refleksi kasus bronchopneumonia
DESCRIPTION
refleksi kasus bronkopneumonia. fakultas kedokteran universitas tadulako. 2015TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:1
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia yang disebut juga pneumonia lobularis adalah suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya menyerang bronkiolus dan mengenai
alveolus disekitarnya, yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia yang dijumpai pada anak dan
bayi paling sering diakibatkan oleh Streptococus Pneumonia dan Haemophilus Influenza.2,3
Insiden pneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Di Indonesia, pneumonia merupakan
penyebab kematian urutan ke-3 setelah kardiovaskuler dan Tuberculosis. Menurut survei
kesehatan nasional (SKN) pada tahun 2007, di Indonesia, 22,8% kematian pada anak umur
1-4 tahun disebabkan oleh pneumonia. 1
Pneumonia menunjukkan gejala khas berupa batuk, sesak napas dan demam.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.1,4
Diagnosis pneumonia di rumah sakit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan
didukung pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya. Pemeriksaan penunjang
laboratorium darah rutin pada bronkopneumonia menunjukkan leukositosis. Leukositosis
1
menunjukkanadanya infeksi bakteri, Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau
sedikit menurun.3.
Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial .1
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak dilakukan secara
empirik sesuai dengan pola bakteri tersering yaitu Streptococcus Pneumonia dan
Haemophilus Influenza. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan
aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dan kloramfenikol merupakan obat
pilihan pertama.
Berikut akan dibahas laporan kasus mengenai bronkopneumonia pada seorang
anak.
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RA
Umur : 1 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Hayam Wuruk
Tanggal masuk : 05 Januari 2015
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.Saat sesak,
pasien tidak mengalami kebiruan pada bibir dan ujung jari.Sesak terjadi setelah pasien
batuk-batuk.
Pasien mengalami batuk ± 4 hari sebelumnya. Awalnya batuk hanya sekali-kali
namun memberat 1 hari terakhir bersamaan dengan terjadinya sesak napas. Batuk
berlendir, tidak ada darah, pasien juga beringus terjadi bersamaan dengan batuk.
Pasien mengalamipanas,dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas
naik turun, saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil.
Pasien muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sebanyak 4 kali.Muntah berupa
makanan yang dikonsumsi, berwarna putih, tidak ada lendir dan tidak ada darah.
Buang air besar lancar. Buang air kecil lancar.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah masuk rumah sakit 2 bulan yang lalu dengan keluhan panas dan batuk.
3
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami sesak napas dan batuk.
Riwayat sosial-ekonomi :
Pembiayaan administrasi rumah sakit menggunakan kartu Jamkesmas. Tergolong
ekonomi rendah.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan :
Pasien tinggal bersama kedua orangtua, rumah dihuni oleh 6 orang. Ayah pasien
memiliki kebiasaan merokok di rumah.
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Pasien lahir di rumah bersalin, dibantu oleh bidan, kehamilan cukup bulan, lahir
spontan dan langsung menangis. Berat badan lahir 2800 gram.
Anamnesis Makanan :
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 1 tahun. Saat usia 6 bulan pasien diberi
makanan pendamping ASI, berupa bubur susu. Dan saat ini pasien sudah mulai makan
makanan keluarga, dan juga diberikan susu formula. Selama sakit nafsu makan pasien
menurun.
Riwayat Imunisasi: Imunisasi dasar lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 78 cm
Status Gizi : Gizi baik ( Z score (-1) - (-2) SD )
Tanda vital :
Nadi = 154 x/menit, reguler isi cukup,kuat angkat
Respirasi = 64 x/menit
4
Suhu badan = 38,9 0C
1. Kulit : Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada kelainan
Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
Sianosis : tidak ada
Lapisan lemak : Cukup
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal, alopesia (-)
Mata : Konjungtiva : tidak ada anemis
Sklera : tidak ada ikterik
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Telinga : Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
Hidung : Pernafasan cuping hidung : ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorea : Ada
Mulut : Bibir : mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi : Tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
Lidah : Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak : tidak kotor
Warna : kemerahan
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
5
2. Leher :
Pembesaran kelenjar leher : - /-
Trakea : Di tengah
3. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Pernafasan : Thorakoabdominal
Retraksi : Intercostal
Palpasi : Vokal fremitus meningkat
Perkusi : Redupkedua lapang paru
Auskultasi : Rhonkibasah halus(+/+), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
4. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Kesan datar
Auskultasi : bising usus (+) : Kesan normal
Perkusi : Bunyi : Timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan :(-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
5. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), parese tidak ada.
6. Genitalia : Perempuan,
6
LABORATORIUM
Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
HGB 11,7 11,5-16,5 g/dl
WBC 19,40 3,5-10 103/mm
RBC 3,96 3,8-8,5 109/mm
HCT 36,17 35-52 %
PLT 381 150-450 Ribu/ul
MCV, MCH, MCHC
MCV 76,08 80-100 um3
MCH 23,98 27,8-33,8 Pg
MCHC 34,93 32-36 g/dL
HITUNG JENIS
- Gran% 69,51 40-70 %
- Limfosit% 28,04 20-30 %
-Monosit% 8,45 1-15 %
- Neutrofil% 25,60 20-30 %
Foto Thoraks Proyeksi AP
Pulmo : Peningkatan corakan bronkovaskuler dengan Infiltrat homogen difus
Cor : Ukuran jantung normal
Tulang : Intak
Kesan : Bronkopneumonia
RESUME
Pasien anak perempuan umur 1 tahun 8 bulan, berat badan 11 kg, panjang badan 78
cm, status gizi baik, masuk dengan keluhan dispnea, dialami sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Pasien batuk 1 hari terakhir, berdahak dan terdapat rinorhea. Pasien demam, 2
hari terakhir. Demam naik turun. Vomitus 4 kali berupa makanan yang dimakan. Riwayat
7
masuk rumah sakit 2 bulan yang lalu dengan keluhan batuk dan panas. Ayah pasien sering
merokok didalam rumah.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum composmentis, tampak sakitsedang,
gizibaik. Pemeriksaan tanda vital didapatkan Nadi154 x/menit, reguler, isi dan kuat
angkat,respirasi 64 x/menit, reguler,suhu 38,8oC. Terlihat adanya pernapasan cuping
hidung dan adanya rhinorea, pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi intercostal,
suara napas tambahan yaitu ronki kasarpada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan adanya leukositosis.Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan
gambaran bronkopneumonia.
DIAGNOSIS : Bronkopneumonia
TERAPI :
- IVFD Ringer Laktat12 tetes per menit
- Oksigen 2L/ Menit
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 450 mg
- Injeksi dexamethasone 3 x 2 mg
- Paracetamolsyrup 120mg/ 5ml, 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth
8
FOLLOW UP
06 Januari 2015 (Hari Perawatan I)
S : panas (+), sesak (+), batuk berlendir ( + )O : Keadaan umum : sakit sedang,
Kesadaran : compos mentis
TD : 90/60 mmHg suhu : 37,90CNadi : 160 x/ menit pernafasan : 60 x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (+), rhinorrhea (+), epistaksis (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,retraksi intercostal (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri
Perkusi : Redup pada kedua lapang paru
Auskultasi : Ronki basah halus +/+, Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+)kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi :Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), parese tidak ada
A : Bronkopneumonia
9
P :
- IVFD Ringer Laktat 12 tetes per menit
- Oksigen 2 L / Menit
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 450 mg
- Injeksi dexamethasone 3 x 2 mg
- Paracetamol syrup 120mg/ 5 ml, 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth
07 Januari 2015 ( Hari Perawatan II )
S : sesak berkurang, batuk berlendir ( + ), demam (-), muntah (-)O : Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran : kompos mentis
TD :100/60 mmHg suhu : 37,30CNadi : 120 x/ menit pernafasan :50 x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (+), epistaksis (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak terlihat adanya massa,
retraksi subcostal (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri
Perkusi : Redup pada kedua lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
10
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+)kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), parese tidak ada.
A : Bronkopneumonia
P :
- IVFD Ringer Laktat 12 tetes per menit
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 450 mg
- Injeksi dexamethasone 3 x 2 mg
- Paracetamol syrup 120mg/ 5 ml, 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth
08 Januari 2015 ( Hari Perawatan III)
S : batuk berlendir sudah mulai berkurang, sesak(-), demam (-), muntah (-)O : Keadaan umum : sakit sedang, Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital suhu : 36,70CNadi : 120 x/ menit pernafasan : 40 x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (+), epistaksis (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak terlihat adanya massa,
retraksi subcostal (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri
Perkusi : redup pada kedua lapang paru
Auskultasi : Rhonki +/+, Wheezing -/-
11
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+)kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), parese tidak ada.
A : Bronkopneumonia
P :
- IVFD Ringer Laktat 12 tetes per menit
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 450 mg
- Injeksi dexamethasone 3 x 2 mg
- Paracetamol syrup 120mg/ 5 ml, 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth
09 Januari 2015 ( Hari Perawatan IV)
S : batuk berlendir berkurang, sesak(-), demam (-), muntah (-)O : Keadaan umum : sakit sedang, Kesadaran : kompos mentis
TD :90/60 mmHg suhu : 36,7 0CNadi : 110 x/ menit pernafasan : 40 x/menit
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rhinorrhea (-)
12
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak terlihat adanya massa,
retraksi subcostal (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+)kesan normal
Perkusi : Tympani
Palpasi :Nyeri tekan epigastrik (-)
Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), parese tidak ada.
A : Bronkopneumonia
P :
- IVFD Ringer Laktat 12 tetes per menit
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 450 mg
- Injeksi dexamethasone 3 x 2 mg
- Paracetamol syrup 120mg/ 5 ml, 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth
PASIEN DI PERBOLEHKAN RAWAT JALAN
13
DISKUSI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus dimana distribusi berbentuk bercak-bercak(patchy distribution). 3Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :1,4
USIA ETIOLOGI YANG SERING ETIOLOGI YANG JARANG
Neonatal
BAKTERIE.Coli
Streptoccous Hemolitikus Grup BStreptoccous Pneumoniae
BAKTERIBakteri Anaerob
Streptoccous Group DHaemophillus Influenzae
VIRUScytomegalovirusHerpes Simpleks
1 bulan - 3 bulan
BAKTERIChlamydia Trachomatis
Streptoccous PneumoniaeBAKTERI
Bordetella PertussisH.Influenza Tipe B
S. Aureus
VIRUSAdenovirus
Virus InfluenzaVirus Paraiinfluenza
4 bulan – 5 tahun
BakteriChlamydia Pneumonia
Mycoplasma PneumoniaeStreptococcus Pneumoniae
BakteriH. Influenza
Moraxella ChataralisS. Aureus
VirusAdenovirus
Virus InfluenzaVirus Parainflueza
Rhinovirus
Virus
Varicella- Zooster
5 Tahun ke atas
BakteriChlamydia Pneumoniae
Mycoplasma PneumoniaeStreptococus Pneumoniae
H. Influenza
VIRUSAdenovirusEpstein-BarrRhinovirus
Parainfluenza VirusInfluenza Virus
Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh terhadap
terjadinya bronkopneumonia. Sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.1,4
14
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi
rambut di hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut
berupa sekresi IgA lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen,
sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.Infeksi paru
terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme
bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau
aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen.1,2
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya bakteri atau virus melalui inhalasi,
aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung sehingga terjadi infeksi
dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan menimbulkan kebocoran
sehingga cairan dan bahkan sel darah merah masuk ke alveoli. Dengan demikian alveoli
yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan sel-sel dan infeksi menyebar
dari alveolus ke alveolus lainnya.7
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa lobularis (bronkhopneumonia), lobus, atau intersisial. Secara patologis,
terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu :
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan awal yang berlangsung
pada daerah yang baru terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. 1,4
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
15
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah. Pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.1,4
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.4,5
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.4,
Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak napas.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.Menurut
Henry Goma, Dkk, pneumonia diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 atau lebih gejala
berikut:2,3,4
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Demam
3. Batuk
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis
16
WHO mengembangkan pedoman klinis untuk memudahkan diagnosis klinis dan
tata laksana pneumonia pada anak. Berdasarkan pneumonia dibedakan menjadi:7
- Pneumonia sangat berat, bila dijumpai sesaknafas, nafas cepat, terjadi sianosis
sentral, tidak dapat minum serta kesadaran menurun
- Pneumonia berat, bila dijumpaisesak, nafas cepat,adanya retraksi namun tanpa
sianosis dan masih dapat minum
- Pneumonia, bila hanya dijumpai nafas cepat tanpa adanya retraksi.
Kriteria nafas cepat yaitu : 1
- Bayi kurang 2 bulan : frekunsi nafas > 60 kali per menit
- Usia 2 bulan – 1 tahun : frekuensi nafas > 50 kali per menit
- Usia 1 – 5 tahun : frekuensi nafas > 40 kali per menit
Penegakan diagnosis bronkopneumonia pada kasus ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasuspasien ini,dari anamnesis
didapatkan adanya sesak napas 1 hari sebelum masuk rumah sakit, yang didahului
dengan terjadinya batuk berdahak, rinorhea dan demam yang naik turun serta adanya
muntah. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya pernafasan cepat yaitu 64 kali per
menit, disertai pernafasan cuping hidung, pada pemeriksaan toraks didapatkan adanya
retraksi intercostal dan pada auskultasi didapatkan suara napas tambahan ronki basah
kasar. Hal ini sesuai teori yang menjelaskan bahwa bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran napas atas selama beberapa hari dan suhu tubuh yang meningkat
hingga 39-40˚ C. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pernafasan cepat dan dangkal,
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar mulut atau hidung. Pada pemeriksaan
thoraks, dapat di temukan ronki basah nyaring halus hingga sedang pada auskultasi,
sedangkan pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan.4
Pneumonia secara umum memiliki faktor resiko seperti tidak mendapat imunisasi
yang lengkap, asi tidak adekuat, sering terpajan polusi seperti asap rokok, adanya penyakit
paru seperti asma, pasien dengan malnutrisi, pasien dengan imunosupresi dan
imunodefisiensi seperti pada pasien dengan HIV, pasien dengan defek anatomi bawaan,
adanya penyakit paru dan penyakit penyerta lainnya. Pada kasus ini, pasien memiliki
17
faktor resiko yang besar untuk mengalami pneumonia karena pasien sering terpapar oleh
asap rokok karenan ayah pasien sering merokok didalam rumah setiap hari.6
Berdasarkan pedoman klinis WHO, kasus pada pasien ini tergolong dalam
pneumonia berat karena terjadi retraksi dada namun tidak disertai dengan sianosis.7
Pemeriksaan darah rutin pada pasien ini menunjukkan adanya leukositosis sebesar
19,40 x 103/L. Berdasarkan teori, Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin pada
bronkopneumonia menunjukkan leukositosis. Leukositosis pada bronkopneumonia
menunjukkanadanya infeksi. Pneumonia yang disebabkan oleh virus dapat nornal atau
meningkat tetapi tidak melebihi 20.000/mm3 dengan predominan limfosit, sedangkan pada
pneumonia bakterial dapat meningkat 15.000- 40.000/mm3 dan predominant granulosit.
Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit menurun. Pada kasus ini
ditemukan leukosit meningkat hingga 19.400/mm. Dari nilai leukosit pada pasien ini
kemungkinan pneunomia pada pasien disebabkan oleh virus3
Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial. Pemeriksaan foto thorax pada pasien ini
didapatkan gambaran khas bronkopneumonia.2,5
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus:1,5
1. Penatalaksanaan Suportif
a) Pemberian oksigen 2-4 L/menit
b) Pemberian cairan intravena.
2. Penatalaksanaan Kausal
a) Mukolitik dan ekspektoran
b) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita demam
c) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis.Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada
anak dilakukan secara empirik sesuai dengan pola bakteri tersering yaitu
Streptococcus Pneumonia dan Haemophilus Influenza. Untuk bayi di bawah
3 bulan diberikan golongan penisilin seperti ampisillin 100 mg/ kgBB/ 24
jam IV dalam 4 dosis dan gentamisin 5 mg/kgBB/24 jam IV, dalam 2 dosis.
Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dipadu dengan kloramfenikol merupakan
obat pilihan pertama. Jika kondisi pasien berat, antibiotik pilihan adalah
18
golongan sefalosporin. Antibiotik paranteral diberikan 48-72 jam, dilanjutkan
dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Jika diduga penyebab adalah
Stafilokokus, maka dapat diberikan kloksasilin. 7
Pada pneumonia yang memerlukan rawat inap, rumah sakit di Indonesia
biasanya menggunakan antibiotik beta-laktam, ampisillin, atau amoksisilin
dikombinasikan dengan kloramfenikol. Feyzullah dkk melaporkan hasil
perbandingan pemberian antibiotik yaitu penisilin G intravena(25.000U/kgBB/4
jam), kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriakson intravena
(50mg/kgBB/12 jam).1
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
secara hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi. Komplikasi pada anak
meliputi empiema, perikarditis, pneumotoraks,atau infeksi ektrapulmoner seperti
meningtis purulenta. Empiema merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri.1,4
Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik karena
didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi dan datang terlambat untuk
mendapatkan pengobatan.4,6
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E., et.al
(editor). 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2 edisi. 15. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta :Badan
Penerbit IDAI.
6. Permana, Adhy, dkk.2010.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
7. Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit Paru dan
Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya
8. FK UNHAS.2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNHAS. Makassar
20