refarat neurologi - huntington disease

Upload: vega

Post on 05-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

refarat neurologi

TRANSCRIPT

PENYAKIT HUNTINGTON

PENDAHULUAN

Penyakit Huntington adalah gangguan herediter progresif yang biasanya muncul pada usia dewasa. Ditandai dengan adanya gangguan gerak (biasanya korea), demensia, dan gangguan kepribadian. Pertama kali diakui secara klinis oleh Waters pada tahun 1842 dan di deskripsikan kembali dengan lengkap oleh George Huntington pada tahun 1872.1Penyakit Huntington adalah penyakit dominan autosomal ditandai dengan gangguan gerak yang progresif yang dihubungkan dengan penurunan fungsi psikiatrik dan kognitif, dan hasil akhirnya berupa demensia fase terminal dan imobilitas.2

Gejala-gejala penyakit ini biasanya muncul antara umur 35 dan 40 tahun. Jarak umur pada perjalanan penyakit adalah lebar, bagaimanapun juga, ada kasus yang pernah dilaporkan terjadi paling awal pada umur 5 tahun dan pada usia yang sudah lanjut sekitar umur 70 tahun. Tiga bentuk karakteristik sebagai manifestasi dari penyakit ini adalah gangguan gerak, gangguan kepribadian dan kemunduran mental. Ketiganya dapat muncul secara bersamaan saat serangan atau saling mendahului dalam jangka waktu tahunan. Secara umum, perjalanan penyakit ini tersembunyi, diawali dengan kecanggungan, sering menjatuhkan barang, gelisah, iritabilitas, kejorokan dan sering lalai menjalankan tugas, gerakan korea yang berangsur-angsur mulai terlihat jelas dan demensia. Episode-episode psikotik yang jelas, depresi, tingkah laku yang tidak bertanggung jawab bisa muncul. Penyakit ini cenderung berjalan dalam suatu periode sekitar 15 tahun dan lebih sering terjadi pada mereka yang terkena serangan pada usia muda.3Gejala-gejala awal dari penyakit ini bisa muncul pada masa kanak-kanak, sebelum pubertas (bahkan di bawah umur 4 tahun), dan beberapa kejadian terjadi pada awal onset telah dilaporkan. Kemunduran mental pada umur muda sering disertai dengan ataksia serebelar, gangguan kebiasaan, kejang-kejang, baradikinesia, rigiditas dan distonia, dibandingkan dengan kemunculan korea. Bagaimanapun juga rigiditas dari penyakit ini juga muncul pada umur dewasa tetapi sekali-kali saja terjadi. Penurunan fungsi terjadi lebih cepat pada anak-anak daripada orang dewasa.

Korea adalah ciri utama pada penyakit Huntington (herediter maupun kronik korea), dimana setiap gerakan cenderung koreoatetosis. Kombinasi atetosis dan korea pada keempat ekstrimitas adalah gambaran utama dari penyakit ini dan dikenal dengan istilah double atetosis, yang mulanya terjadi di masa kanak-kanak. Atetosis muncul pada 5 tahun pertama kehidupan, biasanya sebagai hasil dari kondisi kongenital atau kejadian saat postnatal seperti hipoksia atau kernikterus.

Neuron-neuron menghilang dan terjadi gliosis di globus palidus dan thalamus; sementara itu serebelum mengalami atrofi. Terdapat kelebihan aktivitas sistem dopaminergik dan berkurangnya enzim yang berhubungan dengan pembentukan asetilkolin dan GABA.1TINJAUAN PUSTAKAPengertian

Penyakit Huntington (korea Huntington) adalah suatu penyakit keturunan dimana sentakan atau kejang dan hilangnya sel-sel otak secara bertahap mulai timbul pada usia pertengahan dan berkembang menjadi korea, atetosis serta kemunduran mental.

Penyakit Huntington adalah kelainan otak degenerative dari basal ganglia. Ini merupakan penyakit warisan dan menghasilkan fisik, mental dan emosional perubahan. Ini menghasilkan gerakan tersentak-sentak tak sadar sebagai penyakit berkembang. Gangguan ini diberi nama setelah dokter Amerika George Huntington yang menggambarkannya pada 1872.Gambar 1. Perbandingan Basal Ganglia Normal dan Basal Ganglia HDEpidemiologiKejadian penyakit Huntington terjadi secara menyeluruh di seluruh dunia dan pada semua kelompok etnik, khususnya pada orang kulit putih. Laju prevalensi di Amerika Serikat dan Eropa berkisar antara 4 sampai 8 setiap 100.000, sedangkan di Jepang sekitar 10 % dari angka tersebut. Insiden tertinggi dilaporkan terjadi di daerah dengan geografis yang agak terisolasi, dimana keluarga yang terkena penyakit ini tinggal untuk beberapa generasi (misalnya wilayah sekitar Danau Maracaibo di Venezuela).2Penyakit Huntington jarang ditemukan tetapi menyebar ke seluruh dunia, hal ini ditunjukkan dengan didapatinya kasus-kasus di Eropa, Amerika Utara, Amerika selatan dan Australia, terbanyak terjadi pada populasi orang Kauskasian. Nilai prevalensi paling tinggi terdapat di daerah Danau Maracaibo di Venezuela dan region Moray Firth di Skotlandia, dan sangat jarang ditemukan pada ras kulit hitam Afrika dan hamper tidak ada di Asia (Harper, 2002; Hayden, 1980). Keseluruhan eropa rata-rata prevalensi diantara 5 sampai 10 per 100.000 (Harper, 2002). Heterogenitas genetik dicurigai terjadi pada kasus penyakit Huntington dengan proporsi kecil, 5 % sampai 10%. Gen penyakit Huntingtonmerupakan penyebab lebih dari 90% kasusu pada populasi orang Kaukasian. Dan gen yang lain (JPH3 atu HDL2) bertanggung jawab untuk 40% kasus klinis penyakit Huntington di Afrika Selatan. Di Jepang, kasus penyakit ini sangat jarang terjadi, dengan rata-rata kejadian 0,11 dan 0,45 per 100.000. Mutasi pada penyakit Huntington terbangun dengan sendirinya pada lokasi yang multiple dan distribusinya tidak merata karena efek founder.3Penyakit Huntington biasanya mulai terjadi antara umur 30 sampai 55 tahun, meskipun ada laporan kejadian pada umur 2 tahun dan ada juga baru mendapat penyakit ini pada umur 92 tahun. Sekitar 5% kasus terjadi pada pasien dibawah 21 tahun.2

Patologi dan Patogenesis

Atrofi pada kepala nucleus kaudatus dan putamen bilateral menunjukkan adanya abnormalitas, hal ini disertai dengan atrofi girus yang moderat pada regio frontal dan temporal. Atrofi kaudatal merubah konfigurasi dari ventrikel lateral. Sebagai tambahan, ventrikel juga membesar. CT scan menunjukkan rasio bicaudate-cranial meningkat pada sebagian besar pasien, dan hasil ini menguatkan diagnosis klinis pada kasus yang moderat lanjut.1

Pada pemeriksaan postmortem, jaringan otak mengisut dan atrofi; nucleus kaudatus adalah bagian yang paling dipengaruhi. Secara histologis, korteks serebral menunjukkan adanya kehilangan neuron-neuron, khususnya pada lapisan 3. Nucleus kaudatus dan putamen adalah yang paling parah terpengaruh, dengan kehilangan neuron-neuron, terutama spiny neurons ukuran menengah, dan efferen striatal GABAergik. Awalnya yang hilang adalah efferen yang memproyeksikan globus pallidus lateral (mengandung GABA dan enkephalin), hal ini dipikirkan sebagai penyebab korea. Seiring dengan perlangsungan penyakit, terjadi kehilangan efferent striatal yang diproyeksikan ke pallidum medial; kehilangan tersebut dapat dipikirkan berkembang menjadi rigiditas dan distonia. Demensia berkontribusi terhadap perubahan di korteks serebral dan deep nuclei (misalnya demensia subkortikal).Terdapat tanda-tanda perubahan minimal pada bagian otak yang lain, seperti thalamus dan batang otak. Gliosis reaktif terlihat nyata pada daerah yang terkena. Pada kasus-kasus lanjutan striatum kemungkinan merupakan sel-sel yang menghilang dan diganti dengan proses gliotik, sehingga gerakan korea saat itu berganti distonia dan akinetic-rigid yang tetap. Atrofi striatal yang progresif adalah dasar penentuan tingkatan keparahan penyakit. Umur serangan hubungannya berkebalikan dengan degenerasi striatal yang parah.3

Dari perspektif molekuler, patogenesis dari penyakit ini adalah tepat, tetapi masih sulit untuk dimengerti, sebagai hasil dari perluasan regio polyglutamine dari huntingtin (protein hasil dari gen Huntington). Terlihat adanya protein Huntingtin yang bermutasi berkumpul pada nuklei dari neuron. Selain itu, protein tersebut terakumulasi khususnya pada sel-sel striatum dan bagian dari korteks yang yang terpengaruh khususnya pada penyakit Huntington.1 GenetikaTemuan yang utama adalah identifikasi dan karakteristik dari gen penyakit Huntington yang dekat dengan ujung lengan pendek kromosom 4. Beberapa studi pada keluarga dengan penyakit Huntington dengan asal etnik bangsa yang berbeda dan negara tidak didapati heterogeneity genetik walaupun ditandai ekpresi fenotipik yang bervariasi. Gen yang abnormal mengandung ekstra salinan dari trinukleotid ulangan dari CAG (cytosine-adenine-guanine). Pada individu normal terdapat 11 sampai 34 ulangan; mereka dengan penyakit Huntington mempunyai 37 sampat 86 ulangan. Ulangan trinukleotid ini bersifat tidak stabil pada gamet; perubahan jumlah ulangan diteruskan pada generasi berikutnya, kadang-kandang disertai dengan penurunan tapi lebih sering disertai dengan peningkatan. Mutasi spontan terjadi karena adanya ekspansi ulangan dari orang tua yang mempunyai ulangan dengan panjang 34 sampai 38 unit, yang mana akan merentangkan jarak antara normal dan distribusi penyakit Huntington, alel-alel yang disebut intermediate alel. Kasus-kasus mutasi spontan awalnya diperkirakan jarang terjadi, tapi pandangan ini telah berubah menjadi gambaran yang lebih sporadik (simpleks) yang dievaluasi dengan analisis DNA.2

Ibu yang menjadi karier cenderung meneruskan gen yang abnormal kepada keturunannya dengan jumlah ulangan trinukleotida yang kurang lebih sama, plus maupun minus 3 ulangan. Ayah yang menjadi karier sering meneruskan peningkatan yang besar dari panjang ulangan trinukleotida pada keturunannya, hal ini menghasilkan lebih banyak kasus-kasus juvenile dari penyakit ini apabila individu tersebut diwariskan gen dari ayah. Ciri-ciri ini menunjukkan adanya peningkatan sekali-kali dari jumlah ulangan trinukleotid pada keturunan dari ayah yang menjadi karier, rasionya 10:1 kasus penyakit Huntington juvenile bila yang membawa gen adalah ayah. Hal ini disebabkan adanya korelasi terbalik yang muncul antara jumlah ulangan trinukleotida dan umur awal perjalanan penyakit. Dengan mengetahui jumlah ulangan pada keturunan yang mempunyai resiko maka dapat dipreddiksi umur munculnya gejala-gejala awal. Nilai patologis dari degenerasi juga berhubungan dengan jumlah ulangan.

Penyakit Huntington adalah penyakit dominan autosomal nyata, yang homozigotnya tidak berbeda secara klinis dari heterozygote. Tanda yang berlebihan dari protein normal dapat menjelaskan mengapa seorang individu dengan dosis ganda dari gen tidak terlalu berbeda sifat fenotipnya dari heterozigot yang hanya mempunyai satu gen abnormal.

Gen HD adalah gen utama yang diasosiasikan dengan penyakit Huntington. Translated trinucleotide CAG yang berulang adalah satu-satunya mutasi yang diperhatikan pada gen HD. Masih ada juga gen-gen yang jarang terjadi yang diasosiasikan dengan klinis dari penyakit Huntington, dengan fenotip yang mirip, khususnya pada kasus HDL2.3

Tabel. 1 Gen-gen dan Mutasinya pada Penyakit Huntington.5

Biokimia

Kehilangan striatal dan nigral GABA dan kemudian mepersatukan enzim glutamic acid decarboxylase, mengingat bahwa kolinergik dan somatostatin striatal interneurons secara relatif bertahan. Reseptor untuk dopamine dan asetilkolin menurun pada striatum. Reseptor N-methyl-D-aspartat berkurang di striatum dan korteks serebral. Perubahan neurokemikal belum dapat diwujudkan untuk terapi yang efektif karena percobaan dengan menggunakan GABA dan asetilkolin agonis belum bisa menunjukkan hasil yang baik. Kerusakan pada metabolism energy mitokondrial dipertimbangkan muncul pada penyakit Huntington. Hal-hal ini dapat mengarah kepada stress oksidatif, dimana dapat dinilai pada regio otak yang rentan dari caudate dan putamen.3

GejalaGejala penyakit ini dapat dimulai pada usia berapa pun tetapi usia rata-rata onset penyakit adalah 35-44 tahun usia. Sebelumnya, mereka sehat dan tidak terdeteksi adanya kelainan pada diri mereka. Penyakit ini mempengaruhi tubuh, pikiran dan emosi.

Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampur dengan gerakan yang sedang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan abnormal tersebut hampir tidak diperhatikan. Tetapi lama-lama gerakan abnormal ini semakin jelas. Pada akhirnya gerakan abnormal yang terjadi akan mempengaruhi seluruh tubuh sehingga hampir tidak mungkin penderita melakukan kegiatan makan, berpakaian dan bahkan duduk terdiam.

Perubahan mental pada awalnya samar-samar. Penderita secara bertahap menjadi mudah tersinggung dan mudah gembira, mereka bisa kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-harinya. Selanjutnya penderita menjadi tidak bertanggungjawab dan seringkali bepergian tanpa tujuan yang pasti.

Penderita kehilangan kendali terhadap hasratnya dan menjadi promiskuitas (melakukan hubungan seksual dengan siapa saja).

Bertahun-tahun kemudian, penderita akan kehilangan ingatannya dan kehilangan kemampuannya untuk berfikir secara rasional. Lalu, biasanya penderita mengalami depresi berat dan melakukan usaha bunuh diri.

Pada stadium lanjut, hampir semua fungsi penderita mengalami gangguan dan penderita memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan fungsinya. Kematian seringkali dipicu oleh pneumonia atau karena terjatuh, yang biasanya terjadi 13-15 tahun setelah timbulnya gejala pertama.Tabel 2. Gejala dan Tanda Penyakit Huntington.4AwalPertengahanLanjut

KikukKorea

Iritabilitas

KesedihanDepresi

Kurang motivasi

Disfungsi seksualTidak tenang

Sering menjatuhkan barang

Gangguan GaitGangguan tidur

Penurunan kemampuan mengingat

Penurunan berat badan

Gangguan berbicara

Inkontinensia urine

Inkontinensia alvi

Penyakit ini diwariskan dominan maka anak memiliki risiko 50 persen mewarisi itu. Tidak ada obat untuk penyakit ini tetapi perawatan yang tersedia untuk menyediakan beberapa lega. Komplikasi yang mengembangkan dengan penyakit mengurangi harapan hidup sampai 20 tahun setelah diagnosis. Sebuah huntingtin mutan protein yang diproduksi dan ini menyebabkan perubahan dalam otak. Proses ini irreversibel. Hampir 7 orang dalam populasi 100.000 yang dapat dipengaruhi oleh penyakit ini.1Tanda KlinisGangguan mental Pada kira-kira setengah dari kasus, gangguan karakter adalah yang pertama muncul. Pasien mulai mencari-cari kesalahan, mengeluh terus-menerus, dan mengomel kepada anggota keluarganya, mudah curiga, mudah marah, impulsif, eksentrik, tidak rapi, atau terlalu religius, atau mungkin menunjukkan rasa superioritas palsu. Kontrol diri yang buruk dicerminkan dengan adanya ledakan amarah, sedih berlebihan, alkoholisme, atau promiskuitas seksual. Gangguan mood, terutama depresi,terjadi pada hampir semua kasus dan mungkin merupakan gejala yang paling menonjol pada awal penyakit. Cepat atau lambat, kemampuan intelektual mulai gagal. Pasien menjadi kurang komunikatif dan penarikan diri terhadap kehidupan sosial. Gangguan emosi dan perubahan kepribadian ini dapat membentuk suatu psikosis virtual (dengan delusi atau halusinasi). etos kerja yang berkurang, ketidakmampuan untuk mengelola rumah tangga tanggung jawab, dan gangguan tidur mungkin akan meminta konsultasi medis. Ada kesulitan dalam mempertahankan perhatian, konsentrasi, dan penyerapan materi baru. fleksibilitas mental berkurang.hilangnya keterampilan manual halus. Seringkali proses ini sangat lambat, terutama dalam kasus-kasus dengan onset yang lama, ada beberapa derajat kapasitas intelektual yang tampaknya tertahan selama bertahun-tahun.1

Kelainan gerakKelainan gerak ini pada awalnya paling jelas tampak di tangan dan wajah, sering pasien hanya dianggap gelisah, gelisah, atau gugup. Gerakan melambat pada jari dan tangan, dan kesulitan dalam melakukan beberapa bentuk gerakan tangan adalah tanda-tanda awal kelainan motorik. Secara bertahap kelainan ini menjadi lebih jelas sampai seluruh otot-otot yang berimplikasi dengan korea. Frekuensi berkedip meningkat (kebalikan dari parkinson). Gerakan korea terjadi lebih lambat dibandingkan dengan brusque jerks dan penyimpangan postural dari Sydenham chorea, dan mereka melibatkan banyak otot. Dalam kasus yang lebih lanjut, gerakan tersebut menjadi seperti atetosis dan distonia. Tonus otot biasanya menurun sampai tahap akhir penyakit, bisa juga disertai dengan rigiditas, tremor dan bradikinesia. Refleks tendon meningkat pada sepertiga pasien, tetapi hanya beberapa dengan tanda Babinski positif. Gerakan volunter dilakukan lebih lambat dari gerakan normal, tetapi tidak ada kelemahan dan tidak ada ataxia, meskipun cara berbicara yang menjadi dysarthric dan eksplosif karena tidak adanya koordinasi antara lidah dan diafragma. Hal ini menunjukkan kesan adanya gangguan cerebellum. 1

Ciri-ciri diagnostik dari penyakit ini adalah munculnya gerakan-gerakan involunter yang terlihat tanpa tujuan dan mendadak tapi lebih jarang muncul dan terjadi secepat kilat dan kesemuanya itu terlihat pada myoclonus. Otot-otot somatic terpengaruh sikap yang terjadi secara acak, dan gerakan korea mengalir dari salah satu bagian tubuh menuju ke bagian yang lainnya. Otot-otot proksimal, distal, dan aksial terlibat didalamnya. Pada tahap awal dan pada bentuk serangan yang tidak terlalu berat, terlihat sekilas wajah meringis, gerakan intermiten dari alis dan dahi, bahu terangkat, dan gerakan-gerakan menghentak dari ekstremitas. Parakinesia terjadi secara umum untuk menyembunyikan hentakan-hentakan involunter. Seiring dengan perkembangan penyakit, gaya berjalan degan gerakan yang lebih kuat pada tangan dan kaki, yang menyebabkan tarian, berjingkrak-jingkrak, gait tipe stuttering, adalah abnormalitas yang menjadi akrakteristik dari penyakit ini.

Impersisten motorik atau penghambatan saat terjadi kontraksi volunteer mungkin menunjukkan milkmaid grips, sering menjatuhkan benda, ketidak mampuan untuk membuat lidah menjulur keluar.

Gerakan korea meningkat oleh rangsangan emosional, hilang saat tidur dan menjadi superimposed pada gerakan volunter. Dengan peningkatan tingkat keparahan, aktivitas rutin sehari-hari menjadi lebih sulit dilakukan, seperti berbicara dan menelan. Pada akhirnya, gerakan korea akan menghilang dan digantikan oleh kekakuan otot dan distonia.3

Manifestasi neurologik lainnya

Nervus cranial tetap intak kecuali rapid eye movement, dimana pada sebagian besar pasien terjadi kelemahan. Pasien sering berkedip selama terjadinya saccadic eye movement. Sensibilitas biasanya tidak terpengaruh. Reflex tendon biasanya normal tapi cenderung hiperaktif; respons plantar mungkin abnormal. Tonus otot pada sebagian besar pasien adalah hipotonus, kecuali bagi mereka dengan akinetik-rigid (varian Westphal). Dengan onset pada usia muda, maka keadaan akinetik-rigid biasanya muncul daripada korea dan berhubungan dengan gangguan mental dan kejang konvulsif. Nbentuk dari penyakit ini secara bertahap menjadi progresif dan dengan hasil akhir yang fatal kurang dari 10 tahun. Pada tahap akhir penyakit ini, kekakuan otot dan distonia cenderung menggantikan korea, dan serangan kejang tidak terjadi seerangan hebat.4

Diagnosis

Bila penyakit ini diobservasi pada bentuk yang sudah berkembang lengkap, maka akan sangat mudah menentukan diagnosisnya. Kesulitan timbul apabila pada pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga berupa korea yang progresif, gangguan emosi, dan demensia. Tapi kesulitan saat menentukan diagnosis bisa diatasi saat diketahui adanya mutasi. Saat ini, sangat mungkin untuk menentukan maupun menyingkirkan diagnosis dengan pemeriksaan analisis DNA lewat pemeriksaan darah. Munculnya CAG berulang lebih dari 39 pada lokus Huntington sangat penting untuk memastikan penyakit dan menunjukkan indikasi waktu perjalanan penyakit.1Kondisi lain dimana terdapat gerakan koreik yang menjadi manifestasi utama bisa dimasukan dalam penilaian klinis. Choreic disorder dengan onset usia dewasa adalah neuroacanthocytosis. Dimana terdapat korea ringan, tic, menggigit lidah, neuropati perifer, feeding distonia, peningkatan serum kreatinin kinase, dan akansitosis sel merah. Pada penderita ini juga umumnya terjadi beberapa episode kejang. Dentatorubral-pallidoluysian atrofi bisa meniru penderita Huntington. Selain korea, bisa terjadi juga myoclonus, ataksia, kejang dan demensia. Untuk membedakannya adalah dengan test gen.

Sydenham chorea mempunyai onset umur muda, dapat membatasi diri sendiri, dan ciri-ciri gangguan mentalnya kurang.

Korea dan gangguan mental yang timbul pada lupus eritematosus biasanya muncul lebih akut, gerakan korea lebh terlokalisasi dan sering muncul periodic, dan terdapat karakteristik serologic dan tanda-tanda klinis yang abnormal.

Gerakan-gerakan involunter yang tampak pada pasien-pasien psikiatrik dengan perawatan yang lama dengan neuroleptik agen kadang-kadang menunjukkan masalah-masalah diagnostic. Seperti gerkan-gerakan, tetapi, biasanya berulang-ulang, berbeda dengan nonrepetitif dan sifat acak yang dimiliki korea.

Gait biasanya normal pada diskinesia Tardif dan abnormal pada Huntington. Demensia presenil (Alzheimer dan Penyakit Pick) terlihat mirip pada retardasi mental, tapi cara berbahasa lebih banyak terlibat; afasia abnormal tidak muncul lebih awal pad Huntington.

Myoclonus, lebih sering muncul daripada korea. Keanehan pada penyakit pada masa kanak-kanak dengan rigiditas, kejang konvulsi, dan retardasi mental memerlukan diferensiasi dari gangguan herediter, seperti leukodistrofi dan gangliosidosis.

Tics, terutama pada syndrome Gilles de la Tourette, biasanya menunjukkan sedikit masalah pada sudut pandang gerakan involunter. Nonprogresif herediter korea dimulai saat masa anak-anak, tidak menjadi lebih buruk, dan tidak dihubungkan dengan demensia atau gangguan kepribadian.3

Gambar 2. Life cycle of Huntington Disease.6Diferensial diagnosis

Pada kasus yang lain termasuk thyreotoxicosis, penyakit serebrovaskuler, lupus eritematosus, dan polisitemia rubra vera. Infeksi HIV bisa juga menyebabkan korea, dan AIDS-related disease bisa dijadikan pertimbangan pada pasien umur muda yang mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan gerak. Tidak satupun serupa dengan penyakit Huntington karena tidak adanya perubahan kebiasaan diri dan gangguan kognitif. Beberapa penyakit dengan resesif autosomal, seperti ataksia sereberal dengan apraksia tipe 1, juga menunjukkan korea.5Penyakit-penyakit berikut dapat dijadikan diferensial diagnosis pada fenotip seperti HD familial.5 HDL1 dengan epilepsy

HDL2 gen, Junctophilin 3

Dentatorubro-Pallidoluysian Atrophy

SCA 17 Spinocerebellar Ataxia 17

Tabel 3. Diferensial Diagnosis Penyakit Huntington.7Pemeriksaan penunjangPengkajian rutin dari darah, urine dan cairan cerebrospinal menunjukkan tidak adanya nilai abnormal. Penyebaran nilai-nilai abnormal terlihat pada electroencephalogram. Gambaran radiologic pada tengkorak adalah normal, tetapi computed tomography dan MRI menunjukkan pembesaran ventrikel dengan gambaran seperti kupu-kupu pada ventrikel lateral, sebagai akibat dari degenerasi nucleus kaudatus.

Pasien dengan bentuk akinetic-rigid sepertinya memperlihatkan hiperintensitas striatal pada T2-weighted magnetic resonance imaging. Positron emission tomography menggunakan fluodeoxyglucose memperlihatkan hipometabolisme pada kaudatus dan putamen. Metabolisme striatal abnormal mungkin mendahului atrofi kaudatus, tapi pada PET tidak terlalu sensitive untuk mendeteksi penyakit pada penderita yang presimptomatik.3

Gambar. 3. Gambaran CT scan dari seorang wanita berumur 54 tahun dengan riwayat penyakit Huntington selama 10 tahun dan demensia ringan. Tonjolan pada inferolateral border pada ventrikel lateral, yang pada kondisi normal dibentuk oleh kepala dari nucleus kaudatus, tampak lenyap. Hal ini terlihat nyata pada gambaran CT scan dibawah (sebagai perbandingan pada pasien dengan umur yang sama). Pada kasus ini terlihat juga pembesaran ventrikel lateral.

Sumber: Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victors Principles of Neurology 9th Edition1PenangananSaat ini belum diketahui cara untuk mengubah proses dan hasil akhir penyakit yang fatal. Percobaan untuk mengganti defisiensi pada GABA dengan menggunakan GABA-mimetic agent atau inhibitor dari metabolism GABA menunjukkan kegagalan. Pengobatan simptomatik dari depresi dan psikosis bisa menggunakan antidepresan dan tipikal atau atipikal antipsikotik (misalnya clonazepin dan quetiapine). Gerakan korea bisa dikontrol dengan menggunakan neuroleptik agen, termasuk didalamnya dopamine receptor blocker, seperti haloperidol dan perphenazine, dan presinaptik dopamine depleters seperti reserpine dan tetrabenazine. Dengan menggunakan pengobatan kombinasi dengan supervisi ketat kegiatan harian pasien memungkinkan penanganan di rumah saat tahap awal perjalanan penyakit. 3

Dopamine antagonis haloperidol, dosis harian 2 sampai 10 mg, sangat efektif untuk menekan gangguan gerak. Karena adanya bahaya dari superimpose diskinesia tardive yang kronik, korea harus dirawat sebagai gangguan fungsional, dengan sebisa mungkin menggunakan dosis minimal. Haloperidol juga bisa membantu meringankan abnormalitas kepribadian atau emosional yang labil, tetapi tidak merubah perjalanan penyakit.

Levodopa dan agonis dopamine lainnya dapat membuat korea menjadi lebih buruk dan, kekakuan dapat memicu terjadinya korea. Obat yang menghabiskan dopamine atau menghalangi reseptor dopamine seperti reserpin, clozapine, dan terutama tetrabenazine, menekan terjadinya korea pada beberapa tingakatan, tetapi efek samping (pusing, akathisia, dan diskinesia tardive) dipertimbangkan efeknya. Bentuk kekakuan dari penyakit ini mungkin paling baik diobati dengan obat antiparkinson.1

Akibat sosial dan psikologik dari penderita ini membutuhkan terapi suportif, dan konseling genetik sangat diperlukan. Obat anti depresan secara luas digunakan karena adanya tingginya insiden depresi dan keinginan untuk bunuh diri, tapi kemanjurannya tidak jelas.4 Seiring dengan keberlanjutan penyakit, bagaimanapun juga penderita dipindahkan di rumah sakit jiwa seringkali diperlukan.5

Tabel. 4. Anjuran perawatan pada penyakit Huntington menurut perjalanan penyakit.5PENUTUPPenyakit Huntington adalah gangguan herediter progresif basal ganglia dominan autosomal ditandai dengan gangguan gerak yang progresif yang dihubungkan dengan penurunan fungsi psikiatrik dan kognitif. biasanya mulai terjadi antara umur 30 sampai 55 tahun.

Penegakan diagnosis dilakukan apabila penyakit berkembang secara lengkap. Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampur dengan gerakan yang sedang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan abnormal tersebut hampir tidak diperhatikan. Tetapi lama-lama gerakan abnormal ini semakin jelas.

Pada akhirnya gerakan abnormal yang terjadi akan mempengaruhi seluruh tubuh.Perubahan mental pada awalnya samar-samar, selanjutnya penderita menjadi tidak bertanggungjawab dan seringkali bepergian tanpa tujuan yang pasti. Pada stadium lanjut, hampir semua fungsi penderita mengalami gangguan dan penderita memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan fungsinya.

Gambar 4. Huntington Disease.8Saat ini belum diketahui cara untuk mengubah proses dan hasil akhir penyakit yang fatal. Pengobatan simptomatik dari depresi dan psikosis bisa menggunakan antidepresan dan tipikal atau atipikal antipsikotik (misalnya clonazepin dan quetiapine). Gerakan korea bisa dikontrol dengan menggunakan neuroleptik agen, termasuk didalamnya dopamine receptor blocker, seperti haloperidol dan perphenazine, dan presinaptik dopamine depleters seperti reserpine dan tetrabenazine. Dengan menggunakan pengobatan kombinasi dengan supervisi ketat kegiatan harian pasien memungkinkan penanganan di rumah saat tahap awal perjalanan penyakit. Akibat sosial dan psikologik dari penderita ini membutuhkan terapi suportif, dan konseling genetik sangat diperlukan.DAFTAR PUSTAKA1.Ropper A, Brown R. Adams and Victors Principles of Neurology 8th edition. New York. McGraw Hill, 2005.2. Bradley WG, Daroff RB, et all. Neurology in Clinical Practice. Principles of Diagnosis and Management 4th Edition. Utterworth Heinemann. 2004: 690-691.3. Fahn S. Huntingtons Disease. In Merritts Neurology Textbook of Neurology 10th Edition. Lipincot Williams & Wilkins Publisher. 2000.4.Kremer B. Clinical Neurology of Huntingtons Disease. In Bates G. Huntingtons Disease 3rd edition. Oxford University Press. 2002.5.Alexandra Durr. Huntington Disease. In Parkinson Disease and Movement disorder 5th edition. Lippincott Williams & Wilkins.2007.

6.Walker F. Huntington Disease. Lancet. 2007; 369: 218287.Gilman S. Oxford American Handbook of Neurology. New York. Oxford University Press. 2010.8.Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. New York. Thieme. 2004.9.Purdon SE, Mohr E, et all. Huntington's Disease: Pathogenesis, Diagnosis and Treatment. J Psychiatr Neurosci, VoL 19, No. 5, 1994.23