referat obesitas gope

27
BAB 1 : PENDAHULUAN Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas. Obesitas sudah dapat terjadi sejak bayi dan 15% obesitas pada bayi, 25% obesitas pada balita, serta 80% obesitas pada remaja dengan salah satu orang tua obese akan menetap sampai dewasa.. Obesitas pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah yang kompleks, penyebabnya yang multifaktorial menyulitkan penatalaksanaannya. Disamping itu, banyak orangtua masih berpendapat bahwa anak gemuk itu lucu dan ceria, yang diartikan pasti sehat. Mereka tidak menyadari bahwa obesitas berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak terutama aspek perkembangan psikososial. Anak yang gemuk cenderung diolok-olok serta dipermalukan disekolah, dan sulit berteman. Pada usia sekolah umumnya mereka sudah menyadari bahwa gemuk merupakan hal yang tidak menyenangkan akibat penolakan sosial serta isolasi. Beban menjadi seorang gemuk akan mempengaruhi prestasi disekolah serta kehidupan sosial. Masalah ini biasanya menetap sampai dewasa. Selain itu obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami pelbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan lain – lain. Profil lipid darah pada anak obesitas 1

Upload: mohd-hazim-ahmad-fuad

Post on 13-Dec-2014

276 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

obesitas anak

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT OBESITAS GOPE

BAB 1 : PENDAHULUAN

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan

bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah

merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani.

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup

yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan /

konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan

kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak

meningkatkan risiko obesitas.

  Obesitas sudah dapat terjadi sejak bayi dan 15% obesitas pada bayi, 25% obesitas

pada balita, serta 80% obesitas pada remaja dengan salah satu orang tua obese akan

menetap sampai dewasa.. Obesitas pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah

yang kompleks, penyebabnya yang multifaktorial menyulitkan penatalaksanaannya.

Disamping itu, banyak orangtua masih berpendapat bahwa anak gemuk itu lucu dan ceria,

yang diartikan pasti sehat. Mereka tidak menyadari bahwa obesitas berdampak negatif

terhadap tumbuh kembang anak terutama aspek perkembangan psikososial. Anak yang

gemuk cenderung diolok-olok serta dipermalukan disekolah, dan sulit berteman. Pada usia

sekolah umumnya mereka sudah menyadari bahwa gemuk merupakan hal yang tidak

menyenangkan akibat penolakan sosial serta isolasi. Beban menjadi seorang gemuk akan

mempengaruhi prestasi disekolah serta kehidupan sosial. Masalah ini biasanya menetap

sampai dewasa.

Selain itu obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan

berpotensi mengalami pelbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit

jantung koroner, diabetes mellitus, dan lain – lain. Profil lipid darah pada anak obesitas

menyerupai profil lipid pada penyakit kardiovaskuler dan anak yang obesitas mempunyai

risiko hipertensi lebih besar. Penelitian Syarif menemukan hipertensi pada 20 – 30% anak

yang obesitas, terutama obesitas tipe abdominal. Dengan demikian obesitas pada anak

memerlukan perhatian yang serius dan pananganan yang sedini mungkin,dengan

melibatkan peran serta orang tua.

1

Page 2: REFERAT OBESITAS GOPE

BAB 2 : PEMBAHASAN

Definisi dan Kriteria Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Untuk menentukan obesitas

diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan/atau pemeriksaan

laboratorik, pada umumnya digunakan:

a) Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut

obesitas bila BB > 120% BB standar.

b) Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila

BB/TB> persentile ke 95 atau > 120% atau Z-score = + 2 SD.

c) Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan

kulit/TLK).Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.

d) Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri yang tidak

digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling

akurat,tetapi tidak praktis untuk di lapangan.

e) Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.

Angka kejadian obesitas anak dan remaja

Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade

terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi overweight dan obesitas

pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4%,

dan di Inggris adalah 22-31% dan 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin.

Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%.

Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan

peningkatan baik di perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan pada tahun 1989

didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan

8% untuk perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.

Di DKI Jakarta, prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada

umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan

6,2%, dan pada umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak

ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding lelaki (3,1%). Pada penelitian Djer 1998,

prevalensi obesitas anak di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Meilany 2002, menunjukkan prevalensi obesitas

anak di tiga SD swasta di kawasan Jakarta Timur sebesar 27,5%. Menurut data rekam

medik, kasus baru obesitas yang datang di poliklinik Gizi Anak Bagian IKA FKUI-RSUPNCM

2

Page 3: REFERAT OBESITAS GOPE

dalam periode tahun 1995-2000 adalah sebanyak 100 pasien, dan 35% di antaranya

adalah balita.

Perjalanan Perkembangan Obesitas

Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam kaitannya

dengan terjadinya obesitas, yaitu: a) periode pranatal , terutama trimester 3 kehamilan, b)

periode adiposity rebound  pada usia 6 – 7 tahun dan c) periode adolescence.

Pada bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2

dekade berikutnya dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.

Menurut Taitz, 50% remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi. Sedang

penelitian di Jepang menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi obesitas di masa

dewasa dan risiko obesitas ini diperkirakan sangat tinggi, dengan OR 2,0 – 6,7.

 Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan

orangtua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14

tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.

 

Faktor Penyebab

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi

positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi,

sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Sebagian

besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional

(obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal,

sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10%.

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit

multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi

antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi

dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi.

1. Faktor Genetik .

Apabila kedua orang tua obesitas, 80 % anaknya akan menjadi obesitas. Apabila

salah satu orang tuanya obesitas, kejadian obesitas menjadi 40 % dan bila kedua orang

tua tidak obesitas, maka prevalensinya menjadi 14 %. Kegemukan dapat diturunkan dari

generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah

sebabnya seringkali dijumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang

gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam

menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh seseorang. Hal ini dimungkinkan

karena pada saat  ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang

berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada

3

Page 4: REFERAT OBESITAS GOPE

sang bayi selama dalam kandungan. Tidaklah mengherankan apabila bayi yang

dilahirkannya pun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.

Selain itu pengaruh keturunan (genetik) juga dapat berdampak pada

komposisi/bentuk tubuh. Menurut pendapat Erminawati (2009: 8), manusia memiliki tiga

bentuk tipe tubuh yaitu:

a. Mesomorp (atletis), yaitu tipe tubuh yang memiliki ciri-ciri: tubuh tinggi, bahu

yang lebar, pinggang yang relative kecil, bentuk kepala yang persegi, dan

perkembangan otot yang lebih besar.

b. Ektomorp (tubuh kurus dan tinggi), yaitu tipe tubuh yang memiliki ciri-ciri:

tubuhnya tinggi, badan kurus, cepat merasa kedinginan, permukaan kulit

yang relatif luas dibandingkan dengan volume tubuhnya.

c. Endomorph (tubuh bulat dan pendek), yaitu tipe tubuh yang memiliki ciri-ciri:

bentuk tubuhnya bulat dan gemuk, volume batang tubuhnya relative lebih

besar, mempunyai usus kurang lebih 60 cm, dua kali lebih panjang daripada

umumnya.

2. Faktor lingkungan.

Aktifitas fisik.

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-

50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan

antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas

fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg.

Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada

kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika

menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59),

tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang

signifikan.

Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama

menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV ≥ 5 jam perhari mempunyai risiko

obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV ≤ 2 jam

setiap harinya.

Faktor nutrisional.

4

Page 5: REFERAT OBESITAS GOPE

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh

dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak

anak dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi

kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

mengandung energi tinggi.

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan

tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding

kelompok dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan

peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.

Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih

besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang

lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat.

Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan

selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan. Selain itu kapasitas

penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein

mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan

metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein

berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang karbohidrat mempunyai

kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan

dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan

oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan

lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari

karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai

kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi

peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam

jaringan lemak.

Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya

perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke

sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta

lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah,

sehingga anak lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau video

5

Page 6: REFERAT OBESITAS GOPE

dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk

food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.

Patofisiologi

Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan

lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas

primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat

adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).

Obesitas Idiopatik Obesitas Endogen

>90% kasus <10 % kasus

Perawakan tinggi (umumnya >50th persentil

TB/U)

Perawakan pendek (umumnya <5th

persentil TB/U)

Riwayat obesitas dalam keluarga umumnya

positif

Riwayat obesitas dalam keluarga

umumnya negatif

Fungsi mental normal Fungsi mental seringkali retardasi

Usia tulang : normal atau advanced Usia tulang : terlambat (delayed)

Pemeriksaan fisis umumnya normal Terdapat stigmata pada pemeriksaan fisis

Tabel 1. Karakteristik obesitas idiopatik dan endogen (dikutip dari Moran 1999)

Sebagian besar kasus dengan penyebab endogen dapat didiagnosis dengan anamnesis

serta pemeriksaan fisis yang teliti (lihat Tabel 2).

Penyebab Hormonal Bukti-bukti Diagnostik

Hipotiroidism Kadar TSH , kadar thyroxine (T4 )

Hiperkortisolism Uji supresi deksametason abnormal; kadar kortisol bebas urin

6

Page 7: REFERAT OBESITAS GOPE

24-jam,

Hiperinsulinism primer Kadar insulin plasma , kadar C-peptide ,

Pseudohipoparatiroidism Hipokalsemia, hiperfosfatemia, kadar PTH ,

Lesi hipotalamus didapat Adanya tumor, infeksi, sindrom, trauma, lesi vaskular

hipotalamus,

Sindrom Genetik Karakteristik klinis

Prader-Willi Obesitas, hiperfagia, retardasi mental , hipogonadism,

strabismus

Laurence-Moon / Bardet-

Biedl

Obesitas, retardasi mental , retinopati pigmentosa,

hipogonadism, paraplegia spastik

Alström Obesitas, retinitis pigmentosa, tuli, diabetes mellitus

Börjeson-Forssman-

Lehmann

Obesitas, retardasi mental, hipogonadism, hipometabolism,

epilepsi

Cohen Obesitas trunkal, retardasi mental, hipotonia, hipogonadism

Turner's Perawakan pendek, ambiguous genitalia, kelainan jantung

bawaan, webbed neck, obesitas, genotipe 45,XO

Familial lipodystrophy Hipertrofi otot, akromegali , hepatomegali, acanthosis

nigricans, insulin resisten, hipertrigliseridemia, retardasi

mental

Beckwith-Wiedemann Gigantism, exomfalos, makroglosia, organomegali

Sotos' Gigantism serebral , pertumbuhan fisik berlebihan, hipotonia,

retardasi psikomotorik

Weaver Sindrom tumbuh-lampau bayi (Infant overgrowth syndrome),

percepatan pematangan tulang rangka (accelerated skeletal

maturation), unusual facies

7

Page 8: REFERAT OBESITAS GOPE

Ruvalcaba Retardasi mental , microsefali, abnormalitas tulang,

hipogonadism, brachymetapody

Defek genetic

 

Leptin  

Beta3-adrenergic

receptor

 

Tabel 2. Penyebab endogen obesitas pada anak (dikutip dari Moran 1999)

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses

fisiologis,  yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran

energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini

terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan

sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,  usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut

bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan

dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.  Sinyal pendek mempengaruhi

porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan

peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator

dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan

insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan  energi.

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa

meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin

kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi

Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya

bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan

terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan

nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga

tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

8

Page 9: REFERAT OBESITAS GOPE

Gejala Klinis

Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :

Apple-shaped body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan

pinggang)

Pear-shaped body/gynecoid  (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul

dan paha)

Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :

Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap

Leher relatif pendek

Dada membusung dengan payudara membesar

Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen

Pada anak laki-laki : Burried penis, gynaecomastia

Pubertas dinigenu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian

dalam saling  menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit

Mendeteksi anak obesitas

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan apakah anak anda memiliki berat

badan berlebih? Secara singkat, berat badan lebih dapat dilihat dengan memperhatikan

KMS anak anda. Apabila di atas garis hijau, maka kemungkinan anak anda memiliki berat

badan berlebih. Selanjutnya, lihatlah tinggi badan anak anda, proporsionalkah? Dari WHO-

NCHS, tidak ada klasifikasi overweight atau obesitas. Sehingga, indikator ini sulit dilihat

secara objektif.

Cara yang lain adalah dengan melihat grafik IMT (BMI, Body Mass Index) khusus anak di

atas 2 tahun pada grafik di bawah ini

9

Page 10: REFERAT OBESITAS GOPE

:

Klasifikasinya adalah:

Persentil >95 : obesitas

Persentil 75-95 : overweight

persentil 25 – 75: normal

persentil <25 : kurang

Pemeriksaan

1.  Anamnesis :

Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja

Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)

Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pingguL

Riwayat gaya hidup :

a)            Pola makan/kebiasaan makan

b)            Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi

 Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko

seperti penyakit  kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan

diabetes melitus tipe II

2.      Pemeriksaan fisik :

Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas

10

Page 11: REFERAT OBESITAS GOPE

3.      Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes

fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).

4.      Pemeriksaan antropometri :

Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah

berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB

Ideal.

Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT  P > 95 kurva IMT

berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.

Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan

kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps  P > 85.

Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri         

Tatalaksana Obesitas Pada Anak

Mengingat penyebab obesitas bersifat multi faktor, maka penatalaksanaan obesitas

seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikutsertakan keluarga dalam

proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi

serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas

fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup.

1. Menetapkan target penurunan berat badan

Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7

tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit

penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7

tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas

dengan komplikasi pada anak usia di bawah 7 tahun dan obesitas pada usia d iatas 7

tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan

sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan.

2. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,

hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet

harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit

penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang

rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas

11

Page 12: REFERAT OBESITAS GOPE

berat (IMT > 97 persentile )dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan

kalori sangat rendah (very low calorie diet ). 

Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :

Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal. Pengurangan

kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan 0,5

kg per minggu. Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira

10% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak bertambah,

karena pertumbuhan linier masih berlangsung.

Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein

cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan jenis makanan

harus dapat diterima anak, serta tidak dipaksa mengkonsumsi makanan yang

tidak disukai.

Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur intrinsik,

hormonal dan colonic. Ketiga mekanisme tersebut selain menurunkan asupan

makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun kandungan

energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga meningkatkan oksidasi

lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang disimpan. Pada anak di atas 2

tahun dianjurkan pemberian serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5) g per

hari.

Bahan

Makanan

Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber

Karbohidrat

Karbohidrat kompleks

seperti: nasi, jagung, ubi,

singkong, talas, kentang,

sereal.

Karbohidrat sederhana seperti:

gula pasir, gula merah, sirup,

kue yang manis, dan gurih.

Sumber

protein

hewani

Daging tidak berlemak, ayam

tanpa kulit, ikan, telur, daging

asap, susu dan keju rendah

lemak.

Daging berlemak, daging

kambing, daging yang diolah

dengan santan kentan,

digoreng, jeroan, susu full

cream, susu kental manis.

Sumber

protein

nabati

Tempe, tahu, susu kedelai,

kacang-kacangan yang

diolah tanpa digoreng atau

dengan santan kental.

Kacang-kacangan yang diolah

dengan cara menggoreng atau

dengan santan kental.

Sayuran Sayuran yang banyak

mengandung serat dan

Sayuran yang sedikit

mengandung serat dan yang

12

Page 13: REFERAT OBESITAS GOPE

diolah tanpa santan kental

berupa sayuran rebus, tumis,

dengan santan encer atau

lalapan.

dimasak dengan santan kental.

Buah-

buahan

Semua macam buah-buahan

terutama yang banyak

mengandung serat.

Durian, avokad, manisan,

buah-buahan, buah yang diolah

dengan gula dan susu kental

manis.

Lemak Minyak tak jenuh tunggal

atau ganda, seperti minyak

kelapa sawit, minyak kedelai

dan minyak jagung yang

tidak digunakan untuk

menggoreng.

Minyak kelapa, kelapa, dan

santan.

Tabel 4 : Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

3. Pengaturan aktifitas fisik

Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan

fisikyang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan

fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang

menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.

Dianjurkan untukmelakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.

Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jam

Jalan kaki 3 km/jam

Jalan kaki 6 km/jam

Joging 8 km/jam

Lari 12 km/jam

Tenis tunggal

Tenis ganda

Golf

Berenang

Bersepeda

150

300

480

600

360

240

180

350

660

Tabel 3 : Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

4. Mengubah pola hidup/perilaku

13

Page 14: REFERAT OBESITAS GOPE

Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen

intervensi,dengan cara:

Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan, dan aktifitas fisik,

serta mencatat perkembangannya.

Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton televisi

dicegah untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi pencetus

makan. Orangtua diharapkan dapat meniadakan sedapatnya semua stimulus

disekitar anak yang dapat merangsang keinginan untuk makan

Mengubah perilaku makan, misalnya pasien yang makannya cepat dianjurkan

untuk lebih lambat, belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi,

mengurangi makanan camilan.

Penghargaan dan hukuman, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan

dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan

anaknya. Misalnya memakan makanan menu baru yang sesuai dengan program

gizi yang diberikan, berat badan turun, mau melakukan olahraga.

Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila menghadapi

rencana bepergian atau pertemuan sosial yang memberikan risiko untuk makan

terlalu banyak, yaitu dengan memilih makanan yang berkalori rendah atau

mengimbanginya dengan melakukan latihan tambahan untuk membakar energi.

5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.

Peran orangtua dalam mengobati anak telah terbukti efektif dalam penurunan berat

badan atau keberhasilan pengobatan. Orangtua menyediakan nutrisi yang seimbang,

rendah lemak dan sesuai dengan petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga ikut berpartisipasi

dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung

keberhasilan anak. Dengan kata lain mereka merupakan bagian dari keseluruhan

program komprehensif tersebut. Guru dan teman sekolah juga diharapkan ikut

mendukung tata laksana obesitas, misalnya memberikan pujian bila anak yang gemuk

berhasil mengikuti program diet atau menurunkan berat badannya, sebaliknya tidak

mengejek anak gemuk.

6. Terapi intensif

Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi

yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat

rendah (very low calorie diet ), farmakoterapi dan terapi bedah.

14

Page 15: REFERAT OBESITAS GOPE

Terapi diet berkalori sangat rendah diindikasikan jika berat badan >140% BB Ideal

(superobesitas). Protein-sparing modified fast (PSMF) adalah formula diet berkalori

sangat rendah yang paling sering diterapkan. Diet PSMF membatasi asupan kalori

hanya 600-800 kalori/hari. Selain itu dianjurkan mengkonsumsi protein hewani 1,5-

2,5 g/kg berat badan ideal, suplementasi vitamin dan mineral serta minum lebih dari

1,5 L cairan per hari. Secara umum, diet ini hanya boleh diterapkan selama 12

minggu dengan pengawasan dokter. Risiko PSMF adalah terbentuknya batu

empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik, halitosis dan diare.

Terapi farmakologi obesitas adalah terapi yang bertujuan untuk mengurangi asupan

makanan yang mengganggu metabolisme tubuh dengan cara mempengaruhi proses

pra atau pasca absorbsi. Terapi ini berusaha untuk menambah dan meningkatkan

pengeluaran sistem energi (termogenesis) yang dimanfaatkan oleh tubuh untuk

beraktivitas jasmani :

a. Efedrin: meningkatkan pengeluaran energi, akan meningkatkan konsumsi

oksigen sekitar 10 % selama beberapa jam. Pada uji klinis efedrin dan kafein

menghasilkan penurunan berat badan lebih besar dibanding kelompok plasebo.

Diperkirakan 25-40 % penurunan berat badan oleh karena termogenesis dan 60-

75 % karena pengurangan asupan makanan. Efek samping utama adalah

peningkatan nadi dan perasaan yang berdebar-debar.

b. Sibutramin: menurunkan energy intake dan mempertahankan penurunan

pengeluaran energi setelah penurunan berat badan. Pada penelitian ternyata

terbukti sibutramin menurunkan asupan makanan dengan cara mempercepat

timbulnya rasa kenyang dan mempertahankan penurunan pengeluaran energi

setelah penurunan berat badan,

c. Obat yang mengurangi nafsu makan terdiri atas noradrenergic agent

(benzphetamine, phendimetrazine, phentermine, phentermineresin,

diethylpropion), serotonin agent, dan kombinasi keduanya (sibutramine). Obat ini

bekerja dengan menekan neurotransmitter seperti norepinephrine, serotonin,

dopamine, dll di susunan saraf pusat yang berperan dalam meningkatkan nafsu

makan. Obat ini hanya dapat dikonsumsi selama 12 minggu hingga 6 bulan. Efek

samping yang mungkin timbul adalah insomnia, mulut kering, konstipasi, sakit

kepala, euforia, palpitasi dan hipertensi.

d. Obat yang mengurangi absorbsi makanan di usus yaitu orlistat. Obat ini bekerja

dengan mengikat lipase yang merupakan enzim yang berperan dalam

mempermudah absorbsi lemak di usus, sehingga akhirnya lemak tidak bisa

diserap. Obat ini dapat digunakan dalam jangka panjang dan efek samping yang

15

Page 16: REFERAT OBESITAS GOPE

dapat timbul adalah buang gas disertai kotoran, sulit menahan BAB, steatorrhea,

bercak minyak di celana dalam, frekuensi BAB meningkat, dan kekurangan

vitamin yang larut dalam lemak (A,D, E, K) tetapi bisa diatasi dengan suplemen

dari luar.

Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi

iniadalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan

lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan

cara membuat gastric bypass  dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat

ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

 

Dampak Obesitas

Jika seorang anak datang dengan keluhan obesitas, maka yang pertama kali perlu

dipastikan apakah kriteria obesitas terpenuhi secara klinis maupun antropometris.

Selanjutnya perlu ditelusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi.

Riwayat obesitas dalam keluarga serta pola makan dan aktifitas perlu ditelusuri.

Dampak obesitas pada anak harus dievaluasi sejak dini. Meliputi penilaian faktor

risiko kardiovaskuler, sleep apnea, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik yang berkaitan

dengan kelebihan beban, kelainan kulit, serta potensi gangguan psikiatri. Faktor risiko

kardiovaskuler terdiri dari riwayat anggota keluarga dengan penyakit jantung vaskular atau

kematian mendadak dini (<55 tahun), dislipidemia (peningkatan kadar LDL-kolesterol

>160mg/dL, HDL-kolesterol < 35mg/dL) dan peningkatan tekanan darah, merokok, adanya

diabetes mellitus dan rendahnya aktifitas fisik. Anak gemuk yang berkaitan dengan minimal

tiga dari faktor-faktor risiko tersebut, dianggap berisiko tinggi. Skrining dianjurkan pada

setiap anak gemuk setelah usia 2 tahun. Anak gemuk juga cenderung mengalami

peningkatan tekanan darah, denyut jantung serta keluaran jantung dibandingkan anak

seusianya. Hipertensi ditemukan pada 20-30% anak gemuk. Dalam mengukur tekanan

darah pada anak gemuk perlu memperhatikan penggunaan cuff yang sesuai. Merokok perlu

ditanyakan pada remaja. Diabetes mellitus tipe 2 jarang ditemukan pada anak gemuk tetapi

hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa hampir selalu ditemukan pada morbid obese.

Tingkat aktifitas fisis anak juga perlu dievaluasi selain untuk menilai risiko kelainan

kardiovaskuler juga untuk merancang aktifitas fisis dalam tatalaksana selanjutnya. Lamanya

menonton televisi atau memainkan komputer/play station perlu di selidiki.

16

Page 17: REFERAT OBESITAS GOPE

Obstructive sleep apnea sering dijumpai pada obesitas, gejalanya mulai dari

mengorok sampai mengompol (seringkali diduga akibat DM type 2 atau diuresis osmotik).

Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang seringkali

diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di malam

hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai kompensasi, anak

cenderung mengantuk keesokkan harinya dan hipoventilasi. Umumnya gejala berkurang

seiring dengan penurunan berat badan dan/atau adenotonsilektomi serta pemakaian CPAP

(continuous positive airway pressure)

Non alcoholic steatohepatitis (NASH) ditemukan pada 40% anak gemuk melalui

skrining USG hati. Kadar enzim aminotransferase (AST dan ALT) merupakan indikator yang

kurang sensitif, tetapi peninggiannya membantu penegakkan diagnosis Kondisi ini dapat

berlanjut menjadi fibrosis hati atau bahkan menjadi sirosis. Penurunan berat badan akan

menormalkan kadar enzim hati dan ukuran hati.

Kelebihan berat badan pada anak gemuk cenderung berisiko terhadap gangguan

ortopedik, yaitu torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped

capital femoral epiphysis) terutama pada anak lelaki dan gejala tekanan berat badan pada

persendian di ekstremitas bawah.

Kegemukan menyebabkan kerentanan terhadap kelainan kulit khususnya di daerah

lipatan. Kelainan ini termasuk ruam panas, intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis

nigricans (kondisi yang merupakan petanda hipersensitifitas insulin). Sebagai tambahan,

jerawat juga dapat muncul dan dapat memperburuk pesepsi diri si anak.

Masalah psikososial akan sangat berpengaruh pada penampilan. Pada anak dengan

obesitas sering didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan teman sepermainan,

memisahkan diri dari tempat bermain, tidak diikutkan dalam permainan serta hubungan

sosial canggung atau menarik diri dari kontak sosial. Hal ini disebabkan oleh karena depresi,

kurang percaya diri, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena menjadi bahan

ejekan teman-temannya. Sejak dini, lingkungan menilai orang gemuk sebagai malas, bodoh,

lamban. Hal ini perlu diperhatikan oleh dokter jangan sampai rencana pengobatan akan

memperburuk rasa percaya diri yang rapuh tersebut.

Pada anak usia sekolah juga terjadi penurunan prestasi belajar, dan pada remaja

terutama wanita sering melakukan upaya untuk menurunkan berat badan, namun dilakukan

dengan cara yang kurang tepat sehingga menimbulkan masalah gizi yang lain misalnya

anemia ataupun defisiensi mikronutrien yang lain.

17

Page 18: REFERAT OBESITAS GOPE

Pseudotumor serebri atau peningkatan tekanan intrakranial ringan pada obesitas

disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan penumpukkan kadar

karbondioksida. Gejalanya meliputi papiledema, kelumpuhan saraf kranial VI (rektus

lateralis), diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer, dan iritabilitas .

Pencegahan

Pencegahan dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi pendekatan

populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan remaja beserta

orang tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi menjadi

obesitas . Anak-anak yang berisiko menjadi obesitas adalah seorang anak yang salah satu

atau kedua orang tuanya obesitas dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak

masa kanak-kanak. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain mempromosikan pemberian ASI ekslusif

sampai usia 6 bulan terutama pada bayi yang secara genetik rentan untuk menjadi obesitas.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI jangka panjang serta menunda

pemberian makanan pendamping ASI dapat membantu menurunkan prevalensi obesitas.

Moran (1999) menganjurkan orang tua untuk menerapkan serta mengajarkan pola diet serta

aktifitas yang sehat kepada anak-anaknya sebagai berikut.

Hargai selera makan anak: jangan memaksa anak untuk menghabiskan setiap porsi

makanan

Bila mungkin hindari mengkonsumsi makanan siap saji atau makanan yang manis

Batasi jumlah makanan berkalori tinggi yang disimpan di rumah.

Sajikan menu sehat dengan komposisi lemak lebih rendah dari 30% kalori total.

Sajikan sejumlah serat dalam makanan anak.

Susu skim dapat menggantikan susu sapi mulai usia 2 tahun.

Jangan menyajikan makan sebagai penenang atau hadiah.

Jangan mengiming-imingi permen sebagai hadiah menghabiskan makanan.

Batasi waktu menonton televisi.

Dorong agar anak aktif bermain

18

Page 19: REFERAT OBESITAS GOPE

Jadwalkan kegiatan keluarga yang teratur seperti jalan-jalan, bermain bola, dan

kegiatan di luar rumah lainnya

BAB 3 : DAFTAR PUSTAKA

1. Childhood overweight and obesity. Diunduh dari :

http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood/en/

2. Budiyanto. (2002). Obesitas dan Perkembangan Anak. Jakarta: Grafindo Persada.

3. Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap

National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 – 139.

4. Obesitas dan Penyebab. Diunduh dari :

http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=378

5. Segera Atasi "Wabah" Obesitas Global. Diunduh dari :

http://www.analisadaily.com/news/read/2013/01/29/103604/

segera_atasi_wabah_obesitas_global/#.UR4x_jfEr_g

6. Dr. Yovita Ananta, Sp.A. Pondok Indah Healthcare Group. Obesitas pada anak,

Bagaimana mencegahnya. Hal 36-37

7. Ratu Ayu Dewi Sartika. Makara,Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juni 2011: Hal 37-43. Faktor

Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 tahun di Indonesia.

8. Centers for Disease Control and Prevention. Growth charts for the United States:

methods and development. Washington: Department of Health and Human Services,

2000.

9. Hidayati, Irawan, Hidayat. Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Bagian/SMF Ilmu

Kesehatan Anak. FK Unair / RS.dr.Soetomo Surabaya. Obesitas pada anak.

10. Obesity in Children: MedlinePlus. Diunduh dari :

www.nlm.nih.gov/medlineplus/obesityinchildren.html

11. Overweight and Obesity. Diunduh dari :

19

Page 20: REFERAT OBESITAS GOPE

http://kidshealth.org/parent/general/body/overweight_obesity.html

20