refrat - agitasi dan perilaku kekerasan
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
1/40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agitasi merupakan psikopatologi yang sering ditemui pada berbagai
gangguan psikiatrik, misalnya skizofrenia, skizoafektif, gangguan bipolar,
atau demensia. Pada pasien dengan skizofrenia, agitasi sering terjadi selama
fase akut. Pada agitasi terlihat adanya ansietas yang disertai dengan
kegelisahan motorik, meningkatnya respons terhadap stimulus internal atau
eksternal, iritabilitas, peningkatan aktivitas verbal atau motorik yang tidak
bertujuan.
Agitasi merupakan gejala yang sangat menakutkan karena sering
meningkat menjadi perilaku atau tindakan kekerasan (violent) dan destruktif.
Kekerasan yaitu agresif fisik yang dapat mencederai orang lain. Yang sering
menjadi korban kekerasan adalah keluarga, petugas medik atau pasien
lainnya. Oleh karena itu, intervensi yang cepat sangat diperlukan untuk
mencegah pasien melukai dirinya, keluarga atau orang lain.
enurut National Institute of Occupational Safety and Health sekitar !,"
juta orang mengalami kekerasan di tempat kerja setiap tahun, dengan
persentasi yang bermakna terjadi dilingkungan pelayanan kesehatan.! #enaga
ahli seperti polisi dan pemadam kebakaran dihubungkan dengan tingkat
kejadian kekerasan fatal yang lebih tinggi. eskipun kekerasan pelayanan
kesehatan biasanya tidak fatal, tetapi lebih sering dan bermakna. Kekerasan
empat kali lebih sering terjadi di tempat pelayanan kesehatan daripada di
industri pribadi lainnya. #empat yang paling sering terjadi kekerasan yaitu
rumah sakit $%nstalasi &a'at (arurat, Intensive Care Unit, pelayanan geriatri
dan psikiatri), panti jompo, dan agen pelayanan sosial. Pada survei lebih dari
*+. industri pribadi, ditemukan -+ kecelakan kerja yang tidak fatal
terjadi sebagai hasil kekerasan di pelayanan kesehatan.*,/ 0ahkan yang lebih
memprihatinkan, kejadian ini semakin meningkat.!1/
1
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
2/40
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
3/40
-. engetahui biomolekular terkait agitasi
+. engetahui manajemen agitasi dan tindakan kekerasan
D. Manfaat
!. anfaat #eoritis
akalah ini diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan ilmiah
dalam manajemen agitasi dan kekerasan, biomolekuler agitasi, organ apa
saja yang menyebabkan terjadinya agitasi, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan.
*. anfaat Praktis
akalah ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan secara
umum, dan manfaat kepada pembaca dan kepada penulis pada khususnya
agar lebih memahami agitasi dan kekerasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defns Agtas !an Perlaku "ekerasan
#. AgitasiMenurut Asosiasi Psikiatri Amerika di dalam DSM-IV-TR,
agitasi didefnisikan sebagai aktivitas motorik ang
!
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
4/40
berlebi"-lebi"an terkait dengan #erasaan ketegangan dari
dalam diri$ %angguan #erilaku ang kom#leks ang
dikarakteristikkan dengan agitasi terda#at #ada se¨a"
gangguan #sikiatri se#erti ski'o(renia, gangguan bi#olar,
demensia )termasuk #enakit Al'"eimer* dan
#enala"gunaan 'at )obat dan+atau alko"ol*$Agitasi $keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk gangguan
yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan atau
kelelahan, biasanya dihubungkan dengan keadaan tegang dan ansietas.
Pada beberapa literatur dikatakan bah'a agitasi adalah gangguan
psikomotor yang memiliki karakterisasi peningkatan aktivitas motor dan
psikologi pada pasien $adanya irritabilitas). Adanya gerakan berjalan
bolak1balik dalam satu ruang tanpa alasan, gerakan memeras1meras
tangan, melepas baju dan memakainya lagi dalam kondisi terbalik, dan
tindakan motorik dan tak beralasan lainnya. Pada keadaan yang parah,
gerakan yang ditimbulkan bisa membahayakan orang lain, seperti
merobek1robek, menggigit kuku jari dan menggigit bibir sendiri yang
menimbulkan potensi pendarahan akibat trauma. Agitasi psikomotor ini
merupakan tipikal simptom yang dapat dijumpai pada kelainan depresi
mayor atau kelainan obsesi dan terkadang dijumpai pada gangguan
bipolar, meskipun kelainan ini merupakan akibat dari kelebihan stimulus
yang diterima. 8sia pertengahan $dekade ke * dan /) dan usia tua
merupakan usia yang penuh dengan resiko terjadinya kelainan ini.
$. Perilaku KekerasanPerilaku kekerasan merupakan respon dan perilaku manusia untuk
merusak dan berkonotasi sebagai agresi fisik yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain atau sesuatu. 9espon itu dipengaruhi oleh penilaian
terhadap situasi, penerimaan lingkungan, kognisi dan komunikasi stress,
sehingga apabila lingkungan diinterprestasikan sebagai bermusuhan
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
5/40
maka akan bersepon bermusuhan dan menyebabkan timbulnya perilaku
agresif kekerasan.
B. Et%l%g Agtas !an Perlaku "ekerasan
Agitasi bisa timbul sendiri atau disertai oleh kelainan mental lainnya
seperti ansietas berat dan delirium. Kebanyakan agitasi merupakan tanda dari
disfungsi otak atau insufisiensi serebral akut. Keadaan ini banyak dijumpai
pada kasus ga'at darurat, biasanya pada orang de'asa, dan disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya bisa karena suatu penyakit $gangguan metabolik,
sepsis1assocated enselopathy, pengobatan) dan faktor eksternal $keributan,
ketidaknyamanan, rasa sakit). Agitasi merupakan masalah yang ga'at dengan
tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup besar $dihubungkan penyebab
gangguan metabolik). Adanya gejala penyerta yang biasanya menyertai gejala
ini seperti delirium memperburuk prognosis pasien. Agitasi bisa disebabkan
oleh berbagai penyebab diantaranya akibat efek samping penggunaan obat
antipsikotik.
Pada beberapa kasus, mekanisme pasti penyebab masalah mental ini
belum memiliki karakteristik, kecuali yang berhubungan dengan penyebab
metabolik seperti adanya tanda hipoglikemia atau hipoksemia yang memiliki
dasar penyebab organik.
Penyebab dari agitasi dapat juga berupa intoksikasi alkohol, kafein,
ketergantungan kokain, hipertiroidisme dan pada penghentian nikotin dan
opiat.
C. Anat%m Sstem &rgan Pen'e(a( Agtas
#. Sstem Lm(k
5istem limbik terdiri dari area neokortikal dan area kortikal yang lebih
tua secara filogenetika dan beberapa nuclei. Arsitektur selular di
arkhikorteks dan paleokorteks berbeda dengan neokorteks. 5truktur utama
sistem limbik adalah f%rmas% h)%kam)als* grus )arah)%kam)als
!an area ent%rhnal* grus +ngul* k%r)us mamlare* !an amg!ala.
5truktur tersebut saling berhubungan di sirkuit Papez, dan juga
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
6/40
membentuk hubungan yang luas dengan regio otak lainnya. 5istem limbik
dengan demikian memungkinkan komunikasi antara struktur
mesensefalon, diensefalon, dan neokortikal.46
elalui hubungannya dengan hipotalamus dan juga dengan sistem
saraf otonom, sistem limbik ikut dalam )engaturan !%r%ngan $drive) dan
)erlaku afektf . (ikatakan fungsi utamanya, dari sisi teleologis, adalah
)em(entukan )erlaku 'ang menngkatkan ketahanan ,sur--al
n!-!u !an s)eses. 5elanjutnya, hipokampus memainkan peranan yang
sangat penting dalam belajar dan memori. :esi1lesi yang terjadi pada
formasio hipokampalis, dan struktur lain yang secara fungsional
berhubungan dengannya, menimbulkan suatu sindrom amnestik.
&angguan memori yang berbeda dapat muncul, tergantung pada tempat
lesi. 46
&ambar !. Korteks :imbik
$. Amg!alaAmigdala terbentuk dari beberapa komponen yang berbeda, beberapa
diantaranya secara fungsional berkaitan erat dengan sistem olfaktorius,
sedangkan yang lainnya $zona medial dan sentral) dianggap berkaitan
dengan sistem limbik. Amigdala adalah nukleus tempat berasalnya stria
terminalis, yang membentuk lengkung besar ke atas dan ke depan di alur
antara talamus dan nukleus kaudatus hingga mencapai tingkat foramen
interventrikulare, tempat stria ini terpecah menjadi beberapa gelondong
.
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
7/40
serabut yang berbeda. 0eberapa serabut ini berlanjut ke area septalis,
sedangkan yang lainnya ke bagian rostral hipotalamus, dan beberapa
lainnya melalui stria medularis ke nu!leus ha"elunaris. 5elain itu,
amigdala dianggap membentuk hubungan dengan mesensefalon, dan
terutama dengan nu!leus mediodorsalis talami, yang kemudian
berproyeksi ke !orte!s or"itofrontalis. Kedua amigdala juga berhubungan
satu sama lain. 46
5timulasi eksperimental pada amigdala diketahui menimbulkan
aktivitas afektif. 9eaksi emosional, seperti kemarahan dan agresi, munul
dan disertai oleh reaksi otonom, seperti peningkatan tekanan darah,
frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernapasan. Perubahan atensi,
asupan nutrisi dan perubahan perilaku seksual terjadi, tergantung pada
subdivisi nukleus amigdala yang terstimulasi.
&ambar *. ;ubungan aferen utama hipotalamus $gambaran skematik) 46
/
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
8/40
/. 0ungs Sstem Lm(k
Korteks entorhinal menerima input aferen dari regio neokorteks yang
tersebar luas dan menghantarkan informasi ini melalui jaras perforantes ke
hipokampus. Pengolahan neural pada tingkat ini melibatkan pengujian
informasi yang masuk berdasarkan lama atau barunya informasi. ;al ini
menunjukkan bah'a hipokampus memiliki peran penting dalam proses
)em(elajaran !an mem%r. Peran tersebut dapat terlihat dengan jelas
dengan pengamatan klinis.
emori yang berfungsi secara layak tidak hanya bergantung pada
hipokampus yang intak tetapi juga serabut penghubung yang intak yang
menghubungkan hipokampus dan amigdala ke regio otak lainnya. 5erabut
jaras berikut ini terutama penting untuk memori<
a. Pr%'eks !ar h)%kam)us melalui forniks
i. Ke nuklei septales
ii. Ke korpus mamilare dan menuju nukleus anterior talami dan
girus cinguli $5irkuit Papez)
Pr%'eks !ar amg!ala ke regio nuklear dorsomedial talamus dan
berjalan naik ke korteks orbitofrontalis. 46
D. B%m%lekuler Agtas
=euroanatomi dan neurokemikal dari agitasi belum sepenuhnya jelas.
(efinisi agitasi yaitu <
!. #otor restlessness
*. Peningkatan responsivitas terhadap stimuli
/. %ritabilitas
-. Aktivitas motorik atau verbal yang tidak sesuai atau tidak bertujuan
+. Kurang tidur
6. >luktuasi gejala dari 'aktu ke 'aktu
$estlessness merupakan bagian dari agitasi yang telah ditetapkan
sebagai hasil dari gangguan pada jalur paralel tersendiri melalui sistem limbik
dan sensorimotorik striatum. 0erikut merupakan skema sirkuit Kortiko1
5triatal1#halamik yang berhubungan dengan patogenesis restlessness<
0
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
9/40
&ambar /. 5kema sirkuit Kortiko15triatal1#halamik !6.
Korteks serebral terproyeksi ke striatum dorsalis $caudatum, putamen,dan pallidum dorsalis) dan ke striatum ventralis yang berkaitan dengan limbik
$nucleus accumbens, pallidum ventralis, dan substansia nigra pars retikulata)
dalam suatu lingkaran dou"le inhi"itory. Proyeksi ini predominan ke korteks
prefrontal dan sensorimotorik, bersifat eksitatorik. ;al ini menunjukkan
bah'a striatum1lah yang menjadi pemicu dalam sistem ini, yang mana
menyebabkan stimuli pada korteks akan diekspresikan. 5triatum
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
10/40
memproyeksikan ke global pallidus interna $&Pi) dan substansia nigra pars
ritculata $5=r) melalui * jalur<
!. ?alur langsung $terdiri dari &A0A dan substansi P@ inhibitorik)
*. ?alur tidak langsung $terdiri dari &A0A dan enkephalin)@ proyeksi
a'alnya menuju ke global pallidus eterna $&Pe), terjadi dou"le
inhi"itori! sehingga menjadi bersifat eksitatorik untuk &PiB5=r.
5triatum juga menerima input dopaminergik dari substansia nigra pars
compacta $5=c) dan area ventral tegmental area $C#A), serta input
serotonergik dari nucleus raphe dorsalis. C#A memproyeksikan serat
dopamin ke korteks frontalis dan juga striatum limbik, yang mana dopamin
mesokortikal ini memiliki efek inhibitorik pada sistem neuron kortikal dan
jaringan dopaminergik.
0erdasarkan skema di atas, agitasi merupakan konsekuensi akibat
gangguan sirkuit di atas yang akhirnya berujung pada hilangnya penekanan
eksitatorik pada &PiB5=r atau mungkin disinhibisi dari neuron
thalamokortikal dan batang otak. Peningkatan stimulasi dopaminergik
menyebabkan peningkatan eksitasi via jalur tidak langsung atau peningkatan
inhibisi via jalur langsung.!6
0erikut penyebab agitasi pada beberapa gangguan klinis<
&ambar -. Penyebab agitasi pada beberapa gangguan klinis!6.
E. Mekansme Agtas !an Perlaku "ekerasan
Perilaku agresif dapat menimbulkan tindakan kekerasan. Perilaku
kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling maladaptif dalam
1
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
11/40
respon emosional seseorang karena perilaku kekerasan dapat membahayakan
orang lain, diri sendiri baik secara fisik, emosionalBseksualitas.4" Perilaku
kekerasan terjadi karena penilaian yang salah terhadap situasi yang diterima
oleh seseorang yang menyebabkan kemarahan, karena perilaku kekerasan
merupakan hasil dari marah yang esktrim $kemarahan) atau ketakutan $panik)
sebagai respon terhadap perasaan terancam.42 ?adi bukan karena disebabkan
oleh orang lain maupun lingkungannya namun disebabkan oleh penilaian
yang salah $distorsi kognitif) dari diri pelaku itu sendiri, karena sebenarnya
tidak ada hubungan langsung antara situasi atau kejadian dengan terjadinya
perilaku kekerasan 'alaupun situasi atau kejadian dapat menyebabkan
timbulnya perasaan takut, memalukan, ketidakberdayaan.44
0akt%r B%l%gs
>aktor biologis menjelaskan kondisi yang berpengaruh terhadap perilaku
kekerasan. >aktor biologis yang berpengaruh terhadap munculnya perilaku
kekerasan antara lain gangguan pada sistem limbik, lobus frontal,
hipotalamus dan neurotransmitter. 42
5istem limbik adalah area otak yang menjadi pusat emosi. 5istem limbik
penengah dari dorongan dasar dan ekspresi dari emosi perilaku, seperti
makan, agresif dan respon seksual. 5istem limbik juga berfungsi untuk proses
informasi dan daya ingat. Khususnya pada area amidala, salah satu bagian
dari sistem limbik yang berfungsi sebagai penengah antara ekspresi takut dan
amuk. Pengolahan informasi dari dan untuk area lain di otak berpengaruh
terhadap pengalaman emosi dan perilaku. Perubahan pada sistem limbik
dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan resiko perilaku kekerasan42.
:obus frontal terlibat dalam dua fungsi bicara, fungsi pikir dan kontrol
berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada frontal mengakibatkan gangguan
untuk membuat keputusan, perubahan personalitas, masalah dalam membuat
keputusan dan perilaku agresif. Pada klien dengan perilaku kekerasan
ditemukan penurunan fungsi otak di area frontal dan temporal. (ari
11
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
12/40
pemeriksaan gambaran otak perilaku kekerasan pada klien menunjukkan
adanya penurunan metabolisme di area forntal otak.!
;ipotalamus adalah area yang terdapat pada batang otak. 0erfungsi
sebagai alarm otak yang akan mempengaruhi pengeluaran hormon steroid
yang menyebabkan terjadinya kekerasan.42 ;ipotalamus akan meningkatkan
stimulus untuk meningkatkan pengeluaran hormon steroid akibat adanya
peningkatan stessor akibat berbagai keadaan misalnya ri'ayat perilaku
kekerasan. Akibat dari stimulus berulang sistem respon lebih hebat. 5tress
akan meningkatkan kadar steroid yaitu hormon yang disekresi oleh kelenjar
adrenal, reseptor saraf untuk hormon ini menjadi kurang sensitif dalam usaha
kompensasi dan hipotalamus memerintahkan kelenjar pituitari untuk
melepaskan steroid.
#erdapat hubungan yang bermakna antara faktor skor agitasiBdisinhibisi
dan metabolisme kortikal di lobus frontal dan temporal. Penelitian terbaru
menunjukkan adanya hubungan antara agitasi dengan penurunan metabolisme
di daerah frontotemporal, bertambahnya neurofi"rillary tangle terutama di
daerah frontal dan defisit kolinergik. #ekin et al juga menunjukkan bah'a
jumlah neurofi"rillary tangle lebih tinggi di daerah cingulate anterior
orbitofrontal pada pasien A( dengan agitasi!!.
Pada pemeriksaan 5PD3#, subyek dengan agresi memperlihatkan
hipoperfusi yang bermakna di korteks temporal anterior kiri.!*
Agitasi intermiten dan agresivitas yang sering berkembang pada pasien
demensia mungkin berhubungan dengan lesi dari sistem limbik, terutama di
daerah amigdala dan regio yang berhubungan.!/
Perilaku agresif dilaporkan terkait dengan lesi neuropatologis di basal
nucleus eynert dan lokus seruleus, dan dengan banyaknya neuron di
substansia nigra pars compacta. :okus seruleus rostral mengalami kehilangan
sel lebih besar pada pasien agresif.!*
0anyak peneliti percaya bah'a kekerasan impulsif adalah konsekuensi
dari kerusakan regulasi emosional. Amigdala memainkan peran penting
dalam memprovokasi kemarahan dan reaksi emosional kekerasan, dan
12
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
13/40
korteks prefrontal memainkan peran penting dalam menekan perilaku tersebut
dengan membuat kita melihat konsekuensi negatif. 5eperti yang kita lihat
sebelumnya, perilaku antisosial mungkin berhubungan dengan penurunan
volume korteks prefrontal@ dengan demikian, aktivasi korteks prefrontal
mungkin mencerminkan perannya dalam menghambat perilaku agresif. 9aine
E Yang menemukan bukti aktivitas prefrontal terhadap penurunan dan
peningkatan aktivitas subkortikal $termasuk amigdala) pada otak pembunuh
yang dihukum.!- Perubahan ini terutama terlihat di impulsif, pembunuh
emosional. Kegiatan prefrontal pembunuh berdarah dingin, kejam, dan
predator 1 yang kejahatannya tidak disertai dengan kemarahan dan kemarahan
atau lebih dekat dengan normal. Agaknya, peningkatan aktivasi amigdala
mencerminkan kecenderungan peningkatan untuk menampilkan emosi
negatif, dan aktivasi menurun dari korteks prefrontal mencerminkan
penurunan kemampuan untuk menghambat aktivitas amigdala dan dengan
demikian mengendalikan emosi. 9aine dan Yang menemukan bah'a orang
dengan gangguan kepribadian antisosial menunjukkan penurunan !! persen
dalam volume gray matter dari korteks prefrontal.!-
Korteks prefrontal menerima proyeksi utama akson serotonergik.
Penelitian menunjukkan bah'a masukan serotonergik ke korteks prefrontal
mengaktifkan 'ilayah ini. 5ebuah studi pencitraan fungsional mengukur
aktivitas otak daerah orang dengan sejarah agresi impulsif sebelum dan
sesudah dua belas minggu pengobatan dengan inhibitor serotonin reuptake
tertentu. ereka menemukan bah'a obat meningkatkan aktivitas korteks
prefrontal dan mengurangi agresivitas. 3rockett et al. menemukan bah'a
dosis tinggi tunggal dari agonis +1;# kemungkinan penurunan tingkat subjek
membuat keputusan untuk menyebabkan kerugian dalam skenario dilema
moral yang disajikan.!+ (engan kata lain, aktivitas serotonergik yang
meningkat membuat mereka kurang cenderung untuk membuat keputusan
utltaran. #ampaknya, karena itu, bah'a tingkat abnormal rendah dari
pelepasan serotonin dapat mengakibatkan penurunan aktivitas korteks
1!
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
14/40
prefrontal dan meningkatkan kemungkinan penilaian utilitarian atau, secara
ekstrim, perilaku antisosial.
0. 0akt%r Rsk% Agtas !an Perlaku "ekerasan
Pengetahuan mengenai faktor resiko perilaku kekerasan adalah bagian
dari penilaian resiko yang lebih luas. Adanya penyalahgunaan obat
merupakan faktor resiko lebih tinggi yang berhubungan dengan
kekerasan./+,-+1-2 >aktor resiko lainnya meliputi jenis kelamin, usia !+1-
tahun, kemudahan mendapat senjata, tuna 'isma, dan gangguan psikiatri. -4
9i'ayat kekerasan sebelumnya sangat berhubungan dengan kemungkinankekerasan di masa depan. 9ao et al, menemukan angka kekerasan menjadi *
kali lebih tinggi pada pasien dengan ri'ayat kekerasan sebelumnya.-6
Pasien dengan ri'ayat gangguan psikiatri yang lama berhubungan
dengan adanya tindak kekerasan. >aktanya, kecenderungan peningkatan
kekerasan di %&( hingga peningkatan proporsi pasien di %&( menunjukkan
adanya kega'atdaruratan psikiatri.!",-61+ 0agaimanapun, hubungan potensial
ini masih kontroversial. Amore et al, menemukan bah'a pasien dengan gejala
positif $halusinasi, delusi, dan gangguan isi pikir) sebagai pengukuran
menurut 0rief Psychiatric 9ating 5cale, kemungkinan lebih banyak
melakukan tindakan kekerasan selama pasien dira'at inap.+! 5ebaliknya,
Dlbogen et al, dalam revie' lebih dari /-. subjek yang melengkapi survei
dari National Epidemiologi Survey mengenai pecandu alkohol dan kondisi
yang berhubungan dengannya menemukan bah'a gangguan psikiatri tidak
dapat memprediksi kekerasan di masa depan.-" Penelitian lainnya oleh >azel
et al, menunjukkan penemuan yang serupa< peningkatan kekerasan yang
berhubungan dengan skizofrenia merupakan hasil terbanyak dari
penyalahgunaan dan ketergantungan obat.-2 Anderson et al, mengemukakan
bah'a hanya sedikit pasien dengan gangguan dan gejala psikiatri yang
spesifik yang memiliki resiko tinggi melakukan tindakan kekerasan. -* ;al ini
mungkin terjadi pada individu yang memiliki kecacatan atau intoksikasi yang
mungkin menjadi faktor resiko kekerasan dibanding mereka yang mempunyai
gangguan psikiatri yang lebih sederhana.+*
1
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
15/40
Peringatan seharusnya diberikan ketika hanya mengandalkan analisa
faktor resiko sebagai penilaian resiko. 5ebagai contoh, suku telah
didokumentasikan memiliki hubungan dengan angka kekerasan.+/,+-
Khususnya di negara Afrika dan Amerika telah terjadi peningkatan angka
laporan main hakim sendiri, penahanan, serta penangkapan.-*,++,+6 5ementara
pernyataan tersebut melaporkan adanya peningkatan angka kekerasan,
5ampson et al melaporkan adanya hubungan yang racial dengan hilangnya
kekerasan ketika status ekonomi dikontrol.+- :ebih lagi, terdapat sikap diam
yang sesuai etika untuk mengambil risiko terutama berdasarkan demografik.
Pada umumnya, demografik dasar merupakan prediksi yang buruk dari
kekerasan pada saat tertentu@ seperti, klinisi harus menggunakan alat tertentu.
Kekerasan jarang timbul tanpa adanya sinyal peringatan. #anda perilaku
adalah faktor risiko dinamis utama yang prediktif. #anda1tanda status mental
yang agitatif diantaranya yaitu marah, kebingungan, perasaan gembira yang
meluap1luap, tidak kooperatif, dan impulsifitas./+,-*,+" #anda1tanda fisik agitasi
diantaranya menggeramkan rahang, lubang hidung melebar, 'ajah memerah,
dan mengepalkan atau mencengkeramkan tangan seperti akan melakukan
tindak kekerasan.+" #anda1tanda perilaku dapat dikategorikan menjadi
pembicaraan, postur, dan aktivitas motorik.-+ Pembicaraan dengan suara yang
keras dan dengan intonasi bermusuhan, dan ancaman lisan adalah tanda yang
jelas. (uduk tegang dipinggir kursi, mencengkeram sandaran, adalah tanda
postural agitasi. Aktivitas motorik seperti mondar1mandir atau tidak bisa
duduk tenang sering dihiraukan tetapi hal tersebut justru penting sebagai
tanda akan adanya tindak kekerasan. Kapur dan >ink mendeskripsikanFprodrome kekerasanG dalam tiga fase< ansietas, defensif, agresi fisik.+2 Pada
fase ansietas, pasien dapat memperlihatkan postural, penampilan yang tampak
lelah, bertanya terus1menerus, dan pembicaraan yang tertekan adalah tanda
dari kecemasan yang meningkat. Pertahanan diri merupakan fase prodromal
selanjutnya tindakan kekerasan. Pasien mungkin menjadi berbicara kasar dan
menunjukkan tanda yang lain yaitu perilaku bermusuhan dan berubah1ubah.
5erangan verbal dapat berupa penghinaan terhadap berat badan, jenis
1
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
16/40
kelamin, atau demografis. ?ika meningkat, masuk ke fase ketiga yaitu
penyerangan fisik. 5ekali pasien menjadi agresif secara fisik, dia akan
kehilangan kontrol dan mungkin memerlukan intervensi secara fisik untuk
menjaga suasana yang aman. 5ecara keseluruhan, adanya fase prodromal
berguna sebagai tanda bahaya a'al.
Klinisi harus mengkombinasikan faktor risiko, ri'ayat kontekstual,
isyarat perilaku, dan informasi kolaboratif ke dalam suatu penilaian global
terhadap tingkat risiko pasien. %nformasi kolaboratif sebaiknya didapatkan
dari keluarga, teman, paramedis, klinisi, dan catatan medis dimanapun yang
memungkinkan. 5emakin sering informasi digunakan maka semakin tinggi
akurasinya. (alam prakteknya, dimana informasi sangat terbatas, klinisi harus
membuat keputusan dengan cepat berdasarkan penilaiannya yang terbaik.
#erdapat sarana penilaian valid yang digunakan untuk mengukur tingkat
risiko ke dalam skor numerik.+4166 #etapi banyak sarana tersebut yang tidak
praktis dan penggunaannya terbatas pada keadaan darurat. Anderson et al.
mendeskripsikan sistem stratifikasi yang praktis tetapi kuat. -* :evel risiko
pasien dikategorikan ke dalam satu dari tiga level yaitu< potensial, imminent,
dan emergent . Pasien yang termasuk level potensial tidak menunjukkan risiko
tinggi. Pasien yang termasuk ke dalam level imminent menunjukkan banyak
tanda kekerasan dan sangat berisiko tinggi untuk berubah menjadi kekerasan
yang tiba1tiba $emergent ). Pasien yang termasuk dalam level emergent
menunjukkan tanda kekerasan fisik dan membutuhkan intervensi segera.
1. Manajemen Agtas !an Perlaku "ekerasan Pa!a Pasen
Pendidikan mengenai kekerasan di pelayanan kesehatan selanjutnyamenjadi kebutuhan yang bermakna, dengan banyaknya dokter dan pera'at
yang meminta pendidikan lebih lanjut dalam hal manajemen kekerasan atau
kecemasan pasien.+,!*,*6,*" 5urvei pada program pelatihan pengobatan
kega'atdaruratan yang terakreditasi, ditemukan hanya !6 yang sudah
mengikuti pelatihan atau 'orkshop manajemen kekerasan pasien. !2 (emikian
pula pera'at dan tenaga kesehatan lainnya melaporkan kurangnya peluang
mengikuti pelatihan.+,!2,* enanggapi hal tersebut, organisasi pelayanan
1.
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
17/40
kesehatan utama meliputi AA, APA, dan A3DP mempunyai kebijakan dan
tujuan advokasi untuk menurunkan kekerasan di tempat kerja. 0aru1baru ini
merican ssociation of Emergency %sychiatry $AADP) telah
mempublikasikan pedoman penatalaksanaan kecemasan melalui Proyek
0D#A $ &est %ractice in the Education and 'reatment of gitation) Pedoman
ini adalah tahap penting dalam pengembangan konsistensi dan keamanan
dalam manajemen kecemasan pasien.*2 Algoritma dari Proyek 0D#A
dimasukkan dalam bagian ini $lihat gambar *.!1*./).
1/
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
18/40
10
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
19/40
&ambar +. Dvaluasi medis dan triase pasien agitasi
1
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
20/40
3erdasarkan res#on ter"ada# #engobatan interve
Agitasi ang ber"ubungan dengan deliriumAgitasi disebabkan ole" interaksiAgitasi ang ber"ubungan dengan #sikosis #ada #asien dAgitasi ang tidak
5T67 atau 389 tan#a ke:urigaan #utus obat5T67 atau 389 dengan ke:urigaan #utus obatStimulan SSPDe#resan SSP
entifkasi dan koreksi kondisi medis ang mendasari
ndari 389
nti#sikotik generasi 2 oral
s#eridon 2 mg
ean'#ine -1 mg
nti#sikotik generasi 1 oral
alo#eridol )dosis renda"* ;
nti#sikotik generasi 2 #arenteral
an'es#"e 1 mg IM
nti#sikotik generasi 1 #arenteral
alo#eridol )dosis renda"* ; IM atau IV
rda#at bukti kuat ba"4a dosis lebi" dari ! mg )#er "ari* #ada #asien delirium ber"ubungan dengan risiko 5PS
3en'odia'e#in oral
lora'e#am 1-2 mg
:"idia'e#o
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
21/40
&ambar ". Protokol penanganan agitasi/"
ungkin tahap pertama untuk mengurangi angka kekerasan di rumah
sakit adalah dengan mengenal potensi kekerasan dan kecemasan pasien.
%dentifikasi pasien yang cepat pada institusi pencegahan kekerasan dapat
menurunkan resiko cedera dan meminimalkan perluasan kekerasan
tersebut.*2,/"1-! Penelitian a'al menunjukkan bah'a khususnya pekerja
pelayanan kesehatan, psikiater dan psikologis, tidak dapat mengidentifikasi
atau memprediksi dengan mudah pasien yang beresiko melakukan
kekerasan.-* (engan meyakinkan bah'a penelitian di tempat pelayanan
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kekerasan pasien, kita
mampu untuk mengidentifikasi mana pasien yang beresiko untuk melakukan
kekerasan.-*1--
Pendekatan terhadap pasien agitasi harus dimulai lebih dulu dari keadaan
pasien. 5etiap institusi sebaiknya mempunyai peraturan dan protokol yang
mengatur respon petugas terhadap kekerasan. 5ebaiknya terdapat sistem
pelacakan dan peringatan untuk pasien1pasien dengan ri'ayat kekerasan
danBatau berisiko tinggi melakukan tindak kekerasan. Petugas keamanan
sebaiknya memiliki prosedur yang kuat untuk merespon dengan tepat dan
mengamankan seluruh area. Petugas keamanan juga sebaiknya terlatih dengan
benar mengenai teknik untuk restraint yang aman dan manajemen pasien
dengan tindak kekerasan.
8ntuk pasien yang menunjukkan agitasi minor atau moderate dan pasien
level potensial, teknik de1eskalasi verbal dapat berhasil. #ujuan dapat dicapai
21
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
22/40
dengan perilaku yang sopan, menghargai, dan profesional. Pembentukan
hubungan melalui empati dan kesopanan petugas dapat mengurangi
kecemasan pasien dan mencegah peningkatan level risiko. 0erbicara dengan
lembut dan intonasi yang tenang terutama bila berhadapan dengan pasien
yang gaduh dapat mendorong pasien menjadi lebih tenang dan mengurangi
kegaduhan pasien. 5ebaliknya apabila menghadapi pasien dengan cara
menunjukkan sikap agitasi dan cemas dapat memicu reaksi yang sama pada
pasien tersebut.
Pasien dengan level risiko potensial dapat diberikan pilihan oleh klinisi
dengan bahasa yang jelas dan simpel tapi secara halus dan tidak memaksa.
3ontohnya, ketika menghadapi pasien yang melakukan kekerasan verbal
terhadap petugas, klinisi dapat memberikan pilihan yang intuitif, F%bu, kami
sangat ingin mera'at anda dan sangat ingin mengobati penyakit anda, tetapi
kami hanya dapat membantu apabila anda berhenti menggunakan bahasa
yang tidak sopan kepada petugas kami. Apakah anda bersedia mengikuti
peraturan kami dan membiarkan kami untuk membantu anda7G
Pada pasien dengan level imminent , apabila menggunakan komunikasi
verbal harus dengan daftar konsekuensi jelas yang mudah dilaksanakan.
5ebagai contoh, cara pemaksaan dengan pengamanan petugas mungkin sesuai
ketika pilihan ini. F=y. ?, tolong duduk dan berhentilah berteriak atau anda
tidak bisa tetap berada di sini.G ?ika bersedia, maka ada baiknya berikan
pujian positif. F=y. ?, terima kasih telah mematuhi aturan, izinkan saya
menjelaskan mengapa anda tidak bisa berada di area ini, dan mari kita lihat
apa saya bisa mempercepat kesembuhan andaG. 0iasanya, pasien yang sering
gaduh gelisah pun dapat memiliki hubungan yang positif dengan individu
tertentu. ;ubungan tersebut boleh digunakan untuk mengurangi risiko
kekerasan dari pasien tersebut. 5ebaliknya, petugas yang dapat memicu atau
memperberat kemarahan pasien, sebaiknya jika memungkinkan tidak sering
berinteraksi dengan pasien tersebut.
22
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
23/40
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
24/40
Pengasingan dan kamar yang aman untuk pasien sebaiknya dipakai untuk
manajemen pasien dengan tindak kekerasan tiba1tiba (emergent) dan mungkin
juga untuk pasien yang berpotensi untuk bertindak kekerasan. 9uang tersebut
sebaiknya cukup besar agar petugas keamanan dapat masuk berbarengan bila
saja diperlukan pengekangan. 9uangan tersebut harus memiliki perabotan
yang minimal, dan sebaiknya tidak dapat dipindahkan dari tempatnya. #idak
boleh ada obyek yang dapat diambil oleh pasien. #ermasuk dalam hal ini
benda tajam $pensil atau pulpen), atau benda1benda lain yang berpotensi
menjadi senjata. ?alan keluar harus selalu tersedia dan pasien tidak boleh
menutupi jalan tersebut. Pintu kamar aman harus selalu terbuka selama
'a'ancara. ?ika petugas keamanan tidak dihadirkan dalam 'a'ancara,
teknologi alarm atau sinyal lain untuk mengaktifkan sistem keamanan yang
cepat harus tersedia.
Pasien yang sedang dalam kondisi melakukan kekerasan secara
mendadak sangat terbatas dalam negosiasi verbal. (alam situasi seperti ini,
sangat penting bah'a komunikasi dilakukan pada tempat aman dengan pasien
dalam kondisi terikat. Penting bah'a 'alaupun pasien terikat, sikap
profesional dan komunikasi yang memberi semangat harus dilakukan.
5ebelum memulai pengikatan, harus ada petugas terlatih dalam jumlah yang
mencukupi. Pada kebanyakan kasus, lima orang diperlukan untuk mengikat
pasien secara total< satu orang untuk setiap kaki dan tangan dan orang terakhir
untuk stabilisasi kepala.6",62 5emua petugas berkaitan harus sudah menjalani
pelatihan dan asesmen kemampuan terkait.
Pengikatan dengan bantalan paling sering digunakan.-+,+2,6",62 9ompi atau
alat lain untuk imobilisasi dada juga bermanfaat. 0ahkan masker dapat
digunakan untuk menghindari ludahan pasien $ikat leher lunak pada leher
dapat digunakan untuk mencegah putaran kepala dan gigitan pasien, tapi
perlu perhatian khusus jika menggunakan ikatan leher). Penggunaan ikatan
memang memiliki risiko cidera pada pasien, maka kebutuhannya harus benar1
benar diperhatikan.621"" #elah banyak laporan asfiksia dan kematian setelah
diikat"*,"-,"+
, dan telah banyak muncul pendapat yang menolak ikatan secara
2
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
25/40
tengkurap"+1"". Pengasingan atau isolasi, dibandingkan pengikatan, mungkin
saja lebih efektif pada beberapa situasi, mengingat pasien dapat bergerak
lebih leluasa. 9uang isolasi harus memiliki tembok yang kuat yang tidak
mudah rusak. Penga'asan harus dilakukan mengingat pasien masih memiliki
risiko melukai diri sendiri."2
Pengikatan dan pengasingan memiliki aturan yang ketat. Keseimbangan
antara keamanan dan otonomi pasien harus selalu diperhatikan. Komisi
&abungan telah mengeluarkan banyak guideline yang tegas dan standar untuk
penggunanan ikatan@ prinsipnya bah'a intervensi seperti itu haruslah dipakai
sebagai pilihan terakhir dan dalam 'aktu yang sesingkat mungkin"4. Pasien1
pasien yang memerlukan pengikatan atau pengasingan harus dia'asi secara
ketat dan asesmen yang sering setiap !+ menit. Asesmen termasuk tanda1
tanda cidera, nutrisi dan hidrasi, sirkulasi, dan 9O ekstremitas, tanda vital,
kebersihan, status fisik, kenyamanan, dan tanda1tanda tenang yang mungkin
menunjukkan 'aktunya ikatan dilepas atau pengasingan diakhiri. Petugas
klinis harus sangat berhati1hati dan teliti dalam menga'asi. Komisi
&abungan tahu bah'a pengecekan yang terlalu sering dapat membuat pasien
makin gelisah, maka cek secara visual saja diperbolehkan pada beberapa
kondisi khusus.
Kini, Komisi &abungan membatasi penggunaan ikatan dan pengasingan
selama - jam untuk de'asa, * jam untuk anak1anak dan remaja usia 41!"
tahun, dan satu jam untuk anak1anak di ba'ah 4 tahun. Perintah ini dapat
se'aktu1'aktu diperbaharui tapi tidak boleh melebihi *- jam."4 ;ukum
negara bagian dan rumah sakit mungkin saja memiliki aturan yang lebih
restriktif. engenali aturan dan prosedur lokal sangat diperlukan. $:ihat
>igur *.- untuk algoritme penggunaan ikatan dan pengasingan).
%katan fisik dan pengasingan sangat berharga sebagai tindakan a'al.
=amun intervensi tersebut haruslah bijaksana dan sesingkat mungkin. 5edasi
kimia ;aloperidol masih merupakan antipsikotik yang sering digunakan.
;aloperidol mempunyai onset yang cepat dan dapat diberikan secara
intramuskular. enurut Hilson et. al pada merican ssociation of
2
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
26/40
Emergency %sychiatry merekomendasikan haloperidol sebagai drug of choice
untuk pasien dengan agitasi yang disebabkan oleh gangguan ji'a dan
intoksikasi alkohol./" ;aloperidol mempunya efek samping yang bermakna,
diantaranya termasuk efek ekstrapiramidal, yang dapat diminimalisir dengan
pemberian antikolinergik.2*12- enurut ;uf et.al pada revie' 3hocrane lebih
mendukung regimen haloperidol dan promethazine dibandingkan dengan
haloperidol saja atau benzodiazepine saja dalam manajemen agresi yang
diinduksi oleh psikotik.2/ Dfek samping haloperidol lainnya berupa hipotensi
dan disritmia, seperti pemanjangan gelombang I# pada DK&, torsades de
pointes, dan kematian. 9isiko tersebut meningkat pada pemberian haloperidol
secara intravena. Pemberian haloperidol juga dihindari pada pasien usia tua,
pasien dengan abnormalitas jantung, pasien yang mendapatkan pengobatan
yang menyebabkan pemanjangan gelombang I# dan pasien dengan
imbalance elektrolit yang bermakna. #erutama, droperidol yang merupakan
antipsikotik generasi pertama sekelas haloperidol, yang biasanya digunakan
sebagai terapi pada agitasi akut, namun de'asa ini jarang digunakan
dikarenakan risikonya yang menyebabkan pemanjangan gelombang I# dan
terjadinya torsades de pointes.
2.
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
27/40
Tidak
Tidak
Tidak
Tem#atkan #asien #ada tem#at ang se#i dan tidak terkun:i Tem#atkan #asien #ada tem#at ang se#i, terkun:i #ada tem#at #engasin
3erikan #engobatan &ika ada indikasi
Verbal de-es:alation &ika ada indikasi
Monitor #asien
=engka#i evaluasi
Ren:ana #enanganan dan #enem#atan
A#aka" #asien da#at memba"aakan dirina sendiri #ada tem#at #engasingan>
Akanka" #asien da#at duduk diam tan#a mengun:i #intu> ?a Tidak
?a
Restrain
3erikan #engobatan
Verbail de-esalation a#abila #asien mela
?a
Pasien agitasi
A#aka" #asien memba"aakan orang lain>
A#aka" verbal de-es:alation dan #engobatan tersebut e(ekti(>
Verbal de-es:alation
@ika suda" ada indikasi #engobatan, :oba untuk melibatkan #asien untuk menerima obat se:ara sukare
?a
2/
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
28/40
&ambar 2. Algoritme penggunaan ikatan dan pengasingan
H. 0armak%tera)
Antipsikotik generasi kedua dapat lebih mudah diperoleh dan dalam
beberapa penelitian dijelaskan bah'a antipsikotik generasi kedua dapat
menurunkan risiko terjadinya gejala ekstrapiramidal akut jika dibandingkan
dengan haloperidol.2/126 Olanzapine, khususnya, sudah mulai diperhatikan
oleh ahli dan memperlihatkan keberhasilannya serta mempunyai durasi obat
lebih pendek dibandingkan dengan haloperidol. eskipun begitu, antipsikotik
generasi kedua umumnya masih jarang diteliti dan dibutuhkan penelitian
lebih lanjut untuk menjelaskan peranan dari agen antipsikotik generasi baru
tersebut dalam penanganan pasien yang mengalami agitasi./", 2-, 26
0enzodiazepine secara umum mempunyai profil sedasi yang kuat.
eskipun begitu, depresi pernapasan merupakan efek merugikan yang dapat
membatasi pemakaian benzodiazepine pada pasien dengan masalah pada
saluran pernapasan. 0enzodiazepine juga dapat menyebabkan stimulasi reaksi
paradoksal $reaksi yang berla'anan). 9eaksi paradoksal ini tidak dapat
diprediksi dan dapat bermanifestasi pasien menjadi lebih emosional, gerakan
berlebihan, bahkan mungkin sikap bermusuhan dan kemarahan.2",22 0eberapa
hal yang dapat mempengaruhi faktor risiko telah diidentifikasi yaitu
hubungan genetik, usia tua, alcoholism dan gangguan ji'a. 2" 9eaksi ini dapat
ditangani dengan psikoterapi supportif, namun pada beberapa kasus, dapat
diberikan flumazenil.
0enzodiazepin sering digunakan pada terapi tunggal atau kombinasi
dengan antipsikotik.2,24
Pada mulanya, beberapa bukti menunjukkan
20
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
29/40
kecenderungan peningkatan efek sedasi dan menurunkan efek samping gejala
ekstrapiramidal saat haloperidol dikombinasikan bersamaan dengan
lorazepam.24,4 &ilies et al pada revie' 3hocrane mengungkapkan bukti yang
tidak cukup mendukung ataupun menyangkal perihal kegunaannya.4! Pada
studi lainnya, :onergen et al tidak menemukan bukti yang bermakna untuk
mendukung benzodiazepine sebagai penanganan pada pasien delirium.4*
0enzodiazepin masih merupakan obat pilihan penanganan pada
pemberhentian zat alkohol. Pemakaian benzodiazepin juga merupakan hal
yang dipilih oleh para ahli, khususnya digunakan sebagai terapi first line pada
kasus dimana sedikit informasi yang didapatkan dan pada pasien yang
menunjukkan pada bukti kekerasan terkait dengan intoksikasi alkohol. 2, 4/14"
idazolam semakin lama, semakin menggeser posisi lorazepam sebagai
pilihan utama golongan benzodiazepine.2 idazolam mempunyai onset yang
lebih cepat dan durasi yang lebih pendek dibandingkan dengan haloperidol
dan lorazepam.2/,4+
9estrain dan sedasi yang berhasil pada pasien yang bertindak kasar
sebaiknya dilakukan investigasi penyebab dari agitasi dan tindakan kekerasan
yang dilakukan pasien tersebut. eskipun begitu, pemeriksaan harus
dilengkapi saat pemeriksa dan pasien dapat dijamin keselamatannya.
0lanchard et.al mengklasifikasikan penyebab menjadi penyebab organik dan
penyebab fungsional. Penyebab organik dapat ditunjukkan dengan
terdapatnya penyakit medis yang mendasari. Klasifikasi lainnya yang
dianggap lebih berguna diklasifikasikan berdasarkan pada grup diagnostik
yang direkomendasikan oleh (ubin et.al. Kategori tersebut berupa intoksikasi
dan putus obat, kejang dan status postictal, gangguan endokrin, organic "rain
syndrome, psikotik akut, paranoid dan gangguan perilaku. Kelompok
diagnostik ini membantu untuk memusatkan evaluasi klinis dan cara yang
dapat meningkatkan penanganan yang spesifik.
2
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
30/40
BAB III
PENUTUP
"esm)ulan
5ecara keseluruhan, penanganan pada pasien agitasi atau tindakan
kekerasan dilakukan dari berbagai aspek. ;al tersebut sering bermula pada
peninjauan faktor risiko, bergantung pada seberapa banyak informasi yang
didapatkan. Penilaian terhadap risiko berupa penekanan pada peringatan a'al,
menggabungkan faktor risiko, dan tanda1tanda perilaku dan sosial yang pada
akhirnya menyetujui pengelompokan risiko pasien yang melakukan tindakan
kekerasan menjadi berdasarkan kelompok potensial, imminent dan emergent .
eskipun begitu, kebutuhan untuk restrain dan sedasi pada pasien yang Jtiba1tiba
(emergent) melakukan tindakan kekerasan, penting diberikan untuk melindungi
pasien serta pemeriksa. 5emua pasien yang membutuhkan intervensi fisik untuk
kontrol perilaku seharusnya sering dilakukan observasi dan penilaian. 5elain itu,
seharusnya terdapat rencana pera'atan yang memperbolehkan restrain dilepas
jika sudah memungkinkan. Protokol yang sudah direncanakan dengan baik pada
penanganan pasien agitasi dan tindak kekerasan merupakan hal yang penting
untuk pasien dan meningkatkan keselamatan pada lingkungan kerja.
!
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
31/40
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
32/40
!. K'ok 9P, :a' YK, :i KD, et al. Prevalence of 'orkplace violence against
nuses in ;ongKong. ;ong Kong ed ?.*6@!*$!)
Dmergency Physicians Horkplace Ciolence #ask >orce. Horkplaceviolence< a survey of emergency physicians in the state of ichiga. Ann
Dmerg ed. *+@-6$*)
**. >ernandes 3, 0outhillette >, 9aboud ?, et al. Cilence in the emergency
department< a survey of health care 'orkers. 3A?. !444@!6!$!)
!*-2
!2
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
33/40
*/. Anglin (, Kyriacou(=, ;utson ;9. 9esidents perpective on violence and
personal safety in the emergency department. Ann Dmerg ed.
!44-@*/$+)
*-. ?anko'iak 0, Ko'alczuk K, Kraje'ska Kulak D, 5ierako'ska , :e'ko
?, Klimasze'ska K. Dposure of doctors to aggression in the 'orkplace.
Adv ed 5ci. *"@+*$5uppl !)
hospitals. Pediatric Dmerg 3are. */@!4$-)
use of a metal detector in an urban emergency department. Ann Dmerg
ed.!44"@*4$+)
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
34/40
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
35/40
-6. 9ao ;, :uty ?, #rathen 0. 3haracteristic of patient 'ho are violent to staff
and to'ards other people from a community mental health service in
5outh Dast Dnglan. ? Psychiatry ent ;ealth =urs. *"@!-$2)
literature. Aggression and Ciolent 0ehavior. *2@!/+!. Amore , enchetti , #onti 3, et al. Predictors of violence behavior
among acute psychiatry patients< clinical study. Psychiatry 3lin
=eurosci.*2@6*$/)lores &, 3hung P?. Adolescent fighting
racialBethnic disparities and the importance of families and schools. ced
%ediatr . *!@!$+)@/*/1/*4
+-. 5ampson 9?, orenoff %(, 9audenbush 5. 5ocial anatomy of racial and
ethnic disparities in violence. m * %u"lic Health,*+@4+$*)@**-1*/*
++. Ocom 9. Assessing and managing violence risk in outpatient settings. *
Clin %shychol ,*@+6$!)@!*/41!*6*.+6. 3onem =8, 9esnick ?, 0ro'ne (3, artin 5:, c3arraher (9, Hoods ?.
Agression and fighting behavior among African1American adolescents in
individual and family factors. Am ? Public ;ealth, !44-@2-$-)6!216**
+". 0erg A, 0ell 33, #upin ?.3linician safety< assessing and managing the
violent patient. %n 0ell 3 $Dd), %sychiatric spects of iolence- Issues in
%revention and 'reatment 5an >ransisco,3A< ?ossey10ass,*
!
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
36/40
+2. #intinalli ?D, 5tapcrynski ?5, a O?, 3line (, 3ydulka 9K, eckler
&( $Dds.), Dmergency #edicine. Comprehensive Study /uide, "th ed.
=e' York, =Y< c&ra'1;ill,*!!
+4. Neller 5l, 9hoades 9H. 5ystematic revie's of assessment measures and
pharmacologic treatments for agitation. Clin 'her , *!@/*$/)6*. Hoods P, Almvik 9. #he 0roset violence checklist $0C3). cta %sychiatr
Scand Suppl . **@-!*
6/. Almvik 9, Hoods P, 9asmussen K. Assesing risk for imminent violence in
the elderly< the 0roset Ciolence 3hecklist. Int * /eriatr %sychiatr .
*"@**$4), =g ?. Aggressive behaviour in the 3hinese elderly1
validation of the 3hinese version of the rating scale for aggressive
behavior in the elderly $9A&D) in hospital and nursing home settings. Int
* /eriatr %sychiatry. !44"@!*$6)
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
37/40
". 9ubin 05, (ube A;, itchell DK. Asphyial deaths due to physical
restraint. A case series. rch 0am #ed . !44/@ *$-)< -+1-2
"!. =unno A, ;olden ?, #ollar A. :earning from tragedy< a survey of
child and adolescent restraint fatalities. Child "use Negl *6@ /$!*)<
!///1!/-*.
"*. Karger 0, >racasso #, Pfeiffer ;. >atalities related to medical restraints
devices L asphyia is a common finding 0orensic Sci Int . *2@ !"2$*1/)<
!"212-.
"/. 9etsas AP, 3rabbe ;. 0reaking loose. 8se of physical restraints in nursing
homes in Iueensland, Australia. Collegian. !44"@ -$-)< !-1*!.
"-. iles 5;, %rvine P. (eaths caused by physical restraints. /erontologist .
!44*@ /*$6)< "6*1"66.
"+. O;alloran 9:, >rank ?&. Asphyial death during prone restraint
revisited< a report of *! cases. m * 0orensic #ed %athol . *@ *!$!)< /41
+*.
"6. 3han #3, Cilke &, =euman #, 3lausen ?:. 9estraint position and
positional asphyia. nn Emerg #ed . !44"@ /$+)< +"21+26.
"". Cilke &, 3han #3, =euman #, 3lausen ?:. 5pirometry in normal
subjects in sitting, prone, and supine positions. $espir Care *@ -+$-)<
-"1-!.
"2. American Academy of 3hild and Adolescent Psychiatry. Practice
parameter for the prevention and management of aggresive behavior in
child and adolescent pschiatric institutions, 'ith special reference to
seclusion and restraints. * m cad Child dolesc %sychiatry. **@
-*
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
38/40
guidline series, #reatment of behavioral emergencies *+. * psychiatr
%rac *+@!!$5uppl !)@+1!2
2!. Nimbroff (:. Pharmacological control of acute agitation focus on
intramuscular preparation. CNS 1rugs *2@**$/)
2*. Krako'ski %, 3zobor P, 3itrome :, 0ark =, 3ooper #0. Atypical
antipsychotic agents in the treatment of violent patients 'ith schizophrenia
and schizoaffective disorder. rch /en %sychiatry *6@ 6/$6)< 6**16*4.
2/. 0elgam'ar, 90. >enton . Olanzapine % or velotab for acutely
disturbedBagitated people 'ith suspected serious mental illness. Cochrane
1ata"ase Syst $ev *+@ !2$*)< 3(/"*4.
2-. 5att'eth'aite #(, Hold (;, 9osenheck 9A, &ur 9D, 3arrof 5=. A meta1
analysis of the risk of acute etrapyramidal symptomps 'ith the
intramuscular antipsychotics for the treatment of agitation. * Clin
%sychiatry *2@ 64$!*)< !2641!2"4.
2+. ancuso 3D, #anzi &, &abay . Paradoical reactions to
benzodiazepines literarure revie' and treatment options.
%harmacotherapy *-@ *-$4)< !!""1!!2+.
26. ;all 9H, Nisook 5. Paradoical reactions to benzodiazepines. &r * Clin
%harmacol !42!@ !!< 44+1!-+.
2". 0attalgia ?, oss 5, 9ush ?, et al. ;aloperidol, lorazepan or both for
psychotic agitation7 A multicenter prospective, double1blind emergency
department study. m * Emerg #ed !44"@ !+< //+1/-.
22. 0ieniek 5A, O'nby 9%, Penalver A, (omunguez 9A. A double1blind
study of lorazepam versus the combination of haloperidol and lorazepam
in managing agitation. %harmacotherapy !442@ !2$!)< +"16*.
24. &illies (, 0eck A, c3loud A, 9athbine ?. 0enzodiazepines alone or in
combination 'ith antipsychotic drugs for acute psychosis. Cochrane
1ata"ase Syst $ev *+@ !4$-)< 3(/"4.
4. :onergen D, :uzenberg ?, Areosa 5astre A. 0enzodiazepines for delirium.
Cochrane 1ata"ase Syst $ev *4$-)< 3(6/"4.
4!. 9und (A, D'ing ?(, itzel K, Cotolato =. #he use of intramuscular
benzodiazepines and antipsychotic agents in treatment of acute agitation or
violence in the emergency department. * Emerg #ed *6@ /!$/)< /!"1
/*-.
!0
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
39/40
4*. ayo15mith >, 0eecher :;, >ischer #:, &orelick (A, &uillaume ?:, et
al. anagement of alcohol 'ithdra'al delirium. An evidence1based
practice guidline. rch Intern #ed *-@!6-$!/)< !-+1!-!*.
4/. =obay >,, Kao 8 5imon 03, :evitt A, (resden &. A prospective,
double1blind, randomized trial of midazolam versus haloperidol versus
lorazepam in the chemical restraint of violenct and severely agitated
patienrs. cad Emerg #ed *-@!!$")oundation of
psychiatric mental health nursing a clinical approach. issouri < 5anders
Dlsevier.
!. #o'nsead, .3. *4. Psychiatric mental health nursing concepts
of care in evidence1based practice. $6 th ed). Philadelphia < >.A (avis
3ompany
!!. %nternational Psychogeriatric Association, **, &%S1
Educational %ac! , 0elgia, ?anssen 3ilagOrganon, p.!21+4.
!*. 9obert P; et al, *+, &rouping for 0P5(< clinical and biological
aspects, European %sychiatry, *< p.-4L-46!/. #onkonogy ?., Puente AD., *4, 2ocali3ation of Clinical
Syndromes in Neuropsychology and Neuroscience, =e' York, 5pringer
Publishing 3ompany, p.6*!1666
!-. 9aine, A E Yang, Y. *6. =eural foundations to moral reasoning
and antisocial behavior. =30%
!+. 3rockett et al. *2. 5erotonin modulates striatal responses to
fairness andretaliation in humans. =30% < ? =eurosci
!6. :indenmayer ?P. #he patophysiology of agitation. * Clin %sych
*@ 6!$suppl)$!-)< +1!.
!
-
8/15/2019 Refrat - Agitasi Dan Perilaku Kekerasan
40/40