referat budi hemoroid
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
1/23
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
2/23
2
kadang-kadang dapat dijumpai pada anak kecil. Walaupun hemoroid tidak
mengancam keselamatan jiwa tetapi tidak jarang pasien hemoroid dirawat dengan
anemia berat. Hemoroid juga menyebabkan perasaan yang tidak nyaman.
Sehingga jika hemoroid ini menyebabkan suatu keluhan atau penyulit, maka
diperlukan tindakan (Jusi, 1999).
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
3/23
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi AnorektumUsus besar meluas dari ileocaecalsampai ke anus. Usus ini dibagi ke dalam
beberapa bagian yaitu kolon, rektum, dan kanal anal. Dinding kolon meliputi 5
lapisan yang berbeda, yaitu mukosa, submukosa, otot melingkar bagian dalam,
otot longitudinal bagian luar, dan serosa. Pada rektum distal, otot polos bagian
dalam bergabung membantuk internal anal sphincter. Pada bagian kolon yang
intraperitonealdan 1/3 proksimal rektum ditutupi oleh lapisan serosa, sedangkan
pada bagian tengah dan distal rektum hanya dilapisi oleh sedikit serosa (Bullard &
Rothenberg, 2005).
Kanal anal berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm,
sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena adanya perbedaan ini maka
perdarahan, persarafan, serta pengaliran vena dan limfenya berbeda juga,
termasuk dengan epitel yang melapisinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler
usus sedangkan kanal anal dilapisi oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel
berlapis pipih kulit luar (Jong & Sjamsuhidajat, 2004).
Panjang rektum kurang lebih 12 sampai 15 cm. Tiga lipatan submukosa
yang berbeda, valve of Houston, memanjang ke dalam lumen rektum. Di bagian
belakang,presacral fascia memisahkan rektum dari presacral venous plexus dan
persyarafan pelvis. Pada sakrum 4, retrosacral fascia (Waldeyers fascia)
memanjang ke depan dan ke bawah dan melekat pada fascia propria di anorectal
junction. Di bagian depan, Denonvilliers fascia memisahkan rektum dari prostat
dan vesika seminalis pada pria dan vagina pada wanita. Lateral ligamen
menyokong rektum bagian bawah (Bullard & Rothenberg, 2005).
Kanal anal panjangnya sekitar 2 sampai 4 cm dan biasanya lebih panjang
pada pria daripada wanita. Dimulai dari anorektal junction dan berakhir di
ujung anus. Bagian atas kanal anal disebut garis dentata atau garis pektinata,
yaitu bagian transisi antara mukosa kolumnar rektum dan squamous anoderm.
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
4/23
4
Daerah batas rektum dan kanal anal ditandai dengan perubahan jenis epitel,
sehingga disebut zona transisi anal. Garis dentata dikelilingi lipatan mukosa
longitudinal yang disebut columns of Morgagni, masuk ke kripta anus. Bila timbul
infeksi pada daerah kripta dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat
membentuk fistula (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004).
Kanal anal dan kulit luar di sekitarnya kaya akan persarafan sensoris
somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum
mempunyai persarafan autonom dan tidak peka terhadap rangsangan nyeri (Jong
& Sjamsuhidajat, 2004).
Di bagian rektum distal, otot polos bagian dalam menebal dan terdiri
dari internal anal sphincter dan dikelilingi oleh subkutaneus, superfisial, dan
eksternal sphincter dalam. Eksternal sphincter dalam adalah
pe rpanjangan dari otot puborektal is . Cincin sphincter anus melingkari
kanal anal dan terdiri dari sphincter internal dan eksternal. Bagian lateral dan
posterior cincin sphincter terbentuk dari penggabungan sphincter interna, otot
longitudinal, bagian tengah otot puborektalis, dan bagian dari sphincter
eksternal. Otot sphincter internal terdiri dari serabut otot polos, sedangkan otot
dari sphincter eksternal disusun oleh serabut otot lurik (Bullard & Rothenberg,
2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004)
Bantalan anal terdiri dari pembuluh darah, otot polos (Treitz's muscle), dan
jaringan ikat elastis di submukosa. Bantalan ini berlokasi di kanal anal
bagian atas, dari garis dentata menuju cincin anorektal (otot puborektal). Ada tiga
bantalan anal, masing-masing terletak di lateral kiri, anterolateral kanan, dan
posterolateral kanan. Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak
primer tesebut. Otot polos (Treitz's muscle) berasal dari otot longitudinalyang bersatu. Serat otot polos ini melalui sphincter internal dan menempelkan
diri ke submukosa, dan berkontribusi terhadap bagian terbesar dari hemoroid.
Beberapa dari strukur vaskular tidak memiliki dinding otot. Tidak adanya
dinding otot menandai bahwa struktur vaskular ini lebih sebagai sinusoid bukan
vena. Penelitian menunjukkan bahwa perdarahan hemoroid merupakan
perdarahan dari arteri, bukan vena karena perdarahan dari hemoroid yang
abnormal ini berasal dari arteriol presinusoid yang berhubungan dengan
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
5/23
5
sinusoid di regio ini. Hal ini dibuktikan dengan wama darah yang merah
cerah dan pH arterial dari darah (Cintron & Herand, 2007).
Arteri hemoroidalis superior berasal dari cabang langsung arteri mesentrika
inferior dan menyuplai ke bagian atas rektum. Arteri ini membagi lagi
menjadi dua cabang: kiri dan kanan, dan cabang kanan bercabang lagi, letak dari
ketiga cabang ini dapat menjelaskan letak hemoroid interna, yaitu dua buah di
setiap perempat sebelah kanan dan sebuah di perempat lateral kiri. Arteri
hemoroidalis medialis berasal dari arteri iliaka interna. Arteri hemoroidalis
inferior berasal dari arteri pudenda interna, yang merupakan cabang dari arteri
iliaka interna. Anastomosis dari antara arcade pembuluh inferior dan
superior merupakan suatu sirkulasi kolateral yang bermakna dalam tindakan
bedah atau sumbatan aterosklerotik di daerah aorta dan arteri iliaka. Pleksus
hemoroidalis yang merupakan kolateral luas dan kaya akan darah, pada
keadaan perdarahan oleh karena hemoroid interna, maka akan menghasilkan darah
segar berwarna merah dan bukan darah vena (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong
& Sjamsuhidajat, 2004) .
Aliran vena dari rektum berjalan paralel dengan suplai arterinya. Darah vena
di atas garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang
berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui cabang vena iliaka. Vena
hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
mengalirkan darah ke dalam sistem porta melalui vena mesentrika inferior.
Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan
tekanan di dalamnya. Vena hemoroidali s media mengalirkan darah ke
dalam vena ilia ka intern a. Vena hemoroidalis infer ior mengalirkan darah
kedalam vena pudenda interna dan kemudian masuk kedalam vena iliaka internadan sistem kava. Pleksus submukosa bagian dalam sampai columns of Morgagni
membentuk pleksus hemoroidalis dan mengalir ke dalam ketiga vena yang
ada. Distribusi aliran vena ini menjadi penting berkaitan dengan
memahami cara penyebaran dari keganasan dan infeksi serta terbentuknya
hemoroid (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004) .
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
6/23
6
Gambar 2.1 Anatomi Anorektum (Jong & Sjamsuhidajat, 2004)
2.2 Definisi
Pada bagian atas dari kanal anal terdapat bantalan dari jaringan
submukosa yang mengandung jaringan konektif yang terdapat vena dan
otot polos. Umumnya hanya terdapat tiga bantalan, yaitu bagian lateral
kiri, anterior kanan, dan posterior kanan. Susunan anatomi ini berfungsi
sebagai pelindung dinding anus sewaktu kontinensia dan berkontribusi
dalam penutupan anal. Hemoroid berar ti ist ilah patologi yang digunakan
untuk mendeskripsikan turunnya Anal Cushion (bantalan anus), yang
menyebabkan vena yang dikandung didalamnya mengalami dilatasi (Norman &
William, 2002).
Hemoroid adalah suatu pelebaran yang terjadi pada vena yang berada
didalam pleksus hemoroidalis yang sebenarnya bukan merupakan suatu
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
7/23
7
keadaan yang patologik, kecuali apabila telah menyebabkan keluhan atau
penyulit dan memerlukan tindakan lebih lan jut untuk mengurangi
keluhan. Ketegangan yang berlebihan, peningkatan tekanan abdomen dan
buang air besar yang keras (susah) meningkatkan pembengkakan vena dari
pleksus hemoroidal is dan menyebabkan prolaps dari jaringan hemoroid
(Bullard & Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004).
Hemoroid dibedakan menjadi dua yaitu hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pembesaran pembuluh vena
yang terjadi pada pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini sebenarnya merupakan bantalan
vaskuler dalam jaringan submukosa pada rektum bagian bawah. Hemoroid
kebanyakan terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-
belakang, dan kiri-lateral. Dapat pula timbul hemoroid kecil diantara ketiga
tempat tersebut. Hemoroid interna bisa prolaps atau berdarah, tetapi jarang
menjadi terasa sakit kecuali sudah terjadi trombosis dan nekrosis (Bullard &
Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004; Fleshman & Madoff, 2004).
Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan dari pleksus vena
hemoroidalis inferior yang terdapat di sebelah distal garis dentata di dalam
jaringan dibawah epitel anus. Karena lapisan anoderm sangat banyak
persyarafan, maka trombosis dari hemoroid eksterna dapat
menimbulkan nyeri yang sangat menyakitkan. Skin tags adalah jaringan
fibrotik kulit yang berlebihan pada pinggiran anus, sering sulit dibedakan dengan
hemoroid eksterna. Hemoroid eksterna dan skin tag dapat menyebabkan
gatal dan susah dibersihkan jika ukurannya besar. Pengobatan
hemoroid eksterna dan skin tag hanya diindikasikan untukmenghilangkan keluhan (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat,
2004).
Pleksus hemoroid interna dan eksterna saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali berawal dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid
eksterna mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui perineum dan
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
8/23
8
lipat paha ke vena iliaka. Anastomosis antara kedua pleksus ini sering
menyebabkan hemoroid di kedua tempat eksterna dan interna, atau yang dalam
hal ini disebut mixed hemorrhoid. Hemorrhoidectomy sering digunakan untuk
pengobatan pada mixed hemoroidyang besar dan menimbulkan keluhan (Bullard
& Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004).
Postpartum Hemoroid adalah hasil dari setelah usaha mengejan selama
proses melahirkan, dan dapat menimbulkan edema, trombosis, dan atau
strangulasi. Pilihan terapi yang diambil adalah Hemorrhoidectomy, terutama jika
pasien memiliki riwayat hemoroid kronik dengan keluhan. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Abramowitz dkk di Prancis diketahui bahwa 1 dari 3
wanita setelah melahirkan mengalami hemoroid eksterna atau fisura anal.
Trauma dapat dihubungkan dengan trombosis hemoroid eksterna yang terjadi.
Pada seorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya
hemoroid, yaitu adanya tumor intraabdomen, kelemahan pembuluh darah sewaktu
hamil akibat pengaruh perubahan hormonal, dan mengedan waktu partus (Jong &
Sjamsuhidajat, 2004; Abramowitz, et al., 2002; Peter, 2000)
Gambar 2.2 Batas Kanal Anal (Bullard & Rothenberg, 2005)
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
9/23
9
2.3 Etiologi
Penyebab dasar dari hemoroid belum dapat dijelaskan hingga sekarang,
masih terjadi beberapa perdebatan mengenai teori terjadinya patogenesis
penyakit ini. Secara tradisional dikatakan bahwa hemoroid adalah varikosis
sederhana dari pleksus vena hemoroidalis superior dan inferior, dan ini
dinyatakan tidak terbukti. Dalam teori varikosis vena hemoroidalis,
dinyatakan bahwa hemoroid dipacu untuk terbentuk dan membesar oleh
semua pengaruh yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan pada
vena tak berkatup dari pleksus. Sehingga efek dari konstipasi kronis dan
diare adalah memacu perkembangan hemoroid, sama halnya dengan pada
kehamilan dan tumor besar di pelvis yang berkaitan dengan peningkatan tekanan
vena hemoroidal. Usaha mengejan terkait dengan pekerjaan seperti pekerjaan
berat yang manual , dan angkat berat juga terlibat sebagai penyebab
hemoroid. Bahkan pekerjaan rendah residu, makan rendah serat yang biasa di
makan orang barat dapat dianggap sebagai faktor yang berkontribusi sebagai
penyebab hemoroid (Shackelford & Zuidema, 2002).
Banyak teori lainnya dalam mencari penyebab terjadinya hemoroid,
seperti teori bahwa hemoroid berasal dari jaringan hemangioma yang
dihasilkan dari metaplasia dan kemiripan antara ambeien dan corpus
cavernosum yang tegak. Ada pula yang menyatakan bahwa hemoroid
berasal dari penyempitan rektum bagian bawah dan kanal anal, yang
dikarenakan oleh pengikat yang tidak terbatas pada level dari anal sphinctertapi
mungkin diatasnya dan sering bertempat di bagian bawah rektum. Teori dari
Thomson yaitu sliding anal lining, menyatakan bahwa bantalan yang terdapat
pada rektum menjadi menebal karena tegangan dan menjadi dislokasi karenaregangan dan gangguan pada otot polos yang melekat pada internal sphincter.
Semua faktor lain yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam pleksus
vena mendorong terjadinya pembesaran bantalan dan menurunkannya
(Shackelford & Zuidema, 2002).
Walaupun telah terbukti hubungan antara vena porta dan vena
sistemik dengan pleksus hemoroidalis pada dinding kanal anal,
hemoroid agak jarang bermanifestasi menjadi hipertensi porta. Insiden
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
10/23
10
berhubungan dengan garis keluarga ditunjukkan dibawah 10 persen dari kasus
hemoroid. Yang menarik adalah kejadian hemoroid pada remaja dan dewasa
muda sering dihubungkan dengan riwayat yang kuat dari riwayat keluarga
yang terkena ambeien (Shackelford & Zuidema, 2002).
Seperti yang dikatakan Gass dan Adams, mereka menyatakan
ba hwa penonjolan dari mukosa rektum yang menembus keluar seharusnya
disebut hernia. Anorektal herniasi atau hemoroid ditegaskan oleh Gass dan
Adams bukanlah berasal dari konstipasi melainkan dari kebiasaan normal
defekasi sedangkan infeksi lain atau trauma pada rektum dan anus yang
menyebabkan konstipasi pada kebanyakan pasien (Gass & Adams, 2004).
2.4 Patogenesis
Jaringan hemoroid saat diperiksa secara histologi, menunjukkan
adanya dilatasi dari vena dengan atropi dinding vena, khususnya pada bagian
adventitia dan media. Jaringan elastis digantikan oleh berbagai jenis jaringan
fibrosus. Infiltrasi dari sel bulat sering ditemukan, dan trombus, single atau
multiple, dapat ditemukan bersama vena yang berdilatasi. Bekuan darah
sering terdapat diluar pembuluh darah juga. Trombosis vena superfisial bisa
menjadi ulkus dan dapat menunjukan bukti histologi dari infeksi akut atau
kronis. Hemoroid eksterna dilapisi oleh epitel berlapis skuamous, sedangkan
internal hemoroid dilapisi membran mukosa (Shackelford & Zuidema, 2002).
Skin tag, atau hemoroiod cutan, terdiri dari jaringan ikat fibrosus yang
dilapisi oleh kulit dan menunjukan hasil akhir trombosis hemoroid ekstema
dimana bekuan darahnya sudah teratur dan venanya telah digantikan oleh jaringan
ikat (Shackelford & Zuidema, 2002).
2.5 Faktor Risiko
Ada beberapa hal yang dapat menjadi suatu faktor risiko pada
kasus hemoroid, yaitu:
a. Keturunan : hemoroid lebih mudah terjadi pada orang-orang dengan
dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis, dan hal ini diturunkan secara
genetik. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Universitas
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
11/23
11
Indonesia telah dibuktikan pula bahwa riwayat keluarga mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap angka kejadian hemoroid. Menurut
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yanuardi 2007 orang dengan
faktor genetik memiliki risiko 2,5 kali lebih besar untuk menderita
hemoroid dibanding yang tidak memiliki faktor genetik (Jusi, 1999; Irawati,
Utomo, & Salawati, 2009; Yanuardani, 2007).
b. Anatomik pada vena darah anorektal yang tidak mempunyai katup danplexus hemoroidalis yang kurang mendapat sokongan otot dan fasia
sekitarnya (Jusi, 1999).
c. Pekerjaan : lebih mudah terjadi pada orang-orang yang dalam pekerjaannyaharus berdiri atau duduk lama, atau harus mengangkat barang berat (Jusi,
1999).
d. Usia : pada usia tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh,juga otot sphincter menjadi tipis dan atoms. Dengan bertambahnya
usia, vena semakin distensi dan kehilangan support, dan menyebabkan
semakin sensitifnya pembuluh darah sehingga mudah terjadi hemoroid.
Pigot et al (2005), mengatakan ada hubungan yang signifikan antara
umur < 50 tahun dengan kejadian hemoroid dan memilikiresiko 1,95 kali
terkena hemoroid. Berdasarkan umur hemoroid eksterna lebih sering terjadi
pada usia muda dan umur pertengahan dibandingkan dengan usia lebih
lanjut. Prevalensi hemoroid bertambah seiring bertambahnya umur, dimana
puncaknya pada umur 45-65 tahun (Jusi, 1999; Norman & William, 2002;
Haas, Fox, & Haas, 2004; Pigot, Siproudhis, & Allaert, 2005; Greenfield,
1997)
e.
Endokrin : misalnya pada wanita hamil terjadi dilatasi vena ekstremitas dananus karena pengaruh sekresi hormon relaksin (Jusi, 1999).
f. Mekanis : dipengaruhi oleh semua kegiatan yang menimbulkanpeninggian tekanan abdomen, misalnya pasien hipertroft prostat (Jusi,
1999).
g. Fisiologis : terjadi karena dipengaruhi keadaan tubuh yang lain, sepertiadanya bendungan peredaran darah porta karena menderita dekompensasio
kordis atausirosis hepatis (Jusi, 1999).
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
12/23
12
h. Radang : merupakan faktor yang penting yang dapat menyebabkanvitalitas jaringan disekitar menjadi berkurang (Jusi, 1999).
i. Jenis Kelamin : Berdasarkan jenis kelamin belum diketahui, walaupunlaki-laki lebih umumnya lebih sering datang berobat. Tapi perlu
diketahui, kehamilan dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang
menjadi predisposisi gejala hemoroid pada wanita (Norman & William,
2002; Greenfield, 1997).
2.6 Manifestasi Klinis
Banyak hemoroid yang muncul tanpa menimbulkan gejala. Keluhan
yang biasanya muncul pertama pada pasien dengan hemoroid adalah tinja
yang disertai darah saat buang air, dan gumpalan yang tidak sakit atau
tonjolan keluar pada pinggiran anus. Nyeri hebat biasanya hanya timbul pada
hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan jarang ada hubungannya
dengan hemoroid interna (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat,
2004; Shackelford & Zuidema, 2002)
Perdarahan yang terjadi pada hemoroid biasanya berselang-seling dan
tidak selalu muncul saat buang air. Darah yang keluar selalu berwarna merah
segar. Jumlah darah yang hilang bervariasi, seperti hanya berupa garis, menetes,
mewarnai air toilet sampai merah, namun biasanya sedikit. Harus diperhatikan
bahwa perdarahan ini kadang menghasi lkan tanda-tanda anemia pada pasien
dimana pasien kehilangan darah terus menerus pada waktu yang lama.
Hemoroid menempati urutan kedua setelah perdarahan menstruasi yang
berlebihan sebagai penyebab anemia karena perdarahan kronis. Jadi untuk pasien
dengan tipe anemia seperti ini dan ditambah hemoroid, diperlukan pemeriksaansumber perdarahan yang cermat (Jong & Sjamsuhidajat, 2004; Shackelford &
Zuidema, 2002).
Penonjolan keluar dari hemoroid biasanya ditemukan pertama kali saat
sedang buang air besar. Tonjolan itu akan masuk kembali ke posisi normal setelah
tegangan berhenti atau selesai buang air. Pada stadium lebih lanjut, hemoroid
interna ini perlu didorong kembali setelah buang air agar masuk kedalam anus.
Akhirnya, hemoroid berlanjut mengalami prolaps menetap dan tidak dapat
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
13/23
13
didorong masuk kembali. Pada prolaps dengan stadium yang sangat parah
ditunjukkan dengan penonjolan permanen, yang keluar melalui otot sphincter,
dan memperbesar risiko terjadinya strangulasi atau trombosis. Iritasi kulit
perianal menimbulkan rasa gatal atau pruritus anus dikarenakan kelembaban
yang terus menerus dan rangsangan mukus (Jong & Sjamsuhidajat, 2004;
Shackelford & Zuidema, 2002).
Trombosis pada gumpalan interna biasanya berhubungan dengan prolaps
dan dipertanggung jawabkan oleh keadaan statis yang luar biasa didalam
hemoroid saat anal sphincter berkontraksi. Saat komplikasi ini muncul, terjadi
keadaan parah yang mendadak yaitu nyeri hebat yang terns menerus di daerah
anus. Benjolan keras dapat diraba pada daerah lokasi nyeri dan rapuh. Duduk
menjadi tidak nyaman, sedangkan berbaring meringankan keadaan. Pada
perneriksaan yang menyakitkan untuk pasien, di temukan tanda
pembengkakan pada tep i anus dengan di lapisi mukosa da ri hemoroid
yang prolaps kearah luar. Pada beberapa kasus ditemukan bahwa mukosa yang
melapisi trombosis pada hemoroid interna mengalami nekrosis, yang mungkin
berhubungan dengan perdarahannya. Pada daerah yang menjad i ulkus
dapat menimbulkan infeksi dan menyebabkan terjadinya selulitis atau abses
(Shackelford & Zuidema, 2002).
Trombosis pada hemoroid eksterna lebih biasa terjadi. Ini dipercaya
akan menjadi robekan vena eksterna karena tekanan dan hasil tarikan, dan
menjadi perianal hematoma yang menyakitkan. Karakteristiknya adalah
pembengkakan menyakitkan pada daerah dekat pinggir anus yang terjadi tiba-
tiba, sering didahului oleh konstipasi atau diare. Dengan inspeksi pada
daerah pinggir anus ditemukan adanya pembengakakan dengan warnakebiruan menunjukkan adanya bekuan darah yang tersembunyi. Sama seperti
pada hemoroid interna, duduk menjadi sangat tidak nyaman, bahkan buang
air pun menjadi sangat menyakitkan. Gumpalan keras yang terbentuk biasanya
mencapai ukuran maksimal pada hari kedua dan setelah berhenti akan
meninggalkan skin tag. Ulkus yang tumpang tindih dengan hematoma akan
menyebabkan pelepasan bekuan secara spontan dan selanjutnya akan
berdarah. Infeksi dapat terjadi dan menyebabkan terbentuknya perianal abses
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
14/23
14
(Shackelford & Zuidema, 2002).
2.7 Diagnosa
Diagnosa pada hemoroid salah satunya dengan pemeriksaan fisik.
Penonjolan dan tingkatan prolaps dapat terlihat dengan pemeriksaan pada
posisi berdiri tegak atau duduk (Shackelford & Zuidema, 2002).
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian
yang menonjol keluar ini mengeluarkan mukus yang dapat dilihat apabila pasien
diminta mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat
diraba karena tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004; Shackelford &
Zuidema, 2002)
Untuk menilai hemorid interna yang belum menonjol digunakan anoskopi.
Pada anoskopi terlihat penonjolan struktur vaskuler ke dalam lumen. Ap abila au
merupakan hemoroid interna. Untuk memperjelas pasien diminta untuk
sedikit mengedan, ukuran hemoroid akan membesar dan makin nyata terlihat.
Proktosigmoidoskopi digunakan untuk memastikan bahwa keluhan tidak
berasal dari radang atau keganasan pada daerah yang lebih tinggi. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar (Bullard & Rothenberg, 2005; Jong &
Sjamsuhidajat, 2004; Shackelford & Zuidema, 2002).
2.8 Diagnosa banding
Ada beberapa gejala dan tanda pada hemoroid yang juga merupakan
gejala dan tanda pada manifestasi penyakit lain seperti perdarahan rektum.Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama pada hemoroid interna, tetapi
dapat pula terjadi pada pasien karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip,
kolitis ulserosa, dan penyakit lainnya yang tidak banyak terdapat pada
kolorektum. Untuk menyingkirkan diagnosa banding ini dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, seperti pemeriksaan sigmoidoskopi, foto barium dan kolonoskopi
untuk keadaan tertentu, sesuai keluhan dan gejala (Bullard & Rothenberg, 2005;
Shackelford & Zuidema, 2002)
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
15/23
15
Prolaps rektum juga harus dibedakan dengan prolaps mukosa akibat
dari hemoroid interna. Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya
biasanya tidak sulit dibedakan dengan hemoroid yang disertai prolaps. Gumpalan
lunak akibat trombosis hemoroid eksterna juga mudah dibedakan dengan umbai
kulit pada fisura anus(Bullard & Rothenberg, 2005).
Perbedaan antara hemoroid dengan karsinoma kolorektal terletak
pada perdarahan yang terjadi. Pada karsinoma rektum perdarahan yang
keluar bersama tinja akan disertai pula dengan lendir sedangkan pada
hemoroid, perdarahan yang keluar bersama tinja tidak disertai oleh lendir.
Pada kolorektal, keganasan terjadi karena adanya proses inflamasi pada
massa tumor. Bila massa terdapat pada kolon distal darah yang keluar
berwarna merah segar, sedangkan bila massa terletak pada kolon proksimal
darah yang keluar berwarna merah kehitaman. Pada hemoroid, darah yang keluar
akan berwarna merah dan menyemprot atau menetes (Samiadji & Riwanto, 1995).
2.9 Klasifikasi
Hemoroid interna dikelompokan dalam empat derajat. Derajat
pertama hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri saatbuang air besar. Pada pemeriksaan fisik di derajat ini tidak ditemukan
adanya prolaps dan pada anoskopi didapatkan penonjolan vaskuler ke dalam
lumen. Pada derajat kedua terjadi penonjolan keluar dari kanal anal saat
mengedan ringan tetapi masih dapat masuk kembali secara spontan. Pada
derajat tiga hemoroid interna penonjolan yang terjadi akan keluar saat
mengedan dan perlu bantuan dorongan secara manual untuk
mengembalikan ke posisi semula. Hemoroid interna derajat empat
merupakan hemoroid yang menonjol dan tidak dapat didorong masuk (Bullard &
Rothenberg, 2005; Jong & Sjamsuhidajat, 2004; Shackelford & Zuidema, 2002).
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
16/23
16
Gambar 2.3 Derajat Hemoroid Interna (Jong & Sjamsuhidajat, 2004)
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Observasi dan Edukasi
Perdarahan yang terjadi pada hemoroid derajat pertama dan kedua
biasanya akan membaik dengan perubahan pola makan menjadi tinggi serat,
menggunakan pelunak feses, dan menghindari tekanan berlebihan. Untuk pruritus
yang disebabkan oleh hemoroid biasanya membaik dengan perbaikan
kebersihan diri. Obat topikal tidak efektif untuk pengobatan gejala hemoroid
(Bullard & Rothenberg, 2005; Shackelford & Zuidema, 2002)
Menurut Lalisang pada penelitiannya, medikamentosa digunakan
untuk mengobati unsur-unsur yang terjadi gangguan seperti pada pembuluh
darah, ligamen dan otot polos, sehingga prolaps dapat teratasi. Dengan
pilihan pengobatan yang sesuai dengan faktor risiko dan gradasi hemoroid maka
dapat memberikan hasil yang cukup baik (Lalisang, 2005).
2.10.2 Tindakan lokal non operatif
Pada terapi ini terdapat beberapa jenis terapi yang dapat dilakukan, seperti
sclerotherapy, rubber band ligation, infared photocoagulation (Bullard &
Rothenberg, 2005; Shackelford & Zuidema, 2002)
2.10.2.1Sclerotherapy
Penyuntikan di bagian yang berdarah pada hemoroid interna
dengan sclerosing agent adalah salah satu cara lain yang efektif untuk terapi
hemoroid derajat satu dan dua dan beberapa keadaan derajat tiga. Satu sampai tiga
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
17/23
17
mililiter (mL) dari solusio sclerosing seperti 5-phenol dalam olive oil, sodium
morrhuate, atau quinine urea disuntikkan ke dalam submukosa tiap hemoroid.
Tapi kekurangannya terdapat beberapa komplikasi dari penggunakan
sclerotherapy, antara lain infeksi dan fibrosis (Bullard & Rothenberg, 2005).
2.10.2.2Rubber band ligation
Perdarahan yang terjadi terns menerus pada derajat satu, dua dan beberapa
keadaan pada derajat tiga dapat diterapi dengan menggunakan rubber band
ligasi. Terapi ini termasuk debridementja ringan nekros is , drainase dari
abses yang terbentuk, dan antibiotik spektrum luas (Bullard & Rothenberg, 2005;
Shackelford & Zuidema, 2002).
Dari penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa intensitas dan
durasi nyeri pasca operatif pada minggu pertama lebih terasa pada terapi
dengan rubber band ligation20. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bleday dan
kawan-kawan, 90 % dari sirnptomatik hemoroid dapat ditangani secara
konservatif atau dengan rubber band ligation. Sedangkan operasi hanya untuk
hemoroid dengan tingkatan yang berat, dan komplikasi yang muncul tidak begitu
berbeda (Bleday, Pena, Rothenberger, Goldberg, & Buls, 2004; Gupta, 2003)
.
2.10.2.3Infra red photocoagulation
Ini adalah merupakan cara yang efektif untuk terapi hemoroid derajat satu
dan dua yang kecil. Ketiga kuadran dapat di terapi secara bersamaan. Tidak
efektif bila menggunakan teknik ini pada hemoroid yang besar dan
sebagian besar telah prolaps (Bullard & Rothenberg, 2005; Shackelford &
Zuidema, 2002).
Berdasarkan penelitian Gupta, pada keadaan pasca terapi dengan inframerah fotokoagulasi periode nyeri post defekasi lebih sebentar dibandingkan
dengan pasca terapi dengan rubber band ligation (Gupta, 2003)
2.10.2.4 Eksisi pada trombosis hemoroid eksterna
Trombosis akut dari hemoroid eksterna biasanya menyebabkan rasa sakit
yang hebat dan massa yang teraba di perianal selama 24-72 jam setelah terjadi
trombosis. Trombosis dapat secara efektif diterapi dengan melakukan
pemotongan secara melingkar dengan keadaan dibawah pengaruh anastesi.
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
18/23
18
Dalam 72 jam., bekuan akan mulai di absorbs tubuh dan perlahan rasa sakit akan
hilang (Bullard & Rothenberg, 2005; Fleshman & Madoff, 2004; Jong &
Sjamsuhidajat, 2004)
2.10.3 Tindakan operatif
Operasi ini disebut juga hemorroidectomy. Telah banyak prosedur yang
dilaksanakan untuk reseksi elektif hemoroid. Semuanya berdasarkan penurunan
aliran darah ke pleksus hemoroidal dan pemotongan kelebihan mukosa dan
anoderm. Sebelum dilakukannya prosedur operatif harus dipastikan dahulu
bahwa bukan keganasan (Bullard & Rothenberg, 2005; Shackelford & Zuidema,
2002).
2.10.3.1 Closed sub mucosal hemoridectomy
Dalam operasi ini yang dilakukan adalah reseksi jaringan hemoroid
dan penutupan luka dengan benang yang terabsorbsi. Ketiga jenis hemorid dapat
di terapi menggunakan teknik ini (Bullard & Rothenberg, 2005; Shackelford &
Zuidema, 2002).
2.10.3.2 Open hemoroidectomy
Biasanya sering disebut juga Milligan dan Morgan
hemorrhoidectomy. Prinsipnya sama dengan closed submucosal
hemoroidectomy, yang menjadi pembeda adalah pada hemorroidectomy terbuka
luka dibiarkan terbuka dan dibiarkan sembuh dengan sendiri (Bullard &
Rothenberg, 2005; Shackelford & Zuidema, 2002).
2.10.3.3 Staples Hemoroidectomy
Staples hemoroidectomy telah dianjurkan sebagai operasi alternatif yang
bisa diterima. Tidak seperti eksisional hemorroidectomy, staples
hemorroidectomy tidak untuk memotong kelebihan jaringan hemoroid. Malah,staples hemorroidectomy menghilangkan sebagian kecil sekeliling proximal
segmen mukosa rektal ke garis dentata menggunakan stapler circular (Bullard
& Rothenberg, 2005; Shackelford & Zuidema, 2002).
Kontraindikasi dalam penggunaan stapler adalah anal stenosis, pada
keadaan ini anal kanal tidak dapat dimasukan alat stapler. Prosedur ini juga
harus dihindari untuk pasien dengan abses anorektal, kompleks fistula pada
anus, dan Crhon's disease (Parker, 2004).
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
19/23
19
Dari penelitian yang dilakukan di Australia dan Selandia Baru di dinyatakan
bahwa stap les hemor roi dectomy kurang lebih seaman
hemorroidectomy konvensional. Terapi dengan stapler juga memiliki masa
penyembuhan yang lebih cepat dibanding operatif konvensional (Parker, 2004;
Hill, 2004).
Hasil dari penelitian yang dilakukan di Swiss menunjukan bahwa
prosedur stapler berhubungan dengan adanya penurunan rasa nyeri pada pasca
operasi, masa penyembuhan yang lebih cepat dan masa kembali beraktivitas yang
lebih cepat serta kesamaan komplikasi yang muncul dengan teknik eksisi
hemoroidectomy (Hetzer, Demartines, Handschin, & Clavein, 2002; Ho, et al.,
2004).
2.11Komplikasi
2.11:1 Komplikasi Hemoroid
Sekali-sekali hemoroid interna yang mengalami prolaps akan menjadi
irreponibel, sehingga tak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang
mengakibatkan edem dan trombosis. Keadaan yang agak jarang ini dapat berlanjut
menjadi trombosis melingkar pada hemoroid interna dan eksterna secarabersamaan. Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan dapat berlanjut
menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya. Emboli septik dapat
terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hati. Anemia dapat
terjadi karena perdarahan ringan yang lama (Jong & Sjamsuhidajat, 2004).
2.11.2 Komplikasi Pasca Terapi
Komplikasi dari penggunaan rubber band ligation adalah retensi urin,
infeksi dan perdarahan. Perdarahan biasa muncul kira-kira 7 sampai 10 hari
setelah rubber band ligation, dan biasanya berhenti sendiri. Penelitian oleh
Gupta menyatakan beberapa pasien hemoroid mengalami rektal tenesmus
setelah 1 minggu. Dua pasien kembali dengan mengeluhkan nyeri parch, dan
keluhan dapat dihilangkan dengan melepas karet pengikatnya. Ada pula yang
mengalami retensi urine setelah terapi dengan rubber band ligation (Gupta, 2003).
Berdasarkan penelitian oleh Gupta didapatkan bahwa dengan terapi
infra merah fotokoagulasi hanya sedikit pasien yang mengalami rektal tenesmus,
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
20/23
20
dan lebih cepat kembali melaksanakan rutinitasnya pasca terapi (Gupta, 2003).
Dilaporkan pada penelitian oleh Gupta, komplikasi yang muncul pada terapi
infra merah fotokoagulasi adalah perdarahan dan hampir selalu berkaitan
dengan defekasi. Dikonfirmasi bahwa hal ini berasal dari jaringan hemoroid yang
meluruh ke bagian koagulasi. Dari hasil fo llow up setelah setahun,
didapatkan hasil beberapa pasien mengalami rekurensi gejala perdarahan,
dan 1 orang mengalami rekurensi prolaps dari penonjolan (Gupta, 2003).
Komplikasi pada hemoroidectomy adalah nyeri pasca operasi
yang membutuhkan bantuan obat analgesik untuk mengurangi nyerinya.
Retensi urin juga terjadi pada 10-50% pasien. Rasa nyeri yang timbul
dapat menyebabkan fecal impaction. Risiko dari impaction bisa diturunkan
dengan penggunaan laxantive pada pasca operasi. Perdarahan dengan jumlah
yang sedikit dapat diperkirakan muncul pada keadaan pasca operasi.
Perdarahan yang muncul ini biasanya dikarenakan ligasi yang tidak adekuat pada
pembuluh darah. Infeksi jarang terjadi, terapi bila muncul biasanya ditandai
dengan nyeri hebat, demam dan retensi urin. Gejala jangka panjang yang timbul
seperti inkontinensia, anal stenosis, dan ectropion (Bullard & Rothenberg, 2005).
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
21/23
21
DAFTAR PUSTAKA
Abramowitz, L., Sobhani, I., Benifla, J. L., Vuagnat, A., Darai, E., Mignon,
M., et al. (2002). Anal Fissure and External Hemorrhoids Before and After
Delivery.Disease of The Colon and Rectum .
Bleday, R., Pena, J. P., Rothenberger, D. A., Goldberg, S. M., & Buls, J. G.
(2004). Symptomatic Hemorrhoids: Current Incidence and Complications of
Operative Therapy.Disease of The Colon and Rectum .
Bullard, K. M., & Rothenberg, D. A. (2005). Schwartz Principle of Surgery
Eight Edition. USA: McGraw-Hill Companies.
Cintron, J. R., & Herand, A. (2007). Benign Anorectal: Hemorrhoids. In The
ASCRS Textbook of Colon and Rectal Surgery (pp. 156-172). New York:
Springer.
Dudley, H. A. (1992). Hamilton Bailey: Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi
XI. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Fleshman, J. W., & Madoff, R. (2004). Current Surgical Therapy Eight
Edition. USA: Elsivier Mosby.
Gass, O. C., & Adams, J. (2004). Hemorrhoids: Etiology and Pathology.
American Journal Surgery .
Greenfield. (1997). Essential of Surgery: Scientific Principles and Practice
2nd Edition. England: Lippincolt.
Gupta, P. J. (2003). Infra Red Coagulation Versus Rubber Band Ligation in
Early Stage Hemorrhoids.Brazillian Journal of Medical and Biological Research
vol 36, 1433-1439.
Haas, P. A., Fox, T. A., & Haas, G. P. (2004). The Pathogenesis of
Hemorrhoids.Disease of The Colon and Rectum .
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
22/23
22
Hetzer, F. H., Demartines, N., Handschin, A. E., & Clavein, P. (2002).
Stapled Versus Excision Hemorrhoidectomy. Archives of Surgery vol 137 no 3 ,
337-340.
Hill, A. (2004). Stapled Haemorrhoidectomy: No Pain, No Gain. New
Zealand Medical Journal vol 117 no 1203 , 1-4.
Ho, Y. H., Cheong, W. K., Tsang, C., Ho, J., Eu, K. W., Tang, C. L., et al.
(2004). Stapled Hemorrhoidectomy Cost and Effectiveness.Disease of The Colon
and Rectum .
Irawati, D., Utomo, M., & Salawati, T. (2009). Hubungan Antara Riwayat
Keluarga, Konstipasi, dan Olahraga Berat dengan Kejadian Hemoroid.
Semarang.
Jong, W. d., & Sjamsuhidajat, R. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jusi, H. D. (1999). Dasar-dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia.
Lalisang, T. J. (2005). Medikamentosa pada Hemoroid. Jakarta: Majalah
Kedokteran Indonesia.
Leung, T. H. (2011, January 1). Non Communicable Disease Watch vol 4.
Haemorrhoid Flare Up-A No Laughing Matter, pp. 1-6.
Norman, S., & William, B. (2002). Surgical Textbook. England: Lippincolt.
Parker, G. S. (2004). A New Treatment Option for Grades III and IV
Hemorrhoids. The Journal of Family Practice Supplement, 799-804.
Peter, M. J. (2000). Oxford Textbook of Surgery 2nd Edition Volume 2.
England: Oxford Press.
Pigot, F., Siproudhis, L., & Allaert, F. A. (2005). Risk Factors Associated
with Hemorrhoidal Symptoms in Specialized Consultation . Gastroenterologic
Clinique et Biologique vol.129 no.2 , 1270-1274.
-
7/30/2019 REFERAT Budi Hemoroid
23/23
23
Samiadji, S., & Riwanto, I. (1995). Akurasi Keluhan Berak Darah dan
Penurunan Berat Badan dalam Diagnosa Karsinoma Rekti. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Shackelford, & Zuidema. (2002). Surgery of The Alimentary Tract.
Philadelphia: W B Saunders Company.
Yanuardani, M. T. (2007). Hubungan Antara Posisi Buang Air Besar dan
Faktor Resiko Lainnya Terhadap Terjadinya Hemoroid. Semarang: Universitas
Diponegoro.