referat konjungtivitis gonore

17
REFERAT KONJUNGTIVITIS GONORE Oleh Ronny Saputra (1102010257) Pembimbing Dr. Diantinia, Sp.M KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG

Upload: ronnygultom

Post on 09-Nov-2015

66 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

uiuiui

TRANSCRIPT

REFERATKONJUNGTIVITIS GONORE

OlehRonny Saputra (1102010257)

PembimbingDr. Diantinia, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATARUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG2015

BAB IPENDAHULUANGonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun. Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 U dan panjang 1,6 U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat. Referat ini bertujuan agar dapat mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gambaran klinis, penatalaksanaan, penyulit, pencegahan, dari konjungtivitis gonore.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Anatomi KonjungtivaKonjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya.- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak. Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi dan menyebar kebawahnya.Histologi :Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas. (Gambar )

Gambar 1. Konjungtiva Palpebra2.2 Definisi Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan.

2.3 Etiologi Konjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Gonokok merupakan kuman yang sangat pathogen, virulen, dan bersifat invasiv sehingga reaksi radang terhadap kuman ini snagat berat.

2.4 Morfologi Neisseria Gonorrhoeae1. Ciri OrganismeSecara umum ciri Neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal. Ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan.

2. Karakteristik PertumbuhanNeisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob. Mereka membutuhkan syarat pertumbuhan yang kompleks. Neisseria menghasilkan oksidase dan memberikan reaksi oksidase positif, tes oksidase merupakan kunci dalam mengidentifikasi mereka. Ketika bakteri terlihat pada kertas filter yang telah direndam dengan tetrametil parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), neisseria akan dengan cepat berubah warna menjadi ungu tua. Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan beracun dari media seperti asam lemak dan garam. Organisme dapat dengan cepat mati oleh pengeringan, penjemuran, pemanasan lembab dan desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang dihasilkan dari pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25 C dan pada pH alkalis. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37oC dan ph 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal. Gram negative diplokokus biasa terlihat didalam neutrofil. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik.Tipe 1 dan 2 memiliki vili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya, sedangkan tipe 3 dan 4 tidak memiliki vili dan bersifat non-virulen. Vili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.

2.5 PatofisiologiKonjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium: 1. Infiltratif2. Supuratif atau purulenta3. Konvalesen (penyembuhan)

1. Stadium Infiltratif.Berlangsung 34 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.2. Stadium supuratif atau purulentaBerlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak. Oleh karena itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa. 3. Stadium Konvalesen (penyembuhan)Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat Bila tidak diobati, biasanya tidak tercapai stadium III, tanpa penyulit, meskipun ada yang mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan.

Klasifikasi menurut umur 1. Kurang dari 3 hari : Oftalmia gonoroika neonatorum2. Lebih dari 3 hari : Oftalmia gonoroika infantum3. Anak kecil : Oftalmia gonoroika yuvenilis4. Orang dewasa : Oftalmia gonoroika adultum

2.6 Gambaran KlinisPada bayi dan anak ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan tebal. Pada orang dewasa gambaran klinis meskipun mirip dengan oftalmia neonatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi karena pada konjungtiva bulbi superior tertutup oleh palpebra dan suhunya sama dengan suhu tubuh yang mengakibatkan bakteri akan lebih mudah berkembang biak. Pada orang dewasa infeksi ini dapat terjadi berminggu-minggu.

2.7 Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan. Pada pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun. Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati. Pada pemeriksaan pewarnaan gram pada konjungtivitis gonore akan ditemukan gonococcus gram negatif Cara pemeriksaan : Siapkan preparat dari sekret atau kerokan konjungtiva diatas kaca objek Setelah itu difiksasi di atas api bunsen sebanyak 3 kali. Lalu didinginkan Tetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian Violet. Diamkan selama 30 detik - 1 menit. Bilas dengan air mengalir. Tambahkan Lugol selama 30 detik - 1 menit. Kemudian cuci dengan air Bilas preparat dengan alkohol 96% selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian bilas dengan akuades. Tetesi preparat dengan karbol fuhsin/safranin. Diamkan selama 30 detik. Bilas dengan akuades. Keringkan preparat dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi. Amati di bawah mikroskop.

Hasil : Bakteri gram positif berwarna ungu Bakteri gram negatif berwarna merah KulturLempeng agar modifikasi Thayer-Martin yang telah diinokulasi harus diinkubasi pada suhu 35o C dalam udara lembab yang diperkaya dengan karbon dioksida (stoples lilin), dan harus diobservasi tiap hari selama2 hari. Laboratorium yang mengerjakan sejumlah besar spesimen untuk N. gonorrhoeae sering kali lebih suka menggunakan agar coklat non-selektif yang diperkaya dengan Iso vitalex, atau suplemen yang setara, selain media MTM yang selektif, karena sebanyak 3-10% galur gonokokus di daerah tertentu mungkin peka terhadap konsentrasi vancomycin yang digunakan dalam media selektif. Koloni gonokokus mungkin masih belum tampak setelah 24 jam. Koloni tersebut timbul setelah 48 jam sebagai koloni kelabu sampai putih, opak, menonjol, dan berkilau, dengan ukuran dan morfologi yang berbeda. Uji ResistensiIsolat N. gonorrhoeae harus diskrining secara rutin untuk melihat produksi R-laktamase dengan salah satu dari uji-uji yang disarankan, seperti uji nitrocefin. Untuk uji nitrocefin, dibuat suspensi pekat dari beberapa koloni dalam tabung kecil berisi 0,2 ml larutan saline, kemudian 0,025 ml nitrocefin ditambahkan ke dalam suspensi dan dicampur selama satu menit. Perubahan wama yang cepat dari kuning menjadi merah muda atau merah, menunjukkan bahwa jalur tersebut menghasilkan R-laktamase. 2.8 DiagnosisUntuk diagnosis pastikonjungtivitisgonoredilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. 2.9 Diagnosis Banding1. Konjungtivitis AngularKonjungtivitis angular terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah meradang. Konjungtivitis angular disebabkan basil moraxella axenfeld.Pada konjungtivitis angular terdapat sekret mukopurulen dan pasien sering mengedip. Pengobatan yang sering diberikan adalah tetrasiklin atau basitrasin. Dapat juga diberi sulfas zincii yang bekerja mencegah proteolisis. Dapat memberikan penyulit blefaritis.

2.Konjungtivitis mukopurulenKonjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral mukoid. Penyebabnya adalah staphylococcus atau basil koch weeks. Terdapat hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak melekat terutama pada waktu bangun pagi. Sering ada keluhan seperti adanya halo (gambaran pelangi). Gejala penyakit terberat terjadi pada hari ketiga dan bila tidak diobati akan berjalan kronis. Dapat timbul adalah ulkus kataral marginal pada kornea atau keratitis superfisial.Pengobatan dengan membersihkan konjungtiva dan antibiotic yang sesuai. Penyulit yang dapat timbul adalah tukak kataral marginal pada kornea atau keratitis superfisial.2.10. TerapiPengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram negatif diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi antibiotik sistemik dan dapat juga diberikan secara topikal. Pada pasien yang resisten terhadap penisillin dapat diberikan cefriakson. Ceftriakson merupakan golongan sefalosporin generasi 3. Konjungtivitis gonokokus tanpa ulkus kornea diberikan injeksi ceftriakson 1g intramuskular. Pasien dengan ulkus kornea diobati dengan intravena ceftriakson 1g setiap 12 jam untuk 3 hari. Salep eritromisin, basitranin, gentamisin, dan ciprofloksasin direkomendasikan untk terapi topikal. Irigasi normal salin setiap 30-60 menit untuk membuang debris, sel inflamasi dan protease. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.

2.11. Pencegahan

1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol salep mata.4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkan.5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.2.12 KomplikasiKomplikasi yang terjadi adalah tukak kornea marginal terutama bagian atas, yang dimulai dengan infiltrat, kemudian menjadi ulkus. Bisa terjadi pada stadium 1 dan 2, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan sekret yang banyak. Sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis tanpa didahului kerusakan epitel kornea. 2.13. PrognosisKonjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme bila tidak diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1-3 hari.

DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas SH, editor. In: Ilmu penyakit mata : mata merah dengan pengihatan normal. 3rd ed. Jakarta, Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 116-452. Voughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5.3. Neisseria Gonorrhoeae. http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/devina-07114114.pdf4. Wijana,N. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 41-595. Teknik Pewarnaan Gram Identifikasi Bakteri. http://mikrobiolaut.files.wordpress.com/2011/03/modul-4.pdf