refer at

28
KORTIKOSTEROID TOPIKAL Disusun Oleh: Ririk Riyanti 1102010246 Preseptor: dr. Yanto Widiantoro, Sp. KK KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA RSU dr. SLAMET GARUT

Upload: ririk-riyanti

Post on 02-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

moom

TRANSCRIPT

  • KORTIKOSTEROID TOPIKAL

    Disusun Oleh:Ririk Riyanti1102010246

    Preseptor:dr. Yanto Widiantoro, Sp. KK

    KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTARSU dr. SLAMET GARUT

  • DEFINISIKortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan dibagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormone adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis.

  • CONT....

  • MEKANISME

  • EFEK ANTI-INFLAMASIMekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya dengan menghibisi pelepasan phospholipase A2, suatu enzim yang bertanggung jawab dalam pembentukan prostaglandin, leukotrin, dan derivat asaam arachidonat yang lain. Kortikosteroid juga menginhibisi faktor-faktor transkripsi yang terlibat dalam aktivasi gen pro-inflamasi. Gen-gen ini diregulasi oleh kortikosteroid dan memiliki peran dalam resolusi inflamasi. Kortikosteroid juga mengurangi pelepasan interleukin 1 (IL-1), sitokin proinflamasi penting, dari keratinosit.

  • EFEK IMUNOSUPRESIFEfektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Kortikosteroid menekan produksi dan efek faktor-faktor humoral yang terlibat dalam proses inflamasi, menginhibisi migrasi leukosit ke tempat inflamasi, dan mengganggu fungsi sel endotel, granulosit, sel mast dan fibroblas.

  • EFEK ANTIPROLIFERASIEfek antiprolifrasi kortikosteroid topikal dimediasi oleh inhibisi sintesis dan mitosis DNA, yang sebagian menjelaskan terapi obat-obat ini pada dermatosis dengan scale. Aktivitas fibroblas dan pembentukan kolagen juga diinhibisi oleh kortikosteroid topikal.

  • VASOKONSTRIKSIMekanisme kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi masih belum jelas, namun dianggap berhubungan dengan inhibisi vasodilator alami seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin. Steroid topikal menyebabkan kapiler-kapiler di lapisan superfisial dermis berkonstraksi, sehingga mengurangi edema.

  • KLASIFIKASIKortikosteroid topikal berdasarkan potensi anti-inflamasi dan anti-proliferasi dibagi menjadi beberapa golongan, mulai dari golongan dengan potensi lemah, sedang, kuat dan sangat kuat.United State Pharmacopeial Drug Information for the Health Care Professional membagi kortikosteroid menjadi 4 golongan.

  • I. Potensi Lemah Deksametason 0,04-0,1% Metilprednisolon 0,25-1% Hidrokortison asetat 0,1-1%II. Potensi SedangClobetason butyrat ,05%Desoksimetason 0,05%Diflucorto lon valerat 0,1%Hidrokortison butyrat 0,1%Mometason furoat 0,1%Triamsinolon asetonid 0,1%III. Potensi KuatBetametason dipropionat 0,05%Desoksimetason 0,25%Triamsinolon asetonid 0,5%Halcinonid 0,025%IV. Potensi Sangat KuatDiflucortolon valerat 0,03%Clpbetasol propionat 0,05%

  • Berdasarkan potensi anti-inflamsi dan anti-mitotiknya, kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan (Cornell dan Stoughton, cit. Hamzah, 2005), yaitu :

    KLASIFIKASINAMA GENERIKNAMA DAGANGGolongan I (Super Poten) 0.05% betamethasone dipropionate 0.05% diflorasone diasetat 0.05% clobetasol propionate 0.05% halobetasol propionate Diprolene ointment Diprolene AF cream Psorcon ointment Temovate ointment Temovate cream Ultravate ointment Ultravate cream Golongan II (potent)0.1% amcinonide0.05% betamethasone dipropionate 0.01% ,o,etason fuorate0.05% diflorasone diacetate0.01% halcinonide0.05% fluocinonide0.05% diflorasone diacetate0.05% betamethasone diproprinate0.25% desoximetasone0.05% desoximetasoneCyclocort ointment Diprosone ointmentElocon ointmentFlorone ointmentHalog ointment, cream, solutionLidex ointmen, cream, gel, solutionMaxiflor ointmentMaxivate ointment, creamTopicort ointment, cream, gel

  • Golongan III (Potensi Tinggi)Aristocort A ointment Cutivate ointmentCyclocort creamCyclocort losionDiprosone creamFlurone creamLidex E creamMaxiflor creamMaxivate losionTopicort LP creamValisone ointment 0.1% triamcinolone acetonide 0.005% fluticasone propionate0.1% amcinonide0.05% betamethasone dipropianate 0.05% diflorosone diacetate0.05% fluocinonide0.05% diflorosone diacetate0.05% betamethasone dipropianate0.05% desoximethasone0.01% betamethasone valerate Golongan IV (Potensi Medium)Aristocort ointment Cordran ointment Elocon creamElocon losionKenalog ointmentKenalog creamSynalar ointment Westcort ointment0.1% triamcinolone acetonide 0.5% flurandrenolide0.1% momethasone furoate0.1% triamcinolone acetonide 0.025% fluocinolone acetonide 0.2% hydrocortisone valerate

  • Golongan V (Potensi Medium) 0.5% flurandrenolide 0.05% fluticasone propionate 0.1% prednicarbate 0.05% betamethasone dipropianate 0.1% triamcinolone acetonide 0.1% hydrocortisone butyrate 0.025% fluocinolone acetonide 0.05% desonide 0.1% betamethasone valerate 0.2% hydrocortisone valerate Cordran cream Cutivate cream Dermatop cream Diprosone losion Kenalog losion Locoid ointment Locoid cream Synalar cream Tridesilon ointment Valisone cream Westcort cream Golongan VI (Potensi Medium) 0.05% aciomethasone 0.1% triamcinolone acetonide 0.05% desonide 0.025% triamcinolone acetonide 0.1% hydrocortisone butyrate 0.01% fluocinolone acetonide 0.05% desonide 0.1% betamethasone valerate Aclovate ointment Aclovate cream Aristocort cream DesOwen cream Kenalog cream Kenalog losion Locoid solution Synalar cream Synalar solution Tridesilon cream Valisone losion Golongan VII (Potensi Lemah) Obat topikal dengan hidrokortison, deksamethasone, glumethalon, prednisolone dan metilprednisolone

  • DOSISSebagai aturan kerja, pemberian kortikosteroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 45 g/minggu untuk kortikosteroid topikal poten atau 100 g/minggu untuk potensi sedang dan lemah jika absorpsi sistemik dihindari.

  • CONT..,Efektifitas klinik kortikosteroid topikal selain tergantung pada jenis kortikosteroid yang dipakai, juga tergantung pada konsentrasi dan kemampuan penetrasinya ke dalam epidermis. Menurut Sukanto (2004) secara garis besar kemampuan penetrasi dari kortikosteroid ke dalam epidermis dipengaruhi oleh 4 faktor, antara lain :Tempat pengolesan dengan penetrasi yang kuat antara lain, kulit skrotum, vulva, dahi, aksila dan kulit kepala lebih permeabel dibanding kulit lengan, telapak kaki dan tangan. Penetrasi yang kuat juga dapat terjadi pada lapisan epidermis yang tipis, seperti pada orang tua, anak kecil dan bayi. Dan pada kulit yang meradang dengan peningkatan vaskularisasi, penetrasi obat kortikosteroid jadi lebih kuat.

  • Penambahan bahan keratolitik yang dapat melunakkan lapisan tanduk dari epidermis, seperti asam salsilat 2-3%, Propilen glikol, polietilen glikol dan gliserol sebagai optimizing vehicle, membantu pelepasan steroid dari vehikulum dan sebagai humektan yang menghidrasi lapisan tanduk sehingga dapat meningkatkan penetrasi.Vehikulum misalnya sediaan ointment, penetrasinya lebih baik dibandingkan krim dan losio. Fungsi utama vehikulum ini antara lain:mengeringkan atau melembabkan lesi kulit.melarutkan, membawa, menahan serta melepaskan bahan aktif.meningkatkan permeabilitas dan penetrasi ke dalam kulit. Bebat oklusi poli-etilen menyebabkan kenaikan suhu dan hidrasi epidermis, sehingga meningkatkan penetrasi obat ke jaringan kulit.

  • INDIKASIKortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit. Harus selalu diingat bahwa kortikosteroid bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.Kortikosteroid topikal direkomendasikan untuk aktivitas anti-inflamasinya pada penyakit kulit inflamasi, tetapi dapat juga digunakan untuk efek antimitotik dan kapasitasnya utnuk mengurangi sistesis molekul-molekul connective tissue.

  • RESPONSIVITAS PENYAKIT KULIT TERHADAP KORTIKOSTEROID TOPIKAL

    Highly ResponsiveModerately ResponsiveLeast ResponsivePsoriasis (intertriginous)Atopic dermatitis (children)Seborrheic dermatitisIntertrigo PsoriasisAtopic dermatitis (adult)Nummular eczemaPrimary irritant dermatitisPopular urticariaParapsoriasisLichen simplex chronicusPalmo-plantar psoriasisPsoriasis of nailsDyshidrotic eczemaLupus erythematousPemphigusLichen planusGranuloma annulareNecrobiosis lipoidica diabeticumSarcoidosisAllergic contact dermatitis, acute phaseInsect bites

  • EFEK SAMPINGEfek samping pemakaian kortikosteroid topikal sejajar dengan potensinya, secara garis besar menurut Sukanto (2004), dibagi menjadi :Efek terhadap epidermis :Penipisan epidermis, akibat penurunan aktivitas proliferasi epidermis. Hambatan melanosit sehingga terjadi hipopigmentasi (vitiligo like condition).Efek terhadap dermis :Berupa penurunan sintesa kolagen dan pengurangan jaringan ikat sehingga terbentuk striae, memudahkan perdarahan kapiler di kulit, berupa purpura dan ekimosis.Efek vaskular :Berupa vasodilatasi diikuti efek rebound berupa vasodilatasi, edema, inflamasi dan pustulasi.

  • Secara klinis, efek samping pemakaian kortikosteroid topikal menurut Sukanto (2004) dapat berupa:AtrofiDermatitis perioralRosaseaDermatitis kontak alergikaInfeksiGangguan penyembuhan lukaHipertrikosisTakifilaksis

  • AtrofiKerusakan kulit akibat kortikosteroid topikal disebabkan oleh khasiat antimitosis yang kuat dan akibat penyempitan pembuluh darah setempat, sehingga menyebabkan penurunan sintesa kolagen, perubahan jaringan ikat dan jaringan penyangga pembuluh darah, kemudian menyebabkan atrofi epidermis, teleangiaktasis, purpura, striae, hambatan penyembuhan luka. Dan pada kulit yang atrofi, penetrasi obat kortikosteroid makin kuat, kemudian menambah kerusakan kulit.Atrofi kulit ini menyebabkan, epidermis tipis seperti kertas (tissue paper appearance) purpura, ekimosis, teleangiektasis dan striae, akibat hilangnya jaringan ikat dan atrofi jaringan lemak di bawah kulit.

  • Dermatitis perioralDermatitis perioral merupakan papillae eczematous dengan skuama sekitar bibir yang gatal dan panas, terutama akibat pemakaian kortikosteroid potensi kuat, patogenesisnya belum diketahui secara pasti, infeksi sekunder Candida albicans akan memperberat penyakitnya.RosaseaBerupa lesi eritematus di muka yang menetap disertai atrofi, teleangiektasis, papel dan pustule akibat pemakaian kortikosteroid kuat topikal dalam waktu yang lama. Penetrasi dari pemakaian kortikosteroid topikal pada daerah muka atau kepala akan meningkat akibat adanya folikel kelenjar sebasea, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping ini.

  • Dermatitis kontak alergikaDermatitis kontak alergika akibat pemberian kortikosteroid topikal dapat disebabkan oleh kortikosteroid sendiri atau oleh bahan pembawanya. Tidak jarang terjadi reaksi silang di antara preparat kortikosteroid tersebut karena persamaan dasar dari strukturnya, misalnya betametason valerat dengan hidrokortison, triamsinolon dengan halsinonid dan flusinonid. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai dapat membantu menentukan penyebab, umumnya digunakan tixocortol pivalate 1% di dalam vaselin dan budesonide 1% dalam ethanol, dapat mendeteksi alergi terhadap kortikosteroid topikal sampai 90%.

  • InfeksiPemakaian kortikosteroid topikal memudahkan timbulnya infeksi bakteri, jamur dan virus disebabkan karena mekanisme pertahanan tubuh setempat menurun, pemberian kortikosteroid topikal pada infeksi jamur kulit menyebabkan gambaran klinis tidak jelas, sehingga menyukarkan diagnosis disebut Tinea Incognito. Pemakaian sediaan kombinasi kortikosteroid dan antibiotik sebaiknya hanya digunakan dalam jumlah sedikit dan waktu singkat.Gangguan penyembuhan lukaPemakaian kortikosteroid topikal dapat menghambat penyembuhan luka yang sudah ada, karena khasiat anti-inflamasinya melalui efek vasokonstriksi pembuluh darah kecil, menghambat ekstravasasi leukosit dan eksudasi plasma. Penurunan jumlah leukosit ini, menyebabkan berkurangnya reaktivitas jaringan ikat dan terjadi hambatan pada pembentukan fibroblas dan granulasi.

  • HipertrikosisPemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang terutama yang berpotensi kuat, merangsang pertumbuhan rambut setempat sehingga terbentuk hipertrikosis lokalisata. Hal ini karena efek androgenik dari kortikosteroid, sehingga hipertrikosis dapat terjadi juga pada pemakaian topikal hormon androgen.TakifilaksisPemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang terutama golongan potensi kuat, dapat terjadi efek takifilaksis, yaitu khasiat obat akan menurun sesudah dipakai terus-menerus selama 5-9 hari. Khasiat akan meningkat kembali setelah pemakaian kortikosteroid berkhasiat kuat tersebut dihentikan sementara. Sehingga untuk menghindari terjadinya takifilaksis dan mendapatkan hasil pengobatan optimal, maka pada pemakaian kortikosteroid potensi kuat jangka panjang, sesudah hari pemakaian harus diselingi dengan golongan kortikosteroid yang lebih lemah beberapa hari.

  • KONTRA INDIKASIPenderita hipersensitif terhadap kortikosteroid dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi, rosasea, acne drugs eruption dan dermatitis perioral. Tidak diindikasikan untuk pengobatan lesi kulit karena infeksi jamur, virus, skabies, ulkus, pruritus genital dan perianal.

  • PUSTAKA

    Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 1995, Efek Anti-inflamasi Kortisol, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 9th ed, EGC, Jakarta: 1212 1213.Hamzah, M., 2005, Dermato-Terapi, dalam Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (eds), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th ed, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 344 - 347.Sukanto, H., 2004, Penggunaan Klinis Kortikosteroid Topikal Secara Umum, SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR,http://www.dexamedica.com/test/htdocs/dexamedica/article_files/penggunaklin.pdf