
helikopter‟
31. ada helikoptel
lagi ni.
[ada helikᴐptǝl
laɡi ni]
„menunjukkan
bahwa ada
59
helikopter lagi‟
32. iya, telbang ke
atas.
[ija tǝlbaŋ kǝ
atas]
„iya terbang ke
atas‟
33. enggak,
cewek-
ceweknya liat
ini.
[eŋɡaʔ cewԑk-
cewԑkɲa liat ini]
„tidak, cewek-
ceweknya melihat
ini‟
34. ni, tolongin ni
bulungnya.
[ni tolᴐŋIn ni
bulUŋɲa]
„memerintahkan
untuk menolong
burung yang ia
tunjuk‟
35. itu buat nyali
Biampo?
[itu buat ɲali
Biampo]
„itu buat nyari
Biampo (tokoh
kartun)‟
36. aku suka naik
ini.
[aku suka naIk
ini]
„aku suka naik ini;
menginformasikan
bahwa subjek suka
naik benda yang
ditunjuk‟
37. Eca mau naik
mobil?
[Eca maU naIk
mobIl?]
„menanyakan
apakah Allesa mau
naik mobil atau
tidak‟
38. mau liat balon
udala?
[maU liat balᴐn
udala]
„menanyakan
apakah lawan
bicara mau melihat
balon udara‟
39. aku suka naik
mobil.
[aku suka naIk
mobIl]
„aku suka naik
mobil; subjek suka
naik mobil‟
60
40. ini Alfan sama
tasya.
[ini alfan sama
taʃa]
„menunjukkan
bahwa yang
ditunjuk adalah
Arfan sama Tasya‟
41. aku ni naik
mobil.
[aku ni naIk
mobIl]
„memberi tahu
bahwa subjek naik
mobil‟
42. ni Tasya sama
Alfan
[ni taʃa sama
alfan]
„menunjukkan
bahwa yang
ditunjuk adalah
Tasya dan Arfan‟
43. enggak, ini
punya Alfan.
[eŋɡaʔ ini puɲa
alfan]
pengingkaran dan
pernyataan bahwa
yang dimaksud
adalah milik
Arfan‟
44. itu gak mau
kelual?
[itu ɡaʔ maU
kǝlual]
„menanyakan
benda yang
ditunjuk tidak mau
keluar‟
45. Monita, tadi
ada keleta.
[monita tadi ada
kǝleta]
„memberi tahu
kepada Monita
bahwa tadi ada
kereta‟
46. di sana, di
sekolahan.
[di sana di
sǝkolahan]
„menunjukkan
sebuah tempat,
yaitu sekolahan‟
47. mis Edinya di
atas?
[mIs ediɲa di
atas]
„menanyakan
keberadaan Ms.
Edi‟
61
48. Eca, aku mau
dua.
[eca aku maU
dua]
„memberi tahu
kepada Allesa
bahwa subjek mau
dua‟
49. mama, ini
kayak gajah.
[mama, ini kajaʔ
ɡaʝah]
„memberi tahu
kepada mama
bahwa benda yang
ditunjuk seperti
gajah‟
50. habis makan
yang banyak.
[habIs makan jaŋ
baɲak]
„subjek habis
makan dalam
jumlah yang
banyak‟
51. ni ulelnya,
ulelnya
panjang.
[ni ulǝlɲa ulǝlɲa
panjaŋ]
„menunjukkan
keberadaan ular
dan memberi tahu
bahwa ularnya
panjang‟
52. itu makanan,
bukan disuntik.
[itu makanan
bukan disUntIk]
„memberi tahu
bahwa itu
makanan, bukan
untuk disuntik‟
53. pak Hamim,
mau naik.
[paʔ hamIm
maU naIk]
„memberi tahu Pak
Hamim bahwa
subjek mau naik‟
54. di Jepang, ada
mamanya?
[di ʝǝpaŋ ada
mamaɲa]
„menanyakan
keberadaan
mamanya di
Jepang‟
55. di sini ada apa? [di sini ada apa] „menanyakan apa
62
yang ada di sini‟
56. aku mau yang
ini.
[aku mau jaŋ ini] „subjek
menginginkan
sesuatu yang ia
tunjuk‟
57. aku sudah
makan buah.
[aku sudah
makan buah]
„subjek sudah
makan buah‟
e) Ujaran lima kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 105 kata dari 21
ujaran lima kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.5
Ujaran Lima Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. tu, ada tai lalat
tu.
[tu ada tai lalat
tu]
„menunjuk
bahwa ada tahi
lalat‟
2. bu Osa, mau di
sini.
[bUʔ osa maU di
sini]
„memberi tahu
Bu Osa bahwa
subjek mau di
tempat yang ia
maksud‟
3. ini tarok di sini,
Ca.
[ini tarᴐʔ di sini
ca]
„Eca harus
meletakan
sesuatu yang
dimaksud Ar di
tempat yang Ar
tunjuk‟
63
4. ih, tidak
dipukul sama
aku.
[Ih tidaʔ dipukUl
sama aku]
„bukan Ar yang
memukul‟
5. bukan, mama
Ade antel Meli
[bukan mama ade
antǝl meli]
„yang mengantar
Meli adalah
mama Ade‟
6. kok cicaknya
mau mencali
makan?
[kᴐʔ cicaʔɲa maU
mǝncali makan]
„menanyakan
alasan cecak
menacari makan‟
7. mama Ina, ini
kasih eca?
[mama ina ini
kasIh eca]
„menanyakan
sesuatu untuk ke
Mama Ina
apakah diberikan
kepada Eca atau
tidak‟
8. tadi bunyinya
dinyala sama
polisi.
[tadi buɲiɲa
diɲala sama
polisi]
„polisi yang
menyalakan
bunyinya‟
9. iya, punya Owi,
kan baleng-
baleng.
[ija puɲa owi kan
balǝŋ-balǝŋ]
„milik Owi dan
dipakai bersama-
sama‟
10. ni Monita,
bulung
hantunya jatoh.
[ni monita bulUŋ
hantuɲa ʝatᴐh]
„burung hantunya
jatuh‟
11. jadi Monita,
jadi ininya
ditalik?
[ʝadi monita ʝadi
iniɲa ditalIk]
„subjek
menanyakan
apakah cara
penggunaannya
ditarik atau
tidak‟
64
12. Owi, ini owi
main
helikoptel?
[owi ini owi maIn
helikᴐptǝl]
„menanyakan
apakah Owi
bermain
helikopter‟
13. kok ininya naik
mobil ini?
[kᴐʔ iniɲa naIk
mobIl ini]
„menanyakan
alasan sesuatu
yang ditunjuk
naik mobil‟
14. Koli, ini nyali
yang Koli.
[koli ini ɲali yaŋ
koli]
„Ar mencari yang
mili Koli‟
15. naik ini,
helikoptel
kayak Koli?
[naIk ini
helikᴐptǝl kajaʔ
koli]
„naik helikopter
seperti Koli‟
16. aku suka naik
mobil, Monita.
[aku suka naIk
mobIl monita]
„subjek suka naik
mobil‟
17. Alesa, udah
ditalok di tas.
[alesa udah
ditalᴐʔ di tas]
„memberi tahu
Allesa bahwa
barangnya sudah
dimasukkan ke
dalam tas‟
18. punya Alfan itu,
lepas, ya?
[puɲa alfan itu
lǝpas ja]
„menanyakan
apakah punya
Arfan lepas‟
19. ma, ini lasanya
apa, ma?
[ma ini lasaɲa apa
ma]
„menanyakan
rasa‟
20. Hesti sama eca
sama Alfan.
[hԑsti sama eca
sama alfan]
„Hesti, Allesa,
dan Arfan‟
21. tadi ada
helikoptel yang
balu.
[tadi ada
helikᴐptǝl jaŋ
balu]
„ada helikopter
baru‟
65
f) Ujaran enam kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 78 kata dari 13
ujaran enam kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.6
Ujaran Enam Kata Ar
No. data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. bu Osa, tadi aku
ke taman.
[bUʔ osa tadi aku
kǝ taman]
„Ar ke taman‟
2. bukan, mama
Ade yang antel
Meli.
[bukan mama
ade jaŋ antǝl
meli]
„mama Ade yang
mengantar
Melly‟
3. ini enggak, ini
buat di lumah?
[ini ǝŋɡaʔ ini buat
di lumah]
„menanyakan
yang ditunjuk
untuk di rumah
atau tidak‟
4. ini enggak, buat
di lual itu.
[ini ǝŋɡaʔ buat di
lual itu]
„sesuatu yang
ditunjuk untuk di
luar‟
5. Monita, itu buat
apa yang ijo?
[monita itu buat
apa jaŋ iʝo]
„menanyakan
kegunaan sesuatu
yang ia tunjuk‟
6. ini aku sama
Tasya naik
mobil.
[ini aku sama taʃa
naIk mobIl]
„Ar dan Tasya
naik mobil‟
7. yang cewek,
naik ini yang
cewek.
[jaŋ cewԑʔ naIk
ini jaŋ cewԑʔ]
„perempuan naik
yang ini‟
8. kok dianya /kᴐʔ diaɲa ʝatᴐh „menanyakan
66
jatoh, kok
kasian banget.
kᴐʔ kasian baŋǝt/ alasan dia yang
dimaksud
terjatuh dan
mengasihani
yang terjatuh‟
9. ni mobil ada
banyak, ya ini?
/ni mobIl ada
baɲak ja ini/
„menanyakan
jumlah mobil‟
10. mis Lilo, tadi
keletanya ada
panjang.
/mIs lilo, tadi
kǝletaɲa ada
panʝaŋ/
„ada kereta yang
panjang‟
11. mis Lilo, tadi
aku liat keleta.
/mIs lilo tadi aku
liat kǝleta/
„Ar melihat
kereta‟
12. kayak cewek-
cewek di hape
pak Hamim
/kajaʔ cewԑʔ-
cewԑʔ di hape paʔ
hamIm/
„Seperti cewek-
cewek yang ada
di Hp Pak
Hamim‟
13. kak gak mau,
yang ini dulu.
[kaʔ ɡaʔ mau, jaŋ
ini dulu]
„subjek mau
melakukan yang
lain terlebih
dahulu‟
g) Ujaran tujuh kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 28 kata dari 4 ujaran
tujuh kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.7
Ujaran Tujuh Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. Bu Osa, [bUʔ osa „minum Azka
67
minumnya
Azka disimpan
di atas.
minUmɲa azka
disImpan di atas]
disimpan di atas‟
2. Monita, tadi
aku yang
malem aku bisa
[monita tadi aku
jaŋ malǝm aku
bisa]
„menyatakan
bahwa subjek
bisa‟
3. Owi gak boleh
liat, aku yang
punya.
[owi ɡaʔ bolԑh
liat aku jaŋ puɲa]
„larangan kepada
Owi untuk
melihat karena
milik Ar‟
4. Ini Alfannya
suka naik
sepeda ini tu.
[ini alfanɲa suka
naIk sǝpeda ini
tu]
„Ar suka naik
sepeda itu‟
h) Ujaran delapan kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 16 kata dari 2 ujaran
delapan kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.8
Ujaran Delapan Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. ini boneka ikut
kan ikut kan
mau gak?
[ini boneka ikUt
kan ikUt kan
maU ɡaʔ]
„menanyakan
kepada boneka
mau ikut atau
tidak‟
2. Eca suka naik
ini, naik mobil
eca enggak?
[eca suka naIk ini
naIk mobIl eca
ǝŋɡa]/
„menanyakan
apakah Eca suka
naik mobil atau
tidak‟
68
i) Ujaran sembilan kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 9 kata dari 1 ujaran
sembilan kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.9
Ujaran Sembilan Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. Enggak lagi
ngantel Meli,
Mama Ade
yang ngantel
Meli.
[ǝŋɡaʔ laɡi ŋantǝl
meli mama ade
jaŋ ŋantǝl meli]
„mama Ade
sedang
mengantar
Melly‟
j) Ujaran sepuluh kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 20 kata dari 2 ujaran
sepuluh kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.10
Ujaran Sepuluh Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. Monita, tadi
ada olang
meninggal tadi
ada pocong
yang loncat.
[monita tadi ada
olaŋ mǝnIŋɡal
tadi ada pocᴐŋ jaŋ
lᴐncat]
„ada orang yang
meninggal dan
ada pocong yang
loncat‟
2. aku juga naik
keleta kata bu
Lili, tadi aku
[aku ʝuɡa naIk
kǝleta kata bUʔ
lili tadi aku liat]
„Ar juga naik
kereta‟
69
liat.
k) Ujaran empat belas kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 14 kata dari 1 ujaran
empat belas kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-
ujaran tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.11
Ujaran Empat Belas Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. aku naik dulu
ya, aku liat
balon udala ya
pakek mobil
ini melah ya
[aku naIk dulu ja
aku liat balᴐn
udala ja pakԑʔ
mobIl ini melah
ja]
„Ar berimajinasi
naik balon udara
pakai mobil
merah‟
l) Ujaran lima belas kata
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 15 kata dari 1 ujaran
lima belas kata yang dihasilkan oleh Ar. Adapun ujaran-ujaran
tersebut yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.12
Ujaran Lima Belas Kata Ar
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. mis Lilo, tadi
aku liat keleta
kata bu Lili
aku naik keleta
kata bu Lili.
[mIs lilo tadi aku
liat kǝleta kata
bUʔ lili aku naIk
kǝleta kata bUʔ
lili]
„Ar tadi melihat
kereta dan kata
Bu Lili nanti Ar
naik kereta‟
70
b. Bl (41 Bulan)
1) Latar Belakang Bl (41 Bulan)
Bl lahir pada tanggal 08 November 2015. Menurut
pernyataan Supervisor Lembaga YSI, Bl lahir di salah satu rumah
sakit swasta di Jakarta dan dititipkan di Yayasan Sayap Ibu Jakarta
pada tanggal 11 April 2016. Bl dititipkan karena ia ditinggalkan
oleh orang tua dan keluarganya di rumah sakit. Maka dari itu,
pihak rumah sakit kemudian menghubungi Yayasan Sayap Ibu agar
Bl dapat diasuh dengan baik. Bl dilahirkan secara normal, tetapi ia
mengalami permasalahan tumbuh kembang yang lebih berat
dibandingkan subjek Ar. Bl baru bisa berjalan pada usia 2 tahun
karena kakinya tidak dapat tumbuh dengan sempurna. Sama halnya
dengan Ar, Bl juga mendapatkan berbagai terapi. Berhubung Bl
masuk di YSI pada usia 5 bulan, maka pada saat itu Bl langsung
mendapatkan terapi yang intensif. Akibat permasalahan tumbuh
kembang yang cukup berat, Bl memiliki berat badan dan postur
badan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan anak seusianya.
Bl merupakan 1 kelompok bermain dengan Ar. Maka dari
itu, Bl juga disekolahkan di tempat yang sama dengan Ar.
Berdasarkan hasil pengamatan, Bl cenderung lebih pendiam dan
suka melamun dibandingkan Ar. Subjek Bl lebih sering dan mudah
menangis. Selain itu, ia juga lebih sulit berkonsentrasi pada saat
belajar di sekolah. Meskipun demikian, Bl memiliki rasa ingin tahu
yang sangat tinggi terhadap sesuatu.3
2) Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian terhadap subjek Bl, diperoleh
681 kata dari 287 ujaran. Ujaran-ujaran tersebut terdiri atas 73
ujaran satu kata, 97 ujaran dua kata, 75 ujaran tiga kata, 29 ujaran
3Wawancara dengan Supervisor Lembaga Yayasan Sayap Ibu Jakarta pada 04 April 2019
pukul 11.00 WIB.
71
empat kata, 9 ujaran lima kata, 3 ujaran enam kata, dan 1 ujaran
sepuluh kata.
a. Ujaran satu kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan 75
ujaran satu kata. Adapun ujaran-ujaran yang dihasilkan Bl yaitu
sebagai berikut.
Tabel 4.13
Ujaran Satu Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. Iqis [IqIs] „Bilqis; salah
seorang anak
yang diasuh di
YSI‟
2. coklat [coklat] „cokelat; warna
cat air‟
3. melah [melah] „merah; warna
cat air‟
4. kakak [kakaʔ] „kakak,
panggilan untuk
peneliti‟
5. kuning [kunIŋ] „kuning; warna
cat air‟
6. kebalik [kǝbalIk] „terbalik‟
7. keltas [kǝltas] „kertas; lembaran
yang bisa ditulis‟
8. ijo [iʝo] „hijau; warna cat
air‟
9. ailnya [aIlɲa] „airnya‟
10. campul- [campUl-campUl] „campur-campur;
72
campul mengaduk-aduk‟
11. belubah [bǝlubah] „berubah;
menjadi lain dari
semula‟
12. iya [ija] „iya‟
13. olen [olԑn] „oranye; merah
kekuning-
kuningan‟
14. buka [bukaʔ] „buka‟
15. putih [putIh] „putih; warna cat
air‟
16. bisa [bisa] „bisa; mampu‟
17. takut [takUt] „takut; tida
berani‟
18. udah [udah] „sudah; telah
jadi‟
19. sakit [sakIt] „sakit; berasa
tidak nyaman di
tubuh karena
menderita
sesuatu‟
20. pelosyotan [pǝloʃᴐtan] „perosotan;
permainan anak-
anak yang
digunakan
dengan
meluncurkan
bagian badan ke
bawah‟
21. ayo [ajo] „ayo; mengajak‟
73
22. pelmisi [pǝlmisi] „permisi;
meminta izin
untuk lewat‟
23. keleta [kǝleta] „kereta;
kendaraan‟
24. tiga [tiɡa] „tiga‟
25. awas [awas] „awas; hat-hati‟
26. capek [capԑʔ] „capai; lelah;
letih‟
27. basah [basah] „basah‟
28. kelingetan [kǝliŋǝtan] „keringatan;
bercucur
keringat‟
29. antli [antli] „antre; menunggu
mendapatkan
giliran‟
30. doa [doʔa] „doa;
permohonan‟
31. buka [bukaʔ] „buka‟
32. gajah [ɡaʝah] „gajah; binatang
memiliki belalai
dan gading‟
33. kuda [kuda] „kuda; binatang
yang dipiara
orang sebagai
kendaraan atau
tunggangan‟
34. kula-kula [kula-kula] „kura-kura;
binatang melata
yang memiliki
74
tempurung‟
35. makan [makan] „makan;
memasukkan
sesuatu ke dalam
mulut‟
36. belom [bǝlᴐm] „belum; masih
dalam keadaan
tidak‟
37. cacing [cacIŋ] „cacing‟
38. saya [saja] „saya‟
39. batuk [batUk] „batuk;
mengeluarkan
bunyi yang keras
seperti menyalak
yang disebabkan
oleh penyakit
pada jalan
pernapasan atau
paru-paru‟
40. belhasil [bǝlhasIl] „berhasil;
mendatangkan
hasil‟
41. apel [apǝl] „apel; buah‟
42. anggul [aŋɡUl] „anggur; buah
yang batangnya
merambat dan
buahnya kecil-
kecil sebesar
kelereng‟‟
43. belesin- [belesIn-belesIn] „beres-beresin;
75
belesin berberes-beres‟
44. susun [susUn] „susun‟
45. Owi? [owi] „Owi; nama salah
seorang siswa di
sekolah Baby
Day Care‟
46. motol [motᴐl] „motor;
kendaraan beroda
dua‟
47. keltasnya [keltasɲa] „kertasnya‟
48. penghapus [pǝŋhapUs] „penghapus; alat
untuk menghapus
tulisan‟
49. ini [ini] „ini; menunjuk
sesuatu‟
50. mainan [maInan] „mainan; alat
untuk bermain‟
51. halum [halUm] „harum; wangi‟
52. azka [azka] „Azka; nama
salah seorang
siswa di PAUD
YSI‟
53. enak [enak] „enak; sedap;
lezat‟
54. amim [amIm] „Hamim; salah
seorang
pengasuh di YSI‟
55. ih [Ih] „ih; menyatakan
jijik dan takut‟
56. sapi [sapi] „sapi; binatang
76
pemamah biak‟
57. ulel [ulǝl] „ular; binatang
melata, tida
berkaki,
tubuhnya
memanjang dan
bersisik‟
58. disuntik [disUntIk] „disuntik;
dimasukkan
cairan obat ke
dalam badan‟
59. ondel-ondel [ᴐndԑl- ᴐndԑl] „ondel-ondel;
orang-orangan
dalam ukuran
besar terbuat dari
bahan ringan
yang digerak-
gerakkan oleh
orang yang
berada di
dalamnya‟
60. ada [ada] „ada‟
61. pesawat [pǝsawat] „pesawat; kapal
terbang‟
62. lagi [laɡi] „lagi; kembali
seperti semula‟
63. dibuang? [dibuaŋ] „dibuang?‟
64. yes [jes] „yes (dalam
bahasa Inggris),
yang berarti „iya‟
77
b. Ujaran dua kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan
ujaran dua kata sebanyak 194 kata dari 97 ujaran. Adapun
ujaran yang dihasilkan Bl yaitu sebagai berikut.
dalam bahasa
Indonesia‟
65. kucing [kucIŋ] „kucing‟
66 singa [siŋa] „singa‟
67. gigi [ɡiɡi] „gigi; tulang
keras dan kecil-
kecil berwarna
putih yang
tumbuh tersusun
dan berakar di
dalam gusi‟
68. balon [balᴐn] „balon; bola yang
terbuat dari karet
dan diisi udara‟
69. guguk [ɡuɡUk] „anjing‟
70. liat [liat] „lihat‟
71. badut [badUt] „badut; pelawak‟
72. cantik [cantIk] „cantik; indah;
elok‟
73. mulut [mulUt] „mulut; rongga di
muka, tempat
gigi dan lidah
untuk
memasukkan
makanan‟
78
Tabel 4.14
Ujaran Dua Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. mau ini. [maU ini] „mau ini; Bl
menginginkan
sesuatu yang ia
tunjuk‟
2. ih, sama! [Ih sama] „menyatakan
heran karena ada
yang sama‟
3. kamu gambal! [kamu ɡambal] „memerintahkan
untuk gambar‟
4. ih jatoh! [Ih ʝatᴐh] „menyatakan
heran karena ada
yang jatuh‟
5. walna hijau. [walna hiʝau] „warna hijau‟
6. ini apa? [ini apa] „menanyakan
sesuatu‟
7. melukis, ya? [mǝlukIs ja] „menanyakan
kegiatan yang Bl
lihat adalah
melukis atau
bukan‟
8. itu apa? [itu apa] „menanyakan
sesuatu yang
letaknya jauh dari
Bl‟
9. keltasnya
cakep.
[kǝltasɲa cakǝp] „kertasnya cakep
(bagus)‟
79
10. itunya sama. [ituɲa sama] „menyamakan
sesuatu yang Bl
tunjuk‟
11. bulu kucing. [bulu kucIŋ] „bulu kucing‟
12. kuningnya
sama.
[kunIŋa sama] „warna
kuningnya sama‟
13. minum, ya? [minUm ja] „menanyakan
boleh minum atau
tidak‟
14. aku mau. [aku maU] „aku mau‟
15. walna ini. [walna ini] „warna ini; Bl
menunjuk warna‟
16. aku bisa. [aku bisa] „aku bisa; Bl
bisa; mampu‟
17. aku takut. [aku takUt] „Bl tidak berani‟
18. nanti kena. [nanti kǝna] „nanti kena‟
19. gak mau. [ɡaʔ maU] „tidak mau;
penolakan‟
20. takut jatuh. [takUt jatUh] „Bl takut terjatuh‟
21. ada mainan. [ada maInan] „ada mainan;
mengnformasikan
bahwa ada
mainan‟
22. mainan ini. [maInan ini] „menunjuk
mainan‟
23. itu
pelosyotan.
[itu pǝloʃᴐtan] „menunjuk
perosotan yang
letaknya jauh
darinya‟
24. Alesa gulung- [alesa ɡulUŋ- „Allesa
80
gulung. ɡulUŋ] menggulung-
gulung sesuatu‟
25. ini o. [ini o] „ini huruf o‟
26. kakak Ani. [kakaʔ ani] „kakak Ani‟
27. sekalang aku. [sǝkalaŋ aku] „sekarang aku‟
28. buka kakak! [bukaʔ kakaʔ] „meminta untuk
dibuka‟
29. Owi, jangan! [owi ʝaŋan] „Owi dilarang
untuk melakukan
sesuatu‟
30. kak, kotol. [kaʔ kotᴐl] „Kak, kotor;
memberitahu
bahwa kotor‟
31. apa, ya? [apa ja] „menanyakan
sesuatu‟
32. kula-kula lagi. [kula-kula laɡi] „kura-kura lagi‟
33. gajah lagi. [ɡaʝah laɡi] „gajah lagi‟
34. ini kula-kula. [ini kula-kula] „menunjukkan
bahwa ada kura-
kura di dekatnya‟
35. yang belom. [jaŋ belᴐm] „yang belum‟
36. ih tutupnya. [Ih tutUpɲa] „ih tutupnya;
menyatakan rasa
takut kepada
tutup cat air‟
37. buah apa? [buah apa] „menanyakan
nama buah‟
38. ini pisang? [ini pisaŋ] „ini pisang‟
39. gak kebalik? [ɡaʔ kǝbalIk] „tidak terbalik?‟
40. jendela putih. [ʝǝndela putIh] „jendela berwarna
81
putih‟
41. kok sama? [koʔ sama] „kok sama?‟
42. buah apel. [buah apǝl] „buah apel‟
43. ini kebalik. [ini kǝbalIk] „ini terbalik‟
44. ke doktel? [ke dᴐktǝl] „ke dokter?‟
45. pak Hamim. [paʔ hamIm] „Pak Hamim‟
46. dibelesin lagi. [dibelԑsIn laɡi] „dibereskan lagi‟
47. ambil, ya? [ambIl ja] „ambil, ya?;
menanyakan
untuk diambil
atau tidak‟
48. mau susu. [mau susu] „mau susu; Bl
menginginkan
susu‟
49. ini dia. [ini dia] „ini dia;
menemukan
sesuatu yang
dcari‟
50. tarok situ. [tarᴐʔ situ] „taruh di situ;
memerintahkan
untuk meletakkan
sesuatu di tempat
yang Bl tunjuk‟
51. bikin ini. [bikIn ini] „bikin ini;
membuat sesuatu
yang ditunjuk‟
52. mana
hapusan?
[mana hapUsan] „mana
penghapus?;
menanyakan
letak penghapus‟
82
53. ini udah. [ini udah] „ini sudah‟
54. ini, ya? [ini ja] „ini, ya?;
memastikan‟
55. buang
sampah.
[buaŋ sampah] „buang sampah‟
56. itu Owi. [itu owi] „itu Owi;
menunjuk Owi,
teman Bl di Baby
Day Care‟
57. Alesa, ini. [alesa ini] „Allesa, ini;
menunjukkan
sesuatu yang
didekatnya
kepada Allesa‟
58. ini Iqis. [ini iqIs] „ini Bilqis;
menunjuk Bilqis‟
59. ni Alesa. [ni alesa] „ni Allesa;
menunjuk Allesa‟
60. kak, haus. [kaʔ haUs] „Kak, haus;
menyatakan
bahwa Bl haus
dan ingin minum‟
61. bu Osa [buʔ osa] „Bu Osha; guru di
PAUD YSI‟
62. Gazi, bu. [ɡazi buʔ] „Gazi, Bu; Bl
melaporkan Gazi
ke Bu Osha‟
63. gak ada. [ɡaʔ ada] „tidak ada; tida
punya‟
64. mau pindah. [maU pIndah] „Bl mau pindah‟
83
65. mama, dadah. [mama dadah] „Mama, dadah;
memberikan
salam perpisahan
kepada
mamanya‟
66. ini keleta. [ini kǝleta] „ini kereta;
menunjukkan
kereta (mainan)
yang ada di
dekatnya‟
67. aku mana? [aku mana] „aku mana?;
menanyakan
posisi atau
keberadaan Bl‟
68. mau jus. [mau ʝUs] „mau jus; Bl
menginginkan
jus‟
69. ih, jus. [Ih ʝUs] „ih jus;
menyatakan rasa
antusias akan
adanya jus‟
70. jangan
ditahan!
[ʝaŋan ditahan] „jangan ditahan!;
Bl melarang
lawan bicaranya
untuk menahan‟
71. ini kue. [ini kue] „ini kue‟
72. kue klupuk. [kue klupUk] „kue kerupuk; Bl
mengartikan
kerupuk sebagai
kue‟
84
73. ini disuntik. [ini disUntIk] „ini disuntik;
menunjukkan
bekas suntikan‟
74. ni bola. [ni bola] „ini bola;
menunjukkan
bola yang ada di
dekatnya‟
75. ni ikan. [ni ikan] „ini ikan;
menunjukkan
ikan yang ada di
dekatnya‟
76. buang, ya? [buaŋ ja] „menanyakan
harus dibuang
atau tidak‟
77. mau melihat. [mau mǝlihat] „mau melihat; Bl
ingin melihat‟
78. ni pesawat. [ni pǝsawat] „ini pesawat‟
79. ikut misis. [ikUt mIsIs] „Bl ingin ikut
dengan gurunya.‟
80. ada semut. [ada sǝmUt] „ada semut;
menyatakan ada
semut di
dekatnya‟
81 mama minum. [mama minUm] „mama minum;
Bl meminta
minum ke
mamanya‟
82. di sampah. [di sampah] „di sampah; di
tempat sampah‟
83. Putli mau. [Putli mau] „Puteri, mau; Bl
85
menginginkan
apa yang dimiliki
Puteri‟
84. ih kupu-kupu! [Ih kupu-kupu] „menyatakan
perasaan heran
dan takjub karena
melihat kupu-
kupu‟
85. mau ujan. [maU uʝan] „mau hujan; akan
terjadi hujan‟
86. kalo ini? [kalᴐʔ ini] „menanyakan
perbandingan
antara sesuatu
dengan sesuatu
yang ia tunjuk‟
87. mau pelmen. [mau pǝlmԑn] „Bl
menginginkan
permen‟
88. ih balon! [Ih balᴐn] „menyatakan
perasaan heran
karena melihat
balon‟
89. mau singa. [mau siŋa] „Bl
menginginkan
singa‟
90. ulang taun. [ulaŋ taUn] „ulang tahun‟
91. yang ini. [jaŋ ini] „yang ini;
menunjuk ulang
tahun yang
sedang
86
c. Ujaran tiga kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan 228
kata dari 76 ujaran tiga kata. Ujaran tersebut antara lain sebagai
berikut.
Tabel 4.15
Ujaran Tiga Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. saya, bu Osa. [saja bUʔ osa] „saya Bu Osha‟
2. lambutnya
walna bapak-
bapak.
[lambUtɲa walna
bapaʔ-bapaʔ]
„rambutnya
warna bapak-
bapak, warna
putih‟
3. walna apa,
ya?
[walna apa ja] „menanyakan
warna‟
4. ih ini belum. [Ih ini bǝlUm] „menyatakan rasa
takut karena
belum
dilaksanakan‟
92 iya balon. [ija balᴐn] „iya balon‟
93. sama
hapenya.
[sama hapeɲa] „sama Hp-nya‟
94. mau foto. [maU foto] „Bl mau ikut
berfoto
95. liat badut. [liat badUt] „Bl mau melihat
badut‟
96. aku walna. [aku walna] „Bl mau
mewarnai‟
97. kayak gigi? [kajaʔ ɡiɡi] „seperti gigi?‟
87
menyelesaikan
sesuatu‟
5. itu cantik,
kan?
[itu cantIk kan] „memastikan
yang ditunjuk
benar-benar
cantik‟
6. aku mau
kuning.
[aku maU kunIŋ] „Bl
menginginkan
warna kuning‟
7. aku walna
coklat.
[aku walna coklat] „Bl
menginginkan
warna cokelat‟
8. aku bunga ah. [aku buŋa ah] „Bl mau
menggambar
bunga‟
9. aku mau
coklat.
[aku maU coklat] „Bl
menginginkan
warna cokelat‟
10. ini walna
coklat.
[ini walna coklat] „ini warna
cokelat;
menunjuk cat air
berwarna
cokelat‟
11. aku walna ini. [aku walna ini] „Bl
menginginkan
warna yang
ditunjuknya‟
12. aku tiup aja. [aku tiUp aʝa] „aku tiup saja‟
13. kakak minta
tisu.
[kakaʔ mInta tisu] „Bl meminta tisu
ke kakak‟
88
14. mau walna
kuning.
[maU walna
kunIŋ]
„Bl
menginginkan
warna kuning‟
15. kakak, gak
bisa.
[kakaʔ ɡaʔ bisa] „Bl tidak bisa‟
16. itu ada lumah. [itu ada lumah] „menunjukkan
bahwa ada
rumah‟
17. aku mau naik. [aku maU naIk] „Bl mau naik‟
18. kak aku jatoh. [Kaʔ aku jatᴐh] „Bl terjatuh dan
melaporkan ke
kakaknya‟
19. Alesa, tu
Alesa.
[alesa tu alesa] „menunjuk-
nunjuk Allesa‟
20. ini punya
siapa?
[ini puɲa siapa] „menanyakan
kepemilikan
benda yang
ditunjuknya‟
21. ih, ada ikan! [Ih ada ikan] „menyatakan rasa
heran karena
adanya ikan‟
22. iya, ada ikan. [ija ada ikan] „membenarkan
adanya ikan‟
23. ih, ada kula-
kula!
[Ih ada kula-kula] „menyatakan rasa
heran karena ada
kura-kura‟
24. ini bukan
gajah?
[ini bukan ɡaʝah] „memastikan
bahwa yang
ditunjuk bukan
gajah‟
89
25. aku mau
gajah.
[aku mau ɡaʝah] „Bl
menginginkan
gajah‟
26. kakak, ini
apa?
[kakaʔ ini apa] „menanyakan
sesuatu‟
27. di sini ni. [di sini ni] „ada sesuatu di
dekatnya‟
28. aku minum,
ya?
[aku minUm ja] „meminta
persetujuan
untuk minum‟
29. buah apa, ya? [buah apa ja] „menanyakan
buah apa‟
30. Owi mana
Owi?
[owi mana owi] „mencari Owi‟
31. sustel aku
minum.
[sUstǝl aku
minUm]
„Bl meminta
minum kepada
suster‟
32. aku mau susu. [aku maU susu] „Bl mau minum
susu‟
33. kakak pulang,
ya?
[kakaʔ pulaŋ ya] „memastikan
kakak akan
pulang atau
tidak‟
34. bu Osa ingus. [bUʔ osa iŋUs] „memberitahu Bu
Osa bahwa ada
ingus di
hidungnya‟
35. gak mau bis. [ɡaʔ mau bIs] „Bl tidak mau
naik bus‟
36. itu bu Osa. [itu bUʔ osa] „menunjukkan
90
sesuatu yang jauh
darinya kepada
Bu Osha‟
37. ini walna apa? [ini walna apa] „menanyakan
warna‟
38. di bu Osa. [di bUʔ osa] „ada di Bu Osha‟
39. itu Iqis di
sekolah.
[itu iqIs di
sǝkolah]
„menunjukkan
bahwa Bilqis ada
di sekolah‟
40. awas, ini
siapa?
[awas ini siapa] „memerintahkan
untuk meminggir
dan menanyakan
seseorang‟
41. Alesa, yang
ini.
[alesa jaŋ ini] „menunjukkan
sesuatu ke
Allesa‟
42. Alfan, yang
ini.
[alfan jaŋ ini] „menunjukkan
sesuatu pada
Arfan‟
43. bu, sudah bu. [bUʔ sudah bUʔ] „Bl sudah
menyelesaikan
tugas dari guru‟
44. kakak, aku
bisa.
[kakaʔ aku bisa] „menyatakan
bahwa Bl bisa‟
45. ni belom ni. [ni belᴐm ni] „menyatakan
bahwa ada yang
belum selesai‟
46. bu Osa, tu. [bUʔ osa tu] „menunjukkan
sesuatu yang jauh
kepada Bu Osha‟
91
47. Azka, ini
belom.
[azka ini belᴐm] „menyampaikan
kepada Azka
bahwa ada yang
belum‟
48. Eca, jangan
dicolet!
[eca ʝaŋan dicolԑt] „melarang Allesa
untuk mencoret‟
49. oh, sama ibu. [ᴐh sama ibuʔ] „menyatakan rasa
yakin bahwa
barang yang ia
cari ada di ibu‟
50. aku mau susu. [aku maU susu] „Bl ingin minum
susu‟
51. aku mau liat. [aku maU liat] „Bl ingin
melihat‟
52. mau liat
doggy.
[maU liat dᴐɡi] „Bl ingin melihat
anjing‟
53. aku mau naik. [aku maU naIk] „Bl ingin naik‟
54. Eca, ada
nasinya.
[eca ada nasiɲa] „memberitahu
Allesa bahwa ada
nasi‟
55. nasi Allesa
itu.
[nasi alesa itu] „ada nasi Allesa
di sana‟
56. kue klupuk
ini.
[kue klupUk ini] „kerupuk‟
57. aku mau juga. [aku maU ʝuɡa] „Bl juga mau‟
58. bial aja, kotol. [bial aʝa kotᴐl] „biarkan saja
karena itu kotor‟
59. iya, lapal bu. [ija lapal bUʔ] „Bl lapar‟
60. ni ada cacing. [ni ada cacIŋ] „ada cacing‟
61. gak mau ah. [ɡaʔ maU ah] „tidak mau, ah;
92
menolak‟
62. itu bekas
Allesa.
[itu bǝkas alesa] „yang ditunjuk
adalah bekas
Allesa‟
63. kak, itu kak. [kaʔ itu kaʔ] „memberi tahu
kepada kakak
tentang seuatu
yang ia tunjuk‟
64. ambil lagi ya? [ambIl laɡi ja] „meminta
persetujuan
untuk mengambil
lagi sesuatu yang
dimaksud‟
65. aku jadi
mama.
[aku ʝadi mama] „Bl berpura-pura
menjadi mama‟
66. jadi mama
ondel-ondel.
[ʝadi mama ᴐndԑl-
ᴐndԑl]
„Bl berimajinasi
menjadi mama
ondel-ondel‟
67. itu udah
telbang.
[itu udah tǝlbaŋ] „itu sudah
terbang‟
68. itu sebelah
sana.
[itu sǝbǝlah sana] „itu di sebelah
sana‟
69. aku mau ini. [aku maU ini] „Bl
menginginkan
sesuatu yang ia
tunjuk‟
70. ini nenek noh. [ini nenԑʔ nᴐh] „menunjuk
nenek‟
71. kalo ini apa? [kalᴐʔ ini apa] „menanyakan
sesuatu yang ia
93
tunjuk‟
72. aku mau
ondel-ondel.
[aku maU ᴐndԑl-
ᴐndԑl]
„Bl ingin ondel-
ondel
73. aku mau
singa.
[aku maU siŋa] „Bl ingin singa‟
74. ini kayak ini. [ini kajaʔ ini] „menyamakan
sesuatu dengan
hal lainnya‟
75. aku mau
balon.
[aku maU balᴐn] „Bl mau balon‟
d. Ujaran empat kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan 116
kata dari 29 ujaran empat kata. Ujaran tersebut antara lain
sebagai berikut.
Tabel 4.16
Ujaran Empat Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. bukan ini, apa
ya?
[bukan ini apa ja] „mengingat-ingat
sesuatu‟
2. ini kakek, ini
nenek.
[ini kakԑʔ ini
nenԑʔ]
„ini kakek, ini
nenek‟
3. mis, aku mau
coklat.
[mIs aku maU
coklat]
„Bl meminta
warna cokelat ke
gurunya‟
4. aku mau
walna coklat.
[aku maU walna
coklat]
„Bl mau warna
cokelat‟
5. itu, aku walna
ini.
[itu aku walna ini] „menunjuk warna
apa yang ia
94
inginkan‟
6. ni, aku walna
ini.
[ni aku walna ini] „ni aku warna ini;
menunjuk warna
yang ada di
dekatnya yang ia
inginkan‟
7. yang balu
yang… ini.
[jaŋ balu aŋ ini] „yang baru
yang… ini‟
8. aku mau
walna kuning.
[aku maU walna
kunIŋ]
„Bl mau warna
kuning‟
9. kakak, gak
bisa kakak.
[kakaʔ ɡaʔ bisa
kakaʔ]
„Bl mengeluh
tidak bisa‟
10. ini ada
posyotan ini.
[ini ada poʃᴐtan
ini]
„memberi tahu
bahwa ada
perosotan‟
11. aku duduknya
di sini.
[aku dudUkɲa di
sini]
„memberi tahu
bahwa Bl
duduknya di sini‟
12. ih ada ikannya
dua.
[Ih ada ikanɲa
dua]
„menyatakan rasa
heran karena ada
dua ikan‟
13. kakak makan
lagi, ya?
[kakaʔ makan laɡi
ja]
„meminta
persetujuan
untuk makan
lagi‟
14. ada gajah lagi,
ya?
[ada ɡaʝah laɡi ja] „menanyakan
apakah ada gajah
lagi atau tidak‟
15. satu, tangan
ada dua.
[satu taŋan ada
dua]
„tangan ada dua‟
95
16. kakak Monita,
gak bisa.
[kakaʔ Monita ɡaʔ
bisa]
„Kakak Monita,
tidak bisa;
mengeluh tidak
bisa‟
17. eh, salah ni,
ya?
[eh salah ni ja] „menyatakan
ketakutannya
kalaumelakukan
kesalahan‟
18. bu Osa
minjem
penghapus.
[bUʔ osa mInjǝm
pǝŋhapUs]
„Bl meminjam
penghapus ke Bu
Osa‟
19. selamat siang,
bu Osa.
[sǝlamat siaŋ bUʔ
osa]
„memberi salah
kepada Bu Osa‟
20. ni buang
sampah, ya?
[ni buaŋ sampah
ja]
„meminta izin
untuk membuang
sampah‟
21. enggak, gak
mau bis.
[ǝŋɡaʔ ɡaʔ mau
bIs]
„tidak mau bus‟
22. mau minum,
susunya
coklat.
[maU minUm
susuɲa coklat]
„mau minum
susu cokelat‟
23. aku mau di
sini
[aku maU di sini] „Bl ingin di sini‟
24. ma, aku mau
pelmen.
[ma aku maU
pǝlmԑn]
„Bl
menginginkan
permen
25. mau ke mana,
ya?
[maU ke mana ja] „Bl bingung
hendak ke mana
26. aku sama pak
Hamim.
[aku sama paʔ
hamIm]
„Bl bersama Pak
Hamim‟
96
27. ini sendalnya
punya Putli.
[ini sǝndalɲa puɲa
putli]
„memberi tahu
bahwa senda
yang ia tunjuk
milik Puteri‟
28. kakak main
itu, yuk.
[kakaʔ maIn itu
jUʔ]
„Bl mengajar
bermain‟
29. iqis mau yang
ini.
[iqIs maU jaŋ ini] „Bilqis mau yang
ini (yang ia
tunjuk)‟
e. Ujaran lima kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan 35
kata dari 7 ujaran lima kata. Ujaran tersebut antara lain sebagai
berikut.
Tabel 4.17
Ujaran Lima Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. mau dilap,
aku mau
coklat.
[maU dilap, aku
maU coklat]
„Bl ingin dilap
dan ingin
cokelat‟
2. kakak, aku
mau yang
coklat.
[kakaʔ aku maU
jaŋ coklat]
„Bl meminta
warna cokelat‟
3. aku mau
walna yang
ini.
[aku maU walna
jaŋ ini]
„Bl
menginginkan
warna yang ia
tunjuk
4. aku talok
yang ini, ya?
[aku talᴐʔ jaŋ ini
ja]
„Bl meminta izin
untuk
97
meletakkan
sesuatu yang
ditunjuknya‟
5. aku suka
walna yang
coklat.
[aku suka walna
jaŋ coklat]
„Bl suka warna
cokelat‟
6. aku mau
nempel yang
balu.
[aku maU nempԑl
jaŋ balu]
„Bl mau
menempelkan
kertas yang baru‟
7. ih, mau itu
mau liat.
[Ih maU itu maU
liat]
„Bl ingin melihat
yang ia tunjuk‟
8. gak, kotolnya
gak ada
kotolnya.
[ɡaʔ kotᴐlɲa ɡaʔ
ada kotᴐlɲa]
„penolakan
bahwa tidak ada
yang kotor
9. ada nenek Fan
ada nenek
[ada nenԑʔ fan ada
nenԑʔ]
„memberi tahu
kepada Alfan
bahwa ada
nenek‟
f. Ujaran enam kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan 18
kata dari 3 ujaran enam kata. Ujaran tersebut antara lain
sebagai berikut.
Tabel 4.18
Ujaran Enam Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. aku mau
walna yang
balu yang…
[aku maU walna
jaŋ balu jaŋ]
„Bl ingin warna
yang baru‟
98
2. aku mau yang
ini, yang
coklat.
[aku maU jaŋ ini
jaŋ coklat]
„Bl ingin warna
cokelat‟
3. gak mau kaca
mata, aku
mau ini.
[ɡaʔ maU
kacamata aku maU
ini]
„Bl tidak mau
kacamata, ia
bersikeras untuk
menginginkan
benda yang ia
tunjuk‟
g. Ujaran sepuluh kata
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Bl menghasilkan 10
kata dari 1 ujaran sepuluh kata. Ujaran tersebut antara lain
sebagai berikut.
Tabel 4.19
Ujaran Sepuluh Kata Bl
No. Data Transkripsi
Fonetik
Makna
1. aku gak mau
ke doktel, aku
takut suntik,
aku nangis.
[aku ɡaʔ maU kǝ
dᴐktǝl aku takUt
sUntIk aku naŋIs]
„Bl tidak mau
disuntik, kalau
disuntik Bl
menangis‟
B. Pembahasan
1. MLU (Mean Length of Utterance)
Pada bagian pembahasan ini, penulis akan menganalisis rata-rata
panjang ujaran anak usia 4 tahun (Ar dan Bl) di Yayasan Sayap Ibu
Jakarta. Penulis memerlukan ujaran sebagai alat untuk menghitung MLU
dari tiap-tiap subjek penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Edisi V, ujaran adalah bagian kalimat atau kalimat yang
99
dilisankan.4 Ujaran yang diambil adalah segala jenis ujaran yang memiliki
makna baik secara leksikal maupun gramatikal.
Penulis menggunakan rumus MLU Brown untuk menghitung rata-rata
panjang ujaran Ar dan Bl. MLU dapat diperoleh dengan cara membagi
jumlah kata dengan jumlah ujaran. Sebelum menghitung MLU, maka yang
perlu dilakukan adalah mengklasifikasikan data berdasarakan jumlah
ujaran. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penulis dalam menghitung
jumlah ujaran dan jumlah kata. Berdasarkan hasil dari klasifikasi data,
maka diperoleh rata-rata panjang ujaran sebagai berikut:
a. Ar (48 bulan)
Jumlah ujaran yang dihasilkan oleh Ar berdasarkan hasil penelitian
yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.20
Jumlah Ujaran dan Jumlah Kata Ar
4Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
Daring, 2016, (kbbi.kemendikbud.go.id/entri/ujaran). Diakses pada tanggal 20 Juni 2019 pukul
09.30 WIB.
Ujaran Jumlah Ujaran Jumlah Kata
Satu kata 43 43
Dua kata 96 192
Tiga kata 86 258
Empat kata 57 228
Lima kata 21 105
Enam kata 13 78
Tujuh kata 4 28
Delapan kata 2 16
Sembilan kata 1 9
Sepuluh kata 2 20
Empat belas kata 1 14
Lima belas kata 1 15
Total 327 1006
100
MLU= Jumlah kata
Jumlah ujaran =
1006
327 = 3.07 kata per ujaran
Ar adalah satu-satunya anak laki-laki berusia 4 tahun (48 bulan)
yang tinggal di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Berdasarkan hasil
penelitian, Ar menghasilkan 1006 kata dari 327 ujaran. Ujaran
tersebut terdiri dari 43 ujaran satu kata, 96 ujaran dua kata, 86 ujaran
tiga kata, 57 ujaran empat kata, 21 ujaran lima kata, 13 ujaran enam
kata, 4 ujaran tujuh kata, 2 ujaran delapan kata, 1 ujaran sembilan kata,
2 ujaran sepuluh kata, 1 ujaran empat belas kata, dan 1 ujaran lima
belas kata. Setelah diklasifikasikan berdasarkan jumlah kata,
selanjutnya rata-rata panjang ujaran (MLU) Ar dihitung berdasarkan
rumus Brown, yaitu jumlah kata dibagi dengan jumlah ujaran. Setelah
dihitung, maka diperoleh rata-rata panjang ujaran atau MLU Ar
sebanyak 3,07 kata per ujaran. Artinya, panjang ujaran Ar berdasarkan
teori Brown berada pada tahap IV (empat), sedangkan pada usia 4
tahun atau 48 bulan anak seharusnya berada pada tahap V (lima). Hal
ini menunjukkan bahwa panjang ujaran Ar masih di bawah rata-rata.
b. Bl (41 bulan)
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh jumlah ujaran yang
dihasilkan oleh subjek Bl adalah sebagai berikut.
Tabel 4.21
Jumlah Ujaran dan Jumlah Kata Bl
Ujaran Jumlah Ujaran Jumlah Kata
Satu kata 73 73
Dua kata 97 194
Tiga kata 75 225
Empat kata 29 116
Lima kata 9 45
101
M
MLU= Jumlah kata
Jumlah ujaran=
681
287 = 2.37 kata per ujaran.
Berdasarkan tabel di atas, Bl menghasilkan ujaran sebanyak 681
kata dari 287 ujaran. Ujaran tersebut terdiri atas 73 ujaran satu kata, 97
ujaran dua kata, 75 ujaran tiga kata, 29 ujaran empat kata, 9 ujaran
lima kata, 3 ujaran enam kata, dan 1 ujaran sepuluh kata. Berdasarkan
hasil penghitungan rata-rata panjang ujaran anak (MLU) menggunakan
rumus Brown, yaitu jumlah kata dibagi jumlah ujaran, maka diperoleh
hasil sejumlah 2,37 kata per ujaran. Artinya, rata-rata panjang ujaran
(MLU) Bl yaitu 2,37 kata per ujaran. Jika disesuaikan dengan tabel
Brown, maka rata-rata panjang ujaran Bl berada pada tahap II (dua).
Hal ini berarti kemampuan berbahasa pada Bl berada di bawah rata-
rata karena menurut teori Brown anak usia 41 bulan seharusnya berada
pada tahap V (lima).
Berdasarkan data yang telah dihitung, baik Ar maupun Bl, keduanya
memiliki MLU di bawah rata-rata. Rendahnya MLU yang dimiliki oleh Ar
dan Bl menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa yang mereka miliki juga
rendah. Rendahnya pemerolehan bahasa akan berpengaruh pada
kemampuan berbahasa terutama kemampuan berbicara pada anak.
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang diperlukan anak
untuk menyampaikan pikiran, keinginan, gagasan, serta pendapatnya. Oleh
karena itu, pemerolehan bahasa perlu diperhatikan kembali guna
kemampuan bahasa anak yang baik.
Enam kata 3 18
Sepuluh kata 1 10
Total 287 681
102
Tabel 4.22
MLU Ar dan Bl
Subjek Usia (Bulan) MLU Tahapan
Ar 48 Bulan 3.07 IV
Bl 41 Bulan 2.37 II
Jumlah MLU yang diperoleh Ar yaitu 3.07 kata per ujaran, sedangkan
MLU yang diperoleh Bl adalah 2.37 kata per ujaran. Artinya, berdasarkan
teori Brown, Ar berada pada tahap IV (empat), sedangkan Bl berada pada
tahap II (dua). Data ini menunjukkan bahwa meskipun mereka memiliki
rentang usia yang sama, tetapi ternyata mereka memiliki panjang ujaran
yang berbeda. Berdasarkan teori Brown, anak yang memiliki usia yang
sama akan memiliki MLU yang sama pula.5 Namun, penelitian terhadap 2
subjek penelitian di YSI (Ar dan Bl) menunjukkan hasil yang berbeda dan
berada di bawah rata-rata. Artinya, anak yang memiliki usia yang sama,
belum tentu memiliki MLU yang sama pula.
Berdasarkan teori Brown, anak yang memiliki usia 41 bulan ke atas,
seharusnya memiliki MLU yang berada pada tahap V, bukan berada pada
tahap II ataupun IV, seperti yang terjadi pada kedua subjek penelitian.
Tahapan II dalam teori Brown merupakan tahapan yang seharusnya
dicapai oleh anak dengan rentang usia 2.0-2.5 tahun. Adapun tahap IV
merupakan tahapan yang seharusnya dicapai oleh anak usia 3.0-4.0 tahun.
Artinya, jika melihat pada tahapan tersebut, pemerolehan bahasa pada Ar
dan Bl berada di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan teori Brown.
Berdasarkan penelitian relevan, rendahnya MLU pada anak usia 4
tahun juga terjadi pada subjek dalam penelitian yang berjudul “The
Analysis of Utterances Produced by 3 and 4 Years Old Children” yang
dilakukan oleh Maria Hutabarat, M. Zaim, dan Rusdi Noor Rosa. Anak
usia 4 tahun dalam penelitian tersebut memiliki MLU yang berada pada
5David Ingram, First Language Acquisition: Method, Description, and Explanation,
(New York: University of Cambridge Press, 1999), h. 50.
103
tahap IV (3.02, 3.28, dan 3.4).6 Temuan yang sama juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rayhan Rianda Nasution,
mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Fakultas Sastra Inggris pada tahun
2017 dengan judul tesis “The Analysis of Utterances Produced by 3 and 4
Years Old Children”. Anak usia 4 tahun yang menjadi subjek dalam
penelitian ini memiliki MLU 2.59 kata per ujaran dan berada pada tahap
III.7 Selain itu, hasil penelitian yang relevan juga terjadi pada anak usia 4
tahun (48 bulan) dalam penelitian yang berjudul “Pemerolehan Bahasa
Anak di Sumatera Barat” dalam Jurnal Lingua tahun 2018 oleh Marsis dan
Witri Annisa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak usia 48
bulan memiliki MLU 3.66 dan 3.3 yang berarti berada pada tahap IV.8
Berdasarkan teori Brown dan penelitian yang relevan, terdapat
ketidakrelevansian antara teori dan hasil penelitian yang terjadi di
lapangan. Hasil penelitian dari beberapa penelitian relevan yang telah
disebutkan di atas menunjukkan bahwa MLU yang dihasilkan anak usia 4
tahun berada di bawah standar tahapan yang telah ditetapkan Brown.
Marsis dan Witri Annisa, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas
Bung Hatta, dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa
Anak di Sumatera Barat” dalam Jurnal Lingua tahun 2018, menyatakan
bahwa ketidaksesuaian hasil MLU yang terjadi di lapangan dengan
tahapan MLU yang telah ditetapkan oleh Brown dipengaruhi faktor
perbedaan bahasa yang diteliti. Pada penelitian yang relevan, peneliti
meneliti subjek yang memiliki B1 bahasa Indonesia, sedangkan B1 subjek
dalam teori Brown bukan bahasa Indonesia. Namun, anggapan tersebut
belum dapat diterima sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.9
6Mastaria Hutabarat dkk, “The Analysisi of Utterances Produced by 3 and 4 Years Old
Children”dalam Jurnal English Language and Literature E-Journal Vol. 1 No.1, September 2012,
ISSN 2302-3546, h. 1. 7Muhammad Rayhan Rianda Nasution, “The Analysis of Utterances by 3 and 4 Years Old
Children”, Tesis pada Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2017,
(http://repositori.usu.ac.id). Diakses tanggal 23 November 2018 pukul 16.33 WIB. 8 Marsis dan Witri Annisa, “Pemerolehan Bahasa Anak di Sumatera Barat (Kajian Mean
Length of Utterance [MLU]”dalam Jurnal Lingua Vol. XIV, Januari 2018, h.35. 9Ibid., h. 40
104
2. Faktor Pemerolehan Bahasa
Berdasarkan beberapa teori dan pendapat yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya (bab II), bahasa diperoleh dari dua faktor utama,
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor yang berasal
dari dalam diri sang anak yang meliputi faktor LAD, faktor genetik
(keturunan), intelegensi, usia, kesehatan, dan jenis kelamin. Adapun
faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri sang anak, seperti faktor
motivasi yang melibatkan stimulus dan respons, lingkungan (baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial), dan milieu.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa dua
subjek penelitian, yaitu Ar (48 bulan) dan Bl (41 bulan), memiliki MLU
atau panjang ujaran di bawah rata-rata. Keduanya memiliki MLU yang
berada di tahap yang berbeda. Subjek Ar berada pada tahap IV (empat),
sedangkan Bl berada pada tahap II (dua). Rata-rata panjang ujaran dari
kedua subjek penelitian tergolong rendah karena pada usia tersebut mereka
seharusnya berada di tahap V (lima), bukan pada tahap II (dua) ataupun IV
(empat). Rendahnya MLU dari kedua subjek penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan berbahasa mereka juga rendah. Rendahnya
kemampuan berbahasa dari subjek yang diteliti disebabkan oleh dua
faktor, antara lain sebagai berikut.
a. Faktor Dalam
Faktor dalam adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa Ar dan
Bl adalah faktor kesehatan meliputi lahir secara prematur dan lambat
bicara.
1) Lahir secara prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
Akibatnya, sebagian besar organ tubuhnya juga belum berfungsi
dengan baik karena kelahirannya yang masih dini. Organ tubuh
105
bayi prematur umumnya belum dapat bekerja secara sempurna. Hal
ini mengakibatkan bayi prematur sulit menyesuaikan diri dengan
kehidupan di luar rahim sehingga ia pun banyak mengalami
gangguan.10
Menurut penelitian Zwiten, Brand and Wit tahun 2003
dalam Mariyana, menyatakan bahwa prematur akan menyebabkan
keterlambatan mental anak, keterlambatan dalam perkembangan
bicara dan bahasa, serta berpengaruh terhadap konsentrasi dan
perilaku.11
Sejalan dengan pendapat tersebut, Endarwati dalam
Putri dkk, menyatakan bahwa bayi yang terlahir prematur memiliki
permasalahan dengan perkembangan otak dan perkembangan
emosi. Beberapa risiko gangguan tumbuh kembang bayi prematur,
yaitu: pendengaran dan penglihatan, kemampuan bahasa,
psikomotorik dan perilaku, kemampuan kognitif, dan
perkembangan emosional. Kemampuan unik manusia untuk
memperoleh bahasa adalah hasil dari berfungsinya sistem syaraf.
Ketidaksempurnaan pada sistem syaraf akan memengaruhi
kemampuan berbahasa seseorang.12
Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prematur dapat
menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan berbahasa
pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Ar dan Bl memiliki
kemampuan berbahasa yang rendah karena faktor bawaan. Subjek
Ar terlahir secara prematur, akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan subjek Ar pun terlambat, seperti berat badan,
kemampuan merangkak, berjalan, berbicara, dan sebagainya.
10
Yunisa Priyono, Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter, (Yogyakarta: Media Pressindo,
2010), h.29. 11
Rina Mariyana, “Hubungan Riwayat Prematur dengan Tumbuh Kembang Anak Usia
Satu Tahun: dalaam Jurnal Human Care Vol. III, Oktober 2018, h. 5. (https://ojs.fdk.ac.id).
Diakses pada tanggal 10 Agustus 2019 pukul 15.00 WIB. 12
Anisah Kartika Putri dkk, “Kemampuan Berbahasa Anak Lahir Prematur Usia Dua
Tahun: Kajian Psikolinguistik” dalam Jurnal Arkhais Vol. IX, Juni 2018, h.2.
(https://journal.unj.ac.id). Diakses pada tanggal 10 Agustus 2019 pukul 15.00.
106
Subjek Ar baru menujukkan perkembangan pada usia 2.5 tahun.
Berbeda dengan subjek Bl, Bl tidak terlahir secara prematur. Akan
tetapi Bl memiliki keterlambatan dalam tumbuh kembang yang
menyebabkan Bl dalam berjalan. Subjek Bl baru bisa berjalan pada
usia 2 tahun. Hal ini karena tubuhnya tidak tumbuh dan
berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pada usia 4 tahun
mereka memiliki postur badan yang lebih kecil dibandingkan
dengan anak seusia mereka lainnya.
Keterlambatan tumbuh kembang ini juga berdampak pada
kemampuan berbahasa Ar dan Bl. Hal ini disebabkan karena
keterlambatan tumbuh kembang membuat alat ujar atau orang
wicara mereka juga mengalami keterlambatan dalam tumbuh
kembang. Akibatnya, kemampuan berbicara mereka berada di
bawah standar yang telah ditetapkan Brown. Meskipun demikian,
sejak usia 5 bulan mereka sudah diberikan berbagai terapi seperti
fisioterapi, terapi SI (Sensori Integrasi), dan terapi wicara. Terapi
ini ternyata cukup membantu karena pada usia 2.0-2.5 tahun kedua
subjek penelitian telah menunjukkan berbagai perkembangan dari
tubuhnya.
2) Lambat bicara (speech delay)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Supervisor Lembaga
Yayasan Sayap Ibu Jakarta, subjek penelitian Ar dan Bl mengalami
gangguan lambat bicara (speech delay) sejak kecil. Lambat bicara
(speech delay) adalah kegagalan mengembangkan kemampuan
berbicara pada anak yang diharapkan dapat dicapai pada usianya.
Keterlambatan dalam berbicara dapat disebabkan oleh adanya
keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum dicapainya
tingkat kematangan seperti kematangan organ bicara. Selain itu,
107
gangguan ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya stimulasi atau
kurang terpapar dalam lingkungan sosial.13
Berdasarkan hasil observasi, subjek Ar dan Bl mengalami
permasalahan dalam tumbuh kembangnya. Akibatnya, hal tersebut
memengaruhi kematangan alat ujar kedua subjek. Selain itu, anak-
anak yang tinggal dan diasuh di YSI biasanya tidak diperbolehkan
untuk bermain di luar lingkungan yayasan serta tidak diizinkan
untuk berkomunikasi dengan orang luar tanpa perizinan dari pihak
yayasan. Hal tersebut menyebabkan kehidupan sosial dan
bermasyarakat Ar dan Bl terbatas, sehingga stimulus yang mereka
dapatkan juga terbatas. Selain stimulus dari lingkungan luar
yayasan, di YSI pengasuh biasa menggunakan bahasa sehari-hari
yaitu bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan antar-pengasuh
atau antar-karyawan. Namun, bahasa yang digunakan pengasuh
untuk berkomunikasi dengan anak-anak adalah bahasa Indonesia.
Selain pengasuh yang menggunakan bahasa Jawa, di YSI sering
dikunjungi oleh volunter-volunter asing yang tidak terlalu lancar
menggunakan bahasa Indonesia. Volunter ini sering mengadakan
kegiatan di YSI dalam kurun waktu yang cukup lama, berkisar
antara 3-4 bulan dengan berbagai kegiatan rutin setiap minggunya.
Penggunaan bahasa sang ibu yang beraneka ragam yang menjadi
salah satu penyebab kedua subjek penelitian mengalami lambat
bicara (speech delay).
Meskipun kedua anak yang menjadi subjek penelitian
mengalami keterlambatan dalam berbicara (speech delay), pihak
yayasan telah memberikan terapi kepada mereka guna
meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemampuan lainnya.
Kedua anak ini mengikuti beberapa terapi, yaitu fisioterapi, terapi
Sensori Integrasi (SI), dan terapi wicara. Terapi ini sangat berguna
13
Adika M., “Bagaimana Mendidik Anak yang Bandel?”, dalam Majalah Kesehatan
Muslim Edisi VI, (Yogyakarta: Pustaka Muslim, 2013), h. 17.
108
dalam memberikan stimulus kepada anak guna meningkatkan
tumbuh kembang dari kedua subjek penelitian.
b. Faktor Luar
Faktor luar adalah faktor pendorong yang berasal dari luar diri si
anak. Adapun faktor luar yang memengaruhi pemerolehan bahasa pada
Ar dan Bl adalah sebagai berikut.
1) Lingkungan keluarga atau tempat tinggal
Tempat tinggal menjadi faktor yang memengaruhi
kemampuan berbahasa seorang anak. Berhubung anak yang
menjadi subjek penelitian peneliti adalah anak yang tidak diasuh
oleh keluarga kandung, maka anak-anak tersebut diasuh dan
tinggal di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Keluarga memiliki peranan
yang sangat penting terutama dalam memberikan perhatian, kasih
sayang, serta stimulus yang mampu merangsang anak
meningkatkan kemampuan berbicara. Sebelum anak mampu
berbicara, anak biasanya terlebih dahulu menyimak orang tuanya
yang berbicara, baru kemudian akan meniru apa yang dikatakan
dan diperbuat oleh orang tuanya. Berhubung anak yang tinggal di
YSI adalah anak yang tidak memiliki orang tua, maka yang
menjadi orang tua mereka adalah perawat yang mengasuh mereka
atau pramusiwi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti, bayi-bayi yang masih belum bisa berjalan biasanya hanya
dibiarkan di dalam ruangan bayi. Pramusiwi hanya mengawasi
tanpa ada kegiatan interaksi intensif seperti yang biasa dilakukan
oleh seorang ibu atau orang tua pada umumnya. Setiap anak yang
sudah memasuki ruang kamar, maka tidak boleh ada seorang pun
yang memasuki ruangan tersebut kecuali pramusiwi atau penjaga
yang bertugas. Hal ini menyebabkan kegiatan interaksi yang terjadi
antara pramusiwi dan anak hanya sekadar saja. Padahal, anak
109
seharusnya sering diajak berinteraksi sejak bayi agar nantinya ia
dapat menyimak serta meniru ujaran yang disampaikan
pengasuhnya.
Meskipun anak-anak yang tinggal di YSI tidaklah sedikit,
tetapi hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar terhadap
kemampuan berbahasa pada anak-anak di sana. Terlebih lagi anak-
anak yang diasuh bukanlah anak-anak yang normal, melainkan
anak-anak yang memiliki masalah dalam tumbuh kembang. Jarang
sekali terdapat anak-anak normal yang masih berada di dalam
yayasan tersebut karena jika anak tersebut normal biasanya sudah
diadopsi oleh orang lain, terutama jika anak tersebut masih bayi
atau berusia di bawah 5 tahun. Oleh karena itu, meskipun kedua
subjek penelitian diasuh dan tinggal di lingkungan yang ramai
dengan anak-anak, kemampuan berbahasa mereka masih di bawah
rata-rata.
2) Lingkungan di luar tempat tinggal
Selain lingkungan di dalam tempat tinggal, lingkungan sekitar
di luar tempat tinggal juga akan memengaruhi keterampilan
berbahasa pada anak. Subjek Ar dan Bl tinggal di yayasan yang
terletak di lingkungan padat penduduk. Yayasan Sayap Ibu Jakarta
terletak di pinggir jalan raya. Adapun pada bagian kanan kiri
yayasanmerupakan gedung sekolah serta tempat perbelanjaan. Hal
ini menyebabkan anak-anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta tidak
diperbolehkan main di luar gerbang yayasan, apalagi tanpa adanya
pengawasan dari pramusiwi. Anak-anak biasanya hanya
diperbolehkan bermain di dalam gedung yayasan atau taman yang
berada di depan PAUD Yayasan Sayap Ibu. Oleh karena itu, anak-
anak tidak bisa berinteraksi dengan sembarang orang, apalagi
orang luar yang tidak memiliki kepentingan khusus. Jika dicermati,
hal ini dianggap wajar mengingat anak yang diasuh di YSI adalah
110
anak-anak yang berkebutuhan khusus dan/atau anak yang memiliki
kekurangan secara fisik, maka kekhawatiran kepada anak yang
lepas kendali tidak bisa dihindarkan.
3) Lingkungan sekolah
Sekolah menjadi salah satu tempat di mana anak mampu
meningkatkan kemampuan berbahasanya. Selain karena di dalam
kelas belajar tentang bahasa, di sekolah juga terjadi interaksi antara
guru dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik
lainnya. Kedua subjek penelitian yaitu Ar dan Bl mengikuti
kegiatan pembelajaran di dua sekolah yang berbeda. Setiap hari
Senin dan Kamis mereka bersekolah di PAUD Yayasan Sayap Ibu
yang terletak di sebelah gedung Yayasan Sayap Ibu Jakarta.
Adapun pada hari Rabu dan Jumat mereka bersekolah di Baby
Kangaaroo Kids and Baby Daycare Jakarta yang terletak di Jalan
Cikanjang No.56, Kebayoran Baru.
Di PAUD YSI mereka tidak bisa mengikuti pembelajaran
dengan baik. Hal ini dikarenakan usia mereka masih sangat kecil
yaitu 4 tahun dengan latar belakang lambat bicara (speech delay),
sedangkan teman-teman yang lainnya sudah berusia di atas mereka.
Beberapa siswa ada pula yang juga mengalami speech delay atau
lambat bicara, tetapi ia sudah berusia 7 tahun dan sudah
diperbolehkan masuk ke sekolah yang normal. Di PAUD YSI,
anak Ar bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, tetapi
untuk Bl sulit diatur karena ia sering melamun dan terkadang tidak
mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Perbedaan
usia dan kemampuan antara kedua subjek penelitian dan teman-
temannya yang berada di PAUD YSI memengaruhi kegiatan
berinteraksi anak. Anak jarang berinteraksi dan mengungkapkan
keingingannya. Beda halnya di Baby Kangaroo Kids and Baby
Daycare yang mana tempat tesebut lebih difokuskan untuk
111
kelompok bermain dan tempat penitipan anak, sehingga Ar dan Bl
lebih bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dan bermain di sana.
Mereka juga mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik
karena masih seumur dan bahkan ada yang lebih kecil dari mereka.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa subjek Ar (48
bulan) dan Bl (41 bulan) memiliki MLU di bawah rata-rata atau tergolong
rendah. Subjek Ar (48 bulan) memiliki MLU 3.07 kata per ujaran atau
berada pada tahap IV (empat), sedangkan Bl (41 bulan) memiliki MLU
2.37 kata per ujaran atau berada pada tahap II (dua). Meskipun kedua
subjek penelitian memiliki MLU di bawah rata-rata, tetapi Ar memiliki
MLU di atas Bl. Hal ini disebabkan oleh faktor kesehatan. Menurut
Pernyataan Supervisor Lembaga YSI, Bl mengalami permasalahan tumbuh
kembang lebih parah dibandingkan Ar. Selain itu, meskipun mereka
memiliki rentang usia 4 tahun, usia Bl berbeda 7 bulan lebih muda
dibandingkan Ar.14
Hal ini menyebabkan kematangan alat ujar Bl belum
semaksimal Ar.
Rendahnya MLU pada kedua subjek penelitian disebabkan oleh 2
faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh
faktor kesehatan yang terdiri atas faktor lahir prematur, dan lambat bicara
(speech delay). Adapun faktor luar meliputi lingkungan keluarga atau
tempat tinggal, lingkungan sekitar atau di luar tempat tinggal, dan
lingkungan sekolah. Marsis dan Witri Annisa, Dosen Pendidikan Bahasa
Indonesia, Universitas Bung Hatta, dalam penelitiannya yang berjudul
“Pemerolehan Bahasa Anak di Sumatera Barat” dalam Jurnal Lingua tahun
2018, menyatakan bahwa ketidaksesuaian hasil MLU yang terjadi di
lapangan dengan tahapan MLU yang telah ditetapkan oleh Brown
dipengaruhi faktor perbedaan bahasa yang diteliti. Pada penelitian yang
relevan, peneliti meneliti subjek yang memiliki B1 bahasa Indonesia,
sedangkan B1 subjek dalam teori Brown bukan bahasa Indonesia. Namun,
14
Wawancara dengan Supervisor Lembaga Yayasan Sayap Ibu Jakarta pada 04 April
2019 pukul 11.00 WIB.
112
anggapan tersebut belum dapat diterima sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.15
Berdasarkan hasil pengamatan, subjek Ar dan Bl lebih banyak
berkomunikasi di lingkungan sekolah dibandingkan lingkungan tempat
tinggal. Hal ini dikarenakan di lingkungan sekolah anak lebih banyak
mendapatkan motivasi dan stimulus untuk berbicara daripada di tempat
tinggal. Di sekolah, mereka bertemu dengan teman-teman yang seusia.
Selain itu, banyak permainan dan media yang mampu merangsang rasa
ingin tahu anak sehingga mereka akan banyak berbicara. Peran aktif guru
yang selalu intensif mengawasi dan merespon segala pertanyaan anak juga
memengaruhi kemampuan berbahasa mereka. Jika dibandingan dengan
tempat tinggal, Ar dan Bl cenderung hanya diawasi dan dibiarkan bermain
bebas di lingkungan yayasan. Selain itu, teman sepermainan di yayasan
pun hanya 4-5 orang dengan usia yang berbeda jauh sehingga ketika
bermain pun mereka bermain sendiri dengan teman dekatnya.
Meskipun pengasuhan yang diberikan oleh YSI tidak semaksimal
pengasuhan yang diberikan oleh orang tua, tetapi YSI memberikan terapi
kepada anak-anak asuhnya, terutama anak-anak yang berkebutuhan
khusus. Subjek Ar dan Bl sejak usia 5 bulan sudah mendapatkan terapi
fisioterapi, terapi Sensori Integrasi (SI), dan terapi wicara. Meskipun
keduanya sudah diberi terapi, pengobatan, serta pengawasan maksimal
oleh yayasan, tetapi tetap saja pengasuhan, pengawasan, dan terapi terbaik
ada pada orang tua dan keluarga. Hal ini karena di lingkungan keluarga
anak akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh dan
intensif, sehingga akan memberikan dorongan dan stimulus yang besar dan
efektif bagi tumbuh kembang anak.
15
Marsis dan Witri Annisa, “Pemerolehan Bahasa Anak di Sumatera Barat (Kajian Mean
Length of Utterance [MLU]”dalam Jurnal Lingua Vol. XIV, Januari 2018, h. 40.
113
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan landasan teoretis dan hasil penelitian terhadap rata-rata
panjang ujaran anak usia 4 tahun di Yayasan Sayap Ibu Jakarta, maka penulis
dapat menarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Penelitian terhadap dua subjek (Ar dan Bl) menghasilkan rata-rata panjang
ujaran (MLU) di bawah rata-rata. Subjek Ar (48 bulan) memiliki MLU
3.07, artinya panjang rata-rata Ar berada pada tahap IV (empat). Adapun
subjek Bl (41 bulan) memiliki MLU 2.37 dan berada pada tahap II (dua).
Menurut teori Brown tentang MLU, anak yang memiliki usia 41 bulan ke
atas seharusnya memiliki MLU 4.0 ke atas dan berada pada tahap V
(lima), sedangkan Ar dan Bl memiliki MLU di bawah tahapan yang telah
ditentukan Brown.
2. Pemerolehan bahasa Ar dan Bl dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam yaitu faktor kesehatan yang meliputi
faktor prematur dan faktor gangguan lambat bicara (speech delay).
Adapun faktor luar meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan luar
sekitar tempat tinggal dan faktor lingkungan sekolah. Ketidaksesuaian
hasil MLU yang terjadi di lapangan dengan tahapan MLU yang telah
ditetapkan oleh Brown bisa pula dipengaruhi faktor perbedaan bahasa
yang diteliti oleh Brown dan peneliti. Namun, anggapan tersebut belum
dapat diterima sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Meskipun
keduanya sudah diberikan terapi, pengobatan, serta perlakuan khusus yang
maksimal, tetapi tetap saja pengasuhan dan terapi terbaik ada pada orang
tua dan keluarga.
114
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran yang diajukan
penulis, yaitu:
1. Saran untuk pihak Yayasan Sayap Ibu Jakarta, rata-rata panjang ujaran
anak usia 4 tahun di Yayasan Sayap Ibu Jakarta masih tergolong rendah,
maka dari itu diperlukan motivasi dan stimulus yang efektif dari
lingkungan tempat tinggal. Misalnya, pramusiwi mengajak anak berbicara
dengan intensif agar kosakata yang dimiliki anak juga bertambah.
2. Pengasuhan terbaik berada pada orang tua dan keluarga, maka dari itu
tidak sepatutnya orang tua dan keluarga menitipkan atau meninggalkan
anak di panti asuhan atau rumah sakit.
115
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Anas dan Mohammad Jauhar. Dasar-dasar Psikolinguistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Jakarta. 2015.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi V Daring. 2016. (kbbi.kemendikbud.go.id/entri/ujaran). Diakses
pada tanggal 20 Juni 2019 pukul 09.30 WIB.
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Creswell, John W. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016.
Dardjowidjodjo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Manusia.
Jakarta: IKAPI. Cet. V. 2008.
Dharmowijono, Widjajanti W. dan I Nyoman Suparwa. Psikolinguistik: Teori
Kemampuan Berbahasa dan Pemerolehan Bahasa Anak. Bali: Udayana
University Press. 2009.
Fernandez, Eva M. dan Helen Smith Cairns. Fundamentals of Psycholinguistics.
UK: Wiley-Black Well. 2007.
Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,
Tindakan Kelas, & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak. 2017.
Hutabarat, Mastaria dkk. “The Analysisi of Utterances Produced by 3 and 4 Years
Old Children” dalam Jurnal English Language and Literature E-Journal
Vol. 1 No. 1, 2012.
Ingram, David. First Language Acquisition: Method, Description, and
Explanation. New York: University of Cambridge Press. 1999.
Kapoh, Ruty J. “Beberapa Faktor yang Berpengaruh dalam Perolehan
Bahasa”dalam Jurnal Interlingual Vol. 4, 2010.
116
M., Adika. “Bagaimana Mendidik Anak yang Bandel?” dalam Majalah Kesehatan
Muslim Edisi VI. Yogyakarta: Pustaka Muslim. 2013.
Mariyana, Rina. “Hubungan Riwayat Prematur dengan Tumbuh Kembang Anak
Usia Satu Tahun: dalaam Jurnal Human Care Vol. III, Oktober 2018.
Marsis dan Witri Annisa. “Pemerolehan Bahasa Anak di Sumatera Barat (Kajian
Mean Length of Utterance [MLU]” dalam Jurnal Lingua Vol. XIV,
Januari 2018.
Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet. XXXV. 2016.
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.
Nasution, Muhammad Rayhan Rianda, “The Analysis of Utterances by 3 and 4
Years Old Children”, Skripsi pada Sarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2017. http://repositori.usu.ac.id, 23 November 2018.
Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra. Psikolinguistik. Jakarta: Mazhab Ciputat.
2013.
Priyono, Yunisa. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Yogyakarta: Media Pressindo.
2010.
Putri, Anisah Kartika dkk, “Kemampuan Berbahasa Anak Lahir Prematur Usia
Dua Tahun: Kajian Psikolinguistik” dalam Jurnal Arkhais Vol. IX, Juni
2018.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga. 2005.
Restoeningroem dan Zaenal Arifin. Teori dan Hakikat Psikolinguistik. Jakarta: PT
Pustaka Mandiri. 2019.
117
Sejarah Yayasan Sayap Ibu Jakarta, http://sayapibujakarta.org/sejarah/ diakses
pada tanggal 04 April 2019 pukul 19.25 WIB.
Suhartono dkk. Psikolinguistik. Banten: Universitas Terbuka. 2016.
Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara. Depok: Rajawali Pers. 2018.
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana. Cet. III. 2014.
Tarigan, Henry Guntur. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa. 1986.
. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
2011.
Wawancara dengan Supervisor Lembaga Yayasan Sayap Ibu Jakarta pada 04
April 2019 pukul 11.00 WIB.
+,
Nama
NIM
.lurusan/Prodi
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
NIP
UJI REFERENSI
Monita Sholeha
1 l 150130000008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
"Rata-Rata Panjang Ujaran Anak Usia 4 Tahun
Berdasarkan Teori Brown (Studi Kasus pada Anak di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta)"
Dr. Nuryani, M.A.
19820628 200912 2 003
No. Judul Buku dan Nama Pengarang Halaman Paraf
Pembimbing
1 Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara.
Depok: Rajawali Pers. 2018.
1
ru2. Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian
Teoritik. .Takarta: Rineka Cipta. 2009.
1
,il3. Restoeningroem dan Zaenal Arifin. Teori
dan Hakikat Psikolinguistik, Jakarta: PT
Pustaka Mandiri. 2019.
-)
1-4. Tarigan, Henry Guntur. Psikolinguistik.
Bandung: Angkasa. 1986.
7
4,5. Tarigan, Henry Guntur. Pengaiaran
P emero lehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
201 1.
8
6. Suhartono dkk. P s i kol in gui s t i k. Banten :
Universitas Terbuka. 2016.
8(4
,/I
t. Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra.
Psikolinguist ik. Jakarta: Mazhab Ciputat.
2013.
8
,d-
8. Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak
Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai
9
a
4
Aspeknya. Jakarta: Kencana. Cet. III. 2014.
9. Ahmadi, Anas dan Mohammad Jauhar.
D as ar-das ar P s ikolinguis tik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Jakarla. 2015.
9
I10, Dardjowidjodjo, Soenj ono. P sikolinguistik
Pengantar Pemahaman Manusia. Jakarla:
IKAPI. Cet. V.2008,
10
,illl Fernandez, Eva M. dan Helen Smith
Cairns. Fundamentals of Psycholinguistics.
UK: Wiley-Black Well. 2007.
11
12. Ingram, David. First Language
Acquisition. Melhod, Description, and
Explanation. New York: University of
Cambridge Press. 1999.
11
13. Restoeningroem dan Zaenal Ariftn. Teori
dan Hakikat Psikolinguistik. Jakarta: PT
Pustaka Mandiri. 2019.
13
t4. Dharmowijono, Widjajanti W. dan I
Nyoman Suparwa. Psikolinguistik; Teori
Kemampuan Berbahasa dan P emerolehan
Bahasct Anak. Bali: Udayana University
Press. 2009.
l3
15. Kapoh, Ruty J. "Beberapa Faktor yang
Berpengaruh dalam Perolehan
Bahasa"dalam Jurnal Interlingual Yol. 4,
2010.
14
+16. Hutabarat, Mastaria dkk. "The Analysisi of
Utterances Produced by 3 and 4 Years Old
Children " dalam Jurnal English Language
and Literalure E-Journal Yol. I No. 1,
17
I
2012.
t7. Nasution, Muhammad Rayhan Rianda,
"The Analysis of Utterances by 3 and 4
Years Old Children", Skripsl pada Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2017.
http :/,irepositori.usu.ac.id, 23 November
2018.
18
18. Marsis dan Witri Annisa. "Pemerolehan
Bahasa Anak di Sumatera Barat (Kajian
Mean Length of Utterance [MLU]" dalam
.lurnal Lingua Vol. XIV, Januari 2018.
t9
419. Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. Metodologi
Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas, & Studi Kasus. Sukabumi: CV
Jejak. 2017.
2t
+20. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet. XXXV. 2016.
22
421 Creswell, John W. Research Design.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 201 6.
22
422. Rahardi, Kunjana. Pragmatik; Kesantunan
Imperatif Bahasa Indone sia. Jakarta:
Erlangga. 2005.
24 I
&z). Muhammad. Me tode P enelitian Bahasa.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.
25
424. Sejarah Yayasan Sayap Ibu Jakarta,
http : //sayapibqj akarta.org/sei arah/ diakses
pada tanggal 04 April 2019 pukul 19.25
WIB.
27
25. Badan Pengembangan dan Pembinaan 99
4
Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi VDaring.2}l6.
(kbbi. kemendikbud. go.id/entri/uj aran).
Diakses pada tanggal 20 Juni 2019 pukul
09.30 wIB.
26. Priyono, Yunisa. Merawat Bayi Tanpa
Baby Sitter. Yogyakarta: Media Pressindo.
2010.
105
,4
27. Mariyana, Rina. "Hubungan Riwayat
Prematur dengan Tumbuh Kembang Anak
Usia Satu Tahun: dalaam Jurnal Human
Care Yol.lll, Oktober 2018.
105
428. Putri, Anisah Kartika dkk, "Kemampuan
Berbahasa Anak Lahir Prematur Usia Dua
Tahun: Kajian Psikolinguistik" dalam
Jurnal Arkhais Vol. IX, Juni 2018.
105
29, M., Adika. "Bagaimana Mendidik Anak
yang Bandel?" dalam Majalah Kesehatan
Muslim Edisi VI. Yogyakarta: Pustaka
Muslim.2013.
107
LEMBAR UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian yang berjudul "Rata-Rata
Panjang Ujaran Anak Usia 4 Tahun Berdasarkan Teori Brown (Studi Kasus pada
Anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta)" yang disusun oleh Monita Sholeha, NIM
11150130000008, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing pada 2019.
Jakarta, 24 J:uurrr2019
NIP" 19820628 200912 2 003
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 541 2 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 1tlSURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : B-06461F l/l(M.01 .310212019Lamp. : -Hal : Bimbingtn Skripsi
Narna
NIM
Jurusan
Semester
JLrdul Skripsi
Tembusan:l. Dekan FITK1 Ir,4.h."i",,,..,ho
.lakarta, l1 Februari 2019
I(epada Yth.,
Dr. Nuryani, M.A.Pembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUN Syarif HidayatullahJakarla.
As s alamu' alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pernbimbing IlIl(materi/teknis) penulisan skripsi rnahasiswa:
Monita Sholeha
1 1 1 50130000008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
VIII (Delapan)
"Analisis Rata-rata Panjang Ujaran Anak Usia 4 Tahun di
Yayasan Sayap Ibu Jakarta"
Jndnl tersebut telah disetujui oleh Jurr"rsan yang bersangkr,rtan pada tanggal 2lNovenrber 2018, abstraksiloutline terlarnpir. SaLrdara dapat melakukan perr"rbahan
redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohonpembirnbing menghu bun gi Jrrusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terirna kasih.
[)[/as s a I amtr' o I aikunt w r. v, b.
i, M.Hum.
Sastra lndonesia
TRANSKRIPSI DATA
Penelitian Hari Ke-1
Senin, 18 Maret 2019 pukul 07.00 s.d. 11.00 di PAUD Sayap Ibu
Keterangan:
Ar : Arfan (Subjek Penelitian 1)
Bl : Bilqis (Subjek Penelitian 2)
Al : Allesa (Siswa sekaligus teman satu YSI)
Mo : Monita (Peneliti)
Bo : Bu Osha (Guru PAUD SI)
Z : Seluruh siswa
Z1 : Azka (Siswa PAUD SI)
Z2 : Gazi (Siswa PAUD SI)
Z3 : Aida (Siswa PAUD SI)
Z4 : Meisha (Siswa PAUD SI)
Percakapan
Bo : Sudah bermain belum?
Ar : Sudah.
Bo : Sudah berdoa belom?
Ar : Belom
Bo : Oh belum ya, tunggu dulu. Siapa yang pimpin doa? Kamu, ya?
Z1 : Mari teman-teman kita berdoa bersama-sama untuk bermain dan belajar.
Bo : Hitung semuanya
Z : Satu, dua, tiga. Tangan ke atas, tangan ke samping, tangan ke depan
dilipat rapi. Berdoa mulai. Bismillahilohmanilohim lobbi zidni ilma
warzukni fahman. Amin. Ya Tuhan, belilah ilmu kepadaku dan belilah
pemahaman kepadaku. Amin.
Bo : Alfatehahnya
Z : Bismillahilohmanilohim. Alhamdulillahilobbil „alamin. Allohmanillohim,
malikiyau middin, iyya kana‟budu waiya kanastangin, ihdinassilotol
mustaqim. Silotollazi na am am ta‟alaihim goilil magdu bi‟alaihim
waladolin. Amin.
Bo : Selamat pagi semuanya!
Z : Selamat pagi Bu Osha.
Bo : Apa kabarnya?
Z : Baik.
Bo : Semuanya sehat?
Z : Sehat.
Bo : Sudah mandi?
Z : Sudah.
Bo : Sudah gosok gigi?
Z : Sudah.
Bo : Sudah sarapan?
Z : Sudah.
Bo : Apa sarapannya pagi ini?
Z2 : Ayam. Ayam mulu bosen aku.
Bo : Masa sih? Bilang dong sama mama kalo bosen. Mama aku bosen makan
ayamnya, nanti mama ganti yang laen yah. Jangan itu aja.
Kamu pakek apa?
Z3 : Daging.
Bo : Waduh.
Kamu makan apa pagi ini?
Ar : Tempe.
Bo : Tempe. Kamu makan apa pagi ini?
Z1 : Ikan. Ikan lele.
Bo : Kamu makan apa?
Z4 : (geleng kepala)
Bo : Ih geleng-geleng. Masa ga mau makan pagi-pagi?
Z : Makan.
Bo : Biar apa Azka kalo makan pagi-pagi? Biar se-hat.
Ar : Bial ininya gak bolong (sambil menunjuk perut).
Bo : Nanti dimakan cacingnya biar bolong ya. Kamu makan apa pagi ini?
Al : Telol.
Bo : Kamu makan apa? Ayo harus smile pagi-pagi ga boleh jutek. Ayo
senyumnya mana?
Ar : Tadi Iqisnya nangis.
Bo : Nangis? Kenapa sih nangis? Pagi-pagi kok nangis?
Ar : Sama Pak Hamin.
Bo : Sama Pak Hamin? Diapain sama Pak Hamin?
Ar : Nangis.
Bo : Nangis? Gimana nangisnya? HUAAAAAAAA… Gitu nangisnya?
Ar : Iya.
Bo : Iya gitu ya? Bagus tidak kalau begitu?
Z : Tidak.
Bo : Gak bagus. Harus smile dulu dong pagi-pagi. Ketawanya gimana?
Cheese!!! Giginya mana? Kan udah gosok gigi.
Ar : Bu Osha, minumnya Azka disimpan di atas.
Z1 : Kalo kena angin ntal jatoh.
Bo : Kalo kena angin ntar jatoh? Ngga dong, kan ada airnya. Kalo ada airnya
engga, kalo gak ada airnya bisa jatoh. Tapikan ada airnya. Ada airnya,
gak?
Z1 : Ada.
Bo : Azka hari ini bawa kue apa?
Z1 : Abis.
Bo : Haaa… Bu Osha gak dikasih. Kuenya udah habis. Pagi-pagi udah habis
kuenya?
Z1 : Ntar beli lagi ntar.
Bo : Dibagi-bagi sama teman-teman ya?
Z1 : Iya.
Bo : Yang lain juga, ya? Kalo punya kue harus diba… gi…
Nih buat Gazi. Nih buat Aida. Nih buat Arfan. Nih buat Azka. Buat
Memei. Buat…
Ar : Aleca…
Bo : Buat Bilqis. Kalo punya makanan dibagi-bagi sama te… man…
Z1 : Itu belum.
Bo : Oiya, buat kakak. Aduuh, iya, kakak siapa namanya? Tanya dulu dong.
Z1 : Ga tau.
Bo : Tanya dong. Kakak namanya siapa?
Z : Kakak namanya siapa?
Mo : Nama kakak, Kak Monita.
Bo : Siapa katanya?
Z : Monita.
Bo : Hai kakak Monita. Bilang dong.
Z : Hai…
Bo : Gimana bilangnya kalo minta potongi kuku sama mama?
Z : Mama tolongi potongi kuku.
Bo : Karena apa?
Z1 : Panjang.
Bo : Udah panjang ya. Bicara sama mama ya.
Ar : Naik bis.
Bo : Oiya nanti kita naik bis.
Z1 : Bisnya jauh banget gak?
Bo : Engga. Bisnya ditarok di situ dulu. Berhenti di situ dulu. Parkir dulu.
Cari parkir yang baik dulu. Cari parkir yang rapih dulu biar tidak kena
macet. Siapa yang mau ikut?
Z : Saya
Bo : Syaratnya apa kalo mau ikut?
Z1 : Pintel.
Bo : Tidak boleh apa?
Z : Nangis.
Bo : Harus apa? Bera…?
Z :…ni
Bo : Kamu jidatnya kok ada titiknya kayak orang India? Gazy kayak orang
India. Ada tahi lalatnya di atas jidat, ya? Kayak orang India, ya?
Ar : Tu ada tai lalat tu.
Bo : Di mana?
Ar : Di jidat.
Mo : Kamu ada gak?
Bo : Kamu ada gak? Haha oke. Sekarang kita nyanyi dulu. Satu, dua, tiga…
Z : Selamat pagi Ibu Osha, kami sudah sedia menerima tuga Ibu dengan
riang gembira. Selamat pagi Bu Osha, Selamat pagi Kak Monita…
Bo : Selamat pagi Gazy, selamat pagi Mbak …?
Z : Ida.
Bo : Selamat pagi Mbak …?
Z : Eca.
Bo : Aleesa. Selamat pagi Mbak?
Z : Iqis.
Bo : Bilqis.
Z : Bilqis.
Bo : Selamat pagi Bu …?
Z : Bu Pipit.
Z : Selamat pagi semua…
Bo : Indonesia?
Z : Merdeka.
Z : Aku bisa…
Bo : Aku bisa… Indonesia?
Z : Aku bisa.
Bo : Benderanya warna apa?
Ar : Melah putih.
Bo : Lagu kebangsaannya apa?
Z : Indonesia…
Bo : Raya… Kemudian lambang negaranya apa?
Z : Galuda
Bo : Burung garuda. Dasar negaranya apa? Apa dasar negaranya?
Z : Pancasila
Bo : Coba sebutkan pancasilanya. Satu, dua, tiga…
Z : Pancasila, satu ketuhanan yang maha esa. Dua, kemanusiaan yang adil
dan beradab. Tiga, kemanusiaan yang adil dan beradab. Empat,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Bo : Tepuk tangan dulu. Anak-anak sudah mulai hapal. Nanti belajar lagi di
rumah, ya. Bilang sama mamanya gimana?
Z : Mama, ajalin aku latihan hapal Pancasila.
Bo : Ya, bilang gitu ya…
Ar : Bu Osha, tadi aku ke taman.
Bo : Taman mana?
Ar : Bapak Kholid.
Bo : Di mana sih, taman Bapak Kholid? Di mana?
Ar : Naik motol.
Bo : Oh, ikut ya?
Ar : Sama Pak Hamim.
Bo : Sama Pak Hamim juga?
Ar : Di taman.
Bo : Di bawah. Pakai sepatu di bawah, tidak di meja. Jangan buka-buka
sepatunya, ya? Sepatunya dipake.
Z1 : Gatal kakinya.
Bo : Oh gitu, makanya cuci kaki dulu.
Z2 : Aku pake los kaki bola.
Bo : Kaos… kaos kaki. Bilangnya gimana?
Z2 : Kaos kaki.
Bo : Jangan gitu, gak kedengeran Bu guru…
Z2 : Kaos kaki bola.
Ar : Bu Osa ada itu.
Bo : Ada apa?
Ar : Yang cantik.
Bo : Yang cantik? Iya… Apa yang cantik itu namanya?
Ar : Bunga…
Bo : Bunga apa itu namanya?
Ar : Bunga matahali.
Bo : Matahari… Mana ya absennya ya, Bu Osa nyari-nyari absennya…
Z1 : Ga ada, lupa bawa.
Bo : Tangannya dilipat. Nara…
Z2 : Ga ada.
Bo : Ke mana Nara?
Z : Ga ada.
Bo : Nara ke mana ya?
Z1 : Sakit.
Bo : Sakit? Oh tidak… Aida?
Z4 : Saya Bu Osa…
Bo : Gazy?
Z2 : Saya Bu Osa…
Bo : Meisha?
Z5 : Saya Bu Osa…
Bo : Arfan?
Ar : Saya Bu Osa…
Bo : Aleesa?
Al : Saya Bu Osa…
Bo : Bilqis?
Bl : Saya Bu Osa…
Bo : Good job! Kemudian… sudah semua?
Z1 : Azka belum.
Bo : Azka belom. Azka?
Z1 : Saya Bu Osa.
Bo : Okedeh. Semua sudah absen?
Z1 : Sudah.
Al : Bu Osa ini belom…
Bo : Udah tadi. Kakak siapa namanya ni? Kakak Meisha. Siapa?
Al : Kakak Meisha.
Bo : Duduk yang manis! Ntar jegak, uuuuh… palaknya benjol…
Ar : Bocol.
Bo : Bocor nantinya.
Ar : Beldalah.
Bo : Berdarah nantinya. Di kasih obat merah. Makanya duduknya yang manis
dulu.
Ar : Bocol nantinya?
Bo : Iya bocor nantinya, makanya yang rapi duduknya. Hari ini kita mau
mewarnai gambar. Bentar lagi ada Mrs. Dari Jepang, ya.
Ar : Ayumi?
Bo : Ayuminya sudah sembuh Ayuminya. Mrs. Kana, Mrs. Ayumi. Sekarang
Ibu Osha di sini ada keluarga kecil. Namanya siapa yang ini?
Z : Bapak.
Bo : Yang ini siapa namanya?
Z : Ibu, mama.
Bo : Ibu, mama boleh. Kakak, punten boleh bantu kasih nama ya Kak.
Ar : Bu Osa mau di sini.
Mo : Punya Arfan mau dinamain ga?
Ar : Itu kipasnya telbang…
Mo : Kenapa kipasnya?
Ar : Kipasnya…
Mo : Kipasnya kenapa? Terbang-terbang?
Ar : (Mengangguk)
Mo : Mau dinamain gak? Siapa namanya?
Bl : Iqis
Mo : Bilqis?
Bl : (mengangguk)
Mo : Ayo, Aleesa mau ga?
Al : Mau.
Mo : Wah bawa apa itu?
Al : Kakak aku mau ini, Kak.
Mo : Mau apa? Mau ini? (menunjuk pensil warna) berdua bareng-bareng ya.
Al : Aku coklat.
Mo : Yang cokelat yang mana hayo, yang cokelat mana?
Al : Enggak ada.
Mo : Ini isinya di sini. Bilqis mau warna apa?
Bl : Coklat.
Mo : Cokelat? Itu dipegang Kak Aleesa. Hayo mana cokelatnya.
Bl : Mau ini…
Mo : Mau nyari apa, Qis? Ini, mau ini gak? Ini mirip cokelat.
Bl : Bukan ini, apa ya?
Mo : Mau warna apa ya? Ini warna apa ya? Warna apa?
Al : Aku mau sama Kakak.
Mo : Ayo sama Kakak yuk.
Al : Kok gambalnya gak sama.
Bl : Ih sama.
Mo : Yang sama?
Bl : Kamu gambal.
Mo : Kakak juga gambar?
Bl : Ih jatuh.
Mo : Ih jatuh juga. Semuanya jatuh. Bajunya mau warna apa?
Bl : Melah.
Mo : Baju melah? Warna melah yang mana melah?
Bl : Kakak.
Mo : Iya sayang. Kamu mau warna apa?
Bl : Hmmm… Walna hijau.
Mo : Ini warna apa? Green, hijau.
Mo : Rambutnya mau warna apa, Iqis?
Bl : Lambutnya walna bapak-bapak.
Al : Kayak suntik (menunjuk gambar).
Mo : Kayak apa? Kayak suntik?
Al : Lambut kucing.
Mo : Rambut kucing?
Al : Sama nenek putel.
Mo : Sama nenek?
Al : Sama kakek.
Al : Ini kakek, ini nenek.
Mo : Yang mana kakek? (bertanya ke Bilqis)
Bl : Ini kakek, ini nenek.
Al : Ini kakek, ini papa.
Al : Ini mama, ini nenek.
Mo : Ini warna apa? (bertanya kepada Bilqis) Ku?
Bl : Kuning.
Mo : Aleesa mau ke mana?
Al : Tisu.
Bl : Kebalik.
Mo : Apanya yang kebalik? Aleesa gambarnya PR ya, di rumah ya. PR. Tau ga
PR apa?
Al : Ini mau cokelat.
Mo : Semuanya cokelat. Kumpulinya ke Bu Osha.
Bl : Kakak.
Mo : Iya, nanti main sama kakak ya. Minjam dong Iqis (pensil warna).
Bl : Walna apa ya? (pertanyaan retorikal)
Mo : Iqis, ini buat Iqis?
Bl : Iqis.
Mo : Itu makanan.
Bl : Ini apa?
Mo : Kuas.
Bl : Melukis, ya?
Mo : Iya.
Bl : Ih ini belum.
Mo : Ya nulisnya satu aja. Siapa yang belum dikasih nama?
Al : Saya.
Mo : Sayanya siapa nih?
Al : Allesa.
Bl : Itu apa?
Bl : Itu cantik, kan?
Mo : Itu buat tempat warna. Yah Iqis jatuh kertasnya.
Bl : Keltas.
Mo : Kertas.
Bl : Keltasnya cakep.
Mo : Ini wrna apa?
Bl : Hijo.
Mo : Ini warna apa?
Al : Coklat.
Mo : Itu lihat, itu warna apa Aleesa?
Al : Bilu tua.
Bl : Ih sama.
Mo : Mana sama?
Bl : Itunya sama (menunjuk cat air).
Mo : Iya sama.
Bl : Bulu kucing.
Mo : Bukan, bukan bulu kucing. Buat cat. Warna apa itu? Itu kuas.
Al : Ini buat aku, ya?
Mo : Iya
Al : Ih sama…
Mo : Iya, sama siapa itu? Kak…?
Al : Kak Meimei, Kak Memei.
Mo : Iqis suka warna apa, Qis?
Bl : Aku mau kuning.
Mo : Mau kuning? Siapa mau kuning? Iqis?
Al : Aku walna hijo.
Bl : Kuningnya sama (sambil menunjuk cat yang dipegang Mrs. Kana)
Mo : Kuningnya sama, sama apa? Hayuk.
Bl : Ailnya…
Mo : Kenapa airnya?
Bl : Minum, ya?
Mo : Jangan diminum. Ayo campur.
Bl : Campul-campul.
Mo : Aduk.. aduk… Wah berubah warna. Berubah warna apa itu? Berubah ga?
Bl : Belubah.
Mo : Berubah warna apa itu?
Bl : Hijo.
Mo : Alisa udah campur? Ini campur ini udah (menunjuk merah dan biru)?
Al : Belum.
Mo : Belum? Coba campur, warnanya jadi beda. Baru warnanya coba. Ini
campur biru.
Al : Aku walna kuning.
Mo : Warna kuning yang mana?
Bl : Aku walna cokelat.
Mo : Walna cokelat. Ayo gambar di sini (menunjuk kertas). Aleesa mau
gambar apa? Bunga?
Al : Iya.
Bl : Aku bunga ah.
Bl : Aku walna coklat.
Mo : Mau warna coklat? Bilang Miss aku mau coklat.
Bl : Miss aku mau cokelat.
Mo : Yah, lengket.
Bl : Aku mau cokelat.
Ms : Coklat?
Bl : Iya.
Mo : Mau warna coklat Miss.
Bl : Mau walna coklat.
Mo : Mau coklatnya apa warnanya?
Bl : Coklat.
Mo : Coklat?
Bl : Mau coklat.
Mo : Iqis gambar apa?
Bl : Mau dilap, aku mau coklat.
Mo : Mau coklat?
Bl : Kakak aku mau yang coklat.
Al : Aku mau walna coklat.
Bl : Aku mau.
Mo : Itu warna apa namanya?
Al : Kuning.
Mo : Putih.
Al : Mau pink.
Mo : Ini putih campur ke merah jadinya pink.
Bl : Aku mau cokelat.
Mo : Bilang Miss-nya, Miss aku mau cokelat gitu.
Bl : Mis aku mau coklat.
Mo : Qis, pipinya ijo Qis.
Bl : Kakak aku mau coklat.
Bl : Aku mau warna coklat.
Bl : Aku mau coklat.
Mo : Iya, nanti dikasih ya warna cokelat ya. Iqis mau warna apa?
Bl : Aku mau coklat.
Mo : Hayo mau pake warna ini gak?
Bl : Ini walna coklat.
Al : Aku bisa ini.
Mo : Pencet ya kuat-kuat. Bisa ga?
Al : Kelas.
Bl : Aku mau walna yang ini.
Mo : Itu warna apa namanya? Oren.
Bl : Olen.
Al : Mau walna ini.
Mo : Itu warna apa namanya? Hitam.
Bl : Aku talok yang ini, ya?
Mo : Iya.
Al : Aku walna ini, ya?
Mo : Iya
Al : Aku walna apa, ya?
Al : Kakak pinjem Kak please.
Bl : Buka.
Bl : Itu, aku walna ini.
Mo : Itu namanya warna putih.
Bl : Putih.
Bl : Ni aku walna ini.
Mo : Pencet sendiri ya. Bisa gak?
Bl : Bisa.
Bl : Walna ini.
Mo : Minta sama Allesa, minta ya…
Bl : Aku walna ini…
Mo : Ini nih, Iqis milih sendiri mau yang mana.
Bl : Walna ini.
Mo : Oh iya, campur warna ini ga?
Bl : Haaa walna ini.
Mo : Ih bulet.
Bl : Aku walna ini.
Mo : Ini udah tadi, yang baru, yang baru. Warna yang mana yang belom ya?
Bl : Aku mau walna yang balu yang…
Mo : Walna barunya yang mana yang balu.
Bl : Yang balu yang… ini.
Mo : Warna apa namanya dulu?
Bl : Aku suka walna yang cokelat.
Mo : Kakak bukain, bisa?
Bl : Aku bisa.
Bl : Aku mau walna yang ini.
Mo : Bisa gak niupnya?
Bl : Aku tiup aja.
Bl : Aku bisa.
Bl : Aku takut.
Mo : Kenapa takut?
Bl : Nanti kena.
Mo : Gak kena. Dah, duduk ya…
Bl : Gak mau.
Mo : Gak, gak papa, duduk ya.
Al : Aku gak takut.
Mo : Iya, Aleesa gak takut.
Bl : Takut.
Mo : Siapa yang takut angkat tangan!
Bl : Takut.
Al : Ditutup.
Mo : Ditutup? Kok bukanya dari situ? Tutup sini.
Mo : Yah kotor, kamu cuci tangan pake air, ya? Iqis tangannya kotor gak, Qis?
Bl : Gak bisa.
Mo : Aleesa duduk sini, ntar capek lagi berdiri.
Al : Takut.
Mo : Takut apa?
Al : Takut katak.
Mo : Kodok? Gak papa kok. Iqis bersihin dulu.
Bl : Gak bisa.
Al : Ambil.
Mo : Ambilin tolong bilang gitu.
Al : Ambilin tolong.
Bl : Aku mau walna kuning.
Bl : Kakak minta tisu.
Mo : Minta tisu, ini lap tangannya.
Bl : Mau walna kuning.
Mo : Mau dibersihin ga tangannya?
Al : Belum mau.
Bl : Kakak gak bisa.
Al : Kena.
Mo : Kena apa itu?
Al : Kena ini.
Mo : Ini namanya cat.
Al : Cat.
Mo : Wah dibersihin, rajin sekali. Sekarang bersihin tangan Iqis.
Al : Ih jolok.
Mo : iya, jorok.
Bl : Gak mau.
Al : Aku mau susu.
Mo : Mau susu, iya ini ya. Yuk bersihin tangannya. Udah bersih belum?
Bl : Udah.
Al : Belum
Mo : Bersihin ya.
Penelitian Hari Ke-2
Rabu, 20 Maret 2019 pukul 07.30 s.d. 11.00 di Baby Kangaroo Kids and Baby
Daycare
Keterangan:
Bl : Bilqis (Subjek Penelitian 2)
Mo : Monita (Peneliti)
Al : Allesa ( Siswa di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare sekaligus
teman di YSI)
Ml : Ms. Lilo (Guru di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare)
Percakapan
Mo : Iqis udah makan belum?
Bl : Udah.
Bl : Kakak gak bisa Kakak.
Al : Mis Lisa, aku main itu, main ini.
Mo : Iqis bisa gak?
Bl : (Mengangguk)
Al : Tu temennya Alfan yang botak.
Mo : Alfan yang mana? Yang botak? Yang mana?
Al : Yang botak.
Mo : Iqis bisa?
Al : Iqis.
Mo : Kak Arfannya mana?
Bl : Sakit.
Mo : Ini ga mau main di sini?
Bl : Ini ada posyotan ini.
Mo : Iya, ada perosotan
Al : Mau posyotan.
Mo : Apa Allesa mau posyotan?
Al : Posyotan.
Mo : Belum dipasang posyotannya.
Al : Di sini.
Bl : Itu ada lumah
Bl : Aku mau naik.
Mo : Nanti Jatuh.
Bl : Takut jatuh.
Bl : Kak aku jatuh.
Mo : Siapa yang mau jatuh?
Bl : Gak mau.
Bl : Ada mainan.
Mo : Ada mainan? Mainan apa, Qis?
Bl : Mainan ini.
Mo : Tu mainan apa namanya? Perosotan.
Bl : Pelosotan.
Mo : Yuk, mau turun gak?
Bl : Gak mau.
Mo : Gak mau?
Bl : Takut jatuh.
Mo : Ayo Aleesa mau ke mana? Mau ke sini?
Al : Iya.
Mo : Ayo siapa yang mau digendong?
Al : Mau gendong.
Al : Aku mau gosok gigi.
Mo : Mau gosok gigi? Belum mandi?
Bl : Ayo…
Mo : Ayo ke mana, Qis? Hayo geser ntar jatuh nih.
Bl : Pelmisi.
Mo : Permisi.
Bl : Pelmisi.
Bl : Aku duduknya di sini.
Mo : Di sini? Iya. Aleesa mau naik apa?
Al : Mobil.
Mo : Ini apa?
Bl : Keleta.
Mo : Iqis, aayo satu, dua…
Bl : Tiga.
Bl : Pelmisi.
Bl : Itu pelosotan.
Al : Ihhh…
Mo : Apa?
Al : Angin.
Mo : Aleesa kenapa digulung-gulung? Kebanjiran digulung-gulung celananya?
Bl : Allesa tu Allesa…
Mo : Allesa kenapa?
Bl : Allesa gulung-gulung.
Mo : Allesa digulung juga?
Bl : (Mengangguk)
Mo : Enggak Allesa. Iqis doang yang digulung.
Al : Iya, dua, tiga ini.
Mo : Sudah satu berapa Allesa?
Al : Ha?
Mo : Sudah satu berapa?
Al : Tiga.
Mo : Dua, sudah dua baru tiga.
Al : Tiga, kan?
Mo : Dua.
Al : Mana dua?
Mo : Mana tiga?
Al : Ini, ini satu ni.
Mo : Mana satu?
Bl : Ini o.
Mo : Mana o?
Bl : Awas.
Mo : Entar jatuh, entar jatuh.
Bl : Aku bisa.
Mo : Iqis bisa? Bisa jatuh?
Al : Ini posyotan, yang ini tangga.
Mo : Yang mana tangga Allesa?
Al : Ini.
Mo : Yang perosotan mana?
Al : Ini.
Mo : Iya pinter.
Al : Yang ini?
Mo : Ini apa namanya? Pegangan.
Al : Ini pegangan.
Mo : Warna pegangannya warna apa?
Al : Melah.
Mo : Salah. Biru.
Al : Bilu.
Al : Kalo ini walna apa?
Mo : Warna merah.
Al : Melah.
Al : Kalo yang ini walna apa?
Mo : Warna kuning. Awas nanti Allesanya kena!(berbicara ke Bilqis). Awas.
Aduh sakit ga? (bertanya ke Allesa). Gantian, sekarang Allesanya turun.
Al : Allesanya tulun.
Mo : Allesa Aleesa, masih inget ga, kakak namanya siapa?
Bl : Kakak Ani.
Mo : Salah. Kakak Monita.
Bl : Monita.
Al : Monati.
Al : Mo ni ta.
Mo : Iya, Monita.
Al : Aku tulun.
Bl : Sekalang aku.
Mo : Pusing gak?
Al : Enggak.
Mo : Capek gak?
Al : Enggak.
Mo : Iqis capek ga Qis?
Bl : Capek.
Al : Capek.
Mo : Hah Allesa capek?
Al : Main lagi.
Mo : Katanya capek.
Bl : Buka Kakak.
Al : Bisa gak Kakak gini?
Bl : Basah.
Mo : Itu keringetan namanya.
Bl : Kelingetan.
Mo : Allesa ga keringetan?
Al : Aku bisa gini.
Mo : Coba, Oh iya.
Al : Mau lewat.
Mo : Allesa mau lewat.
Bl : Owi, jangan!
Al : Ini aku, Alfan.
Mo : Antre di belakang.
Bl : Antli.
Mon : Antre yang bener.
Bl : Antli.
Al : Lama ni.
Mo : Apannya yang lama Allesa? Sengaja.
Al : Sengaja.
Mo : Ayo Qis. Temennya udah antri.
Bl : Aku sama Owi.
Mo : Iqisnya turun, ayo turun.
Mo : Kakak boleh ikutan gak? Boleh?
Al : Ih ikut-ikutan.
Mo : Ikut-ikutan? Emang Eca bilang Kakak ikut-ikutan? Boleh ikutan ga?
Al : (Mengangguk)
Bl : Doa?
Mo : Iya, baca doa ya. Iqis mau buka gak?
Bl : Buka.
Mo : Iya buka, ya.
Bl : Ini punya siapa?
Mo : Punya Iqis.
Al : Kakak, ini.
Mo : Iya ada apa, Ca?
Al : Masukin.
Bl : Kak, kotol.
Mo : Kotor? Gapapa, kan nanti cuci tangan lagi Iqisnya.
Bl : Ih ada ikan.
Mo : Mana ikannya? Yah jatoh, jatoh ya, Qis?
Bl : Iya ada ikan.
Bl : Ih kula-kula.
Mo : Ih kura-kura?
Bl : Iya.
Mo : Di Eca ada kura-kura gak, Ca?
Al : Di sini.
Mo : Di sini, Ca? Kenapa giginya?
Bl : Ini bukan gajah?
Mo : Gajah.
Bl : Aku mau gajah.
Mo : Iqis mau gajah.
Bl : Apa ya?
Bl : Ini apa?
Mo : Apa itu? Gajah.
Bl : Gajah.
Bl : Ini apa?
Mo : Itu apa? Itu namanya kuda.
Bl : Kuda.
Bl : Ini apa? Ini apa?
Bl : Kakak, ini apa?
Bl : Kak, ini apa?
Mo : Ini kura-kura.
Bl : Kula-kula.
Bl : Ini apa?
Mo : Kura-kura.
Bl : Kula-kula lagi?
Mo : Iya.
Mo : Eca udah habis, Ca?
Al : Belum habis.
Mo : Belum habis.
Bl : Ini apa?
Mo : Itu masih kura-kura lagi, Qis.
Bl : Iya.
Bl : Makan?
Mo : Iya dimakan, gak boleh dicelupin.
Bl : Ih ada ikannya dua.
Mo : Waah ada ikannya dua, Qis. Mam. Dua-duanya langsung makan.
Bl : Kakak makan lagi ya?
Bl : Ini apa?
Mo : Gajah.
Bl : Gajah.
Mo : Iya.
Bl : Mau apa, ya?
Mo : Gajah lagi.
Bl : Ada gajah lagi, ya?
Mo : Iya, ada gajah lagi.
Ml : Eca, Kaki itu ada di atas apa di bawah?
Al : Bawah.
Al : Kakak, tolong bukain.
Bl : Ini apa?
Mo : Kura-kura.
Al : Iqis buka itu buka itu.
Mo : Apa, Ca?
Al : Sudah dibuka.
Mo : Belum, Ca. Belum dibuka.
Bl : Di sini ni.
Al : Ada jamnya.
Ml : Iqis sudah?
Bl : Belom.
Ml : Belom? Yuk temennya sudah selesai ni, mau belajar katanya. Tolong
disimpan ya.
Bl : Ini kula-kula.
Mo : Iya kura-kura.
Bl : Cacing.
Al : Kak, aku mau cuci tangan, Kak.
Mo : Iya.
Ml : Eca tasnya simpen, Ca!
Al : Di kolong.
Ml : Gak di kolong, di loker.
Al : Di pasir, ya?
Ml : Di pasir? Di sini, di sini.
Al : Enggak.
Ml : Siapa yang pernah liat bendera?
Bl : Saya.
Bl : Batuk.
Mo : Batuk.
Ml : Siapa yang permah melihat bendera Indonesia?
Bl : (Angkat tangan)
Bl : Satu, tangan ada dua.
Mo : Iya, ada dua.
Bl : Aku minum, ya?
Mo : Mau minum? Iya.
Ml : Iqis, Iqis setelah minum sudah ya…
Ml : Siapa yang mau menempel bendera ini?
Z : Saya.
Ml : Mis Lilo mau nanya, sudah siap belum?
Bl : Sudah.
Mo : Mau nempel ga?
Al : Sini.
Ml : Ini siapa namanya ini?
Bl : Iqis.
Ml : Bilqis. Nanti ya dinamain.
Al : Ini ikut.
Mo : Ga didorong mejanya.
Al : Sakit.
Mo : Apanya yang sakit?
Al : Ini.
Ml : Ayo, Qis.
Bl : Aku mau nempel yang balu.
Ml : Mau nempel yang baru?
Bl : Yang belom.
Mo : Mau nempel yang belom? Tuh dikasih sama Misnya.
Al : Mana lemnya Mrs. Lilo, lem.
Ml : Lem? Boleh.
Bl : Ih tutupnya.
Mo : Loker Eca yang mana, Ca?
Al : Yang ini.
Bl : Belhasil….
Ml : Bilqis ini buah apa?
Bl : Buah apa?
Ml : Apel.
Bl : Apel.
Mo : Ini buah apa namanya?
Bl : Buah apa ya?
Mo : Stroberi.
Bl : Ini pisang?
Mo : Bukan, itu pir.
Mo : Kebalik gak?
Bl : Gak kebalik.
Al : Kok helikoptelnya ada matanya?
Mo : Helikopter ada matanya?
Al : Kaca matanya.
Mo : Kaca matanya?
Al : Mata.
Mo : Itu namanya jendelanya.
Al : Jendela.
Bl : Jendela putih.
Mo : Bendera.
Al : Ini apa?
Mo : Itu kapal laut.
Mo : Ini buah apa ya Qis? Kok Kak Monita ga tau?
Bl : Anggul.
Bl : Kok sama?
Bl : Itu apa?
Mo : Itu lemon.
Bl : Ini apa?
Mo : Semangka.
Mo : Kebalik gak?
Bl : Gak kebalik.
Mo : Itu buah apa tadi namanya, Qis?
Bl : Buah apel.
Mo : Ini kebalik ga?
Bl : Ini kebalik.
Bl : Belesin-belesin.
Ml : Ayo Ca kita susun, Ca.
Bl : Susun.
Al : Kok ada matanya?
Ml : Iya ada matanya.
Al : Keletanya di sini.
Bl : Owi mana Owi?
Mo : Kenapa?
Bl : Owi?
Mo : Owi? Owinya tadi ke dokter.
Bl : Ke doktel.
Bl : Aku gak mau ke doktel aku takut suntik aku nangis.
Mo : Nangis? Siapa tadi yang bangun tidur nangis? Iqis nangis ga tadi pagi?
Bl : Motol.
Mo : Naik motol sama siapa?
Bl : Pak Hamim.
Al : Keltasnya?
Ml : Tarok di meja Mis Lilo Eca. Terima kasih Eca.
Bl : Dibelesin lagi…
Ujaran yang tidak terekam namun dicatat oleh peneliti.
1. Bilqis
Sustel aku minum
Ambil ya
Mau susu
Ini apa?
Aku mau susu
Ini dia
Buka
Cokelat
Kakak Monita, gak bisa
Kakak pulang ya?
Penelitian Hari Ke-3
Senin, 21 Maret 2019 pukul 07.30 s.d. 11.00 di PAUD Sayap Ibu
Keterangan:
Bl : Bilqis (Subjek penelitian 2)
Mo : Monita (Peneliti)
Al : Allesa (Siswa PAUD SI sekaligus teman di YSI)
Bo : Bu Osha (Guru PAUD SI)
Percakapan
Bl : Tarok situ.
Mo : Kenapa, Qis? Tarok di situ?
Mo : Ih Eca pinter.
Al : Di bawah.
Mo : Tarik itu.
Al : Nyangkut.
Al : Sakit.
Mo : Apanya sakit?
Al : Belum kecabut.
Al : Gak mau, aku mau main.
Al : Kak, ini.
Mo : Sakit, ya?
Al : Enggak.
Mo : Terus kenapa dibuka?
Al : Gak sakit.
Mo : Eca, mana pensilnya?
Al : Ih kita sama.
Al : Bu Osa minjem hapus.
Al : Gini?
Mo : Iya gitu.
Bl : Bikin ini.
Mo : Ayo lanjutin!
Bl : Mana hapusan?
Mo : Minta sama Bu Osha.
Bl : Salah ni ya?
Bo : Tuh kan, ada penghapus jadi hapus mulu gak selesai nulisnya. Bu Osha
ambil penghapusnya sini, 1, 2, 3. Sini penghapusnya. Jadi gak selesai-
selesai. Sini penghapusnya Bu guru. Kasih sama Bu Osha. Kasih! Gak
selesai-selesai nulisnya nulis mulu jadinya tu. Sini.
Mo : Iqis, ayo ni belom.
Bl : Ini udah.
Mo : Allesa ini belom?
Al : Apa?
Mo : Ini belom.
Al : Buang sampah.
Bl : Ini udah.
Mo : Udah?
Bl : Itu apa?
Al : Bu Osa ni.
Al : Gak bisa.
Bo : Bisa, aku bisa. Gitu dong.
Mo : Allesa terus.
Al : Gak mau.
Al : Bu Osa minjem penghapus.
Bo : Oke. Good job!
Mo : Udah selesai belum Eca?
Al : Belom.
Mo : Balikin ke Bu Oshanya. Bilang apa?
Al : Makasih Bu Osa.
Mo : Enggak, yang di belakang gak ditulis.
Al : Udah.
Mo : Ih tangannya merah-merah. Kena apa?
Al : Kena pintu.
Bl : Penghapus.
Mo : Bilang ke Bu Osha. Bu Osha mau minjem penghapus.
Bl : Ini ya?
Mo : Bilang dulu ke kakaknya bilang. Kak, minjem boleh gak?
Al : Tusuk.
Mo : Apa? Ih nanti kena. Itu kotor.
Al : Itu…
Mo : Apa, Ca?
Al : Daun.
Mo : Daun?
Al : Coklat itu.
Al : Sama, coklat.
Al : Itu sama.
Mo : Yang mana yang sama?
Al : Ih sama.
Mo : Mana? Enggak. Udah selesai belom? Nanti gak boleh main loh.
Mo : Udah belom Iqis?
Bl : Belom.
Al : Azka.
Bl : Bu Osa, ingus.
Bo : Tadi mana tisunya kamu?
Mo : Mau ke mana?
Bl : Buang sampah.
Mo : Bilqiiiis… Ngapain? Ayo sini. Ayo naik bis gak?
Bl : Gak mau bis.
Mo : Gak mau bis?
Mo : Aleesa dipanggil Bu Osha.
Bl : Itu Bu Osa.
Mo : Mana?
Bl : Ini walna apa?
Mo : Jangan berebutan. Itu warna pink.
Al : Sama ni.
Mo : Mana gambar Iqis?
Bl : Ini.
Mo : Tisu yang tadi mana?
Bl : Di Bu Osa.
Mo : Itu kukunya ga diwarnain, nanti berdarah Eca.
Al : Beldalah.
Mo : Ini siapa sih, Qis?
Bl : Itu Iqis di sekolah.
Mo : Sekolah mana?
Bl : Awas, ini siapa?
Bl : Itu Owi.
Mo : Mana Allesa?
Bl : Allesa ini.
Bl : Ini Iqis.
Mo : Ini?
Bl : Ni Allesa.
Mo : Mana Allesa?
Bl : Allesa yang ini.
Mo : Itu?
Bl : Ini Iqis.
Mo : Ini Iqis. Ini?
Bl : Ini Allesa.
Mo : Ini?
Bl : Alfan yang ini.
Bl : Alfan mana?
Mo : Ini.
Bl : Ini apa?
Mo : Air minum, Qis. Itu minum siapa, Qis? Iqis mau minum?
Bl : Iya.
Mo : Pakek minum Kakak ya?
Bl : Iya.
Mo : Bentar ya.
Bl : Kak haus.
Mo : Duduk dulu yang mau minum duduk dulu.
Bl : Ini apa?
Mo : Minum.
Bl : Mainan.
Mo : Gak boleh dimainin, itu untuk kalo digigit nyamuk. Sini Kakak bukain,
yang mana digigit nyamuk?
Bl : Ini.
Mo : Cium, harum ga?
Bl : Halum.
Mo : Dah duduk, tuh. Eca mau gambar? Duduk. Iqis duduk.
Bl : Selamat siang Bu Osa. (Bilqis terapi)
Al : Aku mau minum susunya.
Mo : Kok kamu gak terapi?
Al : Terapi kok.
Al : Ingusnya.
Mo : Lap pakek tisu ingusnya netes. Lap! Ayo Allesa.
Al : Mobil.
Mo : Mobil. Udah selesai belom? Biar minum susu, biar cepet pulang. Minum
susu dulu.
Al : Udah.
Mo : Baca doa dulu, gimana doanya.
Al : Ininya kasih kacang.
Mo : Habisin dulu.
Al : Ini di sini.
Mo : Apanya? Ayo habisin dulu.
Al : Kosong.
Bo : Salim dulu.
Al : Selamat siang Ibu Osa.
Bo : Pulang sama Kakak Moni, ya.
Mo : Makasih ya, Bu.
Mo : Siapa mau pulang?
Al : Saya.
Al : Ih itu jatoh kotol.
Mo : Iya, itu jatuh, kotor. Awas jatuh kuenya. Enak gak kuenya?
Al : Enak.
Mo : Enak. Seneng gak main sama Kakak?
Al : Seneng.
Mo : Besok kita ketemu lagi ya di sekolah.
Al : Ada mobil.
Mo : Iya ada mobil. Iqis terapinya di mana?
Al : Telapi.
Mo : Kamar kamu di mana?
Al : Di situ.
Mo : Di situ.
Al : Ada ininya ni.
Mo : Itu apa? Kincringan?
Al : Ini bawa aja.
Mo : Makan dulu kuenya, nanti jatoh kayak yang di tanah tadi.
Al : Dibawa.
Mo : Sini Kakak bawain. Di mana kamarnya?
Al : Sini.
Mo : Dadah…
Al : Dadah…
Ujaran yang tidak terekam namun dicatat oleh peneliti
1. Bilqis
Bu, sudah bu
Kakak aku bisa
Ni belom ni
Azka
Bu Osa, tu
Bu Osa
Gazi tu
Azka ini belom
Ni buang sampah ya?
Gak ada
Eca jangan dicolet
Bu Osa ni
Mau pindah
Bu Osa ingus
Buang sampah
Enggak, gak mau bis
Oh sama ibu
Di Bu Osa
Mau minum susunya cokelat
Penelitian Hari Ke-4
Rabu, 22 Maret 2019 pukul 07.30 s.d. 11.00 di Baby Kangaroo Kids and Baby
Daycare
Keterangan:
Ar : Arfan (Subjek Penelitian 1)
Mo : Monita (Peneliti)
Al : Allesa ( Siswa di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare sekaligus
teman di YSI)
Ml : Ms. Lilo (Guru di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare)
Percakapan 1 (sebelum KBM dimulai)
Ar : Kakak ada foto.
Mo : Foto siapa ni?
Ar : Foto Mis Lilo.
Al : Cat ail.
Ml : Iya, cat airnya di situ, ya.
Al : Cat ail
Ar : Ini talok di sini, Ca.
Al : Celitanya aku mau masak.
Mo : Itu warna apa , Ca?
Mo : Warna coklat mana, Ca?
Al : Tinggal.
Mo : Ini bentuknya apa?
Al : Bulat.
Ar : Ini buat ail?
Mo : Iya, cat air buat mewarnai.
Ar : Walnai apa?
Mo : Warnai di kertas nanti bisa warnai gambar.
Ar : Walnai keltas?
Ml : Iya, itu buat hari Senin Ms. Lilonya.
Ar : Ininya kebalik, ya? (sambil menunjuk tutup toples.
Mo : Iya. Ini warna apa, Ca?
Al : Melah.
Mo : Pink.
Mo : Apanya yang dicopot?
Al : Ih basah.
Mo : Yah, ada yang dibuka, ya? Yang mana yang copot?
Al : Ih copot.
Mo : Oh ini ni, bocor.
Al : Bocol.
Mo : He‟eh.
Al : Ini bocol juga gak?
Ar : Mis Lilo bocol.
Ml : Mana coba lihat?
Ar : Ni…
Mo : Tangannya merah-merah.
Ar : Melah-melah.
Ml : Oiya, sebaiknya kita tidak main ini ya, takutnya bocor. Terima kasih.
Main yang lain aja ya, baloknya ya.
Al ; Ini…
Mo : Nih masih banyak. Kasih Ms.-nya.
Ar : Nih…
Ml : Terima kasih, Arfan.
Ml : Iya.
Al : Tempatnya yang sini.
Ar : Kasih tempatnya.
Al : Satu aja.
Mo : Lagi, lah. Jangan satu aja.
Al : Satu.
Mo : Satu. Nih, ga mau dimasukin?
Al : Masukin aja.
Mo : Emang muat?
Al : Muat.
Mo : Aduh.
Al : Kaget, gak?
Mo : Kaget Kakak.
Al : Ini yang bikin-bikin.
Mo : Bikin apa? Bikin kertas sini.
Al : Aku bisa bikin lumah.
Mo : Bisa bikin rumah?
Ar : Kak, ini gak bisa.
Mo : Apanya yang ga bisa? Iya, kan ada ininya. Ga bisa, satu aja, niih. Ga bisa
dua. Tutup coba. Tuh bisa, kan? Tuh.
Ar : Ini ga bisa?
Mo : Engga.
Ar : Kalo ini bisa?
Mo : Bisa.
Al : Pula-pula sakit.
Mo : Pura-pura sakit?
Al : Mundul.
Mo : Mundur?
Al : Iya.
Al : Tajemnya. (Menunjuk balok berbentuk atap rumah)
Mo : Tajemnya?
Al : Iya, ini yang…
Mo : Yang mana? Minta tolong dulu.
Al : Kakak, tolong.
Mo : Yang mana?
Al : Yang ini.
Mo : Ini.
Al : Iya.
Ar : Ada kupu-kupu.
Mo : Mana ada kupu-kupu? Itu bunga.
Ar : Enggak.
Mo : Iya.
Ar : Ini kupu-kupu.
Mo : Itu pasangannya mana?
Ar : Ini buat ail?
Mo : Engga, bukan buat air.
Ar : Yang itu buat ail?
Mo : Engga. Susun!
Ar : Aduh panas!
Mo : Yang ini gak mau, Ca?
Al : Mau dong.
Mo : Mau dong.
Al : Ini naik dulu ini.
Mo : Naik dulu.
Al : Gak jatoh, kan?
Mo : Enggak. Kurang tinggi? Ini miring nih.
Al : Kak, tidak dipegang.
Mo : Ga usah dipegang.
Al : Jadinya jatoh.
Al : Aku buat lumah.
Mo : Muat gak?
Al : Muat.
Mo : Wah jatoh.
Al : Alfan tidak dijatohin.
Ar : Ih tidak dipukul sama aku.
Al : Ke situ dulu.
Mo : Nih.
Al : Sini-sini aku aja.
Mo : Sini-sini aku aja. Dah. Biarin, Sini Kakak bantu. Dah. Emang gak bisa
ditutup. Dah.
Ar : Ini belom.
Mo : Terima kasih Arfan.
Al : Stop, stop, stop.
Mo : Dah, yuk Ca.
Al : Bial aku aja, bial aku.
Mo : Bareng-bareng.
Mo : Yuk, senam yuk.
Al : Mama, aku mau minum.
Al : Mama mau minum?
Percakapan 2 (saat KBM dimulai)
Al : Kok ada di sini?
Mo : Kamu mau deket aku?
Al : Buka ini.
Ml : Iya nanti, kita berdoa dulu. Eca, ayo berdoa sendiri.
Al : Gak minta.
Mo : Ayo berdoa. Enggak, enggak minta.
Al : Mis Lilo bukain.
Al : Kita sama.
Mo : Kamu mau deket Kakak?
Al : Aku gak mau deket Kakak.
Mo : Takut diminta, ya?
Mo : Arfan mau susu juga?
Ar : Mau susu juga.
Ar : Banyak semut, ya?
Ml : Iya banyak semut.
Ar : Nanti semut, ya?
Ml : Iya.
Ar : Dimakan semut.
Al : Tolong Mis.
Ml : Owi lagi pergi ke Singapur, ya.
Ar : Lagi nyapu?
Ml : Owi lagi pergi ke Singapur, ya.
Ar : Aku mau biskuit.
Ml : Ya, nanti. Dimakannya nanti setelah nanti, kita mau selesai
Ar : Pakek tisu.
Ml : Mama Isla gak kelihatan lagi, ke mana sih mama Isla?
Ar : Mama Isla udah kelual.
Ml : Udah keluar? Bener? Ke mana mama Isla udah keluarnya?
Ar : Mis Lilo digantung.
Ml : Oh digantung, kayak hanger digantung. Mama Yuyun mana mama
Yuyun? Mama Yuyun pasti lagi nganter Melly.
Ar : Enggak lagi ngantel Melly, mama Ade yang ngantel Melly.
Ml : Siapa yang nganter Melly? Mama Yuyun?
Ar : Bukan, mama Ade yang antel Melly.
Ar : Kaget.
Al : Digantung.
Ml : Iya, gantung ya kayak hanger. Nanti makannya nanti, ya.
Al : Aku bisa buka yang ujung.
Al : Aku gak kenceng.
Al : Mis Lilo aku gak kenceng.
Ar : Ih cicak.
Ml : Iya, cicaknya mencari makan.
Ar : Kok cicaknya mau mencali makan?
Ml : Iya.
Ml : Eca lagi dong ini, di rumah Eca pohonnya warna apa?
Ar : Kok ada pohon?
Ml : Iya, nanti Arfan juga ada pohon kok kalau mau. Ada kok, udah disiapin
sama Ms. untuk Arfan. Ini dulu diselesain.
Ar : Aku mau pohon.
Al : Ada kelinci, emangnya ada kelinci?
Ml : Uh, ada.
Al : Ini coklat.
Al : Aku ini mau dihapus.
Mo : Mau dihapus gambarnya?
Al : Iya.
Al : Ih gelap.
Ml : Iya mataharinya.
Al : Kok matahali?
Ml : Mataharinya sedang meredup sedikit.
Al : Mis Lilo udah.
Ml : Udah?
Al : Ini yang walna melah.
Ml : Iya. Coba Eca lanjutin lagi.
Al : Kebalik, yang di sini.
Al : Gak bisa nih kebalik.
Mo : Terbaik? Iya puter.
Ml : Tarok lokernya Allesa.
Al : Yang mana?
Ml : Nah iya, terus krayonnya kasih Alfan. Bilang apa? Terima kasih Alfan.
Al : Kak Monita belom.
Al : Aku mau pakek tisu.
Mo : Mau pake tisu? Apanya?
Al : Kuenya.
Ujaran yang tidak terekam namun dicatat oleh peneliti.
1. Arfan
Mama mau minum.
Itu ada Supelmen.
Supelmen.
Itu Supelmen.
Ih gelap.
Tumpah.
Kalo ba belum, ya?
Kok cicaknya mencali makan?
Ini punya siapa?
Penelitian Hari Ke-5
Rabu, 27 Maret 2019 pukul 09.00 s.d. 10.00 di Baby Kangaroo Kids and Baby
Daycare
Keterangan:
Ar : Arfan (Subjek Penelitian 1)
Mo : Monita (Peneliti)
Ml : Ms. Lilo (Guru di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare)
Ow : Khowri (Siswa di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare)
Percakapan
Ar : Mama Ina, ini kasih Eca?
Ar : Eca ini punya kamu.
Mo : Apa itu?
Ar : Bukain.
Mo : Tebak ini hewan apa ya?
Ar : Dinotulus.
Mo : Dinotulus.
Ar : Buaya.
Mo : Cicak.
Ar : Cicak.
Mo : Yang didinding Arfan makan. Ih kotor. Gak ditarok, gak ditarok.
Ar : Ini cicak bisa jalan?
Mo : Iya. Coba dimakan cicaknya. Aammmm, kalo yang di dinding bisa
dimakan gak?
Ar : Gak bisa.
Mo : Kok gak bisa, ini bisa.
Ar : Kalo ini bisa, enak.
Ar : Ini pelmen.
Ow : Yupi.
Ar : Bukan Yupi, ini pelmen.
Mo : Permen Yupi. Owi mana punya Owi?
Ow : Gak ada.
Ar : Bukain.
Mo : Bukain.
Ar : Ini enggak ini buat di lumah?
Mo : Kalo ada waktunya boleh minum, ya…
Ar : Ini enggak buat di lual itu.
Mo : Oh buat di luar.
Ar : Ini enggak.
Mo : Iya.
Ar : Ininya panjang?
Mo : Iya. Eh udah habis.
Ar : Ni tinggi?
Mo : He‟eh tinggi.
Ar : Namanya apa?
Mo : Namanya Tenggo (Tango) rasa stroberi.
Ar : Lasa stobeli.
Ar : Monita itu buat apa yang ijo(?)? (menunjuk rok yang terbuat dari tali
rapiah)
Mo : Yang ijo itu buat dipakai di rok. Nanti pas pentas. Siapa yan makek bulu-
bulunya?
Ar : Ini buat nali?
Mo : Iya buat nari.
Ar : Nali apa?
Mo : Yamko Rambe Yamko.
Ar : Nali Yamko?
Mo : He‟eh.
Ar : Kok itunya bagus?
Mo : Kenapa?
Ar : Itunya bagus?
Mo : Yang mana? Ini, ini?
Ar : Minum susu…
Mo : Minum susu? Ya. Bisa gak bukanya?
Ar : Monita, tadi aku yang malem aku bisa.
Mo : Kakak. Tadi malem bisa?
Ar : Ya.
Mo : Coba.
Ar : Susu kotak.
Mo : Susu kotak?
Ar : Iya.
Mo : Ini rasa apa?
Ar : Lasa coklat.
Mo : Pinter. Uh bisa. Sampahnya jangan buang sembarangan, ya!
Mo : Iqis mana Iqis Fan?
Ar : Iqis sakit.
Mo : Dari kemaren sakit?
Ar : Iya.
Mo : Waktu sama Bu Osa juga gak masuk Iqisnya?
Ar : Iya.
Mo : Mana sedotannya?
Ar : Sedotan.
Mo : Kebuang, ya?
Ar : Monita, ada cincin.
Mo : Cincin siapa?
Ar : Cincin Meli.
Mo : Cincin Meli kok bisa ada di tas Arfan?
Ar : Iya.
Ar : Ini pakek tisu?
Mo : Gak usah gak papa.
Ar : Ini pakek tisu, ya?
Mo : Buat nanti aja. Apa mau buat hari ini? Mau sekarang?
Ar : Owi gak boleh liat, aku yang punya.
Ar : Tu, siapa tu?
Ar : Monita, tadi ada olang meninggal tadi ada pocong yang loncat.
Mo : Oh iya? Di mana?
Ar : Dibawa polisi.
Mo : Oh iya?
Ar : Iya.
Mo : Arfan ngeliatnya di mana?
Ar : Ngeliatnya ambulan.
Mo : Di ambulan. Takut gak?
Ar : Takut.
Ar : Tadi bunyinya dinyala sama polisi.
Mo : Oooh… Eh, ini masih ada? Punya banyak Arfan?
Ar : Gak, aku punya dua.
Mo : Dua?
Ar : Iya.
Mo : Yang itu punya Arfan juga yang dipinjem Owi?
Ar : Iya, punya Owi kan baleng-baleng.
Mo : Oh bareng-bareng?
Ar : Iya.
Ar : Ni salju.
Mo : Mana salju?
Ar : Ni.
Mo : Oh iya.
Ar : Ini walna pink.
Mo : Warna pink, itu gambar apa?
Ar : Ini apa?
Mo : Burung hantu.
Ar : Ni apa?
Mo : Itu mana? Wah itu mobil.
Ar : Itu mobil ini.
Mo : Iya buat di salju.
Ar : Buat di salju?
Mo : Iya.
Ar : Ini mobil?
Mo : Iya.
Ar : Buat naik?
Mo : Iya.
Ar : Naik apa?
Mo : Naik sama orangnya.
Ar : Ni anaknya?
Mo : Iya.
Ar : Ni anak ibunya?
Mo : Yang ini anaknya, ini ibunya.
Ar : Ini dedenya, ini ibunya?
Mo : Iya.
Ar : Ada bapak gak?
Mo : Ada, bapaknya lagi cari makan.
Ar : Cali makan.
Mo : Iya.
Ar : Buat ini bulung hantu?
Mo : Iya.
Ar : Ini dede sama ibu?
Mo : Iya.
Ar : Ntal dedenya nais (nangis)?
Mo : Iya kalo gak dikasih makan nanti dedenya nagis.
Ar : Ni Monita bulung hantunya jatoh.
Mo : Jatoh? Tadinya di mana emang?
Ar : Di sini.
Mo : Uuuuh.
Ar : Jatoh.
Mo : Trus siapa yang nolongin?
Ar : Ini olangnya.
Mo : Baik ya orangnya ya.
Ar : Tadi olangnya tolongin.
Mo : He‟eh.
Ar : Bulung hantunya ini dede.
Mo : Dede. Ibunya ke mana?
Ar : Gak ada.
Mo : Gak ada.
Ar : Baca lagi.
Ar : Ganti lagi ni.
Ar : Ini Owinya udah baca.
Mo : Udah baca, iya. Sekarang Arfan mau baca yang mana lagi?
Ar : Lagi ini.
Ar : Aku ada pensil.
Ar : Monita aku ada pensil.
Mo : Iya. Kok warnanya gini?
Ar : Iya.
Ar : Itu bukunya ada banyak.
Mo : Ada banyak? Arfan bawanya dari mana?
Ar : Bawanya di sini.
Ar : Jadi Monita jadi ininya ditalik.
Mo : Ditarik?
Ar : Iya sama ini.
Mo : Itu siapa namanya? Alex.
Ar : Ni apa?
Mo : Itu mobil juga.
Ar : Ni?
Mo : Itu juga mobil, Cuma beda warnanya.
Ar : Mobil-mobil ini.
Mo : (Mengangguk)
Ar : Ni cewek-cewek Owi suka ini?
Ar : Owi ini Owi main helikoptel?
Ar : Tapi ininya bisa nyeblang?
Mo : Iya, yang mana yang bisa nyebrang? Iya, kan kalo helicopter terbangnya
di atas.
Ar : Atas ke awan?
Mo : He‟eh.
Ar : Kok mutel-mutel?
Mo : Iya bisa muter-muter, kalo gak muter dianya gak terbang.
Ar : Gak teblang?
Mo : He‟eh.
Ar : Nanti jatoh?
Mo : Iya, nanti jatoh.
Ar : Kalo talik yah?
Mo : Iya. Dia mau menyelamatkan.
Ar : Liat apa olangnya?
Mo : Liat jalan biar gak nabrak mobil yang lain.
Ar : Nablak mobil.
Ar : Kok ininya bisa nyala?
Mo : Yang mana yang bisa nyala?
Ar : Ini mobilnya bisa nyala?
Mo : Kalo gak nyala mobilnya gak bisa jalan.
Ar : Gak jalan?
Mo : He‟eh.
Ar : Kok ininya pakek ini?
Mo : Kenapa?
Ar : Kok pakek ini?
Mo : Itu biar selamat di jalan.
Ar : Ini namanya apa?
Mo : Itu namanya helm.
Ar : Helem?
Mo : Iya, yang di kepala itu namanya helm.
Ar : Kalo ini topinya?
Mo : Iya, namanya helm tapi beda warna.
Ar : Helep ini apa?
Mo : Helm.
Ar : Helem.
Ar : Ni kalo ini?
Ar : Ini helep?
Mo : Helm.
Ar : Ni juga sama helep?
Mo : Helm pake m, helm.
Ar : Kok ininya naik mobil ini?
Ar : Aku suka naik mobil.
Ar : Ini aku sama Tasya naik mobil.
Ar : Ni Owi naik helikoptel.
Ar : Siapa lagi?
Ar : Ni Eca naik ini.
Ar : Ini boneka ikut kan ikut kan mau gak?
Ar : Ini Alfannya suka naik sepeda ini tu.
Ar : Ni naik mobil ni.
Ar : Tu kayak mobilan ya?
Ar : Ni ada helokoptel ni.
Ar : Monita…
Mo : Oy.
Ar : Ni.
Mo : Iya, tu mobil.
Ar : Ada helikoptel lagi ni.
Ar : Ini bisa naik?
Mo : Bisa, nanti terbang ke udara.
Ar : Ke udala?
Mo : Iya, terbang ke atas.
Ar : Enggak, cewek-ceweknya liat ini.
Ar : Ni liat?
Mo : Iya. Nanti dia naik ke atas sini.
Ar : Yang cewek naik ini yang cewek?
Ar : Ni balon udala.
Ar : Kok dianya jatoh kok kasian banget?
Mo : Iya, dianya jatoh ke salju dari pohon.
Ar : Di salju.
Ar : Ni olangnya tolong-tolong.
Ar : Ni tolongin ni bulungnya.
Ar : Olangnya tolong?
Ar : Tolong.
Ar : Itu buat nyali Biampo?
Mo : Iya.
Ar : Koli, ini nyali yang Koli.
Mo : Iya.
Ar : Anaknya enggak?
Ar : Pakek lengkap?
Ar : Gantian lagi.
Ar : Aku suka naik ini.
Ar : Eca suka naik ini naik mobil Eca enggak?
Ar : Eca mau naik mobil?
Ar : Naik ini helikoptel kaya Koli?
Ar : Beldua?
Ar : Mau naik?
Ar : Mau liat balon udala?
Ar : Aku naik dulu ya aku liat balon udala ya pake mobil ini melah ya.
Ar : Aku suka naik mobil Monita.
Mo : Iya, mana?
Ar : Aku suka naik mobil.
Mo : Suka?
Ar : Suka.
Mo : Iya, nanti naik ya.
Ar : Ini Arfan sama Tasya.
Mo : Iya.
Ar : Naik mobil.
Ar : Aku ni naik mobil
Ar : Ni Tasya sama Alfan.
Ar : Ni mobil ada banyak ya ini?
Ar : Ada banyak?
Mo : Selesai.
Ar : Selesai.
Mo : Punya Allesa mana?
Ar : Alesa udah ditalok di tas.
Ar : Mau minum dulu.
Mo : Yaudah, ni.
Ar : Gak bisa.
Mo : Gak bisa? Minumnya dikit-dikit. Udah, udah minumnya? Gak keluar
airnya? Enggak? Keluar gak? Ada yang nyangkut yah? Gak keluar? Mau
dibuka aja gak tutupnya? Awas tumpah ya minumnya. Yah lepas
sedotannya, sini Kakak benerin.
Ar : Enggak, ini punya Alfan.
Ar : Itu, di situ.
Mo : Arfan ininya lepas.
Ar : Punya Alfan itu lepas, ya?
Mo : Iya.
Ar : Itu gak mau kelual?
Ar : Kakak benelin?
Mo : Iya.
Ar : Itu kenapa?
Mo : Sakit.
Ar : Monita tadi ada keleta.
Mo : Kereta? Di mana?
Ar : Di sana di sekolahan.
Mo : Di sekolahan?
Ar : Iya.
Ar : Mis Lilo tadi aku liat keleta kata Bu Lili aku naik keleta kata Bu Lili.
Ar : Mis Lilo tadi keletanya ada panjang.
Mo : Panjang?
Ar : Iya.
Ar : Tadi aku liat.
Mo : Liat?
Ar : Iya.
Mo : Berapa banyak?
Ar : Tadi ininya banyak.
Ar : Mis Lilo tadi aku liat keleta.
Ar : Aku juga naik keleta kata Bu Lili tadi aku liat.
Ar : Tau Edi ga?
Mo : Edi? Siapa?
Ar : Mis Edinya di atas?
Mo : Iya di atas.
Ar : Itunya ininya sakit?
Mo : Iya sakit.
Ar : Abis apa?
Mo : Kena panas.
Ar : Kena panas?
Mo : He‟eh. Jadi jangan makan yang panas-panas ya.
Ar : Monita aku bisa.
Mo : Bisa apa?
Ar : Ni melahnya udah?
Mo : Udah.
Ar : Ni belom?
Mo : Iya belom.
Ar : Ni sama putihnya?
Mo : Iya. Gak papa tulis aja.
Ar : Ih kayak mengpink.
Mo : Iya kan kena merah ininya tadi. Jangan kena merah ih, nant pink-pink.
Tuh kan, nanti pink lagi.
Ar : Ih Eca, jangan.
Mo : Eh, gak boleh marah-marah, nanti cepet tua.
Ar : Putihnya satu?
Mo : Iya.
Ar : Apa itu?
Mo : Itu bendera merah putih. Bendera negara apa? Indo..
Ar : …nesa.
Mo : He‟eh.
Ar : Udah.
Mo : Udah. Ih ini belom putihnya ni. Warna merah lagi Fan ini belom kena
warna merahnya Fan.
Ar : Bisa sulap?
Mo : Bisa dong.
Ar : Kentut lagi.
Mo : Siapa yang kentut?
Ar : Alfan.
Mo : Ih Arfan kentut. Kenyang, ya?
Ar : Ininya peleset.
Mo : Iya, makanya jangan jalan-jalan. Tuh kan, kakinya ke sini.
Ar : Monita.
Mo : Eh, jatoh-jatoh. Nanti jatuh loh.
Ar : Jatoh lagi.
Penelitian Hari Ke-6
Rabu, 10 April 2019 di Yayasan Sayap Ibu Jakarta pukul 15.30-17.30.
Keterangan:
Ar : Arfan (Subjek Penelitian 1)
Bl : Bilqis (Subjek Penelitian 2)
Mo : Monita (Peneliti)
Ph : Pak Hamim (Pengasuh 1)
Ma : Mama (Pengasuh 2)
Percakapan
Bl : Pak Hamim.
Bl : Dipoteknya di sini ni. (menunjuk pisang yang dimakan)
Ph : Enak gak?
Bl : Enak.
Ph : Enak dong.
Ar : Kayak banana.
Ph : Emang banana.
Bl : Mama dadah.
Bl : Amim.
Bl : Aku mau di sini.
Ar : Indonesia. (sambil teriak)
Ar : Aku mau naik.
Mo : Arfan mau naik?
Ar : Iya.
Mo : Berat gak Arfan? Uh berat. (sambil menggendong Arfan)
Ar : Putli belat.
Mo : Putri berat, iya.
Bl : Ini apa?
Mo : Tiang.
Bl : Ini keleta.
Ar : Ma ini lasanya apa ma?
Ma : Rasanya susu.
Ar : Susu sapi.
Bl : Ma aku mau pelmen.
Mo : Hayo sandal siapa yang jatoh?
Bl : Aku.
Bl : Aku mana?
Bl : Aku mau.
Mo : Iqis mau apa? Kamu mau apa?
Bl : Aku mau susu.
Mo : Ini bukan susu, ini jus.
Bl : Aku mau susu.
Mo : Baiklah, “Kakak aku mau jus.”
Bl : Mau jus.
Mo : Gantian ya.
Bl : Ih jus.
Mo : Arfan mau.
Ar : Ini masih ada.
Mo : Apanya yang masih ada?
Ar : Pelmen.
Mo : Oh, habisin dulu ya.
Mo : Hayolo kehabisan.
Mo : Masih ada?
Ar : Udah.
Mo : Enak?
Ar : (Mengangguk)
Mo : Suka?
Ar : Ada lagi gak?
Mo : Cuma satu, jadi bareng-bareng ya.
Al : Aku dulu.
Mo : Yah tumpah.
Al : Tuh kan tumpah.
Ar : Ini lasa apa?
Mo : Mangga.
Mo : Pakek dulu, nanti gak Kakak kasih.
Ma : Kak, jangan kasih Kak, jangan kasih Kak, gak pakek sandal Kak.
Ar : Mau.
Mo : Mau lagi.
Ar : Itu lasanya apa?
Mo : Mangga.
Ar : Mangga
Mo : Mangga.
Ar : Pil?
Mo : Gak pakek pir. Gantian sama Eca.
Ar : Udah.
Ar : Itu buat apa?
Ar : Ni lasanya mangga?
Mo : Iya, buat bareng-bareng.
Ar : Baleng apa?
Mo : Kita bareng-bareng.
Ar : Olang?
Mo : Iya. Arfan orang bukan?
Ar : Bukan.
Mo : Kalo bukan orang apa dong namanya?
Ar : Hesti sama Eca sama Alfan.
Mo : He‟eh.
Ar : Kakak mau ngapain?
Mo : Ngapain?
Ar : Ini pakek tas?
Mo : Hayo mau ke mana?
Ar : Mau, Eca udah.
Mo : Tasnya tarok sini aja ah, capek, berat.
Ar : Capek?
Mo : He‟eh.
Ar : Ntal ininya sakit? (menunjuk bahu)
Mo : Iya ininya sakit.
Ar : Ntal habis deh.
Mo : Satu kali satu kali lagi ya.
Ar : Udah habis ya?
Mo : Iya gak papa habis.
Ar : Ntal habis ya?
Mo : He‟eh.
Ar : Eca udah.
Mo : Ganti Arfan lagi, trus Hesti lagi.
Mo : Masih ada gak?
Ar : Mau lagi.
Mo : Hah habis ya?
Ar : Habis sama Alfan.
Mo : Yaah habis.
Bl : Aku mau liat.
Mo : Mau foto gak?
Mo : Yuk main lagi yuk!
Bl : Ih mau itu mau liat.
Mo : Gak boleh, ni doggy.
Bl : Mau liat doggy.
Mo : Arfan udah habis, buang.
Bl : Ih.
Mo : Yuk main yuk!
Bl : Jangan ditahan.
Mo : Jangan ditahan? Yuk main yuk!
Bl : Aku mau naik.
Mo : Mau naik apa?
Mo : Merosotnya yang bener, nanti…
Ar : Nanti jatoh?
Mo : Iya nanti jatoh nanti kepalanya berdarah.
Ar : Kayak cewek-cewek di hape Pak Hamim.
Mo : Iya, kayak cewek-cewek di hape Pak Hamim.
Ar : Pak Hamim.
Mo : Pak Hamim?
Ar : Iya.
Mo : Itu kenapa celananya? Sakit sempit ya?
Bl : Iya.
Mo : Ini pampers-nya, ih berdarah.
Bl : Eca ada nasinya. (Menunjuk nasi yang tumpah di rumah-rumahan)
Mo : Iya nasinya jatoh.
Bl : Nasi Allesa itu.
Bl : Ada kacangnya di situ.
Bl : Ini kue.
Mo : Kue apa namanya?
Bl : Kue klupuk.
Mo : Klupuk.
Bl : Kue klupuk ini.
Ar : Putli… (teriak memanggil Puteri)
Ar : Putli ni. (memberikan kue)
Bl : Aku mau juga.
Ar : Yupi.
Ar : Eca aku mau.
Ar : Tuh kan jatoh.
Ar : Baleng-baleng ya?
Mo : Iya bareng-bareng.
Ar : Ni ada sapi.
Mo : Mana? Kemaren kamu bawa apa? Buaya ya yang pas di sekolah?
Ar : Bukan, ni sapi.
Mo : Sapi?
Ar : Iya.
Mo : Wah itu apa?
Bl : Sapi.
Mo : Sapi.
Ar : Eca aku mau dua.
Mo : Satu-satu.
Ar : Mama, ini kayak gajah.
Mo : Iqis mana sapinya?
Bl : (hanya tertawa)
Mo : Yah jatoh kuenya.
Bl : Bial aja, kotol.
Mo : Kotor.
Mo : Tu Iqis sekali ngambil banyak.
Ar : Bial gendut.
Ar : Ni bial gendut. (sambil memegang perut)
Mo : Biar gendut.
Ar : Kayak Misis.
Mo : Kayak Misis siapa?
Ar : Miss Ketlin.
Ar : Habis makan yang banyak.
Ar : Ni disuntik.
Mo : Disuntik, biar apa di suntik?
Ar : Ni apa?
Mo : Ular itu.
Bl : Ulel.
Mo : Iya uler.
Ar : Ni ulelnya, ulelnya panjang.
Mo : Iya, ulernya panjang.
Ar : Nanti bajunya bolong.
Mo : Iya nanti bajunya bolong digigit uler.
Ar : Ni bajunya bolong.
Ar : Itu di tv.
Mo : Di tv?
Ar : Ni jatoh lagi.
Mo : Jatoh lagi, banyak banget yang jatoh.
Mo : Laper bu.
Bl : Iya lapal bu.
Mo : Siapa suka disuntik?
Ar : Doktel.
Mo : Arfan pernah disuntuk gak?
Ar : Tadi ada helikoptel yang balu.
Mo : Oh iya?
Mo : Yang buku cerita yang ada burung hantu nolongin itu.
Ar : Kenapa?
Mo : Adak an di buku Arfan?
Mo : Ada.
Bl : Disuntik.
Mo : Jangan disuntik, kan sakit. Eca mau disuntik juga?
Ar : Itu makanan bukan disuntik.
Mo : Makanan bukan disuntik. Iqis habis lagi? Waah.
Ar : Ni aku gendut.
Mo : Oiya? Udah gendut emang?
Mo : Eh kemaren Kakak ngasih kerayon udah ada?
Ar : Ni gendut.
Mo : Mana? Segini gendut? Nanti kalo kurus gimana badannya?
Mo : Habis lagi Qis? Oh ditarok di sana?
Bl : Iya.
Mo : Dimakan. Dimakan, jangan ditarok.
Mo : Jangan ditarok di sini, kotor. Tarok aja di dalem biarin aja.
Mo : Jangan ditarok sini ya, kotor ya.
Bl : Gak, kotolnya gak ada kotolnya.
Mo : Itu disimpen, habis segini ambil lagi. Habisin dulu ya.
Bl : Ni ada cacing.
Mo : Iya ada cacing Iqis.
Ar : Ambulan.
Mo : Ambulan? Bunyi ambulan gimana?
Ar & Bl: Huihuihuiiiii (menirukan bunyi ambulan)
Mo : Itu bunyi polisi apa ambulan?
Ar : Polisi.
Bl : Ini disuntik.
Mo : Disuntik? Coba suntik paha Iqis.
Bl : Ni bola.
Mo : Iya bola.
Bl : Ni ikan.
Mo : Ikan.
Mo : Bunyi ikan gimana? Blobokblobokblobok…
Bl : Ni ikan.
Ar : Ni ikan juga.
Mo : Mana? Oiya… ikan apa itu ya?
Ar : Ikan paus.
Bl : Ni apa?
Mo : Kura-kura bukan ya?
Bl : Bukan.
Mo : Yah jatoh.
Bl : Cacing.
Ar : Yah jatoh.
Mo : Jangan dijatohin, sayang makanannya, enak masukin ke perut.
Mo : Tidak dijatohin, dimakan ya, tidak dijatohin, nanti habis punya Arfan,
Arfannya gak punya makanan.
Mo : Yee punya Arfan habis duluan.
Bl : Buang ya?
Mo : Jangan dong, nanti kamu gak bisa makan.
Mo : Dimakan ya, jangan dibuangin.
Mo : Bareng-bareng ya, Iqis, itu punya Eca.
Bl : Gak mau ah.
Mo : Gak mau ah, mau main apa? Ih kotor tu bajunya nanti.
Mo : Ih kotor ih.
Bl : Itu bekas Allesa.
Mo : Bekas Allesa? Iya? Jatoh?
Bl : Kak itu Kak.
Bl : Ambil lagi ya?
Mo : Gak boleh, itu kotor, itu buang.
Mo : Itu kotor gak boleh diambil lagi ya.
Bl : Mau melihat.
Mo : Melihat itu? (menunuk pohon)
Bl : Ondel-ondel.
Mo : Mana ondel-ondel? Gak ada ondel-ondel.
Bl : Belom.
Mo : Belum.
Bl : Ada.
Mo : Ada tapi ya?
Bl : Iya.
Mo : Kamu nungguin ondel-ondel?
Bl : Aku jadi mama.
Mo : Jadi mama? Mama ondel-ondel?
Bl : Jadi mama ondel-ondel.
Bl : Ni pesawat.
Mo : Mana pesawatnya?
Bl : Pesawat.
Bl : Itu udah telbang.
Mo : Iya udah terbang. Iqis mau naik pesawat gak?
Bl : Mau.
Mo : Mau.
Mo : Itu mobilnya banyak banget, mau ke mana ya?
Bl : Mau ke mana ya?
Bl : Ikut Misis.
Mo : Ikut Misis?
Bl : Iya.
Mo : Ikut Misis ke Jepang.
Bl : Ada semut.
Mo : Mana semutnya?
Bl : Itu sebelah sana.
Mo : Dah, naik.
Bl : Lagi.
Mo : Dari sana. Sini aja ni, bisa liat ondel-ondel.
Mo : Yuk masuk, yuk.
Bl : Aku sama Pak Hamim.
Mo : Oh yaudah sama Pak Hamim.
Bl : Amim, mau es klim.
Ar : Pak Hamim mau naik.
Bl : Mama minum.
Bl : Aku mau ini.
Bl : Dibuang?
Bl : Di sampah?
Bl : Putli mau.
Ar : Olalaga?
Ar : Tiga ya, Ma?
Ma : Iya, di Jepang.
Ar : Di Jepang ada mamanya?
Ma : Iya.
Bl : Yes.
Bl : Ih kupu-kupu
Bl : Ini sendalnya punya putli
Bl : Kakak main itu yuk
Bl : Mau ujan
Penelitian Hari Ke-7
Kamis, 11 April 2019 di Yayasan Sayap Ibu Jakarta pukul 15.30-17.30.
Keterangan:
Ar : Arfan (Subjek Penelitian 1)
Bl : Bilqis (Subjek Penelitian 2)
Mo : Monita (Peneliti)
Al : Allesa (Teman Ar dan Bl di YSI)
Ph : Pak Hamim (Pengasuh)
Percakapan
Bl : Ada nenek Fan ada nenek.
Al : Kakak, ada pocong. (Menunjuk gambar di buku cerita)
Mo : Hah, mana?
Bl : Ini nenek noh. (Menunjuk gambar di buku cerita)
Mo : Itu namanya kelelawar bukan pocong.
Al : Aku takut.
Mo : Hiiiiiiiiii… Itu apa?
Ar : Kelelawal.
Bl : Kalo ini apa?
Mo : Mobil.
Ar : Di sini ada apa? (Menunjuk gambar mobil)
Mo : Ada bannya. Yang ini namanya ban mobil.
Mo : Udah habis belom? Udah?
Bl : Belom.
Al : Aku mau.
Mo : Mau? Minta sama Iqis.
Al : Iqis minta.
Mo : Masih ada ga?
Bl : Udah.
Al : Udah habis.
Mo : Hayo siapa yang buang sampahnya?
Bl : Iqis mau yang ini.
Mo : Nanti jajanan yang lain ya. Eca mau jajanan yang lain gak? Udah habis
belum? Udah habis buang. Ini apa sih?
Bl : Buah.
Mo : Ini rambut, ni kayak Eca ni rambut.
Bl : Ni apa?
Mo : Ni sepatu. Ini susu. Ini lilin. Ini bawang putih.
Bl : Kalo ini?
Mo : Susu. Ininya habis, jajanan yang lain aja ya. Buang dulu sampah ke tong
sampah. Buang ya. Masih ada? Udah habis.
Bl : Ini apa?
Ar : Ni apa?
Mo : Snek, mau gak?
Ar : Snek apa?
Mo : Makan dulu, nanti Kakak kasih mau gak?
Ar : Aku mau ini.
Mo : Iya.
Ar : Aku mau yang ini.
Mo : Yang mana? Makan dulu buahnya.
Bl : Aku mau yang ini yang coklat.
Bl : Ini apa?
Ar : Kak gak mau, yang ini dulu.
Mo : Yang ini nanti. Masuk ke sana dulu ada acara, nanti buka ini deh.
Ar : Aku sudah makan buah.
Mo : Siapa yang udah makan buah?
Al : Ni apa?
Mo : Ni guguk. Nanti jatoh, hancur.
Al : Ini apa?
Mo : Guguk.
Al : Ini guguk.
Al : Ini apa?
Mo : Anjing laut.
Al : Ini?
Mo : He‟eh.
Al : Gelak. (Gerak)
Bl : Mau pelmen.
Mo : Mau permen.
Bl : Aku mau gajah.
Mo : Mau kodok gak?
Bl : Aku mau ondel-ondel.
Mo : Hah ondel-ondel? Kamu mau ondel-ondel?
Bl : Iya.
Bl : Ih balon.
Mo : Ih balon. Mau balon gak?
Bl : Kucing.
Mo : Mau hewan apa lagi?
Bl : Singa.
Mo : Singa?
Mo : Nih mau hewan apa lagi?
Bl : Gigi.
Mo : Gigi? Tapi dibuka lebar-lebar mulutnya.
Bl : (Membuka mulutnya)
Bl : Aku mau singa.
Mo : Mau singa? Kita cari ya.
Bl : Mau singa.
Bl : Ulang taun.
Mo : Ulang taun? Ni kaca mata.
Bl : Gak mau kaca mata aku mau ini.
Mo : Ni, yang kaca mata liat ya.
Bl : Yang ini. (Menunjuk salah satu fitur yang ada di Snapgram)
Mo : Ni yang mana? Yang ini?
Bl : Ini.
Mo : Yang mana? Pilih.
Bl : Iya balon.
Bl : Balon.
Bl : Balon.
Bl : Sama hapenya.
Mo : Ayok mau hewan apa?
Bl : Mau ini.
Bl : Mau foto.
Mo : Yang guguk aja ya? Yang kucing ni.
Bl : Guguk.
Bl : Mau ini.
Mo : Mau ini gini ni, jauhin dikit biar keliatan mukanya.
Bl : Liat.
Mo : Tu siapa tu?
Bl : Iqis.
Mo : Sana liat, unjukin ke Arfan, Arfan liat.
Bl : Liat badut.
Bl : Badut.
Mo : Badut.
Bl : Ini kayak ini.
Mo : Cantik gak?
Bl : Cantik.
Mo : Kamu mau balon gak?
Bl : Aku walna.
Mo : Iya, itu warna apa? Merah.
Bl : Mulut.
Mo : Iya mulutnya warna merah.
Bl : Kayak gigi?
Mo : Iya kayak gigi.
Bl : Aku mau balon.
Mo : Itu, itu ambil.
Bl : Balon.
Mo : Mau balon?
Bilqis kemudian pergi mengikuti acara ulang tahun.
TRANSKRIPSI WAWANCARA
Kegiatan wawancara dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Jakarta pada hari
Kamis, 04 April 2019.
Keterangan:
Mo : Monita (Peneliti)
S ; Pak Sudarno (Supervisor Lembaga YSI Jakarta)
Percakapan:
Mo : Kalau di yayasan ini ada standar anak untuk bisa masuk di sini?
S : Standar apa ni?
Mo : Seperti usia atau yang lainnya.
S : Kalau usia kita usia anak, mendapat rujukan dari Dinas Sosial DKI
Jakarta, kalau dari rumah sakit biasanya melapor, kalau dibawa dari
orang tua ada prosedurnya sendiri seperti kelengkapan administrasi,
KTP, dll. Selain itu kita lihat juga permasalahnnya itu apa. Kalau tidak
ada gangguan tetap harus diasuh keluarga, karena sebaik-baik
pengasuhan ada pada keluarga, tetapi jika ada gangguan maka akan kami
terima.
Mo : Ada batasan usianya gak, Pak?
S : Anak, anak itu kan usia 0-17 tahun. tapi di sini kebanyakan bayi.
Mo : Kalau saat ini, usia yang besar berapa Pak di sini?
S : 18 masih ada. Seharusnyakan sudah kerja, tapi karena kondisinya
keterbatasan, maka tidak boleh bekerja.
Mo : Berarti anak-anak yang di sini itu rata-rata adalah anak yang
berkebutuhan?
S : Di sini kan ada dokter sama tempat terapi, kalau dia masih di sini berarti
dia ada masalah, terutama masalah kesehatan. Seperti Ar dan Bl, itu telat
tumbuh kembang.
Mo : Oh, Ar dan Bl yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang.
Sebelumynya Bapak pernah bilang Ar dan Bl itu speech delayed, nah itu
bawaan dari lahir atau bagaimana, Pak?
S : Kalau Ar kan memang prematur ya, kalau prematur masih rentan
keterlambatan. Dia memang dari lahir terlambat, berat badannya
terlambat, kemudian juga tumbuh kembang… semua terlambat. Dia
mulai kelihatan bagus itu usia 2.5 tahun. Bl lebih berat, karena usia 2
tahun itu baru bisa jalan. Dia juga ada masalah fisik juga Bl. Cuma dia
baru masuk sini usia 7 bulanan dari RS Fatmawati.
Mo : Itu ditinggalkan?
S : Ditinggalkan dan di sana kan belum lapor ke dinas sosial jadi langung ke
sini.
Mo : Oh gitu. Kalau Ar dari lahir atau bagaimana?
S : Dari bayi, dilahirkan di rumah sakit, karena orang tua dan keluarga besar
tidak sanggup merawat karena tidak ada bapaknya, masuk ke sini.
Mo : Tapi ibunya masih ada?
S : Masih hidup, ada. Masih anak-anak atau gimanalah gitu saya gak ngerti
juga.
Mo : Mereka mulai terapinya sejak kapan, Pak?
S : Anak-anak ini?
Mo : Iya.
S : Sejak bayi, dari 5 bulan 4 bulan udah terapi, udah fisioterapi, terapi
medis.
Mo : Oh semuanya langsung berarti ya. Berarti terapi ini cukup membantu ya
karena memberikan stimulus. Kalau sekolahnya, mereka sekolah usia
berapa?
S : Baru tahun kemarin ini (usia 3 tahun).
Mo : Oh gitu. Oh ya Pak, mereka kalau main hanya bermain dengan teman
seusia mereka saja atau membaur?
S : Semua.
Mo : Oh ya, ini kan perawatnya beda-beda ya kan Pak, ada shift-shift-nya gitu,
itu tugasnya hanya sekadar mengawasi atau bagaimana, Pak?
S : Tugasnya semua sama, yang namanya perawat kan mengawasi,
mengasuh, memberi minum, makan, pakaian, ya semua.
Mo : Tapi tidak seintensif bagaimana orang tua?
S : Ya sama, ngajak ngomong, kalo ada tugas sekolah apa bantuin, Cuma ga
memberi ASI.
Mo : Kalau bahasa pertama yang mereka gunakan itu apa? Kan perawatnya
itu banyak? Apa tetap pakai bahasa Indonesia?
S : Bahasa Indonesia percakapan. Walaupun kalo yang gede, kan kadang
antarkarywan atau pegawai ada yang ngomong Jawa, ada satu dua ya dia
ngikutin. Tapi bahasa pertamanya bahasa Indonesia.
Mo : Oh begitu, baik Pak, itu saja, terima kasih.
DOKUMENTASI
A. Dokumentasi Kegiatan di PAUD Yayasan Sayap Ibu Jakarta
B. Dokumentasi Kegiatan di Baby Kangaroo Kids and Baby Daycare Jakarta
C. Dokumentasi Kegiatan Harian Subjek Penelitian di Yayasan Sayap Ibu
Jakarta
D. Dokumentasi Wawancara