referat chikungunya fitria fk negri upn.pdf
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
1/25
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
R E F E R A T
CHIKUNGUNYA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Dibimbing Oleh :
Pembimbing : dr. Soroy Lardo, Sp.PD
Disusun Oleh :
Fitria Dewinur
(1220221134)
Kepaniteraan Klinik Departemen Penyakit Dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 26 MEI 2014-09 AGUSTUS 2014
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
2/25
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
Referat dengan judul :
CHIKUNGUNYA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit DalamRumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Disusun Oleh:
Fitria Dewinur 1220221134
Telah disetujui oleh Pembimbing:
dr. Soroy Lardo, Sp.PD.
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
dr. Dwi Edi Wahono, Sp. PD
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
3/25
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat mengenai Multiple Myeloma
sebagai salah satu tugas di Bagian Ilmu Penyakit Dalam ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam
penyusunan karya tulis berikutnya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap referat ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepadapara pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.
Jakarta, 15 Juli 2014
Penyusun
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
4/25
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................... 1
Daftar Isi ........................................................................................... 2
BAB I
Pendahuluan .............................................................................. 3
BAB II
Tinjauan Pustaka
Etiologi ............................................................................... 4
Epidemiologi ............................................................................... 6
Vektor ........................................................................................... 9Patogenesis ............................................................................... 9
Gejala Klinis .............................................................................. 10
Pemeriksaan Lab ................................................................... 15
Diagnosis ............................................................................... 16
Pengobatan ............................................................................... 19
Pencegahan ............................................................................... 20
Prognosis .............................................................................. 21
BAB III
Penutupan
Kesimpulan .............................................................................. 22
Daftar Pustaka .............................................................................. 23
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
5/25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Demam chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh arbovirus yang
ditransmisikan oleh nyamuk Aedes. Chikungunya awalnya berasal dari dialek
makonde yang berarti yang membungkuk, yang mengindikasikan gambaran fisik
dari pasien dengan penyakit yang berat. Penyakit ini dilaporkan terjadi di negara-
negara Afrika selatan dan timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan pada tahun 2007
ditemukan juga di Itali. Di regio Asia tenggara, wabah Chikungunya pernah
dilaporkan terjadi di India, Indonesia, Maldiva, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand.
Terdapat banyak wabah yang besar dari demam chikungunya dalam beberapa
tahun di India, dan juga di negara kepulauan Samudera Hindia. Maldiva melaporkan
wabah Chikungunya pertama kali pada bulan Desember 2006. Meskipun bukan
penyakit yang mematikan, angka morbiditasnya yang tinggi dan poliartritis yang
memanjang menyebabkan kecacatan yang besar dalam populasi yang terkena dan
dapat memberikan dampak pada bidang sosioekonomi suatu negara. 1,2,3
Infeksi chikungunya ini dimulai dengan periode inkubasi yang singkat selama
2-4 hari. Dimana dalam waktu kira-kira 48 jam setelah digigit nyamuk yang
membawa virus, pasien akan mengalami demam tinggi yang mendadak dengan
diikuti menggigil selama 2-5 hari. Beberapa pasien juga menunjukkan adanya ruam
makulopapuler di badan, tungkai, dan wajah. Biasanya pasien juga merasakan
mialgia dan arthralgia yang berat. Nyeri sendi ini biasanya dimulai pada pada sendi
kecil pada tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki, dan kemudian pada sendi
besar. Nyeri sendi dapat menetap hingga 1 bulan setelah sembuh, bahkan menetap.
Gejala non-spesifik lainnya dapat meliputi sakit kepala, fotofobia ringan dan
insomnia.1,5
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
6/25
4
Tidak ada vaksin atau pengobatan khusus untuk melawan infeksi ini. Penyakit
ini dapat sembuh sendiri. Terapi dengan antipiretik dan obat antiperadangan non
steroid digunakan untuk mengendalikan demam dan nyeri sendi. Demam biasanya
menghilang setelah 2 3 hari. Nyeri otot dan sendi dapat menetap sampai hari ke 5
7 namun pada beberapa kasus dapat lebih lama lagi. Pasien dengan usia lanjut
biasanya mengalami nyeri sendi dan otot selama beberapa bulan. 1,5
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit ini adalah dengan
mencegah penyebaran virus dengan mengendalikan vektornya. Yaitu dengan
mengeliminasi tempat perkembangbiakan nyamuk. 5
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
7/25
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Etiologi1,2,3,4
Demam chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV), yang
disebut juga Buggy Creek virus. Virus ini termasuk dalam genus Alphavirus dari
famili Togaviridae. Selain virus chikungunya, terdapat juga anggota Alphavirus
lainnya yang dapat menyebabkan demam, ruam, dan artralgia, seperti virus
Onyong-nyong, Mayaro, Barmah Forest, Ross River, dan Sindbis. Virus
chikungunya paling dekat hubungannya dengan virus Onyong-nyong, meskipun
secara genetik berbeda. Virus chikungunya terdiri dari 1 molekul single strand RNA,
yang dibungkus oleh membran lipid, berbentuk spherical dan pleomorphic,dengan
diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkan glikoprotein, yang terdiri
dari 2 protein virus berbentuk heterodimer. Nucleocapsids virus ini isometrik dengan
diameter 40 nm.1 Sekuens genom lengkapnya terdiri dari 11.805 nukleotida. Virus ini
berkembangbiak dalam sitoplasma sel inangnya. Virus dapat menyerang manusia
dan hewan. Virus ini berpindah dari satu penderita ke penderita lain melalui gigitan
nyamuk, terutama dari genus Aedes, seperti Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti
(yang juga menularkan demam dengue dan demam kuning) merupakan vektor
utama untuk demam chikungunya. Virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia. Virus dapat menyerang semua
usia, baik anak-anak maupun dewasa. Virus ini pertama kali diisolasi pada tahun
1952-1953 keduanya dari manusia dan nyamjuk selama epidemi demam yang
secara klinis sulit dibedakan dari demam dengue di Tanzania. Virus ini merupakan
virus RNA untai tunggal, tidak tahan panas dan sensitif terhadap suhu lebih dari
58o
C. Terdapat tiga antigen dan genotip yang berbeda yang berhasil diidentifikasi:
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
8/25
6
dua kelompok filogenetik dari Afrika dan satu dari Asia. Strain virus Chikungunya
yang diisolasi di India selama wabah tahun 2006 sangat dekat dengan strain yang
diisolasi di pulau Runion pada tahun yang sama.
Aedes aegypti merupakan vektor yang bertanggung jawab terhadap transmisi
dalam lingkungan perkotaan sedangkan Aedes albopictus bertanggung jawab
terhadap penyebaran penyakit ini dalam pedesaan. Penelitian yang terbaru
menunjukkan bahwa virus ini teah bermutasi sehingga dapat ditransmisikan oleh
Aedes albopictus. NyamukAedes berkembang biak dalam lingkungan rumah seperti
di vas bunga, tempat penyimpanan air, pendingin udara, dan lain-lain. Serta di luar
rumah seperti lokasi pembangunan, tempurung kelapa, brang-barang rongsokan
(ban bekas, lastik, dan kaleng-kaleng, dan lain-lain). Nyamuk betina dewasa
beristirahat di daerah yang dingin dan gelap di lingkungan rumah maupun di luarnya
dan hanya menggigit di siang hari.
2. Epidemiologi1,3,5,9
Virus Chikungunya menimbulkan epidemi di wilayah tropis Asia dan Afrika
sejak diidentifikasi tahun 1952-1953 di Afrika Timur. Di Indonesia Demam
Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit
di Kuala Tunkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan
Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa
(KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh.
Disusul Bogor bulan Oktober. Demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi Jawa
Barat, Purworejo dan Klaten Jawa Tengah tahun 2002.
CHIKV sebagai penyebab demam Chikungunya masih belum diketahui pola
masuknya ke Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
9/25
7
hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai
sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus
di hutan (sylvatic cycle) di antara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp
(Ae africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri).
Pembuktian ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan
ketika terjadi wabah di Tanzania 1952-1953.
Setelah beberapa lama, karakteristik CHIKV virus yang semula bersiklus dari satwa
primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia.
Tidak semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah
permukiman (urban cycle), siklus virus chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes
aegypti.
Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus chikungunya adalah
Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau, Kenya, Uganda,
Nigeria, Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika, virus chikungunya
dilaporkan di Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri Lanka (1964),
Filipina dan Indonesia (1973). Chikungunya pernah dilaporkan menyerang tiga korp
sukarelawan perdamaian Amerika (US Peace Corp Volunteers) yang bertugas di
Filipina, 1968.7
Hasil penelitian terhadap epidemiologi penyakit chikungunya di Bangkok Thailand
dan Vellore Madras, India menunjukkan bahwa terjadi gelombang epidemi dalam
interval 30 tahun. Satu gelombang epidemi umumnya berlangsung beberapa bulan,
kemudian menurun dan bersifat ringan sehingga sering tidak termonitor. Gelombang
epidemi berkaitan dengan populasi vektor (nyamuk penular) dan status kekebalan
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
10/25
8
penduduk. Pengujian darah (serologik) penyakit chikungunya sering tidak mudah
karena serum chikungunya mempunyai reaksi silang dengan virus lain dalam satu
famili.4
Dari beberapa literatur tampak ada kecenderungan gelombang epidemi 20 tahunan.
Fenomena ini sering dikaitkan dengan perubahan iklim dan cuaca. Antibodi yang
timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus
selanjutnya. Perlu waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali.
Tabel 1. Distribusi kasus demam chikungunya di dunia5
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
11/25
9
Tabel 2. Distribusi KLB demam chikungunya di Indonesia tahun 2001-Maret 2003 5
Tabel 3. Situasi KLB demam chikungunya di Indonesia tahun 2001-2004 5
3. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain, dapat hidup
berbulan-bulan. Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur. Nyamuk ini merupakan
vektor dari CHIKV. Vektor CHIKV lainnya di Asia adalah A. albopticus, di Afrika A.
furcifer dan A. africanus1.
4. Patogenesis1,2
Virus chikungunya ditemukan dalam kelenjar nyamuk vektor. Jumlah virus yang
dapat memperbanyak diri pada nyamuk dari berbagai strain sangat bervariasi, yakni
antara 1046-1074 PFU setiap nyamuk. Penelitian de Moor dan Stephen
menunjukkan bahwa tingkat endemisitas virus chikungunya sangat berhubungan
erat dengan populasi nyamuk Aedes di daerah tersebut. Lamanya kehidupan
nyamuk tersebut merupakan faktor penting yang menentukan luas tidaknya
penyebaran virus chikungunya. Hampir keseluruhan data menunjukkan bahwa
infeksi chikungunya terjadi di wilayah dimana nyamuk Aedes yang terinfeksi virus
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
12/25
10
chikungunya menggigit manusia. Apabila nyamuk ditemukan sangat banyak dan
menggigit banyak orang di sekitarnya maka kemungkinan kejadian infeksi dapat
diestimasikan sangat tinggi, terutama pada ibu dan anak yang selalu tinggal di
rumah sejak pagi hingga sore hari. Otot rangka merupakan tempat utama replikasi
virus. Pada tikus didapatkan adanya miositis, serta perdarahan saluran cerna dan
subkutan. Isolasi virus chikungunya kebanyakan diperoleh dari kasus-kasus berat
dengan manifestasi perdarahan dan kelainan otot yang umumnya pada penderita
dewasa. Pada manusia, virus chikungunya sudah dapat menimbulkan penyakit
dalam 2 hari sesudah gigitan nyamuk. Penderita mengalami viremia yang tinggi
dalam 2 hari pertama sakit. Viremia berkurang pada hari ke-3 atau ke-4 demam, dan
biasanya menghilang pada hari ke-5. Silent infection dapat terjadi, akan tetapi
bagaimana hal itu bisa terjadi belum dapat dimengerti. Antibodi yang timbul dari
penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Oleh
karena itu perlu waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali. Infeksi akut
ditandai dengan timbulnya IgM terhadap IgG antichikungunya yang diproduksi
sekitar 2 minggu sesudah infeksi.
5. Gambaran klinis1,4
Virus Chikungunya menyebabkan demam pada sebagian besar penderita
dengan periode inkubasi 2 4 hari sejak gigitan nyamuk. Viremia ini menetap
selama 5 hari sejak onset klinis. Gambaran klinis yang umum adalah demam (92%)
biasanya juga disertai dengan Arthralgia (87%), nyeri punggung (67%) dan sakit
kepala (62%). Demam ini bervariasi mulai dari demam ringan sampai berat, yang
menghilang dalam 24 sampai 48 jam. Demam ini biasanya terjadi mendadak sampai
39-40oC, dengan menggigil dan kekakuan dan biasanya menghilang dengan
pemberian antipiretik. Tidak ada variasi diurnal untuk demam ini.
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
13/25
11
Dalam kasus wabah yang terbaru ini banyak pasien yang mengeluhkan
arthralgia tanpa demam. Nyeri sendi tampaknya semakin memburuk pada pagi hari,
yang kemudian berkurang dengan aktivitas ringan. Nyeri sendi ini dapat menghilang
selama 2-3 hari yang kemudian muncul lagi dengan pola pelana kuda. Poliartritis
migran dengan efusi juga dapat dijumpai pada 70% kasus, namun menghilang
sendiri. Pergelangan kaki, tangan, dan sendi-sendi kecil paling sering terkena. Sendi
besar seperti lutut dan tulang belakang juga dapat terlibat. Terdapat kecenderungan
keterlibatan sendi dengan riwayat trauma atau degenerasi. Pekerjaan yang banyak
menggunakan sendi kecil lebih sering terkena (misalnya sendi interfalang pada
penyadap karet, pergelangan kaki pada orang yang banyak berdiri dan berjalan
misalnya polisi). Fenomena pembungkukkan ini kemungkinan terjadi akibat dari
tungkai bawah dan keterlibatan punggung yang mendorong pasien membungkuk ke
depan.
Gejala klinis lain. Ruam makulopapular transien dapat terjadi pada 50%
pasien. Erupsi makulopapular dapat menetap lebih dari 2 hari pada 10% kasus.
Ulkus intertriginosa dan erupsi vesikobulosa juga dapat ditemukan. Beberapa orang
mengalami lesi angiomatosa dan lebih sedikit yang mengalami purpura. Stomatitis
ditemukan pada 25% pasien dan ulkus oral pada 15% pasien. Eritema nasal diikuti
dengan hiperpimentasi fotosensitif (20%) sering ditemukan pada epidemi yang baru-
baru ini terjadi. Dermatitis eksfolitiva yang terjadi pada tungkai dan wajah ditemukan
pada 5% kasus. Epidermolisis bullosa juga ditemukan pada anak-anak. Sebagian
besar lesi yang timbul ini dapat sembuh sempurna kecuali pada kasus dimana
hiperpigmentasi yang fotosensitif ini menetap.
Fotofobia dan nyeri retro-orbital juga pernah ditemukan. Meskipun jarang
terjadi pada orang dewasa, namun anak-anak terutama neonatus dapat mengalami
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
14/25
12
muntah dan/atau diare dan meningo-ensefalitis. Manifestasi neurologis seperti
ensefalitis, kejang demam, sindrom meningeal dan ensefalopati akut juga pernah
dilaporkan. Neuroretinitis dan uveitis pada salah satu mata atau kedua mata juga
pernah dilaporkan. Manifestasi okuler yang berkaitan dengan wabah epidemi dai
infeksi virus chikungunya di India Selatan meliputi uveitis anterior granulomatosa
dan nongranulomatosa, neuritis optik, neuritis retrobulbar, dan lesi dendritik.
Prognosis visual biasanya baik, dimana penglihatan sebagian besar pasien ini
kembali normal.
Bentuk artralgia yang persisten telah dtemukan pada tahun 1980 di Afrika
Selatan, dimana sebuah penelitian retrospektif menunjukkan resolusi yang
sempurna pada 87,9 %;, 3,7 % mengalami kekakuan episodik dan nyeri, 2.8%
mengalami kekakuan yang persisten tanpa nyeri dan 5.6% mengalami keterbatasan
pergerakan sendi yang persisten dan menyakitkan. Enthesopathy dan tendinitis dari
tendoachilles ditemukan pada 53% pasien yang mengalami keterlibatan
muskuloskeletal. Sekuele neurologis, emosional dan dermatologis juga dapat
ditemukan.
Chikungunya pada bayi dan anak umumnya ringan dan sangat jarang ditemukan
kasus yang serius atau fatal. Tanda dan gejala yang ditemukan pada bayi dan anak
di antaranya:
Demam
Menggigil
Sakit kepala
Mual dan muntah
Sakit pada persendian
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
15/25
13
Ini merupakan gejala utama. Kadang disertai bengkak dan kemerahan pada sendi.
Gejala ini dapat menetap bahkan sampai beberapa minggu setelah penyakit
sembuh.
Bintik kemerahan di kulit
Pedarahan gusi dan mimisan
Gejala dan tanda tersebut biasanya mulai timbul sekitar 3-7 hari setelah gigitan
nyamuk.
Tabel 5. Temuan klinik demam dengue klasik, demam chikungunya dan demam
berdarah dengue 5
Keterangan: 1+=1-25% 2+=26-50% 3+=51-75% 4+=76-100%
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
16/25
14
Tabel 6. Gejala konstitusional non-spesifik demam berdarah dengue dan demam
chikungunya berbeda bermakna secara statistik; bayi di bawah 5 bulan 5
Tabel 7. Perbandingan antara demam berdarah dengue dan demam chikungunya 5
Perbedaan gejala penyakit DBD dan chikungunya 1,5
Gejala penyakit Chikungunya antara lain: Demam tinggi (39C), nyeri pada
persendian (gejala khas demam chikungunya, mulai nyeri sendi ringan sampai berat,
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
17/25
15
bahkan bisa sampai tidak bisa berjalan), tidak nafsu makan, lemah, mual, sakit
kepala, timbul ruam merah pada kulit.
Nyeri sendi pada Penyakit Chikungunya sangat khas, nyeri berat dan pegal pada
sendi-sendi, sering sampai tidak bisa berjalan terutama pagi hari saat bangun tidur .
Ruam merah pada penyakit Chikungunya agak berbeda dengan DBD, dimana pada
penyakit Chikungunya ruam merahnya lebih melebar agak timbul sehingga terkesan
kulit agak lebih tebal .
Gejala penyakit demam berdarah dengue : Demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai
sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia), ruam merah
pada kulit, pendarahan pada hidung dan gusi, sakit di perut, rasa mual, muntah-
muntah atau diare.10
Nyeri sendi pada DBD tidak sehebat pada Chikungunya. Ruam merah pada DBD
mempunyai ciri-ciri merah terang, berbercak, biasanya timbul lebih dulu pada kaki ,
tangan dan kemudian bisa menyebar keseluruh tubuh. Ruam tersebut bila diraba
permukaannya sama dengan kulit dalam keadaan normal.(10)
6. Pemeriksaan laborator ium1,5,6
Tes laboratorium yang umum digunakan untuk mengetahui chikungunya
adalah RT-PCR, isolasi virus, dan tes serologis.
Isolasi virus tes laboratorium yang paling akurat tetapi
membutuhkan waktu 1-2 minggu.
RT-PCRhasil dapat diterima dalam 1-2 hari
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
18/25
16
Tes serologis dibutuhkan darah dalam volume yang lebih banyak
dbandingkan metode yang lain. Menggunakan cara ELISA untuk
mengukur IgM Chikungunya. Hasil diperoleh setelah 2-3 hari. Dan
false positif dapat ditemukan dengan infeksi virus seperti O'nyong-
nyong virus dan Semliki Forest Virus.
7. Diagnosa1,5
Diagnosis demam chikungunya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis ditemukan keluhan demam,
nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, rasa lemah, mual, muntah, fotofobia serta
daerah tempat tinggal penderita yang berisiko terkena demam chikungunya. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya ruam makulopapuler, limfadenopati
servikal, dan injeksi konjungtiva. Pada pemeriksaan hitung lekosit, beberapa pasien
mengalami lekopenia dengan limfositosis relatif. Jumlah trombosit dapat menurun
sedang. Laju endap darah akan meningkat. C-reactive protein positif pada kasus-
kasus akut.
Berbagai pemeriksaan laboratorium tersedia untuk membantu menegakkan
diagnosis, seperti isolasi virus dari darah, tes serologi klasik seperti uji hambatan
aglutinasi/HI (Charles & Casals), complement fixation/CF (Futton & Dumbell), dan
serum netralisasi; tes serologi modern dengan tehnik IgM capture ELISA (enzyme-
linked immunosorbent assay); tehnik super modern dengan pemeriksaan PCR; serta
teknik yang paling baru dengan RT-PCR (2002). Dengan menggunakan tes serologi
klasik diagnosis sangat tergantung pada penemuan peningkatan titer antibodi
sesudah sakit. Biasanya pada serum yang diambil saat hari ke-5 demam tidak
ditemukan antibodi HI, CF ataupun netralisasi. Antibodi netralisasi dan HI baru
ditemukan pada serum yang diambil saat 2 minggu atau lebih sesudah serangan
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
19/25
17
panas timbul. Diagnosis yang akurat dapat diperoleh dari serum yang diambil
sesudah sakit dengan metode IgM capture ELISA. Isolasi virus dapat dibuat dengan
menyuntikan serum akut dari kasus tersangka pada mencit atau kultur jaringan.
Diagnosis pasti adanya infeksi virus chikungunya ditegakkan bila didapatkan salah
satu hal berikut:
1. Peningkatan titer antibodi 4 kali lipat pada uji hambatan aglutinasi (HI)
2. Virus chikungunya (CHIKV) pada isolasi virus
3. IgM capture ELISA
Untuk diagnosis serologi diperlukan 10-15 ml serum whole blood. Serum fase akut
diambil diambil segera sesudah muncul manifestasi klinis dan serum fase
konvalesensi diambil 10-14 hari sesudah sampel pertama. Sampel dibawa ke
laboratorium dalam suhu 4C (tidak dalam keadaan beku). Bila pemeriksaan tidak
dapat segera dilakukan, maka serum dipisahkan dari sampel dan disimpan dalam
freezer secepatnya. Diagnosis serologi dapat ditegakkan bila didapatkan
peningkatan kadar antibodi 4 kali lipat antara serum fase akut dan konvalesensi atau
didapatkannya antibodi IgM spesifik terhadap virus chikungunya (CHIKV). Tes
serodiagnostik memperlihatkan peningkatan titer IgG CHIKV 4 kali lipat antara
serum fase akut dan konvalesen. Akan tetapi, pengambilan serum berpasangan
biasanya tidak dilakukan. Sebagai alternatif, dapat dilakukan pemeriksaan IgM
spesifik terhadap virus chikungunya pada serum fase akut bila serum berpasangan
tidak dapat dikumpulkan. Tes yang biasa digunakan adalah IgM capture ELISA
(MAC-ELISA). Hasil MAC-ELISA dapat diperoleh dalam 2-3 hari. Reaksi silang
dengan antibodi Flavivirus, seperti Onyong-nyong dan Semliki Forest terjadi pada
pemeriksaan MAC-ELISA. Akan tetapi virus-virus tersebut relatif jarang di Asia
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
20/25
18
Tenggara. Bila diperlukan konfirmasi lebih lanjut dapat dilakukan tes neutralisasi dan
Hemagglutination Inhibition Assay (HIA). 5
Isolasi virus merupakan tes definitif terbaik. Untuk pemeriksaan ini diperlukan whole
blood sebanyak 2-5 ml yang dimasukkan dalam tabung berheparin. Sampel diambil
saat minggu pertama sakit, dibawa dengan es ke laboratorium. Virus chikungunya
akan memberikan efek cytopathic terhadap berbagai dinding sel seperti sel BHK-21,
HeLa dan Vero. Efek cytopathic itu harus dikonfirmasi dengan antiserum spesifik
dan hasilnya dapat diperoleh dalam 1-2 minggu. Isolasi virus dilakukan di
laboratorium BSL-3 untuk mengurangi risiko transmisi virus. Pemeriksaan kultur
virus yang positif dilengkapi dengan neutralisasi memberikan diagnosis definitif
adanya virus chikungunya. 1
Baru-baru ini telah dikembangkan tehnik reverse transcriptasepolymerase chain
reaction (RT-PCR) untuk mendiagnosis virus chikungunya yang menggunakan
nested primer pairs amplifying specific components dari 3 struktural gene regions,
yakni Capsid (C), Envelope E-2 dan bagian dari Envelope E-1. Hasil PCR dapat
diperoleh dalam 1-2 hari. Spesimen untuk pemeriksaan PCR adalah sama dengan
untuk isolasi virus, yakni whole blood yang di beri heparin. 1 Hasil PCR untuk genom
E-1 dan C baik secara sendiri ataupun bersama-sama memberikan hasil positif
untuk virus chikungunya. Akan tetapi pemeriksaan khusus di atas lebih banyak
digunakan untuk kepentingan epidemiologi dan penelitian, jarang dilakukan dalam
praktik klinik sehari-hari. Oleh karena itu WHO membuat definisi kasus infeksi
chikungunya sebagai berikut: 5,8
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
21/25
19
1. Kasus tersangka
Suatu kesakitan yang onsetnya akut, ditandai oleh timbulnya demam mendadak
diikuti oleh gejala-gejala berupa artralgia, sakit kepala, nyeri punggung, fotofobia,
dan ruam.
2. Kasus probabel
Klinis seperti di atas dan serologi positif (pemeriksaan sampel serum tunggal yang
diambil selama fase akut atau konvalesensi)
3. Kasus konfirmasi
Kasus probabel dengan disertai salah satu dari berikut ini:
- Kenaikan titer antibodi HI sebesar 4 kali pada sampel serum berpasangan
- Deteksi antibodi IgM
- Isolasi virus dari serum
- Deteksi asam nukleat virus Chikungunya pada serum dengan RT-PCR
8. Pengobatan1,2
Demam Chikungunya termasuk self limiting disease atau penyakit yang
sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini.
Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simptomatis atau menghilangkan gejala
penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan
parasetamol.
Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan
yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
22/25
20
mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah
segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak
protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum
banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat
terjadi demam.
9. Pencegahan
Belum ada vaksin untuk mencegah chikungunya. Satu-satunya cara menghindari
penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya yaitu nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih
seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung
air bersih. Selain itu, nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-
benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar.
Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap.
Cara yang sering dipakai antara lain:
Menguras bak mandi
Menutup tempat penampungan air
Mengubur sampah terutama yang dapat menampung air
Menaburkan larvasida
Memelihara ikan pemakan jentik
Pengasapan
Pemakainan obat anti nyamuk
Pemakaian kawat kasa di rumah
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
23/25
21
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai
dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada
benda-benda yang menggantung1.
11. Prognosis
Prognosis penderita demam chikungunya cukup baik sebab penyakit ini tidak
menimbulkan kematian. Belum ada penelitian yang secara jelas memperlihatkan
bahwa demam chikungunya dapat secara langsung menyebabkan kematian. Karena
infeksi virus chikungunya baik klinis ataupun silent akan memberikan imunitas
seumur hidup, maka penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama. Tubuh
penderita akan membentuk antibodi yang akan membuatnya kebal terhadap
serangan virus ini di kemudian hari1,5.
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
24/25
22
BAB III
KESIMPULAN
Demam chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV), yang
disebut juga Buggy Creek virus. Di Indonesia Demam Chikungunya dilaporkan
pertama kali di Samarinda tahun 1973. Virus Chikungunya menyebabkan demam
pada sebagian besar penderita dengan periode inkubasi 2 4 hari sejak gigitan
nyamuk. Gambaran klinis yang umum adalah demam (92%) biasanya juga disertai
dengan Arthralgia (87%), nyeri punggung (67%) dan sakit kepala (62%). Demam
Chikungunya termasuk self limiting disease atau penyakit yang sembuh dengan
sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan
yang diberikan hanyalah terapi simptomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya.
Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa
virusnya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Prognosis penderita demam chikungunya
cukup baik sebab penyakit ini tidak menimbulkan kematian.
-
8/10/2019 REFERAT CHIKUNGUNYA FITRIA FK NEGRI UPN.pdf
25/25
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasronudin, et al. Penyakit Infeksi di Indonesia & Solusi Kini mendatang Edisi
Kedua. 2011. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR.
2. Soedarmo Sumarno S.Poorwo, Herry Garna, Sri Rezeki, et al. Buku Ajar Infeksi
dan Pediatri Tropis edisi 2. 2008. Jakarta : Balai Penerbit IDAI.
3. Halstead S, 2007, Dengue and Dengue Haemorraghic Fever, Nelsons Texbook
of Pediatrics 18thEditionhal. 1092-94
4. Safar, Rosdiana. 2003. Parasitologi kedokteran: Entomologi. Padang:Fakultas
Kedokteran Universitas Baiturrahmah.
5. Ann M. Powers and Christopher H. Logue, 2007: Changing patterns of
chikungunya virus: re-emergence of a zoonotic arbovirusdari Journal of Virology
6. I-C Sam, MRCPath, S AbuBakar, PhD, 2006 : Chikungunya Virus Infectiondari
Med J Malaysia Vol 61 No 2
7. Eppy 2006, Demam chikungunya dari Jurnal Kedokteran Medicinusedisi April-
Juni 2008, hal. 22., Jakarta
8. Ann M. Powers, 2009 : Overview of Emerging Arboviruses dari
http://www.medscape.com/viewarticle/708398_3
9. Gilles Pialoux, Bernard-Alex Gazre, Stphane Jaurguiberry, Michel Strobel,
2007 : Chikungunya, an epidemic arbovirosisdari http://infection.thelancet.com
Vol 7 May 2007
10. Kanti Laras et all, 2004 : Tracking the re-emergence of epidemic chikungunya
virus in Indonesia, Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and
Hygiene (2005) 99, 128-41