referat kejang demam kh
DESCRIPTION
ilmu kesehatan anakTRANSCRIPT
Referat Kejang Demam
Disusun oleh :
Khansa Haura
Pembimbing :
dr. Budi Risjadi, Sp.Adr. Hj. Nurvita Susanto, Sp.A
Pendahuluan Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada
anak-anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun
Faktor resiko : demam tinggi yang bisa disebabkan oleh infeksi ekstrakarnial seperti ISPA, radang telinga, campak, cacar air.
Kenaikan suhu tubuh bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak tersebut akan mengalami kejang.
Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama.
Definisi Seizure dan Konvulsi
seizure adalah cetusan aktivitas listrik abnormal yang terjadi secara mendadak dan bersifat sementara di antara saraf-saraf diotak yang tidak dapat dikendalikan.
konvulsi adalah gerakan mendadak dan serentak otot-otot yang tidak bisa dikendalikan, biasanya bersifat menyeluruh.
Menurut Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Definisi Kejang Demam
• Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5
tahun.
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam
• Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.
Penjelasan
Epidemiologi terjadi pada 2-4% populasi anak Sering terjadi pada usia 6 bulan sampai
3 tahun dengan puncak usia 18 bulan Sebagian besar kejang demam
merupakan kejang demam sederhana, kejang demam kompleks hanya berkisar 35%. 6
Klasifikasi Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI
2006 membuat klasifikasi kejang demam pada anak menjadi 2 yaitu:3
kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizurre) dan
kejang demam kompleks (Complex Febrile Sizure).
Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizurre)• Kejang demam berlangsung singkat• Durasi kurang dari 15 menit• Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik• Umumnya akan berhenti sendiri• Tanpa gerakan fokal• Tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Sizure) Kejang lama dengan durasi lebih dari 15
menit. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial. Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Etiologi hingga kini belum diketahui Demamnya sering disebabkan infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, pneumonia, bronkopneumonia, bronkhitis, tonsilitis, dan infeksi saluran kemih.
Penyebab demam pada 297 anak penderita kejang demam
Penyebab demam Jumlah penderita
Tonsilitis dan/atau faringitis
Otitis media akut (radang liang telinga tengah)
Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna)
Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi
Bronkitis (radang saiuran nafas)
Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas)
Morbili (campak)
Varisela (cacar air)
Dengue (demam berdarah)
Tidak diketahui
100
91
22
44
17
38
12
1
1
66
Faktor Risiko
PatofisiologiInfeksi (sering
disebabkan ISPA, OMA, GE, pneumonia, BP,
bronkhitis, tonsilitis, dan
ISK)
Patofisiologi
Manifestasi Klinis Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh
yang terjadi secara tiba-tiba) Kejang tonik-klonik atau grand mal Penurunan kesadaran yang berlangsung selama 30 detik-5
menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
Postur tonik Gerakan klonik Lidah atau pipi tergigit Gigi atau rahang terkatup rapat Gangguan pernafasan Apneu Sianosis
Setelah mengalami kejang biasanya Akan kembali sadar dalam waktu
beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
Terjadi amnesia dan sakit kepala. Mengantuk Linglung.
Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan Fisik dan Neurologis Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Lab (Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, morfologi sel, Na, K, Cl, Glukosa darah)
Pungsi lumbal Electroencephalography (EEG).
Anamnesis Adanya kejang, sifat kejang, bentuk kejang, kesadaran
selama dan setelah kejang, durasi kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat.
Riwayat demam sebelumnya (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun).
Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau epilepsi).
Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi).
Riwayat trauma kepala. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya
demam (ISPA, OMA, dan lain-lain). Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah:
1. Tanda vital terutama suhu tubuh2. Manifestasi kejang yang terjadi3. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau molase
kepala berlebihan4. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari
terjadinya demam5. Tanda peningkatan tekanan intrakranial6. Tanda infeksi di luar SSP.
Pemeriksaan neurologis antara lain:
1. Tingkat kesadaran2. Tanda rangsang meningeal3. Tanda refleks patologis
Umumnya pada kejang demam tidak dijumpai adanya kelainan
neurologis, termasuk tidak ada kelumpuhan nervi kranialis. 7
Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Lab (Hb, leukosit, hitung jenis,
trombosit, morfologi sel, Na, K, Cl, Glukosa darah)
b. Pungsi lumbal Harus dilakukan pada semua anak kejang
disertai demam dan memiliki gejala meningeal, atau ditemukan tanda-tanda meningitis
Bayi < 12 bulan : diharuskan. Bayi antara 12 – 18 bulan : dianjurkan. Bayi > 18 bulan : tidak rutin,
kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
Indikasi Pungsi Lumbal Jika ada kecurigaan klinis meningitis Kejang demam pertama Pasien telah mendapat antibiotik Adanya paresis atau paralisis.
Pemeriksaan Penunjangc. Electroencephalography (EEG)• Tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang demam, ataupun memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi di kemudian hari
• Tidak dianjurkan pada anak kejang demam.
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang telah dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari
15 menit3. Kejang bersifat umum4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal6. Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu
setelah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.7. Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak
melebihi 4 kali
Diagnosis Banding• Diagnosis banding kejang demam antara
lain penyakit infeksi pada sistem susunan saraf pusat seperti : Meningitis Ensefalitis abses otak
Diagnosis BandingKlinis/Lab Ensefalitis
Herpes Simpleks
Meningitis Bacterial/ Purulenta
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis Virus
Kejang Demam
Awitan Akut Akut Kronik Akut Akut
Demam < 7 hari < 7 hari >7 hari < 7 hari < 7 hari
Tipe kejang Fokal/umum Umum Umum Umum Umum/fokal
Singkat/lama
Singkat
Singkat
Singkat
Lama>15 menit
Kesadaran Sopor-koma Apatis-somnolen Somnolen-sopor Sadar-apatis Somnolen
Pemulihan kesadaran
Lama
Cepat
Lama
Cepat
Cepat
Tanda rangsang meningeal
-
++/-
++/-
+/-
-
Tekanan intrakranial
Sangat meningkat
Meningkat
Sangat meningkat+++
Normal Normal
Paresis +++/- +/- - -
Pungsi lumbal JernihNormal/limfo
Keruh/opalesenSegmenter/limf
Jernih/xantoLimfo/segmen
JernihNormal
JernihNormal
Etiologi
Virus HS Bakteri M.TuberculosisAnti TBC
Virus Di luar SSPPenyakit dasar
Terapi Antivirus Antibiotik Simtomatik
Penatalaksanaan Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik Pemberian antipiretik pada saat demam dianjurkan,
walaupun tidak ditemukan bukti bahwa antipiretik saja dapat mengurangi risiko terjadinya kejang demam.
Antikonvulsan (pengobatan intermiten)
Pemberian diazepam dosis 0,3-0,5 mg/KgBB/ tiap 8 jam pada saat demam dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam, diazepam dapat diberikan selama demam (biasanya 2-3 hari). Diazepam per rektal juga dapat digunakan, dosis 5 mg untuk BB < 10 kg, 10 mg untuk BB > 10 kg. pemberian fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.6
Penatalaksanaan Pengobatan kejang (anak datang
dalam keadaan kejang) Pemberian diazepam rektal pada saat
kejang sangat efektif untuk menghentikan kejang dan dapat diberikan oleh orang tua di rumah. Apabila kejang masih berlangsung pemberian diazepam rektal dapat diulang satu kali sebelum dibawa ke rumah sakit.
Penatalaksanaan Pemberian Antikonvulsan Terus-menerus (Rumat)
Fenobarbital 4-5 mg/KgBB/hari dibagi 2 dosis dan asam valproat 20-40 mg/KgBB/hari dibagi 2-3 dosis terus
menerus dapat digunakan untuk menurunkan risiko berulangnya kejang demam.
Antikonvulsan rumat diberikan selama 1 tahun. Perlu dipertimbangkan keuntungan dan kerugian
pemberian obat antikonvulsan rumat. Efek samping yang harus diperhatikan pada pemakaian
fenobarbital yaitu fungsi kognitif menurun dan gangguan perilaku. Asam valproate dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang
berat terutama bila diberikan pada anak usia kurang dari 2 tahun.
5 – 15 menit KEJANG
Perhatikan jalan nafas, kebutuhanO2 atau bantuan pernafasan
Bila kejang menetap 3-5 menit,
Diazepam rektal 0,5mg/kg dosis 5 - 10 kg > 10 kg : 10 mg rektiol
Atau Diazepam intravena dosis rata-rata (0,2 – 0,5 mg/kg/dosis) dapat diulang dengan dosis/cara yang sama dengan interval 5 - 10 menit
15 – 20 menit Pencarian akses vena dan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi Kejang ( - ) Kejang ( + )
Fenitoin IV (15-20mg/kg) diencerkandgn NaCl 0,9% diberikan selama 20-30 menit atau dengan kecepatan 50mg/menit
> 30 menit: Status konvulsivus Kejang ( - ) Kejang ( + ) Dosis pemeliharaan Fenobarbotal IV/IM 10-20 mg/kg FenitoinIV 5-7mg/kg
diberikan 12 jam kemudian
Kejang ( - ) Kejang ( + ) Dosis pemeliharaan Perawatan Ruang Intensif
Fenobarbital IVIM 5-7 mg/kg Pentobarbital IV 5-15mg/kg diberikan 12 jam kemudian bolus atau Midazolam 0,2 mg/kg
Indikasi pemberian antikonvulsan rumat1. Kejang lama >15 menit2. Ditemukan kelainan neurologis yang
nyata sebelum atau sesudah kejang3. Kejang fokal/parsial.
Indikasi Rawat Inap Pasien kejang demam dirawat di rumah
sakit pada keadaan berikut:a. Kejang demam kompleksb. Hiperpireksiac. Usia di bawah 6 buland. Kejang demam pertamae. Dijumpai kelainan neurologis
Edukasi Pada Orang Tua Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan
bagi orang tua. Pada saat kejang, sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya bisa meninggal.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara :1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya benigna2. Memberikan cara penanganan kejang3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali4. Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi
mempunyai efek samping.5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi angka
kejadian epilepsi.
Edukasi Pada Orang Tua Beberapa Hal yang Harus Dikerjakan Bila Kembali
Kejang1. Tetap tenang dan tidak panik2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi, dan catat lama dan bentuk kejang5. Tetap bersama pasien selama kejang6. Berikan diazepam rectal, dan jangan diberikan bila kejang
telah berhenti.7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung
5 menit atau lebih.10
Prognosis Risiko berulangnya kejang demam.
Sekitar 1/3 anak dapat mengalami kejang demam berulang, 10% dapat terjadi lebih dari 3 kali.
Rekurensi kejang demam: 50% dalam 6 bulan pertama 75% dalam tahun pertama 90% dalam tahun kedua Kejang demam pertama < 1 tahun: 50% Kejang demam pertama > 1 tahun: 28%
Prognosis Risiko terjadi epilepsi di kemudian
hari. Sebesar 2-10% penderita kejang demam mengalami epilepsi di kemudian hari. Gangguan perkembangan saraf Riwayat epilepsi dalam keluarga Lamanya demam hingga terjadi kejang
1 faktor (+): risiko 3-5% 2-3 faktor (+): risiko 13-15%
Prognosis Risiko mengalami kecacatan atau
kematian. Kejadian kecacatan atau kematian
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan
DAFTAR PUSTAKA1. Pudjiadi, AH. 2010. Pedoman Pelayanan Medis . hlm. 150-153. cetakan pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia.2. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas Indonesia, Jakarta. 2000.3. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 27. 2002.4. Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian
IKA FKUI.5. Soetomenggolo, S. Kejang Demam. Dalam Buku Neurologi UI. Jakarta: Penerbit FKUI. 2004.6. Garna H & Nataprawira HM. 2012. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. ed.4,
hlm. 691-694. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RS Hasan Sadikin. Bandung.7. Haslam Robert H.A Sistem Saraf, Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.3, Edisi 15. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta 2000.8. Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell pulblishing,
2006.9. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006.10. Lumbantobing, S.M. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007