reformasi birokrasi
DESCRIPTION
cTRANSCRIPT
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 44
E-GOVERMENT DAN REFORMASI BIROKRASI
MENUJU PEMERINTAHAN YANG BAIK
Yudo Sudarto (yudo_sudarto@yahoo. co.uk)
Kepala Kantor Informasi, Kebudayaan dan Parawisata
Kabupaten Ketapang
ABSTRAK
Good Governance atau yang sering diterjamahkan menjadi ketata pemerintahan yang baik adalah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang bertanggung jawab (Akuntabilitas ) sejalan dengan prinsip
demokrasi, Efektip dan efisien. Selain itu pemerintah yang dicita citakan adalah juga mengandung prinsip
mengikutsertakan masyarakat (Partisipasi), terbuka (Transparansi), Kesetaraan, semua warga masyarakat
mempunyai kesempatan dan hak yang sama ikut serta dalam pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pada dasarnya penerapan ketata permintahan yang baik adalah pelayanan Publik yang lebih baik kepada
masyarakat . Untuk mencapai ke citas cita idial tersebut dipemerintahan perlu memperbaiki sistim birokrasi yang
ada. Karena selama ini birokrasi cendrung tidak seperti apa yang diharapkan .Birokrasi yang ada tidak bisa
menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja, sehingga birokrasi sering dianggap menjadi penghambat untuk
mencapai tujun pemerintahan.
Informasi Comunication dan Teknologi (ICT) adalah merupakan salah satu solusi memperbaiki birokrasi, untuk
mencapai ketatapemerintahan yang baik. Dilingkungan pemerintah ICT dengan sistim E-Government,
merupakan bentuk pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung aktivitas-aktivitas pemerintahan , maupun
yang terpenting untuk pemberian pelayanan yang prima dari pemerintah untuk masyarakat. Semua aktivitas e-
government ditujukan untuk mendukung terciptanya pemerintahan yang bersih, transparan dan berwibawa .
Selain itu E-Government menjanjikan suatu hasil kerja yang efisien, partisipasip berkeadilan, demokrasi dan yang
terpinting lagi adalah Transparancy dan accountability , hal ini merupakan unsur penting dalam sistem aparatur
negara yang modern, yang dilandasi oleh derajat rasionalitas yang tinggi. Pemerintah sendiri sudah menyadari
bahwa e-gov penting dalam repormasi birokrasi dengan harapan akan memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat , namun untuk penerapannya memang tak mudah, karena memerlukan proses dan tahapan
tahapan seperti halnya meningkatkan hasil kerja birokrasi.
Kata Kunci :
1. PENDAHULUAN
Teknologi informasi dan komunikati (TIK) dengan
internet sebagai prodak unggulannya pada dasarnya
adalah gotong royong elektronik terbesar. Betapa
tidak satu perangkat komputer yang kita punya bisa
dihubungkan dengan jutaan komputer sedunia.
Dengan demikian betapa besarnya sinergitas yang
dihasilkan dari kerjasama jutaan komputer, tanpa
memandang siapa yang mengoperasikan, apakah dari
kalangan mana, kulit hitam, putih atau berwarna.
Juga tanpa memandang golongan politik dan idiologi.
Bahkan negara negara tirai besi seperti Rusia dan
RRT yang dijuluki sebagai negara tirai bambu, pada
tempo dulu kini juga mampu ditembus dengan
kerjasama lintas maya. Gotong royong ini memang
luar biasa, menembus banyak negara tanpa batas.
Mereka bersedia bergabung dengan gotong royong
elektronik melalui ini, suatu perubahan yang besar
dari budaya abad informasi ini. Kini perkembangan
dunia informasi sudah begitu pesat, makin hari
penemuan teknologi informasi ini semakin canggih
dan semakin murah, sehingga efieiseni yang
dijanjikan menjadi semakin menarik minat
masyarakat. Tak ketinggalan pemerintah jug harus
turut memanfaatkan teknologi informasi dan
comunikasi (TIK). Betapa tidak semakin
meningkatnya volume pekerjaan dan semakin
menggiurkannya tawaran dari (TIK) yang
menjanjikan suatu hasil yang efisian, produktip dan
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 45
tranparansi. Di suatu sisi untuk mewujudkan
pemerintahan berbasis elektronik, yang diharapkan
dapat menghasilkan layanan publik yang adil,
transparan, efisien, dan manfaatnya dirasakan oleh
semua warga masyarakat tanpa kecuali, adalah
merupakan salah satu tujuan pengembangan E-gov
Pemerintahan. Desakan masyarakat yang terus
berkembang untuk mendapatkan pelayanan yang
lebih baik adalah alasan yang kuat bagi para aparat
pemerintahan untuk selalu memenuhinya.
Pengembangan e-gov ini juga akan mempengaruhi
pertumbuhan di sektor lain, menurut penelitian ITU
setiap satu persen investasi dibidang TI akan
mendongkrak pertumbuhan ekonomi mencapai 3 %.
Penggunaan sumberdaya alam juga menjadi hemat,
karena terjadi perubahan dari perkantoran berbasis
kertas menjadi tanpa kertas (paperlis). Bagi aparat
pemerintah penggunaan teknologi merupakan
alternatip pilihan, apalagi sandangan nama sebagai
abdi masyarakat dan abdi negara menuntut para
penyelenggara negara ini untuk selalu dinamis,
memenuhi kehendak masyarakat . Kuatnya dorongan
untuk melakukan reformasi pada sektor publik juga
dipengaruhi oleh beberapa temuan empiris bahwa
reformasi yang dijalankan secara serius senantiasa
mendatangkan manfaat serta meningkatkan kinerja
administrasi publik . TI diharapkan juga mampu
mempercepat upaya memperbaiki
birokrasi.Repormasi birorasi dengan Birokrasi
merupakan organisasi ideal yang paling rasional.
Dirancang khusus oleh seorang begawan sosiologi
asal Jerman, Max Weber, untuk menciptakan
efisiensi dan efektifitas kerja. Akan tetapi analisa
Weber mengenai birokrasi sebagai organisasi
penyelenggara pelayanan publik sangat berbeda
dengan kenyataan birokrasi yang ada saat ini. Di
mana birokrasi yang dijalankan oleh pemerintah lebih
nampak sebagai birokrasi yang tidak efektif dan
efisien, boros dan bahkan tidak lagi. Dapat dikatakan
birokrasi di Indonesia telah kehilangan ruh birokrasi
yang dirancang Weber. Birokrasi Weber yang
mengutamakan efisiensi, efektifitas dan rasionalitas
dapat berubah wajah menjadi birokrasi boros ,korup
atau yang bersifat sebaliknya, karena di Indonesia
birokrasi disintesiskan dengan kultur tradisional.
Weber menghendaki birokrasi sebagai sebuah
organisasi yang memiliki otoritas legal-rasional.
Yakni sebuah organisasi yang berdiri di atas sebuah
aturan yang jelas dan bersifat impersonal. Dengan
begitu birokrasi menjadi sangat efektif dan efisien
karena ada pemisahan yang jelas, tegas dan sistematis
antara apa yang bersifat pribadi dengan apa yang
bersifat birokratis. Sehingga perasaan, emosi
hubungan sosial personal dan kepentingan pribadi
tidak ikut bermain dalam organisasi birokrasi. Dalam
reformasi birokrasi sasarannya sama adalah
bagaimana birokrasi pemerintah dan layanan publik
dapat lebih efisien, efektif, transparan, dan
memberikan layanan secara non-diskriminatif yang
juga dikenal sebagai pelayanan prima. Memang
dalam upaya mereformasi birokrasi memang tidak
mudah. Persoalannya kompleks dengan sejumlah
hambatan yang harus dihadapinya. Hambatan
tersebut terutama disebabkan oleh keengganan para
biroktrat untuk melakukan perubahan, disegala
bidang. Budaya (cultur) yang sudah mendarah daging
bahwa aparat negara yang selalu minta dilayani dan
selalu mempersulit, memang tidak mudah untuk
dirubah, digantikan dengan mesin elektronik. Karena
perubahan juga manyangkut sikap yang memang
sudah memasyarakat dilingkungan kita, sehingga
memerlukan waktu lama untuk menyerap inovasi.
2. PROSES PERUBAHAN
Perubahan yang diharapkan bisa sepuluh tahun atau
bahkan dua puluh tahun menanti perubahan sikap itu,
tetapi dengan teknologi e-gov bisa jadi reformasi
birokrasi akan dipercepat. Roes Setiyadi, (2003)
Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah
membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai
tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada
gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan
untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas
kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari
padanya. Bahkan tak hanya itu, menurut Ketua
masyarakat Telematika Indonesia ini elektronik
governemnt ( e-gov) juga berperannya Dalam Proses
Perubahan Sosial masyarakat. Perubahan prilaku,
gaya hidup, karena memperpendek jarak, mengurangi
batas wilayah dan yang penting adalah efisiensi.
Salah satu upaya untuk mewujudkan Kepemerintahan
yang baik dan Manajemen Perubahan adalah
mempercepat proses kerja serta modernisasi
administrasi melalui otomatisasi di bidang
administrasi perkantoran, modernisasi
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat
melalui e-government sebagai salah satu aplikasi dari
teknologi informasi. Tak ada seorangpun yang
mampu menolak teknologi, bila tidak ingin dilindas
kereta teknologi, demikian juga repormasi birokrasi
tak akan berdaya bila menghadapi mesin e-gov yang
menjanjikan cara kerja yang lebih baik. Dengan kata
lain penggunan Teknologi Informasi menjanjikan
suatu kerja yang repormasi, karena bersifat
demokoratis, tidak diskriminasi, tepat waktu, terukur
dan mempunyai standar yang jelas. Perjuangan
demokrasi memerlukan koordinasi dan komunikasi
intensif di antara para aktivis sebagai lokomotif dan
masyarakat luas sebagai penumpang gerbong
demokrasi. Karakter Teknologi Informasi yang
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 46
egaliter sangat sesuai dengan sifat demokrasi. Ambil
contoh seorang yang memerlukan informasi atau
data, ia dengan mudah mengambilmya di web site
atau tampilan lain, tanpa harus antri dari satu meja
kemeja yang lain yang ada pada birokrasi. Teknologi
menjadi pelayan mesin yang tak bisa membedakan
apakah yang dilayani adalah orang berduit, pejabat
atau orang miskin, sehingga diskriminasi ini
dibidang pelayanan bisa dikurangi. Mereka bisa
mendapatkan layanan tanpa terpengaruh pada jarak,
waktu, momen. Memang tak semuanya proses
adminitrasi di birokrasi bisa diubah, dilayani dengan
Egov, adminstrasi yang memerlukan pengesahan dan
produk hukum, RUU nya sedang dibahas di DPR.
Terpenting adalah bagaimana memastikan semua
karyawan dan pejabat instansi pemerintah pusat dan
daerah memahami pentingnya e-government dan
memastikan layanan egovernment dapat dinikmati
oleh semua pihak yang berurusan dengan pemerintah.
Bila melihat perubahan prilaku yang terjadi pada
penggunaan Telpon seluler, perubahan itu begitu
cepat . Dalam tempo beberapa tahun saja trendi
penggunaan telpon genggam tersebut bagai wabah
penyakit yang melanda siapa saja. Perubahan itu
begitu massal melindas apa saja disemu golongan
tanpa pandang bulu. Apakah hal ini bisa terjadi juga
pada egov sehingga perubahan yang cepat terhadap
birokrasi yang efisien juga dapat terwujud.
Pengembangan e-gov itu sendiri juga tak mudah,
selain mental birokrasi yang sulit diubah dikalangan
pegawai. E-gov juga memerlukan skil dan kemaun
kuat untuk mengembangkannya, sehingga SDM
berkwalitas memang perlu. Masalah administrasi lain
yang mengganjal seperti koordinasi antar instansi
untuk sepakat menggunakan e-gov pada repormasi
birokrasi memang perlu. Pengembangan e-gov sering
terkendala karena masing masing instansi ingin
mengembangkan aplikasinya , padahal " bersama kita
bisa" ego sentris ini sering menyebabkan biaya TI
menjadi mahal. Impra struktur berupa jaringan juga
menjadi kendala utama, karena investasi dibidang e-
gov ini cukup mahal. Selain SDM sarana dan dana
memang menjadi faktor penting, apalagi modal awal
memang mesti mahal, tentu ini bukan tanpa solusi,
kerja gotong royong dari semua instansi pemerintah
tentu akan mengurangi inevestasi yang terlalu tinggi.
Peranan kepemimpinan organisasi juga menjadi
penting untuk memilih alternatip menggunakan atau
tidak suatu teknologi yang mampu memberikan
pelayanan prima . Seperrti diketahui muara dari
pelaksanaan otonomi daerah adalah terselenggaranya
kepemerintahan yang baik dan bertanggungjawab
(good governance), sehingga diperoleh birokrasi
yang handal dan profesional, efisien, produktif, serta
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Untuk menuju good governance serta mempercepat
penye-lenggaraan otonomi daerah, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi pada setiap
penyelenggaraan pemerintahan, merupakan
kebutuhan yang mendesak, dalam rangka mendukung
pertukaran data dan informasi serta penyaluran berita
secara cepat, tepat, dan akurat. Apalagi jika dikaitkan
dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau dan kepulauan, maka keberadaan
teknologi informasi dan komunikasi mempunyai
peranan penting dan strategis.( Affan 2004 :1)
Pemerintah telah mengeluarkan INPRES 3 Tahun
2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-government. e-government tersebut
merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis
(menggunakan) elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif
dan efisien. Pengertian umum electronic government
(e-government = e-gov) adalah “Penyelenggaraan
pemerintahan berbasis elektronik (teknologi
informasi dan komunikasi) untuk meningkatkan
kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan
masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok terkait
lainnya menuju good governance”. Namun
kenyataannya pengembangan nya ditingkat
pemerintahan masih jauh dari yang diharapkan.
Berbeda dengan e bisnis, e learning yang sudah
mampu berkembang secara cepat seperti layaknya
sebuah kendaraan yang sudah melaju dengan pasti.
Penggunaan Egov untuk merepormasi birokrasi tak
diragukan lagi untuk menuju pada good
governement, tetapi justru pengembangan e-gov itu
sendiri yang berjalan bagai keong .
3. REFERENSI
[1] Adhy Muhtar, Entang 2001. “Desa Sebagai Self
Governing Community Menuju Good Governance”
Makalah pada Workshop kerjasama Program (S2)
Politik Lokal dan Otda dan S-2 Sosiologi UGM
dengan Partnership for Governance Reform in
Indonesia Yogyakarta 2001 Unpad
[2] Anonim 2004 kominfo go. Id , web site
Departemen Komunikasi dan Infomrmatikan arsip
berita Kominfo.
[3] --------2005, e-Indonesia Initiative, 2005
Tranformasi Indonesia ke Masyarakat Pengetahuan
Dalam Majalah e -Indonesia
[4] ---------- 2003, Inpres no. 3 tahun 2003 Panduan
Kebijakan Strategi Nasional Elektronik Government
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 47
[5] -----------2004, Undang undang RI No 32 Tahun
2004 Mengenai Pemerintahan Daerah, Jakarta
[6] ----------2003, Perda Pemerintah daerah
Kabupaten Ketapang tentang SOTKPD. Ketapang
[7] ---------2003, Keputusan Mentri Pendayagunaan
Aparatur Negara No. : 63/kep/M.Pan/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
[8].----------- 2004 , Good Governance Newsletter
Vol I Maret 2004 CGIC Pusat Informasi Tata
Pemerintahan yang Baik di Indonesia, Jakarta.
[9]----------2004, Rencana Aksi Nasional
Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009,
Kementriaan Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Jakarta.
[10]..............2002. Birokrasi di daerah harus mampu
mengimbangi dinamika politik tinggi dalam Jurnal
Otonomi Daerah 2002 Jakarta.
[11}...............2005.(http://www.transparansi.or.id/go
od_governance/prinsi p.html) 2005 yayasan yang
bergerak dibidang tranparansi
[12]...............2004.http://www.itu.int/wsis/basic/un-
summits.html.Itu WSIS Summits
[13] ………….2005 http://www.pikiran rakyat.com
/cetak/ 1004 /04 /1102. htm Prof. Asep Kartiwa
dalam pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Unpad
yang berlangsung di Ruang Serba Guna Unpad,
Sabtu (2/10).
[14] Darmanto,didik 2003 Birokrasi Cleptomania*
Mahasiswa Sosiologi UGM, Anggota Dewan
Pimpinan Media Komunitas UGM Bulaksumur Pos
dimuat Harian Umum Bengawan Pos, Edisi
13/06/2003
[15]…………2003, Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (no.
63/kep/M.PAN/2003) tentang pedoman umum
penyelenggaraan Pelayanan Publik diterbitkan oleh
Kementrian PAN RI 2003
[16] Djalil Sofyan 2004 (Mentri Kominfo pada
Rapat Kerja Telematika di Jakarta)
[17] Faisal Sanafiah, 1995 (Format–format
Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aflikasi)
Rajawali press, Jakarta.
[18] Ginandjar Kartasasmita, 1997 Visi
Pembangunan Dalam PJP II, Gambaran
Masyarakat Indonesia Tahun 2018 dan
Tantangannya Bagi Aparatur Negara”. Makalah
disajikan pada Seminar Pendayagunaan Aparatur
Negara, Jakarta.
[19] Martoyo 2002 Teori Administrasi Negara dalam
Bahan Kuliah Matrikulasi Mahasiswa Program Studi
Administrasi Negara Untan Pontianak.
[20] Ramli, Ahmad 2004 Prinsip-Prinsip Cyber Law
dan Kendala Hukum Positif Dalam Menanggulangi
Cyber Crime Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran@04
[21] Mordiono, 2002 Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Penerbit : Andi Yogyakarta
2002.