referat solusio plasenta print
TRANSCRIPT
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
SOLUSIO PLASENTA
SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasi yang normal sebelum
anak lahir. Angka kejadian 1:80 persalinan ; Solusio plasenta berat angka kejadian = 1: 500-
750 persalinan.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni sebelum anak lahir.
Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu solusio placentae, abruption placentae,
ablation placentae, dan accidental hemorrhage. Istilah atau nama lain yang lebih deskriptif
adalah premature separation of the normally implanted placenta (perlepasan dini uri yang
implantasinya normal). Bila terjadi pada kehamilan di bawah 20 minggu gejala kliniknya
S O L U S I O P L A S E N T A | 1
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
serupa dengan abortus iminens. Secara definitive diagnosisnya baru bisa ditegakkan setelah
partus jika terdapat hematoma pada permukaan maternal plasenta.
Solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa bagi ibu hamil dan
janinnya. Pada perdarahan tersembunyi yang luas dimana perdarahan retroplasenta yang
banyak dapat mengurangi sirkulasi utero-plasenta dan menyebabkan hipoksia janin. Di
samping itu, pembentukan hematoma retroplasenta yang luas bisa menyebabkan
koagulopati konsumsi yang fatal bagi ibu.
Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi:
1. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%
2. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%
Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri (hematoma
retroplasenta) dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan
biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation.
Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari
plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan umumnya tidak berat. Kadang-
S O L U S I O P L A S E N T A | 2
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
kadang plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar terperangkap dibalik
selaput ketuban (relatively concealed) 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh
solusio plasenta.
Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (rupture sinus marginalis), dapat
pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian
akan merembes antara plasenta dan myometrium untuk seterusnya menyelinap dibawah
selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui
vagina (revealed hemorrhage) akan tetapi ada kalanya walaupun jarang, perdarahan
tersebut tidak keluar melalui vagina (concealed hemorrhage) jika:
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim.
Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim.
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
karenanya.
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempek ketat pada segmen bawah
Rahim.
Dalam klinis solusio plasenta dibagi dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai
dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio
plasenta sedang, dan solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya baru diketahui setelah
plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau
ada rupture sinus marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitive bila ditinjau
retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio
plasenta yang ringan bisa berkembang menjadi buruk apabila perdarahannya cukup
banyak pada kategori concealed hemorrhage.
Solusio Plasenta Ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25%, atau ada yang menyebutkan kurang dari
1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahan darah
yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi
S O L U S I O P L A S E N T A | 3
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
yang banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali
warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
Solusio Plasenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya
(50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000
ml. Umumnya pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-
gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus,
denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan takikardi.
Solusio Plasenta Berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar telah
mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan ke dalam
bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis jelas, keadaan umum penderita
buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati
dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguria biasanya telah ada.
INSIDEN
Melihat latar belakang yang sering dianggap sebagai factor risiko diyakini bahwa
insidensi solusio plasenta semakin menurun dengan semakin baiknya perawatan
antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas
tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat berprilaku lebih higienis. Transportasi
yang lebih mudah memberi peluang pasien cepat sampai ke tujuan sehingga
keterlambatan dapat dihindari dan solusio plasenta tidak sampai menjadi berat dan
mematikan bagi janin. Dalam kepustakaan dilaporkan insidensi solusio plasenta 1
dalam 155 sampai 1 dalam 225 persalinan (yang berarti < 0,5%) di Negara-negara
Eropa untuk solusio plasenta yang tidak sampai mematikan janin. Untuk solusio yang
lebih berat sampai mematikan janin insidennya lebih rendah 1 dalam 830 persalinan
dan turun menjadi 1 dalam 1.550 persalinan. Namun insidensi solusio plasenta
diyakini masih lebih tinggi di tanah air disbanding dengan Negara maju.
S O L U S I O P L A S E N T A | 4
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
ETIOLOGI
Penyebab utama tidak jelas. Terdapat beberapa factor resiko antara lain:
Peningkatan usia dan paritas
Preeklampsia
Hipertensi kronis
KPD preterm
Kehamilan kembar
Hidramnion
Merokok
Pencandu alkohol
Trombofilia
Pengguna cocain
Riwayat solusio plasenta
Mioma uteri
Faktor pencetus :
1. Versi luar atau versi dalam
2. Kecelakaan
3. Trauma abdomen
4. Amniotomi ( dekompresi mendadak )
5. Lilitan talipusat - Tali pusat pendek
Faktor risiko :
Factor Risiko Risiko relatif
Pernah solusio plasenta 10 - 25
Ketuban pecah preterm / korioamnionitis 2,4 - 3,0
S O L U S I O P L A S E N T A | 5
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Sindroma pre-eklampsia 2,1 - 4,0
Hipertensi kronik 1,8 - 3,0
Merokok / nikotin 1,4 - 1,9
Merokok + hipertensi kronik atau pre-eklampsia 5 - 8
Pecandu kokain 13 %
Mioma di belakang plasenta 8 dari 14
Gangguan system pembekuan darah berupa single-gene
mutation/tombofilia
Meningkat s/d 7 x
meningkat
Acquired antiphospholipid autoantibodies Jarang
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang
Plasenta Sirkumvalata
PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis.
Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada myometrium.
Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh
hematoma desidua yang terjadi.
Pada awalnya kejadian ini tak memberi gejala apapun. Namun beberapa saat
kemudian arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma
retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas
menjadi semakin luas sampau mendekati tepi plasenta.
Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak
mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat
merembes ke pinggiran membrane dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang
keluar (revealed hemorrhage).
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang
bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
S O L U S I O P L A S E N T A | 6
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
patofisiologinya bergantung pada etiologinya. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah di desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili dapat
berujung pada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel
dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan
desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada myometrium.
Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan
hematom yang bias menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada
bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala
kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yng baru lahir. Dalam beberapa
kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis
dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen
dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat
meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah
yang keluar merembes antara selaput ketuban dan myometrium untuk selanjutnya keluar
melalui serviks ke vagina. Perdarahan tidak bias berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang
terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus
(concealed hemorrhage).
Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)
1. Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh.
2. Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban
masih menempel dengan baik pada dinding uterus.
3. Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban.
4. Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar.
5. Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan
uterus couvellair.
S O L U S I O P L A S E N T A | 7
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Hematoma Retroplasenta yang terlihat pasca persalinan
GAMBARAN KLINIK
A. Gejala dan Tanda
Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis perlepasan
plasenta (concealed atau revealed). 30% kasus, daerah yang terlepas tidak terlalu
memberikan gejala dan diagnose ditegakkan secara retrospektif setelah anak lahir
dengan terlihatnya hematoma retroplasenta.
Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus
yang tegang disertai dengan:
Gawat janin (50% penderita)
Janin mati ( 15%)
Tetania uteri
DIC- Disseminated Intravascular Coagulation
Renjatan hipovolemik
Perdarahan pervaginam ( 80% penderita)
Uterus yang tegang (2/3 penderita)
Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderita)
Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan tidak
terdapat tanda-tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi
biasanya tidak terlampau banyak ( 50 – 150 cc) dan berwarna kehitaman.
S O L U S I O P L A S E N T A | 8
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
B. LABORATORIUM
Kadar haemoglobin [Hb] atau hematokrit [Ht] sangat bervariasi.
Penurunan Hb dan Ht umumnya terjadi setelah terjadi hemodilusi.
Hapusan darah tepi menunjukkan penurunan trombosit, adanya schistosit
menunjukkan sudah terjadinya proses koagulasi intravaskular.
Penurunan kadar fibrinogen dan pelepasan hasil degradasi fibrinogen.
Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan
pemeriksaan “clott observation test”. Sample darah vena ditempatkan dalam
tabung dan dilihat proses pembentukan bekuan (clot) dan lisis bekuan yang
terjadi. Bila pembentukan clot berlangsung > 5 – 10 menit atau bekuan darah
segera mencair saat tabung dikocok maka hal tersebut menunjukkan adanya
penurunan kadar fibrinogen dan trombosit.
Pemeriksaan laboratorium khusus :
Prothrombine time
Partial thromboplastine time
Jumlah trombosit
Kadar fibrinogen
Kadar fibrinogen degradation product
Pemeriksaan ultrasonografi tak memberikan banyak manfaat oleh karena pada sebagian
besar kasus tak mampu memperlihatkan adanya hematoma retroplasenta
Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau
luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Belum ada uji coba yang khas untuk
menentukan diagnosisnya. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah
terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri
perut dan uterus tegang teru-menerus mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita
bahkan tidak menunjukkan tanda dan gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan
premature saja. Oleh sebab itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi diperlukan dari
pihak pemeriksa.
S O L U S I O P L A S E N T A | 9
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Solusio Plasenta Ringan
Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit sekali melahirkan
gejala. Pada keadaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom yang berukuran
beberapa cm terdapat pada permukaan maternal plasenta. Ini dapat diketahui secara
retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan
darah yang keluar masih sedikit sehingga belum keluar melalui vagina. Nyeri yang belum
terasa menyulitkan membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar
berwarna merah segar pada plasenta previa. Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu
ataupun janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada
palpasi sedikit terasa nyeri local pada tempat terbentuk hematom dan perut sedikit tegang
tapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal. Pada fibrinogen darah dalam batas-batas
normal yaitu 350 mg%. walaupun belum memerlukan intervensi segera, keadaan yang
ringan ini perlu di monitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan bertambah berat.
Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan plasenta previa dan mungkin bias
mendeteksi luasnya solusio terutama pada solusio sedang atau berat.
Solusio Plasenta Sedang
Gejal-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus,
denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan yang tampak
keluar lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit dingin dan keringatan, oliguria mulai ada,
kadar fibrinogen berkurang antara 150 sampai 250n mg/100 ml, dan mungkin kelainan
pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada. Rasa nyeri dan tegang perut
jelas sehingga palpasi bagian-bagian anak sukar. Rasa nyeri datangnya akut kemudian
menetap tidak bersifat hilang timbul seperti pada his yang normal. Perdarahan pervaginam
jelas berwarna kehitaman, penderita pucat karena mulai ada syok sehingga keirngat dingin.
Keadaan janin biasanya sudah gawat. Pada stadium ini bias jadi telah timbul his dan
persalinan telah mulai. Pada pemantauan keadaan janin dengan kardiotokografi bias jadi
telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes gangguan pembekuan darah. Bila terminasi
persalinan terlambat atau fasilitas perawatan intensif neonates tidak memadai, kematian
perinatal dapat dipastikan terjadi.
S O L U S I O P L A S E N T A | 10
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Solusio Plasenta Berat
Perlu sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan (defance musculaire) disertai
perdarahan yang berwarna hitam. Oleh karena itu dipalpasi bagian-bagian janin tidak
mungkin lagi dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi dari pada yang seharusnya oleh karena
telah terjadi penumpukan darah didalam Rahim pada kategori concealed hemorrhage. Jika
dalam masa observasi tinggi fundus ditambah lagi berarti perdarahan baru masih
berlangsung. Pada inspeksi Rahim terlihat bulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat.
Pada auskultasi denyut jantung janin tidfak terdengar lagi akibat gangguan anatomic dari
fungsi plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok. Ada kalanya keadaan umum
ibu menjadi lebih buruk dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina.
Hipofibrinogenemia dan oliguria boleh jadi bila ada sebagai akibat komplikasi pembekuan
darah intravascular yang luas (disseminated intravascular coagulation), dan gangguan fungsi
ginjal. Adar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada
trombositopenia.
PENATALAKSANAAN
A. Tindakan gawat darurat
Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta bertambah luas
yang manifestasinya adalah :
Perdarahan bertambah banyak
Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi
Gawat janin
maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang harus segera
diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi.
B. TERAPI EKSPEKTATIF
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio plasenta maka
tidak pada tempatnya untuk melakukan satu tindakan ekspektatif.
C. PERSALINAN PERVAGINAM
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau luas dan atau
kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera berakhir.
S O L U S I O P L A S E N T A | 11
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan amniotomi dengan
tujuan untuk :
1. Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam
sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC)
2. Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat
merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam
membuka servik)
Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera diikuti
dengan tanda-tanda persalinan.
D. SEKSIO SESAR
Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak. Tindakan seksio sesar dipilih
bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu singkat, misalnya kejadian
solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 – 4 cm.
Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan tindakan seksio
sesar pada kasus solusio plasenta.
KOMPLIKASI
1. Koagulopati konsumtif
Koagulopati konsumtif dalam bidang obstetri terutama disebabkan oleh solusio
plasenta. Hipofibrinogenemia ( < 150 mg/dL plasma) yang disertai dengan
peningkatan kadar FDP dan penurunan berbagai faktor pembekuan darah terjadi
pada 30% penderita solusioplasenta berat yang disertai dengan kematian janin.
Mekanisme utama dalam kejadian ini adalah terjadinya koagulasi intravaskular
akibat masuknya “tromboplastin”yang berasal dari uterus kedalam darah dan
sebagian kecil merupakan akibat dari pembekuan darah retroplasenta.
Akibat penting dari terjadinya koagulasi intravaskular adalah aktivasi plasminogen
menjadi plasmin yang diperlukan untuk melakukan lisis mikroemboli dalam
mekanisme untuk menjaga keutuhan mikrosirkulasi.
S O L U S I O P L A S E N T A | 12
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Hipofibrinogenemia berat tidak selalu bersamaan dengan trombositopenia,
trombositopenia umumnya baru terjadi setelah tranfusi darah yang berulang.
Hipofibrinogenemia jarang terjadi pada keadaan dimana solusio plasenta tidak
disertai dengan kematian janin intra uterin.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal akut sering terlihat pada solusio plasenta berat dan sering disebabkan
oleh penanganan renjatan hipovolemia yang terlambat atau kurang memadai.
Drakeley dkk (2002) menunjukkan bahwa penelitian terhadap 72 orang wanita
dengan gagal ginjal akut, 32 kasus disebabkan oleh solusio plasenta
Gangguan perfusi renal yang berat disebabkan oleh perdarahan masif.
75% kasus gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler akutbersifat tidak permanen
Lindheimer dkk (2000) nekrosis kortikal akut dalam kehamilan selalu disebabkan
oleh solsuio plasenta.
3. Uterus couvelaire
Ekstravasasi darah kedalam miometrium menyebabkan apopleksia uterus yang
disebut sebagai uterus couvelair.
Ekstravasasi dapat terlihat pada pangkal tuba, ligamentum latum atau ovarium.
Jarang menyebabkan gangguan kontraksi uterus, jadi bukan merupakan indikasi
untuk melakukan histerektomi.
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung
sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok hipovolemik ,
insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal mendadak, dan uterus
Couvelaire disamping komplikasi sindroma insufisiensi fungsi plasenta pada janin berupa
angka kematian perinatal yang tinggi. Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita
yang terhindar dari kematian setelah menderita syok yang berlangsung lama yang
menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta.
S O L U S I O P L A S E N T A | 13
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
PROGNOSIS
Mortalitas maternal 0.5 – 5% dan sebagian besar disebabkan gagal ginjal atau gagal
kardiovaskular. Pada solusio plasenta berat, mortalitas janin mencapai 50 – 80%
Janin yang dilahirkan memiliki morbiditas tinggi yang disebabkan oleh hipoksia intra uterin,
trauma persalinan dan akibat prematuritas.
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi
janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringan masih mempunyai
prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan merbiditasnya rendah.
Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap ibu
lebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yang demikian janin telah mati dan
mortalitas maternal meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang
dan berat prognosisnya juga bergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan medic
yang diperoleh pasien. Transfuse darah yang banyak dengan segera dan terminasi
kehamilan tepat waktu sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal.
S O L U S I O P L A S E N T A | 14
S T A S E O B G Y N R S I J S U K A P U R A
Rujukan :
1. Chang YL, Chang SD, Cheng PJ: Perinatal outcome in patiets with abruption plcenta
with and without antepartum hemorrhage. Int J Gynaecol Obstet75;193,2001
2. Clark SL. Placentae previa and abruptio placentae. In: Creasy RK, Resnik R,
eds.Maternal Fetal Medicine. 5th ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders; 2004:715.
3. Cunningham FG et al : Obstetrical Hemorrhage in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed,
McGraw-Hill, 2005
4. DeCherney AH. Nathan L : Third Trimester Bleeding in Current Obstetrics and
Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003
5. Furushashi M, Kuraochi O, Suganuma N: Pregnancy following placental abruption.
Arch Gynecol Obstet 267:11, 2002
6. Oyelese Y, Ananth CV. Placental abruption. Obstet Gynecol. Oct 2006;108(4):1005-
16
7. Shad H Deering, MD, Abruptio
Placentae .http://emedicine.medscape.com/article/252810-overview Dec 22, 2008,
retrieved September 24, 2009
8. Usui R, Matsubara S, Ohkuchi A, et al. (2007). "Fetal heart rate pattern reflecting the
severity of placental abruption". Archives of Gynecology and Obstetrics 277:
249.doi:10.1007/s00404-007-0471-9. PMID 17896112.
S O L U S I O P L A S E N T A | 15