refleks chaem

Upload: causahrul

Post on 13-Jul-2015

389 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LABORATORIUM ILMU FISIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 21 JUNI 2011

PERCOBAAN REFLEKS FISIOLOGI

Nama Kelompok Pembimbing Asisten

: Risnawati : Sebelas (11) : Ani Auli Ilmi, S.Kep. Ns : Haryuliaty

Stambuk / Kelas : 70300110089 / C1

PRODI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2011

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Kelelahan sinapsis jika Anda masih merespon dengan baik terhadap rangsangan, itu dapat digunakan untuk tes ini terakhir. Jika tidak membuktikan layak, menggantinya dengan contoh baru bernada untuk percobaan ini. 1. Lepaskan kulit dari kedua paha. 2. Merangsang saraf skiatik dari kaki kiri dan perhatikan bahwa kontraksi otot terjadi pada kedua kaki. 3. Lanjutkan rangsangan ini sampai otot-otot di kaki kanan gagal untuk merespon. 4. Setelah istirahat 30 detik, merangsang kaki kiri lagi untuk memastikan bahwa tidak ada kontraksi otot kaki kanan terjadi. 5. Sekarang, merangsang saraf skiatik dari kaki kanan, bukan yang kiri. (3:148) Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang2

bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Gbr. Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme jalannya impuls pada lutut yang dipukul sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. (6: 1) Tubuh manusia merupakan suatu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan harmonis (serasi) maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendalian itu disebut sistem koordinasi. Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin (hormon). Salah satu perbedaan pokok antara pengaturan dari saraf dan hormon ialah kecepatan terhadap pengaruhnya. Oleh pengaruh sistem saraf suatu alat tubuh dapat dengan cepat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Pengaturan oleh hormon jauh lebih lambat, tetapi lebih teratur dan berurutan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, pengaturan oleh saraf dihubungkan dengan benang-benang saraf pengaturan hormon melalui pembuluh darah. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf3

mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut. Impuls saraf tersebut di bawa oleh serabut-serabut saraf.

B. Tujuan Adapun tujuan percobaannya yaitu: 1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan refleks fisiologis pada manusia 2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Refleks Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks. Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik dalam maupun luar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respons) terhadap rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan misalnya kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan di luar maupun di dalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Dengan demikian seberapa besar peran system saraf pusat dapat mengatur kehidupan organisme. (7:193) Gerak refleks dapat terjadi pula jika kita melakukan hal yang rutin, misalnya seseorang yang sudah biasa mengemudi mobil, tanpa berpikir akan serentak mengerem mobilnya, jika ada gangguan didepan mata. Seorang tentara yang dididik untuk menghormat jika bertemu atasannya, lama kelamaan akan menghormat tanpa perlu berpikir. Refleks seperti ini dinamakan refleks yang dipelajari. Contoh lain gerak refleks pada tubuh kita adalah refleks mata dan refleks lutut. (5:1) B. Mekanisme Gerak Refleks Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba di luar kesadaran kita. Reflex fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Reflex ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari fleksi pada anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi5

anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: Organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan meneruskan impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf motorik menerima impuls dan menghantar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik. Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks. Dengan kegiatan refleks dimungkinkan terjadinya hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan keadaan sekelilingnya. Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap rangsangan yang terjadi di luar kehendak. Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respons) terhadap rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan di luar maupun di dalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Dengan demikian seberapa besar peran sistem saraf pusat dapat mengatur kehidupan organisme. (7:291-293) C. Refleks Menarik Diri Refleks menarik diri (withdrawal reflex) merupakan refleks polisinaptik yang khas, yang terjadi sebagai jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya rangsangan nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respons6

yang timbul adalah kontraksi otot fleksor dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang terangsang mengalami fleksi dan menarik-diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan yang kuat pada ekstremitas, respons yang timbul bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri pada ekstremitas tersebut, melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respons ekstensor silang ini merupakan bagian dari refleks menarik-diri. Penyebaran impuls eksitasi di sepanjang medulla spinalis ke neuron motorik dinamakan pemancaran rangsangan, dan peningkatan jumlah unit motorik yang teraktifkan dinamakan pengerahan/rekrutmen unit motorik. (9:140) D. Manfaat Refleks Menarik-diri Respons fleksor dapat ditimbulkan dengan rangsangan yang tidak berbahaya di kulit atau dengan peregangan otot, tetapi respons fleksor kuat yang disertai gerakan menarik-diri hanya dibangkitkan oleh rangsangan noxius atau rangsangan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi hewan tersebut. Oleh karena itu rangsangan ini dinamakan rangsangan nosiseptif. Sherrington menyatakan bahwa kegunaan respons menarik-diri adalah untuk menyelamatkan nyawa. Fleksi pada ekstremitas yang dirangsang akan menjauhkan tungkai tersebut dari sumber iritasi, dan ekstensi dari ekstremitas yang lain akan menyangga tubuh. Refleks menarik diri sangat kuat: refleks ini menguasai jaras spinal sehingga membatalkan semua aktivitas refleks lain yang terjadi pada saat yang bersamaan. Sifat refleks polisinaptik dapat diperhatiokan dengan mempelajari refleks menarik diri di laboratorium. Rangsang noxios yang lemah di salah satu kaki akan membangkitkan respons fleksi yang minimal; rangsangan yang lebih kuat akan menghasilkan respons fleksi yang lebih kuat karena rangsangan menyebar ke lebih banyak kelompok neuron motorik yang mempersarafi otototot ektremitas. Rangsangan yang lemah membangkitkan satu gerakan fleksi yang cepat; rangsangan kuat menyebabkan gerakan fleksi yang berlangsung lama dan kadang berupa serangkaian gerakan fleksi. Respons yang

7

berlangsung lama ini disebabkan oleh cetusan potensial aksi di neuron motorik yang berulang-ulang dalam waktu yang lebih lama. (10:140) E. Sel-Sel Pada Sistem Saraf 1. Neuron Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel yang perpanjangan sitoplasma. Neuro ini terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: a. Badan sel Yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. b. Akson 1) Suatu proses tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson (arah menuju ke luar sel). 2) Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan schwann (neurolema) yang dihasilkan oleh sel-sel schwann. 3) Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impul saraf. c. Dendrit Yaitu perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls kesel tubuh. Permukaan dendrite penuh dengan spina dendrite yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain. 2. Sel Neuroglial Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensupport sel dari Nervous Sistem. 3. Sistem komunikasi sel Daya kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi terhadap perubahan sekitarnya. Rangsangan ini dinamakan stimulus, sedangkan reaksi yang dihasilkan dinamakan respon.8

Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor, sedangkan yang menjawab stimulus disebut efektor seperti otot, sel, kelenjar dan sebagainya. Serangkaian neuron terdiri dari neuron reseptor dan neuron efektor yang akan membentuk arkus refleks. Ada dua tonjolan neuron sensorik, yaitu ke saraf perifer dan saraf pusat. Yang ke perifer berhubungan dengan organ ujung (otot dan kulit) dikenal sebagai dendrite dan tonjolan ke pusat disebut akson (neurit). (9:210-211) F. Refleks Regang Otot Manifestasi paling sederhana fungsi kumparan otot adalah refleks regang otot. Kapan pun otot diregang secara tiba-tiba, eksitasi yang timbul pada kumparan menyebabkan refleks kontraksi serabut otot rangka yang besar dari otot yang teregang dan otot-otot sinergisnya. Sirkuit neuron refleks regang menggambarkan sirkuit dasar refleks regang kumparan otot, tampak serabut saraf proprioseptor tipe Ia yang bermula di kumparan otot dan memasuki radiks dorsalis medulla spinalis. Cabang serabut tersebut kemudian berjalan langsung menuju radiks anterior substansia grisea medula dan bersinaps dengan neuron motorik anterior yang mengirimkan serabut-serabut saraf motoriknya kembali ke otot yang sama tempat serabutserabut kumparan otot bermula. Jadi, sirkuit ini merupakan jaras monosinaptik yang akan mengirimkan sinyal refleks agar otot dapat kembali tanpa ada kemungkinan perlambatan waktu ke otot sesudah perangsangan pada kumparan. (2:709)

9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nama Percobaan Pemeriksaan refleks fisiologi B. Alat dan Bahan 1. Palu perkusi 2. Lampu senter 3. Kapas 4. Jarum 5. Baki alat C. Prosedur Kerja a. Refleks kulit perut Orang coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus disamping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraki otot dinding perut. b. Refleks periost radialis Lengan bawah coba setengah difeksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah periostem pada ujung distal os radi. Respon berupa fleksi lengan bawwah pada siku dan supinasi tangan. c. Refleks periost ulnaris Lengan bawah setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi san supinasi. Ketuklah padaa periost prosessus stilodeus. Respon berupa pronasi tangan. d. Knee pess refleks Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan hummer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.

10

e. Achilles pess refleks Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsopleksikan. Ketuklah tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot ganstroknemius. f. Refleks biseos Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps akan menyebabkan fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps. g. Refleks triseps Lengan bawah dipleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm diatas siku akan menyebabkan ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. h. Winthdrawl refleks Lengan orang coba diletakkan diatas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah sampai orang coba tidak melihat suadara, tusukkan dengan hati-hati dan cepat kulit tangan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respon berupa flaksi lengan tersebut menjauhi stimulus. D. Hasil percobaan Hasil percobaan yang telah dipraktekkan adalah sebagai berikut: a. Identitas orang coba : Nama: Ny S Umur: 19 tahun b. Jenis percobaan: 1. Refleks kulit perut Tidak ada respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. 2. Reflek perioust radialis Respon berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan . 3. Refleks perioust ulnaris Respon berupa pronasi tangan.

11

4. Knee pess reflex (KPR) Respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. 5. Achilles pess reflex (APR) Respon yang terjadi berupa plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastocnemius. 6. Refleks biseps Respon yang terjadi berupa fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps. 7. Refleks triseps Respon yang terjadi berupa ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. 8. Wtihdrawl reflex Respon berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus E. Analisa Hasil Percobaan 1. Refleks kulit perut Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, pada percobaan refleks kulit perut terjadi kontaksi otot dinding perut, ini dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya dimulai dengan adanya rangsangan (goresan kulit abdomen) diantara dengan impuls menuju kereseptor lalu kesaraf sensoris atau affren menuju kemedula spinalis yang berpusat pada daerah epigastrik lalu dihantar ke nervus asosiasi atau perantara lalu kesaraf motorik sampai ke efektor. 2. Refleks perioust radialis Pada pemeriksaan refleks periost radialis didapatkan hasil berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan berarti orang coba tersebut dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya dimulai dengan adanya rangsangan berupa ketukan pada perioststeum ujung distalradii diantara dengan impuls menuju ke reseptor lalu ke saraf sensoris atau affren menuju ke medulla spinalis yang berpusat pada nervus radialis (cervical 5,

12

6 dan nervus medianus (cervical 5, thoracal 1) lalu ke nervus radialis kemudian ke nervus asosiasi atau perantara lalu ke saraf motorik sampai ke efektor. 3. Refleks perioust ulnaris Pada pemeriksaan refleks periost ulnaris didapatkan hasil berupa pronasi tangan hal ini berarti orang coba dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya dimulai dari adanya rangsangan yang berupa ketukan pada periost processus stilodeus dihantar ke resptor dengan impuls lalu ke saraf sensorik kemudian ke medulla spinalis (cervical 5, 6) ke nervus asosiasi kemudian ke sel saraf motorik sampai ke efektor. 4. Knee pess refleks (KPR) Pada pemeriksaan knee pess refleks didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps berarti orang coba normal. Perjalanan impulsnya dimulai adanya rangsangan berupa ketukan pada tendo patella yang dihantar pada impuls menuju saraf sensorik lalu ke medulla spinalis (lumbalis 2,3,4) kemudian ke nervus asosiasi kemudian ke saraf motorik sampai ke efektor. 5. Achilles pess reflex (APR) Pada pemeriksaan achilles pess reflex didapatkan hasil yaitu terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius berarti orang coba dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya dimulai dari rangsangan yang berupa ketukan pada tendo Achilles dan diantar ke impuls menuju saraf sensorik kemudian ke medulla spinalis (sakralis 1,2) lalu ke nervus asosiasi kemudian ke saraf motorik sampai efektor. 6. Refleks biseps Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps berarti orang coba normal. Perjalanan impulsnya dimulai dari rangsangan yang berupa ketukan pada tendo otot biseps dan diantar ke impuls menuju saraf sensorik kemudian

13

ke medulla spinalis (cervical 5,6) yang menyebabkan gerakan refleksi lengan bawah.

7. Refleks triseps Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps berarti orang coba normal. Perjalan impulsnya dimulai dari rangsangan yang berupa ketukan pada tendo otot triseps yang berada disekitar olekranon (cervical 68) yang mengakibatkan eksistensi tangan dan kontraksi otot triseps. 8. Withdrawl reflex Setelah melakukan percobaan, hasil yang kami dapatkan pada percobaan refleks ini dilakukan dengan sangat hati-hati dengan jarum suntik steril adalah respon berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus.

14

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Dalam pemeriksaan gerak reflex, terdapat beberapa bentuk atau macam cara yaitu : a) b) c) d) e) f) g) h) Refleks kulit perut Reflex perioust radialis Reflex perioust ulnaris Knee pess reflex (KPR) Achilles pess reflex (APR) Reflex biseps Reflex triseps Wtihdrawl reflex

2. Tidak terdapat gangguan konduksi impuls pada system syaraf. Dimana setelah dilakukan percobaan untuk orang coba berdasarkan pemeriksaan gerak refleks terlihat orang coba dalam keadaan normal dan pemeriksa yang ahli yaitu berupa derajat refleks B. SARAN 1. Dalam praktikum berikutnya, sebaiknya dipisahkan ruang antara percobaan satu dengan percobaan yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan maka diperlukan penilaian bagi tim

15

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. Antoni Ideal. Drs dan Abdul Jamal. Drs (2006). Pintar Biologi SMU, Jakarta: Bitamedia. Guiton dan Hall. (2008). Edisi 11. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGD. Harold. J. Benson. (2005). Eight Edition. Anatomy dan Physiologi. America Higher Education. http://abba.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0084%20Bio%202-9c.htm. (tanggal 22 Juni 2011). 5. (tanggal 22 juni 2011) 6. 7. 8. 9. http://faculty.washington.edu/chudler/chreflex.html

Admin. 2011. http://pustakasekolah.com/mengenal-gerak-refleks-padamanusia.html. (tanggal 22 Juni 2011). Syaifuddin. (2009). Edisi 2. Pisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC. Syaifuddin. Drs.H. AMK. (2006). Edisi 3. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC. Setiadi. (2007). Edisi 1. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

10. William F. Ganong. (2008). Edisi 22. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. jakarta: EGC

16