realitas poskolonialisme dalamromanl’homme …lib.unnes.ac.id/20167/1/2350408011.pdfteman-teman...
TRANSCRIPT
i
Realitas Poskolonialisme dalamRomanL’Homme Rompu
Karya Tahar Ben Jelloun
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
Prodi Sastra Perancis
oleh
Indah Rahmawati
2350408011
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi,
hari : Kamis
tanggal : 7 Agustus 2014
Mengetahui:
Pembimbing,
Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd.
NIP.197307252006041001
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia unjian skripsi
Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang pada,
hari : Rabu
tanggal : 13 Agustus 2014
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum Setiyani Wardhaningtyas, S.S., M.Pd
NIP. 196008031989011001 NIP. 197208152006042002
Penguji I,
Suluh Edhi Wibowo, S.S., M. Hum
NIP. 197409271999031002
Penguji II, Penguji III,
Drs. Isfajar Ardinugroho, M. Hum Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd
NIP. 196905181993031001 NIP. 197307252006041001
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Indah Rahmawati
NIM : 2350408011
Prodi : Sastra Perancis
Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing
Fakultas : Bahasa dan Seni
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul „Realitas
Poskolonialisme dalam Roman L’Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun‟
saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ini benar-benar merupakan karya sendiri. Skripsi ini saya hasilkan setelah
melalui penelitian, pembimbingan, diskusi dan pemaparan/ujian. Semua kutipan,
baik yang langsung maupun tidak langsung, maupun sumber lainnya, telah
disertai identitas sumbernya dengan cara sebagaimana yang lazim dalam
penulisan ilmiah. Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembiming skripsi
ini membtuhkan tanda tangan sebagai keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah ini
tetap menjadi tanggung jawab saya sendiri. Jika kemudian ditemukan
ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya.
Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan seperlunya.
Semarang, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
Indah Rahmawati
NIM 2350408011
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Sometimes the wrong train can take us to the right place (Paul Coelho)
Explore, dream, discover (Mark Twain)
Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman)
Persembahan:
Karya ini ku persembahkan untuk bapak-ibuku tercinta,
kakak-kakakku, adikku, sahabat-sahabat, dan teman-
temanku, serta almamaterku Universitas Negeri Semarang.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada penggenggam jiwa ini,
penguasa alam jagat raya, yang menentukan takdir setiap ciptaan-Nya namun
membebaskan nasib setiap hamba-Nya. Allah SWT telah memberikan penulis
proses yang luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini. Tempaan, pilihan, dan
kesempatan yang telah penulis dapatkan membuat penulis mengerti lebih baik
tentang makna diri.
Rasa syukur juga penulis haturkan kepada Allah SWT atas terselesaikanya
skripsi yang berjudul Realitas Poskolonialisme dalam Roman L’Homme rompu
Karya Tahar Ben Jelloun ini, segala puji hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada
dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang
telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang, Bapak Dr. Zaim Elmubarok, M. Ag., yang
memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.
3. Pembimbing skripsi, Bapak Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd., yang telah
membimbing saya dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
vii
4. Penguji I sidang skipsi, Bapak Suluh Edhi Wibowo., S.S., M.Hum., yang telah
bersedia menguji dan memberikan saran-saran yang membangun.
5. Penguji II sidang skripsi, Bapak Drs. Isfajar Ardinugroho, M.Hum yang telah
bersedia menguji dan memberikan saran-saran yang membangun.
6. Seluruh dosen dan jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan
bekal ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis.
7. Kedua orang tua saya tercinta yang senantiasa memberikan doa, motivasi
finansial, dan dukungan untuk saya.
8. Kakak-kakak dan adik saya yang senantiasa memberikan semangat kepada
saya.
9. Nenek saya tercinta yang senantiasa mendoakan saya.
10. Teh Hermin yang selalu mengayomi saya, yang mau meluangkan waktunya
untuk bertukar pikiran dan untuk petualangan yang menarik.
11. Teh Dinda, Teh Maya, Ivo, Syahidah, dan Eka untuk waktu yang
menyenangkan selama ini.
12. Jussi, Afifah, Wuri, Rifda, Dwi, Puspita, Widya, Nita, May, dan Gina yang
selalu menyemangati saya dan tetap menjaga silaturahmi.
13. Teman-teman Sastra Perancis 2008 yang menyenangkan, Puput, Safira, Galuh,
Andien, Artha, Lusy, Eva, Dwi, Febrian, dan Agung.
14. Teman-teman Sastra Perancis 2010, 2011, dan 2012 terutama Ririn, Rizka,
Imas, Icha, Ika, Lisa, dan Vica yang telah menghadirkan banyak keceriaan di
kampus dan kehebohan petualangan.
15. Teman-teman Team A yang selalu kompak dan heboh.
viii
16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sadar bahwa karya ini belum sempurna, namun penulis berharap
karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pecinta karya sastra.
Semarang, 6 Agustus 2014
Penulis
ix
SARI
Rahmawati, Indah, 2014. Realitas Poskolonialisme pada Novel L’Homme
rompu Karya Tahar Ben Jelloun. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: Ahmad yulianto, S.S., M.Pd.
Kata kunci: Novel,L‟Homme rompu, Poskolonialisme
Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun merupakan sebuah novel
yang menggambarkan kehidupan masyarakat Maroko pada dekade 1990-an.
Novel ini menceritakan tentang orang-orang yang terjerat korupsi dan orang-orang
yang menghalangi tindakan tersebut. Pada novel L‟Homme rompu terdapat unsur-
unsur peninggalan kolonial Perancis.
Fokus penelitian ini adalah poskolonialisme yang terdapat pada novel
L‟Homme rompu dengan pendekatan sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan unsur-unsur poskolonialisme berdasarkan Edward Said, Gayatri
Spivak, dan Homi Bhabha yang terjadi di dalam novel L‟Homme rompu. Unsur-
unsur poskolonialisme tersebut meliputi hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas,
marginalitas, dan alienasi.
Korpus data penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben
Jelloun. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dengan dua objek
penelitian, yaitu objek material dan objek formal. Objek material pada penelitian
ini adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, sedangkan objek
formal pada penelitian ini adalah teori poskolonialisme. Sumber data yang
digunakan pada penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer pada penelitian ini, yaitu kalimat-kalimat dalam
novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan unsur-unsur teori
poskolonialisme, sedangkan sumber data sekunder penelitian ini adalah novel
L‟Homme rompu yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke
K.S. Zaimar dengan judul Korupsi. Adapun metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskrptif analitik, sedangkan teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis isi.
Simpulan penelitian ini adalah ditemukannya unsur-unsur poskolonialisme
dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha, yaitu 1) hegemoni yang
meliputi hegemoni paham Barat dalam sosiokultural di Maroko, hegemoni
ekonomi, hegemoni kelas sosial, dan hegemoni moral, 2) subaltern, 3) mimikri, 4)
hibriditas, 5) marginalitas, dan 6) alienasi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dalam
memahami unsur-unsur poskolonialisme dan juga dapat memberikan sumbangan
dalam analisis novel yang menggunakan teori poskolonialisme. Dengan terbukti
adanya elemen-elemen poskolonialisme pada karya sastra, maka mahasiswa sastra
Perancis disarankan untuk melakukan penelitian sejenis pada novel-novel
francophone.
x
RÉALITÉ DU POST-COLONIALISME DANS LE ROMAN L’HOMME
ROMPU PAR TAHAR BEN JELLOUN
Indah Rahmawati., Ahmad Yulianto.
Département des langues et des littératures étrangères
Faculté des langues et des arts, Université d‟État de Semarang.
EXTRAIT
Le roman L‟Homme rompu de Tahar Ben Jelloun est un roman qui décrit
la vie des marocains dans les années 1990. Ce roman raconte des gens qui
commettent la corruption et des gens qui s‟y opposent. En outre, ce roman raconte
de l‟oppression des minorités par les majorités. Dans ce roman, il y a des éléments
de l‟héritage colonial français.
Cette recherche a pour but d‟expliquer les éléments du post-colonialisme
qui se trouvent dans le roman de L‟Homme rompu basé sur Edward Said,
GayatriSpivak, et HomiBhabha. Ces éléments se composent de l‟hégémonie, le
subalterne, le mimétisme, l‟hybridité, la marginalité, et de l‟aliénation.
La donnée de cette recherche est le roman L‟Homme rompu de Tahar Ben
Jelloun. Cette recherche utilise une approche sociologique avec les objets des
recherches matériel et formel. L‟objet matériel dans cette recherche est le roman
L‟Homme rompu de Tahar Ben Jelloun, tandis que l‟objet formel dans cette
recherche est la théorie du post-colonialisme. Cette recherche utilise les sources
de données primaires et secondaires. La source de donnée primaire dans cette
recherche est les phrases du roman L‟Homme rompu, tandis que la source de
donnée secondaire est le roman de l‟Homme rompu qui a été traduit en indonésien
dont le titre est Korupsi par Okke K.S. Zaimar. La méthode de cette recherche est
la méthode de descriptif analytique, tandis que la technique d‟analyse de donnée
est la technique d‟analyse de contenue.
La conclusion de cette recherche est l‟explication des éléments du post-
colonialisme d‟Edward Said, GayatriSpivak, Homi Bhabha dans le
romanL‟Homme rompu. Les éléments du post-colonialisme sont 1) l‟hégémonie
qui se compose l‟hégémonie Occidentale dans la socioculturelle au Maroc,
l‟hégémonie économique, l‟hégémonie de la class social, et l‟hégémonie morale,
2) le subalterne, 3) le mimétisme, 4) l‟hybridité, 5) la marginalité, et 6)
l‟aliénation.
Il est prévu que le résultat de cette recherche pourra servir à comprendre
les éléments du post-colonialisme et à analyser le roman du post-colonialisme. Il
est aussi prévu que les étudiants de la littérature française puissent effectuer des
recherches similaires dans les romans francophones.
Mots-clés : Roman, L‟Homme rompu, Post-colonialisme.
xi
1. Introduction
La littérature est un œuvre d‟imagination dans lequel la valeur esthétique
est dominante. Par son œuvre littéraire, l‟auteur transmet les informations, les
illustrations, ou les messages spécifiques aux lecteurs. D‟habitude, il transmet les
idées sur la vie qui existe autour de son entourage (Purba 2010: 3).
Il y a deux genres de littérature, à savoir la prose et la poésie. La prose est
un œuvre de littérature qui n‟est pas attaché aux règles. La poésie est une œuvre
de littérature qui est attaché aux certains règles. L‟œuvre de la littérature est
construit par les éléments de la construction, ces sont l‟élément intrinsèque et
l‟élément extrinsèque. Selon Nurgiyantoro (2009 : 23 dans
http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf), l‟élément intrinsèque est l‟élément de
construction qui se trouve dans l‟ouvre elle-même. Suroto (1989 : 138 dans
http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf) constate que l‟élément extrinsèque est
l‟élément extérieur de la littérature.
Dans cette recherche, je préfère un des œuvres littéraires, à savoir un
roman. Le roman est un des œuvres littéraires qui s‟explique de manière
indépendante, présente quelque chose de plus, et pose des problèmes plus
compliqués. Il propose des valeurs, dont l‟un est la valeur éducative qui sert
comme un miroir ou une comparaison dans la vie. Je choisi le roman L‟Homme
rompu de Tahar Ben Jelloun comme l‟objet de recherche, parce que c‟est un
écrivain francophone. Ses œuvres ont la nuance du post-colonialisme et du
réalisme magique tant que la bonne critique social.
xii
Dans http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun, Tahar Ben Jelloun
est un écrivain et poète marocain qui parle français. Il est né à Fez, Maroc, le 1
décembre 1944. Il a étudié à l‟école primaire l‟arabo-française, et puis il a
continué ses études à l‟école française Tanger jusqu'à l‟âge de dix-huit. Il a appris
la philosophie à l‟Université Mohammed V à Rabat et il l‟a enseigné au Maroc.
En 1971, il a émigré à Paris, France avec sa famille jusqu‟à présent. En
1975, il a obtenu un doctoral en psychiatrique sociale. En 1985, il a publié son
roman de La Nuit sacrée et ce roman est la suite du roman L‟Enfant de sable. En
1987, il a gagné le Prix Goncourt pour son roman de La Nuit sacrée. En 1993, le
roman de La Nuit sacrée a été fait dans un film au Maroc. En 2005, il a gagné le
Prix Ulysses pour ensemble de sa carrière et en 2008 il a obtenu un doctorat
honorifique de l‟Université de Montréal, Canada.
Je préfère le roman L‟Homme rompu parce qu‟il raconte des pratiques de
corruption dans les bureaucrates au Maroc. Kurnia (Tahar 2010 : 5) constate que
ce roman est inspiré du roman Korupsi de Pramoedya Ananta Toer. Il est un
grand-auteur d‟Indonésie. L‟Homme rompu est publié en France, en 1994. Il a été
traduit en plusieurs langues.
Ce roman a été déjà analysé dans une thèse dont le titre est
« TinjauanIntertekstualTerhadapKorupsiKaryaPramoedyaAnantaToer dan
L‟Homme rompuKarya Tahar Ben Jelloun SebagaiKaryaSastra Francophone » par
Astri Adriani Allien qui est proposée pour obtenir la maîtrise d‟étude de la
littérature au Département des sciences humaines à l‟Université de Gajah Mada
Yogyakarta en 2007 (http://etd.ugm.ac.id/PenelitianDetail).
xiii
J‟utilise la théorie du post-colonialisme d‟Edward Said, Gayatri Spivak, et
Homi Bhabha. La théorie du post-colonialisme est utilisée pour analyser les
phénomènes culturels comme l‟histoire, le politique, l‟économie, la littérature, etc.
aux anciennes colonies de l‟européennes. Elle explique les éléments de
l‟hégémonie, le subalterne, le mimétisme, l‟hybridité, la marginalité, et de
l‟aliénation. Cette théorie est appliquée pour analyser les caractères culturels des
anciens pays colonisés. C‟est pourquoi, je l‟utilise pour analyser le roman
L‟Homme rompu. Ce roman décrit les influences du français au Maroc.
2. Théorie
Swingedwood (Faruk 2012 : 2) dans son livre The Sociology of
Litterature, il définit la sociologie comme une étude scientifique et objective
d‟humaine dans la société, une étude des instructions sociales. Ritzer (Faruk
2012 : 2) trouve trois paradigmes de base en sociologie, ces sont le paradigme des
faits sociaux, le paradigme de la définition social, et le paradigme du
comportement social.
La recherche de la sociologie de littératurese base sur les théories de la
littérature et de la sociologie en considérant que la sociologie de littérature a
devenu une nouvelle discipline et a été évaluée toute au long de la période de son
développement. La sociologie de littérature est l‟analyse d‟œuvre littéraire par
rapport à la société (Ratna 2008 : 339).
La théorie du post-colonialisme est une théorie qui est utilisépour analyser
les phénomènes culturels comme l‟histoire, le politique, l‟économie, la littérature,
etc. qui se sont passés dans les anciens pays colonisés européennes. Les figures du
xiv
post-colonialisme sont Edward Said, Gayatri Spivak, et Homi Bhabha.
Théoriquement, le post-colonialisme est causé parun certain nombre de concepts
du post-modernisme (Ratna 2008 : 206). Cette théorie est née dans les pays qui
ont été colonisés. Elle essaie d‟exprimer les conséquences négatives du
colonialisme, à savoir la récession de la mentalité. Pendant des siècles, les pays
colonisés n‟ont pas de liberté pour exprimer leurs opinions (Ratna 2008 : 207-
208).
2.1 Hégémonie
L‟hégémonie est développée par Antonio Gramsci, le philosophe du
marxisme italien (1891-1937). Said a publié son livre Orientalisme (1978) et il a
exposé en forme des questions et des réponses dans son livre Power and Culture
(2001). Basé sur l‟opinion de Gramsci, Said a adopté la théorie d‟hégémonie qui
est dominée par la pratique autoritaire. Selon Said (2010 : 311-312),
l‟orientalisme est un courant d‟interprétation qui prend comme l‟objet
d‟interprétation, les civilisations, les gens, et les localités orientales.
L‟orientalisme n‟est pas seulement une doctrine positive de l‟Orient qui est
toujours présente à l‟Occident. L‟orientalisme est aussi une tradition académique
qui a une influence à l‟Occident.
2.2 Subalterne
Avant que le subalterne n‟ait la conscience collective de l‟oppression
économique et politique comme une classe, le subalterne est très différent du
prolétariat industriel (Morton 2008 : 156). Selon Spivak
dansScatteredSpeculations on the Subaltern and the Popular, subalternité est une
xv
position sans identité (2005 : 476 ; Morton 2008 : 159). Spivak dans son essai
Subaltern Studies : Deconstructing Historiography propose une observation
productive de la méthodologie théorique et la politique des sexes de la recherche
historique subalterne entre en 1982 et en 1986. Dans son essai, elle met l‟accent
sur la différence qui l‟identifie entre la pratique et la méthodologie. La différence
pertinente entre la conception de Spivak sur la pratique actuelle et la
méthodologie théorique, c‟est que Spivak litlavolonté politique et la conscience de
la rebelle subalterne comme des effets du sujet subalterne qui sont produits par le
discours du colonialisme (Methven 1987 : 204 ; Morton 2008 : 165-166).
2.3 Mimétisme
Selon Bhabha (Foulcer 2006 : 105 dans
http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf), le mimétisme est la reproduction
mixtede la subjectivité européenne dans l‟environnement colonial qui n‟est pas
pur. Le mimétisme est causé par la relation ambivalente entre le colonisateur et le
colonisé. Bhabha (Foulcher 2006 : 121-122 dans
http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf) utilise le terme du mimétisme pour
expliquer les caractéristiques de l‟imitation, le camouflage de l‟attitude, le
comportement, et la pensée d‟indigène au colonisateur (Ratna 2008 : 304).
Bhabha (1984 : 126 dans http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf) explique de
l‟implication du mimétisme et de l‟ambivalence dans laquelle l‟ambivalence
apparaîtra lorsque le procès du mimétisme assailli par les incertitudes du choix de
l‟identité.
xvi
2.4 Hybridité
Homi Bhabha diffuse le terme d‟hybridité dans l‟étude du post-
colonialisme. L‟hybridité est un produit de la construction culturelle qui partage
l‟identité pure du colonisateur au pays colonisécomme une nouvelle identité
culturelle. Ainsi, la rencontre de la civilisation occidentale et orientale produit la
supériorité et l‟infériorité dans laquelle la civilisation a le soutien politique et
culturel, jusqu‟à ce que la civilisation puisse résister à la mondialisation. Bhabha
(Huddart 2006 : 84 dans http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf) explique que
l‟hybridité n‟est pas seulement un problème de l‟identité culturelle, mais un
problème de la représentation coloniale et l‟individuel compliqué. L‟hybridité
s‟est passée par la création de plusieurs organisations et la rencontre entre les
civilisations.
2.5 Marginalité
D‟habitude, la marginalité est considérée comme les hommes marginalisés
ou les homes pauvres. Les groupes marginalisés consistent d‟hommes qui
éprouvent un ou plusieurs dimensions de la marginalisation, la discrimination, ou
l‟exploitation dans la vie sociale, économique, et politique de la ville (Ratna
2008 : 175). Said dans son livre Orientalismedit que les Orients sont
souventvusdans un cadre construit sur la base du déterminisme biologique et
d‟enseignement moral politique. L‟orientalisme latent pousse la croissance de la
conception de la virilité d‟orientale qui est bizarre et méprisable. Dans les écrits
des touristes et romanciers européennes décrivent les femmes comme la créature
xvii
de l‟imagination des hommes. Dans les œuvres, les femmes sont forcées à révéler
leurs sensualités sans limites et aussi elles sont traitées comme les hommes bêtes
(Said 2010 : 318-319).
2.6 Aliénation
La théorie de l‟aliénation de Marx est basée sur son observation dans le
capitalisme, les ouvriers perdent de contrôle sur leur vie. Ils n‟ont pas le contrôle
sur leur travail. La théorie de marxien est originaire de l‟idée de Karl Marx,
Frederick Engel et deux allemands qui publient deux livres de Manifesto Komunis
(1848) et Das Kapital (1867). En générale, l‟analyse de la littérature basée sur la
théorie Marxien et Engelsien est liée au étroitement du facteur économique, du
rôle des classes sociales, de l‟idéologie, et de la division du travail (Ratna 2010 :
168).
3. Méthodologie de la recherche
J‟utilise l‟approche sociologique. Cette approche analyse l‟humanité dans
la société. L‟approche sociologique a l‟implication méthodologique sous forme de
la compréhension fondamentale de la vie humaine dans la société (Ratna 2008 :
59 & 61). Il y a deux objets de la recherche littéraire, ces sont l‟objet matériel et
l‟objet formel. Cette recherche utilise les sources de données primaires et
secondaires.
La méthode dans cette recherche se base sur la méthode descriptive
analytique. En outre, la technique d‟analyse de donnée est la technique d‟analyse
du contenue. Le contenue dans l‟œuvre littéraire présente les messages dans la
xviii
littérature. Il y a deux contenues dans cette technique, ces sont le contenu latent et
le contenue de la communication.
4. Analyse
L‟analyse se divise en six étapes : (1) l‟hégémonie, (2) le subalterne, (3) le
mimétisme, (4) l‟hybridité, (5) la marginalité, (6) l‟aliénation.
4.1 Hégémonie
L‟hégémonie est une domination du pouvoir d‟une classe sociale par
l‟autorité intellectuel et la morale qui sont construits par la domination ou
l‟oppression.
4.1.1 Hégémonie Occidentale dans la socioculturelle au Maroc
Mourad travaille comme Sous-directeur de la planification, de la
prospective et du progrès au ministère de l‟Equipement. Il n‟a jamais obtenu le
respect de ses subalternes, particulièrement par des chaouchs dans son bureau.
Regardez la citation suivante.
(1)
LHR/10-11
Au bureau, le chaouch lui dit à peine bonjour. Ici la chaleur du salut est
fonction non pas du grade mais de ce que le poste rapporte en plus.
Mourad est ingénieur. Son rôle au sein de l‟administration est d‟étudier
les dossiers de construction. Sans son visa, pas de permis de construire.
C‟est un poste important et très envié. Son titre exact est pompeux :
« Sous-directeur de la planification, de la prospective et du progrès ».
Basée sur la citation ci-dessus, il y a l‟hégémonie culturelle dans laquelle
la fonction n‟est pas la valeur importante pour être respecté par les subalternes.
Le plus importante est le montant d‟argent qu‟il a eu et donné aux
subalternes.C‟est la culture qui s‟est passé au ministère de l‟Equipement. Les
chaouchs respectent les gens qui ont plus de revenue que la fonction.
xix
4.1.2 Hégémonie économique
Mourad se sent très malheureux que les autres. Il ne sait pas ce qu‟il faut
faire pour changer la situation que sa femme désire. Regardez la citation suivante.
(7)
LHR/12
« Ma situation est plus que misérable, se dit-il. Est-ce de ma faute si tout
augmente, si les riches sont de plus en plus riches et si les pauvres
comme moi stagnent dans leur pauvreté ? Est-ce de ma faute si la
sécheresse a davantage appauvri les pauvres ? Que faire ? Voler ?
S’emparer des biens des autres en leur faisant croire que des placements
leur rapporteraient plus ? »
Cette citation décrit la douleur et la confusion de Mourad à cause du désir
de sa femme. Les pauvres comme lui ne peuvent pas changer leurs vies en mieux.
Les pauvres ont de la difficulté à cause de l‟augmentation du prix des
marchandises. Ce problème est provoqué par le système capitaliste. Les
capitalistes se profitent de la crise économique pour s‟enrichir.
4.1.3 Hégémonie de la classe sociale
Sidi Larbi est un avocat et Mourad le déteste. Sidi Larbi s‟enrichi de la
fraude et de l‟extorsion. Regardez la citation suivante.
(19)
LHR/19
Justement, Sidi Larbi est le type même d‟individu que Mourad exècre.
C’est un avocat véreux qui s’est enrichi avec les indemnités de décès
après des accidents de la route. … Sa fortune est visible et il dort très
bien. Il est capable de s‟endormir n‟importe où et à n‟importe quelle
heure. Il mange vite, rote et fait la sieste en ronflant. L‟argent arrive de
partout et rien ne le gêne. Pour lui, Mourad est un raté, un pauvre type
qui n’a pas su s’adapter à la vie moderne.
L‟hégémonie économique est provoquée par le capitalisme. Les
capitalistes utilisent leurs pouvoirs pour dominer les socialistes afin qu‟ils leur
xx
donnent de l‟argent. Sidi Larbi s‟enrichit en profitant de la compensation des
victimes d‟accident de la route. Il pense que Mourad ne puisse pas s‟adapter à la
vie moderne, parce que Mourad ne peut pas agir comme Sidi Larbi, c'est-à-dire en
prenant la compensation des victimes d‟accident de la route. C‟est une
caractéristique des capitalistes.
4.1.4 Hégémonie morale
Le fils de Mourad est fier parce que son père ne fait jamais de la
corruption. Selon lui, la corruption est une menace qui peut casser la morale de la
nation. Regardez la citation suivante.
(21)
LHR/98-99
« … D‟ailleurs, si tout le monde faisait comme nous, le pays se porterait
mieux. J‟aime bien le mot arabe pour désigner la corruption ; c‟est ce qui
est miné de l‟intérieur, rongé par les mites, on dit cela du bois qui est
foutu et qui ne sert plus à rien, pas même à faire du feu. L‟homme c‟est
pareil. S‟il vend son âme, s‟il achète la conscience des autres, il participe
à un processus de destruction générale. Tu sais, la corruption c’est
comme la mendicité. Les mendiants existent parce que les gens donnent
l’aumône. »
Cette citation décrit les gens qui vendent ses morales pour s‟enrichir. La
corruption est un dommage moral et il est dangereux pour le pays. Les
corrupteurssont comme des mendiants. Ils mendient par la force. Ils font de la
corruption parce qu‟il y a une chance de la faire.
4.2 Subalterne
Selon Spivak, le subalterne est l‟oppression des faibles à cause de la
domination structurelle. Les subalternes n‟ont pas d‟espace pour exprimer leurs
aspirations. Regardez la citation suivante.
xxi
(27)
LHR/61
Haj Hamid entre et pose sur mon bureau le dossier de M. Sabbane en me
disant, comme si j’étais son subalterne, que je dois régler ce problème
très rapidement. J‟ouvre le dossier. J‟étudie les plans et les projets.
Mourad est opprimé par son assistance, Haj Hamid, parce qu‟il y a la
domination structurelle. Dans le bureau, Haj Hamid est plus entrainé dans la
gestion des documents de permis que Mourad. Haj Hamid l‟oblige pour prendre
en main du document de M. Sabbane rapidement. C‟est la domination structurelle
qui se passe dans le bureau.
4.3 Mimétisme
Le mimétisme est l‟imitation extrême de la langue, de la culture, et de
l‟idée. Mourad doit faire semblant afin qu‟il puisse avoir des rapports avec les
autres dans la communauté. Regardez la citation suivante.
(41)
LHR/53
« … Il ne s‟agit pas d‟étaler sa fortune, mais il y a des signes qui ne
trompent pas. Et puis, il faudra sortir, aller au restaurant de temps en
temps, qu‟on te voie dîner avec des gens importants, qu‟on sache que tu es
un homme qui ne compte pas ses dépenses. C‟est important de laisser un
gros pourboire au garçon, ça fait riche et généreux à la fois. Il faut aussi
aller à la mosquée, par exemple le vendredi. Tu feras un effort, tu mettras
entre parenthèses ta laïcité et ton athéisme, et tu joueras le jeu. C’est ça
la société. … »
Mourad a fait ses études en France, de sorte qu‟il ait la pensée des
occidentaux, à savoir la laïcité et l‟athéisme. Pour sortir des groupes
marginalisées, il doit faire semblant d‟être une autre personne et interagit avec les
autres, même s‟il les déteste. C‟est pourquoi il faut changer sa vie comme les
riches.
xxii
4.4 Hybridité
L‟hybridité est un effort d‟emprunter, de choisir, d‟absorber, d‟utiliser,
d‟adapter la culture qui se passe dans un processus dynamique. Mourad se
souvient d‟une lettre d‟application qui est écriteen français, quand son bureau
organisait un recrutement. Regardez la citation suivante.
(45)
LHR/67
Je me souviens de l‟époque où l‟office dépendant du ministère de
l‟Equipement recrutait du personnel. J’avais reçu un jour une lettre de
demande d’emploi assez originale. Ecrite en français avec probablement
une plume d’oie, elle sollicitait du travail comme si nous vivions dans un
autre siècle : ….
Il y a l‟hybridité qui est fait par un demandeur d‟emploi. Il écrit son
application en français. Le français est la langue seconde au Maroc après l‟arabe,
parce que la France a colonisé le Maroc et le français se diffuse par
l‟enseignement à l‟école.
4.5 Marginalité
En générale, la marginalité se réfère aux personnes marginalisées et
pauvres. Mourad est mal traité par sa belle-mère, parce qu‟il est un pauvre.
Regardez la citation suivante.
(54)
LHR/20
… Il n’y a que moi qu’elle maltraite, je lui gâche le paysage. Je suis son
erreur, celui qui n‟aurait pas dû entrer dans cette famille. …
Mourad est une victime de la discrimination économique. Il est mal traité
par sa belle-mère qui est égoïste et a tendance à favoriser Sidi Larbi, son beau-
frère. Mourad est un homme pauvre, de sorte qu‟il soit négligé par sa belle-mère.
xxiii
4.6 Aliénation
L‟aliénation est une image des sentiments d‟aliénation de la société, le
groupe, la culture, et soi-même qui sont ressentie par les gens qui vivent dans une
société industrielle compliqué, en particulier dans une grande ville. Le mauvais
système économique est provoqué par le capitalisme, de sorte qu‟il y ait beaucoup
de gens qui perdent leurs morales pour s‟enrichir parn‟importe quelle façon. Les
gens qui sont préoccupés de leurs morals et idéologies seront isolés de la société.
Regardez la citation suivante.
(62)
LHR/36
…
Ça jamais ! Si je commence à corrompre, il n‟y aura plus de raison pour
que je m‟obstine à refuser les enveloppes. Si ma femme m‟entendait
réfléchir à voix haute. Elle me dirait : « Tu te crois un saint, un héros, tu
es bien le seul et tu nous entraînes dans ta solitude avec en plus
privation et manque. Tes seigneurs, les vrais hommes, eux pensent à
l‟avenir de leurs enfants et se débrouillent pour le leur assurer. Toi, tu
accumules les scrupules comme si on pouvait manger avec ! En tout cas,
notre fils ne sera pas la victime de ta rigueur. Je ferai tout pour qu‟il
obtienne cette bourse. »
La plupart des gens dans un mauvais système économique préfèrent de ne
pas être honnête. Par contre, les minorités sont mises dans les groupes des
aliénations à cause de leurs honnêtetés. Ils sont l‟obstacle aux majorités. C‟est
pourquoi, ils doivent être isolés. L‟aliénation et la pauvreté ont une relation
étroite.
5. Conclusion
Basée sur l‟analyse des données précédentes sur les six éléments du post-
colonialisme d‟Edward Said, Gayatri Spivak, et Homi Bhabha dans le roman
L‟Homme rompu, j‟ai trouvé six conclusions suivantes.
xxiv
Premièrement, l‟hégémonie dans ce roman est une image des marocaines
comme le pays francophone. Il y a cinq hégémonies dans ce roman, ces sont
l‟hégémonie occidentale dans la socioculturelle au Maroc, l‟hégémonie
économique, l‟hégémonie de la class sociale, l‟hégémonie morale.
Deuxièmement, le subalterne dans ce roman est une oppression par les
puissantes aux subalternes. Cette oppression est due à la domination structurelle.
Les subalternes ne sont jamais considérées et leurs aspirations ne sont jamais
écoutées par les puissantes.
Troisièmement, le mimétisme est un camouflage d‟attitude pour se
protéger. Le mimétisme dans ce roman est illustré à la figure Mourad, la belle-
mère de Mourad, et Haj Hamid qui font semblant d‟aimer quelque chose afin que
ses vies ne soient pas menacés. Et ils n‟entrent pas dans les gens marginalisés.
Quatrièmement, l‟hybridité est un moyen d‟adapter et d‟utiliser la culture
étrangère. Exemple de l‟hybridité dans ce roman est l‟adaptation de la culture
française dans la vie quotidienne des marocains.
Cinquièmement, la marginalité dans ce roman est la discrimination aux
pauvres par les puissantes. Cette discrimination se produit parce que la différence
de statut social et économique.
Sixièmement, les personnages dans ce roman éprouvent l‟aliénation, parce
qu‟ils s‟opposent aux corrupteurs. L‟une des causes de l‟aliénation est le système
économique mauvais, de sorte qu‟il fasse apparaître le capitalisme.
xxv
6. Remerciements
Je tiens à remercier mon père, ma mère, mes frères, et ma sœur de me
supporter et de me combler toujours de leur amour. Ensuite, je remercie
également mon professeur de m‟avoir guidée. Et finalement, je remercie aussi mes
amis de leurs joies et de leurs gentillesses.
7. Bibliographie
Arifin, Winarsih & Farida Soemargono. 2007. Kamus Perancis-Indonesia.
Jakarta : Gramedia.
Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jelloun, Tahar Ben. 1994. L‟Homme rompu. Paris : Edition du seuil.
Morton, Stephen. 2008. Gayatri Spivak : Etika, Subalternitas, dan Kritik
Penalaran Poskolonial. Terjemahan Wiwin Indiarti. Yogyakarta : Pararaton.
Purba, Antilan. 2010. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : USU Press.
Ratna, NyomanKutha. 2008. Poskolonialisme Indonesia : RelevansiSastra.
Yogyakarta : PustakaPelajar.
___________________. 2008. Teori, Metode, dan TeknikPenelitianSastra.
Yogyakarta : PustakaPelajar.
___________________. 2010. Sastra dan Cultural Studies : RepresentasiFiksi
dan Fakta. Yogyakarta : PustakaPelajar.
Said, Edward W. 2010. Orientalisme : MenggugatHegemoni Barat
danMenundukkanTimurSebagaiSubjek. TerjemahanAchmadFawaid.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, I. 2012. http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf. Diaksespada 1
Februari 2014.
Natiqotul, M. 2012. http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf. Diakses pada 1 Februari
2014.
http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun. Diakses pada 27 Juni 2013.
http://etd.ugm.ac.id/PenelitianDetail. Diaksespada 8 Januari 2014.
xxvi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUANPEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTODANPERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
SARI ............................................................................................................... ix
EXTRAIT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xxvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 11
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 12
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Sosiologi Sastra ........................................................................ 14
2.2.Teori Poskolonialisme ............................................................. 20
2.2.1Hegemoni ......................................................................... 30
2.2.2 Subaltern ......................................................................... 40
xxvii
2.2.3Mimikri ............................................................................. 43
2.2.4Hibriditas .......................................................................... 47
2.2.5Marginalitas ...................................................................... 51
2.2.6Alienasi ............................................................................. 56
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................. 60
3.2 Objek Penelitian .......................................................................... 61
3.3 Sumber Data ................................................................................ 61
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................... 62
BAB 4 NUANSA POSKOLONIALISME DALAM ROMAN L’HOMME
ROMPU
4.1 Hegemoni .................................................................................... 66
4.1.1Hegemoni Paham Barat dalam Sosiokultural di Maroko ... 67
4.1.2Hegemoni Ekonomi ........................................................... 76
4.1.3 Hegemoni Kelas Sosial ...................................................... 90
4.1.4Hegemoni Moral ................................................................. 93
4.2 Subaltern ..................................................................................... 101
4.3 Mimikri ........................................................................................ 115
4.4 Hibriditas...................................................................................... 119
4.5 Marginalitas ................................................................................. 127
4.6Alienasi ......................................................................................... 135
xxviii
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ...................................................................................... 148
5.2 Saran ............................................................................................ 150
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 152
LAMPIRAN .................................................................................................... 154
xxix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Ringkasan Cerita Roman L‟Homme rompu
2. Biografi Tahar Ben Jelloun
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastrawan Goenawan Mohamad mengatakan bahwa “Kesusastraan adalah
hasil proses yang berjerih payah , dan setiap orang yang pernah menulis karya
sastra tahu bahwa ini bukan sekedar soal keterampilan teknik. Menulis
menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses
yang minta pengerahan batin” (http://www.scribd.com/Pengertian-Karya-
Sastra).Pengertian sastra secara umum yaitu hasil cipta manusia berupa tulisan
maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung
pesan yang bersifat relatif. Sastra juga merupakan karya sastra imajinatif bermedia
yang nilai estetiknya bernilai dominan. Melalui karya sastra, seorang pengarang
bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada
pembaca. Hal-hal yang disampaikan biasanya merupakan gagasan tentang
kehidupan yang ada di sekitar pengarang (Purba 2010: 3).
Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan
kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada
kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau
mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia
sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup.
Sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra
yang tidak terikat, contoh karya sastra prosa yaitu novel, cerpen, dan drama. Puisi
2
adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu, contoh karya
sastra puisi yaitu puisi, pantun, dan syair.
Semua karya sastra merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni,
yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu dari unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun
karya sastra itu sendiri yang meliputicerita, peristiwa, plot, penokohan, tema,
latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa, dan sebagainya (Nurgiyantoro
2009: 23 dalam http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf). Unsur ekstrinsik adalah unsur-
unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistemorganism karya sastra. Unsur-unsur
ekstrinsik meliputi latar belakang kehidupan pengarang, keyakinan, dan
pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku saat itu, situasi politik,
persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain yang semuanya
akan mempengaruhi karya yang ditulisnya(Suroto 1989: 138 dalam
http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf). Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan
sosial menjadi latar belakang penyampaian tema dan amanat cerita
(http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf).
Ahmad Badrun(1983: 1; Purba 2010: 1) di dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Sastra: Teori Sastra, menyatakan bahwa ilmu sastra adalah ilmu
yang menyelidiki sastra secara ilmiah. Nyoman Tusthi Eddy dalam Kamus Istilah
Sastra Indonesia,menyatakan bahwa ilmu sastra merupakan segala bentuk dan
cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala sastra (1991: 96; Purba 2010: 1-
2). Dalam Kamus Sastra, Ernest berpendapat bahwa ilmu sastra adalah bidang
3
keilmuan yang obyek utamanya adalah karya sastra (1994: 94; Purba 2010: 2).
Dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia, Hasanuddin WS.; Mursal Esten;dan Maizar
Karim mengemukakan bahwa ilmu sastra dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah general literature yang meliputi semua pendekatan ilmiah terhadap gejala
sastra (Purba 2010: 2).
Maman S. Mahayana dalam 9 Jawaban Sastra Indonesia, mengemukakan
bahwa ilmu sastra adalah ilmu yang menyelidiki kesusastraan dengan berbagai
masalahnya secara ilmiah (2003: 223; Purba 2010: 2). Dalam Pengantar Ilmu
Sastra, Jan Van Luxemburg, dkk menguraikan ilmu sastra sebagai berikut:
1. Ilmu sastra meneliti sifat-sifat yang terdapat di dalam teks-teks sastra, yang
dapat berfungsi di dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat mengambil
pelajaran dari teks-teks tersebut.
2. Ilmu sastra umum merupakan telaah sistematik mengenai sastra dan
komunikasi sastra yang pada prinsipnya tidak menghiraukan batas-batas
antarbangsa dan antarkebudayaan (1989: 2 ; Purba 2010: 3).
Pada penelitian ini penulis memilih untuk meneliti salah satu karya sastra
prosa yaitu novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat
mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak,
dan melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Di dalam novel terdapat nilai-
nilai, salah satunya adalah nilai pendidikan yang digunakan sebagai cermin atau
perbandingan dalam kehidupan.
Penulis memilih untuk meneliti novel karya Tahar Ben Jelloun yang
berjudul L‟Homme rompu sebagai objek penelitian karena pengarang tersebut
4
merupakan seorang francophonie dan dikenal dengan karya-karyanya yang
bernuansa poskolonialisme dan realisme magis dengan kritik sosial yang cerdas
dan tajam.
Dalam http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun dijelaskan bahwa
Tahar Ben Jelloun adalah seorang penulis dan penyair Maroko yang berbahasa
Perancis. Dia lahir di Fez, Maroko, pada 1 Desember 1944. Dia menyelesaikan
sekolah dasarnya di sekolah berbahasa Arab-Perancis, kemudian dia melanjutkan
sekolah di sekolah Perancis di Tangier sampai berusia delapan belas tahun, dan
belajar ilmu filsafat di Universitas Mohammed V di Rabat dan mengajar filsafat di
Maroko. Di sana dia menulis puisi untuk pertama kalinya yangkemudian dia
kumpulkan menjadikumpulan puisi Hommes sous linceul de silence pada tahun
1971. Pada 1971 dia hijrah ke Paris, Perancis bersama keluarganya sampai saat
ini.
Pada tahun 1972 dia banyak menulis artikel untuk koran harian Le Monde.
Pada 1975 dia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri sosial.
Tulisannya yang berjudul La Réclusion solitaire pada tahun 1976 mendapatkan
penghargaan dari pengalamannya sebagai seorang psikoterapis. Tahun 1985, dia
menerbitkan novelnya yang berjudul L‟Enfant de sable yang membuatnya
terkenal. La Nuit sacrée adalah novelnya yang mendapatkan penghargaan Prix
Goncourt pada tahun 1987, novel tersebut merupakan sekuel dari novel L‟Enfant
de sable.
Prix Goncourt merupakan sebuah penghargaan paling terkemuka dalam
kesusatraanPerancis. Novelnya yang berjudul La Nuit sacréediangkat ke dalam
5
film di Maroko pada tahun 1993. Pada 2005 dia mendapatkan penghargaan
Hadiah Ulysses yang diterimanya untuk pencapaian seumur hidup dan pada 2008
dia meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Montreal, Kanada.
Penulis memilih novel L‟Homme rompu karena novel ini menceritakan
tentang praktek-praktek korupsi yang terjadi di kalangan birokrasi di
Maroko.Novel ini terilhami oleh karya pengarang besar Indonesia yang sangat
dikagumi oleh Tahar, yaitu Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) dengan judul
Korupsi. Kedua novel ini memiliki kesamaan cerita. Novel L‟Homme rompu terbit
di Perancis pada 1994 dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Dalam novel terjemahan L‟Homme rompu, yaitu Korupsi dijelaskan bahwa
sejarah novel ini berawal ketika Tahar berada di Jakarta, dia membaca novel
Korupsi karya Pramoedya yang terbit di Indonesia pada 1954 yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Denys Lombard dan diterbitkan
oleh penerbit Philippe Picquier. Novel tersebut ditulis oleh Pramoedya ketika
mendapatkan beasiswa kebudayaan untuk tinggal selama setahun di Belanda
(Kurnia dalam Tahar 2010: 5).
Novel Korupsi mengilhami Tahar untuk menulis novel yang serupa dengan
latar belakang Maroko, negara asalnya yang dalam berbagai hal menyimpan
banyak persamaan dengan Indonesia. Tahar menulis novel ini dengan maksud
sebagai pemenuhan kewajiban moral kepada Pramoedyayang kemudian menjadi
karya persembahan Tahar untuk Pramoedya. Pramoedya adalah seorang sastrawan
besar Indonesia yang menjadi tahanan rumah dan dilarang untuk menerbitkan
buku-bukunya. Tahar menyerahkan sebagian royalti dari penjualan novel ini
6
kepada Pramoedya. Pramoedya menyampaikan rasa terima kasih melalui sepucuk
surat pribadi yang menurut Tahar “ditulis dengan indah” (Kurnia dalam Tahar
2010: 7).
Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan novel Korupsi karya
Pramoedya Ananta Toer ini mempunyai kesamaan cerita, yaitu cerita mengenai
kasus korupsi yang terjadi di kalangan birokrat. Tahar mengangkat cerita ini
berdasarkan situasi yang terjadi di Maroko, selain terilhami dari cerita novel
Korupsi karya Pramoedya yang menceritakan kebobrokan akan kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia.
Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, terbitan Edition du Seuil,
Paris, 1994, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke K.S.
Zaimar dengan judul Korupsi yang diterbitkan oleh Penerbit Serambi bekerja
sama dengan Forum Jakarta-Paris (Kurnia dalam Tahar 2010: 10).
Novel L‟Homme rompu, arti harfiahnya adalah “Lelaki yang Patah”,
dengan permainan kata “rompu” (patah) dan “corrompu” (korup). L‟Homme
rompu adalah pria yang mematahkan kejujuran dalam hidupnya, sehingga dia
menjadi koruptor (Kurnia dalam Tahar 2010:10).
Novel ini merupakan sebuah novel yang berkisah tentang seorang pegawai
negeri jujur yang berupaya melawan arus agar tidak terperangkap jaring korupsi.
Mourad, seorang insinyur yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum di
Casablanca, Maroko. Tuntutan istrinya yang mata duitan, tekanan kehidupan yang
menghimpit, serta arus buruk lingkungan kerjanya yang korup, menggodanya
menjadi koruptor. Novel ini juga mengisahkan tentang kisah cinta antara Mourad
7
dengan sepupu jauhnya, Nadia, seorang janda cantik dengan satu anak
perempuan.
Novel ini pernah dibahas dalam sebuah tesis dengan judul “Tinjauan
Intertekstual terhadap Korupsi Karya Pramoedya Ananta Toer dan L‟Homme
rompu Karya Tahar Ben Jelloun Sebagai Karya Sastra Francophone” oleh Astri
Adriani Allien yang diajukan sebagai persyaratan mencapai gelar S2 program
studi Ilmu Sastra Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Humaniora di Universitas Gajah
Mada Yogyakarta pada 2007 (http://etd.ugm.ac.id/ PenelitianDetail).
Novel ini dibedah dengan menggunakan teori, karenanovel ini berlatar
belakang di Maroko, negara yangpernah dijajah oleh Perancis selama 44 tahun.
Maroko terletak di barat laut Afrika yang merdeka pada 2 Maret 1956. Terdapat
banyak pengaruh Perancis di Maroko contohnya yaitu bahasa, walaupun bahasa
resmi masyarakat Maroko adalah bahasa Arab, bangunan, sistem pendidikan,
kebudayaan, ekonomi, politik, sosial, hukum dan sistem pemerintahan.
Munculnya protektorat Perancis atas Maroko berdasarkan perjanjian Fez
yang ditandatangani oleh pemerintah Perancis dan Sultan Maroko, Maulay Abdul
Hafiz. Isi perjanjian tersebut adalah tentang kewenangan pemerintah Perancis
untuk bertindak atas nama Sultan Maroko. Dengan kata lain, segala hal yang
dilakukan oleh Perancis adalah atas izin Sultan. Kekuasaan Perancis yang berjalan
selama 44 tahun telah meninggalkan pengaruh besar di Maroko, sehingga hukum
negara di Maroko didasarkan pada kitab hukum Perancis
(http://en.wikipedia.org/wiki/Morocco).
8
Maroko merupakan salah satu negara Maghreb yang telah dijajah oleh
Perancis, sehingga mempunyai konsekuensi untuk menggunakan bahasa Perancis.
Pemakaian bahasa Perancis di negara-negara Arab disepakati di Maghreb pada
abad XIX. Masyarakat di wilayah-wilayah Arab, terutama di Maroko menjadikan
bahasa Perancis sebagai bahasa kedua setelah bahasa Arab, bahasa perdagangan,
bahasa transformasi ekonomi, bahasa administratif, bahasa diplomatik, dan bahasa
teknik (Joubert-Louis 1994: 8; Sastriyani 2006: 80).
Penyebaran bahasa Perancis di Maroko didukung oleh pengajaran bahasa
tersebut di sekolah-sekolah. Bahasa Perancis berfungsi sebagai bahasa tulis dan
dalam pengajarannya dilakukan di bawah situasi kolonialisasi sehingga
menumbuhkan kegiatan bersastra dan menimbulkan akulturasi budaya. Sastra
berbahasa Perancis di Maroko mulai tahun 50-andikenal melalui majalah Souffles
(Joubert-Louis 1994: 9; Sastriyani 2006: 81).
Korupsi merupakan masalah yang sangat sulit untuk diberantas karena ada
persoalan penegakan hukum. Seseorang yang memiliki kekuasaan seolah-olah
mempunyai kekebalan hukum. Para pejabat menyalahgunakan kekuasaan dengan
sembunyi-sembunyi. Korupsi tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga
terjadi di negara maju seperti di Perancis. Perbedaan pemberantasan korupsi di
negara berkembang dan maju, adalah sistem pemerintahan dan hukum di negara
berkembang masih lemah. Gaji para hakim masih rendah yang mengakibatkan
tidak tercukupinya untuk membiayai hidup sehari-hari. Hal tersebut merupakan
pemicu tindakan korupsi di negara berkembang, salah satunya di Maroko yang
menjadi latar di novel L‟Homme rompu.
9
Pemberantasan korupsi di Perancis telah tertangani dengan baik sejak
didirikannya SCPC (Service Central de la Prévention de la Corruption) pada
tahun 1993. SPCP merupakan lembaga independen dan permanen yang
melakukan pencegahan korupsi di Perancis.Lembaga ini secara administratif
berada di bawah Kementrian Kehakiman Perancis.Tujuan awal berdirinya SCPC
adalah untuk memberantas korupsi di parlemen yang terjadi pada tahun 1990-an.
Pada tahun tersebut, korupsi yang terjadi di parlemen sangatlah mengkhawatirkan
(http://hukum.kompasiana.com/perancis-dan-masa-depan-uu-kpk.html).
Korupsi yang terjadi di Perancis ditularkan kepada Maroko melalui
penjajahan.Hal itu yang membuat masyarakat Maroko melakukan tindak korupsi,
terutama di dalam pemerintahan.Dalam hal pemberantasan korupsi di dua negara
tersebut masing-masing memiliki lembaga independen yang mengatasi masalah
tersebut.Di Perancis memiliki lembaga pemeberantas korupsi, yaitu SCPC yang
didirikan pada tahun 1993.Sedangkan di Maroko memiliki lembaga yang sama,
yaitu ICPC (L‟Instance Centrale de la Prévention de la Corruption). Lembaga
tersebut didirikan pada tahun 2008. Namun karena ICPC mempunyai anggaran
yang kecil, kurangnya sumber daya manusia, kurangnya kemandirian, kurangnya
kekuatan investigasi, dan adanya campur tangan politik maka ICPC hanyalah
lembaga konsultatif dengan tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran
tentang korupsi dan mengumpulkan informasi (http://www.business-anti-
corruption.com/public-anti-corruption-initiatives).
Ratna (2003 : 25) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah penelitian
terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya,
10
sehingga penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun
aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan
menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-
perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. Sebagai multidisiplin, maka
ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Dalam
penelitian sosiologi sastra yang perlu diperhatikan adalah dominasi karya sastra,
sedangkan ilmu-ilmu yang lain berfungsi sebagai pembantu. Hal itu disebabkan
objek yang memegang peranan adalah karya sastra dengan berbagai implikasinya,
seperti teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra (Ratna 2008: 338-339).
Teori poskolonialisme merupakan teori yang digunakan untuk menganalisis
berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan lain
sebagainya yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa. Teori ini
memaparkan tentang hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan
alienasi yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis novel L‟Homme rompu.
Teori poskolonialismedigunakan untuk menganalisis karya-karya sastrayang
lahirdi negara-negara jajahan dan mengangkat berbagai bukti nyata hasil
kolonialismebaik secara fisik, politis, maupun kultural. Dengan kata lain tujuan
dari teori poskolonialisme adalah untuk melawan sisa-sisa dampak dari
kolonialisme yang pernah terjadi di negara-negara jajahan dalam pengetahuan
termasuk pada sisi kultur. Poskolonialisme menitikberatkan pandangan pada
terwujudnya tata hubungan dunia yang baru di masa depan. Teori poskolonialisme
diterapkan untuk mengkaji karakter budaya yang lahir terutama pada negara-
negara bekas jajahan.Oleh karena itu, penulis menggunakan teori ini pada novel
11
L‟Homme rompu karena novel ini banyak menggambarkan pengaruh dari negara
Perancis yang pernah menjajah Maroko. Pengaruh-pengaruh tersebut pada novel
ini yaitu bahasa yang digunakan, keadaan masyarakat Maroko, ekonomi, budaya,
dan kebobrokan pada sistem birokrasi yaitu kasus korupsi yang menjadi inti dari
cerita novel ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi
yang terjadi pada novel L‟Homme Rompu karya Tahar Ben Jelloun berdasarkan
teori poskolonialisme Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menjelaskan hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi
yang terjadi pada novel L‟Homme Rompu karya Tahar Ben Jelloun berdasarkan
teori poskolonialisme Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat penelitian, yaitu manfaat praktis
dan manfaat teoritis.
12
1) Manfaat praktis penelitian ini adalah:
Memberikan ide bagi mahasiswa program studi Sastra Perancis untuk
menganalisis lebih lanjut lagi tentang pengaplikasian poskolonialisme dalam
karya sastra.
2) Manfaat teoritis penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang sosiologi dalam
kaitannya dengan dunia sastra, terutama poskolonialismedalam karya
sastra francophone.
b. Untuk memperkaya pemahaman teori poskolonialisme pada isi novel.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan perbandingan untuk
penelitian-penelitian poskolonialisme selanjutnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbingan.
Pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, sari, extrait,
daftar isi, daftar lampiran, dan lima bab yang terdiri dari:
Bab I adalah Pendahuluan, merupakan bagian awal penulisan penelitian ini,
yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II adalah Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang
digunakan sebagai pedoman penulisan penelitian yang meliputi: sosiologi sastra
dan unsur-unsur teori poskolonialisme menurut Edward Said, Gayatri Spivak, dan
13
Homi Bhabha, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan
alienasi.
Bab III adalah Metodologi Penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang metode
yang digunakan, meliputi pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data,
dan metode dan teknik analisis data.
Bab IV adalah PengaruhPoskolonialismePerancis di Maroko.Bab ini berisi
tentang analisis penulis terhadap unsur-unsur poskolonialisme yang terjadi pada
novel L‟Homme rompu berdasarkan tiga tokoh poskolinialisme, yaitu Edward
Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha.
Bab V adalah Penutup yang meliputi simpulan.
Pada bagian akhir skripsi ini disajikan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sosiologi Sastra
Swingewood (Faruk 2012: 1) dalam bukunya yang berjudul The Sociology
of Litterature,mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif
mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan
proses-proses sosial. Menurut Koentjaraningrat seperti yang tertera pada
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial, lembaga sosial adalah satuan norma
khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sosiologi memperoleh gambaran
mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dengan masyarakat-
masyarakat tertentu dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu,
gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, dan
penerimaan peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial, yaitu lembaga-
lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga (Faruk 2012:1).
Ritzer (Faruk 2012: 1) menganggap sosiologi sebagai suatu ilmu yang di
dalamnya terdapat beberapa paradigma yang saling bersaing dalam usaha untuk
merebut hegemoni dalam sosiologi secara keseluruhan. Ritzer menemukan ada
tiga paradigma yang merupakan dasar dalam sosiologi, yaitu paradigma fakta-
fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
Paradigma fakta-fakta sosial dicetuskan oleh Emile Durkheim. Pokok
persoalan sosiologi di dalam paradigma ini adalah fakta sosial yang berupa
15
lembaga-lembaga dan struktur-struktur sosial. Fakta sosial dianggap sebagai
sesuatu yang nyata, berbeda dari luar individu, dan berada di luar individu.
Pencetus paradigma definisi sosial adalah Max Weber. Karya Weber terarah
pada satu perhatian terhadap cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial
mereka dan efek dari definisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Pokok
persoalan sosiologi dalam paradigma ini bukanlah fakta-fakta sosial yang objektif,
melainkan cara subjektif individu menghayati fakta-fakta sosial tersebut.
Skinner adalah pencetus dari paradigma perilaku manusia sebagai subjek
yang nyata dan individual. Teori-teori yang termasuk di dalamnya adalah teori
sosiologi perilaku dan teori pertukaran (Faruk 2012: 2-3).
Sosiologi sastra menyelidiki berbagai persoalan, yaitu menyelidiki tentang
dasar sosial kepengarangan seperti yang dilakukan Laurenson. Sosiologi tentang
produksi dan distribusi karya kesusastraan seperti yang dilakukan
Escarpit.Kesusastraan dalam masyarakat primitif seperti yang dilakukan Radin
dan Leach.Hubungan antara nilai-nilai yang diekspresikan karya seni dengan
masyarakat seperti yang dilakukan Albrecht.Data historis yang berhubungan
dengan kesusastraan dan masyarakat seperti yang dilakukan Goldmann,
Lowenthal, Watt, dan Webb (Faruk 2012: 4).
Sosiologi atau sosiokritik merupakan disiplin ilmu yang lahir pada abad ke-
18 (Ratna 2008: 331). Sosiologi (Soekanto, 1990 : 1-5; Faruk 2012: 15) dianggap
sebagai ilmu yang relatif muda, ditandai dengan terbitnya buku Positive-
Philosophy yang ditulis oleh Auguste Comte (1798-1857). Comte menemukan
sosiologi lebih ilmiah, karena pada masa Comte yang berkembang pesat adalah
16
ilmu-ilmu alam yang terus-menerus berusaha dan menemukan berbagai
keteraturan atau hukum-hukum universal yang bersifat tetap yang mengatur
segala gejala alamiah yang tampaknya berubah-ubah. Comte mencoba
menerapkan cara kerja dalam ilmu alam untuk memahami masyarakat. Oleh
karena itu, pada awalnya Comte menyebut sosiologi sebagai fisika sosial. Comte
mendekati dan memahami masyarakat dengan pendekatan kultural (Faruk 2012:
16).
Sosiologi sastra berkembang pesat sejak penelitian-penelitian dengan
memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran dan
stagnasi. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat
yang justru merupakan asal-usulnya. Karya sastra memiliki kaitan yang erat
dengan masyarakat, sehingga harus dikembalikan ke tengah-tengah masyarakat
dan memahaminya sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem
komunikasi secara keseluruhan (Ratna 2008: 332).
Pengarang melalui intersubjektivitasnya menggali kekayaan masyarakat dan
memasukinya ke dalam karya sastra, kemudian dinikmati oleh pembaca. Menurut
Nila Auriga dalam skripsinya yang berjudul “Intersubjektivitas sebagai Bentuk
Eksistensi: Eksistensialisme Gabriel Marcel dalam Film P.S. I Love You”,
menyebutkan bahwa intersubjektivitas merupakan konsep tentang kebersamaan.
Marcel sangat menekankan adanya suatu persahabatan dan hubungan timbal balik
antara seorang individu dengan individu yang lainnya. Dengan kata lain,
intersubjektivitas tercipta karena adanya suatu proses kebersamaan dan mampu
menjalin timbal balik antara seorang individu dengan individu lainnya dalam
17
menjalani hidupnya (https://lontar.ui.ac.id/Intersubjektivitas.pdf).Para pengarang
yang berhasil adalah para pengamat sosial, karena mereka mampu
mengkombinasikan antara fakta-fakta sosial yang ada dalam masyarakat dengan
ciri-ciri fiksional. Pengarang merupakan indikator penting dalam
menyebarluaskan keberagaman unsur-unsur kebudayaan, sekaligus perkembangan
tradisi sastra (Ratna 2008: 333-334).
Pikiran berasal dari internalisasi dengan orang lain dan tidak ada pikiran
yang lepas dari situasi sosial. Seseorang yang berpikir dan bertindak semata-mata
untuk memenuhi kepuasannya tentu sulit dimengerti. Pengarang menulis atas
dasar pertimbangan bahwa karya sastra tersebut masuk ke dalam garis pandang
harapan pembaca. Karya sastra memiliki kemampuan untuk memasukkan hampir
seluruh aspek kehidupan manusia menjadikan karya sastra sangat dekat dengan
aspirasi masyarakat. Ciri-ciri utama karya satra adalah aspek estetika, selain itu
karya sastra juga mengandung etika, filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan. Setiap
karya sastra mengandung aspek-aspek kemasyarakatan yang mungkin pernah,
sedang, dan akan terjadi.
Karya sastra mempunyai tugas penting baik untuk menjadi pelopor
pembaharuan, maupun untuk memberikan pengakuan terhadap suatu gejala
kemasyarakatan. Masih banyak masyarakat yang mengukur manfaat karya sastra
atas dasar aspek-aspek praktisnya. Karya sastra sebagai semata-mata khayalan,
misalnya masih mewarnai penilaian masyarakat sepanjang abad, penilaian negatif
yang secara terus-menerus membawa karya sastra di luar kehidupan yang
sesungguhnya (Ratna 2008: 334).
18
Bahasa sastra adalah bahasa sehari-hari, kata-katanya terkandung dalam
kamus, dan perkembangannya mengikuti perkembangan masyarakat pada
umunya. Ciri sosial terpenting terkandung dalam bahasa. Dari segi isi, karya
sastra menampilkan masalah sosial yang berbeda-beda sesuai dengan periode,
semestaan, dan konteks sosial tertentu lainnya. Menurut Culler (1977: 189),
lukisan melalui kata-kata tertentu akan menghasilkan dunia tertentu, sebagai dunia
dalam kata. Dunia yang dimaksud adalah dunia sosial sebab dihuni oleh para
individu dengan karakteristiknya masing-masing.Masyarakatlah yang
mengkondisikan ciri-ciri tokoh tersebut, bukan sebaliknya.
Di antara genre karya sastra, novel dianggap paling dominan dalam
menampilkan unsur-unsur sosial. Novel menampilkan unsur-unsur cerita yang
paling lengkap, memiliki media yang paling luas, dan menyajikan masalah-
masalah kemasyarakatan yang juga paling luas. Bahasa novel cenderung
merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam
masyarakat. Oleh karena itu novel, merupakan genre yang paling sosiologis dan
responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna 2008: 335-
336).
Cara-cara penyajian di antara karya sastra, ilmu sosial, dan humaniora
sangatlah berbeda. Di dalam karya sastra, peyajian dilakukan secara tak langsung
dengan menggunakan bahasa yang bersifat konotatif dan menanamkan secara
lebih kuat masalah-masalah kehidupan terhadap pembaca. Ada kesejajaran antara
ciri-ciri karya sastra dengan hakikat kemanusiaan. Imajinasi dan kreativitas adalah
kemampuan karya sastra dalam menampilkan dunia kehidupan yang lain dan
19
berbeda dengan dunia kehidupan sehari-hari. Imajinasi dan kreativitas merupakan
aspek-aspek sosial karya sastra yang memberikan karya sastra tempat untuk
mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecenderungan yang tidak mungkin
tercapai dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi.
Dengan pertimbangan bahwa karya sastra juga memasukkan aspek-aspek
kebudayaan yang lain, sehingga ada ilmu-ilmu yang terlibat yaitu sejarah, filsafat,
agama, ekonomi, dan politik. Penelitian sosiologi sastra menggunakan teori-teori
sastra dan sosiologi dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra sudah menjadi
suatu disiplin yang baru dan sudah dievaluasi sepanjang periode
perkembangannya. Teori yang telah diakui relevansinya terhadap analisis
sosiologi sastra adalah strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Lucien
Goldmann (Damono, 1978: 40-48) dalam Ratna (2008: 339).
Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan
masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam
sebagai berikut:
1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra
itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah
terjadi.
2. Menganalisis masalah-masalah sosial di dalam karya sastra dengan kenyataan
yang pernah terjadi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur. Karya
sastra bersifat aktif dan dinamis karena keseluruhan aspek sastra benar-benar
berperan.
20
3. Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu
dan dilakukan oleh disiplin ilmu tertentu (Ratna, 2008: 339-340).
2.2 Teori Poskolonialisme
Secara etimologis poskolonialisme berasal dari kata „post‟ dan kolonial,
sedangkan kata kolonial berasal dari bahasa Romawi, colonia, yang berarti tanah
pertanian atau pemukiman. Jadi secara etimologis kolonial tidak mengandung arti
penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi eksplotasi lainnya. Konotasi
negatif kolonial timbul sesudah terjadi interaksi yang tidak seimbang antara
penduduk pribumi yang dikuasai dengan penduduk pendatang sebagai penguasa
(Ratna 2008: 205).
Dikaitkan dengan teori posmodernisme, studi poskolonialisme merupakan
teori yang masih baru. Menurut Shelley Walia (2001: 6; Said 2003: 58-59; Ratna
2008: 206) proyek poskolonialisme pertama kali dikemukakan oleh Frantz Fanon
di dalam bukunya yang berjudul Black Skin, White Masks and the Wretched of the
Earth (1967). Fanon adalah seorang psikiater yang mengembangkan analisis
mengenai dampak psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan oleh kolonisasi.
Fanon menyimpulkan bahwa melalui dikotomi kolonial, penjajah-terjajah,
wacana orientalisme telah menimbulkan alienasi dan marginalisasi psikologis
yang sangat hebat.
Menurut Eipstein (Yuzar, 2013),alienasi berdasarkan pandangan psikologis
adalah keterasingan yang disebabkan perasaan tidak terpengaruh oleh orang
lainyang dirasakan oleh individu dalam situasi tertentu. Hal itu disebabkan adanya
21
perasaan manusia atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan.Sedangkan
marginalisasi psikologis adalah hal yang berkaitan dengan atau yang terletak pada
batasan kesadaran. Marginalisasi psikologis menciptakan perbedaan gender
bahkan ketidakadilan gender. Salah satu contoh dalam ketidakadilan gender
adalah kekerasan terhadap perempuan, kekerasan adalah suatu serangan terhadap
fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan pada perempuan
sering terjadi karena adanya budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan.
Tokoh-tokoh teori poskolonialisme, yaitu Edward W. Said, Gayatri
Chakravorty Spivak, dan Homi K. Bhabha. Secara teoretis poskolonialisme dipicu
oleh dan sekaligus memanfaatkan sejumlah konsep posmodernisme. Makna dasar
„post‟ (cf. Linda Hutcheon 2004: 284) dalam poskolonialisme dan posmodernisme
memiliki arti yang sama, yaitu sesudah. Perbedaannya, di dalam posmodernisme
makna modernisme seolah-olah tetap dipertahankan tetapi diberikan makna baru
yang sudah didekonstruksi. Dengan kata lain, posmodernisme merombak makna
modernisme dan menyempurnakannya(Ratna 2008: 206).
Munculnya posmodernisme merupakan akibat dari ketidakmampuan
modernisme dalam menanggulangi kepuasan masyarakat, yaitu berbagai
kebutuhan yang berkaitan dengan masalah sosial, politik, ekonomi, dan
kebudayaan pada umumnya. Posmodernisme adalah kontinuitas
modernismedalam bentuk yang lebih signifikan, sebaliknya poskolonialime
adalah akibat dari era sesudah kolonialisme(Ratna 2010: 246).
Dekonstruksi merupakan pembongkaran dan penyempurnaan arti semula
dengan tujuan akhir, yaitu penyusunan kembali ke dalam tatanan dan tataran yang
22
lebih signifikan, sesuai dengan hakikat objek, sehingga aspek-aspek yang
dianalisis dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Gramsci (2000: 173)
berpendapat bahwa pembongkaran harus diikuti oleh pembangunan kembali,
sekaligus menggantikannya dengan cara-cara yang baru, sehingga memperoleh
temuan-temuan yang baru. Secara praktis dan nyata, temuan-temuan baru yang
dimaksudkan, yaitu sebagai hasil pemahaman teori-teori postrukturalisme adalah
gejala-gejala kultural yang selama ini termaginalisasikan, seperti perempuan,
novel picisan, kawasan kumuh, pedagang kaki lima, usaha kecil, pejalan kaki, dan
kelompok-kelompok minoritas lainnya (Ratna2010:258). Di dalam
poskolonialismebentuk-bentuk kolonial dan berbagai akibat yang ditinggalkan
harus dihilangkan. Persamaan posmodernisme dan poskolonialismeterletak dalam
kedudukannya sebagai teori, karena sebagai teori keduanya bertujuan untuk
menolak oposisi biner (Ratna 2010: 233-234).
Teori poskolonialisme adalah teori yang digunakan untuk menganalisis
berbagai gejala kultural seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan lain
sebagainya yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa. Gejala-gejala
kultural tersebut terdapat di dalam berbagai teks studi mengenai dunia Timur,
yang ditulis oleh para orientalis. Gejala-gejala kultural selain terdapat di dalam
teks studi, tetapi juga terdapat di dalam karya sastra. Sebagai contoh gejala-gejala
kultural pada karya sastra adalah gejala-gejala kultural di dalam dunia
kesusastraan Indonesia, seperti Manusia Bebas (Suwarsih Djojopuspito, 1975),
Siti Nurbaya ( Marah Rusli, 1922), Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana,
1937), Belenggu (Armijn Pane, 1940), Ateis (Achdiat Karta Mihardja, 1949),
23
Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer, 1981), Burung-burung Manyar (Y.B.
Mangunwijaya, 1981), dan Para Priyayi (Umar Kayam, 1992). Selain dalam
kesustraan Indonesia gejala-gejala kultural semacam itu juga ada dalam
kesustraan francophone, sepertiPortrait du colonisé (Albert Memmi, 1957),
L‟Amour, La Fantasia (Assia Djebar, 1985), L‟Enfant de Sable (Tahar Ben
Jelloun, 1986), dan La Nuit Sacrée (Tahar Be Jelloun, 1987).
Visi poskolonialisme tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah sosial
politis secara praktis. Visi poskolonialisme menulusuri pola-pola pemikiran
kelompok orientalis dalam rangka membangun superioritas Barat, dengan
konsekuensi logis terjadinya inferioritas Timur. Sasaran visi poskolonialisme
adalah subjek kolektif intelektual Barat dan kelompok oriental menurut
pemahaman Edward Said (Ratna 2008: 206-207).
Teori poskolonialisme lahir setelah negara-negara yang terjajah merdeka.
Teori poskolonialisme terdapat di dalam karya sastra nasional pada negara-negara
yang pernah mengalami kekuasaan imperial, seperti di negara Afrika, Australia,
Bangladesh, Kanada, Karibia, India, Malta, Selandia Baru, Pakistan, Singapura,
Kepulauan Pasifik Selatan, Sri Lanka, Malaysia, dan Indonesia. Sastra Amerika
dimasukkan sebagai contoh poskolonialisme sebab abad ke-18 telah
mengembangkan konsep sastra nasional Amerika yang dibedakan dengan sastra
Inggris. Oleh karena itu, poskolonialisme sangat relevan untuk menyebutkan
kritik lintas budaya sekaligus wacana yang ditimbulkannya. Tema-tema yang
dikaji dalam poskolonialismemeliputi seluruh aspek kebudayaan sekaligus dengan
24
bentuk praktik di lapangan. Keberagaman permasalahan yang ada dipersatukan
oleh tema yang sama, yaitu kolonialisme (Ratna 2008: 207).
Teori poskolonialisme sebagai teori kritis mencoba mengungkapkan akibat-
akibat negatif yang ditimbulkan oleh kolonialisme, yaitu kemunduran mentalitas.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kolonialisme tidak hanya berhenti setelah
masa kolonialis berakhir, namun terus berlangsung hingga saat ini. Said
mengatakan bahwa pengalaman kolonisasi selama dua setengah abad lebih
dianggap bersifat global dan universal sehingga memiliki dampak secara
langsung, baik bagi wilayah yang dijajah maupun bagi penjajah itu sendiri.
Menurut Loomba (2003: 9) sifat global dan universal diakibatkan karena orang-
orang yang pernah terjajah kemudian menyebar di berbagai belahan dunia(Ratna
2010: 235).
Selama berabad-abad negara-negara terjajah tidak memiliki kebebasan
dalam mengemukakan pendapatnya. Setelah mereka merdeka barulah mereka
mengeluarkan ide untuk memajukan negaranya masing-masing dengan teori-teori
yang relevan. Teori poskolonialisme sebagai multidisiplin dan studi kultural
melibatkan tiga pengertian, yaitu:
a) Berakhirnya abad imperium kolonial di seluruh dunia.
b) Segala tulisan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman kolonial.
c) Teori-teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah
pascakolonialisme (Ratna 2008: 208).
Teori poskolonialisme muncul karena ketidakmampuan teori Eropa sentries,
teori universal mengenai bahasa dan ilmu pengetahuan yang lain dalam mengakaji
25
keberagaman tradisi kebudayaan poskolonialisme. Keberhasilan Eropa dalam
menguasai negara-negara jajahannya tidak hanya diakibatkan oleh kekuatan fisik,
wacana. Para intelektual Barat menciptakan ilmu pengetahuan orientalisme.
Mereka mengkaji berbagai aspek Timur dan mereka dapat mengetahui kekuatan
sekaligus kelemahan Timur, sehingga Barat dapat menguasai Timur dengan
mudah. Objektivitas dalam pengetahuan orientalisme adalah pikiran dunia Barat,
karena definisi dan analisis teks-teks oriental mengalami berat sebelah dan tidak
sepenuhnya mengandung objektivitas yang tepat. Salah satu contoh dalam karya
sastra adalah drama-drama Shakespeare yang banyak melukiskan tentang
keterbelakangan bangsa Timur yang sekaligus membentuk citra bahwa
kebudayaan Barat lebih tinggi dibandingkan kebudayaan bangsa Timur (Ratna
2008: 209).
Teori poskolonialisme merupakan akumulasi teori dan kritik yang
digunakan untuk menilai kembali aspek-aspek kebudayaan dan warisan
kebudayaan yang ditinggalkan oleh kolonial. Teori poskolonialisme adalah teori
untuk mendekonstruksi narasi kolonial. Teori poskolonialisme dimanfaatkan
untuk menganalisis kekayaan kultural yang menceritakan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di negara-negara pascakolonial. Menurut Aschroft, dkk (2003: 28)
teks kolonial tidak hanya ditulis oleh intelektual kolonial, tetapi juga oleh penulis
pribumi dengan cara memasukkan ideologi kolonial di dalamnya.
Visi tradisional menganggap bahwa karya sastra tidak bisa digunakan
sebagai tolok ukur untuk mengetahui perubahan masyarakat tertentu dan
bagaimana sistem ideologi masyarakat tertentu bekerja. Visi kontemporer
26
menjelaskan bahwa sebagai hakikat kreativitas imajinatif ternyata karya sastra
berhasil untuk melukiskan gejala-gejala perubahan dan ideologi masyarakat
tertentu, khususnya dalam kaitannya dengan objek poskolonialisme. Ada empat
alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis melalui teori-teori
poskolonialisme.
1. Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem komunikasi antara
pengirim dan penerima, sebagai mediator antara masa lampau dengan masa
sekarang.
2. Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas
dan intelektualitas, fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri.
3. Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah
manifestasinya yang paling signifikan.
4. Berbagai masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung,
sehingga tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak tampak. Di sinilah ideologi
oriental ditanamkan dan analisis dekonstruksi poskolonialisme dilakukan
(Ratna 2008: 212-213).
Salah seorang tokoh teori poskolonialisme adalah Edward W. Said (Walia
2003: 4) yang lahir di Palestina dan kemudian mengembangkan karirnya di
Amerika Serikat. Said mengembangkan orientalisme dengan masalah pokok yang
dianalisis adalah ketidakseimbangan Barat dalam melihat Timur. Orientalisme
dianggap sebagai narasi terbesar, bentuk khusus imperialisme yang masih ada
sampai saat ini. Para orientalis tidak sama bahkan bertentangan dengan para
posmodernisme. Para posmodernisme berjuang demi masyarakat secara universal
27
dan multikultural, sedangkan para orientalis meskipun menulis tentang bangsa
Timur tetapi mereka berjuang demi kepentingan Barat. Orientalis memiliki
kedudukan dan nilai yang sama dengan era poskolonialisme, bukan dengan teori
poskolonialisme. Said berbicara tentang teori poskolonialisme dengan mengambil
objek oriental, termasuk kelompok posmodernisme dan bukan orientalis
(Ratna2010: 240).
Dalam orientalisme masyarakat yang terjajah digambarkan sebagai inferior,
irasional, dapat dikontrol, dan dapat dimanipulasi oleh pihak yang dominan.
Dalam karya sastra, orientalisme ditunjukkan melalui Rudyard Kipling, E.M.
Forster, Joseph Conrad, Jane Austen, Charles Dickens, Thomas Hardy, Henry
James, William Shakespeare. Said (Sardar dan Loon 1997: 109) mendefinisikan
orientalisme, sebagai berikut:
1. Tradisi klasik yang mempelajari suatu kawasan dengan menggunakan cara-
cara yang ada di kawasan tersebut.
2. Gaya berpikir yang didasarkan atas perbedaaan ontologis antara Timur dan
Barat. Ontologi adalah ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret
secara kritis.
3. Selalu mengesampingkan Timur.
4. Institusi korporasi yang berhubungan dengan Timur, gaya Barat untuk
mendominasi Timur.
Orientalisme melahirkan aliran kritis yang disebut poskolonialisme, wacana
penindasan yang terbentuk sesudah imperium kolonial. Poskolonialisme memiliki
ruang lingkup penelitian yang sangat luas dan beragam. Sebagai studi kultural,
28
poskolonialisme merupakan wilayah kajian multidisplin. Aschroft, dkk. (2003: 1-
2) membedakan model penelitian poskolonialisme atas empat ciri, yaitu:
a) Model nasional atau regional, berbagai gambaran yang berbeda mengenai
kebudayaan nasional dan regional, timbulnya kesadaran nasional memicu
munculnya wacana poskolonialisme.
b) Model berbasis ras, mengidentifikasi sastra nasional, seperti karya sastra
diaspora kulit putih, kulit hitam, atau gabungan keduanya.
c) Model perbandingan, menganalisis dua karya sastra poskolonialisme atau
lebih, menjelaskan ciri-ciri linguistik, sejarah, dan kebudayaan tertentu yang
melintasi dua kesusastraan poskolonialisme.
d) Model perbandingan yang lebih luas, menonjolkan hibriditas dan sinkretis.
Saussure menyatakan kreolisasi, hibriditas, dan diaspora menunjukkan
bahwa bahasa dan kebudayaan bukan semata-mata model teoretis. Bahasa dan
kebudayaan adalah sebuah praktik yang isinya adalah perilaku manusia.
Dihubungkan dengan globalisasi, banyak orang berpikiran bahwa barang-barang
berdampak di seluruh dunia. Global dan lokal bersifat relatif, global dan lokal
saling membangun sebagai glokalisasi(Ratna 2010: 242).
Sejajar dengan pendapat Hayden White (1987: 53, 58, 91-91), melalui teori
poskolonialisme, Said memberikan arti yang baru terhadap sejarah. Menurut Said,
sejarah tidak berbeda dengan artefak literer dan sejarah bersifat interteks. Pada
dasarnya sejarah adalah fiksi, komposisi persuasif melalui penggunaan bahasa,
dengan kata lain sejarah adalah konstruksi narasi. Sejarah merupakan rekonstruksi
yang dengan sendirinya disesuaikan dengan dominasi kelompok-kelompok yang
29
berkepentingan, oleh karena itu tidak ada sejarah yang benar-benar objektif.
Kelompok kolonialis adalah sejarawan itu sendiri yang menyusun sejarah demi
kepentingan Barat dalam rangka merintis jalan yang lebih mudah untuk
mengeksploitasi negara-negara yang dikuasainya (Ratna 2008: 110-111).
Secara faktual sebagian besar penjajah adalah laki-laki, sedangkan secara
imajinatif fiksional tanah orient diasosiasikan sebagai perempuan sensual.
Argument Said (Walia 2003: 40-41) lebih dekat dengan Gramsci, asumsi-asumsi
orientalis dalam kaitannya dengan peranan ide, sebagaimana dikemukakan oleh
Marxis ortodoks. Dalam kaitannya dengan dikotomi infrastruktur material dan
superstruktur ideologis, implikasi hegemoni ekonomi tidak seluas hegemoni
ideologi. Said menunjukkan akibat lebih jauh hegemoni ideologi, yaitu melalui
diciptakannya citra mengenai bangsa Timur sebagai bangsa yang terbelakang,
pasif, sensual, kanibal, bahkan bar-bar. Menurut Loomba (2003: 62-63; 124) sejak
terbitnya Orientalisme telah lahir sejumlah kajian dalam kaitannya dengan teks-
teks kultural kolonial, disamping karya seni dan sastra juga termasuk atlas, film,
pola-pola pakaian, iklan, praktik medis, museum, lembaga pendidikan, dan
sebagainya (Ratna 2008: 113).
Banyak masalah yang dapat dikemukakan dengan memanfaatkan teori
poskolonialisme. Atas dasar pandangan bahwa teori merupakan „alat‟ untuk
berpikir dengan memanfatkan teori-teori yang baru, maka masalah juga akan
menampilkan dimensi yang baru. Teori poskolonialisme tidak harus dipahami
secara mandiri dan terpisah dari teori yang lain. Teori poskolonialisme pada
dasarnya juga mengimplikasikan teori feminis, bagaimana Barat memandang
30
perempuan bangsa Timur. Dengan kata lain, Barat mengatakan bahwa perempuan
Timur mengalami ketertindasan ganda, baik dari laki-laki pribumi maupun non-
pribumi.
Dalam kaitannya dengan teori poskolonialisme, yang diperlukan oleh bangsa
Timur adalah sikap dan perilaku akademis dalam menghadapi sistem ideologi
seperti yang terdapat di dalam teks kolonial. Said (Walia 2003 : 75-76)
mempertahankan hakikat pengarang dengan latar belakang sosialnya sebagai asal-
usul teks. Menurutnya, asal-usul teks membantu untk menunjukkan di mana
wacana ideologi ditanamkan dan ke mana tujuannya. Dikaitkan dengan tujuannya,
maka wacana orientalis adalah wacana yang mewakili sisitem ideologi Barat
dalam kaitannya untuk menanamkan hegemoni terhadap bangsa Timur. Wacana
poskolonialisme adalah wacana yang mewakili sistem ideologi Timur untuk
menanamkan pemahaman ulang sekaligus memberikan citra diri yang baru
terhadap bangsa Timur mengenai hegemoni Barat tersebut. Berakhirnya
penjajahan bukan berarti kekuasaan Barat juga berakhir dengan sendirinya (Ratna
2008: 114-115).
2.2.1 Hegemoni
Hegemoni sering dikacaukan dengan ideologi. Hegemoni, dari akar kata
hegeisthai (Yunani), yang artinya memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang
melebihi kekuasaan yang lain. Dalam hegemoni terkandung ideologi, tetapi belum
tentu sebaliknya. Secara leksikografis ideologi berasal dari akar kata idea +
logia/logos (Yunani). Menurut Jorge Larrain (1996: 7) istilah ideologi mula-mula
31
digunakan oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 dan mengalami
perkembangan pesat pada abad ke-19.
Hegemoni dikembangkan oleh filsuf Marxis Italia Antonio Gramsci
(1891-1937). Konsep hegemoi dikembangkan atas dasar dekonstruksinya terhadap
konsep-konsep Marxis ortodoks. Menurut Chantal Mouffe (Tonny Bennet, dkk.
ed., 1983: 220), istilah hegemoni dipergunakan pertama kali tahun 1926 dalam
tulisannya yang berjudul Notes on the Southern Question. Menurut Roger Simon
(2000: 20), istilah hegemoni sudah digunakan oleh Plekhanov dan para pengikut
Marxis pada umumnya pada tahun 1880-an(Ratna 2010: 175-176).
Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni adalah, bahwa suatu kelas
dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan
cara kekerasan dan persuasi. Hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan
menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan
kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus
(Simon 2004: 19-20).
Dasar-dasar konsep hegemoni diletakkan oleh Lenin dengan
menyempurnakan upaya yang telah dikerjakan para pendiri gerakan buruh Rusia.
Bagi Lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang
harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk memperoleh
dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini
dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kelas
kapitalis beserta anggotanya, baik dalam merebut kekuasaan negara maupun
dalam mempertahankan kekuasaan yang sudah diperoleh. Hegemoni merupakan
32
hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial lain. Kelas hegemonik atau
kelompok kelas hegemonik adalah kelas yang mendapatkan persetujuan dari
kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan mempertahankan
sistem aliansi melalui perjuanagan politik dan ideologis (Simon 2004: 20-22).
Dalam buku Kekuasaan, Politik, dan Kebudayaan: Wawancara dengan
Edward W. Said, Said mengatakan bahwa Gramsci adalah orang yang sangat jelas
mempengaruhinya tentang geografi. Hal itu merupakan satu-satunya hal
terpenting yang diambilnya dari Gramsci, bukan oleh gagasan tentang hegemoni
dan gagasan tentang intelektual-intelektual organik, melainkan bahwa gagasan
segala sesuatu, termasuk civil society pada awalnya, tetapi seluruh dunia
diorganisasi berdasarkan geografi. Gramsci berpikir dalam pengertian geografi
dan Prison Notebooks adalah sebuah sejarah modernitas, tetapi catatan-catatan
Gramsci benar-benar mencoba menempatan segala sesuatu seperti sebuah peta
militer. Dengan kata lain, Saidmengatakan bahwa selalu saja ada pertarungan
untuk memperebutkan wilayah kekuasaan (2003: 279).
Said menerbitkan bukunya yang berjudul Orientalisme (1978) yang
kemudian dijelaskan dalam bentuk tanya jawab dalam bukunya yang berjudul
Power and Culture (2001). Dalam buku pertama Said (1994: 1, 15, 125)
mendefinisikan orientalisme sebagai suatu cara, metode, bahkan sebagai ilmu,
dengan sendirinya dilakukan secara sistematis dan diciptakan secara sengaja,
untuk memahami dunia Timur atas dasar pemahaman Barat. Dikaitkan dengan
konsep hegemoni Gramscian, orientalisme memberikan ketahanan dan kekuatan,
semacam hegemoni yang diperoleh secara cuma-cuma melalui bangsa yang
33
dikuasainya. Budaya Eropa memperoleh kekuatan, identitas dengan menyatakan
superioritas di mata dunia Timur (Ratna 2010: 27 & 33).
Teori hegemoni bertujuan untuk merevisi kelemahan konsep-konsep
Marxisme, seperti perkembangan politik yang dianggap sebagai akibat langsung
dari perkembangan ekonomi. Menurut Sardar dan Loon (1997: 54-55), studi
kultural Inggris mengadopsi konsep Marxis melalui dua ciri, yaitu: a) asumsi
bahwa masyarakat kapitalis terbagi secara tidak seimbang atas kelas, gender, dan
etnis, dan b) gagasan materialis tentang sejarah. Sesuai dengan paradigmanya,
studi kultural di satu pihak menempatkan kebudayaan sebagai titik pusat
pembicaraan dalam memperjuangkan kepentingan kelompok, dan di pihak lain
kebudayaan memberikan bentuk historis pada struktur sosial tersebut. Tokoh-
tokoh studi kultural Inggris, seperti Raymond Williams dan Stuart Hall pada
dasarnya juga mengadopsi konsep-konsep Marxis. Pemikiran terpenting Marx
dalam kaitannya dengan kebudayaan adalah ideologi, dengan bentuk yang umum,
yaitu kehidupan manusia tidak ditentukan oleh kesadaran individual, tetapi oleh
kesadaran sosial (Ratna 2010: 176-177).
Dalam kaitannya dengan ideologi, sebagai sistem ide, Agger (2003: 248-
249) menganggap bahwa tradisi Marxis, sejak Marx, Lucas, Goldmann, Gramsci,
dan Frankfurt berpengaruh terhadap kelahiran studi kultural. Menurut Sardar dan
Loon (1997: 46), pada dasarnya Marxisme masuk ke studi kultural berdasarkan
tiga pokok pikiran Althusser, yaitu: a) ideologi, hukum, agama, pendidikan, dan
keluarga sama pentingnya dengan ekonomi; b) kebudayaan tidak secara
keseluruhan terikat, atau sebaliknya berdiri sendiri terhadap kondisi ekonomi; dan
34
c) ideologi tidak mengkonstruksi kesadaran palsu sebagaimana disebutkan oleh
Marxisme tradisional. Marxisme masuk melalui ide-ide Gramscian dengan konsep
hegemoni yang diistilahkan sebagai pengikat masyarakat tanpa menggunakan
kekuatan. Kebudayaan tidaklah dilihat sebagai reduksi kapitalisme ekonomi
sehingga kebudayaan seolah-olah sebagai refleksi, melainkan kebudayaan sebagai
fenomena yang lebih independen (Ratna 2010: 178).
Dalam kaitannya dengan poskolonialisme, Said menolak sejarah yang
linear. Secara harfiah linear merupakan garis lurus. Sejarah yang linear adalah
perjalanan sejarah yang mengikuti sebuah garis lurus. Sejarah hanya dilihat
melalui tiga fase perkembangan, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang
akan datang, dengan kata lain sejarah hanya dilihat pada satu sisi saja.Intelektual
Orientalisme harus membangun kesadaran sejarah pinggiran, model sejarah baru
bagi kelompok tertindas. Di dalam hubungan ini, Said mendasarkan teorinya atas
paradigma Gramscian dan Foucauldian mengenai strategi kekuasaan.
Contoh yang peneliti ambil dalam sejarah orientalisme adalah
kependudukan Napoleon, seorang kaisar Perancis di Mesir. Menurut Napoleon,
Mesir adalah suatu proyek yang benar-benar realistis (Said 2010: 120). Selain itu,
Mesir merupakan titik fokus dalam hubungan antara Afrika dan Asia, antara
Eropa dan Timur, antara kenangan-kenangan dan aktualitas (Said 2010:
126).Dalam menjalankan misi-misi kolonialnya di Mesir, Napoleon
mengandalkan karya Comte de Volney seorang peziarah Perancis dan pengarang
Voyage en Egypte et en Syrie (1787). Napoleon mengambil manfaat dari karya
Volney, yaitu mengenai tingkat-tingkat kesulitan yang diurut berdasarkan
35
rintangan-rintangan paling mudah hingga paling sulit yang harus dihadapi oleh
setiap kekuatan ekspedisi Perancis di Timur. Volney, demikian kata Napoleon,
beranggapan bahwa ada tiga hambatan bagi hegemoni Perancis di Timur dan
Perancis harus melancarkan tiga peperangan untuk melewati hambatan tersebut,
yaitu melawan Inggris, melawan kerajaan Usmani, dan yang tersulit adalah
melawan kaum Muslim (Said 2010: 121).
Orientalisme modern bersumber dari unsur-unsur sekuler budaya Eropa
abad ke-18. Menurut orientalis modern, orientalis modern adalah seorang
pahlawan yang sedang menyelamatkan Timur dari kesuraman, alienasi, dan
keterasingan. Eskpansi, konfrontasi sejarah, simpati, dan klasifikasi merupakan
empat unsur orientalisme modern (Said 2010: 183).
Berdasarkan pandangan Gramscian, Said mengadopsi teori hegemoni yang
didominasi oleh praktik otoritatif. Keotoriteran ini menempatkan ideologi harus
dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu.
Sebaliknya, dari Foucauldian, Said mengadopsi pandangan bahwa pengetahuan
ternyata difungsikan sebagai alat kolonialisme untuk mempertahankan kekuasaan
yang dipenuhi kepentingan politik ideologis serta prinsip pemahaman sejarah
bergerak mundur untuk kembali ke masa kini dalam rangka mempertahankan
kontinuitas.
Menurut Said (2010: 311-312) Timur yang tampak dalam orientalisme
merupakan sejenis sistem representasi yang dirangkai oleh seluruh perangkat
kekuatan yang membawa Timur itu sendiri ke dalam keilmuan Barat, kesadaran
Barat, dan keimperiuman Barat. Orientalisme merupakan suatu aliran penafsiran
36
yang menjadikan Timur, peradaban-peradabannya, orang-orangnya, dan lokalitas-
lokalitasnya sebagai objek interpretasi. Dengan demikian, orientalisme bukan
hanya merupakan satu doktrin positif mengenai Timur yang selalu hadir di Barat,
melainkan juga merupakan tradisi akademis yang cukup berpengaruh. Said juga
menambahkan bahwa orientalisme pada dasarnya tidak lebih merupakan satu
doktrin yang tidak hanya menjadikan Timur sebagai objek kajian, karena Timur
lebih lemah daripada Barat, tetapi juga yang dapat menyatukan perbedaan Timur
dengan kelemahannya. Said juga menambahkan bahwa di Timur selain terjadi
suatu penyerapan intelektual atas citra-citra dan doktrin-doktrin orientalisme, juga
terjadi pengukuhan orientalisme dalam pertukaran ekonomi, politik dan sosial.
Singkatnya, Timur modern berperan serta dalam men-Timur-kan dirinya sendiri
(2010: 508).
Menurut Ritzer (2004: 369) dalam hegemoni Gramscian populer pada
dekade 1970-an hingga 1980-an dengan memberikan perhatian terhadap proses
pemaknaan yang didominasi oleh praktik otoritatif. Dalam analisis Gramscian
ideologi dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial
tertentu. Bennet (Ritzer 2004: 338) membandingkan konsep kebudayaan menurut
Gramscian dan Foucault sebagai berikut:
a) Pusat perhatian Foucault adalah pemerintah birokrasi, sedangkan pusat
perhatian Gramsci adalah ideologi.
b) Bagi Foucault kekuasaan tidak memiliki asal-usul dan tidak bersifat tunggal,
sedangkan bagi Gramsci kekuasaan (hegemoni) mengalir ke bawah mengarah
37
pada perjuangan kaum tertindas untuk menentang sumber kekuasaan tunggal
(Ratna 2010: 179).
Hegemoni Gramscian mengandung ide-ide tentang usaha untuk
mengadakan perubahan sosial secara radikal dan revolusioner. Pluralisme,
multikultural, dan budaya marginal menjadi isu pokok dalam studi kultural yang
sudah ada dalam gagasan-gagasan Gramsci. Teori hegemoni Gramsci secara tidak
langsung menolak reduksi manusia, termasuk narasi kecil, menolak konsep-
konsep yang menjunjung tinggi kebenaran mutlak, baik yang terkandung dalam
aliran Marxisme maupun non-Marxisme. Dalam teori Marxisme, misalnya dari
awal telah diyakini adanya determinsme mekanisme, bahwa struktur dasar sebagai
infrastruktur material, secara monolitis dapat menentukan superstruktur
ideologisnya seperti politik, ideologi, pendidikan, dan kebudayaan pada
umumnya. Menurut Gramsci (Simon 2000: 6) determinisme mekanis seperti itu
cenderung menimbulkan sikap pasif, sebab kaum buruh akan menunggu
perubahan dalam bidang ekoni dan sikap tersebut jelas memperlemah timbulnya
inisiatif-inisiatif yang baru. Menurut Gramsci, kondisi seperti itu hanya akan
dimanfaatkan untuk memperkuat posisi kelompok fasis (Ratna 2010: 180).
Menurut Gramsci, hegemoni terjadi apabila cara berpikir kelompok
tertindas, khususnya kaum proletar telah terobsesi dan menerima cara berpikir
kelompok dominan. Transformasi dan pengambilalihan cara berpikir dalam teori
hegemoni tidak terbatas pada bidang politik, melainkan juga intelektual, moral,
religi, dan cita rasa. Hegemoni bukan semata-mata dalam bentuk fisik, melainkan
juga wacana dengan kekuatan yang dimiliki secara fisik. Hegemoni Barat
38
pascakolonial tidak dilakukan secara fisik, melainkan melalui kekuatan wacana,
seperti Barat dan non-Barat, Barat dan pribumi, negara maju dan negara
berkembang, negara industri dan negara agraris. Hegemoni melalui wacana jauh
lebih efektifkarena dapat dilakukan melalui jarak jauh tanpa mengadakan
intervensi secara langsung (Ratna 2010: 181-182).
Hegemoni bukanlah dominasi dengan menggunakan kekuasaan,
melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan pendekatan
kepemimpinan politik dan ideologi. Atas dasar paradigma Machiavellian,
kekuasaan melalui paksaan dan tipuan, maka menurut Gramsci (Loomba 2003:
38) hegemoni dapat dicapai melalui kombinasi antara paksaan dan kerelaan.
Penggunaan istilah hegemoni menurut Gramsci harus dibedakan dengan makna
leksikalnya, yaitu penguasaan suatu bangsa terhadap bangsa yang lain. Gramsci
menggunakan istilah hegemoni (egemonia) secara bergantian dengan
kepemimpinan atau pengarahan (direzione) yang dilawankan dengan dominasi
(dominazione).
Menurut Gramsci (Bennet 1983: 200) ada tiga cara untuk membentuk
gagasan, yaitu bahasa, pendapat umum (common sense), dan folklor. Bahasa
merupakan sarana utama dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
penyebaran konsep dunia tertentu. Makin luas dan makin banyak bahasa yang
dikuasai, maka semakin mudah penyebaran ideologi yang dapat dilakukan.
Pendapat umum merupakan tempat dibangunnnya ideologi yang juga berfungsi
untuk melawan ideologi. Folklor pada umumnya meliputi sistem kepercayaan,
opini, dan takhyul juga berperan dalam membantu hegemoni, kekuatan yang
39
berfungsi untuk memaksa masyarakat tanpa kekerasan. Pada dasarnya hegemoni
tidak dipaksakan dari atas juga tidak berkembang secara bebas dan tidak
disengaja, melainkan hegemoni diperoleh melalui negosiasi dan kesepakatan
(Ratna 2010: 183).
Dalam setiap masyarakat kelompok intelektual memegang peranan
penting. Gramsci membedakan intelektual menjadi dua maca, yaitu:
a) Intelektual tradisional adalah orang-orang yang mengisi posisi ilmiah, seperti
sastra, ekonomi, hukum, dan sebagainya, termasuk mereka yang terlibat di
sekolah, universitas, dan lembaga negara.
b) Intelektual organis adalah kelompok yang terbentuk secara organis, yaitu
mereka yang merupakan bagian institutif perjuangan kelas. Gramsci
mendukung intelektual organis sebab secara terbuka memihak kelas tertindas
(Ratna 2010: 184).
Istilah hegemoni pertama kali digunakan oleh Plekhanov dan pengikut
Marxis lainnya tahun 1880-an. Lenin meletakkan konsep dasar bahwa hegemoni
merupakan trategi kelas pekerja untuk membentuk aliansi dengan para petani.
Aliansi berfungsi untuk membentuk kekuatan utama (hegemonik), dengan tujuan
untuk memperoleh dukungan dari kelompok mayoritas penduduk dalam rangka
menggulingkan kekuasaan Tsar. Dimensi baru yang ditambahkan oleh Gramsci
adalah dengan menjelaskan bahwa hegemoni juga dimanfaatkan oleh kelompok
kapitalis, baik untuk memperoleh maupun mempertahankan kekuasaannya.
Kelompok hegemonik didefinisikan sebagai kelompok yang memperoleh
40
persetujuan dari kelompok sosial lain, dan secara konstan mempertahankan sistem
aliansi (Ratna 2010: 185-186).
Dalam studi sastra teori hegemoni merupakan penelitian dalam kaitannya
dengan relasi-relasi sastra dengan masyarakat, hubungan pengarang dengan
masyarakat. Dengan kata lain, bagaimana kekuatan-kekuatan sosial dibangun di
dalam teks sastra. Karya sastra adalah peristiwa kultural itu sendiri, dengan
otonomi dan mekanismenya masing-masing (Ratna 2010: 186).
2.2.2 Subaltern
Berdasarkan Oxford English Dictionary istilah subaltern memiliki tiga arti
yang berbeda: secara konvensional subaltern dipahami sebagai sinonim dari
subordinat, namun bisa juga berarti pekerja kelas rendahan dalam ketentaraan,
atau contoh khusus yang mendukung proposisi universal dalam logika filsafat.
Spivak menggunakan istilah tersebut yang kemudian dijelaskan oleh Gramsci
mengenai kaum petani desa di Italia dan riset kelompok kajian subaltern
internasional mengenai sejarah pemberontakan subaltern di Asia Selatan pada
masa kolonial dan poskolonialisme. Sebelum subaltern memiliki kesadaran
kolektif mengenai penindasan secara ekonomi dan politik sebagai sebuah kelas,
subaltern sangat berbeda dengan proletar industrial. Secara krusial, sejarawan
Kajian Subaltern berupaya menekankan bahwa konsep mengenai subaltern
menandai perbedaan sosial-demografis antara kaum elit dan yang lainnya di Asia
Selatan (Morton 2008: 156-158).
41
Studi Gramsci selain hegemoni adalah subaltern yang dikemukakan tahun
1934 dalam makalahnya yang berjudul On the Margins History: History of the
Subaltern Social Group. Istilah Subaltern (Loomba2003: 68) semula merupakan
sebutan bagi para perwira di bawah kapten, kemudian mengacu pada orang-orang
tertindas, deskripsi kolektif berbagai macam kelompok yang didominasi dan
dieksploitasi, dan kurang memiliki kesadaran kelas. Kemudian istilah tersebut
digunakan untuk menggambarakn para petani, yang secara periodik muncul
melawan kolonialis Inggris atau orang-orang tertentu pada umumnya. Studi
subaltern kemudian berkembang pesat di India dengan salah seorang anggotanya
adalah Gayatri Spivak. Studi subaltern India mendapatkan kritik tajam dengan
alasan bahwa Spivak dkk., dianggap telah mengadopsi konsep subaltern Barat
dengan menggunakan bahan mentah India sehingga seolah-olah terjadi
pengkolonisasian terhadap sejarah India (Ratna 2010: 185).
Menurut Spivak dalam Scattered Speculations on the Subaltern and the
Popular, subalternitas merupakan posisi tanpa identitas (2005: 476). Sejarawan
Kajian Subaltern pada intinya peduli pada riset tentang praktik-praktik sosial dan
politik kelompok-kelompok yang tidak mampu mempresentasikan diri mereka
sendiri sebagai kelas atau kelompok sosial dalam historiografi elit. Sumit Sarkar
memberikan contoh tentang pendekatan tersebut dalam esainya yang
dipublikasikan pada 1984. Esai tersebut membahas militansi subaltern selama
periode antara gerakan Swadeshi dan gerakan non-kooperasi di Bengal pada masa
kolonial (1905-22). Menurut Sakar, organisasi politik dan aktivis masa radikal
cenderung tidak berlanjut dengan agitasi nasionalis kaum elit (Morton 2008: 159).
42
Dalam sebuah wawancara yang pada awalnya dipublikasikan dalam jurnal
Polygraph pada tahun 1989 dan dicetak ulang dalam The Postcolonial Critic,
Spivak menyatakan bahwa dia menyukai istilah subaltern karena lebih fleksibel
dibandingkan dengan proletar yang secara konvensional berarti subjek pekerja
maskulin di Eropa pada abad ke-19 (Routledge1990: 141). Spivak dalam esainya
Subaltern Studies: Deconstructing Historiography menawarkan sebuah tinjauan
produktif mengenai metodologi teoretis dan politik gender riset historis Kajian
Subaltern awal antara tahun 1982 dan 1986. Dalam tinjauan tersebut, Spivak
menekankan pada perbedaan yang diidentifikasikannya antara praktik dan
metodologi. Spivak memuji karya Ranajit Guha, Dipesh Chakrabarty, Partha
Chatterjee dan lainnya yang menentang elitism historiografi nasionalis borjuis
atas dasar bahwa ia mengabaikan perwakilan politik subaltern. Spivak
menjelaskan bahwa sejarawan seperti Guha mempertanyakan apakah teori
perubahan sejarah Marxis dapat dipakai untuk menjelaskan pemberontakan
subaltern (Morton 2008: 163). Perbedaan krusial antara pemahaman Spivak
mengenai praktik aktual dan metodologi teoretis adalah bahwa dia membaca
keinginan politikdan kesadaran pemberontak subaltern sebagai akibat dari efek
subjek subaltern yang diproduksi oleh wacana kolonialisme (Methven 1987: 204;
Morton 2008: 165-166).
Dalam bukunya Scattered Speculation on the Subaltern and the Popular
(2005: 475), Spivak mengatakan bahwa subaltern menolak relasi apapun dari
keteladanan. Daripada sebagai subjek atau kelompok sosial empiris spesifik,
subaltern bisa dipahami secara lebih baik sebagai sebuah kategori istimewa yang
43
tidak bisa dipastikan kebenarannya. Menurut Spivak, istilah istimewa diambil dari
buku Gille Deleuze yang berjudul The Logic of Sense (1969). Deleuze
berpendapat keistimewaan secara esensial bersifat pre-individual, non-personal,
dan tidak berkonsep. Spivak berpendapat yang istimewa bukanlah yang khusus,
karena itu merupakan perbedaan yang tidak bisa terulang, dan jika di sisi lain
diulang tidak sebagai contoh universal melainkan sebagai contoh koleksi repetisi.
Perasaan tentang keistimewaan itulah yang menghubungkan Spivak mengenai
subalternitas (Morton 2008: 168).
2.2.3 Mimikri
Konsep mimikri pertama kali digagas oleh Frantz Fanon (1952) dengan
pengertian bahwa orang-orang yang dijajah pada awalnya meninggalkan
anggapan tradisional jati diri etnik dan identitas nasionalnya. Mereka kemudian
mulai belajar mengadaptasi identitas mereka dengan identitas bangsa asing yang
berposisi sebagai tuan mereka (kaum penjajah). Pandangan ini mendapat orientasi
kritis dari Bhabha yang menyatakan bahwa peniruan dapat memunculkan
ambivalensidan ironi identitas
kebangsaan(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
Dalam kajian poskolonialisme, konsep mimikri diperkenalkan oleh Homi
K. Bhabha. Menurut Bhabha (Foulcher 2006: 105) mimikri adalah reproduksi
belang-belang subjektifitas Eropa di lingkungan kolonial yang sudah tidak murni,
yang tergeser dari asal-usulnya dan terkonfigurasi ulang dalam cahaya sensibilitas
dan kegelisahan khusus kolonialisme. Mimikri disebabkan adanya hubungan
44
ambivalen antara penjajah dan terjajah. Sikap ambivalen tersebut dipicu oleh
adanya kecintaan terhadap suatu hal sekaligus membencinya. Menurut Bhabha,
ambivalensi tidak hanya dapat dibaca sebagai petanda trauma subjek kolonial,
melainkan juga mengungkapkan bahwa kehadiran kolonial itu selalu ambivalen,
terpecah antara menampilkan dirinya sebagai asli dan otoritatif dengan
artikulasinya yang menunjukkan pengulangan dan perbedaan. Dengan kata lain,
identitas kolonial itu tidak stabil, meragukan, dan selalu terpecah (Loomba 2003:
229-230).
Bhabha (Foulcher 2006: 121-122; Ratna 2008: 304, 311,&317)
menggunakan istilah mimikri untuk menjelaskan ciri-ciri peniruan, kamuflase
mengenai sikap, perilaku, dan pikiran pribumi terhadap penjajah. Ambivalensi
psikologis merupakan gejala umum di negara-negara terjajah. Ciri terpenting
dalam kaitannya dengan analisis poskolonialisme adalah ambivalensi psikologis
tokoh-tokoh dalam karya sastra poskolonialisme.
Beberapa konsep teori poskolonialisme Bhabha, antara lain stereotip,
mimikri, hibriditas, dan ambivalensi. Bhabha mengkritisi model oposisi biner
tentang hubungan-hubungan kolonial seperti yang dikemukakan oleh Edward Said
dan Franz Fanon. Said berfokus pada wacana penjajah, sedangkan Fanon pada
wacana terjajah. Konsep-konsep Bhabha menegaskan bahwa baik penjajah
maupun terjajah tidak independen satu sama lain. Menurut Bhabha, antara
penjajah dan terjajah terdapat ruang antara yang memumungkinkan keduanya
untuk berinteraksi. Di antara keduanya terdapat ruang yang longgar untuk suatu
resistensi.
45
Mimikri sebagai wacana yang ambivalen ketika di satu pihak membangun
persamaan, tetapi di lain pihak juga mempertahankan perbedaan. Budaya dari
penjajah tidak hanya dapat ditiru, tetapi juga dapat dipermainkan. Mimikri
kemudian dapat dipahami sebagai suatu proses yang dipaksakan oleh penjajah tapi
dengan pura-pura diterima oleh terjajah sehingga menghasilkan keadaan yang
oleh Bhabha disebut dengan hampir sama, tetapi tidak sepenuhnya sama. Bagi
Bhabha, identitas hanya mungkin dalam penolakan terhadap segala pengertian
mengenai orisinalitas melalui prinsip perpindahan dan perbedaan (Bhabha 1994 :
86).
Istilah mimikri dalam pandangan Bhabha tentang ambivalensi dari
diskursus kolonial menjadi sangat penting. Peniruan nilai-nilai, tatakrama,
perilaku, dan budaya kaum penjajah oleh kaum terjajah mengandung baik ejekan
dan amcaman tertentu, sehingga mimikri merupakan kemiripan sekaligus
ancaman. Mimikri mengungkap keterbatasan dari kekuasaan diskursus kolonial,
hampir seolah-olah kekuasaan kolonial tanpa dapat dihindari menyimpan benih-
benih kehancurannya sendiri (Bhabha 1994 : 86-87).
Mimikri merupakan istilah poskolonialisme untuk mendekonstruksi
peniruan etika dan kategori ideal di mana terjajah menulis kembali wacana
kolonial pada saat si terjajah mengubah wacana tersebut sehingga dapat
memunculkan suatu ejekan dan ironi. Hal ini diingatkan oleh Bhabha (Huddart
2006: 39) berikut ini.
Importantly, this mimicry is not slavish imitation, and the colonized is not
being assimilated into the supposedly dominant or even superior culture.
In fact, mimicry as Bhabha understands it is an exaggerated copying of
language, culture, manners, and ideas. This exaggeration means that
46
mimicry is repetition with difference, and so it is not evidence of the
colonized‟s servitude. In fact, this mimicry is also a form of mockery […]
because it mocks and undermines the on going pretensions of colonialism
and empire.
Yang penting, mimikri bukan budak imitasi, dan yang dijajah tidak sedang
berasimilasi, sehingga seharusnya mendominasi atau bahkan lebih unggul
budayanya. Mimikri dalam pemahaman Bhabha adalah peniruan bahasa,
budaya, perilaku, dan ide yang berlebihan. Ini berarti, mimikri adalah
pengulangan dengan perbedaan, sehingga tidak terdapat penghambaan
bagi bangsa terjajah. Bahkan mimikri juga merupakan bentuk ejekan […]
karena mengolok-olok dan melemahkan kepura-puraan kolonialisme dan
kekaisaran yang sedang berlangsung.
Robert C. Young sebagaimana dikutip oleh Aschroft, dkk. (2007: 10)
mengatakan bahwa sebuah istilah yang pertama kali dikembangkan dalam
psikoanalisis untuk menggambarkan fluktuasi yang terus-menerus antara ingin
satu hal dan ingin kebalikannya. Hal itu mengacu pada daya tarik simultan
menuju dan menolak dari benda, orang atau tindakan. Gejala psikoanalisis
mimikri diadopsi oleh Bhabha dalam teori poskolonialisme sebagaimana
diungkapkan oleh Aschrof, dkk. (2007: 10), diadaptasi ke teori wacana kolonial
oleh Bhabha, teori itu menggambarkan campuran kompleksitas dari tarikan dan
tolakan yang mencirikan hubungan antara penjajah dan terjajah. Tarikan dan
tolakan dalam teroi Bhabha melahirkan aplikasi teoretik mimikri yang mengarah
pada dua masalah, yaitu masalah mimikri dan masalah ambivalensi
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
Bhabha (1984: 126) memberikan penjelasan keterkaitan mimikri dan
ambivalensi di mana ambivalensi akan muncul apabila proses mimikri dilanda
oleh ketidakpastian pilihan identitas. Di dalam proses penyesuaian etika dan
kategori ideal bangsa-bangsa di Timur, Quaritch Wales sebagaimana diungkapkan
47
Poespowardojo (1986: 31) melihat adanya kekuatan local geniusuntuk
mengantisipasi extreme acculturation, yaitu proses akulturasi yang semata-mata
memperlihatkan bentuk-bentuk tiruan tanpa adanya evolusi budaya dan akhirnya
memusnahkan bentuk-bentuk budaya tradisional. Padahal, proses mimikri tersebut
pada hakikatnya menjadi praproses pemunculan hibriditas seperti yang dikatakan
Bhabha (1984).
Berdasarkan konsep teori poskolonialisme yang dikemukakan oleh
Bhabha, maka masalah ambivalensi menjadi persoalan tersendiri dalam kajian
poskolonialisme. Posisi ambivalensi dalam relasi terjajah dan menjajah
dikemukakan oleh Aschroft, dkk. (2007: 10), hubungan itu ambivalen karena
subjek tidak pernah dijajah secara sederhana dan benar-benar bertentangan dengan
penjajah. Oleh karena itu, hubungan bangsa terjajah dan bangsa penjajah bersifat
ambivalen dan berfluktuasi terus-menerus karena bangsa terjajah memiliki local
genius dalam pelibatan dan perlawanannya
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
2.2.4 Hibriditas
Di samping Edward W. Said dan Gayatri Chakravorty Spivak terdapat
Homi K. Bhabha yang lahir dalam lingkungan masyarakat Parsi Bombay, Asia
Selatan. Kajian poskolonialismeBhabha dipengaruhi oleh Jacques Derrida,
Jacques Lacan, dan Micahel Foucault. Bhabha menggagas teori liminalitas dalam
wacana kolonialisme. Menurut Sutrisno dan Hendar Putranto (2004 : 140-145),
Bhabha mengajukan model liminalitas untuk menghidupkan ruang persinggungan
48
antara teori dan praktik kolonisasi untuk melahirkan hibriditas. Di antara penjajah
dan terjajah terdapat ruang ketiga tempat persilangan budaya atau hibriditas
memunculkan diri dalam buaya, ras, bahasa, dan lain sebagainya
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
Istilah hibriditas dipopulerkan oleh Homi K. Bhabha dalam kajian
poskolonialisme. Menurut Bhabha sebagaimana diungkapkan oleh Sutrisno dan
Hendar Putranto (2004), hibriditas merupakan produk konstruksi kultural kolonial
yang mau tetap membagi identitas murni asli penjajah kepada bangsa terjajah
dengan ketingian kulturnya sebagai identitas budaya yang baru. Dengan demikian,
pertemuan peradaban Barat dan Timur menghasilkan superioritas dan imperioritas
di mana peradaban yang mendapat dukungan politik dan kultural menjadi
peradaban yang bisa bertahan dalam arus globalisasi.
Hibriditas diawali ketika batasan-batasan yang ada dalam sebuah sistem
atau budaya mengalami pelenturan, sehingga kejelasan dan ketegasan mengenai
hal-hal yang dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan mengalami pengaburan,
yang pada akhirnya menghasilkan suatu ruang baru atau suatu sistem tersendiri.
Hibrid menurut Bhabha (1994 : 113-114) merupakan metafora untuk
menggambarkan bergabungnya dua jenis yang memunculkan sifat-sifat tertentu
dari masing-masing bentuk, sekaligus meniadakan sifat-sifat tertentu yang
dimiliki keduanya. Bhabha menambahkan bahwa poskolonialisme bukan hanya
menciptakan budaya dan praktek hibridasi, tetapi sekaligus menciptakan bentuk-
bentuk resistensi dan negoisasi baru untuk sekelompok orang dalam hubungan
sosial dan politik mereka. Hibriditas juga memungkinkan adanya pengenalan
49
bentuk-bentuk produksi identitas baru dan bentuk-bentuk budaya. Jadi hibriditas
dapat diterima sebagai suatu alat untuk memahami perubahan budaya lewat
pemutusan strategi atau stabilitasi temporer kategori budaya (Barker, 2005: 210).
Bhabha (Huddart 2006: 84) menjelaskan bahwa hibriditas bukan hanya
masalah identitas budaya saja, melainkan masalah representasi kolonial dan
individu yang kompleks. Di dalam relasi bangsa penjajah dan terjajah, hibriditas
merupakan situs perlawanan atau pembalikan strategi proses dominasi yang
mengembalikan yang terdiskriminasi atau terjajah menjadi mata kekuasaan yang
selama ini didominasi oleh penjajah. Hibriditas dapat terjadi melalui pendirian
berbagai organisasi dan pertemuan antarperadaban.
Menurut Pieterse (Barker 2011: 212), hibriditas dapat dibedakan atas dua
tipe hibridisasi, yaitu hibridisasi struktural dan kultural. Hibridisasi struktural
mengacu kepada berbagai arena sosial, institusional hibriditas, dan memperluas
cakupan pilihan organisasional bagi masyarakat. Hibriditas kultural membedakan
berbagai respon kultural yang merentang mulai dari asimilasi sampai dengan
hibrida yang mendestabilkan dan mengaburkan sekat-sekat kultural. Hibridisasi
kultural meliputi pembukaan „komunitas terbayang‟ sebagai tanda-tanda semakin
meningkatnya persilangan sekat, tetapi tidak menunjukkan terhapusnya sekat,
sehingga memerlukan kepekaan terhadap perbedaan kultural. Persoalan hibriditas
tidak hanya melihat keunggulan persilangan budaya melainkan juga kehadiran
sinkretisme. Aschroft, dkk. (2007: 109) mengungkapkan bahwa ide hibriditas juga
mendasari upaya lain untuk menekankan mutualitas budaya dalam proses kolonial
50
dan poskolonialisme dalam ekspresi dari sinkretisitas, sinergi budaya, dan
transkulturasi (http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
Penekanan proses hibridisasi pada mutualitas budaya telah menempatkan
local genius sebagai kekuatan identitas kultur dalam relasi penjajah dan terjajah.
Local genius merupakan istilah yang berasal dari H.G. Quaritch Wales (1951)
seperti yang diungkapkan oleh Atmodjo (1986: 46), “the sum of the cultural
characteristics which the vast majority of people have in common as a result of
their experience in early life” (keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki
bersama oleh suatu masyarakat/bangsa sebagai hasil pengalaman di masa
lampau). Istilah ini dikembangkan dari konsep basic personality yang
dikemukakan oleh antropolog Ralph Linton dan psikolog Abraham Kardiner pada
1930-an. Berdasarkan gagasan mereka, menurut Friedl (Haryono 1986: 208), yang
dimaksud dengan basic personality dalam model cultural studies seperti ini
adalah konfigurasi kepribadian yang secara bersama-sama dimiliki oleh sebagian
anggota masyarakat sebagai hasil pengalamannya sejak kecil.
Berdasarkan pendapat tersebut, Quaritch Wales menempatkan local genius
(kearifan lokal)sebagai a less extreme acculturation (pencampuran budaya yang
tidak begitu ekstrim). Maksudnya adalah local genius berfungsi sebagai penyaring
dalam pencampuran budaya asing yang masuk ke dalam budaya asli, sehingga
nilai-nilai budaya asli masih bisa dipertahankan dan tidak dihilangkan. Menurut
Poespawardojo (1986: 31), a less extreme acculturation merupakan proses
akulturasi yang masih memperlihatkan local genius, yaitu adanya unsur-unsur
atau ciri-ciri tradisional yang mampu bertahan dan bahkan memiliki kemampuan
51
untuk mengakomodasi unsur-unsur budaya dari luar serta mengintegrasikannya
dalam kebudayaan asli. Oleh karena itu, local genius memiliki posisi strategis
mempertahankan identitas kultural suatu bangsa. Poespowardjo (1986: 33)
mengatakan bahwa
Kedudukan local genius ini sentral, karena merupakan kekuatan yang
mampu bertahan terhadap unsur-unsur yang datang dari luar dan yang
mampu pula berkembang untuk masa-masa mendatang. Hilang atau
musnahnya local genius berarti pula memudarnya kepribadian suatu
masyarakat, sedangkan kuatnya local genius untuk bertahan dan
berkembang menunjukkan pula kepribadian masyarakat itu.
Hibriditas dalam kajian poskolonialisme tidak hanya mendeskripsikan dan
menganalisis keunggulan persilangan budaya, melainkan juga peranan
sinkrenisme dalam keunggulan persilangan budaya
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
2.2.5 Marginalitas
Marginal biasanya diperkirakan sebagai orang-orang yang terpinggirkan
atau orang-orang yang miskin. Namun, terpinggirkan dan miskin tidaklah sama.
Orang miskin biasanya masuk ke dalam kelompok terpinggirkan, tetapi orang
yang terpinggirkan tidak selalu bisa disebut miskin. Kelompok terpinggirkan atau
marginal mencakup orang-orang yang mengalami satu atau lebih dimensi
penyingkiran, diskriminasi, atau eksploitasi di dalam kehidupan sosial, ekonomi,
dan politik kota.
Secara historis, bahkan mitologis, sejak Abad Pertengahan hingga
sekarang, dunia Barat hampir dalam segala bidang dianggap memiliki kedudukan
superior terhadap dunia Timur. Kemampuan berpikir, yang kemudian melahirkan
52
kemajuan teknologidalam berbagai bidang, secara apriori dianggap berasal dari
ras, yaitu ras kulit putih (Caucasoid). Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah
kekuasaan, dunia Barat melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah baru.
Penjelajahan menimbulkan penjajahan, kependudukan menimbulkan perbudakan,
dan koloni menimbulkan hegemoni. Perang Dunia I dan II sekaligus juga
membuktikan kemampuan teknologi yang dimenangkan oleh Barat. Berbagai
kemajuan bangsa Timur dengan bukti bersejarah seperti Piramida, Tembok Besar,
Taj Mahal, Candi Borobudur, temasuk karya sastra seperti Mahabarata dan
Ramayana tidak mampu membawa bangsa Timur sejajar dengan bangsa Barat
(Ratna 2008: 175).
Huntington (2003: 127-140) merupakan salah seorang cendekiawan yang
secara optimis menyebutkan bahwa awal abad ke-21 terjadi titik balik.
Menurutnya, setelah satu generasi, sekitar 70 tahun (1920-an hingga tahun 1990-
an) telah terjadi perubahan, bahwa dunia Barat telah mengalami kemunduran
kekuasaan. Huntington melihat kemunduran tersebut dalam tiga indikator, yaitu:
a) Penduduk dan wilayah territorial; tahun 1920-an Eropa memiliki dan
memerintah sekitar 48% dunia, tetapi tahun 1990-an, wilayah teritorial
maupun penduduk yang diperintah turun hamper 50%.
b) Ekonomi; tahun 1920-an Barat menguasai ekonomi global, tetapi tahun 1990-
an empat dari tujuh negara yang dianggap memiliki tingkat ekonomi tertinggi
berada di negara non-Barat, yaitu Jepang, Cina, Rusia, dan India.
c) Militer; tahun 1920-an dengan penguasaan teknologinya, Barat hampir seluruh
bidang pertahanan, tetapi tahun 1990-an terjadi globalisasi dalam bidang
53
pertahanan sebab banyak negara non-Barat telah mengembangkan senjata
nuklir seperti Rusia, Cina, Israel, India, Pakistan, dan Korea Utara (Ratna
2010: 176-177).
Atas dasar pendapat Toynbee, Capra (2002: 3-15) menjelaskan bahwa
pada umumnya suatu peradaban cenderung hilang daya fleksibilitas dan dengan
demikian daya vitalitasnya setelah mencapai klimaks. Sebaliknya peradaban yang
sedang berkembang, melalui keberagamannya justru akan mengalami perubahan
yang tak pernah berhenti. Dengan memberikan perhatian terhadap titik balik
antara modernism dan postmodernisme, yang pada gilirannya juga mengarah pada
perubahan peranan antara Barat dan Timur, Ritzer dan Goodman (2004: 448)
mengemukakan adanya saling memperngaruhi di antar empat indikator, sebagai
berikut.
1. Ekspansi yang sangat agresif dari kapitalisme global.
2. Kebangkitan politik etnis dalam negara-negara bangsa, perpecahan blok
komunis, dan jatuhnya imperium Eropa yang mengakibatkan melemahnya
kekuasaan negara dengan sistem terpusat.
3. Perubahan cara hidup sebagai akibat kemajuan teknologi, sekaligus
bangkitnya budaya konsumen.
4. Perkembangan sosial liberal sebagai akibat bangkitnya nasionalisme,
khususnya di negara-negara bekas jajahn , yang selanjutnya diikuti oleh
gerakan-gerakan lain dengan ciri-ciri yang berbeda seperti ras, perempuan,
dan orientasi seksual(Ratna 2010: 177-178).
54
Secara teoretis, keunggulan ras dalam hal ini ras kulit putih (Caucasoid)
tidak dengan sendirinya melahirkan keunggulan dalam proses berpikir. Ciri-ciri
biologis, sebagai ciri-ciri ras, sebagaimana terkandung dalam gene, semata-mata
berfungsi untuk mempertahankan cirri-ciri jasmani. Ada dua indikator yang
mendukung penyebaran konsep ini, pertama, secara kebetulan sejak Abad
Pertengahan Barat menguasai perkembangan peradaban. Kedua, lahirnya teori-
teori yang disusun oleh para orientalis, seperti teori yang dikemukakan oleh
Gobineau (Kontjaraningrat 1974: 69-70) mengatakan bahwa ras yang paling
unggul di dunia adalah ras yang menghuni Eropa Tengah dan Utara, yang disebut
sebagai ras Arya. Di dunia Barat (Barker 2004: 215) representasi kulit berwarna
dibebani sejumlah identitas yang secara keseluruhan berfungsi untuk
mendegradasikannya pada tataran marginal (Ratna 2010: 179).
Pembahasan mengenai ras kulit putih dan non-kulit putih juga dibahas
oleh Edward Said dalam bukunya yang berjudul Orientalisme. Kipling (Said
2010: 347) mengatakan bahwa menjadi manusia kulit putih merupakan sejenis
identitas yang kukuh dan mengkukuhkan diri. Kulit putih bukan hanya
menunjukkan warna kulit saja, tetapi menunjukkan identitas seseorang. Identitas
kulit berwarna hanya menjadi objek yang harus dijauhi, bahkan jika perlu harus
diperangi oleh kulit putih. Said (2010: 348) mengatakan bahwa manusia kulit
putih bukan hanya merupakan suatu kenyataan, melainkan juga sebuah gagasan.
Menjadi manusia kulit putih adalah cara yang sangat konkret sekaligus sangat
sederhana untuk hadir di dunia. Suatu cara untuk berpegang pada realita, bahasa,
dan pemikiran.
55
Dalam teori poskolonialisme, perbedaan antara Barat dengan Timurlah
yang paling banyak dibicarakan. Di samping itu, lahir juga berbagai perbedaan
lain yang secara keseluruhan berfungsi untuk mendegradasikan salah satu unsur
terhadap unsur lainnya, seperti lama dan baru, tradisi dan modernisasi, laki-laki
dan perempuan, budaya tinggi dan budaya rendah, dan berbagai gejala kultural
yang dapat menduduki posisi “laki-laki dan perempuan” (Ratna 2008: 179).
Said dalam bukunya yang berjudul Orientalisme (2010: 318) mengatakan
bahwa bangsa-bangsa Timur sering kali dilihat dalam satu kerangka yang
dibangun atas dasar determinisme biologis dan pengajaran moral politis. Tidak
hanya itu, jika ada unsur-unsur Timur yang buruk (seperti penjahat-penjahat,
orang-orang gila, kaum wanita, dan orang-orang miskin) yang memiliki
perbedaan identitas dengan unsure-unsur Barat yang baik, maka Timur tidak
jarang dijabarkan sebagai sesuatu yang sangat asing. Bangsa-bangsa Timur
dipandang sebagai problem-problem yang harus dipecahkan atau dibatasi karena
kekuatan-kekuatan kolonial secara terang-terangan memang menginginkan
wilayah Timur diambil-alih.
Orientalisme laten mendorong tumbuhnya konsepsi tentang kelaki-lakian
Timur yang aneh dan hina. Menurut Said orientalisme laten (2010: 339) adalah
manifestasi doktrinal atau doksologis atas Timur. Laki-laki Timur dianggap
terisolasi dari totalitas masyarakat di mana ia hidup. Dalam karya tulis para
wisatawan dan novelis Eropa menggambarkan bahwa kaum wanita sebagai
makhluk ciptaan fantasi laki-laki. Dalam karya-karya itu, kaum wanita dipaksa
untuk mengungkapkan sensualitasnya yang tak terbatas dan juga diperlakukan
56
sebagai sekumpulan manusia yang bodoh. Penggambaran tersebut sangat tampak
ketika Flaubert menggambarkan Kuchuk Hanem-nya sebagai prototipe wanita
Timur.Penggambaran terhadap wanita Timur diperkuat dengan adanya konsepsi
laki-laki tentang dunia (Said 2010: 319).
2.2.6 Alienasi
Konsep alienasi atau keterasingan lahir dari pemikiran Karl Marx adalah
muncul akibat adanya kapitalisme yang mengguncang Eropa pasca revolusi
industri. Teori alienasi Marx didasarkan pada pengamatannya bahwa di dalam
kapitalisme, para buruh tak terhindarkan kehilangan kontrol atas hidup mereka,
karena tidak lagi memiliki kontrol atas pekerjaan mereka. Para pekerja ini tidak
pernah menjadi otonom, yaitu manusia mencoba untuk mandiri mengembangkan
diri selalu terkotakkan oleh kaum borjuis. Karl Marx (1970) mempopulerkan
istilah alienasi dalam karya Economic and Philosophical Manuscripts tahun 1844
sebagai penjelasan atas kondisi keterasingan seseorang dari sifat sejati
kemanusiaan mereka. Sebab, pada dasarnya manusia adalah makhluk kreatif.
Manusia membentuk dari materi atau bahan di mana mereka mewujudkan jati diri
mereka ke dalam apa yang mereka buat (http://id.shvoong.com/pengertian-
alienasi).
Secara sistematis pragmatis Marx menggambarkan bahwa sistem dan
hukum sosial bukanlah perwujudan akal manusia secara murni, melainkan
merupakan manifestasi kepentingan kelas dominan dalam periode-periode
bersejarah tertentu. Gagasan dasar itulah yang membawa Marx ke dalam
57
penemuan hukumnya yang sangat spesifik, yaitu superstruktur (ideologi dan
politik) yang bertitik tolak pada infrastruktur material (ekonomi). Paraphrase
„bertitik tolak pada‟ tidak sama dengan ditentukan oleh‟. Paraphrase bahwa sistem
ideologi, dalam hal ini karya sastra, bertitik tolak pada sistem ekonomi. Dalam
hubungan ini kekuatan struktur sosial yang melatarbelakanginya tidak harus
diartikan sebagai sistem hubungan dalam bentuk garis lurus, sebagai hubungan
monolitik.
Secara praktis karya sastra lahir dan kemudian diterbitkan hanya satu kali.
Tetapi bagaimana karya tersebut menjadi khazanah bagi masyarakat selanjutnya.
Pada umumnya karya-karya yang dievokasi melalui problematika masyarakat
inilah yang berhasil untuk tampil sebagai karya yang diperbincangkan sepanjang
masa. Dasar petimbangannya jelas bahwa karya sastra memiliki homologi dan
simetri tertentu dengan struktur sosialnya (Ratna 2010: 156-157).
Akibat yang ditimbulkan melalui hubungan antara karya sastra dengan
masyarakat, baik dalam kaitannya dengan tesis infrastruktur material dan
infrastruktur ideologis maupun kesadaran sosial sebagai titik tolak kesadaran
berpikir, yaitu tidak dapat ditentukan secara pasti. Marx (Fokkema dan Kunne-
Ibsch 1977: 84-85) yakin bahwa cepat atau lambat perubahan akan terjadi, artinya
akibat yang ditimbulkannya akan menyusul. Dengan kalimat lain, apabila
perubahan belum terjadi maka tesis Marx tidak dapat dibuktikan salah.
Lahirnya strukturalisme memberikan makna baru bagi teori Marxis sebab
strukturalisme dianggap menjembatanai kekakuan Marxisme ortodoks, sekaligus
mengantrakannya pada teori-teori postrukturalisme. Antara Marxisme dengan
58
strukturalisme jelas bertentangan. Marxisme memiliki konsep dasar bahwa
superstruktur ideologis, dalam hal ini karya sastra seolah-olah „ditentukan‟ oleh
infrastruktur materialnya, yaitu masyarakatnya. Sebaliknya, menurut prinsip
strukturalisme, karya sastra bersifat otonom, perkembangan karya sastra
ditentukan oleh dan terjadi dalam struktur tertutup. Dengan kalimat lain,
Marxisme bersifat historis, sedangkan strukturalisme bersifat sinkronis, jadi
ahistoris (Ratna 2010 : 161).
Menurut paradigma Marxian (Eagleton 1977 : 17) semua teks kultural,
baik sastra maupun sosial, politik, dan hukum, mengandung ideologi. Ideologi
melegitimasikan dominan kelas dengan cara menjadikan ide-ide tampil seolah-
olah alamiah dan universal. Teori Marxis berasal dari gagasan Karl Marx bersama
dengan Frederick Engel dan dua tokoh berkebangsaan Jerman yang menerbitkan
dua buku yang berjudul Manifesto Komunis (1848) dan Das Kapital (1867).
Masalah pokok yang dibicarakan dalam buku tersebut adalah sejarah sosial
manusia yang terdiri atas sejarah perjuangan kelas. Masalah-masalah yang
berkaitan dengan sastra dibicarakan dalam bagian-bagian tertentu yang kemudian
dikumpulkan dan diterbitkan sebagai kumpulan karangan tersendiri.
Pembicaraan Marx dan Engels mengenai sastra pada umumnya dikaitkan
dengan faktor ekonomi, peranan kelas-kelas sosial, ideologi, dan pembagian kerja.
Kelas-kelas sosial pada umunya didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki
kepentingan yang relatif sama dan kelompok-kelompok yang terorganisir yang
akan menjadi aktor utama dalam tindakan kolektif dan konflik sosial. Ideologi
didasarkan pada kenyataan bahwa semua pikiran berdasarkan keberadaan
59
sosialnya. Kelas menunjuk pada kelompok sosial, sedangkan ideologi menunjuk
pada kualitas mental sebagaimana ditampilkan oleh kelas dominan tersebut (Ratna
2010: 168-169).
Sebagai bahan kajian dan renungan, Timur selalu memperoleh semua
tanda kelemahan-kelemahan yang melekat padanya. Timur menjadi bahan baku
beragam teori yang dipergunakan para orintalis sebagai ilustrasi. Cardinal
Newman, yang bukan termasuk dalam jajaran orientalis besar, misalnya
menggunakan Islam Timur sebagai dasar ceramah-ceramahnya pada 1853 untuk
membenarkan campur-tangan Inggris dalam perang Crimea. Cuvier juga
memanfaatkan Timur dalam karyanya, Le Regne animal (1816). Selain itu, Timur
juga sering dimanfaatkan sebagai bahan obrolan di berbagai salon di Paris.
Marx mengidentifikasi pemikiran tentang sistem perekonomian Asiatis
dalam analisisnya pada tahun 1853 tentang pemerintah Inggris di India.Dalam
analisis tersebut, Marx menampilkan bagaimana dalam sistem tersebut terjadi
pembinasaan manusia yang disebabkan oleh campur-tangan, kebiadaban, dan
kekejaman penjajah Inggris. Dalam artikel-artikelnya, Marx memiliki keyakinan
yang kuat atas gagasan bahwa dalam menghancurkan Asia, Inggris perlu berusaha
menciptakan suatu revolusi sosial yang sejati di sana (Said 2010: 236-237).
60
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas Pendekatan Penelitian, Objek Penelitian,
Sumber Data, dan Teknik Analisis Data.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis.Ratna (2008: 59)
mengatakan bahwa pendekatan sosilogis menganalisis manusia dalam
masyarakat.Pendekatan sosiologis menganggap karya sastra sebagai milik
masyarakat.Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki
antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor di bawah ini, yaitu:
a) Karya sastra dihasilkan oleh pengarang.
b) Pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat.
c) Pengarang memanfaatkan kekayaankultural, sosial, historis, dan lain
sebagainya yang ada dalam masyarakat.
d) Hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Pendekatan sosiologis memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman
mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.Pendekatan ini banyak
dipergunakan oleh penganut marxis. Bagi mereka, aspek estetis karya dianggap
memiliki kekuatan besar dalam mengorganisasikan massa (Ratna 2008: 61).
61
3.2 Objek Penelitian
Sangidu dalam bukunya yang berjudul Penelitian Sastra: Pendekatan,
Teori, Metode, Teknik, dan Kiat (2005: 61-62) menyatakan bahwa objek
penelitian sastra adalah pokok atau topik penelitian sastra. Istilah topik biasanya
dimengerti sebagai imbangan dari istilah judul penelitian dalam rangka penulisan
laporan hasil penelitian (Iih. Sudaryanto 1990: 9). Objek penelitian sastra
dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal.Objek
material penelitian sastra adalah semua bentuk kegiatan penelitian sastra,
sedangkan objek formal penelitian sastra ditentukan oleh sudut pandang yang
dilakukan oleh masing-masing peneliti dalam penelitian sastra (Iih. Chamamah-
Soeratno 1990: 13).
Objek material penelitian ini adalah novelL‟Homme rompu karya Tahar Ben
Jelloun.Sedangkan objek formal penelitian ini adalah teori poskolonialisme.Kedua
objek tersebut digabungkan karena pada objek material terdapat unsur-unsur teori
poskolonialisme, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan
alienasi yang tampak dalam kalimat-kalimat pada novel L‟Homme rompu.
3.3 Sumber Data
Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung, contohnya yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, panel, dan hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
62
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada, contohnya yaitu majalah, novel, koran, dan lain sebagainya.
Sumber data dalam penelitian mencakup data primer dan data
sekunder.Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam
novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan unsur-unsur teori
poskolonialisme, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan
alienasi. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah novel L‟Homme
rompu yang diterjemahkan oleh Okke K.S. Zaimar ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Korupsi. Pada penelitian ini penulis tidak sepenuhnya mengikuti
terjemahan oleh Okke K.S. Zaimar tersebut.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik.Metode ini dapat diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan syarat
kedua metode tidak bertentangan. Metode analitik dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. Analisis
yang dimaksud tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan
pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna 2008: 53).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis isi.Dalam ilmu sosial, isi yang dimaksudkan berupa masalah-masalah
sosial, ekonomi, politik, dan propaganda.Dalam karya sastra, isi yang
dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat
sastra.
63
Isi dalam teknik analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi
komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah,
sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat
komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagaimana dimaksudkan oleh
penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam
hubungan naskah dengan pembaca. Dengan kata lain, isi komunikasi pada
dasarnya mengimplikasi isi laten, tetapi belum tentu sebaliknya. Dasar
pelaksanaan teknik analisis isi adalah penafsiran, sedangkan dasar penafsiran
teknik analisis isi adalah memberikan perhatian pada isi pesan (Ratna 2008 : 48-
49).
Metode dan teknik ini tidak semata-semata menguraikan tetapi juga
memberikan pemahaman dan penjelasan. Peneliti harus mencari fakta-fakta yang
relevan, kemudian dideskripsikan, dan terakhir data-data yang ditemukan
dianalisis dengan memberi penjelasan lebih lanjut sehingga mendapatkan hasil
yang diinginkan. Berikut adalah contoh analisis data:
(1) Nomor data : 6
(2) Sumber : LHR/46
(3) Korpus data
Data
Abbas se dit lui aussi réaliste.
Il considère que c‟est la
contribution à la solidarité
nationale. La corruption est
une forme déguisée d‟impôt
supplémentaire. Tout le monde
s‟y plie et ceux, comme moi,
qui résistent, on devra bientôt
Terjemahan
Abbas menyebut dirinya orang
yang realis. Ia menganggap
bahwa itu adalah kontribusi
untuk solidaritas nasional.
Korupsi adalah suatu bentuk
pajak tambahan yang
tersamarkan. Banyak orang
yang tunduk padanya dan
64
les parquer dans une réserve et
on les installera à côté des
espèces d‟animaux menacées
ou en voie de disparation.
C‟est ma fierté d‟appartenir à
cette réserve.
orang-orang seperti aku yang
menentang, harus segera
dimasukkan ke dalam sebuah
cagar alam dan ditempatkan di
samping binatang-binatang
yang sedang terancam punah.
Itu adalah kebanggaanku untuk
menjadi bagian dari cagar alam
tersebut.
(4) Analisis Korpus Data
Kutipan tersebut menunjukkan adanya alienasi yang dialami oleh
Mourad dan orang-orang seperti dirinya. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan Tout le monde s’y plie et ceux, comme moi, qui résistent, on
devra bientôt les parquer dans une réserve et on les installera à côté
des espèces d’animaux menacées ou en voie de disparition. (Banyak
orang yang tunduk padanya, sedangkan orang-orang seperti aku
yang menentang harus segera dimasukkan ke dalam cagar alam
dan menempatkan kami di samping binatang-binatang yang
terancam punah.). Cagar alam adalah tempat perlindungan untuk
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan pada umunya dikarenakan
terancam punah. Oleh karena itu, pada kutipan tersebut orang-orang
yang teralienasi dianalogikan sebagai binatang-binatang yang terancam
punah dan harus dimasukkan ke dalam cagar alam. Maksud dari kutipan
tersebut adalah orang-orang yang teralienasi merupakan penghalang
bagi kelangsungan kegiatan para koruptor sehingga mereka harus
diasingkan agar tidak lagi menjadi penghalang.
Keterangan:
Bagian 1 berisi: Nomor urut kartu data
65
Bagian 2 berisi: Judul novel yaitu L‟Homme rompu kemudian diikuti halaman
novel
Bagian 3 berisi: Korpus data
Bagian 4 berisi: Analisis korpus data
66
BAB 4
NUANSA POSKOLONIALISME DALAM ROMAN L’HOMME ROMPU
Bab ini berisi analisisroman L‟Homme rompu berdasarkan teori
poskolonialisme dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Penelitian
ini meliputi hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi
yang merupakan unsur-unsur dalam teori poskolonialisme.
Pada awal cerita, dikisahkan bahwa Mourad, tokoh utama dalam roman ini
merupakan Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan di
Casablanca, Maroko. Dia adalah orang yang jujur dalam pekerjaannya dan tidak
ingin terlibat korupsi seperti yang dilakukan rekan-rekannya di kantor. Namun
karena kehidupannya yang susah dan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak
jujur, akhirnya dia pun menjadi koruptor. Dia menjadi koruptor dikarenakan
mendapatkan tekanan dari berbagai pihak, yaitu istrinya, ibu mertuanya, klien-
kliennya, asisten, dan direktur di tempatnya bekerja. Terutama tekanan yang
datang dari pihak istrinya yang selalu menuntut untuk mengubah kehidupan
mereka menjadi lebih baik, seperti kehidupan asistennya.
4.1 Hegemoni
Hegemoni merupakan suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial melalui
kepemimpinan intelektual dan moral yang dibangun dengan dominasi atau
penindasan. Teori ini dibahas oleh Edward Said dalam bukuOrientalisme yang
banyak terpengaruh oleh pemikiran Gramsci.Menurut Gramsci hegemoni tidak
67
terbatas pada bidang politik, melainkan juga intelektual, moral, religi, dan cita
rasa.Data-data berikut ini merupakan analisis tentang hegemoni yang terdapat
dalam novel.
4.1.1 Hegemoni Paham Barat dalam Sosiokultural di Maroko
Mourad yang menjabat sebagai Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian,
dan Pengembangan di Kementrian Pekerjaan Umum tidak pernah mendapatkan
rasa hormat dari bawahannya, terutama dari para pesuruh di kantornya. Lihat
kutipan di bawah ini:
(1)
LHR/10-11
Au bureau, le chaouch lui dit à peine bonjour. Ici la chaleur du salut est
fonction non pas du grade mais de ce que le poste rapporte en plus.
Mourad est ingénieur. Son rôle au sein de l‟administration est d‟étudier
les dossiers de construction. Sans son visa, pas de permis de construire.
C‟est un poste important et très envié. Son titre exact est pompeux :
« Sous-directeur de la planification, de la prospective et du progrès ».
Di kantor, pesuruh hampir tidak mengucapkan salam padanya. Di sini,
kehangatan salam tidak tergantung pada pangkat, tetapi pada
banyaknya penghasilan. Mourad adalah seorang insinyur.Perannya di
dalam pemerintahan adalah mempelajari berkas-berkas
pembangunan.Tanpa ijinnya, tidak ada ijin bangunan.Itu merupakan posisi
yang penting dan sangat diinginkan banyak orang. Nama jabatannya
sangat hebat: “Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian dan
Pengembangan”.
Jabatan sebagai Wakil direktur Perencanaan, Penelitian, dan
Pengembangan merupakan sebuah jabatan yang sangat diinginkan banyak
orang.Dalam posisinya tersebut, Mourad tidak pernah mendapatkan keramahan
dan kehangatan salam dari para pesuruh di kantornya.Masyarakat Maroko
megalami hegemoni budaya, yang terdapat pada kalimatIci la chaleur du salut est
68
fonction non pas du grade mais de ce que le poste rapporte en plus (Di sini,
kehangatan salam tidak tergantung pada pangkat, tetapi pada banyaknya
penghasilan). Kalimat tersebut menjelaskan bahwa jabatan bukanlah nilai penting
untuk dihormati oleh bawahan, melainkan jumlah uang yang didapatkan dan
seberapa besar atasan membagikan uangnya kepada bawahannya. Itulah budaya
yang terjadi di tempat Mourad bekerja. Keadaan masyarakat Maroko pada saat itu
digambarkan bahwa masyarakat Maroko lebih menghormati orang-orang yang
mempunyai penghasilan besar dibandingkan jabatan yang dimiliki.
Mourad mendapatkan gelar insinyur di sekolah Perancis dan sarjana
ekonomi di Universitas Mohammed V di Rabat. Hal itulah yang membuatnya
mendapatkan jabatan sebagai Wakil Direktur. Walaupun begitu, penghasilan yang
dia dapatkan tidak sebanding dengan gelar yang disandangnya dan pekerjaan yang
dilakukannya. Perhatikan kutipan berikut.
(2)
LHR/11
Il fallait bien justifier sa qualité d’ingénieur formé en partie dans une
école française et sa licence en économie, obtenue à l’université
Mohammed V à Rabat. Avec son salaire modeste il fait vivre sa famille,
paye la scolarité des enfants, le loyer de la maison et subvient aux besoins
de sa mère.
Memang harus diakui kualitas gelar insinyurnya yang sebagian
pendidikannya didapatkan di Sekolah Perancis dan sarjana ekonomi
di Universitas Mohammed V di Rabat. Dengan penghasilannya yang
sedikit, dia menghidupi keluarganya, membayar uang sekolah anak-
anaknya, sewa rumah, dan memenuhi kebutuhan ibunya.
Pada data tersebut walaupun Mourad orang Maroko, dia mendapatkan
gelar insinyurnya di sekolah Perancis yang terdapat pada kutipan …. d’ingénieur
formé en partie dans une école française…. (….gelar insinyurnya yang
69
sebagian pendidikannya didapatkan di Sekolah Perancis…..).Seperti yang
telah dijelaskan di Bab 1 bahwa Maroko adalah salah satu negara Maghreb yang
pernah dijajah oleh Perancis dan meninggalkan banyak pengaruh besar di
Maroko. Perancis menanamkan hegemoni bahasa serta sistem pendidikannya di
Maroko. Penyebaran bahasa Perancis di Maroko dilakukan oleh pengajaran
bahasa tersebut di sekolah-sekolah dan di bawah situasi kolonialisasi sehingga
menimbulkan akulturasi budaya. Orang-orang Maroko memandang bahwa
Perancis sebagai negara maju dan hebat, oleh karena itu mereka menganggap
bahwa sistem pendidikan Perancis mempunyai kualitas yang lebih bagus
dibandingkan negaranya. Pendek kata, negara maju mempunyai kualitas
pendidikan yang sangat baik dibandingkan dengan negara berkembang. Hal itu
pula yang membuat Mourad memutuskan untuk bersekolah di sekolah Perancis
dan mendapatkan gelar insinyurnya di sana.
Hlima, istri Mourad merasa kecewa dengan suaminya karena sebagai
suami tidak bisa memenuhi kebutuhan istrinya dan mengatakan bahwa Mourad
bukanlah seorang laki-laki. Hal itu terdapat pada kutipan berikut.
(3)
LHR/11-12
On a beau lui dire que toute naissance est un capital, que Dieu saura
pourvoir aux besoins des êtres qu’il crée, Mourad reste intransigeant et
pour mettre un terme à cette discussion il a obligé Hlima à utiliser un
stérilet. C‟est à ce moment-là qu‟elle lui dit, en colère : « Ton adjoint, lui,
est homme ! Il touche moins que toi et il vit dans une superbe villa, avec
deux voitures, et ses enfants sont à l‟école de la mission française, et en
plus il offre à sa femme des vacances à Rome ! Toi tu m‟offres un stérilet
et on ne mange de la viande que deux fois par semaine. Ce n‟est pas une
vie. Les vacances on les passe chez ta mère, dans cette vieille maison de
la médina de Fès. Tu appelles ça des vacances ? Quand vas-tu te rendre
compte que notre situation est misérable ? »
70
Sekalipun orang-orang berkata padanya bahwa semua kelahiran
merupakan modal, Tuhan akan memenuhi semua kebutuhan manusia
yang diciptakan-Nya. Mourad tetap pada pendiriannya dan untuk
mengakhiri pembicaraan ini, dia menyuruh Hlima untuk
menggunakan alat kontasepsi. Pada saat itulah istrinya berkata dengan
marah: “Asistenmu, dialah laki-laki sejati! penghasilannya kurang darimu
dan dia tinggal di vila yang indah, dengan dua mobil, dan anak-anaknya
bersekolah di sekolah Perancis, dan terlebih lagi dia menghadiahi istrinya
liburan ke Roma! Kamu menghadiahiku alat kontrasepsi dan kita hanya
makan daging dua kali seminggu. Ini bukan kehidupan. Liburan kita
lewatkan di rumah ibumu, di rumah tuanya di Medina, Fez. Kamu
sebut itu liburan? Kapan kamu akan sadar bahwa situasi kita
menyedihkan?”.
Pada kutipan ke- 3 terdapat pemikiran orang Maroko tentang banyak anak,
maka banyak rejeki.Hal itu juga sama seperti yang dipikirkan oleh istrinya ketika
Mourad menghadiahinya alat kontrasepsi. Pada sebagian orang Maroko
menggunakan alat kontrasepsi merupakan hal yang melawan peraturan agama
kerena mencegah kehamilan dan kelahiran, tidak seperti pemikiran orang
Barat.Hal itu pula yang terjadi pada Mourad, bahwa menurutnya mempunyai
banyak anak bukanlah menambah rejeki, tetapi menambah biaya.Semua itu dapat
dilihat pada kalimat On a beau lui dire que toute naissance est un capital, que
Dieu saura pourvoir aux besoins des êtres qu’il crée, Mourad reste
intransigeant et pour mettre un terme à cette discussion il a obligé Hlima à
utiliser un stérilet (Sekalipun orang-orang berkata padanya bahwa semua
kelahiran merupakan modal, Tuhan akan memenuhi semua kebutuhan
manusia yang diciptakan-Nya. Mourad tetap pada pendiriannya dan untuk
mengakhiri pembicaraan ini, dia menyuruh Hlima untuk menggunakan alat
kontasepsi).
71
Pada kutipan di atas terdapat hegemoni pemikiran Barat yang terjadi pada
diri Mourad. Orang Barat lebih berpikir rasional, mereka melihat pada kenyataan
bahwa jika mereka mempunyai banyak anak maka mereka harus mempunyai
penghasilan yang banyak pula untuk membiayai anak-anaknya. Sedangkan yang
terjadi pada Mourad adalah penghasilannya yang sedikit, sehingga Mourad
berpikir untuk tidak menambah anak. Pola pikir Mourad dipengaruhi oleh
pemikiran Barat, karena dia pernah bersekolah di sekolah Perancis.
Pada data itu juga digambarkan bahwa keadaan Mourad dan keluarganya
sangatlah menyedihkan. Hlima membandingkan kehidupannya dengan kehidupan
asisten suaminya yang gajinya lebih kecil dari suaminya, tetapi bisa hidup dengan
sangat nyaman. Hlima sangat iri pada kehidupan asisten itu, karena bisa
menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Perancis, menghadiahi istrinya liburan
ke Roma dan mereka tinggal di villa yang sangat indah. Kutipan Les vacances on
les passe chez ta mère, dans cette vieille maison de la médina de Fès. …. Quand
vas-tu te rendre compte que notre situation est misérable ? (Liburan kita
lewatkan di rumah ibumu, di rumah tuanya di Medina, Fez. …. Kapan kamu
akan sadar bahwa situasi kita menyedihkan?)menjelaskan tentang
ketidakpuasan Hlima pada kehidupannya yang serba kekurangan. Dia selalu
membandingkan antara kehidupan Haji Hamid dan suaminya dengan
menyinggung liburan yang selalu mereka habiskan di rumah tua ibu suaminya di
Fes karena keterbatasan biaya.
Mourad berpikir bahwa Hamid, asistennya tidak pernah membaca buku
dan hanya membaca koran nasional. Dia sangat tidak menyukai asistennya itu
72
karena dia bukan tipe orang yang berpendidikan.Terlebih lagi Hamid sangat
menyanjung Saddam, Presiden Irak pada saat itu.Perhatikan kutipan berikut.
(4)
LHR/13
… Haj Hamid est le contraire de l‟homme cultivé. Il n’a probablement
jamais lu un livre. Le matin, il passe une bonne heure à lire la presse
nationale. Mourad se demande comment on peut passer autant de temps à
lire des journaux aussi vides ? Peut-être qu‟il ne les lit pas. Il fait
semblant. Il se donne des airs. De temps en temps, il fait un commentaire à
voix haute du genre : « Saddam : ça c’est un homme ! » Mourad a bien
envie de réagir et de dire par exemple : « Celui qui a envoyé son peuple
se faire massacrer pendant huit ans en Iran puis qui a tout fait pour
provoquer une guerre avec la moitié de la planète, tu appelles ça un
homme ? »
… Haji Hamid kebalikan dari orang yang berpendidikan.Dia mungkin
saja tidak pernah membaca buku satu pun. Pagi hari, dia selalu
menghabiskan waktu satu jam untuk membaca koran nasional.
Mourad bertanya-tanya bagaimana bisa orang menghabiskan waktu begitu
banyak untuk membaca koran yang kosong? Mungkin dia tidak
membacanya.Hanya pura-pura dan berlagak. Kadang-kadang dia
memberikan komentar dengan suara yang keras: “Saddam: dialah laki-
laki sejati!”Mourad sangat ingin bereaksi dan mengatakan, misalnya:
“Dialah yang telah mengirimkan orang-orangnya ke Iran selama
delapan tahun untuk dibunuh, kemudia dia yang melakukan segala
cara untuk menimbulkan perang dengan separuh dunia. Kamu
menyebutkan laki-laki sejati?”
Pada data di atas dijelaskan bahwa Hamid merupakan kebalikan dari orang
yang berpendidikan, karena dia tidak pernah membaca buku satu pun dan hanya
membaca koran nasional yang tidak ada isinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan
Il n’a probablement jamais lu un livre. Le matin, il passe une bonne heure à
lire la presse nationale. (Dia mungkin saja tidak pernah membaca buku satu
pun. Pagi hari, dia selalu menghabiskan waktu satu jam untuk membaca
koran nasional.). Orang yang berpendidikan selalu membaca buku dan tidak
begitu mempercayai media massa, karena media massa menaruh unsur-unsur
73
politik dalam melakukan pemberitaan dan terdapat kepentingan pribadi terhadap
pemiliknya.
Pada kutipan … Saddam : ça c’est un homme ! » Mourad a bien envie de
réagir et de dire par exemple : « Celui qui a envoyé son peuple se faire
massacrer pendant huit ans en Iran puis qui a tout fait pour provoquer une
guerre avec la moitié de la planète, tu appelles ça un homme ? (“… Saddam:
dialah laki-laki sejati!” Mourad sangat ingin bereaksi dan mengatakan,
misalnya: “Dialah yang telah mengirimkan orang-orangnya ke Iran selama
delapan tahun untuk dibunuh, kemudian dia yang melakukan segala cara
untuk menimbulkan perang dengan separuh dunia. Kamu menyebutkan
laki-laki sejati?”)adanyaperbedaan pandangan antara Hamid dan Mourad
terhadap Saddam. Hamid melakukan pembelaan terhadap Saddam sebagai orang
Timur yang telah melakukan invasi ke Iran dan dengan berani menentang
hegemoni Barat. Sedangkan Mourad, sebagai orang yang telah mendapatkan
pendidikan di sekolah Perancis, secara otomatis mempunyai pola pikir yang sama
dengan pola pikir Barat. Pola pikir Barat pada diri Mourad, membuatnya
menerima hegemoni Barat dan mengecam tindakan Saddam yang telah
melakukan kejahatan perang dengan beberapa negara di dunia.
Adanya perbedaan pemikiran antara Mourad dan Abbas, teman SMA
Mourad dikarenakan latar belakang pendidikan yang mereka tempuh.Perhatikan
kutipan berikut.
(5)
LHR/44
Abbas est un home de qualité. Il est loin de tout ça. Il est riche et modeste.
Son père lui a laissé des terres et des immeubles. … L‟unique fois où nous
74
nous sommes disputés, c‟était durant la guerre du Golfe. Lui aussi a
participé à la manifestation pour soutenir Saddam. On a prétendu qu‟il
soutenait le peuple irakien, et que de toute façon Saddam est devenu un
symbole de résistance contre l‟Occident de plus en plus anti-arabe et
antimusulman. Abbas n‟est pas mauvais mais il se laisse facilement
entraîner par les slogans vengeurs d’une partie de la presse arabe. On s‟était connus au lycée. Lui avait commencé des études de droit en
arabe et moi je suis parti en France faire des études d’ingénieur. Nous
étions différents. Nous le somme toujours. Mais cela n‟empêche pas notre
amitié d‟être solide. …
Abbas adalah seorang pria yang bermartabat. Dia jauh dari semua hal
buruk. Dia kaya tapi rendah hati. Ayahnya telah mewariskannya tanah dan
gedung-gedung. … Satu-satunya saat kami bertengkar adalah ketika
Perang Teluk. Dia juga ikut dalam demonstrasi mendukung Saddam.
Banyak orang berpendapat bahwa Saddam membela rakyat Irak dan
sosoknya telah menjadi simbol perlawanan terhadap Barat yang semakin
anti-Arab dan anti-Muslim. Abbas tidak jahat, tetapi dia membiarkan
dirinya dengan mudah dipengaruhi oleh slogan-slogan perang dari
sebagian pers Arab. Kami berkenalan di SMA.Dia kemudian mengambil studi hukum
dalam bahasa Arab dan aku studi ke Perancis untuk menjadi
insinyur.Kami berbeda.Kami selalu begitu hingga sekarang.Tapi hal itu
tidak menghalangi persahabatan kami menjadi kuat. …
Pada kutipan ke- 5 terdapat perbedaan pendapat tentang Saddam antara
Abbas dan Mourad. Hal itu terdapat pada kutipan Lui aussi a participé à la
manifestation pour soutenir Saddam. … il se laisse facilement entraîner par les
slogans vengeurs d’une partie de la presse arabe.… Lui avait commencé des
études de droit en arabe et moi je suis parti en France faire des études
d’ingénieur. (Dia juga ikut dalam demonstrasi mendukung Saddam. … dia
membiarkan dirinya dengan mudah dipengaruhi oleh slogan-slogan perang
dari sebagian pers Arab. … Dia kemudian mengambil studi hukum dalam
bahasa Arab dan aku studi ke Perancis untuk menjadi insinyur.).Adanya
pengaruh pemikiran Barat pada Mourad karena dia pernah bersekolah di Perancis,
sedangkan Abbas yang bersekolah dengan bahasa Arab dan tidak pernah
75
bersekolah di Perancis, sehingga dia tidak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran
Barat seperti Mourad.Selain itu, slogan-slogan yang dikeluarkan oleh sebagian
pers Arab yang mendukung bahwa Saddam adalah pahlawan untuk orang Timur
telah mempengaruhi Abbas.Saddam sebagai orang Timur yang menentang Barat
begitu diagung-agungkan oleh orang-orang Timur.Perbedaan pendapat di antara
mereka berdua tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Hegemoni Barat pada
diri Mourad tidak membuatnya simpati terhadap tindakan yang dilakukan oleh
Saddam, terutama pada kasus Perang Teluk.
Selain perbedaan pendapat tentang Saddam antara Abbas dan Mourad, ada
pula perbedaan sikap antara Mourad dan Haji Hamid. Haji Hamid lebih Maroko
daripada Mourad. Perhatikan kutipan berikut.
(6)
LHR/83-84
Le chaouch, souriant, me dit que M. Sabbane voudrait me voir. J‟ai
soudain peur. … J‟aimerais que mon adjoint soit là. S‟il y a un problème,
il saura mieux que moi le traiter. J’ai toujours dit que Haj Hamid était
plus marocain que moi. Il sait parler il a l‟art d‟envelopper les choses
dans des formules poétiques et parfois religieuses qui donnent le tournis à
ses interlocuteurs. Il connaît par cœur des vers de Chawki, d‟Omar
Khayyam, des hadiths du Prophète, des proverbes des villes et des
campagnes. Comme on dit en arabe, « sa langue est une lame ».
Pesuruh dengan tersenyum mengatakan padaku bahwa Pak Sabbane ingin
bertemu denganku. Tiba-tiba aku merasa takut. … Aku berharap asistenku
berada di sini. Jika ada masalah, dia lebih tahu daripada aku bagaimana
menyelesaikannya. Aku selalu mengatakan bahwa Haji Hamid lebih
Maroko dibandingkan denganku. Dia mahir berbicara. Dia mahir
menggunakan kata kiasan dan terkadang bernuansa keagamaan yang
membuat lawan bicaranya pusing. Dia hafal sajak-sajak Chawki, Omar
Khayyam, hadis-hadis nabi, dan peribahasa-peribahasa kota dan desa.
Seperti yang dikatakan orang dalam bahasa Arab, “Lidahnya bagaikan
mata pisau”.
76
Pada kutipan ke- 6 terdapat perbedaan latar belakang pendidikan antara
Mourad dan Haji Hamid, sehingga menimbulkan perbedaan pula dalam
sikap.Mourad yang pernah bersekolah di Perancis membuat pola pikirnya lebih
Barat dibandingkan Haji Hamid, karena dia tidak pernah besekolah di negara-
negara Barat.Hal itu ditunjukkan pada kutipan J’ai toujours dit que Haj Hamid
était plus marocain que moi. (Aku selalu mengatakan bahwa Haji Hamid
lebih Maroko dibandingkan denganku.). Haji Hamid yang tidak terkena
hegemoni Barat mengetahui bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah,
contohnya dengan cara melakukan pujian terhadap lawan bicara dan tidak
langsung pada inti pembicaraan. Sedangkan Mourad selalu berbicara langsung
pada inti pembicaraan.
4.1.2 Hegemoni Ekonomi
Mourad merasa dirinya sangat sengsara dibandingkan yang lainnya. Dia
tidak tahu harus berbuat apa untuk mengubah keadaannya agar sesuai dengan
keinginan istrinya. Perhatikan kutipan di bawah ini.
(7)
LHR/12
« Ma situation est plus que misérable, se dit-il. Est-ce de ma faute si tout
augmente, si les riches sont de plus en plus riches et si les pauvres
comme moi stagnent dans leur pauvreté ?Est-ce de ma faute si la
sécheresse a davantage appauvri les pauvres ? Que faire ? Voler ?
S’emparer des biens des autres en leur faisant croire que des placements
leur rapporteraient plus ? »
“Situasiku lebih daripada menyedihkan, katanya pada diri sendiri. Apakah
itu salahku jika semuanya naik, jika orang-orang kaya semakin kaya
dan jika orang-orang miskin sepertiku tetap dalam
kemiskinan?Apakah salahku jika kekeringan semakin memiskinkan
orang-orang miskin?Apa yang harus kulakukan? Mencuri?Merebut
77
milik orang lain dengan meyakinkan mereka bahwa investasi yang
banyak akan memberikan mereka hasil yang lebih banyak?”
Pada data di atas digambarkan kesedihan dan kebingungan yang dirasakan
Mourad.Mourad merasakan sedih yang mendalam daripada yang mereka
rasakan.Dia mengalami kebingungan dalam menghadapi keadaan hidupnya saat
ini.Hal itu dikarenakan tuntutan istrinya dan selalu mengeluhkan bahwa
kehidupan mereka menyedihkan. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk
mengubah hidupnya agar sesuai dengan yang diinginkan istrinya. Kutipan Est-ce
de ma faute si la sécheresse a davantage appauvri les pauvres ? (Apakah
salahku jika kekeringan semakin memiskinkan orang-orang miskin?)
menjelaskan bahwa kekeringan yang melanda negaranya menyebabkan harga-
harga menjadi naik dan biaya hidup pun menjadi mahal. Sehingga orang-orang
yang miskin seperti dirinya tidak bisa mengubah diri menjadi lebih baik. Selain
itu, hegemoni ekonomi terjadi pada istri Mourad yang selalu menuntut materi.
Pada data tersebutjuga adanya tekanan ekonomi yang dirasakan oleh
orang-orang miskin sebagai akibat dari mahalnya harga-harga barang. Pada
kutipan S’emparer des biens des autres en leur faisant croire que des
placements leur rapporteraient plus ? (Merebut milik orang lain dengan
meyakinkan mereka bahwa investasi yang banyak akan memberikan mereka
hasil yang lebih banyak?) menggambarkan salah satu akibat dari krisis yang
melanda Maroko pada saat itu. Hal itu dapat menciptakan sistem kapitalisme
dengan menyerap dana masyarakat untuk menanamkan modalnya pada sebuah
pasar modal atau lembaga perbankan. Tujuan sebenarnya dari tindakan tersebut
adalah untuk membuat kaum kapitalisme menjadi lebih besar dari sebelumnya.
78
Oleh karena itu pada kutipan sebelumnya terdapat kalimat … si les riches sont de
plus en plus riches et si les pauvres comme moi stagnent dans leur pauvreté ?
(…jika orang-orang kaya semakin kaya dan jika orang-orang miskin
sepertiku tetap dalam kemiskinan?) yang menjelaskan bahwa kaum kapitalisme
memanfaatkan kekrisisan ekonomi dengan semakin memperkaya dirinya.
Hamid adalah orang yang selalu memperhatikan penampilannya dan
mungkin saja satu-satunya orang yang berpenampilan elegan di kantornya. Dia
yang merupakan seorang asisten dari wakil direktur di kantor Kementrian
Pekerjaan Umum yang tentu saja mempunyai gaji lebih kecil daripada Mourad
bisa melakukan perjalanan ke Eropa dan umroh ke Mekah setiap dua tahun
sekali,bahkan dia mempunyai gelar Haji yang disandangnya. Perhatikan kutipan
berikut.
(8)
LHR/15
Mourad n‟a pas envie de mourir à cause de cet adjoint visqueux. Il est
peut-être le seul de tout l‟office dépendant du ministère de l‟Equipement à
mettre de la brillantine sur ses cheveux. Ça aussi c‟est insupportable.
Cette odeur d‟huile rance l‟insupporte. Peut-être qu‟un jour il
l‟étranglera. En tout cas il n‟aura pas de promotion. Il n‟en a pas besoin.
Son salaire est symbolique. Ce n’est pas avec ces quelques milliers de
dirhams qu’il se paie ses voyages en Europe et, une fois tous les deus
ans, son petit pèlerinage, Omra, à la Mecque.
Mourad tidak ingin mati gara-gara asisten yang rendah itu. Mungkin
Hamid adalah satu-satunya di kantor Kementrian Pekerjaan Umum yang
memakai minyak rambut. Aroma minyaknya sangat tidak tertahankan.
Mungkin suatu hari Mourad akan mencekiknya. Bagaimanapun juga dia
tidak akan dipromosikan kenaikan pangkat. Dia tidak
membutuhkannya.Gajinya adalah simbol. Bukan dengan beberapa
ribu dirham dia membayar perjalanannnya ke Eropa dan setiap dua
tahun sekali umroh ke Mekah.
79
Pada kutipanSon salaire est symbolique. Ce n’est pas avec ces quelques
milliers de dirhams qu’il se paie ses voyages en Europe et, une fois tous les deus
ans, son petit pèlerinage, Omra, à la Mecque (Gajinya adalah simbol. Bukan
dengan beberapa ribu dirham dia membayar perjalanannnya ke Eropa dan
setiap dua tahun sekali umroh ke Mekah) menjelaskan bahwa gaji yang
dimiliki oleh Hamid hanyalah simbol. Adanya hegemoni ekonomi yang terbentuk
karena uang yang dimilikinya sangat banyak, menjadikannya sebagai orang yang
hidup dalam kemewahan. Hal itu terbukti dengan dia mampu membayar
perjalanannya ke Eropa dan umroh ke Mekah setiap dua tahun sekali bukan
dengan gaji yang didapatnya, melainkan dari uang yang didapatkannya secara
tidak baik. Jika dipikirkan secara logika hal itu sangat tidak mungkin untuk
seorang asisten wakil direktur yang bekerja di kantor Kementrian Pekerjaan
Umum sanggup membayar perjalanan seperti itu dengan gajinya yang tidak lebih
besar dari Mourad.
Mourad pernah menyesali uang yang diberikan padanya oleh seorang
kontraktor bangunan ketika mereka berada di sebuah restoran di Casablanca.
Namun Mourad tidak ingin melanggar prinsipnya dan bertindak kotor seperti
teman-temannya.Perhatikan kutipan berikut.
(9)
LHR/17
Il est prêt à tous les sacrifices mais pas à violer ses principes et faire
comme les autres. Pourtant, il lui arrive de regretter pendant un bref
instant la liasse de billets de banque qu‟un promoteur immobilier, M.
Foulane, avait posée pour lui sur la table d‟un café de la ville. Il devait
bien y avoir un million de centimes. Avec un million, il achèterait des
cigarettes américaines et une mobylette, une robe à Hlima, et un costume
de fêté à chacun des enfants, ils iraient tous au restaurant manger du
poisson, il fumerait des cigarettes américaines et peut-être il s‟offrirait un
80
cigare Monte Cristo no 1 spécial qui coûte quatre-vingts dirhams, le prix
de deux repas en temps normal. Il suffisait d‟une signature, une petite
signature en bas d‟une page. Non, il n’était pas à acheter. Il s’était levé et
avait quitté le café, furieux. …
Mourad siap mengorbankan semuanya tapi tidak melanggar semua
prinsipnya dan bertindak seperti yang lainnya. Meskipun begitu, kadang-
kadang dalam waktu sekejap, dia menyesali seberkas lembaran uang yang
pernah diberikan seorang kontraktor bangunan, Pak Foulane, untuknya di
atas meja sebuah kafe di kota itu. Pasti jumlahnya ada satu juta.Dengan
satu juta, dia bisa membeli sepeda motor, gaun untuk Hlima, dan pakaian
pesta untuk anak-anaknya. Mereka semua bisa pergi makan ikan di
restoran, dia bisa menghisap rokok Amerika dan mungkin dia bisa
membeli untuk dirinya sendiri cerutu Monte Cristo No. 1 spesial seharga
delapan puluh dirham, dua kali biaya makannya sehari-hari. Dia cukup
tanda tangan, sebuah tanda tangan kecil di bagian bawah kertas.Tidak, dia
tidak bisa dibeli.Dia berdiri dan meninggalkan kafe, sangat marah. …
Pada kutipan Non, il n’était pas à acheter. Il s’était levé et avait quitté le
café, furieux. (Tidak, dia tidak bisa dibeli. Dia berdiri dan meninggalkan
kafe, sangat marah) terdapat dominasi ekonomi yang dilakukan oleh Pak
Foulane sebagai seorang kontraktor bangunan terhadap Mourad, seorang Wakil
Direktur Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan yang ingin mengajukan
permohonan pendirian bangunan di Casablanca. Dominasi tersebut menimbulkan
pemberian sejumlah uang agar pendirian bangunan dapat segera dilaksanakan
tanpa melalui proses birokrasi yang seharusnya. Dengan kata lain, dominasi yang
dilakukan oleh Pak Foulane adalah dengan menyuap Mourad. Namun Mourad
tetap pada pendiriannya bahwa dia tidak bisa melakukan hal tersebut karena itu
melanggar prinsipnya.Mourad sangat menghargai prinsipnya, yaitu dia tidak bisa
disuap.
81
Hubungan antara Hlima dan Mourad menjadi memburuk karena adanya
tekanan dari keluarga Hlima.Selain itu, keadaan ekonomi juga mendorongnya
untuk protes menginginkan kehidupan yang lebih baik.Perhatikan kutipan berikut.
(10)
LHR/18
… Elle Pourrait vivra en paix avec un mari de condition modeste, mais
l’entourage veille et la pousse à protester. Son père ne dit rien. Il
apprécie Mourad, il connaît son sérieux et son honnêteté. La mère est
hypocrite. Elle lui fait de grands sourires mais dès qu’il a le dos tourné
elle se moque de lui. …
… Hlima bisa hidup damai dengan suaminya yang sederhana, tapi dia
berada di bawah pengaruh keluarganya dan memaksanya untuk
protes. Ayahnya tidak mengatakan apa-apa. Dia menghargai Mourad,
mengetahui keseriusannya dan kejujurannya. Ibunya orang yang
munafik. Dia tersenyum lebar kepada Mourad, tetapi dibelakangnya
dia mengejeknya. …
Pada data tersebut dijelaskan bahwa adanya dominasi kekuasaan, yaitu
dominasi ekonomi yang dilakukan ibu mertuanya terhadap Hlima. Dominasi
tersebut dikarenakan keadaan ekonomi Mourad dan Hlima yang tidak sesuai
dengan harapan ibunya dan ibunya adalah orang yang munafik. Dominasi
ekonomi menimbulkan penggolongan orang-orang terhadap tingkat kelas orang
tersebut.Itulah yang dilakukan ibu mertuanya.Dia mengeluarkan senyumnya di
depan Mourad, namun di belakang dia menghina Mourad karena status
ekonominya. Hal itu tergambar pada kutipan Elle Pourrait vivra en paix avec un
mari de condition modeste, mais l’entourage veille et la pousse à protester. …
La mère est hypocrite. Elle lui fait de grands sourires mais dès qu’il a le dos
tourné elle se moque de lui. (Hlima bisa hidup damai dengan suaminya yang
sederhana, tapi dia berada di bawah pengaruh keluarganya dan
memaksanya untuk protes. … Ibunya orang yang munafik. Dia tersenyum
82
lebar kepada Mourad, tetapi dibelakangnya dia mengejeknya.). Hegemoni
ekonomi yang terjadi pada ibu mertua Mourad dikarenakan ibu mertuanya adalah
orang yang materialistis.
Menurut Mourad, ibu mertuanya menjual anak-anak perempuannya
kepada orang-orang yang berani membayar tinggi dengan atas nama pernikahan.
Perhatikan kutipan berikut.
(11)
LHR/20
Enfin, n‟insistons pas. Tout ce que ma belle-mère est non seulement
hypocrite mais que, toute proportion gardée, elle aurait fait une bonne
patronne de bordel, d‟ailleurs elle a marié ses filles non pas en fonction
du statut moral ou intellectuel des prétendants, mais de leur situation
financière. On peut dire qu’elle vendait ses filles aux plus offrants. Bien
sûr, tout cela se passe de manière déguisée, voilée, indirecte, jamais de
façon frontale.
Ya, cukuplah! Yang aku tahu ibu mertuaku tidak hanya munafik, tapi
dalam batas tertentu, dia tidak jauh berbeda dengan seorang germo. Lagi
pula, dia menikahkan ana-anak perempuannya bukan dengan alasan
status moral atau intelektual para pelamar, tapi karena status
finansial mereka.Bisa dikatakan bahwa dia menjual anak-anak
perempuannya kepada yang paling banyak pemberiannya.Tentu saja,
semua itu terjadi secara tersamar, terselubung, tidak langsung, tidak
pernah terang-terangan.
Pada data ke- 11 dapat dilihat bahwa adanya keadaan ekonomi yang
kurang memadai dapat membuat orang rela melakukan apa saja seperti yang
dilakukan oleh ibu mertua Mourad. Dia rela memberikan putri-putrinya kepada
orang yang paling banyak pemberiannya dibandingkan moral dan kualitas
intelektual dan dia melakukannya atas nama pernikahan. Hal itu terdapat pada
kutipan … elle a marié ses filles non pas en fonction du statut moral ou
intellectuel des prétendants, mais de leur situation financière. On peut dire
83
qu’elle vendait ses filles aux plus offrants.(… dia menikahkan ana-anak
perempuannya bukan dengan alasan status moral atau intelektual para
pelamar, tapi karena status finansial mereka. Bisa dikatakan bahwa dia
menjual anak-anak perempuannya kepada yang paling banyak
pemberiannya.).Peran ekonomi dalam suatu negara atau keluarga mempunyai
peran yang sangatlah besar.Ekonomi dapat menundukkan orang bahkan dapat
membuat orang mendewakannya, sehingga orang-orang dapat berbuat apa saja
untuk mendapatkan ekonomi yang menurut mereka sangat baik. Hal itu tidak saja
terjadi di negara-negara berkembang, melainkan juga terjadi di negara-negara
maju.
Selain Mourad yang mengalami ketertindasan dalam keluarga dan
lingkungan kerjanya, ada seorang dokter yang baru saja diangkat di rumah sakit
pusat di Casablanca dan dokter itu lebih naif daripada Mourad. Seorang kepala
perawat yang lebih berkuasa daripada dokter tersebut sama sekali tidak
menganggapnya ketika dokter itu menegurnya. Terlebih lagi kepala perawat itu
memperkaya dirinya dengan mengenakan pajak kepada semua pasien dan menjual
obat kepada mereka.Perhatikan kutipan berikut.
(12)
LHR/30
… J‟appris plus tard que cet infirmier était puissant. Il s’était enrichir en
taxant tous les malades à qui en outre il vendait des médicaments et qu’il
envoyait parfois à des cliniques privées, lesquelles lui versait sa
commission.
… Kemudian aku mengetahui bahwa perawat itu berkuasa. Dia
memperkaya dirinya dengan mengenakan pajak dari semua pasien.
Dia menjual obat-obatan dan kadang-kadang dia mengirimkan
mereka ke klinik swasta.Dia mendapatkan komisinya dari klinik-
klinik tersebut.
84
Pada kutipan Il s’était enrichir en taxant tous les malades à qui en outre
il vendait des médicaments et qu’il envoyait parfois à des cliniques privées,
lesquelles lui versait sa commission. (Dia memperkaya dirinya dengan
meminta uang pelicin dari semua pasien. Dia menjual obat-obatan dan
kadang-kadang dia mengirimkan mereka ke klinik swasta. Dia mendapatkan
komisinya dari klinik-klinik tersebut.) digambarkan bahwa kekuasaantidak
berdasarkan pada jabatanyang dimiliki seseorang, melainkan pada seberapa
banyak uang yang didapatkan. Hegemoni ekonomi menimbulkan adanya sistem
kapitalis seperti yang dilakukan oleh kepala perawat tersebut.Dia mengenakan
pajak kepada semua pasien dan dia memberikan obat-obatan kepada mereka.
Selain itu, dia mendapatkan komisi dari klinik-klinik swasta ketika dia
mengirimkan mereka ke sana. Dalam suatu sistem di rumah sakit yang berhak
mendiagnosa, memberikan resep obat, dan memberikan rujukan klinik adalah
dokter bukan perawat.Namun yang terjadi adalah sebaliknya, karena pada rumah
sakit tersebut kepala perawat lebih berperan dibandingkan dokter.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil dan kekuasaan membuat orang-orang
menyingkirkan moralnya untuk memperkaya diri dengan berbagai macam cara.
Perhatikan kutipan di bawah ini.
(13)
LHR/33-34
…
« Ce que vous placez sur un plan moral et que vous appelez corruption,
moi je l‟appelle une économie parallèle, elle n‟est même pas souterraine,
elle est même nécessaire. Je ne dis pas qu‟elle est bonne, je dis qu‟il faut
faire avec et cesser de confondre compensation et vol. Et n’allez pas
croire que seuls les pays en voie de développement connaissent ce
problème. Regardez les scandales en France, en Italie, et même au
85
Japon. Chez nous ça passe à une dimension humaine, individuelle. Dans
ces pays, ce n‟est plus une compensation populaire, ce sont les
détournements de grosses sommes, des malversations, des délits de grand
banditisme. … Nous somme de misérables fonctionnaires mal payés et
qui luttons quotidiennement pour que nos enfants aient une scolarité
normale, des vacances décentes, une vie sans manque et sans tristesse.
… »
…
“Praktik yang anda letakkan pada tingkat moral dan anda sebut korupsi,
saya menyebutnya ekonomi paralel.Ekonomi itu bahkan tidaklah
tersembunyi, dia betul-betul diperlukan. Saya tidak mengatakan bahwa hal
itu baik, saya hanya mengatakan bahwa kita harus memakluminya dan
membedakannya antara kompensasi dan mencuri. Dan janganlah anda
mengira bahwa hanya negara-negara berkembang yang mengenal
masalah ini. Lihatlah skandal di Perancis, Italia, dan bahkan di
Jepang.Di negara kita hal itu terjadi dalam dimensi manusia,
perorangan.Di negara-negara tadi, bukan lagi kompensasi umum, tetapi
penyelewengan dalam jumlah yang besar, korupsi besar-besaran,
kejahatan ala bandit besar. … Kita adalah pegawai negeri malang yang
dibayar rendah dan yang sehari-hari berjuang agar anak-anak kita
mendapatkan pendidikan normal, liburan yang pantas, kehidupan yang
tidak serba kekurangan, dan tanpa kesedihan. …”
Pada kutipan di atas digambarkan adanya perbedaan praktik korupsi antara
negara berkembang dan negara maju. Hal itu terdapat pada kutipan Et n‟allez pas
croire que seuls les pays en voie de développement connaissent ce problème.
Regardez les scandales en France, en Italie, et même au Japon. (Dan
janganlah anda mengira bahwa hanya negara-negara berkembang yang
mengenal masalah ini. Lihatlah skandal di Perancis, Italia, dan bahkan di
Jepang.). Di negara berkembang praktik korupsi hanya dilakukan secara
perorangan dan mereka menyebutnya sebagai kompensasi bukan mencuri,
sedangkan di negara maju dilakukan secara besar-besaran dan berkelompok.
Adanya ketidakstabilan ekonomi membuat banyak orang melakukan kecurangan
baik itu dalam skala kecil maupun besar.
86
Mayoritas orang yang melakukan korupsi bekerja di jajaran
pemerintahan.Alasan mereka melakukan korupsi adalah karena gaji yang mereka
dapatkan tidaklah mencukupi kebutuhan mereka, sehingga mereka melakukan
kegiatan tersebut.Kondisi ekonomi yang tidak bagus juga mempengaruhi
pendidikan. Pada kutipan Nous somme de misérables fonctionnaires mal payés
et qui luttons quotidiennement pour que nos enfants aient une scolarité
normale,… (Kita adalah pegawai negeri malang yang dibayar rendah dan
yang sehari-hari berjuang agar anak-anak kita mendapatkan pendidikan
normal,…) dijelaskan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang normal di
negara berkembang tentunya didukung pula dengan kondisi ekonomi yang ada.
Jika keadaan ekonomi di suatu keluarga tidak bagus, maka keluarga itu tidak
dapat memasukan anaknya ke dalam sekolah yang berkualitas. Hal itu
dikarenakan mahalnya biaya pendidikan di negara berkembang dan memicu
timbulnya diskriminasi sosial dan status ekonomi.
Ketika Mourad dan Karima, anak perempuannya melakukan perjalanan
dan tiba di stasiun di Tangier. Mereka disambut oleh orang-orang yang
menawarkan berbagai macam tawaran yang mereka miliki.Perhatikan kutipan di
bawah.
(14)
LHR/89
Vue de loin, Tanger ressemble à une princesse lascive, couchée le long de
la baie, la chevelure flottant sur la mer. En arrivant à la gare, on est
bousculé et entouré de gamins qui proposent de tout : un hôtel, un
restaurant, un taxi, une maison, des cigarettes américaines, du whisky
en contrebande, du fromage hollandais, du haschisch. Il y en a qui ne
proposent rien mais tendent le bras pour nous aider à porter notre sac
ou pour mendier. …
87
Dilihat dari kejauhan, Tangier seperti seorang putri yang penuh birahi,
berbaring di sepanjang teluk, rambutnya bergoyang-goyang tertiup angin
di laut. Ketika tiba di stasiun, kami terdorong dan dikelilingi oleh
anak-anak yang menawarkan segala macam: hotel, restoran, taksi,
rumah, rokok Amerika, wiski ilegal, keju Belanda, dan ganja. Ada
juga yang tidak menawarkan apa-apa, tetapi mengulurkan tangannya
untuk membantu kami membawakan tas atau untuk mengemis.
Kutipan di atas menggambarkan keadaan ekonomi dan ciri khas negara
berkembang yang terdapat pada kutipanEn arrivant à la gare, on est bousculé et
entouré de gamins qui proposent de tout : un hôtel, un restaurant, un taxi, une
maison, des cigarettes américaines, du whisky en contrebande, du fromage
hollandais, du haschisch. Il y en a qui ne proposent rien mais tendent le bras
pour nous aider à porter notre sac ou pour mendier. (Ketika tiba di stasiun,
kami terdorong dan dikelilingi oleh anak-anak yang menawarkan segala
macam: hotel, restoran, taksi, rumah, rokok Amerika, wiski ilegal, keju
Belanda, dan ganja. Ada juga yang tidak menawarkan apa-apa, tetapi
mengulurkan tangannya untuk membantu kami membawakan tas atau
untuk mengemis.). Anak-anak yang menawarkan jasa, pengemis, rokok
Amerika, wiski ilegal, dan ganja yang dijual secara bebas merupakan fenomena
yang terdapat di negara berkembang. Fenomena tersebut dikarenakan kondisi
ekonomi yang tidak bagus dan kesejahteraan yang tidak merata.
Najia dan Mourad terlibat pembicaraan serius mengenai uang dolar
Amerika yang telah Mourad terima.Najia merasa kecewa dengan Mourad, namun
Mourad mengatakan bahwa dia tidak korupsi dan hal tersebut tidak hanya terjadi
di negaranya saja melainkan juga di negara-negara maju.Lihat kutipan di bawah.
(15)
LHR/110
88
…
« Mais c‟est une différence minime. Cet argent est sale. Je ne te
connaissais pas ainsi, capable de voler la société, l‟Etat, le peuple. »
« N‟exagérons pas. Je n‟ai volé personne, et surtout pas le peuple. Cet
argent m‟a été donné par une société américaine. Après tout, ça se fait
même dans les pays développés. Nous autres, nous sommes des
amateurs. »
…
“Tapi perbedaannya tipis. Itu uang haram. Aku tidak mengenalmu seperti
ini, mampu mencuri dari perusahaan, negara, dan rakyat.”
“Jangan dilebih-lebihkan. Aku tidak mencuri dari siapa pun, dan terutama
bukan uang rakyat. Uang ini diberikan kepadaku oleh perusahaan
Amerika. Lagi pula, itu dilakukan orang-orang, bahkan di negara
maju. Kami semua hanyalah amatiran.”
Kutipan ke- 15 menjelaskan bahwa korupsi tidak hanya dilakukan di
negara berkembang saja, tetapi juga di negara maju seperti Amerika. Hal itu
tergambarkan pada kutipan Après tout, ça se fait même dans les pays développés.
(Lagi pula, itu dilakukan orang-orang, bahkan di negara maju.). Seperti pada
kutipan sebelumnya yang telah saya bahas bahwa korupsi terjadi di negara
berkembang dan negara maju, seperti di Perancis, Italia, dan Jepang. Hegemoni
ekonomi menimbulkan sistem kapitalis yang membuat Mourad akhirnya menjadi
seorang koruptor.
Mourad yang baru terlibat dalam korupsi, sebenarnya dia sudah
melakukan tindakan tersebut tanpa sadar dengan membawa mesin tik kantor ke
rumah. Perhatikan kutipan berikut.
(16)
LHR/140-141
... Disons que je suis en règle et que je n‟ai rien à me reprocher. Ah peut-
être qu‟ils me réclameront la veille machine à écrire qui ne servait plus.
Quand on l‟a remplacée par une électrique, je l’ai empruntée pour
quelque jours à la maison. Mon fils avait un devoir à présenter. Il l’a
tapé sur cette machine. Depuis, javoue l’avoir gardée à la maison. De
temps en temps, Karima l‟utilise. Elle a appris toute seule à taper. S‟ils la
89
cherchent, j‟irai la rapporter. Je dirais que je l’ai juste empruntée pour
quelques jours. …
… Katakanlah bahwa aku tidak menyalahi peraturan dan aku merasa tidak
bersalah. Ah, mungkin mereka akan meminta mesin tik tua yang sudah
tidak digunakan lagi. Ketika mesin tik diganti dengan mesin tik listrik,
aku meminjamnya selama beberapa hari di rumah. Anak laki-lakiku
mempunyai tugas untuk presentasi dan dia menggunakannya. Sejak itu,
aku mengakui menyimpannya di rumah. Kadang-kadang Karima
menggunakannya. Dia belajar mengetik sendiri. Jika mereka mencarinya,
aku akan membawanya. Aku akan mengatakan bahwa aku baru saja
meminjamnya selama beberapa hari. …
Kutipan di atas menyatakan bahwa Mourad melakukan korupsi kecil tanpa
disadarinya, yang terdapat pada …, je l’ai empruntée pour quelque jours à la
maison. ... Je dirais que je l’ai juste empruntée pour quelques jours. (… aku
meminjamnya selama beberapa hari di rumah. …Aku akan mengatakan
bahwa aku baru saja meminjamnya selama beberapa hari.). Inventaris kantor
yang dibeli dengan menggunakan uang negara tidak boleh dibawa pulang dan itu
sama dengan tindakan korupsi.Kondisi ekonominya yang tidak mendukungnya
untuk membeli mesin tik, membuatnya membawa inventaris kantor ke rumah.
Mourad melihat banyak pengemis yang datang ke kotanya.Hal itu
disebabkan kekeringan yang melanda negaranya.Perhatikan kutipan berikut.
(17)
LHR/174
J‟entre au café Central. … Des enfants cirent les chaussures d‟hommes
qui font semblant d elire le journal. … Je bois un thé. J‟observe les
passants. Il y a encore trop de mendiants dans cette ville. C’est l’effet de
la sécheresse. Ils viennet des campagnes. « Ils tombent à la place de la
pluie », me dit le garçon, qui oublie lui aussi qu‟il y a cinq ans il était
berger.
Aku masuk ke kafe Central. … Anak-anak menyemir sepatu orang yang
pura-pura membaca surat kabar. … Aku minum secangkir teh.Aku
memandangi orang-orang yang berlalu lalang.Masih terlalu banyak
pengemis di kota ini. Ini akibat dari kekeringan. Mereka datang dari
90
desa. “Bukan hujan yang turun, melainkan mereka yang berdatangan”,
pelayan berkata padaku. Seorang pelayan yang lupa bahwa lima tahun
yang lalu dia juga seorang penggembala.
Kutipan di atas menggambarkan keadaan di Maroko yang dilanda
kekeringan, sehingga mengakibatkan banyak orang-orang yang berdatangan dari
desa ke kota untuk bekerja. Mereka tidak punya keahlian dan menjadi pegemis,
bahkan anak-anak yang seharusnya sekolah, mereka menjadi penyemir sepatu
untuk mendapatkan uang. Kutipan Il y a encore trop de mendiants dans cette
ville. C’est l’effet de la sécheresse. (Masih terlalu banyak pengemis di kota ini.
Ini akibat dari kekeringan. Mereka datang dari desa.) menggambarkan salah
satu ciri negara berkembang, yaitu pembangunan, pendidikan, dan perekonomian
yang tidak merata berakibat pada kemiskinan sehingga banyak orang yang datang
ke kota-kota besar untuk mendapatkan uang dengan pekerjaan apapun. Hegemoni
ekonomi menimbulkan adanya sistem kapitalis, sehingga merugikan rakyat kecil.
4.1.3 Hegemoni Kelas Sosial
Ketika Mourad melihat Hamid sedang membaca Koran nasional, Pak
Hakim seorang tuan tanah datang ke kantor mereka untuk bertemu dengan Hamid.
Pak Hakim orang yang selalu mengeluarkan kata-kata mutiara yang penuh dengan
makna. Kedatangannya pada saat itu bukanlah untuk melakukan penawaran,
karena Mourad mengetahui akan hal itu. Penawaran biasanya mereka lakukan di
luar kantor. Mourad memang tidak melakukan apa pun atau diam saja, tetapi
bukan berarti Mourad tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Perhatikan
kutipan berikut.
91
(18)
LHR/13-14
… Or il y a des choses qu‟il remarque et décide de ne pas relever, comme
par exemple la visite de M. Hakim, riche propriétaire terrien qui aime
parler avec des métaphores et des insinuations. Il utilise souvent les
proverbes. Certains sont beaux et énigmatiques comme celui-ci : « Le
minaret est tombé, on a pendu le coiffeur », ou bien cet autre : « La main
que tu ne peux mordre, embrasse-la. » Mourad sait que les tractations se
font en dehors du bureau. Là, M. Hakim vient pour la forme, pour
apporter des documents ou pour en retirer d‟autres. Leur manège
n‟échappe pas à l‟œil morose mais présent de Mourad. Il y a aussi les
cadeaux en nature, des sacs de blé, des caisses de fruits, le mouton de
l’Aïd el Kébir, la fête du sacrifice. Tout cela est mis sur le compte de la
générosité des paysans. Haj Hamid apprécie beaucoup ces gestes, comme
ça, pour rien.
… Padahal ada beberapa hal yang dia perhatikan dan putuskan untuk tidak
mengangkat topik itu, contohnya seperti kunjungan Pak Hakim, seorang
tuan tanah yang kaya raya yang suka berbicara dengan menggunakan
kiasan-kiasan dan kata-kata yang mengandung arti tersembunyi. Dia
sering menggunakan peribahasa. Beberapa di antaranya bagus dan
membingungkan seperti ini: “Menara masjid telah runtuh, orang-orang
telah menggantung penata rambut”, atau yang lainnya: “Tangan yang
tidak bisa kamu gigit, ciumlah”. Mourad tahu bahwa penawaran
dilakukan di luar kantor. Pak Hakim datang ke sana untuk basa-basi,
untuk memberikan dokumen-dokumen, atau untuk mengambil yang
lainnya. Permainan mereka bukannya tidak diketahui oleh Mourad, tetapi
dia diam saja.Ada juga hadiah-hadiah berupa barang, berkarung-
karung gandum, berkrat-krat buah, domba untuk Idul Adha, yaitu
hari raya kurban.Semuaini adalah karena kemurahan hati para
petani.Haji Hamid sangat menghargai tindakan-tindakan seperti itu yang
dilakukan tanpa pamrih.
Pada data di atas, digambarkan bahwa seorang tuan tanah yang kaya raya
bisa melakukan apa saja untuk melancarkan keinginannya. Pada kutipan La main
que tu ne peux mordre, embrasse-la. (“Tangan yang tidak bisa kamu gigit,
ciumlah”) merupakan peribahasa yang menunjukkan bahwa jika tidak bisa
menyampaikan maksud secara langsung, maka bisa dilakukan dengan cara yang
halus, yaitu dengan memberikan hadiah-hadiah atau pujian-pujian. Selain itu,
pada kutipan Il y a aussi les cadeaux en nature, des sacs de blé, des caisses de
92
fruits, le mouton de l’Aïd el Kébir, la fête du sacrifice. (Ada juga hadiah-
hadiah berupa barang, berkarung-karung gandum, berkrat-krat buah,
domba untuk Idul Adha, yaitu hari raya kurban.) adanya dominasi personal
yang dilakukan oleh Pak Hakim terhadap Hamid. Pak Hakim sebagai kelas
bangsawan melakukan gratifikasi kepada kelas pekerja, yaitu Hamid.Dia
memberikan banyak hadiah dengan maksud agar segala urusannya selalu
dipermudah dan dilancarkan tanpa harus melewati sistem yang ada. Selain itu, ada
dampak yang ditimbulkan oleh Pak Hakim sebagai seorang tuan tanah terhadap
petani, yaitu menyewakan tanahnya dan para petani tersebut membagi hasilnya
dengan Pak Hakim.
Sidi Larbi adalah seorang pengacara dan Mourad sangat
membencinya.Sidi Larbi pengacara kotor yang memperkaya dirinya dari
penggelapan uang dan pemerasan.Hal itu bisa dilihat pada kutipan berikut.
(19)
LHR/19
Justement, Sidi Larbi est le type même d‟individu que Mourad exècre.
C’est un avocat véreux qui s’est enrichi avec les indemnités de décès
après des accidents de la route. … Sa fortune est visible et il dort très
bien. Il est capable de s‟endormir n‟importe où et à n‟importe quelle
heure. Il mange vite, rote et fait la sieste en ronflant. L‟argent arrive de
partout et rien ne le gêne. Pour lui, Mourad est un raté, un pauvre type
qui n’a pas su s’adapter à la vie moderne.
Sebenarnya, Sidi Labi adalah tipe orang yang Mourad benci. Dia adalah
seorang pengacara kotor yang memperkaya dirinya dengan
memanfaatkan uang ganti rugi korban kecelakaan lalu lintas. …
Kekayaannya terlihat jelas dan dia tidur dengan nyaman. Dia bisa tidur
dimana saja dan kapan saja. Dia makan dengan cepat, bersendawa dan
tidur siang sambil mendengkur. Uangnya datang dari mana-mana dan
tidak ada yang mengganggunya.Bagi dia, Mourad adalah orang yang
gagal, tipe orang miskin yang tidak bisa menyesuaikan dirinya
dengan kehidupan modern.
93
Pada kutipan C’est un avocat véreux qui s’est enrichi avec les indemnités
de décès après des accidents de la route. (Dia adalah seorang pengacara kotor
yang memperkaya dirinya dengan memanfaatkan uang ganti rugi korban
kecelakaan lalu lintas.)terdapat hegemoni ekonomi yang mengakibatkan
munculnya kaum kapitalisme. Kaum kapitalisme tersebut menggunakan
kekuasaannya untuk mendominasi kaum sosialisme agar memberikan uangnya
atau modalnya kepada mereka. Dengan cara itulah kaum kapitalisme memperkaya
dirinya. Itu yang dilakukan oleh Sidi Larbi, seorang pengacara yang memperkaya
dirinya dengan memanfaatkan uang ganti rugi dari korban kecelakaan lalu lintas.
Pada kutipan Pour lui, Mourad est un raté, un pauvre type qui n’a pas su
s’adapter à la vie moderne (Bagi dia, Mourad adalah orang yang gagal, tipe
orang miskin yang tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan kehidupan
modern.)Sidi Larbi menganggap Mourad tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan
kehidupan modern. Kehidupan modern yang dimaksud Sidi Larbi adalah
memperkaya diri dengan cara memanfaatkan segala peluang yang ada, termasuk
memanfaatkan uang ganti rugi korban kecelakaan, ciri khas dari kaum
kapitalisme. Pendominasian kaum kapitalisme terhadap kelas sosial rendah.
4.1.4 Hegemoni Moral
Mourad sebagai orang yang selalu menjunjung tinggi kejujuran dan moral,
kini dia mengalami kebimbangan dan akhirnya menjadi bagian dari teman-
temannya yang korup.Lihat kutipan di bawah.
(20)
LHR/71
94
… Je signe tous les documents sans même les lire, appuie sur la sonnette.
Le chaouch arrive en vitesse. Je lui tends le dossier et lui demande de le
transmettre au bureau d‟enregistrement. Je pousse un grand soupir de
soulagement. C‟est simple, rapide et sans drame. J‟étais fou de
m‟encombrer de tant de scrupules. J‟ai franchi le pas. Je ne suis plus le
même, je vais même devenir meilleur. J‟ouvre l‟une des deux enveloppes
et j‟en retire deux billets bleus de deux cents dirhams.
… Aku menandatangai semua dokumen itu bahkan tanpa
membacanya, lalu aku menekan bel. Pesuruh datang dengan cepat.
Kuulurkan berkas itu dan menyuruhnya untuk mengantarkan berkas itu ke
kantor pencatatan. Aku menghela napas lega. Ternyata itu mudah, cepat,
dan tanpa drama. Aku gila telah membebani diriku dengan begitu banyak
pertimbangan. Aku telah melewatinya. Aku bukan lagi orang yang
sama, bahkan aku akan menjadi lebih baik. Kubuka salah satu amplop
itu dan kutarik dua lembar warna biru bernilai dua ratusan dirham.
Pada kutipan di atas terjadi penyimpangan moral yang dilakukan oleh
Mourad, yang dapat dilihat pada kutipanJe signe tous les documents sans même
les lire… Je ne suis plus le même, je vais même devenir meilleur. (Aku
menandatangai semua dokumen itu bahkan tanpa membacanya… Aku
bukan lagi orang yang sama, bahkan aku akan menjadi lebih baik.). Mourad
yang selalu mengutamakan kejujuran menjadi seorang yang korup dan
mematahkan idealismenya. Dominasi korup di lingkungan kantornya membuatnya
dengan sukarela menerima suap. Dia berharap dengan idenya menerima suap ini,
dia akan berubah menjadi orang yang lebih baik.Mourad mengalami hegemoni
moral dengan melakukan tindakan korupsi.
Anak laki-laki Mourad yang bangga karena dirinya seperti ayahnya yang
tidak pernah korupsi, memberikan pengandaian tentang korupsi.Menurutnya,
korupsi merupakan ancaman yang dapat merusak moral bangsa.Lihat kutipan di
bawah.
(21)
95
LHR/98-99
« … D‟ailleurs, si tout le monde faisait comme nous, le pays se porterait
mieux. J‟aime bien le mot arabe pour désigner la corruption ; c‟est ce qui
est miné de l‟intérieur, rongé par les mites, on dit cela du bois qui est
foutu et qui ne sert plus à rien, pas même à faire du feu. L‟homme c‟est
pareil. S‟il vend son âme, s‟il achète la conscience des autres, il participe
à un processus de destruction générale. Tu sais, la corruption c’est
comme la mendicité. Les mendiants existent parce que les gens donnent
l’aumône. »
“… Lagi pula, aku percaya, kalau semua orang seperti kita, negeri ini pasti
akan menjadi lebih baik. Aku suka kata dalam bahasa Arab yang dipakai
untuk istilah korupsi; berasal dari kata keropos, berarti termakan rayap,
bagai kayu yang sudah lapuk tidak berguna lagi, bahkan untuk
menyalakan api. Begitu juga orang. Bila dia sudah menjual jiwanya, dia
ikut serta dalam proses perusakan umum. Ayah tahu, korupsi itu sama
halnya seperti pengemis. Para pengemis ada karena orang-orang
memberi sedekah.”
Kutipan di atas menggambarkan bahwa orang-orang rela menjual
moralnya untuk menjadikan dirinya kaya.Korupsi merupakan kerusakan moral
dan sangat membahayakan negara. Pada kutipan … la corruption c’est comme la
mendicité. Les mendiants existent parce que les gens donnent
l’aumône.(…korupsi itu sama halnya seperti pengemis. Para pengemis ada
karena orang-orang memberi sedekah.) menunjukkan bahwa orang yang
melakukan korupsi sama seperti pengemis. Maksudnya adalah mereka meminta-
minta dengan cara memaksa bahkan bisa dengan kekerasan. Mereka melakukan
hal tersebut karena adanya kesempatan yang diberikan oleh orang lain, tanpa
disadari oleh yang memberi kesempatan tersebut. Hegemoni moral pada kutipan
di atas terjadi pada masyarakat Maroko yang pada saat itu banyak yang
melakukan tindakan korupsi.Mereka melakukan tindakan korupsi karena sistem
perekonomian yang buruk dan adanya kesempatan untuk melakukan hal itu.
96
Menurut Mourad, Haji Hamid mempunyai kehidupan ganda. Dia baik hati
kepada istrinya, namun di luar itu, dia mengadakan pesta orgi di sebuah
apartemen yang dia sewa bersama temannya.Perhatikan kutipan berikut.
(22)
LHR/120-121
… H.H. a une double vie. Je le sais. Je crois même que sa femme est au
courant. Il la comble de cadeaux et d‟argent. Elle s‟achète des bijoux.
C‟est lui qui me l‟a dit un jour. Elle possède deux ceintures en or. Pour lui
c‟est un investissement, même si le prix de l‟or ne bouge pas beaucoup. Il
partage une garçonnière avec un ami, aussi corrompu que lui, un certain
Taïbi, spécialisé dans l‟achat de matériels dans un ministère. Les filles, il
les ramasse à la sortie des lycées et quelquefois dans le campus
universitaire. La vie leur sourit. Les filles tombent comme des mouches.
De temps en temps, ils organisent une orgie. …
… H.H. alias Haji Hamid mempunyai kehidupan ganda. Aku tahu itu. Aku
kira istrinya tahu. Haji Hamid memenuhi istrinya dengan hadiah dan uang.
Dia membeli perhiasan.Dia yang mengatakannya kepadaku pada suatu
hari.Istrinya membeli dua sabuk emas.Baginya itu merupakan suatu
investasi, meskipun harga emas tidak banyak bergerak.Dia menyewa
sebuah studio dengan temannya yang juga korupsi seperti dia. Namanya
Taïbi, seorang ahli dalam pengadaan barang-barang di kementrian.Dia
mengambil gadis-gadis yang baru keluar dari sekolah atau kadang-kadang
dari universitas.Kehidupan tersenyum pada mereka.Gadis-gadis berjatuhan
seperti lalat.Kadang-kadang mereka mengadakan pesta orgi. …
Kutipan ke- 22 menggambarkan tentang kehidupan koruptor yang
mempunyai kehidupan ganda. Pada satu kehidupannya dia baik terhadap istrinya,
namun pada kehidupannya yang lain dia menghilangkan moralnya. Kutipan … ils
organisent une orgie. (… mereka mengadakan pesta orgi.)merupakan salah
satu ciri kehidupan koruptor, mereka menikmati hidup dari hasil yang tidak baik
dan membawa gadis-gadis, kemudian mereka berpesta orgi di studio yang mereka
sewa.Pada kutipan tersebut terdapat hegemoni moral yang dialami oleh Haji
Hamid dan Taïbi.
97
Najia yang kecewa dengan Mourad menyuruhnya untuk pergi.Mourad
meninggalkan Najia dengan kemarahan dan pergi menuju rumah Nadia.Di rumah
Nadia, mereka melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.Perhatikan
kutipan di bawah.
(23)
LHR/123
Je m‟en vais, la colère rentrée, prêt à me défouler sur le corps de Nadia.
Elle m‟attend en robe de chambre. Sans dire un mot nous nous enlaçons et
nous nous dirigeons vers le lit. Je ferme les yeux. Tout son corps est
fiévreux. Nous nous déshabillons tout en nous embrassant. …
Aku pergi dengan kemarahan. Aku siap melampiaskannya pada tubuh
Nadia. Dia menungguku dalam pakaian tidur. Tanpa berkata apa-apa, kami
berpelukan dan bergerak ke arah tempat tidur. Aku menutup mata. Seluruh
tubuhnya bergetar. Kami menanggalkan pakaian sambil terus
berciuman. …
Kutipan di atas adanya hegemoni moral yang dilakukan oleh Mourad dan
Nadia, yang terdapat pada kalimat Nous nous déshabillons tout en nous
embrassant.(Kami menanggalkan pakaian sambil terus berciuman.).Mereka
tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut.Mourad telah mengkhianati
istrinya begitu jauh, sedangkan Nadia sebagai wanita lajang seharusnya menjaga
dirinya.Nadia tidak boleh begitu saja menerima Mourad, karena dia tahu bahwa
Mourad sudah memiliki keluarga.Nadia dan Mourad mengalami hegemoni moral
dalam bentuk perselingkuhan.
Haji Hamid menawarkan bantuan jasa seorang hakim yang dia kenal untuk
membantu Mourad jika Mourad ditangkap oleh polisi karena korupsi. Haji Hamid
akan memberikan sejumlah uang untuk menutup perkara tersebut. Lihat kutipan di
bawah.
(24)
98
LHR/126
« Deux hommes sont passés hier en fin d‟après-midi. Je ne les connais
pas. Ils n‟ont pas dit qui ils sont. Ils reviendront ce matin. J‟espère que
c‟est une erreur. En tout cas, vous pouvez compter sur moi en cas de
pépin. Mais attention, surtout pas de dénonciation. Si vous êtes pris, je
pourrai parler à quelqu’un de bien placé qui connait un juge qui sait ce
qu’il faudra faire… Si besoin est, quelques milliers de dirhams
classeront l’affaire. … »
“Kemarin sore dua orang pria datang. Saya tidak mengenal
mereka.Mereka tidak mengatakan siapa mereka. Mereka akan kembali
pagi ini. Saya harap itu suatu kesalahan.Bagaimanapun juga anda dapat
mengandalkan saya jika ada sesuatu yang tidak beres.Tetapi hati-hati,
jangan ada pengaduan.Jika anda tertangkap, saya akan berbicara
kepada seseorang yang berkedudukan tinggi, seorang hakim yang
mengetahui apa yang harus dilakukannya… Bila perlu, beberapa ribu
dirham akan menutup perkara. …”
Pada kutipan ke- 24digambarkan bahwa hakim dan hukum di negara
berkembang dapat dibeli dengan uang, yang terdapat pada kutipan Si vous êtes
pris, je pourrai parler à quelqu’un de bien placé qui connait un juge qui sait ce
qu’il faudra faire… Si besoin est, quelques milliers de dirhams classeront
l’affaire. (Jika anda tertangkap, saya akan berbicara kepada seseorang yang
berkedudukan tinggi, seorang hakim yang mengetahui apa yang harus
dilakukannya… Bila perlu, beberapa ribu dirham akan menutup perkara.).
Dengan kata lain, seorang hakim yang melepaskan moralnya untuk mengadili
orang yang bersalah dapat disuap. Begitu juga dengan hukum yang dapat dibeli
beberapa lembar uang, karena uang lebih berkuasa dibandingkan hukum.
Hegemoni moral yang dialami oleh hakim dikarenakan rendahnya gaji seorang
hakim di negara berkembang, sehingga membuat seorang penegak hukum dapat
menjual moralnya demi kepentingan pribadi, yaitu mendapatkan uang dengan
jumlah yang besar.
99
Haji Hamid merasakan kekhawatiran pada anak perempuannya. Dia
sebagai seorang ayah bertanggung jawab atas moral anak perempuannya, namun
di sisi lain dia suka bersenang-senang dengan perempuan-perempuan muda yang
usianya hampir sama dengan anak perempuannya. Perhatikan kutipan berikut.
(25)
LHR/128-129
…Comme beaucoup de pères de sa condition, il va droit au but : « Je suis
responsable de sa vertu ; une aussi belle fille c‟est un camion de
problèmes, de soucis et d‟inquiétudes. ... ».
Il est énervé. Mais, curieusement, il ne se voit pas en « profiteur sans
vergogne de la naïveté et de l’innocence » d’autres jeunes filles !
… Seperti bapak-bapak lain yang mengalami kondisi yang sama, dia
langsung menjawab: “saya bertanggung jawab atas keteguhan moralnya,
gadis secantik itu adalah suatu masalah besar, kerisauan dan kecemasan.
…”
Dia kesal, tapi anehnya, dia tidak melihat dirinya seperti “pria yang
tanpa malu-malu mengambil keuntungan dari kenaifan dan
kepolosan” gadis-gadis muda lainnya!
Pada kutipan di atas adanya kemunafikan pada diri Haji Hamid. Kutipan
… il ne se voit pas en « profiteur sans vergogne de la naïveté et de l’innocence »
d’autres jeunes filles ! (…dia tidak melihat dirinya seperti “pria yang tanpa
malu-malu mengambil keuntungan dari kenaifan dan kepolosan” gadis-gadis
muda lainnya!)menjelaskan bahwa Haji Hamid tidak menyadari bahwa dirinya
mengalami kerusakan moral, yaitu seperti pria-pria yang suka memanfaatkan
perempuan-perempuan muda yang polos. Hegemoni moral pada Haji Hamid
adalah kesenangannya dalam mengambil keuntungan dari kenaifan dan kepolosan
para wanita muda.
Mourad dan Haji Hamid kedatangan seorang wanita muda, bernama
Doukkali setelah kepergian tiga orang dari kantor Komisi. Dia dikirim oleh Wakil
100
Sekretaris Negara. Dia menyerahkan surat kepada Mourad karena dia ingin
meninggalkan pekerjaannya di kantornya yang dulu dan menjadi sekretaris di
tempat Mourad bekerja. Selain itu, dia mengadukan mantan atasannya ke
pengadilan karena pelecehan seksual.Lihat kutipan di bawah.
(26)
LHR/146-147
… Je lui demande pour quelles raisons elle a quitté son precedent poste.
Elle me répond, sur un ton sec et net :
« Le patron voulait coucher avec moi… C’était ça ou la porte. J’ai porté
plaintecontre lui pour harcèlement sexuel. »
H.H. siffle d‟étonnement.
« Vous vous croyez en Suède ? »
« Non, je sais où je suis et ce que je fais. Le Maroc change. Vous verrez,
j‟espère que vous viendrez au procès… en simple observateur, bien sûr,
peut-être en témoin. »
… Aku bertanya kepadanya mengapa dia meninggalkan tempatnya bekerja
dulu.Dia menjawabku dengan nada yang keras dan jelas:
“Bos ingin tidur denganku… pilihannya adalah tidur atau saya
keluar. Saya mengadukannya karena pelecehan seksual.”
H.H. bersiul dengan heran.
“Apakah anda pikir ada di Swedia?”
“Tidak. Saya tahu di mana saya berada dan apa yang saya lakukan.
Maroko berubah. Anda akan lihat. Saya harap anda akan datang ke
pengadilan, tentunya hanya sebagai pengamat atau mungkin saksi.”
Pada kutipan di atas terdapat penyimpangan moral yang dilakukan seorang
bos kepada bawahannya, yang ditunjukkan pada kutipan Le patron voulait
coucher avec moi… C’était ça ou la porte. J’ai porté plaintecontre lui pour
harcèlement sexuel.(Bos ingin tidur denganku… pilihannya adalah tidur atau
saya keluar. Saya mengadukannya karena pelecehan seksual.). Pada kutipan
tersebut, atasan dari Doukkali mengalami hegemoni moral karena melakukan
pelecehan seksual.Selain itu, kutipan Vous vous croyez en Suède ?... Non, je sais
où je suis et ce que je fais. Le Maroc change. (Apakah anda pikir ada di
101
Swedia?... Tidak. Saya tahu di mana saya berada dan apa yang saya
lakukan. Maroko berubah.) menunjukkan bahwa adanya kebebasan di Swedia
dan Maroko mengalami hal yang sama. Swedia merupakan salah satu negara
Skandinavia yang memberikan kebebasan dalam melakukan pergaulan bebas pada
rakyatnya dan hal itulah yang diikuti oleh Maroko.
4.2 Subaltern
Subaltern menurut Gayatri Spivak adalah kelompok-kelompok yang
mengalami penindasan oleh kelas penguasa, eksploitasi terhadap kaum tertindas
yang disebabkan adanya dominasi struktural.Kaum subaltern selain tertindas
mereka juga tidak memiliki akses kepada kaum elit dan cenderung diabaikan.
Dengan kata lain, kaum subaltern tidak memiliki ruang untuk menyuarakan
aspirasinya. Lihat kutipan di bawah.
(27)
LHR/61
Haj Hamid entre et pose sur mon bureau le dossier de M. Sabbane en me
disant, comme si j’étais son subalterne, que je dois régler ce problème très
rapidement. J‟ouvre le dossier. J‟étudie les plans et les projets.
Haji Hamid masuk dan meletakkan dokumen Pak Sabbane di atas mejaku
sambil berkata seolah-olah aku adalah bawahannya, bahwa aku harus
mengurus masalah itu dengan cepat. Aku membuka dokumen itu. Aku
mempelajari rencana dan proyeknya.
Pada kutipan … comme si j’étais son subalterne, que je dois régler ce
problème très rapidement.(…seolah-olah aku adalah bawahannya, bahwa aku
harus mengurus masalah itu dengan cepat.)terdapat subaltern yang dialami
102
Mourad. Mourad mengalami penindasan oleh asistennya, Haji Hamid dikarenakan
adanya dominasi struktural.Di kantornya, Haji Hamid lebih berperan dalam
mengurusi dokumen-dokumen perizinan dibandingkan Mourad.Haji Hamid
memaksa Mourad untuk mengurusi dokumen Pak Sabbane dengan cepat.Itulah
dominasi struktural yang terjadi di kantornya.Pada kutipan ini Mourad sebagai
kaum subaltern yang mengalami pemaksaan dari Haji Hamid dan Pak Sabbane
sebagai kaum superordinat.
Haji Hamid menyuruh Mourad untuk mempelajari dokumen Pak Sabbane
dengan baik dan menurut Haji Hamid tender yang akan diikuti oleh Pak Sabbane
adalah formalitas. Mereka hanya berfungsi agar formalitas tersebut berjalan
dengan baik.Perhatikan kutipan berikut.
(28)
LHR/61-62
« … Alors, qu‟est-ce que vous décidez pour M. Sabbane ? »
« Il faut qu‟il participe à l‟appel d‟offres, comme tout le monde. »
« Mais bien entendu, il y participera. Comme vous le savez, c‟est une
formalité. Nous sommes là pour faire en sorte que les formalités se passent
bien. Etudiez bien le dossier. …. Ne négligez aucune page de ce dossier. »
“… Jadi, apa yang anda putuskan untuk Pak Sabbane?”
“Dia harus ikut tender seperti yang dilakukan orang lain.”
“Tentu saja dia akan ikut berpartisipasi.Seperti yang anda ketahui, itu adalah
sebuah formalitas.Kita ada di sini untuk memastikan bahwa formalitas
berjalan baik.Pelajarilah baik-baik berkas itu. … Jangan sampai
terlewatkan satu halaman pun dari berkas itu.”
Pada kutipan ke- 28 terdapat pemaksaan yang dilakukan oleh Haji Hamid
terhadap atasannya, Mourad.Hal itu dikarenakan Mourad adalah kaum subaltern
di kantornya. Sedangkan Haji Hamid hanyalah seorang asisten yang lebih banyak
berperan di kantornya terhadap perizinan pembangunan dan dia melakukan
penyalahgunaan wewenang, sehingga membuat dia lebih berkuasa dibandingkan
103
Mourad, dapat dilihat pada kutipan Etudiez bien le dossier. …. Ne négligez
aucune page de ce dossier.(Pelajarilah baik-baik berkas itu. … Jangan
sampai terlewatkan satu halaman pun dari berkas itu.). Itulah yang
membuatnya menyuruh Mourad agar mempelajari berkas-berkas dengan baik dan
tidak boleh melewatkan satu halaman dari berkas tersebut karena Haji Hamid
berada di posisi superordinat dan dia yang lebih banyak berperan dalam
menangani masalah perizinan pembangunan.
Najia yang merupakan sepupu Mourad dan seorang janda yang masih cantik
selalu diawasi oleh orang-orang di lingkungan rumahnya. Itulah mengapa dia
bertanya kepada Mourad apakah ada yang melihatnya ketika masuk ke rumah ini.
Perhatikan kutipan di bawah.
(29)
LHR/80
…
« Quelqu‟un t‟a vu entrer ? »
« Non, je ne crois pas. »
« Je te demande ça parce que les gens sont méchants. Ils surveillent et
médisent sur mon compte. C’est dur d’être une femme seule dans ce pays.
Il m’arrive parfois d’avoir envie de boire un verre une terrasse face à la
mer et de fumer une cigarette. Si je le fais, on me prendra pour une
putain. Alors je rentre chez moi et je m‟occupe de ma fille. … »
…
“Apakah ada orang yang melihatmu masuk?”
“Tidak, sepertinya tidak.”
“Aku menanyakan itu padamu karena orang-orang yang jahat suka
mengawasi dan memfitnahku.Sangat sulit menjadi seorang perempuan
yang tidak punya suami di negeri ini.Terkadang aku ingin minum di
teras yang berhadapan dengan laut dan merokok. Kalau aku
melakukan itu, orang akan menganggapku perempuan nakal.Jadi aku
masuk ke rumah dan mengurus anak perempuanku. …”
Kutipan di atas menggambarkan pendiskriminasian kaum subaltern yang
dialami Najia oleh orang-orang di lingkungan rumahnya karena dia adalah
104
seorang janda yang masih muda dan cantik.Hal itu dapat dilihat pada kutipan
C’est dur d’être une femme seule dans ce pays. Il m’arrive parfois d’avoir envie
de boire un verre une terrasse face à la mer et de fumer une cigarette. Si je le
fais, on me prendra pour une putain.(Sangat sulit menjadi seorang perempuan
yang tidak punya suami di negeri ini. Terkadang aku ingin minum di teras
yang berhadapan dengan laut dan merokok. Kalau aku melakukan itu,
orang akan menganggapku perempuan nakal.). Pandangan orang Timur
terhadap janda dan merokok di tempat umum merupakan hal yang negatif,
sedangkan menurut orang Barat hal itu adalah hal yang biasa. Orang Timur lebih
suka ikut campur dengan urusan oarng lain, sedangkan orang Barat tidak.Itulah
kenapa Najia mendapatkan pendiskriminasian dan ruang geraknya terbatas.
Haji Hamid sebagai seorang asisten Mourad, lebih berperan dalam
menyelesaikan berkas-berkas pengajuan pembangunan daripada
Mourad.Perhtikan kutipan di bawah.
(30)
LHR/85-86
…
« Parfaitement, M. Mourad. Je voulais juste vous signaler qu‟il manquait
deux documents dans le dossier. Je les ai dans mon cartable. Ils ont besoin
de votre signature. »
Il les sort tout en me parlant. Je regarde discrètement Haj Hamid, qui me
fait signe de la tête qu’il faut en finir avec ce dossier.Je jette un regard sur
ces papiers. Il me semble les avoir déjà vus. J‟hésite puis je signe.
…
“Sempurna, Pak Mourad. Saya hanya ingin menunjukkan pada anda bahwa
ada dua dokumen yang tidak ada di dalam berkas tersebut. saya
membawanya di tas saya dan dokumen-dokumen ini membutuhkan
tandatangan anda.”
Sambil berbicara padaku, dia mengeluarkan dokumen-dokumen tersebut.
Diam-diam aku melihat Haji Hamid dan dia menganggukkan
kepalanya yang berarti bahwa aku harus segera menyelesaikan berkas
105
ini.Aku melihat kertas-kertas itu.Aku merasa pernah melihat kertas-kertas
itu.Aku ragu-ragu, kemudian aku menandatanganinya.
Pada kutipan di atas adanya subaltern yang dialami oleh Mourad untuk
mengikuti segala petunjuk yang diberikan oleh asistennya, yang terdapat pada
kutipan Je regarde discrètement Haj Hamid, qui me fait signe de la tête qu’il
faut en finir avec ce dossier.(Diam-diam aku melihat Haji Hamid dan dia
menganggukkan kepalanya yang berarti bahwa aku harus segera
menyelesaikan berkas ini.). Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa Haji
Hamid memegang kendali dalam proses penyelesaian dokumen-dokumen Pak
Sabbane. Dia memberikan tanda dan tanda tersebut sebagai perintah bahwa
Mourad harus segera menandatangani dokumen-dokumen tersebut tanpa
persetujuan dari Mourad.
Pak Sabbane mendatangi Mourad dengan membawa berkas milik
perusahaan Amerika yang akan bekerja sama dengan beberapa orang Maroko. Pak
Sabbane mengatakan bahwa dia adalah perantara yang ingin menolong teman-
temannya dan dia juga mengatakan bahwa Mourad harus segera menyelesaikan
berkas ini.Perhatikan kutipan di bawah.
(31)
LHR/104-105
M Sabbane m‟apprend que ce dossier n‟est pas le sien. C‟est celui d‟une
société américaine associée avec un groupe marocain qui veut investir dans
le bâtiment. Lui ne fait que l‟intermédiaire.
« Je rends service à des amis. C‟est important l‟amitié. La mémoire aussi
c‟est important ».
Il m’explique ensuite le projet, insiste sur l’urgence de l’affaire et me dit
qu‟il reviendra dans deux jours. …
Pak Sabbane mengatakan padaku bahwa berkas ini bukanlah miliknya. Ini
adalah milik perusahaan Amerika yang bekerja sama dengan sekelompok
106
orang Maroko yang ingin berinvestasi dalam pembangunan gedung. Dia
hanyalah perantara.
“Saya menolong teman-teman. Persahabatan sangatlah penting. Ingatan juga
penting”.
Kemudian dia menjelaskan proyek ini padaku, menekankan betapa
pentinganya urusan ini, dan dia mengatakan akan kembali dua hari lagi.
Kutipan di atas menjelaskan adanya penekanan yang dilakukan Pak Sabbane
kepada Mourad untuk segera menandatangani berkas tersebut, yang terdapat pada
kutipan Il m’explique ensuite le projet, insiste sur l’urgence de l’affaire…
(Kemudian dia menjelaskan proyek ini padaku, menekankan betapa
pentinganya urusan ini…). Penekanan tersebut merupakan penindasan kaum
penanam modal terahadap kaum subaltern. Dalam hal ini Mourad berposisi
sebagai kaum subaltern, sedangkan Pak Sabbane adalah kaum penanam
modal.Walaupun Mourad sudah masuk ke dalam lingkungan orang yang korupsi,
namun Mourad masih diperlakukan seolah-olah dia adalah budak yang harus
menuruti perintah dari majikannya tanpa membantah perintah tersebut.
Mourad membedakan keinginan antara Najia dan Hlima saat Mourad
mendengarkan suara Najia di telepon.Hlima merasa seperti wanita Maroko pada
umumnya, namun sebenarnya dia jauh dari keadaan tersebut.Lihat kutipan di
bawah.
(32)
LHR/107-108
La voix de Najia était claire. C‟est celle d‟une femme qui sait ce qu‟elle
veut. Hlima aussi sait ce qu‟elle veut. C‟est la méthode utilisée qui diffère. Il
y a chez elle de la hargne, de la revanche, de la rapacité. Elle est poussée
par sa mère. Et on nous dit que les femmes marocaines sont opprimées,
dominées et maltraitées ! Quelques-unes, oui, pas ma belle-mère, ni ses
filles, ni ses nièces, ni ses cousines. …
Suara Najia jelas. Itu suara wanita yang tahu apa yang diinginkannya. Hlima
juga tahu apa yang diinginkannya. Tetapi cara yang digunakanlah yang
107
berbeda. Pada Hlima ada suasana rusuh, pembalasan, dan keserakahan.Dia
didorong oleh ibunya.Dan banyak yang berkata bahwa wanita Maroko
ditindas, dikuasai, dan diperlakukan buruk.Pada umumnya iya, tapi tidak
dengan ibu mertuaku, anak-anaknya, keponakan-keponakannya, dan sepupu-
sepupunya. …
Kutipan di atas menggambarkan tentang kondisi wanita Maroko pada
umumnya, walaupun tidak semua wanita Maroko mengalami penindasan, yang
terdapat pada kutipan Et on nous dit que les femmes marocaines sont opprimées,
dominées et maltraitées (Dan banyak yang berkata bahwa wanita Maroko
ditindas, dikuasai, dan diperlakukan buruk.). Wanita Maroko pada kutipan
tersebut merupakan kaum subaltern, sedangkan pria Maroko merupakan kaum
penguasa.Wanita Maroko harus tunduk pada perintah pria Maroko.Dan hal itu
merupakan kondisi yang biasa terjadi pada wanita-wanita Timur.
Haji Hamid sebagai orang yang mempunyai uang banyak membuatnya
berkuasa dan dapat mengendalikan orang yang tidak berdaya.Perhatikan kutipan
berikut.
(33)
LHR/141
… Mais H.H. a pris l‟habitude de proposer un « arrangement » avant même
qu‟on lui demande quoi que ce soit. Beaucoup de gens sont comme lui. Ils
commencent par chercher à qui il faut s’adresser pour glisser la petite ou
grosse enveloppe, même quand ils sont dans leur droit le plus strict et le
plus banal. …
… Tapi H.H. punya kebiasaan untuk mengusulkan “penyelesaian secara
damai”, bahkan sebelum orang menanyakan apa pun kepadanya. Banyak
orang seperti dia. Mereka memulai dengan mencari siapa yang bisa
diajak bicara untuk melicinkan amplop kecil atau besar, baik ketika
mereka menjalankan tugas yang paling ketat maupun yang paling
biasa. …
Kutipan ke- 33 menjelaskan bahwa orang yang mempunyai uang lebih
berkuasa dan mereka bisa mengendalikan orang-orang yang mereka inginkan, hal
108
tersebut terdapat pada kutipan Ils commencent par chercher à qui il faut
s’adresser pour glisser la petite ou grosse enveloppe, même quand ils sont dans
leur droit le plus strict et le plus banal. (Mereka memulai dengan mencari
siapa yang bisa diajak bicara untuk melicinkan amplop kecil atau besar, baik
ketika mereka menjalankan tugas yang paling ketat maupun yang paling
biasa.). Uang dapat membeli kekuasaan, orang, hukum, bahkan dapat
mengendalikan semua itu. Dengan kata lain, orang yang mempunyai kekuasaan
cenderung melakukan penekanan terhadap kaum subaltern.
Di kantor, Haji Hamid yang sebetulnya adalah asistennya Mourad, namun
dia lebih berperan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan
dengan sistem birokrasi. Perhatikan kutipan di bawah.
(34)
LHR/145
… Il connaît mieux que moi les rouages de l‟administration. Je suis son
chef mais c’est lui qui dirige. C‟est ce que me dit ma femme. …
La commission revient avec nous au bureau. Les trois hommes ramassent
leurs affaires et nous serrent la main. H.H. les raccompagne. Il sort de son
tiroir trois bouteilles de Chivas et les met chacune dans un sac en
plastique. Il revient, tout souriant. Nous sommes tous les deux soulagés.
… Dia tahu lebih baik daripada aku tentang sistem administrasi. Akuadalah
kepalanya tapi dia dialah yang memimpin.Itu yang dikatakan oleh istriku.
…
Anggota penyeldik kembali ke kantor bersama kami. Ketiga orang itu
mengambil barang-barang mereka dan kami bersalaman.Ha.H. mengantar
mereka.Dia mengeluarkan tiga botol Chivas dari lacinya dan
memasukkannya ke dalam kantong plastik.Dia kembali dengan senyum
lebar.Kami berdua merasa lega.
Pada kutipan ke- 34 adanya pendominasian yang dilakukan oleh Haji Hamid
yang lebih berperan dibandingkan Mourad, yang sebenarnya adalah atasan Haji
Hamid.Hal itu terdapat pada kutipan Je suis son chef mais c’est lui qui
109
dirige.(Aku adalah kepalanya tapi dia dialah yang memimpin.), sebagai
seorang asisten, Haji Hamid lebih berkuasa dan lebih tahu bagaimana
menyelesaikan masalah dalam birokrasi. Dia juga yang menyelesaikan masalah
dengan cara damai ketika ada penyelidikan dari kantor Komisi. Dia memberikan
tiga botol Chivas kepada para penyidik tersebut, dengan kata lain dia melakukan
penyuapan agar tidak ada masalah dalam penyidikan, yang terdapat pada kutipan
Il sort de son tiroir trois bouteilles de Chivas et les met chacune dans un sac en
plastique. Il revient, tout souriant. (Dia mengeluarkan tiga botol Chivas dari
lacinya dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Dia kembali dengan
senyum lebar.).Chivas adalah salah satu merek wiski yang berasal dari
Skotlandia.Menurut peraturan negara bahwa penyidik dalam melakukan tugasnya
dilarang menerima barang dalam bentuk apa pun, karena itu merupakan
penyuapan.
Mourad ingat bahwa mertuanya pernah membantunya untuk mengadakan
perayaan bagi anak-anaknya tanpa sepengetahuan Hlima.Mertuanya menyudutkan
Mourad dengan mengingatkannya bahwa dia tidak bisa mengadakan perayaan
tersebut dengan penghasilannya yang kecil.Perhatikan kutipan di bawah.
(35)
LHR/158
Mon fils avait trios ans. Elle avait décidé de faire la surprise à sa fille en
organisant secrètement la cérémonie du baptême de Karima et de la
circoncision de Wasit. Hlima ne devait surtout pas être mise au courant.
Cela se fait souvent dans les familles bourgeoises. Ma belle-mère ne
manqua pas l‟occasion de le faire savoir et surtout d‟insister sur l‟état plus
que modeste de mon revenu. La générosité des gens riches est souvent
suspecte.
Saat umur anakku tiga tahun. Ibu mertuaku memutuskan membuat kejutan
untuk anaknya dengan mengadakan selamatan Karima dan sunatan Wasit
110
secara rahasia. Hlima tidak boleh dikasih tahu. Itu sering dilakukan oleh
keluarga borjuis. Ibu mertuaku tidak lupa mengambil kesempatan untuk
mengingatkanku dan menyudutkanku bahwa penghasilanku jauh dari
memadai. Kemurahan hati orang-orang kaya seringkali mencurigakan.
Pada kutipan ke- 35 adanya ketidakberdayaan Mourad. Kutipan La
générosité des gens riches est souvent suspecte. (Kemurahan hati orang-orang
kaya seringkali mencurigakan.)menggambarkan bahwa ada maksud tertentu
dibalik kemurahan hati orang-orang kaya. Orang-orang kaya sebagai kelas
penguasa selalu mengeksploitasi kaum tertindas.Dengan kata lain, kaum borjuis
sering melakukan penindasan terhadap kaum subaltern.
Mourad untuk kedua kalinya pergi ke bank yang sama untuk menukarkan
uang dolarnya. Di bank tersebut Mourad berhadapan dengan direktur bank yang
mengatakan bahwa uang dolar itu adalah uang curian. Pak Direktur tidak akan
melaporkan Mourad ke polisi kalau dia membagi uang dolarnya kepada direktur
itu. Perhatikan kutipan di bawah.
(36)
LHR/164
« Si vous voulez, on pourra trouver un arrangement. Pour le moment, il
n‟y a que vous et nous qui sommes au courant. Il ne tient qu‟à vous que cette
affaire délicate reste entre nous, dans une intimité, une confidentialité partagée.
Dans la vie, il faut parfois savoir perdre. »
“Kalau anda mau, kita bisa tahu sama tahu.Saat ini hanya anda dan kami
yang tahu.Tergantung anda bahwa urusan yang peka ini tetap ada di antara kita
dalam keadaan saling mempercayai.Dalam kehidupan, kadang-kadang kita
harus bisa menerima kekalahan.”
Pada kutipan di atas adanya intimidasi yang dilakukan oleh direktur bank
tempat Mourad menukarkan dolar Amerikanya, yang terlihat di kutipan Si vous
voulez, on pourra trouver un arrangement. …Dans la vie, il faut parfois savoir
perdre. (Kalau anda mau, kita bisa tahu sama tahu. …Dalam kehidupan,
111
kadang-kadang kita harus bisa menerima kekalahan.). Kutipan tersebut juga
menjelaskan bahwa Mourad harus mau membagi dolar tersebut kepada pihak
bank agar dia tidak dilaporkan ke polisi.
Mourad harus mengalami kekalahannya lagi jika dia menyerahkan sebagian
dolarnya kepada mereka.Perhatikan kutipan di bawah.
(37)
LHR/164
… Pour une fois que je gagne quelques sous, on veut me les prendre ! Ce
n‟est pas juste. La justice non plus n’aime pas les pauvres, la puissance ne
se niche pas chez les gens honnêtes et le printemps se moque pas mal des
hirondelles. …
… Untuk pertama kalinya aku mendapatkan beberapa jumlah uang, tapi
mereka ingin mengambilnya dariku. Itu tidak adil. Keadilan tidak lagi
menyenangi orang miskin, kekuasaan tidak berada di tangan orang-
orang jujur, dan musim semi sering mengejek burung layang-layang. …
Kutipan di atas menjelaskan bahwa kekuasaan hanyalah milik orang-orang
yang mempunyai uang, sehingga mereka bisa membeli keadilan dan keadilan
akan berpihak pada mereka. Sedangkan untuk orang-orang miskin tidak
mempunyai kekuasaan bahkan tidak mendapatkan keadilan. Keadilan menjauhi
orang-orang miskin, karena mereka tidak mempunyai uang untuk
membelinya.Mereka tertindas dan mereka tidak bisa membela diri mereka sendiri.
Hal tersebut ditunjukkan pada kutipan La justice non plus n’aime pas les
pauvres, la puissance ne se niche pas chez les gens honnêtes et le printemps se
moque pas mal des hirondelles.(Keadilan tidak lagi menyenangi orang miskin,
kekuasaan tidak berada di tangan orang-orang jujur, dan musim semi sering
mengejek burung layang-layang.). Orang miskin sebagai kaum subaltern sering
112
mengalami penindasan yang dilakukan oleh kaum penguasa dan kaum subaltern
seringkali tidak memiliki hak untuk menyuarakan suara mereka.
Mourad teringat akan ayahnya yang melaporkan kasus pencurian yang
menimpa rumah mereka di kantor polisi. Namun karena penampilannya,
pengaduannya tidak dicatat oleh pihak kepolisian.Perhatikan kutipan di bawah.
(38)
LHR/189
… Il se leva et crut bon de signaler aux policiers qu‟il y avait erreur, qu‟il
n‟était pas le voleur mais le volé, et il partit. La plainte ne fut pas
enregistrée.En rentrant, il nous dit : « Dans ce pays, les voleurs sont
protégés, les corrompus encouragés et les honnêtes gens menacés ! »
… Dia berdiri dan mengatakan kepada polisi bahwa ada kesalahan, bahwa
dia bukanlah pencuri, tapi korban pencurian dan dia pergi. Pengaduannya
tidak dicatat oleh polisi. Ketika pulang, dia berkata kepada kami “Di
negeri ini, pencuri dilindungi, koruptor didukung, dan orang-orang
yang jujur diancam!”
Pada kutipan di atas terdapat pendiskriminasian keadilan terhadap orang-
orang jujur yang mencari keadilan. Mereka mengalami penindasan oleh orang-
orang yang berkuasa, bahkan mereka tidak bisa memberikan pernyataan bahwa
mereka adalah korban kejahatan yang memerlukan perlindungan. Keadilan tidak
berpihak pada orang-orang yang jujur. Uang adalah penguasa atas segala-galanya.
Hal tersebut ada dalam kutipan La plainte ne fut pas enregistrée.En rentrant, il
nous dit : « Dans ce pays, les voleurs sont protégés, les corrompus encouragés et
les honnêtes gens menacés ! » (Pengaduannya tidak dicatat oleh polisi. Ketika
pulang, dia berkata kepada kami “Di negeri ini, pencuri dilindungi, koruptor
didukung, dan orang-orang yang jujur diancam!”). Dengan kata lain, keadilan
bukanlah milik kaum subaltern melainkan milik kaum penguasa atau milik orang-
orang yang memiliki uang untuk membayar keadilan.
113
Mourad ingin sekali melawan orang-orang yang memasukkannya dalam
kasus penyelewengan kekayaan negara tersebut. Namun dia tidak mempunyai
cukup dukungan untuk melawan mereka.Perhatikan kutipan di bawah.
(39)
LHR/196
Le soir, je raconte tout à Najia. A la fin, elle soupire puis me dit :
« Etre innocent ne suffit pas ; avoir raison non plus. Le droit n‟est jamais
appliqué dans toute sa rigueur. Ton histoire n'a d‟intérêt que si elle sert à
impliquer les corrupteurs et les corrompus. Toi, tu as été un élément dans
cette manigance. Tu pourrais rendre l‟argent et faire le procès de la
corruption dans le pays. Mais pour cela il faut avoir les épaules larges et
solides, il faut être plusieurs, il faut… il faut … Mais notre voix n‟est pas
écoutée, elle ne porte pas très loin. Nous ne sommes pas de taille à nous
battre avec ces monstres froids, cyniques, capables de nous broyer sous
d’immenses éclats de rire. »
Malam harinya, aku menceritakan semuanya pada Najia. Akhirnya, dia
menarik napas panjang dan berkata: “Menjadi tidak bersalah itu tidak cukup,
benar pun begitu juga. Hukum tidak pernah diterapkan dengan tegas.
Ceritamu itu tidak berguna, kecuali jika melibatkan para koruptor dan orang-
orang busuk. Kamu telah terlibat dalam persekongkolan ini. Kamu bisa
mengembalikan uang tersebut dan mengkritik habis-habisankorupsi di
negeri ini. Tapi untuk melakukannya, kamu harus punya bahu yang lebar
dan kuat, harus banyak dukungan, harus… harus… Tapi suara kita tidak
didengar.Suara itu tidak sangat jauh.Kita tidak cukup kekuatan untuk
melawan monster-monster dingin, sinis, yang mampu menghancurkan
kita dengan tawa besarnya.”
Pada kutipan di atas terdapat penindasan yang disebabkan oleh dominasi
struktural.Penindasan tersebut dialami oleh Mourad yang ingin melawan orang-
orang yang membawanya pada kasus penyelewengan.Namun Mourad dan orang-
orang seperti dirinya tidak mempunyai dukungan yang cukup kuat untuk melawan
mereka.Suara orang-orang seperti Mourad cenderung diabaikan dan mereka tidak
memiliki jalan untuk menuntut keadilan, karena Mourad dan orang-orang seperti
dirinya adalah kaum sublatern yang tidak memiliki suara untuk mendapatkan
keadilan.Hal itu dijelaskan dalam kutipan Nous ne sommes pas de taille à nous
114
battre avec ces monstres froids, cyniques, capables de nous broyer sous
d’immenses éclats de rire.(Kita tidak cukup kekuatan untuk melawan
monster-monster dingin, sinis, yang mampu menghancurkan kita dengan
tawa besarnya.).
Mourad menyadari dari kejadian yang menimpanya.Cerita penyelewengan
kekayaan negara dan intimidasi orang-orang bank kepadanya.Perhatikan kutipan
di bawah.
(40)
LHR/209-210
Je n‟ai pas le droit de retourner au bureau ni de quitter le territoire. De
toute façon, pour sortir du pays, il faut l‟autorisation du directeur. On me
fait peur. On me teste. C‟est un coup monté par H.H. Je suis naïf. Je
comprends à présent l‟intimidation et le chantage exercés sur moi par les
agents de la banque. Ce sont ses amis, ses complices. Je comprends
l‟histoire de la machine à écrire. Je n‟aurais jamais dû emprunter cette
vieille chose qui ne servait plus à rien. H.H. m’envoie ainsi des signaux :
intégrer les rangs, ne plus être un gêneur, m’enrichir tout en lui
permettant d’en faire autant et plus, ou bien, si je m’entête à rester
intègre, il me le fera payer. Il en a les moyens.
Aku tidak berhak kembali ke kantor, tidak juga pergi ke luar negeri.
Pokoknya, untuk pergi ke luar negeri, harus ada izin dari Pak Direktur. Aku
takut. Aku diuji. Itu adalah suatu konspirasi dari H.H. Aku naif. Aku
sekarang mengerti intimidasi dan pemerasan yang dilakukan oleh orang-
orang bank. Mereka adalah teman-temannya, para kaki tangannya. Aku
mengerti cerita mesin tik. Seharusnya aku tidak meminjam barang tua yang
tidak lagi berguna itu. H.H. mengirimkan tanda-tanda kepadaku:
seharusnya aku patuh, jangan lagi menjadi pengganggu, jadilah kaya
sambil mengizinkan orang lain melakukan hal yang sama, bahkan lebih
lagi. Jika aku tetap keras kepala menjaga integritasku, aku harus
membayarnya. Dia punya cara untuk itu.
Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa Mourad mengerti kenapa orang-
orang bank mengintimidasinya dan mengapa munculnya cerita mesin tik. Itu
merupakan akal-akalan yang dilakukan oleh Pak Direktur dan Haji Hamid. Selain
115
intimidasi yang dilakukan oleh pihak bank, Mourad juga mengalami penindasan
oleh Haji Hamid. Penindasan yang dilakukan Haji Hamid berupa tanda-tanda agar
Mourad patuh kepadanya dan tidak menghalangi kepentingannya dan kepentingan
orang-orang disekitarnya, yaitu mengambil keuntungan dari negara. Hal itu
dijelaskan dalam kutipan H.H. m’envoie ainsi des signaux : intégrer les rangs,
ne plus être un gêneur, m’enrichir tout en lui permettant d’en faire autant et
plus, ou bien, si je m’entête à rester intègre, il me le fera payer.(H.H.
mengirimkan tanda-tanda kepadaku: seharusnya aku patuh, jangan lagi
menjadi pengganggu, jadilah kaya sambil mengizinkan orang lain
melakukan hal yang sama, bahkan lebih lagi. Jika aku tetap keras kepala
menjaga integritasku, aku harus membayarnya.). Dengan kata lain, Mourad
sebagai kaum subaltern mengalami penindasan yang dilakukan oleh Haji Hamid
karena adanya dominasi sosiokultural.
4.3 Mimikri
Mimikri merupakan istilah untuk menjelaskan ciri-ciri peniruan, kamuflase
sikap, perilaku, dan pikiran orang pribumi terhadap kolonial.Seperti yang sudah
dijelaskan pada Bab 2 bahwa menurut pemahaman Bhabha, mimikri adalah
peniruan bahasa, budaya, perilaku, dan ide yang berlebihan.Berpura-pura adalah
suatu hal yang harus dilakukan Mourad untuk dapat bersosialisasi di lingkungan
masyarakat.Lihat kutipan di bawah.
(41)
LHR/53
« … Il ne s‟agit pas d‟étaler sa fortune, mais il y a des signes qui ne
trompent pas. Et puis, il faudra sortir, aller au restaurant de temps en
116
temps, qu‟on te voie dîner avec des gens importants, qu‟on sache que tu es
un homme qui ne compte pas ses dépenses. C‟est important de laisser un
gros pourboire au garçon, ça fait riche et généreux à la fois. Il faut aussi
aller à la mosquée, par exemple le vendredi. Tu feras un effort, tu mettras
entre parenthèses ta laïcité et ton athéisme, et tu joueras le jeu. C’est ça la
société. … »
“… Tidak perlu memamerkan kekayaanmu, tetapi ada tanda-tanda yang
jelas. Kemudian, perlu juga keluar, sekali-kali pergi ke restoran agar orang
melihatmu makan malam dengan orang-orang penting, agar orang tahu
bahwa kamu bukanlah pria yang suka menghitung pengeluaran. Penting juga
untuk meninggalkan tip yang besar kepada pelayan. Itu menjadikanmu kaya
sekaligus murah hati. Perlu juga pergi ke masjid, misalnya pada hari Jumat.
Kamu harus berusaha, kamu simpan dulu sekularisme dan ateismemu.
Kamu perlu berpura-pura. Itu namanya bersosialisasi. …”
Pada kutipan di atas adanya mimikri pada diri Mourad. Suara hatinya
menyuruh dia untuk menjadi seperti para koruptor dan mengubah cara hidup dia
layaknya orang kaya. Selain itu, Mourad yang pernah bersekolah di Perancis
mempunyai pemikiran yang kebarat-baratan, yaitu sekuler dan ateis. Untuk keluar
dari kelompok yang terpinggirkan, Mourad harus berpura-pura menjadi orang lain
dan berinteraksi dengan mereka sekalipun dia membencinya. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan …tu joueras le jeu. C’est ça la société. (…Kamu perlu berpura-
pura. Itu namanya bersosialisasi.)yang menggambarkan mimikri.
Mourad sadar bahwa dia tidak bisa kembali menjadi orang yang bersih.
Mourad menghilangkan rasa bersalahnya karena masuk ke dalam lingkungan
orang korup. Suara naluri Mourad mengatakan bahwa Mourad harus terus maju
untuk mengubah hidupnya.Lihat kutipan di bawah.
(42)
LHR/101
« … Je sais, tu as noté ce que tu devras changer. Ce n‟est pas suffisant. Il
faut avoir de nouvelles fréquentations, sortir, te montrer, aller dans les
bars, offrir à boire, organiser des dîners, des parties, bref entrer dans la
peau grasse d’un corrompu. Au début, tu ne seras pas à l‟aise. Mais, après
117
quelques jours, tu t‟y trouveras merveilleusement bien installé. Tu t‟y
habitueras et tu verras le monde avec un œil tout neuf. Dans la vie, on n‟a
rien si on ne risque rien. … »
“… Aku tahu, kamu sudah mencatat apa yang harus kamu benahi. Itu tidak
cukup. Kamu harus punya teman-teman baru, pergi keluar,
menunjukkan dirimu, pergi ke bar-bar, menyuguhkan minuman,
mengatur makan malam, pesta-pesta, singkat kata masuk ke dalam
kulit orang-orang yang korup. Pada awalnya, kamu tidak akan merasa
nyaman. Tapi, setelah beberapa hari, kamu akan merasakan bahwa kamu
dapat menempatkan diri dengan baik dalam situasi ini. Kamu akan terbiasa
dan kamu akan melihat dunia dengan mata yang sama sekali baru. Dalam
hidup, kita tidak akan punya apa-apa kalau tidak mau mengambil resiko apa
pun. …”
Kutipan ke- 42 menggambarkan adanya mimikri pada Mourad bahwa dia
harus mengubah cara hidupnya dengan cara masuk ke dalam lingkungan koruptor
dan berinteraksi dengan mereka. Hal itu dapat dilihat di dalam kutipan Il faut
avoir de nouvelles fréquentations, sortir, te montrer, aller dans les bars, offrir à
boire, organiser des dîners, des parties, bref entrer dans la peau grasse d’un
corrompu.(Kamu harus punya teman-teman baru, pergi keluar,
menunjukkan dirimu, pergi ke bar-bar, menyuguhkan minuman, mengatur
makan malam, pesta-pesta, singkat kata masuk ke dalam kulit orang-orang
yang korup.). Dengan kata lain, untuk tetap maju, dia harus mencoba masuk ke
dalam lingungannya yang baru, yaitu lingkungan koruptor dikarenakan dia tidak
bisa kembali menjadi dirinya yang jujur seperti sebelumnya. Dia harus
menempatkan dirinya dengan baik pada lingkungan yang baru.
Mourad dan Haji Hamid kedatangan tiga orang pria dari kantor Komisi
untuk melakukan penyidikan terhadap inventaris kantor. Haji Hamid mengajak
mereka untuk makan siang di rumahnya dan menonton pertandingan sepak
bola.Perhatikan kutipan di bawah.
118
(43)
LHR/144
La villa de H.H. lui ressemble : mauvais goût à l‟intérieur, signes extérieurs
du nouveau riche. La télévision transmet un match de football. Nous
mangeons sous les huées des spectateurs. Le chef et ses deux collaborateurs
aiment le foot. H.H. fait semblant d’être passionné. Il n‟y a que moi pour
émettre une réserve contre ce sport. …
Villa H.H. seperti orangnya: di dalam rumah itu seleranya tidak bagus, di
luarnya memperlihatkan tanda-tanda orang kaya baru. Televisi menampilkan
pertandingan sepak bola.Kami makan diiringi teriakan-teriakan
penonton.Pak bos dan kedua rekan kerjanya menyukai sepak bola.H.H.
pura-pura bersemangat.Hanya aku saja yang menahan diri terhadap
olahraga ini. …
Pada kutipan ke- 43 adanya kepura-puraan pada Haji Hamid, yaitu dia pura-
pura bersemangat pada pertandingan sepak bola untuk menghormati tamunya.Hal
itu terdapat pada kutipan H.H. fait semblant d’être passionné.(H.H. pura-pura
bersemangat.). Hal yang sebenarnya Haji Hamid melakukan tindakan tersebut
adalah dia terpaksa karena untuk menyenangkan dan merupakan suatu bentuk
penyuapan. Dia melakukan hal itu dikarenakan agar proses penyidikan berjalan
lancer dan tidak ada masalah, kalaupun ada masalah maka dapat diselesaikan
secara damai tanpa melalui proses hukum.
Ibu mertua Mourad memohon kepada Mourad untuk berbaikan dengan
istrinya dan untuk pertama kalinya dia mencela kelakuan anaknya. Mourad
merasa ada sesuatu yang aneh pada ibu mertunya.Perhatikan kutipan berikut.
(44)
LHR/158-159
La visite d„hier avait un autre objectif : me réconcilier avec Hlima.
Curieusement, elle a adopté un profil bas et a critiqué sa fille. Elle m‟a dit
qu‟elle me comprenait et qu‟elle pensait à Wassit et Karima. Que, pour elle,
l‟argent n‟est qu‟une mauvaise poussière de la vie et qu‟il existe autre chose
que le confort matériel. « Seule la santé est importante. Sans la santé pas
d‟argent. La santé du corps et de l‟esprit. Voilà ce qu‟il faut réclamer à
119
Dieu. Le reste viendra après. Sans la santé pas de bonheur, pas de joie, pas
d‟avenir… », dit-elle.
Kedatangannya kemarin mempunyai motif lain: agar aku berbaikan dengan
Hlima. Anehnya, dia merendahkan diri dan dia mencela kelakuan
anaknya.Dia mengatakan bahwa dia memahamiku dan dia memikirkan
Wassit dan Karima. Bahwa baginya uang hanyalah debu kotor dalam
kehidupan dan bahwa ada hal lain dari kesenangan materi. “Hanya
kesehatanlah yang penting. Tanpa kesehatan tidak akan ada uang. Kesehatan
jasmani dan rohani.Itulah yang harus dimohonkan kepada Tuhan. Hal
lainnya akan menyusul. Tanpa kesehatan, tidak ada kebahagiaan, tidak ada
kesenangan, tidak ada masa depan…” katanya.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa ibu mertua Mourad melakukan kepura-
puraan dengan merendahkan diri dan mencela kelakuan anaknya.Hal tersebut
terdapat dalam Curieusement, elle a adopté un profil bas et a critiqué sa fille.
(Anehnya, dia merendahkan diri dan dia mencela kelakuan anaknya.).
Mourad tahu bahwa ibu mertuanya tidak suka melakukan perbuatan tersebut,
karena ibu mertuanya selalu memusuhi dan memperlakukan dirinya dengan tdak
baik. Bahkan yang aneh lagi, ibu mertuanya mengutuk uang adalah kotor. Kepura-
puraan yang dilakukan ibu mertuanya mempunyai tujuan agar Mourad berbaikan
dengan istrinya dan tidak menceraikannya. Perceraian di Timur merupakan hal
yang tabu.
4.4 Hibriditas
Hibriditas adalah upaya meminjam, memilih, menyerap, menggunakan,
mengadaptasi budaya yang berlangsung dalam proses dinamis secara terus-
menerus. Mourad pun mengalami hal itu. Diateringat pernah mendapatkan surat
lamaran yang ditulis dalam bahasa Perancis ketika kantornya mengadakan
perekrutan pegawai. Lihat kutipan di bawah.
120
(45)
LHR/67
Je me souviens de l‟époque où l‟office dépendant du ministère de
l‟Equipement recrutait du personnel. J’avais reçu un jour une lettre de
demande d’emploi assez originale. Ecrite en français avec probablement
une plume d’oie, elle sollicitait du travail comme si nous vivions dans un
autre siècle : ….
Aku ingat ketika kantor ini yang termasuk bagian dari Kementrian Pekerjaan
Umum merekrut pegawai. Pada suatu hari aku menerima surat lamaran
yang cukup orisinil. Ditulis dalam bahasa Perancis mungkin dengan
bulu angsa.Surat itu membuatku merasa seakan-akan kita hidup di abad
lain: …
Pada kutipan ke- 45 terdapat hibriditas yang dilakukan seorang pelamar
pekerjaan, yang dapat dilihat pada kutipan J’avais reçu un jour une lettre de
demande d’emploi assez originale. Ecrite en français avec probablement une
plume d’oie… (Pada suatu hari aku menerima surat lamaran yang cukup
orisinil. Ditulis dalam bahasa Perancis mungkin dengan bulu angsa.).
Hibriditas bahasa pada penulisan surat lamaran pekerjaan di kantor Kementrian
Pekerjaan Umum. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 1 bahwa Perancis
pernah menjajah Maroko dan menyebarkan bahasa tersebut melalui pengajaran di
sekolah-sekolah. Bahasa Perancis menjadi bahasa kedua di Maroko setelah bahasa
Arab. Tujuan dari penulisan bahasa Perancis pada surta lamaran tersebut adalah
untuk menarik perhatian Mourad dan Mourad menerima si pelamar tersebut
bekerja di kantor Kementrian Pekerjaan Umum.
Mourad memutuskan untuk bergabung dengan ligkungannya yang baru,
yaitu lingkungan koruptor.Dia berencana mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh
mereka. Perhatikan kutipan berikut.
(46)
121
LHR/102
… Ensuit, en arrivant, j‟irai prendre un café avec le directeur. Je sais que
c‟est comme ça que fait Haj Hamid. Entre eux, c‟est un signe. On parlera de
la pluie et du beau temps. En partant, je lui demanderai s‟il y a d‟autres
dossiers. C‟est mon patron mais sans ma signature il ne peut rien. Donc, à
partir de demain matin à huit heures, j’entre dans la peau d’un
fonctionnaire corrompu. Je n‟ai pas honte des mots.
… Kemudian, segera setelah tiba di kantor, aku akan minum kopi dengan
Pak Direktur. Aku tahu bahwa Haji Hamid berbuat seperti itu. Di antara
mereka, itu merupakan sinyal. Kami akan berbicara tentang hujan dan cuaca
yang bagus. Ketika pamit, aku akan bertanya padanya apakah ada berkas
lain. Dia adalah atasanku, tetapi tanpa tanda tanganku, dia tidak bisa berbuat
apa-apa. Jadi mulai besok pukul delapan pagi, aku masuk ke dalam kulit
pegawai negeri yang korup. Aku tidak malu dengan kata-kata itu.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa hibriditas pada Mourad adalah
memutuskan masuk ke dalam lingkungan pegawai negeri yang korup. Dia telah
mengaburkan identitas awal sebagai orang jujur dengan tujuan dia ingin
mengubah nasibnya terutama keadaan ekonominya menjadi lebih baik. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan … j’entre dans la peau d’un fonctionnaire corrompu.
(aku masuk ke dalam kulit pegawai negeri yang korup.). Dia akan mengikuti
cara yang biasa dilakukan oleh Haji Hamid kepada direktur mereka, yang
sebenarnya adalah sinyal untuk melakukan sesuatu.
Dalam perjalanan pulang dari rumah Najia, seorang perempuan dengan tidak
sengaja menabrak Mourad. Perempuan tersebut mengajak Mourad ke
apartemennya yang kumuh. Dari balik pintu apartemen-apartemen tersebut,
Mourad mendengar suara teriakan aktor Mesir dalam sinetron. Selain itu, banyak
orang Maroko yang mengikuti gaya dari artis-artis Mesir. Perhatikan kutipan di
bawah.
(47)
LHR/112-113
122
…
Je monte sans faire de commentaire. Ça sent mauvais. On entend derrière
les portes les cris des acteurs égyptiens qui jouent dans un feuilleton. Le
cinéma égyptien de notre enfance était merveilleux. Les séries qui passent à
présent à la télé sont horribles. C‟est cela la décadence. Les comédiens
hurlent au lieu de jouer. Ils participent à l‟hystérie collective. D’ailleurs, de
plus en plus de Marocains agissent et parlent comme leurs idoles
égyptiennes. C‟est de l‟ordre de l‟épidémie et de la contamination. …
…
Aku naik tanpa berkomentar. Bau sekali. Di balik pintu kami mendengar
teriakan para aktor Mesir yang bermain dalam sinetron. Film Mesir pada
masa kecilku sangat bagus. Sinetron yang ditayangkan di televisi pada saat
ini mengerikan. Itu merupakan kemunduran. Para aktor bukannya bermain,
tetapi berteriak. Mereka ikut serta pada kehisterisan bersama. Lagi pula,
semakin banyak orang Maroko yang betindak dan berbicara seperti
idola mereka dari Mesir. Itu semacam wabah dan penyakit menular. …
Kutipan ke- 47 menggambarkan hibriditas yang terjadi pada orang Maroko,
yang terdapat pada kalimat D’ailleurs, de plus en plus de Marocains agissent et
parlent comme leurs idoles égyptiennes. (Lagi pula, semakin banyak orang
Maroko yang betindak dan berbicara seperti idola mereka dari Mesir.). Hal
tersebut merupakan pengaruh dari persilangan budaya yang dilihat oleh orang-
orang Maroko terhadap Mesir. Terutama bagi orang Maroko yang mengidolakan
para aktor Mesir. Sehingga secara tidak langsung Mesir menanamkan penaruh
budayanya terhadap masyarakat Maroko. Selain itu, Maroko merupakan anggota
dari Organisasi Liga Arab yang bermarkas di Cairo, Mesir.
Mourad memutuskan untuk menukarkan uang dolarnya dengan dirham.Dia
pergi ke bank yang belum pernah didatanginya dan bank tersebut memiliki bentuk
arsitektur Perancis.Perhatikan kutipan di bawah.
(48)
LHR/117
Je choisis une banque où je ne suis jamais entré. A ma banque, le caissier,
qui me connaît, se serait douté de quelque chose. Le hall est grand et froid.
123
C’est une architecture de l’époque des Français. C‟est du solide. Normal.
Une banque doit être solide. J‟ai peur de ma timidité. Elle pourrait me
trahir ou me faire faire un faux pas. L‟homme derrière le guichet a un
visage gras, barré par une moustache. Tous ses gestes sont quasi
automatiques. Il compte les billets avec une rapidité extraordinaire. Sans
même me regarder, il me glisse sous la vitre un formulaire à remplir. Je me
mets de côté et le lis attentivement. C’est écrit en français. …
Aku memilih bank yang belum pernah aku datangi.Di bank yang biasa aku
datangi, kasir yang mengenalku akan mencurigai sesuat. Lobi di bank
tersebut besar dan dingin. Arsitekturnya merupakan peninggalan masa
Perancis.Bangunannya kokoh. Normal. Bangunan sebuah bank memang
harus kokoh. Aku takut akan sifat pemaluku. Sifat itu bisa mengkhianatiku
atau membiarkanku membuat suatu kesalahan.Pria di belakang loket,
mempunyai wajah yang gemuk dan berkumis.Semua gerakannya setengah
otomatis.Dia menghitung uang dengan kecepatan yang luar biasa.Bahkan
tanpa melihatku, dia menyerahkan sebuah formulir dari bawah kaca
kepadaku untuk diisi.Aku menerimanya dan membacanya dengan
cermat.Formulir itu ditulis dalam bahasa Perancis. …
Pada kutipan ke- 48 digambarkan adanya pengaruh budaya Perancis, yaitu
bentuk arsitektur bank dan bahasa pada formulir tersebut.Hal itu terdapat pada
kutipan C’est une architecture de l’époque des Français. … C’est écrit en
français.(Arsitekturnya merupakan peninggalan masa Perancis. … Formulir
itu ditulis dalam bahasa Perancis.). Seperti yang sudah saya jelaskan di Bab 1
bahwa Perancis pernah menjajah Maroko selama 44 tahun. Oleh karena itu
Perancis meninggalkan jejak-jejak kolonialnya di Maroko, seperti bangunan dan
bahasa yang terdapat pada kutipan di atas. Itulah hibriditas yang terjadi di
Maroko, selain terjadi pada masyarakatnya juga terjadi pada bentuk bangunan dan
bahasa yang digunakan dalam sistem administratif.
Najia meminta maaf kepada Mourad karena telah berbuat kasar kepadanya
ketika dia tahu bahwa Mourad telah kehilangan integritasnya. Dia berbicara
kepada Mourad dalam bahasa Perancis.Perhatikan kutipan di bawah.
124
(49)
LHR/121
… Najia n‟aimerait peut-être pas que je reste diner. Je bredouille une
formule de politesse et ferme les yeux. Quand j les ouvres, Najia est devant
moi. Poli et même accueillante. Elle me parle en français : …
… Najia mungkin tidak akan senang aku makan malam di sini.
Kugumamkan kata-kata sopan dan kututup mataku.Ketika aku
membukanya, Najia berada di hadapanku.Sopan dan bahkan ramah.Dia
berbicara kepadaku dalam bahasa Perancis: …
Pada kutipan ke- 49 terdapat hibriditas bahasa, yang dapat dilihat pada
kutipan Elle me parle en français (Dia berbicara kepadaku dalam bahasa
Perancis).Seperti yang sudah dijeaskan sebelumnya bahwa Perancis pernah
menjajah Maroko selama 44 tahun, Perancis meninggalkan pengaruh bahasanya di
Maroko, sehingga bahassa Perancis digunakan sebagai bahasa kedua di
Maroko.Kutipan tersebut juga menjelaskan bahwa Najia mengalami hibriditas
berupa bahasa yang digunakannya.Dia menggunakannya untuk membuat Mourad
terkesan padanya dan memaafkannya.
Haji Hamid mengatakan kepada Mourad bahwa bercak putih yang muncul
pada dirinya adalah hal yang biasa dialami oleh orang.Dia menyarankan kepada
Mourad untuk menghindari memakan lobster dan meminum minuman
beralkohol.Perhatikan kutipan berikut.
(50)
LHR/138
… Je suis content de me passer de langouste pour la bonne raison que je
n‟en ai jamais mangée. Comment voulez-vous que ça me manque ? Même la
boisson. Un petit verre de vin français de temps en temps ou u petit whisky
avec des glaçons. J‟avais peur qu‟il m‟interdise de fumer. C‟est mon seul
luxe : remplir de nicotine et de goudron mes poumons. …
… Aku senang karena menghindari lobster dengan alasan aku tidak pernah
memakannya. Bagaimana mungkin aku ingin memakannya?Sama dengan
minuman.Kadang-kadang aku meminum segelas kecil angur Perancis
125
atau sedikit wiski dengan es.Aku takut dia melarangku untuk merokok.Itu
adalah kemewahannku: mengisi paru-paruku dengan nikotin dan tar. …
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Mourad memang tidak pernah memakan
lobster, di samping harganya yang mahal dan dia tidak sanggup untuk
membelinya, kemewahan baginya adalah rokok.Kutipan Un petit verre de vin
français de temps en temps ou u petit whisky avec des glaçons.(Kadang-kadang
aku meminum segelas kecil angur Perancis atau sedikit wiski dengan
es.)menunjukkan adanya bentuk-bentuk pengaruh jaman kolonial.Anggur
Perancis dan wiski merupakan produk minuman beralkohol yang berasal dari
Eropa.Peninggalan-peninggala budaya kolonial di negara terjajah mengakibatkan
adanya adaptasi budaya oleh negara terjajah tersebut.
Lalla Khadijah adalah sekretaris Mourad dan Haji Hamid.Dia adalah wanita
Maroko yang bisa berbahasa Perancis dan dicampur dengan bahasa
Arab.Perhatikan kutipan di bawah.
(51)
LHR/147
Le bureau aussi change. Avant, on avait comme secrétaire Lalla Khadijah,
une femme d‟une cinquantaine d‟années, compétente mais bonne
représentante de la vieille école ; son français était truffé de mots arabes.
Kantor juga berubah. Sebelumnya, kami mempunyai sekretaris Lalla
Khadijah. Seorang wanita berumur lima puluhan. Dia sangat berkompeten
dalam pekerjaannya, tapi dia contoh hasil dari sekolah zaman dulu. Bahasa
Perancisnya dicampur dengan kata-kata Arab.
Pada kutipan ke- 51 terjadi percampuran bahasa Perancis dan Arab yang
terdapat pada kutipan son français était truffé de mots arabes.(Bahasa
Perancisnya dicampur dengan kata-kata Arab.). Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa Maroko selain menggunakan bahasa Arab juga menggunakan
126
bahasa perancis. Lalla Khadijah sebagai hasil dari sekolah zaman dulu, walaupun
dia bisa berbahasa Perancis namun dia memasukkan kata-kata Arab dalam bahasa
Perancisnya. Dengan kata lain, Lalla Khadijah mengalami hibriditas dalam hal
penggunaan bahasa Perancis.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Perancis pernah menjajah
Maroko dan meninggalkan berbagai bentuk kolonialnya di Maroko, sehingga
menyebabkan adanya percampuran budaya.Perhatikan kutipan di bawah.
(52)
LHR/171
… Quand j’étais au lycée, notre professeur d’histoire, un coopérant
français, s’était pendu. Cela nous avait beaucoup choqués. Il avait corrigé
nos copies et nous les avait rendues, avait mis de l‟ordre dans la classe, puis
le lendemain nous l‟avions attendu. J‟avais quatorze ans et j‟avoue avoir
pleuré.
… Ketika aku masih di sekolah menengah atas, guru sejarah kami,
seorang pegawai dari dinas yang bekerjasama dengan Perancis,
gantung diri. Itu sangat mengejutkan kami. Sebelumnya, dia mengoreksi
pekerjaan kami dan mengembalikannya. Esok harinya kami menunggunya.
Ketika itu aku berumur empat belas tahun dan aku akui bahwa aku
menangis.
Pada kutipan di atas terdapat kerja sama dalam bidang pendidikan antara
Maroko dan Perancis, yang ditunjukkan padaQuand j’étais au lycée, notre
professeur d’histoire, un coopérant français, s’était pendu. (Ketika aku masih
di sekolah menengah atas, guru sejarah kami, seorang pegawai dari dinas
yang bekerjasama dengan Perancis, gantung diri.). Pendudukan Perancis di
Maroko meninggalkan berbagai bentuk peninggalan penjajahan. Salah satunya
adalah seperti yang terdapat pada kutipan tersebut, yaitu bidang pendidikan. Dinas
pendidikan yang mengadakan kerja sama dengan Perancis mengirimkan seorang
127
pegawainya untuk mengajarkan sejarah. Perancis menyebarkan bahasanya
didukung melalui pengajaran bahasanya di sekolah-sekolah sebagai bahasa
pengantar.
Mourad bertemu dengan teman sekolahnya yang bernama
Tajeddine.Tajeddine adalah seorang pengusaha di Amerika.Dia kembali ke
Maroko untuk berinvestasi, namun dia mengeluh karena menurutnya orang-orang
Maroko tidak menghargai waktu.Perhatikan kutipan di bawah.
(53)
LHR/179
« Vous comprenez, mon temps est précieux, et ici, on me fait attendre
partout. Les Marocains ont hérité de la France toutes les pesanteurs. C‟est
domage ! … »
“Anda tahu, waktuku sangatlah berharga, dan di sini, di mana-mana orang-
orang membuatku menunggu. Orang-orang Maroko mewarisi semua hal
yang berat-berat dari Perancis. Sayang sekali!...”
Kutipan ke- 53 menjelaskan bahwa orang-orang Maroko hanya mengambil
budaya Perancis yang berat, seperti bangunan, bahasa, sistem pemerintahan,
hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Orang Maroko tidak mengambil budaya
kedisiplinan orang Perancis dan menghargai waktu. Hal tersebut terdapat pada
kutipan Les Marocains ont hérité de la France toutes les pesanteurs.(Orang-
orang Maroko mewarisi semua hal yang berat-berat dari Perancis.).
Masyarakat Maroko mengalami hibriditas karena adanya dampak dari penjajahan
Perancis dan meninggalkan budayanya di negara jajahannya tersebut.
4.5 Marginalitas
128
Pada umumnya marginalitas diartikan sebagai orang-orang yang tergolong
ke dalam kelompok terpinggirkan atau miskin. Cakupan kelompok terpinggirkan
atau marginal adalah orang-orang yang mengalami satu atau lebih dimensi
penyingkiran, diskriminasi, atau eksplotasi di dalam kehidupan sosial, ekonomi,
dan politik kota. Data-data di bawah ini merupakan analisis marginalitas yang
terdapat dalam novel.
Keadaan ekonomi Mourad yang memprihatinkan membuatnya diperlakukan
tidak baik oleh ibu mertuanya.Perhatikan kutipan di bawah ini.
(54)
LHR/20
… Il n’y a que moi qu’elle maltraite, je lui gâche le paysage. Je suis son
erreur, celui qui n‟aurait pas dû entrer dans cette famille. …
… Hanya aku yang tidak diperlakukannya semena-mena, aku merusak
pemandangannya. Aku adalah kesalahannya. Orang yang seharusnya tidak
masuk ke dalam keluarga itu. …
Pada kutipan Il n’y a que moi qu’elle maltraite, je lui gâche le paysage.
(Hanya aku yang tidak diperlakukannya semena-mena, aku merusak
pemandangannya.)terdapat diskriminasi ekonomi yang dialami Mourad.
Keterbatasan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
menjadikannya sebagai orang miskin di keluarga istrinya dan itulah yang
menyebabkannya menjadi korban marginal. Diskriminasi yang dilakukan oleh ibu
mertuanya dikarenakan adanya rasa egoisme dan rasa kecenderungan
mengunggulkan menantu yang satu dan yang lainnya, contohnya antara Mourad
dan Sidi Larbi.
129
Orang-orang jujur yang berada di tengah-tengah masyarakat korup
mengalami pembatasan dalam pergerakannya.Itulah yang dialami oleh Mourad
dan orang-orang seperti dirinya.Perhatikan kutipan di bawah.
(55)
LHR/47
Je ne sais pas pourquoi, mais des gens comme moi sont condamnés à
circuler dans un tunnel. Je suis sans recours. Il suffit que j‟emprunte un
chemin pour qu‟il se creuse et se transforme en tunnel, et souvent au bout il
y a un puits.
Aku tidak tahu kenapa, tapi orang-orang sepertiku terhukum untuk
berjalan di dalam terowongan.Aku tidak memiliki jalan keluar lagi.Bila
aku mengambil suatu jalan, maka jalan itu akan berubah menjadi
terowongan dan sering kali di ujungnya ada sebuah sumur.
Pada kutipan ke- 55 terdapat marginalitas yang dialami oleh orang-orang
jujur.Mereka mengalami penyingkiran dalam kehidupan sosial.Pergerakan mereka
dibatasi, mereka seolah-olah dilarang untuk memperluas ruang geraknya.Jika
mereka ingin keluar dari penyingkiran tersebut, maka mereka harus rela untuk
masuk kedalam kelompok yang tidak sesuai dengan ideologi mereka.Hal itu
tergambarkan pada kutipan Je ne sais pas pourquoi, mais des gens comme moi
sont condamnés à circuler dans un tunnel.(Aku tidak tahu kenapa, tapi orang-
orang sepertiku terhukum untuk berjalan di dalam terowongan.).
Ketika Mourad mengajak anak perempuannya pergi berlibur ke Tangier
dengan menggunakan kereta, Karima melihat seorang perempuan tua dengan
tubuh yang bongkok berjalan di ladang membawa beban yang berat.Sedangkan
seorang laki-laki yang mengikutinya berada di atas kuda.Dan anak-anak yang
seharusnya sekolah, mereka sedang membawa tempayan air.Lihat kutipan di
bawah.
130
(56)
LHR/88
…
« Une vieille femme marche dans les champs, courbée sous le poids de sa
charge. Un homme la suit, à cheval. Il n‟est pas gentil. Il devrait l‟aider. »
« Les arbres roulent vite. »
« Des enfants transportent des bidons d’eau au lieu d’aller à école. »
…
“Seorang perempuan tua berjalan di ladang, tubuhnya yang
membongkok membawa beban berat. Seorang pria mengikutinya di
atas kuda.Dia tidak baik.Seharusya dia menolong perempuan tua itu.”
“Pohon-pohon berlari dengan cepat.”
“Anak-anak memikul tempayan air, bukan pergi ke sekolah.”
Pada kutipan di atas terdapat perbedaan antara budak dan majikan.Selain itu,
karena kemarau yang sedang melanda Maroko mengakibatkan kekeringan dan
anak-anak yang berasal dari keluarga miskin harus pergi mencari air dan memikul
tempayan air untuk dibawa ke rumah mereka masing-masing, bukan
bersekolah.Hal itu terdapat pada kutipan Une vieille femme marche dans les
champs, courbée sous le poids de sa charge. Un homme la suit, à cheval. ... Des
enfants transportent des bidons d’eau au lieu d’aller à école.(Seorang
perempuan tua berjalan di ladang, tubuhnya yang membongkok membawa
beban berat. Seorang pria mengikutinya di atas kuda. … Anak-anak
memikul tempayan air, bukan pergi ke sekolah.).Kutipan tersebut
menggambarkan tentang keadaan ekonomi yang terjadi pada mereka.Keadaan
ekonomi yang buruk membuat mereka harus bekerja keras dan sangat
dimanfaatkan oleh kaum penguasa.
Mourad yang sedang berjalan-jalan di jalan besar karena telah bertengkar
dengan istrinya, melihat banyak pelajar sedang belajar di bawah lampu jalan.Lihat
kutipan di bawah.
131
(57)
LHR/98
… Je marche le long du boulevard Ghandi. De plus en plus de lycéens et
d’étudiants révisent leurs cours sur ce boulevard bien éclairé. …
« … La vie n‟est pas facile. Les gens, dès qu’ils ont de l’argent, se
permettent de vous bousculer et de vous écraser les pieds. … »
… Aku berjalan di sepanjang jalan raya Ghandi. Makin lama semakin
banyak murid sekolah menengah dan mahasiswa yang belajar di jalan
yang cukup diterangi cahaya lampu. …
“… Hidup tidaklah mudah. Baru saja punya uang banyak, orang-orang
sudah merasa bisa bersikap semaunya dan menginjak kita seenaknya. …”
Pada kutipan ke- 57 terdapat diskriminasi pada orang-orang miskin. Mereka
mereka megalami eksploitasi pada ekonomi. Kaum marginal tidak mendapatkan
sarana yang cukup seperti mahalnya biaya listrik yang mengakibatkan banyak
pelajar yang belajar di bawah cahaya lampu jalan. Mereka tidak mendapatkan
subsidi untuk biaya listrik yang mereka gunakan, yang bisa dilihat pada kutipan
De plus en plus de lycéens et d’étudiants révisent leurs cours sur ce boulevard
bien éclairé. (Makin lama semakin banyak murid sekolah menengah dan
mahasiswa yang belajar di jalan yang cukup diterangi cahaya lampu.).
Selain itu, kaum kapitalis yang menguasai negara dengan kekuasaan yang mereka
miliki, mereka mendiskriminasikan kaum marginal. Uang memegang peranan
yang sangat penting untuk menguasai banyak hal, yang terlihat pada kutipan Les
gens, dès qu’ils ont de l’argent, se permettent de vous bousculer et de vous
écraser les pieds. (Baru saja punya uang banyak, orang-orang sudah merasa
bisa bersikap semaunya dan menginjak kita seenaknya.).
132
Mourad sebagai orang miskin selalu diperlakukan tidak baik oleh keluarga
istrinya, terutama ibu mertuanya. Perhatikan kutipan berikut.
(58)
LHR/108
… Mais pourquoi s‟acharne-elle sur moi? La pauvreté est un défaut, c’est
comme quelqu’un qui naît borgne ou bossu. C‟est un défaut de la nature,
va-t-on lui en vouloir ? Même si je deviens riche, elle continuera à
m‟attaquer, parce qu‟à ses yeux je serai un ancien pauvre.
… Tapi kenapa mertuaku menyerangku? Kemiskinan adalah suatu
kesalahan, seperti orang yang lahir buta sebelah atau bungkuk. Itu
kekurangan alamiah, apakah orang akan marah kepadanya? Bahkan jika aku
menjadi kaya, dia akan tetap menyerangku, karena di matanya aku adalah
mantan orang miskin.
Kutipan ke- 58 menjelaskan bahwa Mourad sebagai kaum marginal, dia
selalu dimusuhi dan diperlakukan tidak baik oleh ibu mertuanya karena miskin.
Kemiskinan bagi mertuanya sama seperti orang yang mengalami kecacatan fisik.
Hal tersebut terdapat pada kutipan La pauvreté est un défaut, c’est comme
quelqu’un qui naît borgne ou bossu. (Kemiskinan adalah suatu kesalahan,
seperti orang yang lahir buta sebelah atau bungkuk.). Orang-orang miskin dan
cacat seringkali mendapatkan pendiskriminasian dari berbagai pihak.
Mourad dan ibunya secara tidak sadar pernah melakukan pendiskriminasian
pada orang miskin yang menyewa sebagian rumah mereka. Lihat kutipan di
bawah.
(59)
LHR/152-153
… Lorsque j‟étais enfant, mon père avait loué une partie de la maison à des
gens. Nous cohabitions. Un drap séparait les deux familles. Ma mère n‟était
pas contente. Ces gens étaient plus pauvres que nous et surtout nous
n’avions pas la même éducation. C‟étaient des paysans. Je n‟aimais pas les
odeurs de leur cuisine. Ils avaient trois enfants qui pleuraient trop souvent.
C‟était une période no6ire qui ne m‟a pas préparé à supporter mes
semblables.
133
…Ketika aku kecil, ayahku menyewakan sebagian rumah kami.Kami hidup
bersama-sama.Kedua keluarga dipisahkan oleh kain sebagai pembatas.Ibuku
tidak senang.Orang-orang itu lebih miskin daripada kami dan tidak
mempunyai pendidikan yang sama dengan kami.Mereka adalah
petani.Aku tidak suka bau dapur mereka.Mereka mempunyai tiga anak yang
terlalu sering menangis.Itu adalah masa kelam dalam hidupku yang tidak
mempersiapkan diri untuk menerima sesama.
Kutipan di atas menunjukkan adanya pendiskriminasian yang dilakukan oleh
Mourad dan ibunya kepada keluarga miskin yang menyewa sebagian rumah
mereka.Hal tersebut terdapat pada kutipan Ces gens étaient plus pauvres que
nous et surtout nous n’avions pas la même éducation.(Orang-orang itu lebih
miskin daripada kami dan tidak mempunyai pendidikan yang sama dengan
kami.). Mereka adalah golongan marginal yang mendapat perlakuan berbeda
karena miskin dan pendidikan yang mereka tempuh tidak sebanding dengan
keluarga Mourad.
Orang-orang kaya adalah orang-orang yang berkuasa. Mereka selalu
merendahkan orang-orang yang lemah. Perhatikan kutipan berikut.
(60)
LHR/192
… Oui, quand ils font le bien, comme ils dissent, ils le font savoir.
Humilier, c’est naturel, ça va de soi, ils ne vont tout de même pas s’arrêter
devant le cas d’un homme sans importance, un homme qui pense, agit, se
trompe et tombe comme un animal blessé. Il y a longtemps que tout a été
tracé par eux ou par leurs géniteurs.
… Ya, ketika mereka kaya, seperti yang mereka katakan, mereka akan
menunjukkannya. Menghina, itu biasa, terjadi dengan sendirinya.
Mereka tidak akan berhenti menghina saat berhadapan dengan
seseorang yang tidak penting. Seseorang yang berpikir, bertindak,
keliru, dan jatuh seperti binatang yang terluka.Semua sudah
direncanakan sejak lama oleh mereka atau oleh nenek moyang mereka.
134
Kutipan di atas menggambarkan pendiskriminasian yang dilakukan oleh
orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin.Mereka melakukan hal tersebut
disebabkan oleh status sosial dan ekonomi yang berbeda.Pendiskriminasian
tersebut terjadi sudah lama. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan quand ils font le
bien, comme ils dissent, ils le font savoir. Humilier, c’est naturel, ça va de soi,
ils ne vont tout de même pas s’arrêter devant le cas d’un homme sans
importance, un homme qui pense, agit, se trompe et tombe comme un animal
blessé.(ketika mereka kaya, seperti yang mereka katakan, mereka akan
menunjukkannya. Menghina, itu biasa, terjadi dengan sendirinya. Mereka
tidak akan berhenti menghina saat berhadapan dengan seseorang yang tidak
penting. Seseorang yang berpikir, bertindak, keliru, dan jatuh seperti
binatang yang terluka.). Kaum borjuis atau penguasa selalu melakukan tindakan
yang semena-mena terhadap kaum marginal.
Pendiskriminasian tidak hanya terjadi pada orang-orang miskin, tapi juga
terjadi pada lingkungan tempat tinggal orang-orang miskin.Perhatikan kutipan
berikut.
(61)
LHR/218
Comme toutes les nuits, les chats se disputent autour des ordures jetées dans
les coins de rue. Ça pue. Un homme urine contre le mur. Ce n‟est pas un
clochard. Il ferme sa braguette et reprend son vélo puis disparaît dans le
noir. Cet homme doit avoir pour mission d‟arroser les pierres du quartier. Il
fait la tournée des rues. La ville est ainsi, sale et négligée chez les pauvres,
propre et soignée dans les quartiers résidentiels.
Seperti setiap malam, kucing berkelahi di sekitar tumpukan sampah yang
dilemparkan di sudut-sudut jalan. Bau sekali. Seorang laki-laki buang air
kecil menghadap ke dinding. Dia menutup risleting celananya dan
mengambil sepedanya, kemudian menghilang dalam kegelapan. Pria itu
pasti mempunyai misi untuk menyirami dinding di wilayah ini.Dia
135
berkeliling di jalanjalan.Kota ini memang begitu kotor dan tidak terurus
di tempat orang-orang miskin, bersih dan terurus di daerah temapt
tinggal orang-orang kaya.
Pada kutipan tersebut digambarkan pebedaan tempat tinggal antara orang
miskin dan orang kaya, yang terdapat dalam kutipan La ville est ainsi, sale et
négligée chez les pauvres, propre et soignée dans les quartiers résidentiels.(Kota
ini memang begitu kotor dan tidak terurus di tempat orang-orang miskin,
bersih dan terurus di daerah temapt tinggal orang-orang kaya.). Dengan kata
lain, diskriminasi juga terjadi pada tempat tinggal. Orang-orang kaya
mendapatkan fasilitas yang sangat bagus di daerah tempat tinggalnya, sedangkan
tidak begitu halnya di daerah tempat tinggal orang-orang miskin. Semua itu
kembali lagi pada perbedaan ekonomi yang mengakibatkan diskriminasi antar
kelas sosial.
4.6 Alienasi
Alienasi merupakan gambaran tentang perasaan terasing dari masyarakat,
kelompok, kultur, dan diri sendiri yang pada umumnya dirasakan oleh orang yang
tinggal di masyarakat industrial yang kompleks, terutama di kota besar. Orang
menjadi teralienasi dikarenakan marginalitas. Sistem ekonomi yang tidak sehat
memunculkankaum kapitalis, sehingga banyak orang-orang yang menghilangkan
moralnya untuk memperkaya diri dengan menghalalkan segara cara. Sedangkan
orang-orang yang mementingkan moral dan ideologinya, dia akan menjadi bagian
dari orang yang teralienasi dari masyarakat. Pehatikan kutipan di bawah.
(62)
LHR/36
136
…
Ça jamais ! Si je commence à corrompre, il n‟y aura plus de raison pour
que je m‟obstine à refuser les enveloppes. Si ma femme m‟entendait
réfléchir à voix haute. Elle me dirait : « Tu te crois un saint, un héros, tu es
bien le seul et tu nous entraînes dans ta solitude avec en plus privation et
manque. Tes seigneurs, les vrais hommes, eux pensent à l‟avenir de leurs
enfants et se débrouillent pour le leur assurer. Toi, tu accumules les
scrupules comme si on pouvait manger avec ! En tout cas, notre fils ne sera
pas la victime de ta rigueur. Je ferai tout pour qu‟il obtienne cette bourse. »
…
Aku tidak akan pernah melakukan korupsi! Kalau aku mulai korupsi, tidak
akan ada lagi alasan untukku bersikeras menolak amplop-amplop.
Seandainya istriku mendengar unek-unekku, dia akan berkata “Kamu kira
kamu orang suci, pahlawan. Kamu memang satu-satunya dan kamu
menyeret kami ke dalam keterasinganmu dengan kemiskinan dan
kekurangan. Atasan-atasanmu, merekalah laki-laki sejati, mereka
memikirkan masa depan anak-anaknya dan berusaha untuk menjamin
kesuksesan mereka. Kamu, kerjaanmu hanya menumpuk pertimbangan
moral, seolah-olah kita bisa memakannya! Pokoknya anak kita jangan
menjadi korban kekerasan kepalamu.Aku akan melakukan apa saja agar dia
mendapat beasiswa itu.”
…
Pada kutipan di atas adanya alienasi yang dialami oleh Mourad, terdapat
pada kutipan … tu es bien le seul et tu nous entraînes dans ta solitude avec en
plus privation et manque. (… Kamu memang satu-satunya dan kamu
menyeret kami ke dalam keterasinganmu dengan kemiskinan dan
kekurangan.). Mayoritas masyarakat pada sistem ekonomi yang buruk
memutuskan untuk berbuat kecurang, sedangkan kaum minoritas pada masyarakat
yang memutuskan untuk selalu jujur menempatkan mereka pada golongan yang
teralienasi. Golongan masyarakat yang minoritas ini menjadi penghalang bagi
kaum mayoritas untuk melakukan kecurangan, oleh karena itu mereka
disingkirkan dan diasingkan. Alienasi dan kemiskinan mempunyai hubungan yang
erat.
137
Abbas, teman SMA Mourad yang tadinya orang baik, kini menjadi salah
satu koruptor karena terpengaruh oleh sopirnya. Sedangkan Mourad, sebagai
kaum minoritas yang menentang koruptor harus diasingkan seperti orang-orang
minoritas lainnya. Lihat kutipan di bawah.
(63)
LHR/46
… Abbas se dit lui réaliste. Il considère que c‟est la contribution à la
solidarité nationale. La corruption est une forme déguisée d‟impôt
supplémentaire. Tout le monde s’y plie et ceux, comme moi, qui résistent,
on devra bientôt les parquer dans une réserve et on les installera à côté des
espèces d’animaux menacées ou en voie de disparition. C‟est ma fierté
d‟appartenir à cette réserve.
… Abbas menyebut dirinya realis. Dia menganggap itu adalah kontribusi
untuk solidaritas nasional. Korupsi adalah suatu bentuk pajak tambahan
yang tersamarkan. Banyak orang yang tunduk padanya, sedangkan
orang-orang seperti aku yang menentang harus segera dimasukkan ke
dalam cagar alam dan menempatkan kami di samping binatang-
binatang yang terancam punah. Tapi itu adalah kebanggaanku menjadi
bagian dari cagar alam itu.
Kutipan tersebut menunjukkan adanya alienasi yang dialami oleh Mourad
dan orang-orang seperti dirinya.Hal itu dapat dilihat pada kutipan Tout le monde
s’y plie et ceux, comme moi, qui résistent, on devra bientôt les parquer dans une
réserve et on les installera à côté des espèces d’animaux menacées ou en voie de
disparition. (Banyak orang yang tunduk padanya, sedangkan orang-orang
seperti aku yang menentang harus segera dimasukkan ke dalam cagar alam
dan menempatkan kami di samping binatang-binatang yang terancam
punah.). Cagar alam adalah tempat perlindungan untuk ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan pada umunya dikarenakan terancam punah. Oleh karena itu,
pada kutipan tersebut orang-orang yang teralienasi dianalogikan sebagai binatang-
binatang yang terancam punah dan harus dimasukkan ke dalam cagar alam.
138
Namun maksud dari kutipan tersebut adalah orang-orang yang teralienasi
merupakan penghalang bagi kelangsungan kegiatan para koruptor sehingga
mereka harus diasingkan agar tidak lagi menjadi penghalang.
Selain Mourad yang mengalami alienasi di lingkungan kantor dan
keluarganya, teman masa kecilnya pun mengalami alienasi di lingkungan
kantornya. Alienasi yang dialaminya adalah dia dikirim ke luar negeri kemudian
dia dipecat karena mengeluarkan kata kasar kepada direkturnya. Perhatikan
kutipan berikut.
(64)
LHR/91
… Depuis, il s‟est mis dans la tête de fouiner partout jusqu‟à débusquer les
indices de vol ou de détournement. Comme il était irréprochable et
compétent, le patron ne réussit pas à le licencier. En revanche, il l’envoya à
l’étranger, dans un pays en guerre, dans le but inavoué de s’en
débarrasser. Là aussi il s‟employa à empêcher la corruption et fut contraint
de rentrer à Casablanca le jour où son bureau et son domicile furent
bombardés.
La suit de son histoire était prévisible. Attendu au tournant, il fut renvoyé
le jour où un mot grossier s’échappa de sa bouche en discutant avec son
directeur. « Grain de sable » se retrouva sans travail mais fier de son
intégrité. Depuis il s‟est mis à son compte.
… Setelah teman masa kecil Mourad pulang dari tugasnya di El Huceima,
dia telah menetapkan pikirannya untuk mencari bukti-bukti pencurian atau
penyelewengan. Karena dia tanpa cacat dan berkompeten,atasannya tidak
dapat memberhentikannya. Sebaliknya, dia dipindahkan ke luar negeri,
di negara yang sedang dilanda perang. Perpindahannya ada maksud
tersembunyi untuk menyingkirkannya. Di sana juga, dia melakukan
pencegahan korupsi dan terpaksa kembali ke Casablanca pada hari yang
sama di mana kantor dan rumahnya di bom.
Kelanjutan ceritanya dapat ditebak. Dia ditunggu-tunggu melakukan
kesalahan dan akhirnya dipecat karena mengeluarkan sepatah kata
kasar ketika berdebat dengan direkturnya. Lalu “si butiran pasir” tidak
139
punya pekerjaan lagi meski tetap bangga dengan integritasnya. Sejak itu, dia
membukan usaha sendiri.
Kutipan ke- 64 adanya alienasi yang dialami oleh teman masa kecil Mourad.
Pada kutipan En revanche, il l’envoya à l’étranger, dans un pays en guerre,
dans le but inavoué de s’en débarrasser. … Attendu au tournant, il fut renvoyé
le jour où un mot grossier s’échappa de sa bouche en discutant avec son
directeur.(Sebaliknya, dia dipindahkan ke luar negeri, di negara yang sedang
dilanda perang. Perpindahannya ada maksud tersembunyi untuk
menyingkirkannya. … Dia ditunggu-tunggu melakukan kesalahan dan
akhirnya dipecat karena mengeluarkan sepatah kata kasar ketika berdebat
dengan direkturnya.)digambarkan bahwa orang yang jujur harus diasingkan
sejauh-jauhnya dan dicari-cari kesalahannya agar dipecat. Penyingkiran tersebut
dilakukan agar dia tidak mengganggu kegiatan para koruptor.
Mourad tidak menyukai segala macam bentuk kompetisi olahraga karena dia
tidak suka berada di tengah keramaian.Dia menarik diri dari keramaian dan hal itu
ditularkan oleh ayahnya. Perhatikan kutipan di bawah.
(65)
LHR/144-145
Je n‟ai jamais réussi à m‟intéresser aux compétitions sportives. Je n’aime
la foule. J‟ai toujours peur de mourir piétiné par des gens affolés. C‟est la
peur que mon père m‟a communiquée, petit.…
Aku tidak pernah berhasil menyukai kompetisi olahraga. Aku tidak suka
berada di tengah orang banyak. Aku selalu merasa takut mati diinjak-
injak oleh oran-orang yang keranjingan. Ketakutan itu ditularkan oleh
ayahku ketika aku kecil. …
Pada kutipan di atas terdapat penarikan terhadap diri sendiri. Mourad
membuat dirinya sendiri merasa terasingi. Dia tidak suka berada di tengah-tengah
140
orang banyak, sehingga itu yang menyebabkan dirinya sulit untuk bersosialisasi
dengan orang banyak. Hal tersebut ada pada kutipan Je n’aime la foule.(Aku
tidak suka berada di tengah orang banyak.).
Haji Hamid yang berpenampilan lebih baik daripada Mourad lebih dihormati
dan dianggap ada oleh orang-orang. Sedangkan yang terlihat baik dari Mourad
adalah kejujurannya, namun kejujuran tidak membuat orang menghormatinya.
Perhatikan kutipan berikut.
(66)
LHR/172
… Les gens me bousculent et personne ne s‟excuse. Mon apparence
d‟homme fatigué n‟inspire pas le respect. Je sais. Les gens n‟ont pas le
temps de se pencher sur mon âme et de se rendre compte que je suis un
homme bon. Ils s‟en moquent. Ils ont raison. H.H. n’a même pas d’âme, et
pourtant on le salue respectueusement. A moi on ne manque pas de
respect, mais on m’ignore.
… Orang-orang mendorongku dan tidak seorang pun yang meminta maaf.
Aku kelihatan seperti orang yang lelah dan tidak menimbulkan rasa hormat.
Aku tahu bahwa aku seorang pria yang baik.Mereka tidak
mempedulikannya.Mereka betul.H.H. bahkan tidak mempunyai jiwa,
meskipun begitu orang-orang menghormatinya. Padaku, orang-orang
tidak ada rasa hormat dan juga tidak mempedulikanku.
Pada kutipan di atas terdapat alienasi yang dialami oleh Mourad karena
penampilannya.Penampilan lebih penting untuk menarik perhatian orang agar
orang menghormatinya, daripada kejujuran.Penampilan tampak sangat jelas,
sedangkan kejujuran tidak tampak.Orang-orang selalu menilai dari penampilan
luar. Penampilan yang bagus menunjukkan bahwa orang itu berada, sedangkan
orang yang berpenampilan tidak bagus tidak menunjukkan bahwa orang itu
berada, dengan kata lain orang tersebut adalah orang miskin. Mereka lebih
mengutamakan kejujuran dibandingkan penampilan.
141
Orang-orang jujur selalu disingkirkan dan tidak dianggap
keberadaannya.Hal itu tampak dalam kutipan H.H. n’a même pas d’âme, et
pourtant on le salue respectueusement. A moi on ne manque pas de respect,
mais on m’ignore.(H.H. bahkan tidak mempunyai jiwa, meskipun begitu
orang-orang menghormatinya. Padaku, orang-orang tidak ada rasa hormat
dan juga tidak mempedulikanku.). Selain Mourad mengalami alienasi oleh
orang-orang disekitarnya, dia jugalah yang menyebabkan dirinya teralienasi
karena tidak bisa berpenampilan layaknya orang berada.
Mourad dituduh mencuri mesin tik dan dia diskors dari pekerjaannya. Lihat
kutipan di bawah.
(67)
LHR/176-177
J‟aimerais tellement avoir confiance, mais le jeu est fait d‟avance, la partie
est truquée. Je dois payer pour l‟exemple et il a fallu que ça tombe sur moi.
C‟est toujours ainsi, aurait dit mon père. On est puni d’être pauvre ;
honnête parce qu’on est éduqué de père en fils pour respecter la loi. Une
vieille machine à écrire, une Olivetti de 1960 ! Une pièce de collection ! Ils
sont odieux. Je vais la restituer tout de suite. Mais ils n‟en voudront pas. Ce
n‟est qu‟un prétexte. Je sors de chez le directeur, dégoûté, mais pas
désespéré. J‟ai compris et il est trop tard pour changer de mentalité et de
comportement. Je ne retourne pas au bureau, puisque je suis suspendu.
Aku berharap mempunyai keyakinan, tapi permainan memang sudah dibuat
sebelumnya dan direkayasa. Permainan itu jatuh kepadaku dan aku harus
menanggung akibatnya. Selalu begitu, kata ayahku. Kita dihukum karena
menjadi miskin dan kita miskin karena kita jujur, kita jujur karena
kita dididik dari ayah ke anak untuk menghormati hukum.Sebuah
mesin tik tua merek Olivetti 1960. Sebuah benda koleksi. Mereka jahat. Aku
akan segera mengembalkannya. Tapi mereka tidak mau.Itu hanya
alasan.Aku keluar dari ruangan Pak Direktur, memuakkan, tapi tidak putus
asa.Aku mengerti dan sudah sangat terlambat untuk mengubah mentalitas
dan tingkah laku. Aku tidak kembali ke kantor, karena aku diskors.
Kutipan tersebut menggambarkan orang yang jujur dan patuh harus
disingkirkan dengan cara apapun. Itulah yang terjadi pada Mourad, walaupun dia
142
sudah masuk ke dalam lingkungan koruptor. Kejadian tersebut menjadikan
Mourad sebagai tertuduh karena telah mencuri mesin tik, barang inventaris kantor.
Mourad dituduh untuk diasingkan dengan cara diskors dari pekerjaannya. Kutipan
On est puni d’être pauvre ; honnête parce qu’on est éduqué de père en fils pour
respecter la loi. (Kita dihukum karena menjadi miskin dan kita miskin
karena kita jujur, kita jujur karena kita dididik dari ayah ke anak untuk
menghormati hukum.)menunjukkan bahwakejujuran dan kepatuhan pada hukum
membuat orang menjadi miskin, tidak dipedulikan, dan tidak dihormati.
Mourad dituduh menyelewengkan kekayaan negara, karena sebelumnya dia
adalah orang yang jujur. Orang yang selalu menghalangi orang-orang yang ingin
mengambil keuntungan dari orang lain. Perhatikan kutipan berikut.
(68)
LHR/186-187
Revenons aux pensées dissimulées de la direction : ma présence dans cet
office n‟arrange pas les affaires du conseil municipal de la Wilaya. Je ne
suis pas un homme moderne, je ne suis pas de mon temps et j‟empêche la
machine de tourner. C‟est pour cela qu‟on m‟appelle, paraît-il, « Grain de
sable ». Mois aussi. Comme mon ami de Tanger. Mais où est la justice ?
Justement c’est au nom de la justice qu’aujourd’hui je me trouve accusé
de détournement de biens publics !
Kita kembali pada pikiran tersembunyi para pimpinan: kehadiranku di
kantor tidak membereskan urusan-urusan dewan kota Wilaya. Aku bukan
orang yang modern, aku bukan orang dari jamanku, dan aku mencegah
orang-orang disekelilingku untuk memanfaatkan waktu dan mengambil
kekayaan mereka. Akulah orang yang mencegah mesin berputar. Itulah
sebabnya orang-orang menyebutku “Butiran Pasir”. Aku juga seperti
temanku di Tangier. Tapi di manakah keadilan? Justru karena nama
keadilan-lah, hari ini aku menemukan diriku dituduh menyelewengkan
kekayaan negara!
Kutipan di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang jujur seperti Mourad
dan temannya tidak mendapatkan keadilan. Mereka disingkirkan dengan berbagai
143
macam cara dan tuduhan, seperti yang dialami oleh Mourad. Dia dituduh
menyelewengkan kekayaan negara berupa mesin tik tua merk Olivetti.Hal itu
ditunjukkan dalam kutipan Mois aussi. Comme mon ami de Tanger. Mais où est
la justice ? Justement c’est au nom de la justice qu’aujourd’hui je me trouve
accusé de détournement de biens publics ! (Aku juga seperti temanku di
Tangier. Tapi di manakah keadilan? Justru karena nama keadilan-lah, hari
ini aku menemukan diriku dituduh menyelewengkan kekayaan negara!).
Seperti yang sudah dijelaskan pada kutipan sebelumnya, bahwa orang-orang yang
jujur hidup di lingkungan orang-orang korup, maka mereka akan diasingkan
karena orang-orang jujur tersebut adalah ancaman untuk orang-orang yang tidak
jujur. Selain itu, ada maksud tersembunyi atas kasus yang menimpa Mourad, yaitu
pembalasan dendam mereka karena Mourad yang dulu adalah orang yang jujur.
Kondisi ekonomi Mourad membuatnya dijauhi oleh keluarga istrinya.
Perhatikan kutipan berikut.
(69)
LHR/191
… Pour eux, je n’existe pas. Je ne suis pas de la famille. Je suis juste le
mari de Hlima qui a eu tort de commettre une erreur de jeunesse, donc elle
doit payer. C‟est tout. Ils ne savent même pas où je travaille ni ce que je
fais. Je suis un minable petit salarié qui n’entre pas dans leur champ de
vision.
… Bagi mereka, aku tidak ada. Aku bukan bagian dari keluarga.Aku
hanyalah suami Hlima yang salah karena berbuat kesalahan saat muda,
sehingga dia harus membayarnya.Itu saja.Bahkan mereka tidak tahu di mana
aku bekerja dan yang aku lakukan.Aku orang yang tidak bermutu dengan
gaji kecil yang tidak masuk dalam ruang lingkup pandangan mereka.
Kutipan di atas menggambarkan penyingkiran yang dilakukan oleh keluarga
Hlima kepada Mourad.Penyingkiran tersebut disebabkan oleh kondisi ekonomi
144
Mourad.Mourad dengan gaji yang kecil, membuatnya miskin sehingga dia tidak
dianggap ada bahkan dia dianggap bukan bagian dari keluarga Hlima.Hal itu
terdapat pada kutipan Pour eux, je n’existe pas. Je ne suis pas de la famille. …
Je suis un minable petit salarié qui n’entre pas dans leur champ de vision.(Bagi
mereka, aku tidak ada. Aku bukan bagian dari keluarga.… Aku orang yang
tidak bermutu dengan gaji kecil yang tidak masuk dalam ruang lingkup
pandangan mereka.).
Mourad yang tidak mempunyai catatan buruk selama dia bekerja, akhirnya
dituduh dengan alasan bahwa dia melakukan penyelewengan kekayaan
negara.Tuduhan tersebut mempunyai maksud unutk menyingkirkan Mourad dari
lingkungan teman-teman kerjanya.Perhatikan kutipan di bawah.
(70)
LHR/195
Ils ont fait des affaires. Ils se sont enrichis. Mais ils auraient pu s‟enrichir
encore plus si je n‟étais pas là, sur leur passage. Ils ont fini par annuler ce
grain de sable. Mais ce qu’ils ont cherché, c’est à l’annuler
définitivement. D‟où l‟histoire de la machine à écrire. Je pourrais tout
raconter à juge. Mais je n‟ai pas de preuve et ils me poursuivraient pour
diffamation.
Pak Direktur dan Haji Hamid telah melakukan kegiatan yang
menguntungkan.Mereka telah memperkaya diri. Tapi mereka bisa lebih
memperkaya diri lagi kalau aku tidak ada di sana, di dalam perjalanan
mereka. Akhirnya mereka menyingkirkan butir pasir ini. Tapi apa yang
mereka inginkan adalah menyingkirkannya untuk selamanya.Oleh
karena itu ada cerita tentang mesin tik tersebut. Aku bisa menceritakan
semuanya kepada hakim, tapi aku tidak mempunyai bukti dan mereka akan
menuduhku karena pencemaran nama baik.
Kutipan tersebut menggambarkanbahwa Mourad dituduh menyelewengkan
kekayaan negara berupa mesin tik, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.Pak
Direktur dan Haji Hamid membuat tuduhan seperti itu dengan maksud untuk
145
menyingkirkan Mourad. Mereka ingin membalas dendam atas apa yang Mourad
perbuat, yaitu Mourad menghalangi jalan mereka untuk memperkaya diri mereka
sebelum Mourad masuk ke dalam jaringan korupsi. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan Ils ont fini par annuler ce grain de sable. Mais ce qu’ils ont cherché,
c’est à l’annuler définitivement. (Akhirnya mereka menyingkirkan butir pasir
ini. Tapi apa yang mereka inginkan adalah menyingkirkannya untuk
selamanya.). Penyingkiran terhadap seseorang ataupun sekelompok orang dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah melakukan tuduhan
yang dapat menyebabkan orang tersebut terkena hukuman.
Mourad merupakan orang yang idealis dan suka menyendiri. Dia memilih
menyendiri untuk merasakan kenyamanan dan keamanan. Perhatikan kutipan di
bawah.
(71)
LHR/202
La solitude choisie est une forme aiguë d’égoïsme, un refuge pour ceux
qui ne se sentent pas concernés par cette agitation qu’on confond parfois
avec la vie. Solitude élue, retrait s’épargner une chute brutale et une plus
grande souffrance. Mais n‟est-ce pas contradictoire de vouloir vivre sans
souffrir ? Au début de notre mariage, je faisais part à Hlima de mes pensées
sur la vie, la mort et le bonheur. Pour elle c‟était de délier. Tout est simple.
Pourquoi s‟acharner ainsi sur la vie ? Très vite elle a cessé d‟être une amie,
une confidente, une complice. Au bureau j‟étais aussi seul. A qui parler ?
Avec qui partager mes désillusions ?
Kesepian yang dipilih adalah suatu bentuk keegoisan yang tinggi,
tempat perlindungan untuk mereka yang tidak merasa berkenaan
dengan keramaian ini yang kadang-kadang orang-orang bingung
dengan kehidupannya. Kesepian yang dipilih, penarikan diri untuk
menghindarkan diri dari jatuh yang mengagetkan dan penderitaan
yang lebih besar.Tapi bukankah itu pertentangan yang menginginkan hidup
tanpa menderita? Pad awal kami menikah, aku memberitahu pandanganku
padanya tentang kehidupan, kematian, dan kebahagiaan. Baginya, tentulah
aku sedang mengigau. Semuanya sederhana. Mengapa begitu menyerang
pada kehidupan? Dengan segera dia berhenti menjadi teman dan tempat
146
berbagi rasa. Di kantor, aku juga sendiri. Pada siapa aku berbicara? Dengan
siapa aku berbagi kekecewaanku?
Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa kesendirian yang dipilih oleh orang-
orang yang idealis merupakan bentuk keterasingan yang diciptakan dari diri
sendiri. Mereka memilih untuk menyediri dari keramaian untuk melindungi diri
mereka dari hal-hal yang tidak mereka sukai dan mereka takut untuk mengambil
resiko, hal tersebut juga merupakan bentuk keegoisan. Keterasingan yang dialami
mereka tidak hanya terjadi pada lingkungan pekerjaan dan keluarga, bahkan
terjadi juga pada lingkungan sosial. Hal itu terdapat pada kutipan La solitude
choisie est une forme aiguë d’égoïsme, un refuge pour ceux qui ne se sentent
pas concernés par cette agitation qu’on confond parfois avec la vie. Solitude
élue, retrait s’épargner une chute brutale et une plus grande
souffrance.(Kesepian yang dipilih adalah suatu bentuk keegoisan yang tinggi,
tempat perlindungan untuk mereka yang tidak merasa berkenaan dengan
keramaian ini yang kadang-kadang orang-orang bingung dengan
kehidupannya. Kesepian yang dipilih, penarikan diri untuk menghindarkan
diri dari jatuh yang mengagetkan dan penderitaan yang lebih besar.).
Mourad selalu mengalami keterasingan sepanjang hidupnya.Hal itu
dikarenakan sifatnya yang tidak suka berada di tengah-tengah konflik dan dia
tidak suka mengambil resiko.Perhatikan kutipan berikut.
(72)
LHR/211-212
D’où vient cette force qui me retient ? C’est la peur, c’est la lâcheté. C’est
la pauvreté. … J‟ai résisté tout ce que j‟ai pu contre la corruption, jusqu‟au
jour où j‟ai cédé sous la pression des autres. C‟est pour cela que je me
trouve aujourd‟hui dans cette situation. Je n‟aime pas les conflits ni les
147
bagarres. Je suis bêtement pacifiste. Je le reconnais à présente. Est-ce le
moment de faire mon autocritique ? Je suis seul, abandonné, isolé.
Dari mana datangnya kekuatan yang menahanku? Itu adalah
ketakutan, pengecut, dan kemiskinan. … Aku bertahan melawan korupsi,
sampai hari di mana aku menyerah di bawah tekanan orang lain. Itulah
sebabnya hari ini aku berada pada situasi semacam ini. Aku tidak menyukai
konflik maupun perkelahian. Dengan bodohnya, aku menjadi pecinta damai.
Aku mengakuinya sekarang. Apakah ini saatnya untuk mengakui
kesalahanku? Aku sendiri, ditinggalkan, dan diasingkan.
Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa Mourad merasa terasing yang
disebabkan oleh dirinya sendiri dan dia menyerah pada korupsi di bawah tekanan
orang-orang di sekitarnya. Mourad selalu menjaga dirinya untuk tidak terlibat
dalam permasalahan apapun. Dia merasa bersalah dan ingin mengakui
kesalahannya. Namun tidak ada seorangpun yang membantunya. Sifatnyalah yang
menyebabkan dirinya dijauhi dan diabaikan oleh orang lain. Hal itu terdapat pada
kutipan D’où vient cette force qui me retient ? C’est la peur, c’est la lâcheté.
C’est la pauvreté.…Je suis seul, abandonné, isolé. (Dari mana datangnya
kekuatan yang menahanku? Itu adalah ketakutan, pengecut, dan
kemiskinan. Aku sendiri, ditinggalkan, dan diasingkan.).
148
148
BAB 5
PENUTUP
Pada bagian terakhir skripsi ini dipaparkan simpulan dan saran.Simpulan
merupakan hasil analisis yang berupa jawaban dari rumusan masalah, sedangkan
saran berisi rekomendasi penulis berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini.
5.1 Simpulan
Peneliti melakukan analisis novel berdasarkan teori poskolonialisme dari
tiga tokoh, yaitu Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Dalam teori
poskolonialisme terdapat enam elemen yang menjadi pokok bahasan dalam
menganalisis novel L‟Homme rompu, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri,
hibriditas, marginalitas, dan alienasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
mengenai poskolonialisme dalam novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben
Jelloun, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.
Pertama,hegemoni yang terdapat dalam novel merupakan gambaran
masyarakat Maroko sebagai negara francophone. Hegemoni yang terjadi di dalam
novel ini merupakan penanaman ideologi yang dilakukan oleh penjajah, yaitu
Perancis terhadap masyarakat Maroko. Ada beberapa hegemoni yang terdapat
pada novel ini, yaitu hegemoni paham Barat dalam sosiokultural di Maroko,
hegemoni ekonomi, hegemoni kelas sosial, dan hegemoni moral. Hegemoni yang
terjadi pada novel ini tidak hanya sebatas dominasi kekuasaan suatu kelas sosial,
tetapi juga terjadi atas kesadaran untuk melakukan perubahan. Seperti yang terjadi
pada Mourad untuk mengubah keadaan ekonomi keluarganya.
149
Kedua, subaltern yang terjadi pada novel ini adalah penindasan oleh kelas
penguasa terhadap kaum subaltern. Penindasan tersebut terjadi karena adanya
dominasi struktural. Selain penindasan, kaum subaltern juga cenderung tidak
dianggap sehingga aspirasi-aspirasi yang mereka sampaikan tidak didengar. Kaum
subaltern pada novel ini adalah Mourad yang tidak mempunyai suara untuk
menyatakan keberatannya terhadap apa yang dilakukan oleh Haji Hamid. Najia,
seorang janda yang masih muda sehingga dia tidak merasakan kebebasan untuk
melakukan banyak hal dalam hidupnya sesuai dengan kehendak hatinya. Wanita
Maroko pada umumnya harus tunduk pada pria.
Ketiga, mimikri merupakan kamuflase sikap untuk melindungi diri. Mimikri
dalam novel ini tergambarkan pada tokoh Mourad, ibu mertua Mourad, dan Haji
Hamid yang berpura-pura untuk menyukai sesuatu agar hidupnya tidak terancam
dan tidak masuk ke dalam golongan orang yang termarginalkan.
Keempat, hibriditas merupakan upaya untuk mengadaptasi budaya asing dan
menggunakannya, yang dalam hal ini contohnya adalah adaptasi budaya Perancis
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Maroko. Hibriditas yang digambarkan di
dalam novel L‟Homme rompuini mencakup hal-hal berikut. Penggunaan bahasa
Perancis yang terdapat pada surat lamaran pekerjaan di kantor Kementerian
Pekerjaan Umum dan formulir bank. Percampuran antara bahasa Arab dan
Perancis yang dilakukan oleh Lalla Khadijah karena dia hasil dari sekolah zaman
dulu. Bentuk arsitektur bank yang merupakan bangunan peninggalan kolonial
Perancis dan produk minuman beralkohol dari Eropa seperti anggur Perancis dan
wiski. Peniruan orang-orang Maroko terhadap aktor-aktor Mesir karena
150
masyarakat Maroko mengidolakan mereka. Perubahan gaya hidup Mourad yang
memutuskan untuk bergabung dengan kalangan koruptor.
Kelima, marginalitas yang ada pada novel ini yaitu pendiskriminasian
terhadap orang-orang miskin. Diskriminasi itu terjadi karena perbedaan status
sosial, ekonomi, faktor kejujuran pada diri Mourad, pelajar dari kalangan bawah,
orang-orang miskin lainnya, dan juga di lingkungan tempat tinggal orang-orang
marginal.
Keenam, alienasi yang dialami para tokoh dalam novel ini disebabkan oleh
kejujuran dan kegigihan mereka untuk menghalangi tindakan korupsi. Selain itu,
keterasingan ini juga disebabkan oleh diri sendiri untuk tidak masuk ke tengah
keramaian para koruptor. Salah satu pemicu adanya alienasi adalah sistem
ekonomi yang tidak sehat, sehingga memunculkan kaum kapitalis. Orang-orang
yang tidak mendukung tindakan kaum kapitalis disingkirkan, karena mereka
adalah penghalang bagi kaum kapitalis untuk mencapai tujuannya.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada
mahasiswa program studi Sastra Perancis bahwa ilmu di luar sastra dapat
digunakan untuk membantu menganalisis karya sastra. Dalam penelitian ini, ilmu
sastra digabungkan dengan ilmu sosiologi, yaitu poskolonialisme dari Edward
Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
kerangka acuan dalam memahami elemen-elemen poskolonialisme dan
dikembangkan lebih lanjut lagi dengan berbagai sumber yang berbeda. Dengan
151
terbukti adanya elemen-elemen poskolonialisme dalam karya sastra, maka penulis
menyarankan kepada mahasiswa sastra Perancis untuk melakukan penelitian
sejenis pada novel lainnya. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan
pengetahuan poskolonialisme yang terjadi pada novel-novel francophone. Selain
itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam analisis
karya sastra, khususnya novel yang menggunakan teori poskolonialisme.
152
Daftar Pustaka
Arifin, Winarsih & Farida Soemargono. 2007. Kamus Perancis-Indonesia.
Jakarta : Gramedia.
Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jelloun, Tahar Ben. 1994. L‟Homme rompu. Paris : Edition du seuil.
______________. 2010. Korupsi. Terjemahan Okke. K.S. Zaimar. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Morton, Stephen. 2008. Gayatri Spivak : Etika, Subalternitas, dan Kritik
Penalaran Poskolonial. Terjemahan Wiwin Indiarti. Yogyakarta : Pararaton.
Purba, Antilan. 2010. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : USU Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008 a. Poskolonialisme Indonesia : Relevansi Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
___________________. 2008 b. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
___________________. 2010. Sastra dan Cultural Studies : Representasi Fiksi
dan Fakta. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Said, Edward W., dan Gauri Viswanathan. 2003. Kekuasaan, Politik, dan
Kebudayaan: Wawancara dengan Edward W. Said. Terjemahan Hartono
Hadikusumo dan E. Setiyawati Alkhatab. s.n: Pustaka Promethea.
Said, Edward W. 2010. Orientalisme : MenggugatHegemoni Barat
danMenundukkanTimurSebagaiSubjek. TerjemahanAchmadFawaid.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sangidu. 2005. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat.
Yogyakarta: Seleksi Penerbitan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya
UGM.
Sastriyani, Siti Hariti. 2006. “Dunia Sastra Francophone di Arab-Magreb”. Jurnal
Humaniora. Volume 18, No. 1, http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora.
Diakses pada 16 desember 2013.
Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Terjemahan Kamdani
dan Imam Baehaqi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Auriga, Nila. 2011. https://lontar.ui.ac.id/Intersubjektivitas.pdf. Diakses pada 1
Februari 2014.
153
Bintoro, Sutarno. 2012. http://hukum.kompasiana.com/perancis-dan-masa-depan-
uu-kpk.html. Diakses pada 16 Desember 2013.
Dikin. 2011. http://www.scribd.com/Pengertian-Karya-Sastra. Diakses pada 25
Maret 2013.
Keatt, Joan. 2011.http://id.shvoong.com/pengertian-alienasi. Diakses pada 1
Februari 2014
Nasution, I. 2012. http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf. Diakses pada 1
Februari 2014.
Natiqotul, M. 2012. http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf. Diakses pada 1 Februari
2014.
http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun. Diakses pada 27 Juni 2013.
http://en.wikipedia.org/wiki/Morocco. Diakses pada 10 Januari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial. Diakses pada 1 Februari 2014.
http://etd.ugm.ac.id/PenelitianDetail. Diaksespada 8 Januari 2014.
http://www.business-anti-corruption.com/public-anti-corruption-initiatives.
Diakses pada 10 Januari 2014.
154
LAMPIRAN I:
Ringkasan Cerita Roman L’Homme rompu
Mourad adalah seorang Wakil Direktur Perencanaan di Kementerian
Pekerjaan Umum, Casablanca, Maroko. Dia adalah seorang yang sederhana, jujur,
namun miskin. Jabatan yang dimilikinya merupakan jabatan yang diinginkan oleh
banyak orang. Namun, jabatannya tersebut tidaklah membuatnya dihormati dan
disegani oleh para bawahannya, bahkan pesuruh kantor pun tidak
menghormatinya. Mereka berpikir bahwa Mourad tidak patut untuk dihormati
karena gaji yang diperolehnya sedikit. Di kantornya, jabatan bukanlah hal yang
penting untuk seseorang mendapatkan rasa hormat, namun yang terpenting adalah
seberapa banyak pendapatan yang diterimanya dan seberapa banyak dia
memberikan uang kepada para pesuruh tersebut.
Mourad mempunyai seorang asisten bernama Haji Hamid. Di kantornya
Haji Hamid lebih banyak berperan dalam menangani masalah perijinan
pembangunan gedung-gedung. Hal itu dikarenakan Haji Hamid menerima
berbagai macam sogokan, sedangkan Mourad sebagai orang yang jujur selalu
mengikuti prosedur yang ada di kantornya dan dia tidak mau menerima sogokan
apa pun. Mourad selalu ditekan oleh asistennya, atasannya, bahkan klien-
kliennya.
Kehidupan sosial Mouard sangatlah sempit. Dia seperti orang yang tidak
bisa bersosialisasi dengan siapa pun kecuali orang-orang yang telah dikenalnya
sejak lama. Oleh karena itu, dia menarik diri dalam pergaulan baik di kantornya
yang penuh dengan orang-orang yang korup dan juga di keluarga istrinya yang
155
materialistis. Selain kehidupan sosialnya yang buruk, Mourad juga mengalami
kehidupan ekonomi yang buruk pula. Hal itu disebabkan oleh gajinya yang kecil.
Sehingga dia diperakukan buruk oleh keluarga istrinya, terutama ibu mertuanya.
Kehidupan ekonomi Mourad yang buruk dan istrinya yang selalu
menuntut akan kebahagiaan, serta kebutuhan anak-anaknya yang begitu banyak,
akhirnya membuat Mourad menjadi salah satu orang yang korup di kantornya.
Setelah Mourad melakukan tindakan tersebut, hidupnya selalu menjadi tidak
tenang. Dia menjadi orang yang tidak jujur, bukan hanya kepada negara namun
juga kepada keluarganya. Dia melakukan penyelewengan terhadap sepupu
perempuannya dan seorang wanita yang ditemuinya di jalan.
156
LAMPIRAN II:
Sumber: http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun
TAHAR BEN JELLOUN
Tahar Ben Jelloun adalah seorang penulis dan penyair Maroko yang
berbahasa Perancis. Dia lahir di Fez, Maroko, pada 1 Desember 1944. Dia
menyelesaikan sekolah dasarnya di sekolah berbahasa Arab-Perancis, kemudian
dia melanjutkan sekolah di sekolah Perancis di Tangier sampai berusia delapan
belas tahun, dan belajar ilmu filsafat di Universitas Mohammed V di Rabat dan
mengajar filsafat di Maroko. Di sana dia menulis puisi untuk pertama kalinya
yangkemudian dia kumpulkan menjadikumpulan puisi Hommes sous linceul de
silence pada tahun 1971. Pada 1971 dia hijrah ke Paris, Perancis bersama
keluarganya sampai saat ini.
Pada tahun 1972 dia banyak menulis artikel untuk koran harian Le Monde.
Pada 1975 dia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri sosial.
Tulisannya yang berjudul La Réclusion solitaire pada tahun 1976 mendapatkan
penghargaan dari pengalamannya sebagai seorang psikoterapis. Tahun 1985, dia
menerbitkan novelnya yang berjudul L‟Enfant de sable yang membuatnya
terkenal. La Nuit sacrée adalah novelnya yang mendapatkan penghargaan Prix
Goncourt pada tahun 1987, novel tersebut merupakan sekuel dari novel L‟Enfant
de sable.
Prix Goncourt merupakan sebuah penghargaan paling terkemuka dalam
kesusatraan Perancis. Novelnya yang berjudul La Nuit sacrée diangkat ke dalam
157
film di Maroko pada tahun 1993. Pada 2005 dia mendapatkan penghargaan
Hadiah Ulysses yang diterimanya untuk pencapaian seumur hidup dan pada 2008
dia meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Montreal, Kanada.