referat metamfetamin -...

23
REFERAT METAMFETAMIN Penguji : Saebani, SKM., MKes. Pembimbing : dr. Donald Rinaldi . K Disusun oleh: Kurniawan (2011-061-036) Michaela Arshanty Limawan (2011-061-037) Prisca Gisella (2011-061-040) Sharon Claudia (2011-061-041) Haris Cakrasana (2012-061-059) Michelle Martina (2012-061-060) Karina Pratiwi (2012-061-088) Andika Surya Atmadja (2012-061-091) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 5 OKTOBER 2013

Upload: ngominh

Post on 04-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

REFERAT

METAMFETAMIN

Penguji :

Saebani, SKM., MKes.

Pembimbing :

dr. Donald Rinaldi . K

Disusun oleh:

Kurniawan (2011-061-036)

Michaela Arshanty Limawan (2011-061-037)

Prisca Gisella (2011-061-040)

Sharon Claudia (2011-061-041)

Haris Cakrasana (2012-061-059)

Michelle Martina (2012-061-060)

Karina Pratiwi (2012-061-088)

Andika Surya Atmadja (2012-061-091)

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP DR KARIADI SEMARANG

PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 – 5 OKTOBER 2013

Page 2: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1

1.3. Tujuan ................................................................................................ 2

1.4. Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1. Toksikologi Forensik ..................................................................... 3

2.2. Struktur Metamfetamin .................................................................. 4

2.3. Farmakokinetik Metamfetamin ..................................................... 6

2.4. Gejala Overdosis Metamfetamin ................................................... 9

2.5. Kerusakan Akibat Intoksikasi Metamfetamin ............................... 12

2.6. Diagnosa Keadaan Putus Obat Metamfetamin .............................. 12

2.7. Tanda Kematian Akibat Metamfetamin ........................................ 15

BAB III KESIMPULAN dan SARAN ............................................................ 20

3.1. Kesimpulan .................................................................................... 20

3.2. Saran .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

Page 3: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Metamfetamin mempunyai nama lain ectasy atau shabu. Selama lebih dari 25 tahun

terakhir ini, penggunaan metamfetamin di dunia ini telah meningkat. Metamfetamin dapat

menyebabkan euforia dan efek stimulan, seperti peningkatan atensi dan peningkatan energi.

Metamfetamin dapat digunakan secara oral, intravena, dihisap ataupun dihirup.1,2,3

Kepopuleran metamfetamin mengalahkan kokain karena sekali memakai metamfetamin,

dapat membuat orang melayang selama 6-12 jam, sedangkan penggunaan kokain hanya

membuat orang yang mengkonsumsinya melayang selama 0,5-1 jam. Metamfetamin

mempunyai beberapa efek samping seperti infark miokard, stroke, kejang, rhabdomiolisis,

kardiomiopati, psikosis dan kematian. Penggunaan amfetamin secara kronis dapat

berhubungan dengan gejala psikiatri dan juga fisik. Penggunaan dengan metamfetamin

berhubungan dengan aktivitas seksual yang tinggi sehingga berhubungan juga dengan

penuluran transmisi Human immunodeficiency virus (HIV). Pada wanita hamil,

penggunaan metamfetamin dapat menyebabkan abrupsio plasenta, intrauterine growth

retardation dan kelahiran prematur.3,4

Populasi di Indonesia mencapai 240 juta penduduk. Estimasi pengguna obat-obatan

mencapai 3,6 juta. Menurut survey Departemen Kesehatan pada tahun 2007, menunjukkan

bahwa penggunaan obat-obatan terlarang dalam 12 bulan terakhir adalah kanabis 25%,

ektasi 10%, metamfetamin 9%, heroin 6%, alkohol 5%, dan benzodiazepin 3%.

Metamfetamin ini paling popular dan lebih disukai bila dibandingkan dengan psikotropika

lainnya karena efeknya cepat dirasakan pengguna dan mudah didapatkan. Penggunaan

metamfetamin mempunyai nilai adiksi yang paling tinggi dengan 92% penggunanya

mengalami relaps setelah penghentian penggunaan. Pada sebuah penelitian, didapatkan

hasil bahwa penggunaan metamfetamin akan menyebabkan kerusakan neuron pada otak

yang tidak dapat sembuh walaupun penggunaannya telah dihentikan.3

Page 4: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan metamfetamin?

2. Bagaimana cara kerja metamfetamin pada tubuh manusia?

3. Apa saja efek yang dapat ditimbulkan dari penggunaan metamfetamin?

4. Bagaimana cara mendiagnosa pengguna metamfetamin?

5. Apa saja efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan metamfetamin?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metamfetamin.

2. Mengetahui cara kerja metamfetamin.

3. Mengetahui efek-efek yang dapat terjadi karena penggunaan metamfetamin.

4. Mengetahui cara mendiagnosa seseorang yang mengkonsumsi metamfetamin.

5. Mengetahui efek samping yang dapat terjadi karena penggunaan metamfetamin.

1.4 Manfaat

1.Memberikan informasi mengenai prevalensi pengguna metamfetamin di Indonesia.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya penggunaan

metamfetamin.

3.Mengurangi jumlah pengguna metamfetamin di Indonesia.

Page 5: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Toksikologi forensik

Toksikologi forensik adalah salah satu cabang ilmu forensik yang mempelajari

tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia atau racun terhadap mekanisme biologis suatu

organisme. Toksikologi forensik ditegakkan bertujuan untuk memastikan dugaan kasus

kematian akibat keracunan atau diracuni. Karena banyaknya zat kimia yang dapat menjadi

penyebab kematian, maka dapat digali informasi mengenai keracunan, kematian tidak wajar

akibat keracunan, ataupun tindak kekerasan di bawah pengaruh obat-obatan yang dapat

diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat kejadian perkara (TKP) atau dari berita acara

penyidikan oleh polisi penyidik.6,7

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dianalisis dalam kasus kematian akibat keracunan

zat tertentu antara lain: senyawa racun apa yang terlibat, berapa besar dosis yang digunakan,

efek apa yang ditimbulkan, kapan paparan tersebut terjadi, dan melalui jalur apa paparan

tersebut terjadi (oral, inhalasi, atau injeksi).6 Selain akibat overdosis dari zat metamfetamin

sendiri, kematian dapat terjadi pula akibat bunuh diri dengan berbagai cara, baik tembakan,

tusukan, ataupun gantung diri.8

Penetapan rute pemakaian biasanya diperoleh dari analisis berbagai specimen,

dimana pada umumnya konsentrasi toksikan yang lebih tinggi ditemukan di daerah rute

pemakaian. Jika ditemukan toksin dalam jumlah besar di saluran pencernaan dan hari, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa paparan melalui jalur oral. Demikian juga apabila

konsentrasi tinggi ditemukan di paru-paru atau organ visceral lainnya mengindikasikan

paparan melalui inhalasi. Bekas suntikan yang baru pada permukaan tubuh (seperti telapak

tangan, lengan, dll) yang ditemukan pada kasus kematian akibat penyalahgunaan narkotika,

merupakan petunjuk paparan melalui injeksi.6

Ditemukannya toksin dalam konsentrasi yang tinggi, baik di saluran pencernaan

maupun di darah dapat dijadikan cukup bukti untuk menyatakan toksin tersebut sebagai

penyebab kematian. Seorang toksikolog forensic dituntut juga dapat menerangkan absorpsi

toksikan dan transportasi/ distribusi melalui sirkulasi sistemik menuju organ jaringan

sampai dapat menimbulkan efek yang fatal. Interpretasi ini diturunkan dari data konsentrasi

toksikan baik di darah maupun di jaringan-jaringan.6

Page 6: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Dalam menginterpretasi tingkat konsentrasi di dalam darah dan jaringan sebaiknya

memperhatikan tingkat efek psikologis yang sebenarnya dan semua faktor yang

berpengaruh dari setiap tingkat konsentrasi yang diperoleh dari spesimen. Faktor yang

berpengaruh terhadap respon individu terhadap tingkat konsentrasi toksik, antara lain: usia,

jenis kelamin, status hormonal, berat badan, status nutrisi, genetik, dan status imunologi.

Selain itu, toleransi juga perlu diperhatikan, Interpretasi tingkat konsentrasi dalam darah

dan jaringan dapat dibagi menjadi tiga kategori: normal atau terapeutik, toksik, dan lethal.

Tingkat konsentrasi normal dinyatakan sebagai keadaan dimana tidak menimbulkan efek

toksik pada organisme. Tingkat konsentrasi toksik berhubungan dengan gejala

membahayakan nyawa, seperti: koma, kejang, kerusakan hati atau ginjal. Tingkat

konsentrasi kematian dinyatakan sebagai konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian.6

2.2 Struktur metamfetamin

Metamfetamin merupakan obat sintetik yang bekerja sebagai stimulan sistem saraf

pusat. Nama sistematiknya menurut IUPAC adalah N,α-dimethylbenzeneethanamine,

dengan formula molekul C10H15N dan berat molekul 149,2 gr/mol. Diproduksi pertama

kali di Jepang pada tahun 1919. Dalam kehidupan sehari-hari, metamfetamin dikenal

dengan sabu, ubas, blue ice, kaca dan mecin.9,10

Metamfetamin tersedia dalam bentuk metamfetamin hidroklorid berupa tepung atau

kristal putih kekuningan yang larut air, tidak berbau dan rasanya pahit. Metamfetamin dapat

digunakan melalui oral. Inhalasi melalui hidung, hisap (smoked/dirokok) maupun

intravena,), zat ini akan lebih cepat sampai ke otak dan efeknya berlangsung lebih lama.11

Penyalahgunaan metamfetamin semakin meningkat disebabkan karena

pembuatannya yang mudah. Metamfetamin berasal dari reduksi efedrin dengan litium

dalam ammonia cair maupun dengan fosfor merah dan iodin sebagai reduktor. Efedrin

sebagai bahan dasarnya sendiri dapat ditemukan dalam obat-obat warung maupun dari

ekstrak tanaman Ephedra vulgaris L.9,10

Struktur metamfetamin menyerupai feniletilamin, zat kimia yang terdapat dalam

coklat, keju dan wine. Saat dikonsumsi, feniletilamin cepat di degradasi oleh enzim

monoamine oksidase. Ketika grup metil (-CH3) berikatan dengan feniletilamin maka akan

membentuk amfetamin. Bila pada amfetamin ditambahkan grup metil (–CH3) di struktur

nitrogen dasarnya, maka akan membentuk metamfetamin. Grup metil memiliki sifat

melindungi dari degradasi oleh monoamine oksidase, karena itu metamfetamin bertahan

lebih lama di dalam tubuh dibandingkan feniletilamin.9

Page 7: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Keterangan gambar:

1. Struktur efedrin

2. Struktur feniletilamin

3. Struktur amfetamin

4. Struktur metamfetamin

Sumber : Logan BK. Methamphetamin-Effects on Human Performance and Behavior;

Forensic Sci Rev 14:133; 2002.

2.3 Farmakokinetik metamfetamin

Metamfetamin di metabolisme terutama di hati melalui beberapa jalur, antara lain :

(i) N-Demetilasi menghasilkan amfetamin yang dikatalisasi oleh sitokrom P450 2D6; (ii)

hidroksilasi aromatik oleh sitokrom P450 2D6, menghasilkan 4-hidroksimetamfetamin; dan

(iii) ß-hidroksilasi yang menghasilkan norephedrine. Beberapa metabolit yang dihasilkan

dari beberapa proses yang saling tumpang tindih. Metabolit dari metamfetamin tidak

berkontribusi secara signifikan terhadap gejala klinis. Bila kita mengkonsumsi amfetamin

sebanyak 30 mg, maka kadar puncak dalam plasma akan terjadi dalam waktu 12 jam

dengan efek akut yang timbul minimal. Kadar puncak dalam plasma tersebut lebih rendah

dibandingkan jumlah yang kita konsumsi. Keterlibatan polimorfik sitokrom P450 2D6

dianggap berkontribusi terhadap metabolisme yang berbeda-beda antar individu.

Metabolisme tampak tidak terpengaruh oleh paparan kronik, oleh karena itu peningkatan

dosis yang dibutuhkan diperkirakan terjadi lebih merupakan akibat efek farmakodinamik

dibandingkan dengan toleransi farmakokinetik.12

Page 8: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Sekitar 70% dari metamfetamin yang diekskresikan melalui urin dalam 24 jam: 30 –

50% dalam bentuk metamfetamin, 15% dalam bentuk 4-hidroksimetamfetamin dan 10%

dalam bentuk amfetamin. Ekskresi metamfetamin melalui urin dapat meningkat akibat

penurunan pH dengan konsumsi amonium klorida. Konsumsi metamfetamin yang berulang

dapat mengakibatkan akumulasi metamfetamin pada urin, Hal ini terjadi akibat panjangnya

waktu paruh akhir dari metamfetamin (hingga 25 jam) yang diekskresikan melalui urin.

Oleh karena itu, metamfetamin dapat terdeteksi di urin hingga 7 hari setelah konsumsi 10

mg empat kali sehari. Metamfetamin diharapkan dapat berada di urin dalam waktu yang

lama pada kasus penyalahgunaan metamfetamin, namun belum ada studi mendukung yang

telah dilakukan.12

Waktu paruh akhir dari metamfetamin dalam plasma sekitar 10 jam dan tidak

bergantung pada cara penggunaan, namun terdapat variabilitas antar individu. Efek akut

dapat bertahan hingga 8 jam setelah pemberian 30 mg metamfetamin. Kadar metamfetamin

yang meningkat setelah pemberian 10 mg IV dapat terdeteksi pada plasma dalam 36 – 48

jam. Pemberian 30 mg metamfetamin yang diberikan dalam 2 menit menyebabkan

peningkatkan puncak konsentrasi dalam plasma 110 µg/L metamfetamin. Efek

kardiovaskular dapat terdeteksi dalam 2 menit dan efek subjektif timbul dalam 10 menit

setelah pemberian infus metamfetamin.12

Inhalasi asap (rokok) metamfetamin memiliki bioavailabilitas yang berkisar antara

67-90% tergantung pada teknik merokok. Merokok menghasilkan peningkatan kadar

metamfetamin plasma, hal ini menunjukkan transfer obat yang efisien dari alveoli menuju

darah. Namun, kadar plasma puncak tercapai sekitar 2.5 jam setelah merokok, yang dapat

terjadi akibat absorbsi obat yang lebih lambat. Hal ini disebabkan karena terdapat obat yang

tersisa di traktus respiratori.12

Metamfetamin memiliki bioavailabilitas 79% dengan penggunaan intranasal dan

kadar puncak plasma metamfetamin terjadi setelah 4 jam. Namun, puncak efek

kardiovaskular dan efek subjektif terjadi secara cepat (dalam 5-15 menit). Adanya

perbedaan antara kadar plasma puncak dan efek klinis menunjukkan adanya toleransi akut,

yang menunjukkan adanya proses molekular yang cepat seperti redistribusi vesikular

monoamin dan internalisasi reseptor monoamin dan transporter lainnya.12

Page 9: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Efek subjektif akut menghilang setelah 4 jam, sementara efek kardiovaskular

cenderung meningkat. Hal ini penting, seiring terjadinya tachyphylaxis yang bermakna

terhadap efek subjektif cenderung mendorong penggunaan berulang dalam interval 4 jam,

sementara risiko cardiovaskular terus meningkat.12

Metamfetamine adalah sebuah agonis indirek pada reseptor dopamin, noradrenalin,

dan serotonin. Karena kesamaan struktur, metamfetamin dapat menggantikan monoamin

pada membrane-bound transporter yang dikenal sebagai transporter dopamin (DAT),

transporter noreadrenalin (NET), transporter serotonin (SERT) dan transporter-2 vesikuler

monoamine (VMAT-2). VMAT-2 terikat di membran vesikular, sedangkan DAT, NET,

dan SERT terikat pada permukaan sel yang terintegral dengan membran protein.

Metamfetamin meredistribusi monoamin dari tempat penyimpanan menuju sitosol dengan

cara membalik fungsi VMAT-2 dan mengganggu gradien pH yang menyebabkan

akumulasi monoamin dalam vesikel. Fungsi endogen dari DAT, NET, dan SERT

menyebabkan pelepasan dopamin, noreadrenalin, dan serotonin menuju sinaps. Monoamin

pada sinaps menstimulasi reseptor monoamin posinaps. Metamfetamin menurunkan

metabolisme monoamin dengan menghambat monoamin oksidase.12

Pada studi in vitro menunjukkan, metamfetamin 2x lebih poten dalam pelepasan

noradrenalin dibandingkan pelepasan dopamin, dan memiliki efek 60x lebih poten dalam

pelepasan noradrenalin dibandingkan dengan pelepasan serotonin. Jalur dopaminergic

utama pada sistem saraf pusat meliputi, mesolimbik, mesokortikal, dan nigrostriatal.

Daerah noradrenalin meliputi, medial basal forebrain yang memediasi kesadaran,

hippocampus yang berperan dalam memori, dan prefrontal cortex (PFC) yang mengatur

fungsi kognitif. Neuron serotonin berdistribusi luas pada otak dan meregulasi berbagai

fungsi termasuk reward, hipertermia, respirasi, persepsi nyeri, perilaku seksual, rasa

kenyang, impulsi, kecemasan, dan fungsi luhur.12

Beberapa faktor menambah kompleksitas efek stimulan dari monoamin: (i) reseptor

multiple subtipe untuk noradrenalin, dopamin, dan serotonin yang memiliki afinitas yang

berbeda, efek second messenger, dan distribusi sistem saraf pusat; (ii) jalur neuronal yang

berinteraksi satu sama lain; dan beberapa efek amfetamin dimediasi secara perifer. Baseline

fungsi dopamin juga berpengaruh respon terhadap amfetamin.12

Page 10: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Metamfetamin akan menyebabkan peningkatan neurotransmitter dopamine,

serotonin, norepinefrin pada sel neurotransmitter pada susunan saraf pusat di otak.

Peningkatan neurotransmitter pada susunan saraf pusat pada otak akan memliki efek α atau

β adrenergic agonis. Norepinefrin banyak terdapat pada ujung saraf dan sel reseptor, dan

responsif dengan metamfetamin, efek dari norepinefrin adalah simpatomimetik, seperti

peningkatan denyut jantung, palpitasi, anoreksia, terjadi relaksasi otot bronkus, kontraksi

otot sfingter, mata mengalami midriasis. Dopamin berlebih akan menstimulasi lokomotor

efek, psikosis dan gangguan persepsi dan peningkatan kadar 5-HT akan menyebabkan

delusi dan psikosis.13

Efek dari metamfetamin hampir sama dengan kokain tetapi memiliki efek lebih

lama dari kokain dan memiliki onset lebih lama. Sedangkan metamfetamin memiliki

potensi lebih tinggi dari d- metamfetamin dan racemik amfetamin.

Absorbsi metamfetamin dilakukan secara oral melalui usus halus dan onset dari

obat ini adalah 20 menit, dan memiliki durasi selama 8 jam atau lebih, dan di eksresikan

melalui ginjal.14

Page 11: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

2.4 Gejala overdosis metamfetamin

Intoksikasi metamfetamin terjadi pada tubuh ketika berada pada kadar obat yang

melebihi batasnya biasanya dikarenakan penggunaan obat-obatan ilegal atau percobaan

bunuh diri. Dosis letal metamfetamin bervariasi tergantung dari karakteristik obat dan

pemakai. Sebab, semua orang memiliki sensitivitas yang berbeda tehadap kadar spesifik

dari metamfetamin. Kadar toksisitas pada seseorang dapat menjadi kadar yang tidak toksik

bagi orang lain. Definisi dari dosis letal metamfetamin dapat juga dipengaruhi oleh

pemakaian obat lain secara bersamaan yang mungkin dikonsumsi, ataupun komplikasi dari

penggunaan kronis atau penyebebab lainnya. Pada literatur disebutkan bahwa penggunaan

bersamaan dengan alcohol, kokain dan opiate dapat meningkatkan resiko kerusakan sistem

kardiovaskular. Komplikasi ini dapat terjadi pada penggunaan metamfetamin berlebihan

secara oral, intranasal, rokok maupun injeksi.15,16

Tidak seperti intoksikasi penyebab lainnya, intoksikasi metamfetamin tidak

menghasilkan gejala klinis secara langsung. Overdosis menimbulkan gangguan fisiologis

dalam onset yang cepat, yang akan berakhir pada serangan jantung atau stroke. Sehingga,

kematian menjemput pemakai metamfetamin secara tiba-tiba dan tidak disangka.15

Overdosis dari metamfetamin dapat dibagi dua yaitu akut dan kronis. Keracunan

metamfetamin akut terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja atau sengaja menggunakan

obat ini dan memiliki efek samping yang dapat mematikan. Sedangkan, keracunan

metamfetamin secara kronis merupakan efek dari pemakaian obat ini secara rutin.17

Metamfetamin adalah obat stimulan yang berefek pada sistem saraf pusat dan secara

spesifik bekerja pada sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan pelepasan

neurotransmitter. Sehingga akan meningkatkan produksi adrenalin pada tubuh yang dapat

menimbulkan sensasi euphoria. Namun penggunaan secara berlebihan akan menimbulkan

efek samping berbahaya.

Gejala tersebut antara lain adalah peningkatan laju nadi. Peningkatan laju nadi akan

menyebabkan peningkatan kebutuhan energi sehingga akan meningkatkan produksi

keringat, sampai akhirnya tubuh kehabisan cairan untuk memproduksi keringat, sehingga

akan terjadi peningkatan temperatur tubuh. Adrenalin juga akan meningkatkan frekuensi

napas, peningkatan laju nadi dan dilatasi dari pupil.

Page 12: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Gejala lainnya pada sistem kardiovaskular meliputi nyeri pada bagian dada yang

dapat dikarenakan iskemi dari jantung, pasien dengan penggunaan kronik dari

metamfetamin dapat menimbulkan aterosklerosis yang meningkatkan resiko iskemi jantung,

penyebab lainnya adalah peningkatan pada terjadinya aneurisma. Selain itu karena

peningkatan saraf simpatis akan terjadi palpitasi dan takiaritmia dan tremor. Pada sistem

respirasi dapat itu juga dapat terjadi gejala dyspnea disertai peningkatan frekuensi

pernapasan, sehingga dapat juga disertai mengi. Pada sistem saraf pusat didapatkan gejala

kecemasan dikarenakan peningkatan adrenalin secara tiba-tiba. Pengaruh terhadap sistem

saraf pusat juga dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang repetitif dan hiperaktif serta

ketidakmampuan memfokuskan pikiran, hal ini yang seringkali disebut dengan tweaking.

Terjadi ketidakstabilan perilaku yang memicu terjadinya perilaku kekerasan, labil secara

emosional, kebingungan, psikosis, paranoid dan halusinasi. Bila penggunaan jangka lama

dapat menimbulkan gejala sulit tidur serta perubahan mood yang ekstrem. Selain itu juga

dapat terjadi koma dan kejang dengan onset baru.

Gejala lainnya pada sistem gastrointestinal adalah kerusakan hepar yang disebabkan

oleh efek langsung dari substansi yang hepatotoksik, serta nyeri perut yang diakibatkan

vasokonstriksi maupun kolitis iskemik. Pada pengguna substansi ini secara kronis, terjadi

gangguan pada kulit yang biasanya dikarenakan penggarukan secara obsesif akibat

halusinasi yang menyebabkan adanya sensasi geli yang dijelaskan seperti serangga yang

berjalan di bawah kulit. Pada wanita yang sedang mengandung juga dapat menyebabkan

komplikasi fatal karena vasokonstriksi pada plasenta yang meningkatkan resiko abortus

spontan. Kematian bayi karena keracunan air susu ibu yang mengandung metamfetamin

juga pernah dilaporkan.16,17,18

Gejala klinis yang terlihat dapat menentukan derajat keparahan dari overdosis

metamfetamin. Gejala yang berbahaya antara lain adalah peningkatan suhu tubuh dan gagal

ginjal akut yang dikarenakan peningkatan protein karena kontraksi otot yang berlebihan,

hipertermia, dan vasokonstriksi yang menurunkan perfusi dari jaringan dan sel di ginjal.

Selain itu vasokonstriksi ini juga menyebabkan kolapsnya sistem kardiovaskular. Kematian

yang disebabkan oleh keracunan metamfetamin biasanya dikarenakan kegagalan ginjal dan

kolapsnya sistem kardiovaskular. Biasanya disertai dengan gejala koma, syok, dan

twitching pada otot.15

Page 13: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Pada pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan tes urin dan contoh darah.

Pemeriksaan lainnya dilakukan sesuai dengan gejala yang didapatkan, untuk membantu

menegakkan diagnosis ataupun menyingkirkan diagnosis banding. Untuk mengetahui

fungsi ginjal dapat dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan darah lengkap. Selain itu, bila

dicurigai adanya kelainan jantung dan paru dilakukan juga pemeriksaan jantung dengan

EKG serta pemeriksan x-ray. Untuk menyingkirkan diagnosis proses intrakranial dilakukan

CT scan kepala. Bila curiga sedang mengandung dapat dilakukan tes kehamilan.18

2.5 Kerusakan akibat intoksikasi metamfetamin

Kerusakan organ tubuh pada pengkonsumsi metamfetamin, antara lain: jantung para

pengguna metamfetamin relatif lebih besar dari berat normal, dengan adanya daerah dengan

jaringan parut dari hancurnya sel otot jantung. Pada pembuluh darah terjadi percepatan

penyakit arteri coroner dan kerusakan mikrovaskular. Penelitian pada mayat orang yang

mati karena metamfetamin ditemukan pembengkakan paru sebanyak 70% kasus, dan

radang paru pada 8% kasus. Bila tablet metamfetamin digerus dan dilarutkan untuk

disuntikkan ke dalam pembuluh darah, maka zat pengikat yang tidak larut dalam air akan

terperangkap dalam pembuluh darah mikro paru. Jika penyuntikkan berlanjut, maka akan

terjadi penyumbatan pada pembuluh darah kecil paru dan membentuk jaringan parut. Selain

itu, konsumsi metamfetamin berulang dapat mengakibatkan terjadinya stroke yang merusak

bagian depan otak besar karena perdarahan pada otak dan di bawah selaput lunak otak.

Kerusakan pada otak ini tidak dapat dibalikkan prosesnya walau konsumsi obat sudah

dihentikan, kerusakan bersifat permanen.19

Penelitian dengan menggunakan neuroimaging telah mengungkapkan bahwa

metamfetamin memang dapat menyebabkan perubahan neurodegeneratif dalam otak

pecandunya. Kelainan ini termasuk penurunan persistent kadar dopamin transporters ( dat )

pada cortex orbitofrontal, cortex prefrontal dorsolateral, dan caudate-putamen. Kepadatan

pengangkut serotonin (5-HTT) juga menurun di otak tengah, putamen, hipotalamus,

thalamus, orbitofrontal, dan cortices cingulate. Pecandu psychostimulant juga menunjukkan

metabolisme glukosa yang abnormal pada wilayah otak kortikal dan subkortikal. Selain itu,

sebuah studi terbaru positron emisi tomografi (PET) telah menunjukkan aktivasi microglial

pada otak tengah, striatum, thalamus, orbitofrontal dan kortikal dari pengguna

metamfetamin. 20

Disregulasi suhu tampaknya juga merupakan faktor penting dalam mediasi dari

beberapa tanggapan toxic terhadap metamfetamin. Beberapa kelompok penyidik

Page 14: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

melakukan studi yang mendalam dari potensi hubungan antara hyperthermic dan neurotoxic

tindakan obat

2.6 Diagnosa keadaan putus obat metamfetamin

Cara mendiagnosa seseorang yang mengalami gejala putus obat metamfetamin

adalah:

Anamnesa:

Riwayat penggunaan metamfetamin

Pemeriksaan spesifik:

Metamfetamin dapat dideteksi melalui urine dan cairan lambung. Bagaimanapun

kadar serum kuantitatif tidak berhubungan dengan beratnya efek klinis. Metamfetamin

ditemukan 1-2 hari setelah penggunaan dan diekskresi dalam bentuk metamfetamin dan

amfetamin. Dilaporkan pula bahwa untuk mendeteksi penyalahgunaan metamfetamin dapat

diperiksa pada rambut manusia. Pada keringat metamfetamin dapat dideteksi segera setelah

dikonsumsi. Saliva atau air liur dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mendeteksi

metamftmin. Tetapi kadar obatnya jauh lebih rendah daripada dalam urine, biasanya dapat

digunakan pada keadaan toksik akut.

Gejala putus obat merupakan gejala yang timbul ketika seorang pengguna berhenti

mengkonsumsi suatu zat. Gejala yang ditimbulkan oleh keadaan ini berbeda antara satu

pengguna dengan pengguna lainnya tergantung dari lamanya penggunaan metamfetamin,

dosis metamfetamin yang digunakan, komposisi tambahan yang digunakan, dan kurun

waktu metamfetamin dihentikan. Keadaan putus penggunaan metamfetamin bersifat tidak

menyebabkan kematian dan tidak menimbulkan gangguan psikologis.

Berikut ini merupakan gejala yang ditimbulkan dari keadaan putus penggunaan

metamfetamin berdasarkan kurun waktu penghentian metamfetamin:

1. Crash period (9 jam sampai 4 hari)

Page 15: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

- Agitasi

- Anoreksia

- Kelelahan

- Depresi

- Hipersomnolen

Ketagihan dapat terjadi pada keadaan ini dan kemudian hilang.

2. Withdrawal period (1-4 minggu)

- Anhedonia

- Kehilangan energi

- Kelelahan yang bertambah

Ketagihan dapat terjadi pada keadaan ini Dalam intensitas rendah atau tidak ada sama

sekali.

3. Extinction period (lebih dari 4 minggu)

- Perasaan mengantuk

- Mood depresi

- Energi yang normal

Ketagihan bersifat episodik

Page 16: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

2.7 Tanda Kematian Akibat Metamfetamin

Kerusakan organ tubuh pada pengkonsumsi metamfetamin, antara lain: jantung para

pengguna metamfetamin relative lebih besar dari berat normal, dengan adanya daerah

dengan jaringan parut dari hancurnya sel otot jantung. Pada pembuluh darah terjadi

percepatan penyakit arteri koroner dan kerusakan mikrovaskular. Penelitian pada mayat

orang yang mati karena metamfetamin ditemukan pembengkakan paru sebanyak 70% kasus,

dan radang paru pada 8% kasus. Bila tablet metamfetamin digerus dan dilarutkan untuk

disuntikkan ke dalam pembuluh darah, maka zat pengikat yang tidak larut dalam air akan

terperangkap dalam pembuluh darah mikro paru. Jika penyuntikkan berlanjut, maka akan

Page 17: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

terjadi penyumbatan pada pembuluh darah kecil paru dan membentuk jaringan parut. Selain

itu, konsumsi metamfetamin berulang dapat mengakibatkan terjadinya stroke yang merusak

bagian depan otak besar. Terjadi perdarahan pada otak dan di bawah selaput lunak otak.

Kerusakan pada otak ini tidak dapat dibalikkan prosesnya walau konsumsi obat sudah

dihentikan, kerusakan bersifat permanen.3

Tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi metamfetamin

Secara umum tugas analisis toksikologi forensic (klinik) dalam melakukan analisis

dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu :

1. Penyiapan sampel “sample preparation”

2. Analisis meliputi uji penapisan “screening test” dan uji konfirmasi yang meliputi uji

identifikasi dan kuantifikasi

3. Interpretasi temuan analisis dan penulisan laporan analisis.20

Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam tahapan penyiapan sampel adalah :

jenis dan sifat biologis spesimen, fisikokimia dari specimen, serta tujuan analisis.

Pemilihan metode ekstraksi ditentukan juga oleh analisis yang akan dilakukan, missal pada

uji penapisan sering dilakukan ekstraksi satu tahap. Bahkan pada uji penapisan

menggunakan teknik ”immunoassay” sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu.

Sampel urin pada umumnya dapat langsung dilakukan uji penapisan dengan menggunakan

teknik “immunoassay” sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu. Secara umum

dikenal 2 jenis tes yang biasa digunakan untuk menguji specimen yaitu tes penapisan dan

tes konfirmasi :

A. Tes Penapisan

1. Teknik immunoassay

Teknik immunoassay adalh teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis

obat terlarang dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan “anti-drug antibody” untuk

mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologic). Jika di dalam

materi terdapat obat dan metabolitnya (antigen-target) maka dia akan berikatan dengan

“anti-drug antibody”, namun jika tidak ada antigen-target maka “anti-drug antibody” akan

berikatan dengan “antigen-penanda”. Terdapat berbagai metode/ teknik untuk mendeteksi

ikatan antigen-antibodi ini, spserti “enzyme linked immunoassay” (ELISA), enzyme

Page 18: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

multiplied immunoassay technique (EMIT), fluorescence polarization immunoassay (FPIA),

cloned enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio immunoassay (RIA). Hasil dari

immunoassay test ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk menarik

kesimpulan, karena kemungkinan antibody yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai

senyawa yang memiliki baik bentuk struktur molekul maupun bangun yang hamper sama.

Reaksi silang ini tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk yang mengandung

pseudoefedrin akan memberi reaksi positif palsu terhadap tes immunoassay dari antibody

metamfetamin. Oleh sebab itu hasil dari reaksi immunoassay harus diuji lagi dengan uji

pemastian (tes konfirmatori).20

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Merupakan metode analitik yang relative murah dan mudah pengerjaannya, namun

KLT kurang sensitive jika dibandingkan dengan teknik immunoassay. Dengan

menggunakan spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah dengan KLT dapat

dideteksi spektrumnya.20

B. Tes Konfirmasi

Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Uji

pemastian umumnya menggunakan teknik kromatografi. Di samping melakukan uji

identifikasi potensial positif analit (hasil uji penapisan), pada uji ini juga dilakukan

penetapan kadar dari analit. Data analisis kuantitatif analit akan sangat berguna bagi

toksikolog forensik dalam menginterpretasikan hasil analisis seperti jenis senyawa yang

terlibat, dosis yang digunakan, waktu terjadinya paparan, dan jalur paparan.20

Hasil uji penapisan dapat dijadikan petunjuk bukan untuk menarik kesimpulan

bahwa seseorang telah terpapar atau menggunakan obat terlarang. Sedangkan hasil uji

pemastian dapat dijadikan dasar untuk memastikan atau menarik kesimpulan apakah

seseorang telah menggunakan obat terlarang yang dituduhkan.20

Untuk uji metamfetamin sendiri biasanya digunakan tes urin. Hasil yang positif

akan terlihat dalam 1-4 hari namun juga bisa lebih, sampai 1 minggu setelah pemakaian

yang berlebihan. Ekskresi metamfetamin dalam urin sangat dipengaruhi oleh pH urin. Jika

didapatkan kadar matamfetamin atau metabolitnya minimal 200 ng/mL atau lebih, maka tes

urin dinyatakan positif.20

Page 19: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Selain tes urin, dapat juga dilakukan tes darah. Waktu paruh yang cukup lama

menyebabkan obat dapat dideteksi dalam waktu beberapa jam, bergantung dari dosisnya.

Metabolisme menghasilkan amfetamin sebagai metabolit pertama dari metamfetamin dan

rasio pada darah dan urin dapat membantu menentukan penggunaan akut atau kronis.20

Pada orang yang sudah meninggal, dapat ditemukan beberapa tanda penggunaan

metamfetamin seperti :

1. Obat dihirup

Dapat ditemukan sejumlah kecil bubuk pada saat hidung dibuka atau melalui swab

methanol pada septum hidung. Pada injeksi biasanya digunakan jarum insulin, dan bekas

suntikan biasanya agak sulit dilihat. Kaca pembesar dapat digunakan untuk melihat bekas

suntikan tersebut, bekas suntikan tersebut kemungkinan tidak terdapat perdarahan. Ketika

pengguna cenderung untuk menggunakan berulang kali untuk meningkatkan efek, bekas

tusukan cenderung banyak dan berkumpul disekitar vena yang sering digunakan.

Terkadang bekas tato di atas vena menyembunyikan bekas tusukan.20

2. Obat dihisap atau dikonsumsi secara oral

Mungkin tidak ada manifestasi eksternal yang ditemukan. Disamping informasi lain,

terdapat tanda terbakar pada jari telunjuk bagian palmar yang digunakan untuk memegang

pipa panas pada penggunaan oral. Sampel autopsi harus menyertakan darah perifer, urin,

jaringan hepar, empedu, isi lambung dan rambut. Urin, cairan spinal dan jaringan dapat

positif untuk beberapa hari setelah penggunaan pertama, dan positif untuk waktu yang lebih

lama pada penggunaan kronis.

Rambut juga dapat dianalisis untuk melihat positif tidaknya penggunaan MDMA.

Beberapa pemeriksaan juga menyertakan paru – paru dan otak sebagai sampel

tambahan.20

3. Penemuan pada otak

Studi post mortem memperlihatkan perubahan level serotonin dan metabolit

utamanya pada otak pada pengguna jangka panjang metamfetamine. Level serotonin

berkurang 50%–80% pada regio yang berbeda pada otak, pada perbandingan dengan yang

tidak menggunakan metamfetamine. Dapat memperlihatkan gambaran disseminated

Page 20: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

intravaskular coagulation (DIC), edema dan degenerasi neuron nampak pada lokus ceruleus.

Sebuah studi postmortem terhadap 6 orang pengguna metamfetamine, 2 orang

memperlihatkan fokal hemoragi pada otak. Pada salah satu kasus terdapat nekrosis glandula

hipofisis, hal ini kemungkinan karena kurangnya suplai darah.20

4. Penemuan pada paru-paru

Pada pemeriksaan internal, paru – paru berat, biasanya berat masing – masing 400

hingga 500 gram, tapi berat paru – paru yang sampai 1000 gram atau lebih juga terkadang

ditemukan. Jika digunakan secara intravena, dapat ditemukan benda asing pada paru.

Sebuah studi postmortem terhadap 6 orang pengguna amfetamine, ditemukan infark

pulmonar pada salah seorang pengguna. Pada dua orang lainnya ditemukan hemoragi intra

alveolar. Pada salah satu kasus terdapat inhalasi isi gaster.20

5. Penemuan pada jantung

Jantung adalah target organ, terkadang terjadi penambahan berat, terutama pada

hipertrofi ventrikel kiri dan pembesaran jantung bagian kanan. Pada pemeriksaan

mikroskopik ditemukan kongesti dari organ dengan edema. Juga dapat ditemukan

peningkatan sejumlah partikel karbon. Bisa juga terlihat nekrosis myofibril. Sejak diketahui

bahwa obat ini merupakan stimulator katekolamin, dan menyebabkan terjadinya

peningkatan katekol dalam darah, jantung sering terdapat area iskemi dan mionekrosis yang

dikelilingi oleh neutrofil dan makrofag.20

6. Penemuan pada hepar

Dapat terdapat pembesaran hepatosit dan pada sitoplasma bisa mengandung banyak

vakuola. Kasus intoksikasi yang menyebabkan hipertermia dengan kegagalan fungsi hati

sering terdapat nekrosis hepatis masif., Perlemakan, dilatasi sinusoidal dan inflamasi juga

ditemukan.20

Page 21: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Bab III

Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Metamfetamin merupakan suatu zat yang bekerja sebagai stimulan di susunan saraf

pusat. Hal ini menyebabkan aktifnya saraf simpatis. Prevalensi penggunaan metamfetamin

di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2007, dari 240 juta penduduk di Indonesia, 3,6 juta

penduduknya menggunakan obat-obatan terlarang dan 9%nya merupakan pengguna

metamfetamin. Metamfetamin dapat digunakan dengan cara diminum melaui oral, secara

intravena, dihisap maupun dihirup. Penggunaan metamfetamin dapat menyebabkan adiksi

dan apabila dihentikan dapat menimbulkan gejala putus obat. Penggunaan metamfetamin

yang mencapai kadar toksik juga dapat menyebabkan kematian.

Pada pengguna metamfetamin yang sudah meninggal, dapat ditemukan kelainan-

kelainan pada berbagai organ, seperti saluran pernapasan, otak, jantung, dan hati. Ibu hamil

yang mengkonsumsi metamfetamin juga memiliki efek yang negatif pada kehamilannya.

3.2 Saran

Penyuluhan mengenai bahaya penggunaan metamfetamin sebaiknya ditingkatkan

lagi karena penggunaannya di Indonesia masih banyak. Pengawasan peredaran obat-obatan

terlarang juga sebaiknya ditingkatkan lagi.

Page 22: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

Daftar Pustaka

1. Das-Douglas M, Colfax G, Moss AR, Bangsberg DR, Hahn JA. Tripling of

Methamphetamine/Amphetamine Use among Homeless and Marginally Housed Persons,

1996-2003. J Urban Health. Dec 2008; 85(2):239-49.

2. Richards JR. Amphetamine derivates. In: Cole SM. New research on street drugs. New

York: Nova; 2006:chap 5.

3. Idires AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses

Penyidikan. Sagung Seto. Jakarta: 2011.

4. Katherine A. Pehl, MD, Denver Health Medical Center, Denver, Colorado Am Fam

Physician. 2007 Oct 15;76(8):1169-74.

5. Nurhidayat A, Amir N, Susami H, Brink W, Metzger D. Drug Abuse and AIDS in

Indonesia : From Research to Drug Policy and Treatment. Addiction. 2013; 429-32.

6. Agus, Made. Analisis toksikologi forensik dan interpretasi temuan analisis. Bali: FMIPA

Universitas Udayana; 2008.

7. Budiyanto, Arif et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997

8. Logan BK. Methamphetamine-Effects on Human Performance and Behavior; Forensic

Sci Rev 14:133; 2002.

9. The University of Arizona. Methamphetamine chemistry.

www.methoide.fcm.arizona.edu/infocenter/index.cfm?stid=165.

10. European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. Methamphetamine.

www.emcdda.europa.eu/publications/drug-profiles/methamphetamine

11. Logan BK. Methamphetamine-Effects on Human Performance and Behavior; Forensic

Sci Rev 14:133; 2002.

12. Cruickshank C.C, Dyer K.R. A review of a clinical pharmacology.

Addiction;104:1085–99.

Page 23: REFERAT METAMFETAMIN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/23748/237486165.pdf · Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... diperoleh dari laporan pemerikaan di tempat

13. Amanda Baker. Models of intervention and care for psychostimulant users, 2nd edition

- monograph series no. 51, Available at:

http://www.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/drugtreat-pubs-

modpsy-toc~drugtreat-pubs-modpsy-2~drugtreat-pubs-modpsy-2-3~drugtreat-pubs-

modpsy-2-3-pamp (Accessed: 26th September 2013).Bertram G. Katzung (2006) Basic &

Clinical Pharmacology , edisi 7, San Francisco: McGraw-Hill.

14. Bertram G. Katzung (2006) Basic & Clinical Pharmacology , edisi 7., San Francisco:

McGraw-Hill.

15. Lan, KC. (1998) Clinical Manifestations and Prognostic Features of Acute

Methamphetamine Intoxication. Journal of Formosan Medical Association, 8; 528-33.

16. Kaye, S and McKetin, R. (2005). Cardiotoxicity Associated With Methamphetamine

Use and Signs of Cardiovascular Pathology Among Methampetamine Users. Sydney :

National Drug and Alcohol Research Centre.

17. US National Library of Medicine : MedlinePlus. Methamphetamine Overdose.

Tersedia : www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007480.htm. Diakses tanggal : 25

September 2013.

18. Medscape. Metamphetamine Toxicity : clinical presentation. Tersedia :

www.emedicine.medscape.com/article/820918-clinical. Diakses tanggal : 25 September

2013.

19. Cruickshank C.C, Dyer K.R. A review of a clinical pharmacology.

Addiction;104:1085–99.

21. Wirasuta MAG. Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisis.

Jakarta: Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences; 2008; 1(1):47-55.