referat asma.docx
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 referat asma.docx
1/25
Pendahuluan
A. Latar belakang
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengiepisodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir
prevalensi asma terus meningkat terutama di Negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-
negara Asia Pasifik seperti ndonesia. !tudi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bah"a
tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika !erikat
dan #ropa. $ampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dira"at di rumah sakit dan
melakukan kunjungan ke bagian ga"at darurat setiap tahunnya. $al tersebut disebabkan
manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global
Initiative forAsthma %&NA'.(,) *atalaksana asma dibagi menjadi dua kelompok yaitu saat
serangan asma dan di luar serangan asma. *ujuan tatalaksana serangan asma adalah
menghilangkan hipoksemia dan gejala sesegera mungkin tergantung derajat serangannya yaitu
serangan ringan, sedang, dan berat.
B. Tujuan pembahasan
+ntuk mengetahui tentang patofisiologi, gejala klinis, dan penatalaksanaan asma bronkial
yang harus dilakukan dokter umum
-
8/16/2019 referat asma.docx
2/25
ISI
A. Defnisi asma
GINA mengeluarkan batasan asma yang lengkap, yang
menggambarkan konsep infamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya
asma sebagai berikut. Asma ialah gangguan infamasi kronik saluran napas
dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinol, danlimosit
T. Pada orang yang rentan, infamasi inimenyebabkan episode mengi
berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada
malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan
jalan napas yang luas namun berariasi, sebagian bersiat reersibel baik
se!ara spontan maupun dengan pengobatan. Infamasi ini juga berhubungan
dengan hiperreaktiitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan."
#atasan di atas memang sangat lengkap, namun dalam penerapan
klinis untuk anak tidak praktis. Agaknya karena itu para perumus $onsensus
Internasional dalam pernyataan ketiganya tetap menggunakan denisi lama
yaitu mengi berulang dan% atau batuk persisten dalam keadaan asma adalah
yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan.
$onsensus Nasional juga menggunakan batasan yang praktis ini
dalam batasan operasionalnya. &ehubungan dengan kesulitan mendiagnosis
asma pada anak ke!il, dengan bertambahnya umur, khususnya di atas umur
' tahun, diagnosis asma menjadi lebih deniti. #ahkan untuk anak di atas
umur ( tahun denisi GINA dapat digunakan.)
B. Epidemiologi
Di ndonesia, prevalensi asma belum diketahui seara pasti. $asil penelitian pada anak
sekolah usia (3-( tahun dengan menggunakan kuesioner !AA % InternationalStudy on
Asthma and Allergy in Children' tahun (// melaporkan prevalensi asma sebesar ),(1,
sedangkan pada tahun )003 meningkat menjadi ,)1. $asil survey asma pada anak sekolah di
beberapa kota di ndonesia %2edan, Palembang, akarta, 4andung, !emarang, 5ogyakarta,
-
8/16/2019 referat asma.docx
3/25
2alang dan Denpasar' menunjukkan prevalensi asma pada anak !D %6 sampai () tahun' berkisar
antara 3,7-6,1, sedangkan pada anak !2P di akarta Pusat sebesar ,81. 4erdasarkan
gambaran tersebut, terlihat bah"a asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian serius.3
Diagram (. Prevalensi asma di dunia
!umber9 4easley :. ; #ll"ood P., )0033
C. Faktor Risiko Asma
!eara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas fator genetik dan faktor lingkungan.
(.
-
8/16/2019 referat asma.docx
4/25
biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan
faktor penetus.
b. $ipereaktivitas bronkus9 saluran napas sensitif terhadap berbagai rangsangan
alergen maupun iritan.. enis kelamin9 pria merupakan risiko untuk asma pada anak. !ebelum usia (
tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah (,-) kali dibanding anak
perempuan. *etapi menjelang de"asa perbandingan tersebut lebih kurang sama
dan pada masa menopause perempuan lebih banyak.
d. :as=etnik e. >besitas9 obesitas atau peningkatan Body Mass Index %42', merupakan faktor
risiko asma. 2ediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran
napas dan meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. 2eskipun mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat
memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
).
-
8/16/2019 referat asma.docx
5/25
berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti meningkatkan
risiko terjadinya gejala serupa asma pada usia dini.f. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
g. Exercise-induced asthma pada penderita yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas=olahraga tertentu. !ebagian besar penderita asma akanmendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.
@ari epat paling mudah menimbulkan serangan asma. !erangan asma karena
aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.
h. Perubahan uaa9 uaa lembab dan ha"a pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemiu
terjadinya serangan asma. !erangan kadang-kadang berhubungan dengan musim,
seperti9 musim hujan, musim kemarau, musim bunga %serbuk sari beterbangan'.
i. !tatus ekonomi
-
Ada beberapa proses yang terjadi sebelum pasien menderita asma9
(. !ensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan lingkungan apabila terpajan dengan
pemiu %induer=sensitisier' maka akan timbul sensitisasi pada dirinya.). !eseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum tentu menjadi asma. Apabila
seseorang yang telah mengalami sensitisasi terpajan dengan pemau %enhaner' maka
terjadi proses inflamasi pada saluran napasnya. Proses inflamasi yang berlangsung lama
atau proses inflamasinya berat seara klinis berhubungan dengan hiper reaktivitas
bronkus.3. !etelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh penetus %trigger' maka
akan terjadi serangan asma %mengi'
-
8/16/2019 referat asma.docx
6/25
&ambar (. P roses !ebelum Asma
!umber9 +!+,. )007()
-
8/16/2019 referat asma.docx
7/25
abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi g#
terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan
bronkiolus dan bronkus keil. 4ila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi
g# orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi g# yang melekat
pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai maam mediator.
4eberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan
bradikinin. $al itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus keil, sekresi
mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga
menyebabkan inflamasi saluran napas. Pada reaksi alergi fase epat, obstruksi saluran napas
terjadi segera yaitu (0-( menit setelah pajanan alergen. !pasme bronkus yang terjadi
merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada
otot polos bronkus.
Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama (6-
) jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. !el-sel inflamasi seperti eosinofil, sel
*, sel mast dan Antigen !resenting Cell %AP' merupakan sel-sel kuni dalam patogenesis asma.
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag
alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan
refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan
membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam
submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. ?erusakan epitel bronkus oleh mediator
yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast
misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan !>). Pada keadaan tersebut
reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. +jung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang
menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senya"a P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-
"elated !eptide %&:P'. Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi,
edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
$ipereaktivitas bronkus merupakan iri khas asma, besarnya hipereaktivitas bronkus
tersebut dapat diukur seara tidak langsung, yang merupakan parameter objektif beratnya
hipereaktivitas bronkus. 4erbagai ara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus
tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen,
maupun inhalasi at nonspesifik. 3-,7
-
8/16/2019 referat asma.docx
8/25
Diagram ). Patofisiologi Asma 4ronkial
!umber9 !antoso 2,. )0(0
))
E. Diagnosis Asma Bronkiale
!eperti pada penyakit lain, diagnosis penyakit asma dapat ditegakkan dengan anamnesis yang
baik. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
(. Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain9 ri"ayat hidung
ingusan atau mampat %rhinitis alergi', mata gatal, merah, dan berair %konjungtivitis alergi', dan
eksem atopi, batuk yang sering kambuh %kronik' disertai mengi, flu berulang, sakit akibat
perubahan musim atau pergantian uaa, adanya hambatan beraktivitas karena masalah
pernapasan %saat berolahraga', sering terbangun pada malam hari, ri"ayat keluarga %ri"ayat
asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga', memelihara binatang di dalam rumah, banyak
keoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. +ntuk mengetahui adanya tungau debu
-
8/16/2019 referat asma.docx
9/25
rumah, tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu, sofa kain bludru, kasur kapuk, banyak
barang di kamar tidur. Apakah sesak dengan bau-bauan seperti parfum, spray pembunuh
serangga, apakah pasien merokok, orang lain yang merokok di rumah atau lingkungan kerja, obat
yang digunakan pasien, apakah ada beta bloc#er , aspirin atau steroid.
). Pemeriksaan
-
8/16/2019 referat asma.docx
10/25
Tabel ". Gejala kun!i diagnosis asma
&umber1 2A3I,. )445"4
-
8/16/2019 referat asma.docx
11/25
0iagram ). Tahap 0iagnosis Asma #ronkiale
&umber1 6ajalah $edokteran Indonesia,. )447"4
-
8/16/2019 referat asma.docx
12/25
3. Pemeriksaan Penunjang
• pirometer. Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga
untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
• Peak Flow Meter/ PF!. !ea# flo$ meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana,
alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru. >leh
karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan
pemeriksaan obyektif %spirometer= 'orced Expiration (olume in ) second %
-
8/16/2019 referat asma.docx
13/25
mengetahui $:4 dapat dilakukan dengan latihan jasmani, inhalasi udara dingin atau
kering, histamin, dan metakolin.-,8
F. 'lasifikasi Asma
!ebenarnya derajat berat asma adalah suatu kontinum, yang berarti bah"a derajat berat
asma persisten dapat berkurang atau bertambah. Derajat gejala eksaserbasi atau serangan asma
dapat bervariasi yang tidak tergantung dari derajat sebelumnya.
'lasifikasi !enurut Etiologi
4anyak usaha telah dilakukan untuk membagi asma menurut etiologi, terutama dengan
bahan lingkungan yang mensensititasi. Namun hal itu sulit dilakukan antara lain oleh karena
bahan tersebut sering tidak diketahui.
'lasifikasi !enurut Derajat Berat Asma
?lasifikasi asma menurut derajat berat berguna untuk menentukan obat yang diperlukan
pada a"al penanganan asma. 2enurut derajat besar asma diklasifikasikan sebagai intermiten,
persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat.
'lasifikasi !enurut 'ontrol Asma
?ontrol asma dapat didefinisikan menurut berbagai ara. Pada umumnya, istilah kontrol
menunjukkan penyakit yang teregah atau bahkan sembuh. Namun pada asma, hal itu tidak
realistis maksud kontrol adalah kontrol manifestasi penyakit. ?ontrol yang lengkap biasanya
diperoleh dengan pengobatan. *ujuan pengobatan adalah memperoleh dan mempertahankan
kontrol untuk "aktu lama dengan pemberian obat yang aman, dan tanpa efek samping.
'lasifikasi Asma Berdasarkan (ejalaAsma dapat diklasifikasikan pada saat tanpa serangan dan pada saat serangan. *idak ada
satu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya suatu penyakit, pemeriksaan
gejala-gejala dan uji faal paru berguna untuk mengklasifikasi penyakit menurut berat ringannya.
?lasifikasi itu sangat penting untuk penatalaksanaan asma. 4erat ringan asma ditentukan oleh
berbagai faktor seperti gambaran klinis sebelum pengobatan %gejala, eksaserbasi, gejala malam
-
8/16/2019 referat asma.docx
14/25
hari, pemberian obat inhalasi b-) agonis, dan uji faal paru' serta obat-obat yang digunakan untuk
mengontrol asma %jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat'. Asma dapat
diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat.
Global Initiative for Asthma %&NA' melakukan pembagian derajat serangan asma
berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat
serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. ?lasifikasi tersebut adalah asma serangan
ringan, asma serangan sedang, dan asma serangan berat. Dalam hal ini perlu adanya pembedaan
antara asma kronik dengan serangan asma akut. Dalam melakukan penilaian berat ringannya
serangan asma, tidak harus lengkap untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan
sebagai prediksi dalam menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan dengan
keterbatasan yang ada.-
*abel ). ?lasifikasi Asma 4ronkiale
!umber9 N$,. )007(0
(. Tata laksana
-
8/16/2019 referat asma.docx
15/25
• Tatalaksana komunikasi) informasi) dan edukasi *'#E+ pada penderita dan
keluarganya, penghindaran terhadap faktor penetus, dan medikamentosa. Pada ?#
perlu ditekankan bah"a keberhasilan terapi atau tatalaksana sangat bergantung pada
kerjasama yang baik antara keluarga %penderita' dan dokter yang menanganinya.
?eluarga penderita asma perlu dijelaskan mengenai asma seara detail dengan bahasa
a"am agar keluarga mengetahui apa yang terjadi pada asma, kapan harus pergi ke dokter,
penanganan pertama apabila terjadi serangan, dan sebagainya.
• Tatalaksana non medika mentosa. *atalaksana tentang penghindaran terhadap penetus
memegang peran yang ukup. !erangan asma akan timbul apabila ada suatu faktor
penetus yang menyebabkan terjadinya rangsangan terhadap saluran respiratorik yang
berakibat terjadi bronkokonstriksi, edema mukosa, dan hipersekresi. Penghindaran
terhadap penetus diharapkan dapat mengurangi rangsangan terhadap saluran
respiratorik.
• Tatalaksana medikamentosa dibagi dalam dua kelompok besar yaitu tatalaksana saat
serangan dan tatalaksana jangka panjang. Pada saat serangan pemberian F-) agonis pada
a"al serangan dapat mengurangi gejala dengan epat. 4ila diperlukan dapat diberikan
kortikosteroid sistemik pada serangan sedang dan berat./-((
Pen,egahan
+paya penegahan asma anak menakup penegahan dini sensitisasi terhadap alergen
sejak masa fetus,penegahan manifestasi asma bronkial pada pasien penyakit atopi yang belum
menderita asma, sertapenegahan serangan dan eksaserbasi asma.
?ontrol lingkungan merupakan upaya penegahan untuk menghindari pajanan alergen
dan polutan, baik untuk menegah sensitisasi maupun penghindaran penetus.Para peneliti
umumnya menyatakan bah"a alergen utama yang harus dihindari adalah tungau debu rumah,
keoak, bulu he"an peliharaan terutama kuing, spora jamur, dan serbuk sari bunga. Polutan
harus dihindari adalah asap tembakau sehingga mutlak dilarang merokok dalam rumah. Polutan
yang telah diidentifikasi berhubungan dengan eksaserbasi asma adalah asap kendaraan, kayu
bakar, oon, dan !>). Penghindaran maksimal harus dilakukan di tempat anak biasa berada,
terutama kamar tidur dan tempat bermain sehari-hari.
-
8/16/2019 referat asma.docx
16/25
+ntuk ndonesia, "alaupun belum ada data yang menyokong, agaknya kita harus
menghindari obat nyamuk dan asap lampu minyak. 4eberapa klinik telah melakukan upaya
penegahan sensitisasi terhadap fetus dan bayi, antara lain dengan memberikan diet hipo dan non
alergenik serta penghindaran asap rokok. Galaupun seara teoritis pemberian diet hipoalergenik
pada masa trimester ketiga kehamilan sangat menarik, ternyata bukti klinis penelitian tersebut
tidaklah menggembirakan. *idak terlihat perbedaan kejadian penyakit alergi pada umur tahun
antara kelompok perlakuan dan kelola. $asil lebih baik justru akan terlihat pada bayi yang
mendapatA! dari ibu dengan diet hipoalergenik pada masa laktasi. !ebaliknya terbukti bah"a
ibu perokok akan membahayakan perkembangan paru bayi baik dilakukan pada masa sebelum
maupun setelah kelahiran, yang berpengaruh terhadap peningkatan risiko terjadinya mengi dan
infeksi virus serta asma kronik anak.
4erdasarkan pengetahuan dasar tentang proses sensitisasi dan allergic march maka upaya
penegahanasma dilakukan juga dengan menegah dan menghambat perjalanan alamiah
penyakit alergi. +paya tersebut antara lain adalah dengan menegah timbulnya suatu penyakit
alergi %asma' pada anak yang telah tersensitisasi. !uatu uji klinis multisenter #*A %e arly
treatment of the atopic child ' telah menunjukkan manfaat setiriin untuk menghambat timbulnya
asma pada anak keil penderita dermatitis atopi yang sudah tersensitisasi terhadap alergen
tertentu tetapi belum menderita asma.
+ntuk anak yang sudah menderita asma dilakukan pengobatan penegahan dan kontrol
asma yang bertujuan untuk menegah kekambuhan, atau menurunkan kekerapan serta derajat
serangan asma,dengan pemberian sodium kromolin, ketotifen, inhibitor dan antagonis leukotrien,
serta kortikosteroid.
!odium kromolin sulit diaplikasi pada anak keil, sedangkan inhibitor serta antagonis
leukotrien baru dianjurkan untuk anak besar %E() tahun' saja. ?etotifen sejauh ini memberikan
efek profilaksis terutama untuk asma ringan. 4erbagai jenis antihistamin generasi baru mungkin
dapat bermanfaat pula sebagai penegah asma tetapi uji klinis yang memadai untuk itu belum
ada. !ejauh ini kortikosteroid merupakan antiinflamasi terpilih yang paling efektif untuk
penegahan asma. Pemberian kortikosteroid inhalasi dapat mengontrol asma kronik dengan baik,
"alaupun pada anak keil relatif lebih sulit dilakukan sehingga membutuhkan alat bantu inhalasi.
-
8/16/2019 referat asma.docx
17/25
Pengobatan Asma
*atalaksana jangka panjang %aspek kronis' pada asma anak diberikan pada asma episodik
sering dan persisten, sedangkan pada asma episodik jarang tidak diperlukan. Proses inflamasi
kronis yang terjadi pada asma bersamaan dengan proses remodelling yang ditandai dengan
disfungsi epitel. Dengan dasar tersebut penanganan asma lebih ditujukan pada kedua proses
tersebut. 5ang masih dalam perdebatan adalah apakah proses inflamasi itu berjalan bersamaan
dengan proses remodelling %seara paralel' ataukah setelah proses inflamasi kronis baru terjadi
proses remodelling %seara sekuensial'.
*eori yang dikemukakan $olgate, menjelaskan proses remodelling justru terjadi seara
parallel dengan proses inflamasi, bukannya sekuensial yang selama ini dikenal, tetapi teori
tersebut masih mendapat tantangan. Dengan pengertian bah"a inflamasi sudah terjadi pada saat
ditegakkan diagnosis asma, maka peran kortikosteroid menjadi sangat penting, karena sampai
saat ini kortikosteroid adalah antiinflamasi yang paling kuat. Pemberian kortikosteroid yang lama
pada anak merupakan perdebatan yang ukup lama.Para ahli sepakat bah"a pemberian
kortikosteroid seara sistemik dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan anak
sehingga harus berhati-hati dan bila memungkinkan dihindari.4erdasarkan hal tersebut,
pemberian seara topikal menjadi pilihan utama. Pemberian kortikosteroid seara topikal %dalam
hal ini seara inhalasi' dalam "aktu lama %jangka panjang' dengan dosis dan ara yang tepat
tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak.
()
Pengobatan asma pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan dan menjaga status
aktivitas anak normal dan faal paru normal, menegah timbulnya asma kronik, serta menegah
pengaruh buruk tindakan pengobatan.
!eara umum obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu obat pelega
%relievers' dan obat pengontrol %controllers'.
• >bat pelega asma bertujuan untuk melegakan saluran napas dan menghilangkan
serangan serta eksaserbasi akut dengan pemberian bronkodilator. 4ronkodilator
yang banyak dipakai saat ini adalah B)- agonis, selain Hantin dan antikolinergik.
>bat pengontrol asma bertujuan menjaga dan mengontrol asma persisten dengan
menegah kekambuhan.
-
8/16/2019 referat asma.docx
18/25
• >bat pengontrol asma yang banyak dipergunakan adalah kortikosteroid, selain
anti-inflamasi lain seperti sodium kromolin, nedokromil, inhibitor dan antagonis
leukotrien, serta berbagai antihistamin generasi baru.
• >bat B) Iagonis bermanfaat untuk dipakai sebagai terapi intermiten asma
episodik, sebagai tambahan terapi intermiten, atau terapi rutin penunjang anti-
inflamasi pada asma relaps berulang atau kronis, sebelum aktifitas fisik untuk
menghambat exercise induced asthma, dan untuk penolong asma akut. >bat ini
tersedia dalam bentuk oral, atau inhalasi yang efektif dilakukan dengan inhaler
dosis terukur, rotohaler, atau nebuliser.
*eofilin merupakan preparat metil-Hantin yang pada masanya sangat populer untuk terapi
rumatan asma kronik ringan, dan sebagai penunjang pengobatan asma kronik berat. Dosis
teofilin peroral mg=kg44=kali. Galaupun saat ini masih banyak dipakai, teofilin tidak begitu
menarik lagi setelah pengobatan anti-inflamasi untuk asma lebih terfokus kepada
kortikosteroid.!elama ini efek anti-inflamasi teofilin memang masih sering dipertanyakan.
!elainitu metabolisme teofilin diketahui akan terganggu dalam keadaan demam oleh penyakit
tertentu, seperti influena, atau oleh obat seperti eritromisin, simetidin, dan siprofloksasin. Pada
anak, teofilin juga diketahui dapat mempengaruhi prestasi sekolah sehingga tidak dianjurkan
untuk diberikan pada anak dengan gangguan psikologis atau gangguan belajar.
>bat antikolinergik selain bersifat bronkodilator juga akan mengurangi hipersekresi
mukus dan mengatasi iritabilitas reseptor batuk. >bat ini tersedia dalam bentuk inhalasi dan
nebulasi, terbukti efektif untuk asma akut bila diberikan bersama B)-agonis. !eperti telah
disebutkan maka pengontrol asma merupakan pengobatan yang efektif untuk penegahan asma
dan dipergunakan untuk semua tingkatan asma.
?ortikosteroid merupakan obat terpilih dan sangat efektif, baik dalam bentuk parenteral
dan oral untuk jangka pendek, maupun bentuk inhalasi yang terutama diadangkan untuk
pemakaian jangka panjang. !ejak mula pertama dipergunakan lebih dari )0 tahun lalu terlihat
bah"a kortikosteroid inhalasi jelas member efek terapi sangat baik untuk asma ringan, sedang,
dan berat baik untuk pengobatan jangka pendek maupun jangka panjang. !ejauh ini tidak
ditemukan efek buruk yang berarti bila diberi dengan dosis yang dianjurkan.
-
8/16/2019 referat asma.docx
19/25
Penggunaan kortikosteroid inhalasi telah dibuktikan keuntungan dan keamanannya
selama digunakan dengan arayang benar. Pemberian yang salah, baik dosis maupun ara
pemberian, justru akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan anak dan efek samping lainnya
seperti moon face, hipertensi, pera"akan pendek, dan sebagainya.(3-(
Pada tahap a"al, dosis kortikosteroid yang diberikan dimulai dengan dosis rendah %pada
anak E () tahun setara dengan budesonide )00-00 mg dibagi dalam kali pemberian,
sedangkan pada anak J () tahun (00-)00 mg' dan dipertahankan untuk beberapa saat %6-8
minggu' apabila keadaan asmanya stabil. Prednison diberikan 0-60 mg=hari=oral, kemudian
diturunkan seara bertahap 01 setiap 3- hari. $idrokortison diberikan mg=kg44 seara
bolus diikuti 3mg=kg44=6jam. 2etilprednisolon diberikan 0-(00 mg=6 jam seara intravena.
!ekarang ini tersedia kortikosteroid dalam bentuk inhalasi seperti budesonide, flutiasone.
Pemberian dosis tersebut mempunyai efektifitas yang baik pada asma yang membutuhkan
obat pengendali. !elain itu efek samping yang dikuatirkan yaitu gangguan pertumbuhan tidak
terjadi dengan kortikosteroid dosis rendah. 4ila gejala asma sudah stabil dosis dapat diturunkan
seara perlahan sampai akhirnya tidak menggunakan obat lagi. Dikatakan asma stabil apabila
tidak ditemukan=minimal gejala asmanya. Penderita dapat tidur dengan baik, aktivitas tidak
terganggu, dan kualitas hidup ukup baik.
Apabila dengan pemberian kortikosteroid dosis rendah hasilnya belum memuaskan, dapat
dikombinasi dengan longacting beta-* agonist %@A4A' atau dengan theophyllineslo$ release
%*!:', atau dengan antileukotrien, atau meningkatkandosis kortikosteroid menjadi dosis medium
%setara dengan budesonide )00-00 Kg'. Pemberian kortikosteroid seara inhalasi tidak
mempunyai efek samping terhadap tumbuh kembang anak selama dosis yang diberikan J 00 Kg
dan dengan ara yang benar. Pada anak dianjurkan tidak melebihi 800 Kg, karena dengan
penambahan dosis kortikosteroid tersebut tidak akan menambah manfaatnya, tetapi justru
meningkatkan efek sampingnya.
Griffiths, meneliti pemberian kortikosteroid dosis tinggi %setara dengan flutikason propionat (000 ug' selama minimal 6 bulan tidak memberikan gangguan terhadap reduksi
metabolisme tulang dan bone-age pada penderita asma anak, namun hal itu masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Pemberian kortikosteroid baik seara sendiri maupun bersama-sama dengan obat
pengendali lainnya dapat meningkatkan fungsi paru %arus punak ekspirasi, P#
-
8/16/2019 referat asma.docx
20/25
gejala asma khususnya gangguan tidur malam hari, dan aktivitas sehari-hari. Penggunaan @A4A
ukup menjanjikan, karena selain efek bronkodilator dengan lama kerjayang lama %long acting ',
@A4A juga mempunyai efek lain yang masih dalam perdebatan yaitu antiinflamasi. Demikian
pula apa yang dikemukakan oleh Pou"el, yang menambahkan @A4A pada pemberian
kortikosteroid. Penelitian di atas mendapatkan hasil yang ukup menggembirakan yaitu dengan
penambahan @A4A, dosis kortikosteroid dapat diturunkan. ?erjasama keduanya bersifat saling
mendukung. Pemberian kortikosteroid dapat meningkatkan reseptor F)- agonis yang justru
diperlukan pada tatalaksana asma, sedangkan pemberian @A4A akan menurunkan dosis
kortikosteroid yang seara langsung mengurangi efek samping terhadap tumbuh kembang anak.
!ebagaimana dijelaskan di atas, pemberian kortikosteroid bersama dengan @A4A sangat
menguntungkan. Pada saat ini telah dipasarkan di ndonesia dalam bentuk satu sediaan yaitu
flutiason-salmeterol, dan budesonidformoterol. Pemberian kombinasi flutiason-salmeterol
maupun budesonid-formoterol mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan pemberian
kortikosteroid dosis ganda %double dose' seara sendiri. Pemberian kombinasi steroid dan @A4A
selama () minggu terdapat pengaruh terhadap uji fungsi paru yaitu peningkatan P#< %arus
punak ekspirasi', pengurangan gejala asma, penurunan penggunaan obat serangan asma.
?ombinasi antara kortikosteroid dan @A4A telah terbukti aman selama dosis dan
penggunaannya benar. !elain efek di atas, kombinasi formoterol-budesonide mempunyai efek
sebagai reliever yaitu apabila terjadi serangan asma maka dosis dapat ditingkatkan sedangkan
bila serangan telah teratasi dosis diturunkan kembali. Pemberian short acting beta-* agonist
%!A4A' pada saat serangan tetap lebih baik dibandingkan @A4A karena onset yang ukup epat.
*idak perlu dikuatirkan akan efek samping terhadap peningkatan dosis kortikosteroidnya pada
saat serangan karena saat ini telah banyak digunakan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi sebagai
terapi ajuvan pada serangan asma selain F)-agonis. Dengan demikian penggabungan di atas
mempunyai keuntungan ganda yaitu selain sebagai controller+ dapat digunakan sebagai reliever
dalam keadaan darurat.(-(/
Dalam melakukan pemilihan kombinasi kortikosteroid dan @A4A, selain
mempertimbangkan efektivitasnya, jugaharus dilihat bentuk sediaan yang ada. Di ndonesia
bentuk atau kemasan yang ada adalah dry po$der inhaler ,!I.yaitu berisi budesonide-
formoterol, dan bentuk metered dose inhaler ,MI. yang berisi flutiasone-salmeterol.
?ombinasibudesonide-formoterol mempunyai onset yang lebih epat dibandingkan dengan
-
8/16/2019 referat asma.docx
21/25
flutiason-salmeterol, sedangkanflutikasone-salmeterol mempunyai harga yang lebih murah dan
mengurangi pera"atan di rumah sakit.
Pada anak sangat dianjurkan menggunakan spacer %alat antara' apabila menggunakan 2D,
karena dapat meningkatkan deposit obatdi paru, mengurangi koordinasi saat menyemprot dan
menghirup, serta mengurangi efek samping kandidiasis mulut. Penggunaan DP harus benar
yaitu dengan menghisap seara epat dan dalam, sehingga penggunaannya harus pada anak yang
lebih besar %umumnya di atas tahun'.
Penggunaan sodium kromoglikat, nodokromil, dan F) agonis long-acting sebagai contoller
%pengendali' telah banyak dilaporkan. Penggunaan obat F) agonis long-acting biasanya
digunakan bersama-sama dengan kortikosteroid inhalasi sebagai pengendali. !aat ini penggunaan
kromoglikat dan nedokromil untuk tatalaksana jangka panjang tidak digunakan lagi, karena
selain efek antiinflamasinya kurang kuat, juga tidak tersedianya obat tersebut.
!elain pengobatan di atas, ada obat lain yang digunakan pada asma yaitu golongan
antileukotrien seperti montelukasdan afirlukas. Penggunaan obat antileukotrien jenis afirlukas
masih terbatas pada anak usiaE6 tahun, sedangkan jenis montelukas sudah digunakan pada anak
di atas ) tahun. 2engenai penggunaan obat ini, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.)0-)(
-
8/16/2019 referat asma.docx
22/25
Diagram 3. *ahapan Pengobatan pada Asma 4ronkiale
!umber9 2ajalah ?edokteran ndonesia, )00(0
-
8/16/2019 referat asma.docx
23/25
'esimpulan
Asma pada anak mempunyai berbagai aspek khusus yang umumnya berkaitan dengan
proses tumbuh dan kembang seorang anak, baik pada masa bayi, balita, maupun anak besar.
Prevalensi asma meningkat dari "aktu ke "aktu berhubungan dengan pola hidup dan
polusi.Peran atopi pada asma anak sangat besar dan merupakan faktor terpenting yang harus
dipertimbangkan dengan baik untuk diagnosis dan upaya penatalaksanaan.
2ekanisme sensitisasi terhadap alergen serta perkembangan perjalanan alamiah penyakit
alergi dapat memberi peluang untuk mengubah dan menegah terjadinya asma melalui kontrol
lingkungan dan pengobatan pada seorang anak.
?lasifikasi asma adalah asma episodik jarang, asma episodik sering, dan asma persisten.
+paya pengobatan asma anak tidak dapat dipisahkan dari pemberian kortikosteroid yang
merupakan anti-inflamasi terpilih untuk semua jenis dan tingkatan asma. Pada asma episodik
jarang hanya diberikan obat reliever saja tanpa controller , sedangkan pada asma episodik sering
dan persisten diperlukan terapi jangka panjang %controller '. Pada terapi jangka panjang setelah
diberikan kortikosteroid dosis rendah kurang memuaskan dapat diberikan terapi kombinasi
kortiksteroid dosis rendah dan @A4A, atau *!:, atau antileukotrien. Dengan kombinasi tersebut,
dosis kortikosteroid dapat diturunkan sehingga efek samping terhadap tumbuh kembang anak
dapat dikurangi.
-
8/16/2019 referat asma.docx
24/25
Daftar Pustaka
(. @enfant , ?haltaev N. &lobal nitiative for Asthma. N$@4=G$> Gorkshop :eport
(//
). Garner >, Naspit ?, ropp &A. *hird nternational Pediatri onsensus !tatementon the 2anagement of hildhood Asthma. Pediatr Pulmonol (//8 )9(-(7.
3. 4arata"idjaja ?&, !oebaryo :G, ?artasasmita 4, et al . Allergy and asthma, *he
senario in ndonesia. n9 !haikh GA.editor. Priniples and pratie of tropial allergy
and asthma. 2umbai9 Cias 2edial Publishers )006.707-36.. &lobal strategy for asthma management and prevention. National nstitutes of $ealth,
)007.
. 4ernstein A. Asthma in handbook of allergi disorders. Philadelphia9 @ipinott Gilliams
; Gilkins, +!A, )003,73-(0).
6. Departemen kesehatan :. Pedoman pengendalian penyakit asma. akarta, )00/. 8-/7. #apen !!, 4usse GG. Asthma in inflammatory mehanisms in allergi diseases. n9
L"eiman 4, !h"art @4.editors.+!A9 2arel Dekker )00).p.3)-.
8. &otshe P. $ouse dust mite ontrol measures for asthma9 systemati revie" in
#uropean ournal of Allergy and hroni +rtiaria.volume 63,66.
/. @enfant , ?haltaev N. &lobal nitiative for Asthma. N$@4= G$> Gorkshop :eport
)00).(0. +?? Pulmonologi PP DA. Pedoman Nasional Asma Anak. +?? Pulmonologi )00.
((. &ibbs 2A, amargo A, :o"e 4$, !ilverman :A. !tate of the art9 *herapeuti
ontroversies in severe aute asthma. Aad #merg 2ed )00079800-(.(). $olgate !*, Davies D#, @akie P2, et al . #pithelial-mesenhimal interations in the
pathogenesis of asthma. Allergy lin mmunol )000(09(/3-)0.
(3. 2arkus P
-
8/16/2019 referat asma.docx
25/25
(8. :oberts A, 4radding P, 4ritten ?2, Galls A