referat anastesi_puasa pre op
TRANSCRIPT
REFERAT
PUASA PREOPERATIF PADA DEWASA DAN ANAK
GUIDELINES FROM EUROPEAN SOCIETY OF ANAESTHESIOLOGY
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Ilmu Anestesi RSUD Tidar Magelang
Disusun Oleh:
Niqko Bayu Prakarsa 20070310007
Diajukan Kepada Yth:
dr. Budi Aviantoro, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UMY
RSUD TIDAR MAGELANG
2012
Halaman Pengesahan
Telah diajukan dan disahkan, referat dengan judul
PUASA PREOPERATIF PADA DEWASA DAN ANAK
GUIDELINES FROM EUROPEAN SOCIETY OF ANAESTHESIOLOGY
Disusun Oleh:
Nama : NIQKO BAYU PRAKARSA
NIM : 20070310007
Telah diajukan
Hari/ Tanggal : 24 November 2012
Disahkan Oleh:
Dosen Pembimbing,
dr. Budi Aviantoro, Sp. An
ii | R e f e r a t A n e s t e s i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul ”
Puasa Preoperatif pada Dewasa dan Anak: Guidelines from European Society of
Anaesthesiology”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ardi Pramono, SpAn., selaku Kepala Bagian Anestesi FK UMY.
2. dr. Budi Aviantoro, Sp.An selaku Kepala Bagian Anestesi RSUD Tidar Magelang
sekaligus staf ahli anestesi dan pembimbing pada pembuatan referat ini.
3. Seluruh staf, medis dan paramedis yang bertugas di bagian anestesi RSUD Tidar
Magelang.
4. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam referat ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, walaupun demikian penulis telah berusaha
sebaik mungkin. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun diharapkan guna
penyusunan dan kesempurnaannya.
Magelang, 24 November 2012
Penyusun
1 | R e f e r a t A n e s t e s i
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................... 2
Bab I. Pendahuluan .......................................................................................... 3
Bab II. Tinjauan Pustaka................................................................................... 5
Bab III. Pembahasan......................................................................................... 1 6
Bab IV. Kesimpulan.......................................................................................... 22
Daftar Pustaka................................................................................................... 23
2 | R e f e r a t A n e s t e s i
BAB I
PENDAHULUAN
Persiapan prabedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena
hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita.
Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita
terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan
pembedahan.1
Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi
pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup pemberian
anestesi lokal, regional,atau umum. Perkembangan preparat anestetik, akhir-akhir ini
telah difokuskan pada obat-obat kerja singkat dan pemulihan yang lebih cepat. 2
Anestesi secara umum sering menimbulkan resiko mual dan muntah saat
digunakan. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan berakibat fatal.
Meniadakan pemasukan apapun melalui oral selama 4-6 jam sebelum operasi perlu
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.1,2
Puasa sebelum pembedahan menyebabkan pemberian obat secara normal
menjadi sulit dipertahankan, padahal penghentian obat secara tiba-tiba dapat
menimbulkan resiko yang berbahaya bagi pasien. Sebuah penelitian yang dilakukan
menunjukkan rata-rata penghentian obat jantung tersebut mencapai 45%. Penghentian
3 | R e f e r a t A n e s t e s i
yang tiba-tiba pada penggunaan obat jantung dapat menyebabkan angina, myocardial
infarction, kematian mendadak, rebound hypertension dan ventricular arrythmias.2
Puasa yang rasional sebelum operasi dapat mengurangi resiko reflek
menyumbat dari bahan makanan yang dikonsumsi oleh pasien saat penggunaan
anestesi. Periode puasa sebelum pemberian anestesi pada tahap pembedahan sangat
penting untuk mencegah aspirasi yang dapat membahayakan pasien. 3,4
Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih dapat menimbulkan defisit cairan
(air dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada pasien orang dewasa. Gejala dari defisit
cairan ini belum dapat dideskripsikan, tetapi termasuk di dalamnya adalah rasa haus,
perasaan mengantuk, dan pusing kepala. Itulah yang menjadi alasan pada banyak
keadan klinis saat pembedahan untuk mempuasakan pasien dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama.2,3,4,5
4 | R e f e r a t A n e s t e s i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puasa Preoperatif
1. Latar Belakang
Puasa menjelang sebuah tindakan operasi adalah suatu hal yang
rutin dilakukan untuk mengurangi efek samping dari suatu tindakan
anestesi yang dilakukan selama pembedahan. Puasa bertujuan
mengurangi resiko terjadinya aspirasi cairan lambung ke paru-paru
pada penderita yang sedang menjalani pembedahan. Aspirasi sering
terjadi pada pasien yang anestesianya tidak adekuat, hamil, gemuk,
airway sulit, operasi emergency, perut penuh dan pasien dengan
gangguan motilitas usus. Aspirasi cairan lambung hingga 30-40 cc
dapat mengakibatkan kerusakan paru yang serius yang dapat kita
hindari dengan cara mengurangi volume cairan lambung melalui
puasa.6
2. Anatomi dan Fisiologi Lambung
5 | R e f e r a t A n e s t e s i
Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan
mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu
fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari antrum
Fungsi lambung adalah7 :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 –
3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene
utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air.
Hormon gastric yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirubah menjadi polipeptida.
6 | R e f e r a t A n e s t e s i
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam
lambung oleh HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam
lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus.
3. Keadaan Lambung selama Puasa
7 | R e f e r a t A n e s t e s i
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seseorang tergantung
dari berapa lamanya ia berpuasa. Secara teori, tubuh memasuki kondisi
puasa sekitar 8 jam setelah makan terakhir kali atau ketika tubuh selesai
mencerna makanan. Pada kondisi normal, cadangan glukosa yang terdapat
di dalam tubuh akan digunakan sebagai sumber asupan energi. Selama
berpuasa, kadar glukosa inilah sumber utama energi. Setelah cadangan
glukosa habis, sumber berikutnya yang dapat digunakan sebagai pasokan
energi adalah lemak. Glukosa sendiri juga dihasilkan dalam jumlah sedikit
melalui mekanisme di dalam hati.8
Hanya berpuasa dalam jangka waktu yang sangat lama-lah yang
menyebabkan cadangan energi diambil dari pemecahan protein yang
terdapat di berbagai sel, juga dari otot. Pada titik inilah puasa bukan
merupakan suatu kegiatan yang sehat lagi dan seseorang sudah mencapai
kondisi ‘kelaparan’. Pemecahan protein yang terdapat di dalam otot dapat
menyebabkan seseorang menjadi sangat lemas.8
Cairan Tubuh selama Puasa Preoperatif
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat timbul akibat
dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif (sektar 6-
12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit
bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi
cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya
8 | R e f e r a t A n e s t e s i
insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat
banyak. 5
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-
faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.5
Faktor-faktor preoperatif: 5
1. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat
diperburuk oleh stres akibat operasi.
2. Prosedur diagnostik
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker
intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang
tidak normal karena efek diuresis osmotik.
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi
eksresi air dan elektrolit
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air
dan elekrolit dari traktus gastrointestinal.
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
9 | R e f e r a t A n e s t e s i
6. Restriksi cairan preoperatif
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat
kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat
meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan
abnormal cairan.
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari
anestesi.
Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa,
lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada
masa pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada
diberikan pada jam pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan
pada jam kedua berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup
diganti dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan
Dextrose. Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi
yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih
dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami
pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam lama puasa.5
10 | R e f e r a t A n e s t e s i
B. Petunjuk Rekomendasi Penatalaksanaan Puasa preoperatif
Periode puasa yang harus dilakukan oleh pasien menjelang pembiusan
disesuaikan dengan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi menjelang
tindakan pembiusan dilakukan. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan
lambung dalam mengosongkan isinya. Cairan bebas ampas biasanya dengan
cepat dapat dikosongkan oleh lambung (half life 10-20 menit) contohnya air
mineral, jus buah tanpa ampas, minuman bersoda, teh dan kopi hitam, tapi
tidak demikian dengan minuman beralkohol.
Makanan padat biasanya lebih lama bertahan dilambung jika
dibandingkan dengan cairan. Biasanya sangat tergantung kepada kandungan
gizi dari jenis makanan padat tersebut. Makanan yang bayak mengandung
lemak atau makanan jenis daging biasanya memerlukan waktu hingga 8 jam
lebih untuk bisa dikosongkan sepenuhnya dari lambung. Sedangkan makanan
ringan dan biskuit hanya membutuhkan waktu 4 jam untuk keluar sepenuhnya
dari lambung. Susu dalam hal ini tergolong bahan padat karena pada saat
mencapai lambung dia akan bereaksi dengan asam lambung membentuk
massa yang padat yang perlu waktu lebih lama untuk di cerna. Susu sapi
memerlukan waktu hingga 5 jam hingga kosong sepenuhnya dari lambung.
Sedangkan ASI yang kadar protein dan lemaknya lebih rendah dari susu sapi
dalam proses pencernaannya memerlukan waktu yang lebih cepat.
11 | R e f e r a t A n e s t e s i
ASA FASTING GUIDELINES
JENIS MAKANAN LAMA PUASA MINIMAL
Minuman ringan 2 jam
ASI 4 jam
Susu formula bayi 4-6 jam
Non human milk 6 jam
Makanan ringan 6 jam
Kondisi yang dapat memperlambat pengosongan lambung
1. Faktor metabolik seperti penyakit DM yang tidak terkontrol, gagal ginjal.
2. Gastroesofageal refluks dapat memperlambat pengosongan lambung dari makanan
padat.
3. Peningkatan tekanan intra-abdomen (hamil, obesitas)
4. Dalam pengaruh opioid
5. Trauma
Catatan : Premedikasi oral yang diberikan 1 jam sebelum operasi dilakukan tidak
memberikan efek kepada volume cairan lambung. Pada studi kasus menggunakan
oral midazolam 30 mg tidak terbukti adanya regurgitasi dan aspirasi.
Bahan-bahan yang dapat mengontrol keasaman dan volume cairan lambung :
1. Antasida
12 | R e f e r a t A n e s t e s i
Antasida adalah senyawa-senyawa basa lemah yang akan bereaksi jika
bertemu dengan asam, dalam hal ini adalah asam lambung. Saat senyawa
basa ini bertemu dengan asam maka akan terjadi reaksi yang berujung
kepada berkurangnya sifat kimia dua zat yang saling bertemu tersebut,
maksudnya senyawa basa akan terkena dampak dari reaksi asam lambung
hingga menjadi netral sedangkan asam lambung akan berkurang
kuantitasnya akibat dari reaksi dengan senyawa basa. Preparat yang
mengandung magnesium akan menyebabkan diare sedangkan alumunium
menyebabkan konstipasi dan kombinasi keduanya saling menghilangkan
pengaruh sehingga tidak terjadi diare dan konstipasi.9
2. H2 blokers/ penghambat pompa proton
Empat antagonis H2 yang beredar di USA adalah: simetidin, ranitidin,
famotidin, dan nizatidin. Kerja antagonis reseptor H2 yang paling penting
adalah mengurangi sekresi asam lambung. Obat ini menghambat sekresi asam
yang dirangsang histamin, gastrin, obat-obat kolinomimetik dan rangsangan
vagal. Volume sekresi asam lambung dan konsentrasi pepsin juga berkurang.
Mekanisme kerjanya memblokir histamin pada reseptor H2 sel pariental
sehingga sel pariental tidak terangsang mengeluarkan asam lambung.
Inhibisi ini bersifat reversibel.9
3. Metocloperamide (lebih efektif IV daripada oral)
Metoclopramide HCl merupakan benzamida tersubstitusi yang merangsang
motilitas saluran pencernaan makanan tanpa mempengaruhi sekresi lambung,
empedu atau pankreas. Metoclopramide HCl mempunyai aktivitas
parasimpatomimetik dan mempunyai sifat antagonis reseptor dopamin dengan
13 | R e f e r a t A n e s t e s i
efek langsung pada kemoreseptor "trigger zone". Metoclopramide HCl
kemungkinan juga mempunyai sifat antagonis reseptor serotonin.9
4. Pompa Proton Inhibitor
Inhibitor pompa proton merupakan “prodrug”, yang memerlukan aktivasi
di lingkungan asam (Pasricha dan Hoogerwefh, 2008). Mekanisme kerjanya
adalah memblokir kerja enzim K+/H+ ATP-ase yang akan memecah K+/H+
ATP. Pemecahan K+/H+ ATP akan menghasilkan energi yang digunakan
untuk mengeluarkan asam dan kanalikuli sel pariental kedalam lumen
lambung . Inhibitor pompa proton memiliki efek yang sangat besar terhadap
produksi asam.9
5. Antikolinergik
Bekerja dengan menurunkan motilitas lambung dan peristalttik usus. Selain
itu juga menurunkan sekresi asam lambung dan air ludah.9
14 | R e f e r a t A n e s t e s i
15 | R e f e r a t A n e s t e s i
BAB III
PEMBAHASAN
Prosedur preoperatif yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran
berlangsungnya tidakan operatif, salah satunya adalah menghentikan masukan oral
pada operasi elektif yang telah dijadwalkan, selama periode tertentu sebelum induksi
anesthesia.10
Reflex laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regurgitasi isi
lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan risiko utama pada
pasien yang menjalani anesthesia.10
Berikut ini merupakan acuan pelaksanaan puasa pre operatif yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Anestesiologis Eropa (European Society of Anaesthesiology) pada
tahun 2011.
A. Puasa
1. Cairan
Dewasa dan anak diperbolehkan untuk meminum cairan bening (air putih,
teh manis, jus tanpa ampas dan kopi hitam tanpa susu) hingga 2 jam
sebelum operasi yang sudah terjadwal, termasuk section caesarean.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa meminum minuman bening
dinilai aman hingga 2 jam sebelum operasi karena waktu pengosongan
lambung yang cepat.
16 | R e f e r a t A n e s t e s i
Memperlama puasa pada pasien pra bedah dapat menyebabkan stress
selama tindakan bedah, terutama pada orang tua dan anak-anak.
2. Makanan Padat
Makanan padat tidak boleh diberikan sejak 6 jam sebelum tindakan bedah
berlangsung, baik pada dewasa maupun anak-anak. Susu secara umum,
bila diminum dalam jumlah yang banyak akan mengental di dalam
lambung, dan bersifat sama dengan makanan padat (mengurangi
kecepatan pengosongan lambung), tetapi konsumsi dalam jumlah kecil
tidak bermakna dan bersifat sama seperti minuman bening.
Penambahan susu dalam teh maupun kopi masih dikelompokkan ke dalam
minuman bening dengan catatan jumlah susu yang ditambahkan tidak
lebih dari seperlima total volume teh/kopi sebelum diberi susu.
3. Permen Karet, Gula-Gula, dan Rokok
Konsumsi permen karet, gula-gula, dan rokok segera sebelum tindakan
bedah dinilai aman. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan,
terdapat penelitian yang mengatakan bahwa volume cairan dan PH
lambung tidak berbeda secara bermakna baik sebelum maupun sesudah
mengkonsumsi jenis-jenis makanan tersebut. Sedang penelitian lain
mengatakan bahwa perbedaan volume cairan dan PH lambung berbeda
bermakna secara statistikal, tetapi tidak menyebabkan efek yang
merugikan seperti kejadian aspirasi selama tindakan anesthesia, sehingga
dinilai tidak bermakna secara klinis.
17 | R e f e r a t A n e s t e s i
4. Pasien dengan Gangguan Pengosongan Lambung
Pasien dengan obesitas, gastro-oesophageal reflux, diabetes mellitus, dan
wanita hamil dapat mengikuti acuan prosedur dalam guideline ini secara
aman.
B. Obat-obatan
Tidak terdapat bukti yang cukup dari penelitian-penelitian sebelumnya,
tentang keuntungan klinis pemberian antacid, metoclopramid, ataupun H2-
reseptor antagonis sebelum tindakan bedah non obstetric.
- Obat Prokinetik dan Histamine H2-antagonis
Terdapat sangat sedikit studi yang mendukung pemberian profilaksis
prokinetik untuk mengurangi resiko aspirasi lambung selama tindakan
operatif.
Salah satu studi meneliti tentang efek obat prokinetik terhadap volume
cairan dan PH lambung selama induksi anestesi pada pasien dengan
anestesi umum yang akan dibedah Caesar. Studi ini menggunakan 3
kelompok grup yang masing-masing berjumlah 25 orang, grup pertama
diberikan kombinasi H2antagonis (ranitidine) dan prokinetik
(metoclopramid) sebagai kelompok perlakuan, grup kedua diberikan
H2antagonis saja (ranitidine), dan grup terakhir diberikan placebo yang
merupakan kelompok kontrol. Dari studi tersebut didapatkan hasil bahwa
pemberian obat secara kombinasi terbukti secara signifikan efektif untuk
menaikkan PH dan mengurangi volume cairan lambung.
18 | R e f e r a t A n e s t e s i
Walau sudah ada beberapa studi yang menunjukkan hasil yang sama, akan
tetapi dinilai kurang cukup untuk memberikan bukti karena tidak sedikit
dari penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang bertentangan.
- Pompa Proton Inhibitor (PPI)
Tidak jelas berapa lama efek perlindungan yang potensial terhadap
kejadian aspirasi selama tidakan operasi,. Akan tetapi resiko terjadinya
aspirasi ini sangat kecil, dan tidak bermakna secara klinis.
C. Konsumsi Karbohidrat Preoperatif: Hubungannya dengan Pengosongan
Lambung dan Keuntungannya
Meminum minuman yang kaya akan kandungan karbohidrat
diperbolehkan hingga 2 jam sebelum induksi anestesi, termasuk pasien
diabetes.
Membiarkan pasien untuk meminum minuman bening hingga 2 jam
sebelum tidakan bedah, tidak menyebabkan banyak perubahan pada
metabolisme tubuh, mengingat minuman tersebut tidak mengandung cukup
kalori yang diubah menjadi energy. Cara terbaik untuk mengetahui perubahan
metabolisme setelah puasa semalaman yaitu dengan mengkonsumsi
karbohidrat. Adanya glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan merangsang
produksi insulin. Hal ini menyebabkan berkurangnya resistensi insulin post
operatif. Ini penting untuk dietahui karena resistensi insulin post operatif dan
hiperglikemia berkaitan erat dengan perbaikan outcome setelah operasi
selesai.
19 | R e f e r a t A n e s t e s i
Selain menurunkan kejadian resistensi insulin post operatif, konsumsi
minuman yang kaya akan kandungan karbohirat sebelum tindakan bedah akan
meperbaiki emosi pasien secara subyektif serta mengurangi rasa haus dan
lapar.
D. Puasa Preoperatif pada Bayi dan Anak
- Cairan
Seorang anak yang akan menjalani tindakan bedah diperbolehkan
meminum minuman bening hingga 2 jam sebelum induksi anestesi
diberikan.
Bayi yang hendak menjalani tindakan bedah harus diberi makan sebelum
operasi dimulai. Air Susu Ibu (ASI) aman untuk diberikan hingga 4 jam
sebelum operasi dan susu formula hingga 6 jam sebelum operasi.
Sedangkan minuman bening sama aturannya seperti pada pasien anak
maupun dewasa.
Memperbolehkan anak untuk minum sebelum tindakan bedah akan
memperbaiki kecemasan pada orangtua dan anak, mengurangi rasa haus,
dan mengurangi risiko dehidrasi pre operatif pada bayi muda.
- Air Susu Ibu(ASI) dan Susu Formula
Beberapa studi mengatakan bahwa ASI dikosongkan dari lambung lebih
cepat daripada susu formula yang keduanya memiliki waktu paru lebih
dari 2 jam. Berdasarkan data tersebut, maka lamanya bayi berpuasa
sebelum menjalani tindakan bedah yaitu 4 jam bila minum ASI dan 4-6
20 | R e f e r a t A n e s t e s i
jam bila minum susu formula, karena susu sapi maupun susu bubuk
bersifat sama serperti makanan padat.
- Makanan Padat
Makanan padat tidak boleh diberikan sejak 6 jam sebelum tindakan bedah
berlangsung, baik pada dewasa maupun anak-anak. Susu secara umum,
bila diminum dalam jumlah yang banyak akan mengental di dalam
lambung, dan bersifat sama dengan makanan padat (mengurangi
kecepatan pengosongan lambung), tetapi konsumsi dalam jumlah kecil
tidak bermakna dan bersifat sama seperti minuman bening.
Penambahan susu dalam teh maupun kopi masih dikelompokkan ke dalam
minuman bening dengan catatan jumlah susu yang ditambahkan tidak
lebih dari seperlima total volume teh/kopi sebelum diberi susu.
- Cairan post operatif
Minum dapat diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi pada 3
jam setelah operasi selesai. Pemberian jeda waktu ini dapat mengurangi
kejadian muntah post operatif. Akan tetapi penelitian terbaru
membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian muntah dengan
menunda masukan oral post operatif, sehingga membiarkan anak
memakan/minum segera setelah operasi pun diperbolehkan.
E. Puasa pada pasien Obstetri yang Akan Menjalani Pembedahan
21 | R e f e r a t A n e s t e s i
Pasien yang sedang dalam persalinan diperbolehkan meminum caian
bening sebagaimana aturan yang telah diberlakukan. Makanan padat harus
dihindari selama persalinan aktif. Obat H2-reseptor antagonis (contoh
Ranitidin 150 mg) atau PPI (contoh omeprazole 40 mg) harus diberikan satu
malam sebelum dilakukan tindakan bedah dan diulang 60-90menit sebelum
induksi anestesi dilakukan.
Pada bedah Caesar yang bersifat emergensi, pemberian H2 reseptor
antagonis (contoh ranitidine 50 mg) diberikan melalui intravena selama
operasi berlangsung dengan anestesi regional. Sedangkan pada bedah Caesar
dengan anestesi umum, obat yang diberikan berupa H2 antagonis reseptor dan
antacid oral sebelum induksi anestesi dimulai.
Pasien yang telah menjalani bedah Caesar dapat minum antara 30 menit
sampai 2 jam setelah operasi selesai. Sedangkan makanan padat ditunda
hingga 12 jam setelah operasi ntuk menghindari kejadian mual dan muntah.
22 | R e f e r a t A n e s t e s i
BAB IV
KESIMPULAN
1. Puasa bertujuan mengurangi resiko terjadinya reflux dan aspirasi cairan
lambung ke paru-paru pada penderita yang sedang menjalani pembedahan.
Cairan lambung yang sifatnya asam dapat menyebabkan lisisnya alveolus jika
sampai teraspirasi ke dalam paru paru.
2. Pemberian obat-obatan seperti antasida, H2 antagonis, pomba proton inhibitor
dapat membantu dalam melindungi lambung dari terlalu asamnya ph lambung,
serta peberian prokinetik medication dapat mempercepat pengosongan
lambung.
3. Acuan prosedur yang dijabarkan di atas adalah menurut guideline yang
dikeluarkan oleh European Anaesthesiology Society pada tahun 2011 sebagai
panduan tatalaksana puasa pre operatif pada tindakan bedah yang terjadwal.
23 | R e f e r a t A n e s t e s i
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Persiapan
Prabedah. Edisi 3. Jakarta. EGC. Hal 298-313
2. Setyorini,D. 2009. Pengetahuan dan Sikap Perawat di Rumah Sakit Ortopedi
prof. Dr. R. Soeharso Surakarta terhadap Terapi Obat Peroral dalam Periode
Puasa Prabedah. KTI untuk menempuh derajat S1. Fakultas Farmasi UMS.
Surakarta.
3. Kurniawanto,M. 2010. Opini Perawat di Rumah Sakit dr. Moewardi
Surakarta terhadap Pemberian Obat dalam ”Peri-operative Fasting
Period” : sebuah survey. KTI untuk menempuh derajat S1. Fakultas Farmasi
UMS. Surakarta.
4. Smith, I, et al. 2011. Guidelines Perioperative Fasting in Adults and
Children: Guidelines from the European Society of Anaesthesiology.
Europaen Journal of Anethesiology. 557-569
5. Brady M, Kinn S, Ness V, et al. Preoperative fasting for preventing
perioperative complication in children [review]. Cochrane Database Systemic
Rev 2009:CD005285.
6. Sereide E, Erikson LI, Hirlekar G, et al. Preoperative fasting guidelines: an
update [review]. Acta Anesthesiol Scand 2005; 49:1041-1047.
24 | R e f e r a t A n e s t e s i
7. Hartanto, W. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian
farmakologi klinik dan terapeutik fakultas kedokteran universitas padjadjaran.
Jawa Barat.
8. Anonim. 2010. Puasa Preoperatif. Diakses tanggal 29 Agustus 2012 dari
http://owthey.blogspot.com/2010/03/puasa-preoperatif.html , sumber: oxford
handbook of Anesthesia.
9. Anonim. 2012. Sistem Pencernaan. Diakses tanggal 29 Agustus 2012 dari
http://nswahyunc.blogspot.com/2012_03_25_archive.html.
10. Anonim. 2012. Perubahan Fisiologis Tubuh di Kala Puasa. Diakses tanggal
31 Agustus 2012 dari http://m.klikdokter.com/detail/read/4/1078/perubahan-
fisiologis-tubuh-di-kala-berpuasa
11. Muyassaroh, A. 2009. Evaluasi Penggunaan ObatTtukak Peptik pada Pasien
Tukak Peptik (peptic ulcer disease) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Islam Kustati Surakarta tahun 2008. KTI untuk menempuh derajat S1.
Fakultas Farmasi UMS. Surakarta.
12. Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta:
FK UI
25 | R e f e r a t A n e s t e s i