refleksi kasus i
DESCRIPTION
refleksiTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS I
HPP
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ni Ketut Adriani
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Penjeng, Tampaksiring
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Hindu
Status : Menikah
Nama suami :
Tanggal MRS : 29-06-2015/ pukul 13.30 WITA
CM : 53.25.38
II. ANAMNESIS
Keluhan penyakit sekarang
Keluhan utama: nyeri perut hilang timbul.
Riwayat Keluhan :
Pasien datang ke triage kebidanan diantar oleh suaminya dengan keluhan sakit perut
hilang timbul yang dirasakan sejak pukul 03.00 wita (tanggal 29-06-2015). Sakit perut
dirasakan pasien mulai dari perut bagian atas menjalar ke bawah sampai ke punggung.
Semakin lama sakit perut dirasakan pasien semakin sering dan semakin berat serta tidak
menghilang dengan merubah posisi tubuhnya atau beristirahat. Tidak ada keluhan lain
yang dirasakan pasien selain nyeri perut. Menurut persepsi pasien, ia akan segera
melahirkan, maka dari itu pukul 06.00 wita pasien segera pergi ke puskesmas untuk
bersalin. Pasien sempat dirawat di puskesmas sampai pukul 12.00 wita. Didapatkan
pembukaan lengkap pada pukul 10.00 wita, namun kepala janin dikatakan masih tetap
tinggi, oleh karena itu pasien di rujuk ke RSUD Sanjiwani.
Kronologis :
Pasien tiba di Puskesmas pukul 06.00 wita, dari VT ditemukan θ 6cm, ketuban (+), DJJ
(+) 145x/menit. Pukul 10.00 wita kembali dilakukan VT ditemukan θ lengkap, ketuban
(+), DJJ (+) 148x/menit. VT lanjutan dilakukan pada pukul 11.30 wita dan ditemukan
ketuban (-) jernih dengan θ lengkap, namun penurunan kepala masih HII. Pukul 12.00
wita pasien dirujuk ke RSUD Sanjiwani dengan dengan G2P1001 39-40 minggu T/H,
PK II failure of descent, susp. CPD. Pasien tiba di RSUD Sanjiwani pukul 13.30 wita.
Riwayat terdahulu
Riwayat Ante Natal Care
- Dokter kandungan dan bidan > 3 kali
- USG > 3x dikatakan hasil USG baik
Riwayat obstetric
- Hamil ini
Riwayat menstruasi
Pasien mengalami haid pertama kali saat usia 13 tahun dengan siklus 28 hari, teratur.
Lama haid 5 hari. Pada kehamilan ini, hari pertama hair terakhir (HPHT) adalah tanggal
24 September 2014dengan tafsiran persalinan tanggal 1 juli 2015.
Riwayat menikah
Menikah 1x selama 5 tahun pada umur 27 tahun
Riwayat KB
Menggunakan KB suntik setiap 1 bulan dan telah berhenti menggunakannya 1.5 tahun
yang lalu.
Riwayat penyakit
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus,
asma, maupun penyakit jantung. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi maupun IMS.
Riwayat keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, diabetes
mellitus, maupun penyakit jantung.
Riwayat sosial
Pasien dalam kesehariannya tidak bekerja di luar rumah. Pasien memiliki hubungan
sosial yang baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Pasien memiliki kebiasaan
makan yang baik dan teratur, serta tidak mengonsumsi minuman keras, alkohol, dan
merokok.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Baik Kesadaran : CM, GCS E4V5M6
Berat badan : 60 Tinggi badan : 142 cm
Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20x/menit Tax : 36,8 0C
Status General
Kepala : Mata : anemis -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Po : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen ~ Status Obstetri
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
Status Obstetri :
Inspeksi : ditemukan hiperpigmentasi areola mamae dan striae pada perut. Luka
bekas SC (-)
Palpasi : Leopold I-IV
I. TFU : 30 cm
Fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting, kesan bokong.
II. Teraba keras, datar seperti papan di perut sebelah kanan dan teraba
bagian kecil janin di sebelah kiri ibu, kesan punggung di kanan.
III. Teraba bulat, keras, melenting, bagian terbawah sudah tidak dapat
digoyangkan. Kesan kepala
IV. Jari kedua tangan masih konvergen
Presentasi : kepala
His 3x/10 mnt ~ 30-35 detik
TBJ :
Auskultasi : DJJ (+) 152 x/menit
Vagina : VT (13.30)
Pθ lengkap, eff 50%, ketuban (-)
Teraba kepala, UUK depan, ↓ HII caput
Ttb bagian kecil/tali pusat
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah lengkap
Hb : 12.6 MCH WBC 18.5
Hct : 35.4 MCV PLT 233
BT/CT 2’50’’/7’30’’ Rapid test non reaktif
V DIAGNOSIS
G1P0000, 39W5D, T/H, LHM PK II Lama (Syarat VaE dan FE tidak terpenuhi)
PBB : 3810 gram
VI PENATALAKSANAAN
Pdx : DL, BT/CT
Tx : - MRS
- SC cito
- Pre op (Antibiotik cefazolin 2 gram IV) stok habis diganti cefotaxime 2
gram IV
Mx : Keluhan, vs, djj
KIE : - Hasil pemeriksaan
- Diagnosis
- Rencana tindakan
- Risiko dan komplikasi
- Prognosis
VII CATATAN PERSALINAN
29 Juni 2015
1. Pukul 17.00WITA
Telah dilakukan SC cito
Pukul 15.15 wita lahir bayi ♂, 3400 gram, AS : 7 – 8, kelainan congenital (-)
S : keluhan kaki lemas belum dapat digerakkan
O :
Status present :
TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 84x/menit T.ax :37oC
Status general :
Kepala : Mata : anemis -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Po : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen ~ Status Obstetri
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
Status Obstetri :
Abdomen : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+) baik
Luka bekas op terawatt baik
Dist (-), BU (+) N
VT : perdarahan aktif (-)
Ass : P1001 post SC hari O
Pdx : DL 6 jam post SC
Tx : IVFD + 20 IU oksitosin 28 tpm s/d 12 jam post SC
Analgetik ~ TS anastesi
Cefazolin 3 x 1 gr IV
Asam tranexamat 3 x 1 amp IV
DC 1 x 24 jam
Puasa 6 jam post SC
Mx : Observasi 2 jam post SC
KIE : Rencana perawatan
2. PUKUL 20.30 wita
Dilaporkan TD : 80/60 mmHg
S : Lemas (+), pusing (-), nyeri perut (-)
O :
Status present :
TD : 80/60 mmHg RR : 30 x/menit
N : 112x/menit T.ax :36,9oC
Status general :
Kepala : Mata : anemis -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Po : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen ~ Status Obstetri
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
Status Obstetri :
Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi (+) lembek
Luka bekas op terawatt baik
Dist (-), BU (+) N
VT ; perdarahan aktif (+), lokhia (+), stolsel ± 500 cc
Ass : P1001 post SC hari O + Syok hipovolemik HPP Primer e.c Atonia Uteri
Pdx : DL
Tx : - Resusitasi
- IV 2 line dengan RL ~ guyur
- Drip RL + oksitosin 20 IU ~ 30 tpm s/d 24 jam post SC
- Misoprostol 800 mcg intarectal
- Metergin 3 x 0.125
- O2 6 liter/menit
- Tx ~ lanjut
- Tampon vagina 1 x 24 jam (Uterovaginal)
Mx : Keluhan, VS, perdarahan, kontraksi
KIE : - Hasil pemeriksaan
- Diagnosis
- Rencana tindakan
- Risiko dan komplikasi
- Prognosis
3. PUKUL 21.40 wita
Dilaporkan hasil lab DL
WBC : 25,9/ HB : 7,4/ HCT : 20,4/ PLT : 212
S : Perdarahan pervaginam (-), pusing (-), stolel (-)
O :
Status present :
TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 94x/menit T.ax :36,9oC
Status general :
Kepala : Mata : anemis -/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Po : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen ~ Status Obstetri
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
Status Obstetri :
Abdomen : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+) baik
Luka bekas op terawatt baik
Dist (-), BU (+) N
VT ; perdarahan aktif (-), lokhia (+), tampon uterovagina (+)
Ass : P1001 post SC hari O + F.up syok hipovolemik + f.up HPP Primer e.c
atonia uteri + Anemia Sedang (N – N)
Pdx : -
Tx : - IVFD + 20 IV oksitosin 28 tpm s/d 24 jam post SC
- Transfusi darah PRC s/d HGB ≥ 8 gr/dL dengan premedikasi
- Dexamethazone 1 amp IV
- Diphenhidramine 1 amp IV
- Tampon uterovagina 1 x 24 jam
- Terapi lain ~ lanjut
Mx : keluhan , VS, kontraksi uterus, perdarahan pervaginam, CM – CK, reaksi
transfusi
KIE : - Hasil pemeriksaan
- Diagnosis
- Rencana tindakan
- Risiko dan komplikasi
- Prognosis
30 JUNI 2015
4. PUKUL 02.30 WITA
Evaluasi tampon uterovagina 6 jam
S : perdarahan merembes dari vagina
O :
St. present : TD : 115/74 RR : 22x/mnt
N : 128 x/mnt T ax : 37
St. general : mata anemis +/+
Thorak : cor : S1S2 tg reg murmur(-)
Ves +/+ Rh -/-Wh-/-
Abd : ~ st. obstetric
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
St Obst : Abd : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+)
Luka operasi terawat
Dist (-) BU (+) N
Insp v/v : tampak robekan dinding lateral vagina sebesar 1x2 cm. perdarahan
aktif (+)
Ass : P1001 post SC hari 0 + F up Syok hipovolemik ec atonia uteri +
robekan dinding lateral vagina + anemia sedang (N-N)
Pdx : DL post transfusi
Tx : - IVFD RL + 20 IU oksitosin ~ 30 tpm s/d 24 jam post SC
- Transfusi darah PRC s/d Hb >/= 8 g/dL dengan premed
dexamethazone 1 amp iv dan dipenhidramin 1 amp iv
- repair robekan dinding lateral vagina
- tampon 1x24 jam
- cefazolin 2x1 gr iv
- metronidazol 3x500mg iv
- Dower Cateter (DC)
- Analgetik ~ TS Anastesi (tramadol 3x500mg)
Mx : kel, VS, perdarahan, kontraksi, CM-CK
KIE : - Hasil pemeriksaan
- Diagnosis
- Rencana tindakan
- Risiko dan komplikasi
- Prognosis
5. PUKUL 08.00 wita
S : Perdarahan pervaginam (-), lemas (+) Makan/minum (+/+), flatus (+),
nyeri luka operasi (+), mobilisasi (+)
O :
St. present :
GCS : E4V5M6 VAS : 1
TD : 118/74 mmHg RR : 20x/mnt
N : 88 x/mnt T ax : 36,7oC
St. general :
mata : anemis +/+
Thorak : cor : S1S2 tg reg murmur(-)
Po : Ves +/+ Rh -/-Wh-/-
Abd : ~ st. obst
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
St Obst :
Abd : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+) baik
Luka operasi terawat
Dist (-) BU (+) Normal
Vagina : perdarahan aktif (-), lokhia (+)
Ass : P1001 post SC hari 0 + F up Syok hipovolemik ec atonia uteri +
robekan dinding lateral vagina + anemia sedang (N-N)
Pdx : DL 6 jam post transfusi
Tx : - IVFD RL + 20 IU oksitosin ~ 30 tpm s/d 24 jam post SC
- Transfusi darah PRC s/d Hb >/= 8 g/dL dengan premed dexamethazone 1
amp iv dan dipenhidramin 1 amp iv
- tampon 1x24 jam
- asam traneksamat 3x500 mg iv
- cefazolin 2x1 gr iv
- metronidazol 3x500mg iv
- DC
- Analgetik ~ TS Anes
Mx : kel, VS, perdarahan, kontraksi, CM-CK
KIE : - Hasil pemeriksaan
- Diagnosis
- Rencana tindakan
- Risiko dan komplikasi
- Prognosis
PUKUL 14.00 wita
Evaluasi sebelum pemberian transfuse PRC
S : Lemas (+) Perdarahan pervaginam (-)
O :
St. present :
GCS : E4V5M6 VAS : 1
TD : 112/74 mmHg RR : 20x/mnt
N : 94 x/mnt T ax : 37,8oC
St. general :
mata : anemis +/+
Thorak : Cor : S1S2 tg reg murmur(-)
Po : Ves +/+ Rh -/-Wh-/-
Abd : ~ st. obst
Extremitas :hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
St Obst :
Abd : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+) baik
Luka operasi terawat
Dist (-) BU (+) Normal
Vagina : perdarahan aktif (-), lokhia (+)
Ass : P1001 post SC hari 0 + F up Syok hipovolemik ec atonia uteri + robekan
dinding lateral vagina + anemia sedang (N-N)
Pdx : DL 6 jam post transfusi
Tx : - IVFD RL + 20 IU oksitosin ~ 30 tpm s/d 24 jam post SC
- Transfusi darah PRC s/d Hb >/= 8 g/dL dengan premed dexamethazone 1
amp iv dan dipenhidramin 1 amp iv
- Drip sanmol 1 flash (IV)/ I gram
- Tampon 1x24 jam
- asam traneksamat 3x500 mg iv
- cefazolin 2x1 gr iv
- metronidazol 3x500mg iv
- DC
- Analgetik ~ TS Anes
Mx : keluhan, Vital sign, perdarahan, kontraksi, CM-CK, perdarahan, reaksi
transfusi
KIE : - Hasil pemeriksaan
- Diagnosis
- Rencana tindakan
- Risiko dan komplikasi
- Prognosis
1 JULI 2015
PUKUL 04.30 wita
S : Perdarahan pervaginam (-), pusing (-), ma/mi (+), flatus (+), mobilisasi
(+), nyeri luka operasi (+)
O :
St. present :
GCS : E4V5M6 VAS : 1
TD : 108/72 mmHg RR : 20x/mnt
N : 86 x/mnt T ax : 36,2oC
St. general :
mata : anemis +/+
Thorak : cor : S1S2 tg reg murmur(-)
Po : Ves +/+ Rh -/-Wh-/-
Abd : ~ st. obst
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
St Obst : Abd : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+) baik
Luka operasi (+) terawat
Dist (-) BU (+) Normal
Vagina : perdarahan aktif (-), lokhia (+), terpasang tampon
Ass : P1001 post SC hari II + F up Syok hipovolemik ec atonia uteri + robekan
dinding lateral vagina + anemia sedang (N-N)
Pdx : stop transfusi, DL 6 jam post transfusi
Tx : - IVFD RL ~ 28 tpm
- Cefazoline 2 x1600 gram IV
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Paracetamol 3x500 mg
- DC
- Asam tranexamat 3x500 mg IV
Mx : keluhan, Vital sign, perdarahan, kontraksi, CM-CK, perdarahan pervaginam
KIE
6. PUKUL 07.30 wita
S : Perdarahan pervaginam (-)
O :
St. present :
TD : 106/80 mmHg RR : 20x/mnt
N : 86 x/mnt T ax : 36,2oC
St. general :
mata : anemis +/+
Thorak : cor : S1S2 tg reg murmur(-)
Po: Ves +/+ Rh -/-Wh-/-
Abd : ~ st. obstetri
Extremitas : hangat +/+ , edema-/-
+/+ -/-
St Obst :
Abd : TFU 2 jari bpst
Kontraksi (+) baik
Luka operasi (+) terawat
Dist (-) BU (+) Normal
Vagina : perdarahan aktif (-), lokhia (+)
Ass : P1001 post SC hari II + F up Syok hipovolemik ec atonia uteri + robekan
dinding lateral vagina + anemia sedang (N-N)
Pdx :-
Tx : - IVFD RL ~ 28 tpm
- Cefazoline 2 x1600 gram IV
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Paracetamol 3x500 mg
- DC
- Asam tranexamat 3x500 mg IV
Aff tampon vagina
DC
Mx : kel, VS, perdarahan, kontraksi, balance cairan CM-CK, perdarahan
pervaginam s/d 12 jam
KIE : menjaga kebersihan organ kewanitaan
7. PUKUL 10.30 wita
Dilaporkan hasil lab
WBC : 22.9
HGB : 8.2
HCT : 22.2
PLT : 153
Ass : P1001 post SC hari II + F up Syok hipovolemik ec atonia uteri + robekan
dinding lateral vagina + anemia ringan
Pdx : -
Tx : Stop transfusi
Cefazoline 2 x1600 gram IV
IVFD RL ~ 28 tpm
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Paracetamol 3x500 mg
- DC
- Asam tranexamat 3x500 mg IV
Mx : kel, VS, perdarahan, perdarahan pervaginam s/d 12 jam pasca AFF
tampon
KIE:
REFLEKSI KASUS
1. Perasaan Penulis saat menghadapi kasus
Penulis tertarik
mengangkat kasus tentang HPP dikarenakan, di Indonesia kasus kematian ibu karena
HPP primer masih cukup tinggi yaitu 43% yang di mana pada umumnya kasus HPP
primer ini disebabkan oleh kegagalan rahim untuk berkontraksi sebagai mana mestinya
atau yang dikarenakan atonia uteri dan laserasi jalan lahir. Selain itu kasus HPP
merupakan kasus dengan tingkat kompetensi 3B untuk dokter umum. Sebagai dokter
umum harus mampu menegakkan diagnosis, member terapi awal, serta merujuk ke
spesialis yang relevan. Berdasarkan hal tersebut diagnosis dini HPP sangat penting
diketahui untuk mencegah komplikasi.
HPP merupakan pendarah setelah anak lahir melebihi 500 ml. pendarahan primer
terjadi dalam 24 jam pertama dan pendarahan sekunder terjadi setelah 24 jam.
2. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata pendarahan masih aktif
dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri ternyata pendarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan keadaan kontraksi yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa saat HPP didiagnosis, maka pada saat itu juga masih
ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap di dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah
pengganti.
3. Faktor predisposisi
a. Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau
janin terlalu besar
b. Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
c. Kehamilan grande-multipara
d. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahum
e. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
f. Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
g. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
4. Penatalaksanaan
a. Atonia uteri
- Lakukan pemijatan uterus
- Pastikan plasenta lahir lengkap
- Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000ml larutan NaCl 0.9%/ringer laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti
- Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
ergometrin 0.2 mg IM atau IV (lambat)
5. Evaluasi kasus
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini awalnya pasien datang ke RS melalui rujukan dari puskesmas dengan keluhan
nyeri perut hilang timbul. Dari data yang diperoleh melalui puskesmas dan dari anamnesis di
triage kebidanan RSUD Sanjiwani tidak ditemukan kecurigaan yang mengarah pada kasus
atonia uteri dan laserasi jalan lahir. Berdasarkan informasi yang didapatkan, maka pasien ini
kemudian ditangani dengan penanganan SC karena ibu memiliki tinggi badan yang kurang
(LHM) disertai dengan PK II lama di mana syarat untuk vakum dan forcep tidak terpenuhi.
Setelah mendapatkan penanganan dari dokter, pasien pun akhirnya melawati proses SC.
Pada monitoring dua jam post partum ditemukan kontraksi masih baik dan tidak terdapat
pendarahan aktif. Namun 1 jam setelah pasien dipindahkan ke ruang nifas, pasien dilaporkan
memiliki tekanan darah rendah dengan takikardi dan takipnu. Segera setelah diketahui pasien
langsung ditangani dengan penanganan syok diantaranya pemberian Oksigen 6 liter/menit,
resusitasi dengan IV RL 2 line ~30 tpm. Kemudian dievaluasi penyebab syok pasien yaitu
karena pendarahan. Pada saat dilakukan pemeriksaan pada abdomen TFU teraba lembek,
maka dari itu penyebab pendarahan pada saat itu diduga karena atonia uteri. Diagnosis ini
pun sesuai dengan definisi dari atonia uteri itu sendiri yaitu lemahnya tonus/kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Setelah diagnosis ditegakkan dilakukan penanganan atonia uteri berupa tampon
uterovagina dan diberikan medikametosa berupa uterotonik (Oksitosin, metergin, dan
misoprostol), Penatalaksanaan untuk kasus atonia uteri sebagian sudah sesuai dengan teori
yang dadapatkan. Ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan diantaranya sikap
trendelenburg, merangsang kontraksi uterus dengan masase fundus uteri dan merangsang
putting susu serta bimanual interna dan eksterna. Tidak dilakukannya sikap tredelenburg
disebabkan karena terbatasnya alat yang dapat menyangga kaki pasien serta oksigenasi yang
sudah adekuat. Untuk masase fundus uteri tidak dilakukan karena terdapatnya luka bekas
jahitan SC yang menyebabkan ketidaknyamanan ibu saat ditekan. Untuk kompresi bimanual
interna dan eksterna tidak dilakukan karena obat yang diberikan telah cukup untuk dapat
mengembalikan kontraksi uterus, selain itu kedua langkah ini dapat memicu ruptur uteri pada
pasien.
Pada 02.30 wita (30/6/2015) saat evaluasi tampon vagina 6 jam ditemukan rembesan
darah dari vagina yang kemudian dievaluasi dengan inspekulo vulvovagina. Dari inspekulo
ditemukan robekan dinding lateral vagina sebesar 1x2 cm dengan pendarahan aktif. Robekan
tersebut kemudian ditangani dengan menjahit luka dan diberikan asam traneksamat.
Penatalksanaan untuk laserasi jalan lahir sudah sesuai dengan teori yang diperoleh.
Ketimpangan pada kasus ini ada pada penyebab pendarahan yang awalnya diduga
disebabkan karena atonia uteri, namun jika ditinjau lagi, pendarahan karena atonia uteri pada
umumnya terjadi langsung setelah plasenta lahir, namun pada kasus ini kontraksi uterus
masih tetap baik sampai dengan 2 jam post partum, sampai akahirnya lembek pada jam
ketiga post partum. Eksplorasi terhadap robekan jalan lahir tidak dilakukan secara baik saat
pendarahan pertama dievaluasi karena keterbatasan lampu gyn (saat itu dipergunakan lampu
handphone) di ruang nifas, sehinga adanya laserasi pun terlambat dideteksi. Jika ditelaah
kembali kemungkinan penyebab awal kasus ini adalah laserasi jalan lahir, di mana atonia
uteri terjadi setelahnya akibat darah yang telah keluar ± 500 cc dan menyebabkan pasien
mengalami anemia.
Laserasi jalan lahir pada kasus ini masih tidak diketahui penyebab pastinya, namun
diduga disebabkan karena pasien sempat dipimpin persalinan selama di rawat di Puskesmas,
selain itu robekan juga dapat disebabkan oleh VT.
Kesimpulan
Berdasarkan keadaan pasien paska persalinan SC ditemukan bahwa pasien mengalami
pendarahan post partum primer karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir. Ada beberapa
penanganan untuk atonia uteri yang belum dilakukan disebabkan karena pertimbangan setiap
tindakan tersebut. Untuk penanganan laserasi telah sesuai dengan teori yang diperoleh.
Terdapat beberapa kelemahan dalam proses diagnosis kasus ini di mana peninjauan untuk
laserasi jalan lahir terlambat dideteksi, yang akhirnya dapat memengaruhi keseluruhan
diagnosis kasus ini.