refrat cedera kepala
DESCRIPTION
Referat mengenai cedera kepala dari segala aspekTRANSCRIPT
REFERAT
CEDERA KEPALA
Pembimbing :
Dr. Julintari Bidramnanta Sp.S
Disusun oleh :
Vivy Desyanti
030.11.303
Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Periode 19 Oktober –21 November 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...…………….. 38
2
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau head injury adalah trauma mekanik pada kepala yang
terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang bersifat
sementara atau permanen.1
Cederakepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikalangan
usiaproduktif antara 15-44 tahun.Secara global insiden cedera kepalameningkat
dengan tajam terutama karena peningkatan penggunaankendaraan bermotor. WHO
memperkirakan bahwa pada tahun 2020kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab
penyakit dan trauma ketigaterbanyak di dunia.2
Berdasarkan data Riskesdas 2013 Sulawesi Utara menduduki urutan ke 2
untuk angka kejadian kecelakaan di jalan raya dengan persentase 50,5%. Kecelakaan
lalu lintas terutama kecelakaan sepeda motor terhitung sebagai salah satu penyebab
cedera kepala tersering. 1
dari kepustakaan yg anda baca anda penganut cedera kepala (head injury) ATAU cedera otak (brain injury)??Apa bedanya ??
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI CEDERA KEPALA
Cedera kepala merupakan salah satu
masalah kesehatanyang dapat menyebabkan
gangguan fisik dan mental yangkompleks. Gangguan yang ditimbulkan dapat
bersifatsementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis,intelektual, serta
gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal inidisebabkan oleh karena trauma kepala
dapat mengenaiberbagai komponen kepala mulai dari bagian terluar hinggaterdalam,
termasuk tengkorak dan otak.2
ANATOMI KEPALAGAK usah terlalu banyak anatominya !!1. Jaringan lunak kepala
Jarngan lunak kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP(3), yaitu:
Gambar 1. SCALPsumber referensi dr mana ??
4
Skin (kulit) yang tebal dan mengandung rambut serta kelenjar minyak
(sebasea)
Connective tissue (jaringan subkutis), merupakan jaringan ikat lemak yang
kaya akan pembuluh darah.
Aponeuris Galea, merupakan lapisan terkuat berupa fascia yang melekat pada
otot
Loose areolar tissue (jaringan areolar longgar) terdiri dari vena- vena tanpa
katup yang menghubungkan scalp, vena diploica dan sinus vena intracranial.
Perikranium
Merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak, melekat erat pada
sutura dan berhubungan dengan endosteum.
5
2. Tulang Tengkorak
Terdiri dari kalvaria dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa
tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Basis cranii dibagi atas 3
fosa yaitu fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis
dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum
Gambar 2. Tulang tengkorak (Sumber: Adam)
Adam itu kepustakaan nomer brapa ?? Sy gak lihat ada Adam di daftar referensi anda
3. MeningensGAK usah terlalu banyakyg penting2 dg korelasi klinis saja
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan yaitu :
Duramater
Duramater (dalam Bahasa latin disebut “hard mother”/meningens
fibrosa/jaringan parenkim) adalah membrane yang tebal dan paling dekat
dengan tengkorak. Dura mater, bagian terluar, adalah lapisan fibroelastik sel,
6
tidak mengandung kolagen ekstraselular, dan memiliki ruang ekstraselular
yang signifikan. Bagian tengah lapisan meningens adalah yang paling
banyak mengandung jaringan ikat. Lapisan tengah meningens terdiri dari
dua lapisan, yaitu lapisan endosteal, yang terletak paling dekat dengan
calvaria (tengkorak), dan lapisan meningeal dalam, yang terletak lebih dekat
ke otak. Lapisan ini berisi pembuluh darah besar yang bercabang menjadi
kapiler dan berjalan ke pia mater. Dura mater adalah suatu kantung yang
menyelubungi arachnoid dan mengelilingi saluran scrams besar (sinus dural)
yang membawa darah dari otak menuju jantung.(3)
Dura memiliki empat bagian, terdiri dari:
1. Falx cerebri adalah lipatan duramater yang membentuk bulan sabit yang
terletak pada garis tengan diantara kedua hemisfer cerebri. Ujung bagian
anterior melekat pada crista galli. Bagian posterior melebar, menyatu
dengan permukaan atas terntorium cerebelli.
2. Tentorium cerebelli adalah lipatan duramater berbentuk bulan sabit yang
menutupi fossa cranii posterior. Septum ini menutupi permukaan atas
cerebellum dan menopang lobus occipitalis cerebri.
3. Falx cerebelli adalah lipatan duramater kecil yang melekat pada
protuberantia occipitalis interna.
4. Diaphragma sellae adalah lipatan sirkuler kecil dari duramater yang
menutupi sella tursica dan fossa pituitary pada os spheinodalis.
Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.
Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium
subdural dan dari pia mater oleh cavum subarachnoid yang terisi oleh liquor
serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera
kepala
7
Piamater
Piamater (dalam Bahasa latin disebut “tender mother”) adalah lapisan
dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung yang
halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
Piamater adalah lapisan yang sangat tipis terdiri dari jaringan fibrosa tertutup
di permukaan luarnya dengan selembar sel datar yang tidak permeable
terhadap air. Piamater ditembus oleh pembuluh darah ke otak dan sumsum
tulang belakang, dan kapiler yang memberikan nutrisi pada otak.
Ruang subarachnoid adalah ruang yang terdapat di antara arachnoid dan pia mater,
yang berisi cairan cerebrospinal. Biasanya, duramater melekat pada tengkorak, tetapi
di sumsum tulang belakang, dura mater dipisahkan dari tulang (vertebra) oleh ruang
yang disebut ruang epidural, yang mengandung pembuluh darah dan lemak.
Arachnoid melekat pada dura mater, sedangkan pia mater melekat pada jaringan
ystem saraf pusat. Ketika dura mater dan arachnoid terpisah oleh karena cedera atau
sakit, ruang antara mereka adalah ruang subdural. Terdapat ruang subpial dibawah
pia mater yang memisahkannya dari glia limitans.
Gambar 3.Selaput meningen (Sumber: Mayoclinic)
8
sy juga GAK lihat ada Mayoclinicdidaftar referensi anda. Bgm mungkin anda ambil tulisan / hak cipta orang lain, TANPA menuliskan sumbernya ?? Ini tulisan ilmiah ya!
4. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat pada orang dewasa
sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu proensefalon (otak depan)
terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan
rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan
serebellum.
Otak dibagi menjadi 5 lobus, yaitu Lobus frontal adalah yang terbesar dari
empat lobus bertanggung jawab untuk banyak fungsi yang berbeda, termasuk
keterampilan motorik seperti gerakan volunter, fungsi intelektual dan fungsi
perilaku. Daerah yang menghasilkan gerakan di bagian tubuh yang ditemukan di
korteks motor utama atau gyrus precentral. Korteks prefrontal memainkan peran
penting dalam memori, kecerdasan, konsentrasi, marah dan kepribadian. Korteks
premotor adalah daerah yang ditemukan di samping korteks motor utama. Area
Broca, penting dalam produksi bahasa, ditemukan dalam lobus frontal, biasanya
di sisi kiri.
Lobus oksipital
- lobus ini terletak di bagian belakang otak dan memungkinkan manusia
untuk menerima dan memproses informasi visual. Lobus oksipital di sebelah
kanan menafsirkan sinyal visual dari ruang visual kiri, sedangkan lobus oksipital
kiri melakukan fungsi yang sama untuk ruang visual yang tepat.
Lobus parietal
- lobus ini menafsirkan secara bersamaan, sinyal yang diterima dari
daerah lain otak seperti penglihatan, pendengaran, motorik, sensorik dan memori.
Memori seseorang dan informasi sensorik baru diterima, memberi makna objek.
Lobus temporal
- lobus ini terletak di setiap sisi otak pada sekitar tingkat telinga, dan dapat
dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian adalah di bagian bawah (ventral) dari 9
masing-masing belahan, dan bagian lain di sisi (lateral) dari masing-masing
belahan. Daerah di sisi kanan terlibat dalam memori visual dan membantu
manusia mengenali obyek dan wajah orang-orang '. Daerah di sisi kiri terlibat
dalam memori verbal dan membantu manusia mengingat dan memahami bahasa.
Bagian belakang lobus temporal memungkinkan manusia untuk menafsirkan
emosi dan reaksi orang lain.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak di bawah lobus oksipital dan
dipisahkan dari otak oleh tentorium (lipatan dura). Otak kecil berfungsi
mempertahankan postur tubuh, keseimbangan atau ekuilibrium, dengan
mengontrol tonus otot dan posisi anggota badan. Otak kecil adalah penting dalam
kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan yang cepat dan berulang-ulang
seperti bermain video game. Di otak kecil, kelainan kanan sisi menghasilkan
gejala pada sisi yang sama dari tubuh.
Gambar 4. Otak
5. Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus choroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel
lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
10
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan
intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS
sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari
6. Vaskularisasi Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.
Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk
sirkulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam
dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar
dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA
a. Patofisiologi umum
Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi
jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak,
pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri. Terjadinya benturan pada kepala
dapat terjadi pada 3 jenis keadaan yaitu:
1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak
Bgm dg kepala bergerak membentur benda bergerak ??
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi
peristiwa contre coup dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat
11
terjadi kapan saja pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala.
Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi
yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah
benturan. Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada
keadaan……..apa??.......
Berdasarkan patofisiologinya cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala
primer dan cedera kepala skunder. Cedera kepala primer merupakan cedera yang
terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan merupakan suatu fenomena
mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa
dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani
prosespenyembuhan yang optimal.
Cedera kepala sekunder merupakan proses lanjutan dari cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik. Pada penderita cedera kepala berat, pencegahan
cedera kepala sekunder dapat mempengaruhi tingkatkesembuhan/keluaran
penderita.Penyebab cedera kepala sekunder antara lain penyebab sistemik (hipotensi,
hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia) dan penyebab
intracranial (tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak
(brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi).
Aspek patologis dari cedera kepala antara lain, hematoma epidural (perdarahan
yang terjadi antara tulang tengkorak dan dura mater), perdarahan subdural
(perdarahan yang terjadi antara dura mater dan arakhnoidea), higroma subdural
(penimbunan cairan antara dura mater dan arakhnoidea), perdarahan subarakhnoidal
cederatik (perdarahan yang terjadi di dalam ruangan antara arakhnoidea dan
permukaan otak), hematoma serebri (massa darah yang mendesak jaringan di
sekitarnya akibat robekan sebuah arteri), edema otak (tertimbunnya cairan secara
berlebihan didalam jaringan otak), kongesti otak (pembengkakan otak yang tampak
12
terutama berupa sulsi dan ventrikel yang menyempit), cedera otak fokal (kontusio,
laserasio, hemoragia dan hematoma serenri setempat), lesi nervi kranialis dan lesi
sekunder pada cedera otak.
b. Patofisiologi spesifik
Cedera kepala disebabkan oleh kerusakan langsung pada jaringan kepala akibat
trauma, gangguan perfusi cerebral dan juga gangguan metabolisme pada otak yang
dapat menyebabkan “ischemia like pattern” yang menyebabkan akumulasi asam
laktat akibat terjadi glikolisis anaerob, peningkatan permeabilitas membran, dan
edema. Metabolisme anaerob menyebabkan pembentukan energi yang tidak adekuat,
cadangan ATP menurun, dan kegagalan pada pompa ion pada jalur pembentukan
ATP dalam menghasilkan energi.(4)
Tahapan kedua dari kaskade patofisiologi ditandai dengan depolarisasi
membrane terminal bersama dengan perangsangan produksi neurotransmiter yang
berlebihan (yaitu glutamat, aspartat), aktivasi N-methyl-D-aspartat, α-amino-3-
hidroksi-5-metil-4 –isoxazolpropionate. Proses ini mengarah kepada terjadinya
katabolic proses di intaseluler. Ca2 + mengaktifkan peroksidase lipid, protease, dan
phospholipases yang meningkatkan konsentrasi intraseluler asam lemak bebas dan
radikal bebas. Selain itu, aktivasi caspases (protein ICE-seperti), translocases, dan
endonuklease memulai perubahan struktural progresif membran biologis dan DNA
nucleosomal (fragmentasi DNA dan menghambat perbaikan DNA). Peristiwa ini
menyebabkan membran degradasi pembuluh darah dan struktur selular dan akhirnya
nekrosis dan apoptosis.(4)Prostaglandin merupakan mediator inflamasi yang
diproduksi oleh membran lipid yang mengalami kerusakan, juga meningkat secara
signifikan dalam plasma pasien dengan trauma kepala sedang sampai berat selama 2
minggu pertama setelah cedera. Pasien dengan kadar prostaglandin yang lebih tinggi
memiliki hasil signifikan lebih buruk daripada mereka memiliki kadar prostaglandin
yang sedikit. Baru-baru ini, peningkatan sel T reaktif terhadap antigen mielin
13
ditemukan pada 10 pasien dengan cedera kepala berat. Meskipun ukuran sampel
terbatas, pasien dengan peningkatan reaktivitas T-sel memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien lain yang sel T nya tidak reaktif.(5)
c. Aliran darah otak
Pada cedera kepala, dapat terjadi hiperperfusi atau hipoperfusi pada pembuluh
darah di otak. Hipoperfusi yang terjadi sebagai akibat dari iskemia. Iskemik cerebral
dapat menyebabkan pasien jatuh pada keadaan vegetative state dan kematian. Iskemia
otak menyebabkan stress metabolik dan gangguan ion di otak. Trauma kepala pada
cedera kepala juga dapat menyebabkan struktural badan sel saraf, astrosit dan
mikroglia, serta mikrovaskuler otak dan kerusakan sel endotel….. kenapa ??..apa maksudnya kalimat ini ??
Pada tahap awal dari terjadinya cedera, didapatkan keadaan hiperperfusi pada
pembuluh darah otak. Mekanisme yang terjadi pada iskemia pasca-trauma juga
mengakibatkan cedera morfologi seperti distorsi pembuluh darah sebagai akibat dari
perpindahan mekanik, hipotensi dengan adanya kegagalan autoregulasi, terbatasnya
ketersediaan nitrit oksida atau neurotransmitter kolinergik, dan potensiasi dari
prostaglandin yang diinduksi vasokonstriksi.
Hiperperfusi ditandai dengan terjadinya hyperemia. Keadaan ini berhubungan
dengan terjadinya vasoparalisis yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan
aliran darah dan tekanan intracranial.
d. Disfungsi metabolisme otak
Pada keadaan cedera kepala akibat trauma, kemampuan metabolisme pada otak
menurun. Hal ini berkaitan dengan disfungsi mitokondria yang merupakan penghasil
ATP sebagai akibat dari trauma. Disfungsi metabolisme ini juga berhubungan dengan
hiperperfusi dan hipoperfusi aliran darah otakkalau ada yg tanya, anda dapat terangkan hal ini ya ….
14
e.Oksigenasi otak
Cedera otak menyebabkan ketidakseimbangan antara penyebaran oksigen dan
juga konsumsi oksigen. Keadaan ini berbahaya karena dapat menyebabkan hipoksia
dan dapat berakibat kematian.
f. Edema dan Inflamasi
Klasifikasi edema otak berkaitan dengan kerusakan struktural dan
ketidakseimbangan osmotik yang disebabkan oleh cedera primer atau sekunder.
Edema otak vasogenik disebabkan oleh gangguan mekanis atau autodigestive atau
kerusakan fungsional dari lapisan sel endotel dari pembuluh otak. Disintegrasi
dinding endotel pembuluh darah otak memungkinkan ion dan protein mentransfer
tidak terkendali dari intravaskular ke ekstraseluler kompartemen (interstitial) otak
dengan menyebabkan akumulasi air. Ekstraseluler sitotoksik edema
otakmaksudnya apa ini ??
ditandai dengan akumulasi air intraseluler neuron, astrosit, dan mikroglia terlepas dari
integritas dinding endotel vaskular. Patologi ini disebabkan oleh permeabilitas
membran sel meningkat, kegagalan pompa ion karena deplesi energi, dan reabsorpsi
seluler zat terlarut osmotik aktif.Cedera kepala juga menyebabkan peradangan yang
mengaktivasi sitokin-sitokin pro inflamasi sehingga terjadi inflamasi pada otak.
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA(7)
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan:
a. Mekanisme cedera kepala
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan
cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau terkena pukulan benda tumpul. Sedang
cedera kepala tembuus disebabkan oleh peluru atau tusukan
15
b. Beratnya cedera (Glasgow Coma Scale)
Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak
Minimal 15 Pingsan (-) defisit neurologi{-) Normal
Ringan 13-15 Pingsan < 10 menit, defisit neurologik (-) Normal
Sedang 9-12 Pingsan >10 menit s/d 6 jam
Defisit neurologik (+)
Abnorma
lpasti ??
Berat 3-8 Pingsan > 6 jam, defisit neurotogik (+) Abnorma
lpasti ??
komparasikan dengan yg anda tulis di hal 18.c. Morfologi cedera
1. Fraktur cranium, terdiri dari:
Fraktur linier
- Vault
Vault merupakan fraktur yang terjadi pada atap tengkorak (calvarium) yang
disebut dengan fracture calvarium, Fraktur linier pada kalvaria ini dapat terjadi jika
gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup besar tetapi tidak
menyebabkan tulang kepala “bending” dan terjadi fragmen fraktur yang masuk
kedalam rongga intrakranial. Gaya yang menyebabkan terjadinya fraktur tersebut
cukup besar maka kemungkinan terjadinya hematom intrakranial cukup besar Jika
gambar fraktur tersebut kesegala arah disebut “Steallete fracture”, jika fraktur
mengenai sutura disebut diastase fraktur
- Basilar
Merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak, disebut fraktur basis
kranii (skull base) Skull base di bagi menjadi 3 yaitu:
16
Anterior
Gejala dan tanda klinis :
- keluarnya cairan likuor melalui hidung / rhinorea
- perdarahan bilateral periorbital ecchymosis / raccoon eye
- anosmia
Media
Gejala dan tanda klinis :
- keluarnya cairan likuor melalui telinga / otorrhea
- gangguan n.VII & VIII
Posterior
Gejala dan tanda kLinis :
- bilateral mastoid ecchymosis / Battle s sign
Penunjang diagnostik:
- Memastikan cairan serebrospinal secara sederhana dengan tes halo
- Scaning otak resolusi tinggi dan irisan 3 mm (50% +) (high resolution and
thin section)
Depress fracture
Apabila fragmen dari fraktur masuk rongga intrakranial minimal setebal
tulang fragmen tersebut. Fraktur depresi dibagi 2 berdasarkan pernah tidaknya
fragmen berhubungan dengan udara luar,yaitu:
1. Fraktur Depresi tertutup
Biasanya tidak dilakukan tindakan operatif kecuali bila fraktur tersebut
menyebabkan gangguan neurologis, misal kejang-kejang, hemiparese/ plegi,
penurunan kesadaran. Tindakan yang dilakukan adalah mengangkat fragmen tulang
17
yang menyebabkan penekanan pada jaringan otak,setelah mengembalikan dengan
fiksasi pada tulang disebelahnya.maksudnya apa kalimat ini ??
2. Fraktur Depresi Terbuka
Semua fraktur depresi terbuka harus dilakukan tindakan operatif debridemant
untuk mencegah terjadinya proses infeksi (meningoencephalitis) yaitu mengangkat
fragmen yang masuk, membuang jaringan devitalizedseperti jaringan nekrosis benda-
benda asing, evakuasi hematom, kemudian menjahit durameter secara “water
tight”/kedap air kemudian fragmen tulang dapat dikembalikan ataupun dibuang.
2. Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau kedua
bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural,
hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma intraserebral). Pasien pada
kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan normal namun
menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam keadaan klinis. Lesi
intrakranial terdiri dari:Bgm dg yg anda tulis di tabel hal 16 ??
18
Gambar 5. Perdarahan Otaksumber ?? Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial
antara tabula interna dan duramater dengan ciri berbentuk bikonvek atau menyerupai
lensa cembung. Paling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan
sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. Perdarahan biasanya dianggap
berasal dari arteri, namun mungkin sekunder dari perdarahan vena pada sepertiga
kasus. EDH terjadi pada sekitar 2% pasien dengan cedera kepala dan 5-15% dari
pasien dengan cedera kepala yang fatal. Intrakranial hematoma epidural dianggap
komplikasi yang paling serius dari cedera kepala, membutuhkan diagnosis segera dan
intervensi bedah.
(66%) terlibat pada kasus EDH.EDH juga paling sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dengan ratio 4:1. EDH jarang terjadi pada pasien usia
kurang dari 2 tahun dan lebih dari 60 tahun dikarenakan durameter menempel erat
pada tabula interna.(6)Bila ditindak segera, prognosis biasanya baik karena penekan 19
gumpalan darah yang terjadi tidak berlangsung lama. Keberhasilan pada penderita
pendarahan epidural berkaitan langsung dengan status neurologis penderita sebelum
pembedahan. Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif.
Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di
belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau
telinga. Pasien seperti ini harus di observasi dengan teliti. Setiap orang memiliki
kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala. Banyak gejala
yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala.(7)
Tanda diagnostik klinik dari Epidural Hematom adalah(8)
1. Lucid interval (+)
2. Kesadaran makin menurun
3. Late Hemiparese kontralateral lesi
4. Pupil anisokor
5. Babinsky (+) kontralateral lesi
6. Fraktur di daerah temporal
Pada hematoma Epidural di Fossa Posterior dapat menimbulkan gejala dan tanda
klinis berupa:
1. Lucid interval tidak jelas
2. Fraktur kranii oksipital
3. Kehilangan kesadaran cepat
4. Gangguan serebellum .batang otak dan pernafasan
5. Pupil isokormaksudnya apa ini ??ini ambil dari kepustakaan mana?
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau
serangan epilepsi fokal. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai
maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah
tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan
bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil
20
kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak
menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala
respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal
batang otak.
Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak,
interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi
kabur.Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area hiperdens yang tidak selalu
homogeny, bentuknya biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula interna
dan mendesak ventrikel ke sisi kontralateral ( tanda space occupying lesion ). Batas
dengan korteks licin, densitas duramater biasanya jelas, bila meragukan dapat
diberikan injeksi media kontras secara intravena sehingga tampak lebih jelas.
Hematoma subdural(9)
Hematoma subdural(SDH) adalah perdarahan yang terjadi diantra duramater
dan arachnoid. Hematoma subdural(SDH) adalah jenis yang paling umum
dibandingkan dengan EDH, ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera
kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging vein antara
kortek cerebral dan sinus draining. biasakan pakai Bhs Indonesia yg BAIKNamun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak.
Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak.
Selain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya
sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. Mortalitas
umumnya 60%, namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang sangat segera
dan pengelolaan medis agresif. Subdural hematom terbagi menjadi akut, subakut, dan
kronis. (9-10)
a. Hematoma Subdural Akut
21
Menimbulkan gejala neurologik dalam 24 sampai 48 jam setelah cedera. Dan
berkaitan dengan cedera berat. Gangguan progresif disebabkan oleh tekanan pada
jaringan otak dan herniasi batang otak dalam foramen magnum,yang selanjutnya
menimbulkan tekanan pada batang otak. Keadaan ini dengan cepat menimbulkan
berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut dan tekanan darah
Gambar 6. Hematoma subdural akut. Sumber (www.medscape.com)
b. Hematoma Subdural Subakut
Hematoma ini menyebabkan devisit neurologik dalam waktu lebih dari 48jam
tapi kurang dari 2 minggu setelah cedera. Anamnesis klinis dari penderita ini adalah
adanya trauma kepala yang menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti
perbaikan status neurologik yang perlahan - lahan. Namun pada jangka waktu tertentu
penderita menunjukkan tanda status neurologik yang memburuk.
c. Hematoma Subdural Kronik
Timbulnya gejala tertunda beberapa minggu, bulan dan bahkan beberapa tahun
setelah cedera pertama. Trauma pertama merobek salah satu vena yang melewati 22
ruangan subdural. Terjadinya perdarahan secara lambat dalam ruangan subdural.
Hematoma yang bertambah besar secara perlahan paling sering terjadi pada usialanjut
dan alkoholik karena rapuhnya vena. Sehingga dalam beberapa minggu cedera tidak
dihiraukan tapi pada CT-scan menunjukkan adanya genangan darah.
Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan; selama beberapa minggu
gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI bisa menunjukkan
adanya genangan darah. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa seringkali
diserap secara spontan. Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala-
gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan. Lucid interval ada
stadium kronik adalah lebih dari 3 bulan.Pada pemeriksaan penunjang diagnostik,
dilakukan CT Scan otak dan didapatkangambaran hiperdens (perdarahan) diantara
duramater dan araknoid, umumnya karena robekan dari bridging vein, dan tampak
seperti bulan sabit.
Perdarahan Subarachnoid
Pendarahan subarachnoid traumatika didapatkan gejala kaku kuduk, nyeri
kepala, dan bisa terdapat gangguan kesadaran. Pada pemeriksaan penunjang CT scan
didapatkan gambaran hiperdens di ruang subarchnoid.
3. Kontusi dan Hematoma Intraserebral
Kontusi serebral murni biasanya jarang terjadi. Selanjutnya, kontusi otak
hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural akut. Majoritas terbesar kontusi
terjadi dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk
serebelum dan batang otak. Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral
traumatika tidak jelas batasannya. Bagaimanapun, terdapat zona peralihan, dan
kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam beberapa
hari.
23
Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan
(parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak
yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak
tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. Lesi
perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya
(countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung
pada lokasi dan luas perdarahan.
4. Cedera difus
Diartikan sebagai suatu keadaan patologis penderita koma (penderita tidak
sadar setelah mengalami benturan kepala) tanpa gambaran SOL pada CT scan atau
MRI. Cedera otak difus merupakan kerusakan otak yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas berkecepatan tinggi sehingga terjadi mekanisme akselerasi dan
deselerasi.Angulasi, rotasi, dan peregangan yang timbul menyebabkan robekan pada
serabut saraf pada berbagai tempat yang sifatnya menyeluruh (difus).
Gejala dan tanda Klinis:
- koma lama pasca trauma kapitis (prolonged coma)
- disfungsi saraf otonom.
- demam tinggi
Penunjang Diagnostik:
CT Scan otak:
- awal - normal, tidak ada tanda adanya perdarahan, edema, kontusio
- ulangan setelah 24 jam - edema otak luas
Klasifikasi cedera diffuse berdasarkan gambaran patologi(3):
1. Diffuse Axonal Injury (DAI)
Adanya Kerusakan akson yang menyeluruh dalam hemisfer cerebri, korpus
kalosum, batang otak, dan serebelm (pedunkulus).
24
2. Diffuse Vascular Injury (DVI)
Perdarahan kecil-kecil yang menyebar pada seluruh hemisfer. Keadaan ini
dapat menyebabkan pasien meninggal dalam hitungan menit. Pada DVI,
terjadi kerusakan menyeluruh pada endothel mikrovaskuler otak.
PENEGAKAN DIAGNOSIS(8)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesis
Trauma kapitis dengan / tanpa gangguan kesadaran atau dengan interval lucid
Perdarahan / otontiea / rhinorrhea
Amnesia Traumatika (retrograd / anterograd)
2. Hasil pemeriksaan klinis Neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
4. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto servikal.
Dari hasil foto, perlu diperhatikan kemungkinan adanya fraktur :
Linier
Impresi
terbuka / tertutup
5. CT Scan Otak : untuk melihat kelainan yang mungkin terjadi berupa
Gambaran kontusio
Gambaran edema otak
Gambaran perdarahan (hiperdens) :
Hematoma epidural
Hematoma subdural
Perdarahan subarakhnoid 25
Hematoma intraserebral
PEMERIKSAAN KLINIS UMUM DAN NEUROLOGIS
Penilaian Kesadaran berdasarkan skala koma Glasgow (SKG)
Penilaian fungsi vital tensil, nadi, pernafasan
Otorrhea, Rhinorrhea
Ecchymosis periorbital bilateral / Eyes/ hematoma kaca mata
Ecchymosis mastoid bilateral / Battle s Sign
Gangguan fokal neurologik
Fungsi motorik : lateralisasi. kekuatan otot
Refleks tendon, refleks patologis
Pemeriksaan fungsi batang otak:
Ukuran besar, bentuk, isokor / anisokor & reaksi pupil
Refleks kornea
Doll's eye phenomen
Monitor pola pernafasan:
o cheyne stokes : lesi di hemisfer
o central neurogenic hyperventilation : lesi di mesensefalon - pons
o apneustic breath : lesi di pons
o atoxic breath : lesi di medulla oblongata
Gangguan fungsi otonom
Funduskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos kepala
Tidak semua penderita dengan cedera kepala diindikasikan untuk pemeriksaan
kepala karena masalah biaya dan kegunaan yang sekarang makin ditinggalkan.
Jadi indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm, luka tembus (tembak/tajam), adanya 26
corpus alineum, deformitas kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang
menetap, gejala fokal neurologis, gangguan kesadaran. Sebagai indikasi foto
polos kepala meliputi jangan mendiagnosa foto kepala normal jika foto tersebut
tidak memenuhi syarat, Pada kecurigaan adanya fraktur depresi maka dilakukan
foto polos posisi AP/lateral dan oblique.
b. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
Indikasi CT Scan adalah :
1) Nyeri kepala menetap atau muntah – muntah yang tidak menghilang
setelah pemberian obat–obatan analgesia/anti muntah.
2) Adanya kejang – kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat
lesi intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
3) Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor – faktor ekstrakranial
telah disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi
shock, febris, dll).
4) Adanya lateralisasi.
5) Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal
fraktur depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.
6) Luka tembus akibat benda tajam dan peluru
7) Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari
GCS.
8) Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X / menit).
9) Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark /
iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
c. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
d. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti:
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
27
e. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
f. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang.
g. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
h. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
i. CSF, Lumbal Punksi: Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
j. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intracranial
k. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera
dan dilakukan menurut urutan prioritas. Yang ideal dilaksanakan oleh suatu tim yang
terdiri dari paramedis terlatih, dokter ahli saraf, bedah asraf, radiologi, anestesi dan
rehabilitasi medik. Pasien dengan cedera kepala harus ditangani dan dipantau terus
sejak tempat kecelakaan, selama perjalanan dari tempat kejadian sampai rumah sakit,
diruang gawat darurat, kamar radiologi, sampai ke ruang operasi, ruang perawatan
atau ICU, sebab sewaktu-waktu bisa memburuk akibat aspirasi, hipotensi, kejang dan
sebagainya. Macam dan urutan prioritas tindakan cedera kepala ditentukan atas
dalamnya penurunan kesadaran pada saat diperiksa:
Penanganan emergensi sesuai dengan beratnya trauma kapitis (ringan, sedang,
berat) berdasarkan urutan(8) :
Survei Primer, gunanya untuk menstabilkan kondisi pasien, meliputi tindakan-
tindakan sebagai berikut:
A = Airway (jalan nafas).
28
Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan mengeluarkan darah,
gigi yang patah, muntahan, dan lain sebagainya. Bila perlu lakukan
intubasi (waspadai kemungkinan adanya fraktur tulang leher)
B = Breathing (pernafasan).
Pastikan pernafasan adekuat
Perhatikan frekuensi, pola nafas dan pernafasan dada atau perut dan
kesetaran pengerabangan dada kanan dan kiri (simetris). Bila ada
gangguan pemaiasan, cari penyebab apakah terdapat gangguan pada
sentral (otak dan batang otak) atau perifer (otot pernafasan atau paru-
paru). Bila perlu, berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan dengan target
saturasi 02 > 92%.
C = Circulation (sirkulasi)
Pertahankan Tekanan Darah. Sistolik > 90 mmHg. Pasang sulur intravena.
Berikan cairan intravena drip, NaCl 0,9% atau Ringer. Hindari cairan
hipotonis. Bila perlu berikan obat vasoptesor dan / inotropik.
Konsultasi ke spesialis bedah saraf berdasarkan indikasi (lihat indikasi
operasi penderita trauma kapitis)
D = Disability (yaitu untuk mengetahui lateralisasai dan kondisi umum dengan
pemeriksaan cepat status umum dan neurologi )
- Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
- Skala koma Glasgow
- Pupil : ukuran, bentuk dan reflek cahaya
- Pemeriksaan neurologi cepat: hemiparesis, refieks patologis
- Luka-luka
29
- Anamnesa : AMPLE {Allergies, Medications, Past Illnesses, Last
Meal, Event / Environment related to the injury)
Survei Sekunder, meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi
pasien stabil.
E = Laboratorium
Darah : Hb, leukosit, hitung jenis lekosit, trombosit, ureum, keatinin, gula
darah sewaktu, analisa gas darah dan elektrolit
Urine : perdarahan (+) / (-)
Radiologi:
- Foto polos kepala, posisi AP, lateral, tangensial
- CT scan otak.
- Foto lainnya sesuai indikasi (termasuk foto servikal)
F = Manajemen Terapi
- Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi
- Siapkan untuk masuk ruang rawat
- Penanganan luka-luka
- Pemberian terapi obat obatan sesuai kebutuhan
PROGNOSIS
Sekitar setengah dari berat pasien cedera kepala akan memerlukan
pembedahan untuk menghilangkan hematoma (pembuluh darah pecah) atau memar
(jaringan otak memar). Kecacatan yang dihasilkan dari trauma kepala tergantung
pada tingkat keparahan cedera, lokasi cedera, dan usia dan status kesehatan umum
individu. Beberapa kecacatan umum termasuk masalah kognisi (berpikir, memori,
dan penalaran), pengolahan sensorik (penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan
30
bau), komunikasi (ekspresi dan pemahaman), dan perilaku atau kesehatan mental
(depresi, kecemasan, perubahan kepribadian , agresi, bertindak, dan ketidaktepatan
sosial). Cedera kepala yang lebih serius dapat mengakibatkan pingsan, yaitu keadaan
tidak responsif, tapi satu di mana seorang individu dapat terangsang secara singkat
oleh stimulus yang kuat, seperti rasa sakit yang tajam; koma, keadaan di mana
seorang individu benar-benar tidak sadar, tidak responsif, menyadari, dan
unarousable; kondisi vegetatif, di mana seorang individu tidak sadar dan tidak
menyadari nya lingkungan, tetapi terus memiliki siklus tidur-bangun dan periode
kewaspadaan; dan kondisi vegetatif (PVS), di mana seorang individu tetap dalam
keadaan vegetatif selama lebih dari sebulan.
31
BAB III
KESIMPULAN
Cedera kepala atau head injury adalah trauma mekanik pada kepala yang
terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang bersifat
sementara atau permanen.
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatanyang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan mental yangkompleks. Gangguan yang
ditimbulkan dapat bersifatsementara maupun menetap, seperti defisit kognitif,
psikis,intelektual, serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal inidisebabkan oleh
karena trauma kepala dapat mengenaiberbagai komponen kepala mulai dari bagian
terluar hinggaterdalam, termasuk tengkorak dan otak.
Terjadinya cedera kepala, kerusakan dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu
kerusakan primer yang merupakan akibat yang langsung dari suatu ruda paksa dan
kerusakan sekunder yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul
sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer.
Aspek-aspek terjadinya cedera kepala dikelompokan menjadi beberapa
klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme cedera kepala, beratnya cedera kepala, dan
morfologinya. Kerusakan otak sering kali menyebabkan kelainan fungsi yang
menetap. Kelainan fungsi yang terjadi juga tergantung kepada bagian otak mana yang
terkena.
Gejala yang timbul juga tergantung bagian otak yang terkena dampak dari cedera.
Penatalaksanaan cedera kepala dibagi menjadi primary survey dan secondary survey,
dimana keduanya bertujuan untuk menyelamatkan jiwa pasien, mengobati kelainan
yang terjadi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Prognosis dari cedera kepala tergantung pada tingkat keparahan cedera, lokasi
cedera, dan usia dan status kesehatan umum individu.
32
Daftar Pustaka
1. Simanjuntak F, Ngantung DJ, Mahama CN. Gambaran pasien cedera kepala
di RSUP. Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode Januari 2013-Desember 2013.
Jurnal e-Clinic. 2015; Vol 3: 354.
2. Irawan H, Setiawan F, Dewi, Dewanto G. Perbandingan Glasgowcoma scale
dan revised trauma score dalam memprediksi disabilitaspasien trauma kepala
di rumah sakit Atma Jaya. Maj Kedokt Indon. 2010; 60: 437-42.
3. Japardi I. Cedera Kepala.Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia:Jakarta:2004.
4. Mendelow AD. Pathophysiology of Head Injury. Br.J.Surg vol:1983 70 641-
50.
5. Olson DA. Head Injury. 2014. Diakses tanggal 29 September 2015 pukul
15.00:www.medscape.com.
6. Liebeskind SD. Epidural Hematome. 2014. Diakses tanggal 30 September
2015 pukul 17.00 :www.medscape.com.
7. Price DD. Epidural Hematom in Emergency Medicine. 2015. Diakses tanggal
30 September 2015 pukul 17.15: www.emedicine.medscape.com.
8. Perdossi. Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal.
Jakarta: Perdossi ; 2006.
9. Meagher JR. Subdural Hematom. 2015. Diakses tanggal 01 November 2015
pukul 10.00: www.medscape.com.
10. National Institute of Neurological Disorder and stroke. Subdural Hematom
CT Scan. 2015.www.ninds.nih.gov.
11. American College of Surgeons.Advance Trauma Life Suport. United States of
America:1997.
33