reformasi birokrasi
TRANSCRIPT
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG
PERUBAHAN KINERJA DJBC
DALAM REFORMASI BIROKRASI DI DJBC
Diajukan oleh :
Nama : Muhammad Fajar Shidiq
Kelas : VIII-C
Nomor Absen : 16
NPM : 08460004645
Mahasiswa Program Diploma IV Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Perkuliahan Manajemen Instansi Pemerintah Berbasis Kinerja
Tahun 2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat kini tak lagi diam seperti dulu. Dulu masyarakat tidak memiliki
kebebasan dalam berpendapat dan demokrasi seakan hanya menjadi slogan saja.
Namun setelah pemerintahan Presiden Soeharto digulingkan, tabuh reformasi
digaungkan dan kehidupan demokrasi yang menjamin hak dari tiap warga negara
untuk berpendapat kini benar-benar menjadi komitmen.
Sebagaimana kita ketahui, saat ini pemerintah sedang giat-giatnya
melaksanakan perbaikan di segala lini birokrasi kepemerintahannya. Berbagai usaha
ditempuh oleh pemerintah demi mewujudkan suatu organisasi yang bersih dan
mengintegrasikan prinsip-prinsip good and clean governance di dalamnya. Usaha-
usaha juga terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang
melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebuah reformasi birokrasi
dicanangkan oleh pemerintah. Dan sebagai sebuah langkah awal pemerintah
menetapkan tiga pilot project reformasi birokrasi yakni Departemen Keuangan,
Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan.
2
Salah satu reformasi birokrasi di tubuh Departemen Keuangan adalah
reformasi di tubuh Direkorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). DJBC mengambil
fungsi sebagai revenue collector, community protector, trade facilitator, dan
industrial assistance. Masyarakat dan dunia usaha menjadi customer utama dari
institusi ini. Mereka butuh akan pelayanan publik, misalnya seperti pengurusan Angka
Pengenal Impor (API), pengurusan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
(NPPBKC), pemberitahuan pabean, dan lain-lain. Dan menjadi kewajiban dari
pemerintah, dalam hal ini DJBC, untuk terus senantiasa memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan memberikan pelayanan publik yang terbaik sesuai dengan misi
yang diembannya yakni memberikan pelayanan yang terbaik kepada dunia usaha,
perdagangan, dan masyarakat..
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui Tim Percepatan Reformasi
Birokrasinya melakukan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan sasaran. Salah
satunya adalah dengan membuat Kantor Pelayanan Utama yang modern. Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai Tanjung Priok dijadikan sebagai pilot project, seluruh
jajaran birokrasinya dirombak, dilakukan seleksi yang ketat bagi seluruh pegawai
yang akan ditempatkan di dalamnya. Sasaran strategisnya adalah untuk meningkatkan
pelayanan yang pasti, efisien, dan efektif melalui modernisasi sistem dan prosedur.
B. Pembatasan Masalah
Pembahasan permasalahan dalam tulisan ini terbatas pada bagaimana
perubahan yang terjadi di lapangan dengan adanya reformasi birokrasi di DJBC di
tahun 2008 mengingat reformasi birokrasi ini baru mulai disosialisasikan dan
direalisasikan di pertengahan tahun 2007.
C. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan adalah studi literatur. Literatur diperoleh
penulis dari media cetak, media elektronik dan sumber-sumber referensi lainnya.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara
sederhana mengenai bagaimana sebenaranya pelaksanaan reformasi birokrasi di tubuh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Apa saja kegiatan yang dilakukan untuk
melaksanakan reformasi di tubuh institusi kepabeanan Indonesia ini. Dan apa saja
pencapaian dan perubahan yang dihasilkan dengan adanya reformasi birokrasi ini.
Jika memang reformasi birokrasi membawa perubahan, perubahan seperti apa yang
dihasilkan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara ini antara lain mengatur
mengenai dimensi mutu pelayanan publik, azas pelayanan publik, prinsip-prinsip
pelayanan publik, standar pelayanan publik, dan biaya pelayanan publik.
B. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15
Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi.
Pedoman umum reformasi birokrasi digunakan sebagai acuan bagi
kementrian/lembaga/pemerintah daerah untuk menyusun dan melaksanakan program
reformasi birokrasi di lingkungan instansi masing-masing.
C. Prinsip-prinsip good governance.
Prinsip-prinsip yang ada dalam good governance menurut Masyarakat
Transparansi Indonesia meliputi:
1. Partisipasi masyarakat
2. Tegaknya supremasi hukum
3. Transparansi
4. Peduli pada stakeholders
5. Berorientasi pada konsensus
6. Kesetaraan
7. Efektivitas dan efisiensi
8. Akuntabilitas
9. Visi strategis
6
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
Seringkali penetapan suatu langkah baru tidak disertai dengan komitmen untuk
melakukannya dengan konsisten. Seringkali undang-undang yang dibuat dengan
susah payah dan diawali dengan begitu banyak pertentangan mengenai untung dan
ruginya namun pada saat proses implementasi hanya mendapat nilai nol besar.
Indonesia merupakan negara dengan begitu banyak peraturan namun hanya sebatas
peraturan. Hanya sebatas hitam di atas putih saja, mungkin “lebih baik punya dari
pada tidak sama sekali.”
Begitupun dengan reformasi birokrasi ini. Peningkatan kinerja aparatur negara
menjadi salah satu titik tujuan dilakukannya reformasi birokrasi. Dengan reformasi
birokrasi ini diharapkan terjadi proses peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah karena kinerja pemerintah yang meningkat. Tolok ukur yang digunakan
oleh Departemen Keuangan adalah berakhirnya perilaku koruptif, termasuk suap-
menyuap, menunda-nunda pelayanan, serta tidak disiplin. Diharapkan reformasi
birokrasi dapat mengubah semua hal negatif menjadi sesuatu yang positif dan bernilai
tambah sehingga dapat memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
7
Hal yang menjadi permasalahan saat ini adalah akankah reformasi yang
dilakukan di DJBC hanya sekedar hitam di atas putih saja. Karena tidak sedikit kita
mendapati berita di media massa mengenai pesimisme akan reformasi birokrasi ini.
Terlebih ketika muncul pemberitaan bahwa di Kantor Pelayanan Utama Bea dan
Cukai Tanjung Priok ternyata masih terjadi tindakan koruptif yang dilakukan oleh
aparatur bea dan cukai. Reformasi birokrasi berjalan namun perilaku koruptif juga
masih berjalan sehingga masyarakat pun menjadi sangsi akan keberhasilan proses
reformasi birokrasi ini. Kinerja aparatur negara tetap menjadi pertanyaan masyarakat
apakah telah lebih baik atau justru sebaliknya.
Namun ada sebuah hal yang harus diperhatikan bahwa reformasi birokrasi
adalah sebuah proses dan bukan sebuah hasil. Dalam perjalanan menuju hasil yang
diinginkan tentunya akan terdapat hambatan, rintangan, anomali, dan sebagainya.
Seperti halnya dengan masih terjadinya perilaku koruptif tersebut. Reformasi
birokrasi tidak lantas akan memangkas habis semua praktik korupsi, namun prosesnya
secara berkesinambungan diharapkan muncul perubahan. Melalui pembangunan pilar-
pilar reformasi birokrasi secara konsisten diharapkan akan terwujud good corporate
governance dan peningkatan pelayanan publik.
Selain itu juga perlu digarisbawahi bahwa reformasi birokrasi bukan hanya
persoalan remunerasi saja. Karena banyak aspek yang dibangun dan diperbaiki dalam
konsep reformasi birokrasi itu sendiri sebagaimana tampak pada gambar III.1.
Gambar III.1 Pilar Reformasi Birokrasi
Pilar Reformasi Birokrasi
Penataan Organisasi Penyempurnaan
Proses Bisnis
Peningkatan Disiplin
& Manajemen SDM
Reformasi Keuangan Negara
Indikator Kinerja Utama
Remunerasi
Pelayanan Publik
Peningkatan Kinerja
Good Governance
Sehingga opini masyarakat yang menyatakan bahwa reformasi birokrasi
sama dengan remunerasi adalah sebuah kesalahan. Remunerasi hanya merupakan
salah satu bagian dari reformasi birokrasi. Bagian yang merekatkan tiga pilar utama
reformasi birokrasi. Dari pilar itu juga dapat dilihat adanya Indikator Kinerja Utama
(IKU). Indikator inilah yang akan digunakan untuk melihat apakah benar telah terjadi
perubahan yang positif dari kinerja para pegawai Departemen Keuangan termasuk
DJBC.
9
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Pada bagian ini penulis akan memberikan gambaran mengenai bagaimana
reformasi birokrasi dilaksanakan di DJBC dan perubahan apa saja yang terjadi di
tubuh DJBC dari reformasi birokrasi ini.
Dari roadmap Departemen Keuangan 2005-2009 permasalahan yang ada di
DJBC adalah:
1. Sistem dan prosedur pelayanan belum efisien
2. Sistem dan prosedur pengawasan belum efektif
3. Organisasi dan tatakerja DJBC belum mengakomodir tuntutan stakeholder
4. Profesionalisme dan integritas pegawai masih rendah
5. Sarana, prasarana, dan anggaran yang tersedia dalam rangka mendukung
sistem pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai kurang memadai
6. Penyuluhan dan koordinasi dengan stakeholders belum efektif.
Bagaimana solusi atas permasalahan tersebut. Tim reformasi birokrasi DJBC
membuat sebuah rumusan sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.
10
Gambar IV.1 Driver Perubahan
DRIVER PERUBAHAN
- KINERJA DAN CITRA DJBC
- TUNTUTAN PENGGUNA JASA:
� KEPASTIAN HUKUM
� KEPASTIAN WAKTU
� KEPASTIAN BIAYA
KPU BC & KPPBC TIPE MADYA
SDM
• INTEGRITAS
• KOMPETENSI
• AKUNTABILITAS
SISTEM & PROSEDUR
- UU No. 28 / 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas KKN
- Inpres No. 3 / 2006tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi
- Good Governance
TUNTUTAN REPOSISI FUNGSI dan PERAN DJBC
- Fasilitasi Perdagangan
- Dukungan kpd Industri
- Penerimaan Negara
- Perlindungan Masyarakat
REMUNERASIORGANISASI
SOLUSI ?
• BUDAYA KERJA &
KEPEMIMPINAN
Dari gambar tersebut dapat dilihat rumusan solusi yang ditawarkan adalah
KPU BC dan KPPBC Tipe Madya. Tujuan KPPBC Utama adalah:
1. Mengoptimalkan fungsi utama DJBC sebagai:
• Fasilitator Perdagangan
• Dukungan Industri
• Penghimpun Penerimaan
• Pelindung Masyarakat
2. Memberikan Pelayanan yang cepat, efisien, responsif, dan transparan
berdasarkan “Good Governance”
3. Meningkatkan hubungan kemitraan dan kepatuhan mitra kerja DJBC
4. Meminimalkan biaya pemenuhan kewajiban kepabeanan dan cukai
Sedangkan sasaran yang ingin diwujudkan adalah:
1. Terwujudnya pelayanan yang cepat, efisien, responsif dan transparan
berdasarkan prinsip good governance.
2. Tercapainya pengawasan yang efektif
3. Tercapainya kantor pelayanan yang bebas KKN yang didukung oleh sumber
daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi
4. Terciptanya hubungan kemitraan dengan pengguna jasa
5. Terwujudnya pelayanan perijinan, fasilitas dan keberatan satu atap
6. Terwujudnya pemanfaatan teknologi informasi yang optimal untuk
mendukung pelayanan dan pengawasan
7. Terwujudnya organisasi yang efektif dan efisien
Lantas bagaimana solusi tersebut direalisasikan. Dari data yang diperoleh,
hingga akhir tahun 2008 DJBC telah memiliki delapan buah Kantor Pelayanan Utama
Bea dan Cukai. Yakni KPU Tipe-A Tanjung Priok dan KPU Tipe-B Batam, dan enam
buah KPPBC yang direalisasikan di tahun 2008 dari target sebanyak enam buah
sebagaimana tampak dalam Tabel IV.1.
Tabel IV.1 Realisasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Target 2008 6 KPPBC
Realisasi KPPBC Madya Cukai Malang
KPPBC Madya Pabean Perak
KPPBC Madya Cukai Kediri
KPPBC Madya Cukai Kudus
KPPBC Madya Pabean Belawan
KPPBC Madya Soekarno Hatta
Sumber: Sekretariat DJBC (Bagian Organisasi Tata Laksana)
B. Fakta Menarik Seputar Reformasi Birokrasi DJBC
Hal yang perlu disadari adalah ternyata terdapat fakta menarik mengenai
perubahan yang terjadi institusi DJBC dalam proses reformasi birokrasi. Fakta
tersebut saya peroleh dari data Indikator Kinerja Utama DJBC tahun 2008 dan media
massa elektronik.
Fakta yang pertama, pada Desember 2007 Hay Group, sebuah lembaga riset
dan konsultasi sumber daya manusia terbesar di dunia, melakukan survey di DJBC
untuk menilai kinerja Kantor Pelayanan Utama dan mengukur hal-hal lain yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa. Survei dilakukan kepada para
pengguna jasa kepabeanan yang meliputi importir umum, importer produsen,
eksportir, PPJK, dan importir/eksportir. Berikut ini merupakan salah satu grafik hasil
surveinya.
Tabel IV.2 Persepsi Kepuasan Pengguna Jasa di KPU Tanjung Priok
Persepsi Kepuasan Pengguna Jasa di KPU Tanjung Priok (Sub Kategori)
Objects Pre Post Change
No unofficial fund to DGCE Employees - Pemeriksaan Fisik Barang 26.50 49.00 22.50
No unofficial fund to DGCE Employees - Perijinan dan Fasilitas 29.78 51.00 21.22
No unofficial fund to DGCE Employees - Audit 36.50 56.83 20.33
No unofficial fund to DGCE Employees - Penelitian Dokumen 30.87 50.67 19.8
Do not accept unofficial fund - Pegawai DJBC 29.55 48.67 19.12
Discipline - Pegawai DJBC 33.29 46.83 13.54
Simple & understandable - Pemeriksaan Fisik Barang 36.43 49.33 12.9
Toilet Facilitieas - Fasilitas Kantor 22.77 35.00 12.23
No unofficial fund to DGCE Employees - Pengembalian Bea Masuk 39.80 51.17 11.37
Clarity on time of audit completion – Audit 39.75 50.17 10.42
Sumber: Hay Group (Tim Reformasi DJBC)
Dari grafik di atas diketahui bahwa ada peningkatan kepuasan atas
pelayanan yang diberikan oleh DJBC melalui Kantor Pelayanan Utama-nya. Survei
tersebut dilakukan baik sebelum maupun sesudah implementasi Kantor Pelayanan
Utama. Peningkatan kepuasan tersebut menjadi salah satu indikasi adanya perubahan.
Kinerja aparat bea dan cukai dalam proses reformasi birokrasi memang benar telah
mengalami peningkatan.
Fakta yang kedua adalah mengenai pemberitaan negatif seputar DJBC di
media massa nasional. Dari Sekretariat DJBC (Bagian Umum) diperoleh data
sebagaimana tampak pada Tabel IV.3.
Tabel IV.3 Jumlah Pemberitaan Negatif DJBC di Media Massa
Bulan Jumlah berita Berita negatif Persentase
Januari 61 1 1.64%
Februari 69 18 26.09%
Maret 39 9 23.08%
April 64 9 14.06%
Mei 51 10 19.61%
Juni 98 36 36.73%
Juli 54 10 18.52%
Agustus 63 12 19.05%
September #DIV/0!
Oktober #DIV/0!
November #DIV/0!
Desember #DIV/0!
Total 499 105 21.04%
Sumber: Sekretariat DJBC
Dari tabel di atas diketahui bahwa hingga bulan Agustus 2008, total pemberitaan
terkait dengan DJBC ada 499 buah berita. Dimana 21,04% merupakan pemberitaan
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa, hanya 20% pemberitaan di media massa yang
mengatakan bahwa bea cukai negatif. Yang menjadi permasalahan, angka ini belum
dapat dibandingkan karena belum data pembandingnya. Namun setidaknya dapat
diperoleh kesimpulan bahwa pemberitaan di media massa tidak melulu mengatakan
bahwa kinerja DJBC itu masih buruk.
Fakta menarik yang ketiga adalah reformasi birokrasi di Departemen
Keuangan khususnya di DJP dan DJBC mendongkrak Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
Indonesia (sumber: inilah.com). Dengan terdongkraknya IPK berarti persepsi dunia
internasional terhadap kinerja DJP dan DJBC menjadi semakin baik. Dan berdasarkan
data Transparansi Internaional, IPK Indonesia 2008 mengalami peningkatan sebanyak
0,3 poin menjadi 2,6 dibandingkan dengan IPK Indonesia 2007.
15
BAB V
SIMPULAN
Reformasi birokrasi tidak sama dengan remunerasi sebagaimana opini
publik yang berkembang yang mengatakan bahwa reformasi birokrasi hanyalah
remunerasi. Reformasi birokrasi merupakan sebuah proses pembangunan dengan tiga
pilar utama; penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, dan peningkatan
disiplin dan manajemen SDM. Ketiga pilar tersebut direkatkan oleh remunerasi
sebagai penunjang suksesnya pembangunan. Tujuan dari reformasi birokrasi ini
adalah untuk menciptakan aparatur negara yang bersih, professional, dan bertanggung
jawab serta menciptakan birokrasi yang efisien dan efektif sehingga dapat
memberikan pelayanan publik yang prima. Secara makro, keberhasilan kinerja
aparatur negara dalam reformasi birokrasi adalah percepatan menurunnya kemiskinan
dan pengangguran, serta meningkatnya kesejahteraan seluruh masyarakat (Asmawi
Rewansyah).
Opini negatif yang berkembang di masyarakat terjadi karena masyarakat
menilai reformasi birokrasi ini secara sempit. Reformasi birokrasi harus dipahami
secara komprehensif dan menyeluruh. Ia tidak terbatas hanya pada pemberian
remunerasi. Pemberian remunerasinya-pun bukan tanpa tujuan atau sekedar ingin
16
meningkatkan kesejahteraan pegawai. Namun ada tujuan dan sasaran yang lebih besar
di balik itu semua. Ada sesuatu yang ingin dibangun oleh Departemen Keuangan,
yakni good corporate governance dan pelayanan publik yang prima.
Reformasi birokrasi di DJBC dimulai dengan pembentukan kantor
Pelayanan Utama, sebuah solusi yang diharapkan dapat mengatasi seluruh
permasalahan yang dihadapi oleh DJBC. Dan beberapa fakta di lapangan juga
menunjukkan bahwa reformasi birokrasi (DJBC) sudah mulai memberikan
perubahan-perubahan yang positif, tercermin dari peningkatan kepuasan para
pengguna jasa layanan kepabeanan dan peningkatan Indeks Persepsi Korupsi
Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa reformasi birokrasi DJBC melalui Kantor
Pelayanan Utama-nya mulai menghasilkan peningkatan kinerja para aparat bea dan
cukai.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Presentasi Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan. 3 Desember 2008.
Bahan Presentasi Tim Reformasi Kebijakan Bidang Pelayanan Bea dan Cukai. 25
September 2008
DJBC. 2008. Key Performance Indicator DJBC 2008.
Hidayat, Samsul. 2008. Dengan adanya reformasi birokrasi di Departemen Keuangan
khususnya di Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai telah mendongkrak Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia. Inilah.com. 26 September 2008.
http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2008/09/26/51881/indeks-persepsi-
korupsi-ri-terangkat/ (diakses 14 Mei 2009)
Masyarakat Transparansi Indonesia.
http://www.transparansi.or.id/good_governance/prinsip.html (diakses 14 Mei
2009)
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi.
Reformasi Birokrasi Bukan Hanya Berpikir Hitam Putih. Majalah Layanan Publik
Edisi XXII Tahun IV 2008.
Tim Pusdiklat Pegawai. 2008. Bahan Diklat Prajab Golongan I dan II: Pelayanan
Prima. Jakarta