referat gaki
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah besi yang dianggap penting
bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat
gizi lainnya. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat
unsur/elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula, tetapi harus
mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung
dalam makanan serta minuman.1
Kekurangan iodium masih menjadi masalah besar dibeberapa negara di dunia,
khususnya negara-negara berkembang. Dilaporkan sekitar 38% dari jumlah penduduk dunia
terkena risiko gangguan akibat kekurangan iodium. Gangguan akibat kekurangan iodium
(GAKI) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia. Diperkirakan 140 juta
IQ point hilang akibat kekurangan iodium, karena sekitar 42 juta orang hidup di daerah
endemik, 10 juta di antaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKI lain, dan terdapat
9000 bayi kretin. Kekurangan iodium dapat menyebabkan gondok, terjadinya kretinisme,
menurunnya kecerdasan, gangguan pada otak, bisu-tuli, serta pada ibu hamil dapat
menyebabkan keguguran dan kematian pada bayi.2
Kekurangan iodium berhubungan erat dengan jumlah iodium yang terkandung di
dalam tanah yang digunakan dalam bidang pertanian di daerah yang berpengaruh. Walaupun
program suplemen tambahan iodium telah mengurangi kekurangan jumlah iodium di
berbagai daerah daerah di dunia, masih terlihat masalah kekurangan iodium yang serius di
berbagai daerah (Brody, 1999).3
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Iodium
Iodium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental. Sekitar 75 % dari iodium ada di dalam kelenjar tiroid yang
digunakan untuk mensistesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4) dan Triiodotironin (T3).
Iodium secara alami terdapat pada tanah dan air. Hormon-hormon ini sangat penting selama
pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau
energi disemua kehidupan. Yodium adalah penting untuk perkembangan dan pertumbuhan
saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak, dan sebagian besar
metabolisme sel tubuh kecuali sel otak. Yodium juga dibutuhkan untuk sel darah merah dan
pernapasan sel serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. (Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VIII, 2004)
Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini
merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat
ekskresi (status iodium) yang rendah (25 – 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko
kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih
berbahaya (Brody, 1999). Di daerah pegunungan umumnya kurang mengandung iodium
karena terbawa aliran air, sungai, banjir, erosi dan lain-lain.3
Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi
Iodida yang mudah diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ekstraseluler.
Iodium tersebut kemudian memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami
peroksidasi akan melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin. Struktur cincin hidrofenil
dari residu tirosin adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan berbentuk hormon dari
kelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4) Iodium adalah suatu bagian integral dari
hormon tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4). Hormon tiroid kebanyakan
menggunakan, jika tidak semua, efeknya melalui pengendalian sintesis protein. Efek-efek
tersebut adalah efek kalorigenik, kardiovaskular, metabolisme dan efek inhibitor pada
pengeluaran thyrotropin oleh pituitary (Sauberlich, 1999).3
Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk terikat-
plasma dengan protein pembawa. Thyroxine-terikat protein merupakan pembawa hormon
tiroid utama yang beberapa di antaranya juga terikat dengan thyroxin-terikat prealbumin
(Sauberlich, 1999).3
2
Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh hipotalamus
yang kemudian mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan T4 dari tiroglobulin dan
membebaskannya ke dalam plasma darah, melalui tiroid stimulating hormon (TSH). Kadar
T4 plasma jauh lebih besar dari pada T3, tetapi T3 lebih potensial dan “turn overnya” lebih
cepat. Beberapa T3 plasma dibuat dari T4 dengan jalan deiodinasi dalam jaringan non-tiroid.
Sebagian besar dari kedua bentuk terikat pada protein plasma, terutama thyroid-binding-
globulin (TBG), tetapi hormon yang bebas aktivitasnya pada sel-sel target. Dalam sel-sel
target dalam hati, banyak dari hormon tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk
digunakan kembali kalau memang dibutuhkan.4
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian
iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan
sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T3
dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari
hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam
lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan
bersama feses dan urin.4
1.2 Pangan Sumber Iodium
Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda
tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium pada buah dan sayur
tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada jaringan hewan serta produk susu
tergantung pada kandungan iodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut merupakan
sumber iodium alamiah. Sumber lain iodium adalah garam dan air yang difortifikasi
(Muchtadi. dkk, 1992). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sauberlich, (1999) bahwa
makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling baik. Penggunaan garam
beriodium di Amerika Serikat diberikan sebagai sumber iodium penting. Di USA konsumsi
garam beriodium per hari per orang mendekati 10 – 12 gram dimana garam tersebut
mengandung 76 mg iodium per gram.4
Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi pangan yang kaya iodium
dapat menekan atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi gondok. Berikut Gibson (1990)
menyebutkan rata-rata kandungan iodium dalam bahan makanan antara lain : Ikan Tawar
3
30 mg; Ikan Laut 832 mg; Kerang 798 mg; Daging 50 mg; Susu 47 mg; Telur 93 mg;
Gandum 47 mg; Buah-buahan 18 mg; Kacang-kacangan 30 mg dan Sayuran 29 mg.4
Garam beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalsium laktat)
dalam bentuk larutan pada lapisan tipis garam, sehingga diperoleh campuran yang merata
sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI). Kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30-
80 ppm. Hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari sekitar 6
gram atau satu sendok teh setiap hari (Depkes, 1999).
Standart Nasional Indonesia (SNI) garam konsumsi ditetapkan secara wajib terhadap
produsen, distributor/pedagang sesuai Kepres No. 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam
beryodium untuk melindungi kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk menguji kualitas
garam di tingkat rumah tangga menggunakan iodina test (Depkes, 1999).5
1.3 Kebutuhan Iodium
Kebutuhan iodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. perkiraan
kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram perhari untuk anak sampai sepuluh
tahun dan 150 mikrogram per hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui
dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram per hari. Angka
kecukupan iodium yang ditetapkan oleh WNPG 2004 tersaji pada tabel 1.5
Tabel 1
Angka Kecukupan Iodium
4
1.4Definisi GAKI
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau
kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus –
menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan
iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi
pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan
mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).6
1.5 Etiologi dan Patogenesis
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
• Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan
unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).1
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia
sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain
oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana
pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara
drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).7
5
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi
ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan
terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling
(Djokomoeldjanto, 1994).1
• Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak
geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah
pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering
dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil
pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar
iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut
akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam
Koeswo, 1997).7
• Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang
bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974).1 Williams (1974) dari hasil risetnya
mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan
menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut
merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar
gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat
goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik
sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida
(daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ;
kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan
kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).7
• Faktor Zat Gizi Lain
6
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon
dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh
protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga
defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme
umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.7
1.6 KlasifikasiSurvei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya
kelenjar tiroid, dilakukan dengan metode Palpasi, menurut klasifikasi Perez atau
modifikasinya (1960) :
• Grade 0 : Tidak teraba
• Grade 1 : Teraba dan terlihat hanya dengan kepala yang ditengadahkan
• Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa
• Grade 3 : Terlihat dari jarak tertentu
Karena perubahan gondok pada awalnya perlu diwaspadai, maka grading system, khususnya
grade 1 dibagi lagi dalam 2 klas, yaitu:
• Grade 1a : Tidak teraba atau teraba tidak lebih besar daripada kelenjar tiroid normal.
• Grade 1b : Jelas teraba dan membesar, tetapi pada umumnya tidak terlihat meskipun
kepala ditengadahkan.
Kelenjar tiroid tersebut ukurannya sama atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan
pasien.7
1.7 Akibat Kekurangan Iodium
Banyak faktor yang ditimbulkan akibat kekurangan yodium, meliputi:
1. Pada fetus: abortus, lahir mati, anomali kongenital, peningkatan kematian perinatal,
defek psikomotor, kretin nervosa dan kretin miksodematosa
2. Pada neonatus: gondok neonatus, hipotiroid neonatus
3. Pada bayi, anak dan remaja: gondok, hipotiroidi juvenil, gangguan fungsi mental,
keterbelakangan fisik, peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir
4. Pada orang dewasa: gondok dan komplikasinya, hipotiroidi, gangguan fungsi mental.2
1.8 Manifestasi Klinis
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti:
7
Terhadap Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang tidak normal.
-Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
- Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
- Tingkat kecerdasan yang rendah
- Mulut menganga dan lidah tampak dari luar
Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKI akan mengalami berbagai gangguan kehamilan
antara lain :
- Abortus
- Bayi Lahir mati
- Hipothryroid pada Neonatal
Perkembangan Intelegensia
- Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah
normal
- Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal.
Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium. Iodium
dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang
dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan
tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium
yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya bagi kecerdasan anak, karena bisa
menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara penyakit akibat kekurangan iodium adalah
gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme neurology
seperti kekerdilan yang digolongkan dengan mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula
kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang
8
terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi tiroksin,
triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang dihubungkan dengan
pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa pertumbuhan
dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu dipenuhi.
Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus ‘mengancam’. Baik bayi, anak, remaja,
bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan
fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf. Semua penyakit dan
berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia berlambang “I”
ini , kini disebut dengan GAKI ( Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ). Selain akan
mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan yodium
akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang
juga bisa muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan
mengakibatkan keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat
setelah dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem
sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.
Pertumbuhan Sosial
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh GAKI berupa terjadinya gangguan perkembangan
mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit dididik dan
di motivasi.
Perkembangan Ekonomi
GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin
dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan
mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.4
1.9 Penanggulangan dan Pencegahan
Kegiatan pencegahan dan penaggulangan GAKI yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi
komunikasi , informasi dan edukasi (KIE) terhadap penaggulangan GAKI yang tertuju pada 3
( tiga ) kelompok sasaran yaitu :
a. Para perencana, pengelola dan pelaksana program.
9
b. Masyasarakat didaerah gondok endemik.
c. Masyarakat di luar daerah gondok endemik.
Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia. Program intensifikasi
penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 – 2003 bertujuan menurunkan prevalensi
GAKI lewat pemantauan status GAKI pada penduduk, meningkatkan persediaan garam
beriodium serta meningkatkan kerja sama lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah
dimulai sejak pemerintahan Belanda melalui distribusi garam beryodim ke daerah endemik berat.
Penanggulangan GAKI dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :
· Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam konsumsi dengan
iodium dimana program ini disebut garam iodium.
· Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara oral maupun
suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah endemik berat dan telah
dilaksanakan sejak tahun 1974
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan KIO3 yang dianjurkan
adalah 40 ppm. Iodium diperlukan semata – mata untuk biosintesis hormon thyuroid yang
mengandung iodium. Kebutuhan iodium meningkat pada kaum remaja dan kehamilan.
Banyaknya metoda suplementasi Iodium tergantung pada beratnya GAKI pada populasi, grade
iodium urine dan prevalensi goiter dan kretinism.
· GAKI ringan:
Prevalensi goiter : 5 – 19,9% (anak sekolah)
Iodium urine : 50 - 99mg/l
10
Dieliminasi dengan garam berjodium.
· GAKI sedang :
Prevalensi goiter : 20 – 29,9% dan beberapa hypothyroidism.
Iodium urine : 20 – 49 mg/hr
Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 – 40 mg/kg pada tingkat
rumahtangga) Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik yang
dikoordinasi melalui puskesmas.
· GAKI berat :
Prevalensi goiter : ³ 30%, endemic cretinism
Iodium urine : <>
Penanganannya : minyak beriodium diberikan sampai sistim garam berjodium efektif, jika
sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.6
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan dapat
menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua
11
orang. Dan korban penderita GAKI akan menjadi beban semua orang yang ada
disekitar kehidupannya.
1.2. Saran
1) Mengadakan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya garam beryodium secara rutin
dan berkelanjutan dengan metode ceramah dan diskusi tanya jawab sehingga
penyuluhan kesehatan dapat lebih efektif
2) Perlu memberi masukan kepada instansi terkait agar dapat memantau penggunaan
garam beryodium.
3) Untuk institusi pendidikan, diharapkan memantau keadaan murid dan mengarahkan
siswa didik/orang tua untuk meningkatkan konsumsi yodium.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Djokomoeldjanto, R. 1993. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Naskah
Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
2. Marpaung, Yuniar, Yulinar, Asti Isnariani M.Pharm, Wardhono Tirtosudarmo dkk.
Penentuan Kadar Spesi Iodium Dalam Garam Beriodium dan Makanan Dengan Metode
HPLc Pasangan Ion. Info POM. Badan Pengawas Obat Dan Makan Republik Indonesia.
Vol. 7. No. 3. Jakarta. Mei 2006.
http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0306.pdf
3. Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University
of California at Berkeley, California.
4. Picauly, Intje. Iodium dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor. Nopember 2002.
http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/intje_picauly.htm.
5. Suhermang. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2008-suhermang0-1021-2-
abb2.pdf
6. DepKes RI. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium . Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 1996.
7. Thesa. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium). Juni 25, 2009. http://dania-
aprilia.blogspot.com/2009_03_01_archive.html.
13