referat hipokondriasis

36
Referat HIPOKONDRIASIS Oleh Ali Akbar NIM I1A010015 Pembimbing dr. H. Akhyar Nawi Husein, Sp.KJ. UPF/LAB ILMU KEDOKTERAN JIWA 0

Upload: ali-akbar

Post on 11-Dec-2015

78 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

FK Unlam

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Hipokondriasis

Referat

HIPOKONDRIASIS

Oleh

Ali Akbar

NIM I1A010015

Pembimbing

dr. H. Akhyar Nawi Husein, Sp.KJ.

UPF/LAB ILMU KEDOKTERAN JIWA

FK UNLAM/RSUD MOCH. ANSHARI SALEH

BANJARMASIN

APRIL, 2015

0

Page 2: Referat Hipokondriasis

BAB I

PENDAHULUAN

Hipokondriasis adalah suatu keadaan adanya kekhawatiran berlebihan

bahwa penderita mengalami penyakit serius dan preokupasi morbid terhadap

tubuh atau keadaan sehat, yang tidak sebanding dengan penyakit medis

sebenarnya, serta yang muncul hampir setiap saat.1

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform

yang diketegorikan dalam DSM-IV-TR. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan

delusi somatik lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman

gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform

lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa

saja merupakan pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan

memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut

sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.2

Penelitian yang terbaru menyatakan bahwa prevalensi hipokondriasis

dalam enam bulan mencapai 4 sampai 6 persen dari keseluruhan populasi medis

umum, namun demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Laki-laki

dan wanita mempunyai perbandingan yang sama untuk menderita hipokondriasis.

Walaupun onset penyakit dapat terjadi pada keseluruhan tingkatan umur,

hipokondriasis paling sering terjadi pada umur 20 sampai 30 tahun.1

Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain

merupakan gangguan psikiatri paling sulit dan kompleks untuk

1

Page 3: Referat Hipokondriasis

diterapi secara medis. Gangguan somatoform sendiri adalah

suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana

tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Namun dalam

perkembangan ilmu kedokteran, kriteria diagnostik telah direvisi

untuk kepentingan perawatan dan penelitian klinis. Studi random

dengan memberikan terapi dengan menggunakan kontrol

placebo telah selesai. Studi perbandingan keefektifan klinis juga

sedang dikembangkan.2

Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan

ketakutan dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang

dirasakan. Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita

suatu penyakit yang serius yang belum pernah dideteksi dan tidak dapat menerima

penjelasan akan gangguan yang dideritanya.2,3

Seperti kelainan psikiatri lain, gangguan somatoform membutuhkan

perencanaan terapi yang kreatif, kaya dan bersifat biopsikososial oleh klinisi yang

meliputi dokter umum, sub-spesialis dan ahli psikiatri professional. Strategi

penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan

psikososial dan psikoterapi.2,3

Hipokondriasis sebagai kategori diagnosis masih tetap kontroversial.

Meskipun ada bukti yang baik dari kejadian tiga serangkai keyakinan terkena

penyakit, terkait marabahaya, dan pencarian bantuan medis, gejala-gejala ini

dikatakan lebih baik dipahami sebagai bentuk kecemasan yang terjadi untuk fokus

2

Page 4: Referat Hipokondriasis

pada masalah kesehatan, dan berkaitan erat dengan bentuk lain dari gangguan

kecemasan.4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIPOKONDRIASIS

2.1.1 Definisi

Hipokondriasis dapat didefinisikan sebagai kekhawatiran berlebihan

bahwa penderita mengalami penyakit serius dan preokupasi morbid terhadap

tubuh atau keadaan sehat, yang tidak sebanding dengan penyakit medis

sebenarnya, serta yang muncul hampir setiap saat.1

Istilah “hipokondriasis” didapatkan dari istilah medis yang lama

“hipokondrium” yang berarti di bawah rusuk, dan mencerminkan seringnya

keluhan abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis

disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap

gejala atau sensasi fisik, yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa

mereka menderita penyakit yang serius, kendati pun tidak ditemukan penyakit

medis yang diketahui. Preokupasi pasien menyebabkan penderitaan yang

bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi di

dalam peranan personal, sosial, dan pekerjaan.5

Istilah hipokondriasis juga digunakan untuk menunjukkan tidak hanya

gangguan independen primer, tetapi juga kepribadian atau gejala pada sejumlah

3

Page 5: Referat Hipokondriasis

gangguan psikiatrik misalnya depresi. Gejala-gejala hipokondriasi sebenarnya

paling sering terlihat sebagai gambaran gangguan depresif. Istilah hipokondriasis

berasal dari kepercayaan kuno bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh gangguan

fisik nyata pada organ-organ di bawah (hipo-) margo costalis (kondrika).3

2.1.2 Epidemiologi

Suatu penelitian yang terbaru menyatakan bahwa prevalensi

hipokondriasis dalam enam bulan mencapai 4 sampai 6 persen dari keseluruhan

populasi medis umum, namun demikian angka presentase ini dapat mencapai 15

persen. Laki-laki dan wanita mempunyai perbandingan yang sama untuk

menderita hipokondriasis. Walaupun onset penyakit dapat terjadi pada

keseluruhan tingkatan umur, hipokondriasis paling sering terjadi pada umur 20

sampai 30 tahun.1

Gangguan hipokondrial primer lebih sering terjadi pada orang-orang

golongan sosial lebih rendah, orang muda, lansia dan bangsa Yahudi.

Hipokondriasis juga didapatkan pada 3 persen mahasiswa kedokteran terutama

pada dua tahun pertamanya, namun keadaan ini hanyalah hipokondriasis yang

bersifat sementara. Beberapa bukti menyatakan bahwa diagnosis adalah lebih

sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih. Status

perkahwinan tampaknya tidak mempengaruhi diagnosis.1

2.1.3 Etiologi

4

Page 6: Referat Hipokondriasis

Pada kriteria diagnosis untuk hipokondriasis, DSM-IV-TR

mengindikasikan bahwa gejala yang timbul menunjukkan misinterpretasi pada

gejala fisik yang dirasakan. Banyak data menunjukkan bahwa orang dengan

hipokondriasis memperkuat dan memperberat sensasi somatic yang mereka

rasakan. Pasien ini mempunyai batasan toleransi yang rendah terhadap ketidak

nyamanan fisik. Sebagai contoh, pada orang normal merasakan itu sebagai

tekanan pada perut, pasien hipokondriasis menganggap sebagai nyeri pada perut.

Mereka memfokuskan diri pada sensasi tubuh, salah menginterprestasi dan

menjadi selalu teringat oleh sensasi tersebut karena kesalahan skema kognitifnya.6

Teori yang lain mengemukakan bahwa hipokondriasis dapat suatu sifat

yang dipelajari yang dimulai masa kanak-kanak dimana pada anggota keluarganya

sering terpapar oleh suatu penyakit. Etiologi lain yang diajukan adalah bahwa

hipokondriasis adalah bagian dari gangguan depresi atau obsesif-kompulsif

dengan fokus gejala pada keluhan fisik.6

Misinterpretasi gejala-gejala tubuh

Orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan

sensasi somatiknya. Mereka memiliki ambang dan toleransi yang

lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik, dan

menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang

keliru.6

Model belajar sosial

5

Page 7: Referat Hipokondriasis

Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk

mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi

masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.6

Varian dari gangguan mental lain

Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan

dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan

kecemasan.6

Psikodinamika

Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan

terhadap oranglain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan)

kepada keluhan fisik. Hipokondriasis juga dipandang sebagai

pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat,

suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian

terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan.6

Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan

peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat

dan tidak dapat dipecahkan. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan

berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan

kecemasan. Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah,

rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah dan tanda

perhatian terhadap diri sendiri yang berlebihan.6

6

Page 8: Referat Hipokondriasis

2.1.4 Patofisiologi

Defisit neurokimia berhubungan dengan hipokondriasis dan gangguan

somatoform lain seperti gangguan somatisasi, konversi dan kelainan bentuk tubuh

terlihat sama dengan gangguan mood dan cemas.7

Hollander dkk menjelaskan “spektrum obsesif-kompulsif”

untuk memasukkan gangguan obsesif-kompulsif, kelainan bentuk

tubuh (body dysmorphic disorder), anorexia nervosa, sindrom

Tourette, dan gangguan kontrol impuls (misalnya

trichotillomania, pathological gambling). Penulis lain

mempostulasikan bahwa kelainan somatoform seperti

hipokondriasis dapat saja merupakan hasil atas kebiasaan tak

sadar yang dilakukan pasien untuk menghindari konflik internal

dan stressor eksternal.2,7

Formulasi dari gangguan spectrum obsesif kompulsif ini walaupun bukan

bagian dari consensus diagnostik dan klasifikasi psikiatri, melintasi sedikit bagian

dalam beberapa kategori diagnostik dalam DSM-IV-TR. Walaupun pertemuan

kasus dari defisit neurokimia ini bersifat ringan, beberapa defisit menunjukkan

mengapa gejala dapat menjadi berlebihan, dan berakibat komorbid, dan mengapa

terapi yang efektif itu bersifat parallel antara orang yang satu dan orang yang

lain.7

Pada studi terakhir dari marker biologis, peneliti yang berdasarkan kriteria

diagnostik untuk hipokondriasis berdasarkan DSM-IV-TR menemukan bahwa

7

Page 9: Referat Hipokondriasis

terdapat penurunan level neurotropin 3 (NT-3) dan serotonin trombosit (5-HT)

dalam plasma dibandingkan dengan subjek kontrol. NT-3 adalah marker dari

fungsi neuronal sementara trombosit 5-HT adalah marker penting untuk aktivitas

serotonergik.2

2.1.5 Gambaran Klinis

Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan

ketakutan dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang

dirasakan. Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita

suatu penyakit yang serius yang belum pernah dideteksi dan tidak dapat menerima

penjelasan akan gangguan yang dideritanya. Mereka terus menyimpan keyakinan

bahwa mereka memiliki penyakit yang serius. Hipokondriasis biasanya disertai

dengan gejala depresi dan anxietas dan biasanya bersamaan dengan gangguan

depresi dan anxietas.8,9

Pasien mempunyai ketakutan yang hebat dan menetap terhadap penyakit.

Mereka mewaspadai indikasi penyakit yang bahkan sangat ringan, tetapi bagi

mereka menjadi sinyal yang sangat kuat. Preokupasi tubuh mereka sangat berat

dan meluas ke status kesehatan umum mereka. Pasien meneliti sendiri tubuh

mereka sendiri secara intens. Mereka mempunyai kebiasaan mengujungi dokter

umum dan klinik rumah sakit serta menumpuk riwayat perawatan medis yang

banyak. Akhirnya mereka tetap saja tidak puas akan kontak mereka dengan

8

Page 10: Referat Hipokondriasis

profesi kedokteran yang sering mereka kritik dan salahkan atas keluhannya yang

berlanjutan. Hubungan dokter-pasien yang buruk seringkali terjadi.9

Walaupun pada DSM-IV-TR membatasi bahwa gejala yang timbul telah

berlangsung paling kurang 6 bulan keadaan hipokondriasis hipokondrial yang

sementara dapat muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat

kematian atau penyakit yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi

pasien ataupun penyakit serius yang pernah diderita oleh pasien namun telah

sembuh yang dapat meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada

kehidupan pasien. Keadaan diatas dimana perlangsungannya kurang dari enam

bulan, maka didiagnosis sebagai gangguan somatoform yang tidak tergolongkan.8

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis hipokondriasis (F45.2) berdasarkan PPDGJ-III, kedua hal ini

harus ada:10,11

i. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik

yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan

yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alas an fisik yang memadai,

ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau

perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham);

ii. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa

dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang

melandasi keluhan-keluhannya.

9

Page 11: Referat Hipokondriasis

Sementara itu, berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder, Fourth Edition (DSM-IV-TR) mendefinisikan hipokondriasis (F45.2)

berdasarkan kriteria berikut ini:3,12,13,14,15

i. Preokupasi berupa ketakutan atau pikiran menderita penyakit serius

berdasarkan interprestasi yang keliru mengenai gejala yang dirasakan.

ii. Preokupasi untuk memastikan kondisinya dengan pemeriksaann medis

tertentu.

iii. Kepercayaan pada kriteria 1 bukanlah intensitas delusi (seperti gangguan

delusi, tipe somatik) dan tidak terpusat pada satu kelainan yang tampak

(seperti pada gangguan dismorfik).

iv. Preokupasi yang menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau

gangguan dalam hubungan sosial, pekerjaan dan area penting lainnya.

v. Durasi gangguan tersebut paling tidak terjadi dalam 6 bulan.

vi. Preokupasi tidak dapat diklasifikasikan dalam gangguan ansietas

menyeluruh, gangguan Obsessif kompulsif, gangguan panik, episode

depresif mayor, anxietas perpisahan atau gangguan somatoform yang lain.

Pemeriksaan Psikiatri

Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisis, pada

pemeriksaan yang serial, mendukung diagnosis hipokondriasis.

Namun demikian, pasien tetap harus menerima pemeriksaan fisis

untuk meyakinkan tidak ada kelainan organik. Pada pemeriksaan

fisis, pada pasien hipokondriasis bisa didapatkan:2,3,6,13

10

Page 12: Referat Hipokondriasis

1. Penampakan umum, kelakuan dan pembicaraan

Penampilan biasa, rapi

Kooperatif dengan pemeriksa, namun gelisah dan tidak

mudah untuk ditenangkan

Dapat menunjukkan gejala anxietas berupa, tangan yang

berkeringat, dahi berkeringat, suara yang tegang atau

gemetar, dan tatapan mata yang tajam

2. Status psikomotor

Tidak dapat beristrahat dengan tenang

Selalu bergerak merubah posisi

Agitasi

Pergerakan lambat, apabila pasien kurang tidur

3. Mood dan afek

Bersemangat,atau cemas, depresi

Afek terbatas, dangkal, ketakutan, atau afek yang

bersemangat.

4. Proses berpikir

Berbicara spontan dengan kadang-kadang secara tiba-tiba

merubah topic yang sedang

dibicarakan

Berespon terhadap pertanyaan tetapi dapat mengalihkan

kecemasannya pada hal lain

Tidak ada blocking

11

Page 13: Referat Hipokondriasis

5. Isi pikiran

Preokupasi bahwa ia sedang sakit

Berbicara tentang apa yang dipikirkan bahwa dalam

tubuhnya telah terjadi kesalahan, kenapa bisa terjadi

seperti demukian, dan bagaimana ia merasakannya

Dapat merasa putus asa dan tidak ada lagi harapan

tentang penyakitnya, walaupun keadaan ini biasa juga

tidak terjadi

tidak terdapat keinginan untuk bunuh diri, walaupun

secara bersamaan terdapat depresi

5. Fungsi kognitif

Penuh perhatian

Orientasi waktu, tempat dan orang ;baik

Jarang mengalami kesulitan dalam konsentrasi, memori.

6. Insight

Dapat mengenali sensasi yang muncul pada tubuhnya

7. Daya nilai

Sering tidak terganggu

Dapat terganggu bila bersamaan dengan depresi

2.1.7 Diagnosis Banding

Kelainan fisik pertama-tama harus segera disingkirkan yaitu kelainan

dalam bidang neurologik, endokrinologi dan penyakit sistemik lainnya.

12

Page 14: Referat Hipokondriasis

Diferensial diagnosis pada psikiatri untuk hipokondriasis adalah gangguan

somatoform lainnya, gangguan mood, cemas dan gangguan psikotik.6,11,14

Gangguan somatik ditandai dengan onset yang dini (<30 hari), dapat

kambuh mencakup keluhan fisik yang multiple. Pada kelainan somatisasi, yang

terjadi adalah preokupasi tentang beberapa gejala yang timbul, bukan tentang

penyakit yang mendasarinya. Gejala yang timbul haruslah memenuhi pola yang

spesifik untuk dapat diklasifikasikan sebagai gangguan somatisasi yaitu perasaan

nyeri yang terjadi pada empat tempat yang berbeda, 2 gejala gastrointestinal yang

berbeda, 1 gejala seksual dan 1 gejala neurologi.9,11,15

Gangguan somatisasi dibedakan dengan penyakit sistemik dari banyaknya

keluhan pada beberapa organ tanpa adanya keterkaitan dan hubungan dengan

kelainan somatic yang ada. Onset gangguan somatisasi lebih dini dari

hipokondriasis (<15 hari pada 50% kasus). Wanita lebih sering terkena, rasio

wanita: laki-laki; 10:1. Perbedaan yang lain juga adalah pada gangguan

somatisasi, pasien lebih terfokus pada gejala dibandingkan dengan penyakit yang

mendasari.8,11,14

Kondisi medis non psikiatri khususnya gangguan yang tampak dengan

gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS,

endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple, penyakit degenerative pada

sistem saraf, lupus eritematosus sistemik dan gangguan neoplastik yang tidak

jelas.8,15

Gejala-gejala hipokondrial paling sering terlihat pada gangguan depresif.

Waham somatik penyakit fisis dapat timbul pada gangguan psikotik, termasuk

13

Page 15: Referat Hipokondriasis

depresi dan skizofrenia. Pada hipokondriasis, keyakinan khasnya tidak

mempunyai intensitas waham, yaitu pada keadaan ini seseorang mungkin akan

menerima bahwa penyakitnya tidak ada, meskipun ini sulit dibedakan, terutama

pada awal keadaan. Kekhawatiran hipokondriasis juga dapat timbul pada

gangguan anxietas menyeluruh, gangguan panik dan gangguan somatisasi.8,13,14,15

2.1.8 Penatalaksanaan

Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik.

Beberapa pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di

lingkungan medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan penjelasan tentang

mengatasi penyakit kronis. Di antara pasien-pasien tersebut, psikoterapi

kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian cara ini memberikan dukungan

sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan pasien.

Psikoterapi individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi biasanya tidak

berhasil.5,11,13,16

Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk

menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan

keluhan mereka ditanggapi dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan

terapeutik harus dilakukan hanya jika bukti objektif mengharuskannya. Jika

mungkin klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan

fisik yang tidak jelas atau kebetulan.5,14,15,17

Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien

memiliki suatu kondisi yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan

14

Page 16: Referat Hipokondriasis

atau gangguan depresif berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat adanya

gangguan mental primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan

itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah reaksi situasional yang sementara, klinisi

harus membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa mendorong perilaku sakit

mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan masalah.5,13,18,19

Penatalaksanaan biasanya dilakukan oleh seorang dokter umum, karena

penderita sering tidak dapat menerima rujukan ke seorang psikiater. Jelas,

penyakit organic sebaiknya disingkirkan dan gangguan psikiatrik primer apapun

seperti depresi harus diterapi.16,17,18

Terapi psikiatrik spesifik mungkin berguna jika individu tersebut

menyadari kesulitan emosional yang menyebabkan timbulnya keluhan fisis.

Terapi psikiatrik lebih baik diberikan dalam suasana klinis non-psikiatrik, dengan

penekanan pada pengurangan stress psikososial dan pendidikan mengenai peran

factor-faktor psikologis terhadap timbulnya gejala dan cara mengatasi gejala

tersebut. Dokter harus berhati-hati jika gejala jelas tampak berperan sebagai

pertahanan psikologis yang kuat dan habis-habisan. Terapi perilaku-kognitif

adalah terapi spesifik terpilih.16,18,19,20

Obat antidepresan, terutama tipe SSRI, dianjurkan oleh beberapa orang

ahli untuk semua pasien seperti ini, terutama jika sebagian besar gejala

hipokondrial dalam populasi umum disebabkan oleh depresi. Terapi antidepresan

tentu saja merupakan pilihan terapi lini kedua jika terapi perilaku-kognitif gagal

atau jika terdapat penyakit penyerta yang bermakna atau gejala-gejala yang berat.

15

Page 17: Referat Hipokondriasis

Psikoterapi kelompok adalah pendekatan psikoterapi terpilih meskipun tujuan

utama terapi ini biasanya suportif bukan kuratif.13,16,19,20

Secara keseluruhan, gejala pasien yang disebabkan alasan psikologis dan

sosial dan tidak adanya intervensi bedah atau medis spesifik yang dapat

menyembuhkan keinginan untuk sakit haruslah diingat. Tujuannya adalah agar

dapat fokus terhadap pasien secara menyeluruh. Pasien harus dipantau secara

teratur dan perhatian harus diberikan pada keadaan sosial dan personal apapun

yang dianggap menyebabkan timbulnya keluhan pasien.11,16,19,20

Intervensi medik spesifik sebaiknya dikurangi, misalnya pemeriksaan fisik

sederhana. Terapi utama adalah perhatian personal seorang dokter. Prosedur

teraputik diagnostik invasif dan rumit sebaiknya hanya dilakukan bila terdapat

manfaat nyata penggunaanya, dan kelainan insidental serta temuan bermakna

sebaiknya tidak diterapi.13,18,20

Farmakoterapi digunakan sebagai pelengkap dari

psikoterapi dan terapi edukasi yang dilakukan. Tujuan dari

pemberian farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala dan

gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk mencegah

komplikasi, dan untuk mengurangi gejala hipokondrik.2,16,19

Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan

depresi, anxietas, obsesif-kompulsif. Apabila salahsatu dari

gangguan diatas ada, penatalaksanaan yang sesuai haruslah

dilakukan. Biasanya terapi farmakologi diberikan dengan

memulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada

16

Page 18: Referat Hipokondriasis

dosis terapi. Hal ini untuk mencegah efeksampaing dimana

pasien dengan gangguan hipokondria sangat sensitif terhadap

efek samping obat.5,16,19

Terapi Kognitif

Tujuan dari terapi kognitif untuk hipokondriasis adalah

untuk mengarahkan pasien untuk mengenali, bahwa masalah

utama mereka adalah rasa takut terhadap menderita suatu

penyakit dan bukannya menderita penyakit itu. Pasien juga

diminta untuk memantau sendiri kekhawatiran yang muncul dan

mengevaluasi kenyataan dan alasannya. Terapis juga membujuk

pasien untuk mempertimbangkan penjelasan alternatif untuk

tanda fisik yang biasanya mereka interpretasikan sebagai suatu

penyakit. Percobaan mengenai kebiasaan juga digunalan sebagai

usaha untuk mengubah kebiasaan pikiran pasien. Singkatnya,

pasien diberitahukan untuk secara intens fokus pada gejala fisik

yang spesifik dan memantau peningkatan rasa cemas yang

muncul. Keluarga juga perlu diikutsertakan untuk mengobservasi

rasa cemas yang muncul.2,6,16,19

Manajemen Stres

Sebuah studi oleh Clark dkk membandingkan terapi kognitif

dan juga manajemen stress kebiasaan. Manajemen ini

17

Page 19: Referat Hipokondriasis

difokuskan pada keadaan dimana stress berkontribusi pada

kekhawatiran berlebihan terhadap kesehatan. Pasien diminta

untuk mengidentifikasi stressor yang ada dan diajarkan teknik

manajemen stres untuk membantu pasien mampu menghadapi

stressor yang ada. Teknik yang diajarkan kepada pasien adalah

teknik relaksasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah.

Walaupun teknik ini tidak secara langsung difokuskan terhadap

terapi hipokondriasis, teknik ini mampu mengurangi gejala yang

muncul.2,6,14,16,20

Pencegahan Paparan dan Respon

Terapi ini dimulai dengan meminta pasien membuat daftar

kecemasan hipokondriasis mereka, seperti memeriksa sensasi

tubuh, memastikannya ke dokter, dan menghindari pikiran

tentang suatu penyakit.2,6,16,20

2.1.9 Prognosis

Hipokondriasis biasanya berlangsung episodik dimana setiap episode

berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh

episode tenang yang sama panjangnya. Prognosis baik berhubungan dengan status

sosioekonomi yang tinggi, awal yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan

kepribadian dan tidak adanya kondisi medis nonpsikiatri yang menyetai.3,17,19

18

Page 20: Referat Hipokondriasis

Perjalanan hipokondriasis episodik; episode berlangsung dari beberapa

bulan sampai beberapa tahunan dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama

panjangnya. Mungkin terhadap hubungan yang jelas antara eksaserbasi gejala

hipokondriakal dan stresor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang

dilakukan belum dilaporkan diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua

pasien dengan hipokondriasis akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis

yang baik adalah berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi, onset

gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisi

non-psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriakal menjadi

sembuh pada masa remaja akhir atau masa dewasa awal.5,17,20

Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya

hanya pengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress

mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang

sempurna. Sedangkan bila gejala disebabkan oleh gangguna anxietas menyeluruh

atau depresif, prognosis adalah lebih baik.1,3,10,19

BAB III

KESIMPULAN

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform

yang dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan

19

Page 21: Referat Hipokondriasis

delusi somatic lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman

gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform

lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa

saja merupakan pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan

memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut

sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.

Hipokondriasis adalah suatu gangguan neurotik yang ditandai dengan

fokus gejala yang lebih ringan daripada kepercayaan bahwa ia menderita penyakit

tertentu. Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam pangguan somatoform

yang dikategorikan dalam DSM-IV. V dibedakan dari kelainan delusi somatic

lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik

yang dirasakan oleh penderitanya. Dimana gangguan somatoform lainnya tidak

menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya.

Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan

ketakutan dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang

dirasakannya. Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang

menderita suatu penyakit yang serius yang belum pernah dideteksi, dan tidak

dapat menerima penjelasan akan gangguan yang dideritanya. Mereka terus

menyimpan keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit yang serius.

Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi dan anxietas dan biasanya

terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.

Walaupun pada DSM-IV membatasi bahwa gejala yang timbul telah

berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondrial yang sementara dapat

20

Page 22: Referat Hipokondriasis

muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau

penyakit yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien,

ataupun penyakit serius yang yang pernah diderita oleh pasien namun telah

sembuh, yang dapat meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada

kehidupan pasien. Keadaan diatas dimana perlangsungannya kurang dari enam

bulan, maka di diagnosis sebagai gangguan somatoform yang tak tergolongkan.

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu. Ditemukan factor genetic dalam transmisi gangguan

ini. Selain itu dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme suatu zat

tertentu pada lobus frontalis dan hemisfer non dominan. Ciri utama gangguan ini

adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan

pemeriksaan medic, meskitpun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative dan

juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari

keluhannya.

Farmako terapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi

edukasi yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmako terapi adalah untuk

mengurangi gejala dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk

mencegah komplikasi, dan untuk mengurangi gejala hipokondrik.

Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi, anxietas,

obsesif-kompulsif. Apabila salah satu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan

yang sesuai haruslah dilakukan. Biasanya terapi farmakologi diberikan dengan

memulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal

21

Page 23: Referat Hipokondriasis

ini untuk mencegah efek samping dimana pasien dengan gangguan hipokondrik

sangat sensitif terhadap efek samping obat.

Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya

hanya mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress

mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang

sempurna

Penatalaksanaan hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psik

ososial, dan psikoterapi. Prognosis baik berhubungan dengan status sosioekonomi

yang tinggi, awal yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak

adanya kondisi medis nonpsikiatri yang menyetai.

DAFTAR PUSAKA

1. Basant K.P, Paul J.L, Ian H.T. 2002. Gangguan Disosiasi (Konversi) dan Somatoform, Gangguan Hipokondrial dalam Buku Ajar Psikiatri (Textbook of Psychiatry), Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC. Hal 224-7.

22

Page 24: Referat Hipokondriasis

2. Glen L.X, David B. 2011. Hypochondriasis. Medscape Reference. Diakses dari http://www.emedicine.medscape.com/article/290955. Tanggal akses 30 Maret 2014.

3. Benjamin J.S, Virginia A.S. 2007. Somatoform Disorder, Hypochondriasis In Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry, 10th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, p.642-3.

4. Mayou Richard, M.A., M.Sc., M.Phil., F.R.C.P., F.R.C.Psych. Laurence J. Kirmayer, M.D., F.R.C.P.(C.). Somatoform Disorders : Time For a New Approach in DSM-V. Am J Psychiatry 2005; 162:847-855. http://ajp.psychiatryonline.org

5. Kaplan H.I, Sadock B.J,and Greeb J.A. Sinopsis Psikiatri. In : Gangguan Somatoform. Jilid Dua. Ciputat: Binarupa Aksara. 94-7.

6. Michael G.G, Juan J.L, Nancy A. 2002. Somatoform Disorder and other causes of medically unexplained symptoms, Hypochondriasis In New Oxford Textbook of Psychiatry, Psychiatry and Medicine.

7. Jerald K, Allan T. 2006. Somatoform Disorders, Hypochondriasis In Essential of Psychiatry, John Wiley & Sons, p.672-4.

8. Michael H.E, Peter T.L, Barry N. 2000. Somatoform Disorder, Hypochondriasis in CURRENT Diagnosis & Treatment in Psychiatry, Lange: Syndromes and Their Treatments in Adult Psychiatry.

9. Michael B., James J.S. 2003. Hypochondriasis in Psycosomatic Medicine, Section 3: Psychiatric Conditions, p.565-9.

10. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Cetakan Pertama. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Hal: 84.

11. Maramis, Willy F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Cetakan pertama 2009. Surabaya: Airlangga University Press

12. Engelberta Pardamean, Gangguan somatoform. dalam simposium sehari kesehatan jiwa dalam rangka menyambut hari kesehatan jiwa sedunia.

13. Saddock BJ, Sadock VA, Ruiz Pedro. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 10th  edition. Philadhelphia; lippincot Williams 7 Walkins. 2009.p1605-1614.

14. Memon, M.A. : Hypochondriasis. Medical Director of Geriatric Psychiatry, Department of Psychiatry, Spartanburg Regional Hospital System. 2009. available from http://emedicine.medscape.com/article/290955

23

Page 25: Referat Hipokondriasis

15. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington DC:. American Psychiatric Press, 2000.

16. Jonathan S. A. 2010. Hypochonriasis: What is it and How do you Treat it. University of North Carolina at Chapel Hill. Diakses dari http://www.ocdchicago.org/images/uploads/pdf/EP13.pdf. Tanggal akses 30 Maret 2013.

17. I.M Ingram, G.C Timbury, R.M Mowbray. dalam Catatan Kuliah Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.

18. Vladan Starcevic, Hypochondriasis and health anxiety: conceptual challenges Hypochondriasis and health anxiety: conceptual challenges. 2013. http://bjp.rcpsych.org/cgi/eletter-submit/202/1/7

19. Botella, Cristina, and Pilar Martinez Narvaez. "Cognitive behavioural treatment for hypochondriasis." In International Handbook of Cognitive and Behavioural Treatments for Psychological Disorders, edited by V. E. Caballo. Oxford, UK: Pergamon, 2000.

20. Pilowsky, Issy. Abnormal Illness Behavior. Chichester, UK: John Wiley and Sons, 1997.

24