referat transfusi darah indah - copy
DESCRIPTION
Referat Transfusi Darah Indah - CopyTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Transfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke
dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan1. Namun transfusi
bukanlah tanpa resiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk
memperlancar tindakan transfusi, namun efek samping reaksi transfusi atau infeksi
akibat transfusi tetap mungkin terjadi. Maka bila diingat dan dipahami mengenai
keamanannya, indikasinya perlu diperketat. Apabila memungkinkan, masih perlu
dicari alternatif lain untuk mengurangi penggunaan transfusi darah. Pemberian
komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan
dengan pemberian darah lengkap (whole blood)1,2.
WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia
berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman,
sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20%
memakai darah donor yang aman. WHO telah mengembangkan strategi untuk
transfusi darah yang aman dan meminimalkan risiko tranfusi. Strategi tersebut
terdiri dari pelayanan transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional;
pengumpulan darah hanya dari donor sukarela dari populasi risiko rendah,
pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari penyebab infeksi, antara lain
HIV, virus hepatitis, sifilis dan lainnya, serta pelayanan laboratorium yang baik di
semua aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibilitas, persiapan komponen,
penyimpanan dan transportasi darah/komponen darah, mengurangi transfusi darah
yang tidak perlu dengan penentuan indikasi transfusi darah dan komponen darah
yang tepat, dan indikasi cara alternatif transfusi.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 komponen darah
Struktur Darah terdiri atas :
1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%),
7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan
darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi (
imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor
pembeku darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin,
kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan
metabolit, hormon dan vitamin- vitamin.
2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang sisanya
1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel Leukosit terdiri
dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.[4]
2.1.2 Jenis-jenis Sel Darah Merah
A.Sel Erytrosit
Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7.5 mikron,
tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun
atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah diffusi oksigen, karbon
dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Eritrosit dapat mencapai
umur 120 hari. Setiap harinya ada 1/120 x 5x5.1012 Eritrosit yang mati.
Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin, terdiri Hem
merupakan gabungan dari protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari
protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta dan enzim-enzim seperti
Glucose 6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Hemoglobin mengandung kira-kira
95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen (
menjadi oksihemoglobin ) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk
kebutuhan metabolisme.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah. Berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke
jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. [4,19]
Kadar Hemoglobin normal dalam darah yaitu :
Tabel 2.1 Tabel Kadar Hemoglobin Normal
No Umur Kadar Hb
2 Bayi 6 bulans/d 6 th 11 gr/dl3 Wanita hamil 1
1gr/dl4 Wanita dewasa 12 gr/dl5 Laki-laki dewasa 13 gr/dl
Sumber WHO [23
2.1.2 Sel Darah Putih/Leukosit
Sel leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak
berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat
menembus dinding kapiler /diapedesis. Jumlah dalam keadaan normal adalah
5000-10000 sel/mm3. Jumlah sel leukosit yang lebih dari normal atau
melebihi 10000 disebut Leukositosis, sedangkan jumlah sel leukosit yang kurang
dari normal atau kurang dari 5000 disebut Leukopenia[12]
Fungsi leukosit adalah sebagai sistim imunitas atau kekebalan tubuh, bila tubuh
kemasukan benda asing misal bakteri atau virus maka oleh sel sel neutrofil
atau limfosit benda asing tersebut akan difagositosis dimana sel limfosit T
akan membunuh langsung atau membentuk limfokin yaitu suatu substansi yang
memperkuat daya fagositosis sedangkan limfosit B akan mengeluarkan antibodi
yang akan menghancurkan benda asing tersebut
2.1.3 Sel Trombosit
Trombosit adalah sel tak berinti yang diproduksi oleh sumsum tulang, yang
berbentuk cakram dengan diameter 2-5 µm. Trombosit dalam darah tersusun
atas substansi fosfolipid yang berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan
hemostasis (menghentikan perdarahan). Jumlahnya dalam darah dalam keadaan
normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan mempunyai masa
hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.
2.2 Transfusi darah
2.2.1 Definisi
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke
orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah4. Darah
yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Transfusi darah
dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi
allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan
untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah
darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari
sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien1.
2.2.2 Tujuan Transfusi Darah
1. Memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen
2. Mengembalikan volume cairan yang keluar
3. Memperbaiki faal pembekuan darah
4. Memperbaiki kemampuan fagositosis dan menambah sejumlah protein dalam
darah5
2.2.3 Indikasi Transfusi Darah
A. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%, Pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung Hb <10 g/dl
B. Pada pembedahan mayor kehilangan darah >20% volume darah
C. Pada bayi anak yang kehilangan darah >15%, dengan kadar Hb yang normal Pada
bayi anak, jika kehilangan darah hanya 10-15% dengan kadar Hb normal tidak perlu
transfusi darah, cukup dengan diberi cairan kristaloid atau koloid, sedang >15% perlu
transfusi karena terdapat gangguan pengangkutan Oksigen.
D. Pada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb normal
Kehilangan darah sampai 20% dapat menyebabkan gangguan faktor pembekuan1
2.2.4 Darah dan Komponen Darah
A. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit dan plasma. Satu unit
kantong darah lengkap berisi 450 ml darah dan 63 ml antikoagulan. Di Indonesia satu
kantong darah lengkap berisi 250 ml darah dengan 37 ml antikoagulan. Suhu simpan
antara 1-6 0C. lama simpan dari darah lengkap ini tergantung dari antikoagulan yang
dipakai pada kantong darah, pada pemakaian sitrat fosfat dektrose (CPD) lama
simpan adalah 21 hari, sedangkan dengan CPD adenine (CPDA) adalah 35 hari6. Pada
dewasa, 1 unit darah lengkap akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl atau hematokrit 3-
4 %. Pada anak-anak darah lengkap 8 ml/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl
Darah utuh ada 3 macam, yaitu:
a) Darah utuh sangat segar, umurnya < 6 jam, masih berisi trombosit dan semua
factor pembekuan (juga factor labil (V,VII))
b) Darah Utuh Segar, umurnya < 24 jam yang masih berisi trombosit dan factor-
faktor pembekuan kecuali factor labil
c) Darah Utuh Simpan, umurnya > 24 jam sampai 3-4 minggu, selain eritrosit hanya
berisi factor-faktor pembekuan yang umurnya panjang dan albumin5.
Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Diberikan
pada penderita yang mengalami perdarahan akut, syok hipovolemik, bedah mayor
dengan perdarahan >1500 ml. Indikasi:
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka
bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari
volume darah total.
Kontraindikasi pemberian darah Lengkap yaitu tidak diberikan pada pasien
dengan anemia kronik yang normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel
darah merah.
Rumus kebutuhan whole blood:
6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket:
-Hb normal: Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien: Hb pasien saat ini
2.3.2 Packed Red Cell
PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan, atau
dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma dibuang.(1) Satu
unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit
70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai
daya pembawa oksigen dua kali lebih besar dari satu unit darah lengkap. Waktu
penyimpanan sama dengan darah lengkap7,8.
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak disertai
penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik, anemia
hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia,
gagal ginjal kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda “oxsygen need”
(rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC diberikan sampai
tanda oxsygen need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl7,8.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit
dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %7,8.
Rumus kebutuhan darah (ml) :
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Indikasi Transfusi Sel darah Merah
A) Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (hb)
<7 g/dl, terutama pada anemia akut.
3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
B) Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
hipoksia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.
C) Transfusi darah tidak dapat dilakukan bila kadar Hb> 10 g/ dl, kecuali bila ada
indikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen
lebih tinggi (contoh: PPOK berat dan penyakit jantung iskemik)
Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap : 8
a. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal
b. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.
c. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.
d. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.
e. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat
menjadi komponen-komponen yang lain.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit yang
tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya
pembentukan antibodi terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek samping
komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci (washed PRC).
3. Sel darah merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood Cell Leukocytes
Reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 109 leukosit. American
Association of Blood bank Standard for Transfusion Services menetapkan bahwa sel
darah merah yang disebut dengan sedikit leukosit jika kandungan leukositnya kurang
dari 5x106 leukosit/unit. Sel darah ini dapat diperoleh dengan cara pemutaran,
pencucian sel darah merah dengan garam fisiologis, dengan filtrasi atau degliserolisasi
sel darah merah yang disimpan beku. Karena pada pembuatannya ada sel darah merah
yang hilang, maka kandungan sel darah merah kurang dibandingkan dengan sel darah
merah pekat biasa.6
Suhu simpan 1-6 0C, sedang masa simpan tergantung pada cara pembuatannya. Bila
pemisahan leukosit dilakukan dengan memakai kantong ganda (system tertutup) masa
simpannya sama dengan darah lengkap asalnya, tapi bila dengan pencucian/filtrasi
(system terbuka) produk ini harus dipakai secepatnya (dalam 24 jam).6
Indikasi penggunaan sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit yaitu:
a.untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang sering mendapatkan/
tergantung pada transfusi darah
b. pada pasien sering mendapat reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau
antibodi leukosit.
4. Sel Darah Merah Pekat Cuci (Packed Red Blood Cell Washed)
Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline sebanyak tiga kali untuk
menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat disimpan selama 4 jam pada suhu
4oC, karena itu harus segera diberikan. Sel darah merah yang dicuci dengan normal
salin memiliki hematokrit 70-80 % dengan volume 180 ml. Pencucian dengan salin
membuang hamper seluruh plasma (98%), menurunkan konsentrasi leukosit, dan
trombosit serta debris. Karena pembuatannya biasanya dilakukan dengan system
terbuka maka komponen ini hanya dapat disimpan dalam 4 jam dalam suhu 1-6 0C.6
Indikasi pemberian sel darah merah pekat cuci yaitu :
a.pada dewasa komponen ini dipakai mencegah reaksi alergi yang berat atau alergi
yang berulang.
5. Sel Darah Merah Pekat Beku Yang Dicuci (Packed Red Blood Cell Frozen, Packed
Red Blood Cell Deglycerolized)
Sel darah merah beku ini dibuat dengan penambahan gliserol suatu sediaan
krioprotektif terhadap darah yang usianya kurang dari 6 hari. Darah ini kemudian
dibekukan pada suhu -650C atau -2000C (tergantung sediaan gliserol) dan dapat
disimpan selama 10 tahun. Karena pada proses penyimpanan beku, pencairan dan
pencuciannya ada sel darah merah yang hilang maka kandungan sel darah merah
minimal 80% dari jumlah sel darah merah pekat asal, demikian pula hematokrit
kurang lebih 70-80%. Proses pencucian dapat menggunakan larutan glukosa dan salin.
Suhu simpan 1-6 0C dan tidak boleh digunakan lebih dari 24 jam karena proses
pencucian biasanya memakai system terbuka.6
6. Leukosit/Granulosit konsentrat
Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak
membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik, kualitas leukosit
menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui
hemonetic –30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-menerus,
memisahkan dan mengumpulkan buffy coat yang banyak mengandung granulosit
limfosit dan platelet kemudian dicampur dengan larutan sitrat sebagai antikoagulan
yang akhirnya dilarutkan dalam plasma.8
Indikasi :
a. Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal dengan antibiotik
b. Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml
c. Penyakit-penyakit keganasan lainnya.
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit, masih belum pasti.
Umumnya para klinisi menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada penderita
neutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang
adekuat lebih dari 48 jam. Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan
suhu badan penderita terjadi pada 1-2 jam setelah transfusi.
7. Trombosit Pekat
Trombosit pekat berisi beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma. Satu
kantong trombosit pekat yang berasala dari 450ml darah lengkap seseorang donor
berisi kira-kira 5,5 x 1010 trombosit dengan volume sekitar 50ml. Trombosit pekat ini
dapat disimpan pada suhu 20o-24o dan trombosit dapat disimpan selama 3 hari.
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan
oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat
menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. Transfusi trombosit
terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen
trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.6
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
a. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang
karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
b. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal
juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
c. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit < 50.000/ ul. Pada pasien yang akan
menjalani operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah tranfusi masif.
d. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan
Kontraindikasi dan perhatian pemberian Trombosit pekat yaitu :
a.transfusi trombosit biasanya tidak efektif pada pasien destruksi trombosit yang
sangat cepat seperti ITP, DIC dan biasanya transfusi dilakukan hanya pada saat
terjadi perdarahan yang aktif.
b.Transfusi berulang dari trombosit dapat menyebabkan aloimunisasi dengan antigen
serta terjadi refrakter yang ditandai dengan tidak adanya peningkatan trombosit
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
8. Plasma biasa dan Plasma Segar Beku
Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan untuk
mengatasi gangguan koagulasi yang tidak disebabkan oleh trombositopenia,
mengganti plasma yang hilang, defisiensi imunoglobulin dan overdosis obat
antikoagulans (warfarin,dsb). Plasma tersedia dalam berbagai bentuk sediaan sebagai
berikut :
Plasma segar (Fresh Plasma)
Dari darah utuh segar (<6 jam). Berisi semua faktor pembekuan (juga faktor labil)
dan trombosit. Harus diberikan dalam 6 jam1,8.
Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)
Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam) dengan
metode pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur –30 0C.
Karena dibuat dari darah segar, maka hampir semua faktor-faktor pembekuan
masih utuh selama penyimpanan –30 0C kecuali trombosit. Tapi bila disimpan pada
temperatur 4oC, maka semua faktor pembekuan yang labil itu akan rusak menjadi
plasma biasa.8 Kriteria pemberian Fresh Frozen Plasma :8
a. Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah
atau kauter.
b. Peningkatan PT atau PTT minimal 1,5 kali dari normal.
c. Hitung trombosit lebih besar dari 70.000/mm3 (untuk menjamin bahwa
trombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan).
ASA merekomendasikan pemberian FFP dengan mengikuti petunjuk berikut :8
a. Segera setelah terapi warfarin
b. Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana untuk faktor yang
spesifik tidak tersedia.
c. Untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler sewaktu terjadi peningkatan >1,5 kali
nilai normal PT atau PTT
d. Untuk koreksi perdarahan sekunder mikrovaskuler yang meningkat akibat
defisiensi faktor koagulasi pada pasien yang ditransfusi lebih dari satu unit
volume darah dan jika PT dan PTT tidak dapat diperoleh saat dibutuhkan.
e. FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang diperhitungkan mencapai suatu
konsentrasi plasma minimum 30% (biasanya tercapai dengan pemberian 10-15
ml/kg), kecuali setelah pemberian warfarin yang mana biasanya cukup antara
5-8 ml/kg.
f. FFP dikontraindikasikan untuk peningkatan volume plasma atau konsentrasi
albumin.
Plasma biasa (Plasma Simpan)
Mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin, dan globulin. Didapat dari dari
darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan. Dari 250 cc darah lengkap
diperoleh 125 cc plasma. Dapat bertahan selama 2 bulan pada suhu 4oC. Indikasi : 8,9
a. Untuk mengatasi keadaan shok (sebelum darah datang).
b. Memperbaiki volume sirkulasi darah.
c. Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.
d. Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya
fibrinogen, albumin, dan globulin.
Plasma diberikan pada kehilangan plasma misalnya dengue hemoragik fever, atau
luka bakar yang luas. Dosis pemberian tergantung keadaan klinis. Umumnya
diberikan 10-15 ml/kgBB/hari. Hati-hati pada orang tua, karena kemungkinan
terjadinya payah jantung atau overload sirkulasi. Indikasi ini sekarang tidak
dianjurkan lagi karena lebih aman menggunakan terapi larutan koloid atau albumin
yang bebas resiko transmisi penyakit. 8,9
9. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan
XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan
perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui
tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini
tidak tahan pada suhu kamar. 6 Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama
simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping
berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII,
150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII.
Indikasi pemberian cryopresipitate yaitu :
- Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani
prosedur invasif dan terapi pada pasien yang mengalami perdarahan.
- Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Willebrand yang mengalami perdarahan
atau yang tidak responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau akan menjalani
operasi.
-
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :(3)
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
10.Albumin Dan Fraksi Protein Plasma
Albumin merupakan derivate plasma yang diperoleh dari darah lengkap atau
plasmafaresis, terdiri dari 96 % albumin dan 4 % globulin dan beberapa protein lain
yang dibuat dengan proses fraksinasi alcohol dingin. Derivate ini kemudian
dipanaskan 600C selama 10 jam sehingga bebas virus.6
Fraksi protein plasma adalah produk yang sama dengan albumin hanya dalam
pemurniannya lebih kurang dibandingkan dengan albumin dalam proses fraksinasi.
Fraksi protein plasma ini mengandung 83 % albumin dan 17 % globulin.6\
Rumus Kebutuhan Albumin
∆ albumin x BB x 0.4
2.4 Langkah-langkah Transfusi Darah
2.4.1 Uji Kompatibilitas dan Pemeriksaan Laboratorium lain
Uji kompatibilitas bertujuan untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi antigen-
antibodi sebagai hasil transfusi sel darah merah. Donor dan penerima donor darah harus
diperiksa adanya antibodi yang tidak baik.6
Uji ini dilakukan untuk melihat reaksi antigen-antibodi yang berbahaya in vitro sehingga
dapat mencegah terjadinya reaksi antigen-antibodi in vivo. Golongan darah donor harus
diuji untuk mengetahui golongan darah ABO dan Rh yang benar dan disaring untuk
mengetahui antibodi yang tidak diharapkan. Darah resipien juga harus melalui uji yang
sama. Setelah lengkap dilakukan uji kompatibilitas antara darah donor dan darah
resipien yang dikenal dengan uji silang.6,7
2.4.2 Tes ABO-Rh
Reaksi transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan inkompatibilitas
ABO. Antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dari transfusi
(asing), mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan hemolisis intravaskular. Sel darah
merah pasien diuji dengan serum yang dikenal mempunyai antibodi melawan A dan B
untuk menentukan jenis darah. Oleh karena prevalensi secara umum antibodi ABO alami,
konfirmasi jenis darah kemudian dibuat dengan menguji serum pasien melawan sel
darah merah dengan antigen yang dikenal.3
Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibodi anti-D untuk menentukan Rh. Jika
hasilnya adalah Rh-Negative, adanya antibodi anti-D dapat diuji dengan mencampur
serum pasien dengan sel darah merah Rh (+). Kemungkinan berkembangnya antibodi
anti-D setelah paparan pertama pada antigen Rh adalah 60-70%. Antigen D terdapat
pada eritrosit 85% orang kulit putih.3
2.4.3 Crossmatching
Suatu crossmatch transfusi: sel donor dicampur dengan serum penerima. Crossmatch
mempunyai tiga fungsi: (1) Konfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit), (2)
mendeteksi antibodi pada golongan darah lain, dan (3) mendeteksi antibodi dengan titer
rendah atau tidak terjadi aglutinasi. Yang dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.1
2.4.4. Screening Antibodi
Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi dalam serum adanya antibodi yang biasanya
dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-ABO. Test ini (dikenal juga Coombs Tes
tidak langsung) memerlukan 45 menit dan dengan mencampur serum pasien dengan sel
darah merah dari antigen yang dikenal; jika ada antibodi spesifik, membran sel darah
merah dilapisi, dan penambahan dari suatu antibodi antiglobulin menghasilkan
aglutinasi sel darah. Screening ini rutin dilakukan pada seluruh donor darah dan
dilakukan untuk penerima donor sebagai ganti dari crossmatch.3,
2.5 Transfusi Darah pada Pembedahan
Pada bayi dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan darah sebanyak 10-15%
volume darah , karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup diberi cairan
kristaloid atau koloid, sedangkan di atas 15% perlu transfuse darah, kerana ada
gangguan pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar Hb
normal angka patokannya adalah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan
faktor pembekuan. Cairan kristaloid (ringer-laktat, asering) untuk mengisi ruang
intravaskular diberikan sebanyak 3 kali lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan
koloid diberikan dengan jumlah yang sama (5).
Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya untuk setiap
kilogram berat badannya. Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya
digunakan patokan berat badan, seperti table dibawah (5):
USIA ml/kgBB
Prematur 95
Cukup bulan 85
Anak kecil 80
Anak besar 75-80
Dewasa :Pria 75
Wanita 65
2.5 Komplikasi Transfusi Darah
Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan bagian situasi klinis
yang kompleks. Jika suatu operasi dinyatakan potensial menyelamatkan nyawa hanya
bila didukung dengan transfusi darah, maka keuntungan dilakukannya transfusi jauh
lebih tinggi daripada risikonya. Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca bedah pada
pasien yang stabil hanya memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak
menguntungkan. Dalam hal ini, risiko akibat transfusi yang didapat mungkin tidak sesuai
dengan keuntungannya. Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat,
reaksi lambat, penularan penyakit infeksi dan risiko transfusi masif.10
1. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat
dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya
pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan.
Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi,
dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya
warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-
berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi
transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi
pirogen dan/atau bakteri.3
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di
sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan
dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20%
tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang
tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi
bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.3
a. Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan
inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan
sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya
sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin
banyak volume darah yang inkompatibel maka akan semakin meningkatkan
risiko.3,11
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat
kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke
tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan
ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab
lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen golongan
darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti
sistem Idd, Kell atau Duffy.3,11,12,13 Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya
timbul dalam beberapa menit awal transfusi, kadang-kadang timbul jika telah
diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak sadar atau dalam anestesia,
hipotensi atau perdarahan yang tidak terkontrol mungkin merupakan satu-satunya
tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak awal
transfusi dari setiap unit darah.3
b. Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat
terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau
penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan
anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.3,11
c. Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma
merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada
resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis
sangat berat. Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung
IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan
syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis
dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif.3,11,12,13
d. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury =
TRALI)
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang
melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam
sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak
ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat
intensif.3,11
2. Reaksi Lambat
a. Reaksi hemolitik lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan
tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang
berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi.
Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah
dalam plasma pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi
tersebut.3,11,12,13
b. Purpura pasca transfusi
Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial
membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan
adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien.
Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah
perdarahan dan adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi
yang biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting
terutama bila hitung trombosit ≤50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat
dengan hitung trombosit 20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan
trombosit yang kompatibel dengan antibodi pasien.3,11
c. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan. Biasanya terjadi
pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi sumsum
tulang; dan pasien imunokompeten yang diberi transfusi dari individu yang
memiliki tipe jaringan kompatibel (HLA: human leucocyte antigen), biasanya
yang memiliki hubungan darah. Gejala dan tanda, seperti demam, rash kulit dan
deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari setelah
transfusi. Tidak ada terapi spesifik, terapi hanya bersifat suportif.3,11
d. Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang
akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya
ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis
untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin,
diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum
feritin <2.000 mg/l.3,11
2.3.1 Tatalaksana Reaksi Transfusi
1. Reaksi transfusi hemolitik
a. Hentikan transfusi segera dan diganti infus NaCl 0,9%
b. Atasi shock dengan dopamine drip intravena 5-10 mg/kgBB per menit sampai
tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan perfusi jari-jari terasa hangat
c. Bila urine < 1 cc/kgBB/jam, maka segera berikan furosemide 1-2 mg/kgBB
untuk mempertahankan urine > 100 cc/jam
d. Atasi demam dengan antipiretik
e. Periksa faal hemostasis untuk mengatasi kemungkinan DIC
2. Reaksi transfusi alergi
a. Transfusi dihentikan dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
b. Antihistamin (IM atau IV)
Setelah gejala hilang transfusi dapat dilanjutkan, sebaiknya dengan unit darah
yang lain.
3. Reaksi anafilaksis
a. Tinggikan kedua tungkai untuk memperbaiki venous return
b. Hentikan transfusi dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
c. Adrenalin 0,1-0,2 mg IV diulang tiap 5-15 menit sampai sirkulasi membaik.
Mungkin perlu dilanjutkan dopamine drip.
d. Berikan antihistamin (IM atau IV)
e. Steroid (hidrokortison 100 mg IV, deksametason 4-5 mg IV)
f. Aminofilin 5 mg/kgBB setelah tekanan darah membaik
g. Oksigen
4. Kelebihan cairan
a. Hentikan transfusi
b. Posisi penderita setengah duduk dan berikan oksigen
c. Furosemid 1-2 mg/kgBB IV dan digitalisasi cepat
d. Pertimbangkan phlebotomy, darah dikeluarkan 500 cc
e. Pada edema paru berat perlu diberikan morfin IV dengan titrasi pelan 1 mg
pelan-pelan, diulang tiap 10 menit sampai sesak mereda. Sedikit overdosis
morfin akan menyebabkan depresi nafas/apnea.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
2. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency Medicine, 2nd edition.
Boston: Mc Graw Hill, halaman: 527-529.
3. WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002. Didapat dari
URL: http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/
Handbook.pdf. Nhlbi.nih.gov. “What is a blood transfusion”. July 1st,2009. Available:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt/. Accessed on:September
20th,2011