refrat tbi rs persahabatan

5
Traumatik pada kepala mempengaruhi 2% dari populasi per-tahun, dan menjadi sebab utama kematian serta kecacatan yang berat di usia muda. Sejauh ini, komplikasi yang paling utama dari traumatic kepala adalah pertumbuhan dari hematom intracranial, dimana komplikasi 25-45% kasus trauma kepala berat, 3-12% kasus trauma kepala sedang, dan sekitar 1 dari setiap 500 pasien dengan trauma kepala ringan(20). Tanpa tindakan pembedahan yang efektif, hematom intracranial mungkin akan berubah menjadi kasus tumor klinis dengan harapan penyembuha dari situasi kematian atau vegetative permanen akan terjadi. Selanjutnya, penundaan diagnosa yang lama atau evakuasi dari hematom intracranial akan menghasilkan hal yang sama. Sebanyak 100.000pasien/thn membutuhkan tindakan pembedahan bagi post-traumatik hematom intracranial di US. Oleh karena itu, dampak dari pembedahan saraf dapat membantu menyembuhkan pasien tersebut, dan mungkin lebih dari beberapa daerah lain dengan pengobatan emergensi, sikap agresif dan kecepatan bertindak diperlukan untuk hematom intracranial yang akan menentukan hasilnya. Picaed et al (13) telah menunjukkan bahwa evakuasi craniotomy pada hematom epidural akut dipakai sebagai prosedur operasi yang paling efektif dari semua prosedur operasi. Untuk bagian ini, yang mewakili 5% pasien dengan trauma kepala berat & trauma kepala sedang, kualitas hasilnya telah ditunjukkan di berbagai rumah sakit dengan berbagai level komitmen pada perawatan neurotrauma akut (2,6,11). Untuk hal ini, lebih dari yang lain bahwa konsultasi pembedahan saraf di ruang emergensi seharusnya diadakan dan diperintahkan untuk level 1 srtifikasi dari pusat trauma(1). Meskipun bukti post traumatic intracranial lesi banyak bias dihilangkan dengan operasi hingga

Upload: inas-khr

Post on 11-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

trauma brain injury

TRANSCRIPT

Page 1: refrat TBI RS persahabatan

Traumatik pada kepala mempengaruhi 2% dari populasi per-tahun, dan menjadi sebab utama kematian serta kecacatan yang berat di usia muda. Sejauh ini, komplikasi yang paling utama dari traumatic kepala adalah pertumbuhan dari hematom intracranial, dimana komplikasi 25-45% kasus trauma kepala berat, 3-12% kasus trauma kepala sedang, dan sekitar 1 dari setiap 500 pasien dengan trauma kepala ringan(20). Tanpa tindakan pembedahan yang efektif, hematom intracranial mungkin akan berubah menjadi kasus tumor klinis dengan harapan penyembuha dari situasi kematian atau vegetative permanen akan terjadi. Selanjutnya, penundaan diagnosa yang lama atau evakuasi dari hematom intracranial akan menghasilkan hal yang sama.

Sebanyak 100.000pasien/thn membutuhkan tindakan pembedahan bagi post-traumatik hematom intracranial di US. Oleh karena itu, dampak dari pembedahan saraf dapat membantu menyembuhkan pasien tersebut, dan mungkin lebih dari beberapa daerah lain dengan pengobatan emergensi, sikap agresif dan kecepatan bertindak diperlukan untuk hematom intracranial yang akan menentukan hasilnya. Picaed et al (13) telah menunjukkan bahwa evakuasi craniotomy pada hematom epidural akut dipakai sebagai prosedur operasi yang paling efektif dari semua prosedur operasi. Untuk bagian ini, yang mewakili 5% pasien dengan trauma kepala berat & trauma kepala sedang, kualitas hasilnya telah ditunjukkan di berbagai rumah sakit dengan berbagai level komitmen pada perawatan neurotrauma akut (2,6,11). Untuk hal ini, lebih dari yang lain bahwa konsultasi pembedahan saraf di ruang emergensi seharusnya diadakan dan diperintahkan untuk level 1 srtifikasi dari pusat trauma(1).

Meskipun bukti post traumatic intracranial lesi banyak bias dihilangkan dengan operasi hingga 4000tahun lalu leh orang mesir & meso-amerika, ini tidak terjadi sampai publikasi terus menerus yang muncul dakhr tahun 1960an yang akhirnya secara umum diterima dengan hasil yang sempurna dapat dicapai dengan craniotomy untuk menghilangkan hematom ekstradural (9). Untuk hematoma subdural akut, dan lesi intraparenkim, seperti kontusio dan traumatic hematom intraserebral, dalam sejarahnya hasil semakin buruk, karena lebih dari 60% pasien dengan hematom subdural akut akan meninggal atau tetap cacat berat.

Selama awal 1970an, publikasi yang terus menerus dari fakultas Virginia menunjukkan bahwa craniotomy dekompresi yang luas dengan duraplasi adalah salah satu bentuk terapi paling efektif untuk meningkatkan tekanan intracranial pada pasien dengan lesi yang banyak. Kemudian, kebanyakan pusat pembedahan saraf dengan trauma kepala juga megaplikasikan teknik craniotomy yang sama kepada pasien dengan kontusio intraparenkim, dengan hasil yang lebih baik. Bagaimanapun juga, ada perbedaan dan kontroversi yang menyebar luas berkaitan dengan

Page 2: refrat TBI RS persahabatan

tindakan pembedahandari lesi intraparenkim, dengan beberapa perbaikan pembedahan saraf yang agresif walaupun dapat mempertahankan hidup akan berakibat pada kualitas kehidupan bagi yang selamat sangat memprihatinkan.

Dengan bertambahnya pengertian patomekanisme trauma kepala berat dan trauma kepala ringan mengalami perubahandalam pendekatan tindakan pada pasien dengan post-ttaumatik intracranial dengan lesi banyak. Contohnya, saat ini diterima dengan baik bahwa lesi intraparenkim (kontusio dan hematom intraserebral) akan membutuhkan waktu yang lama, scanning homographic yang berlanjut, dan memantau tekanan intracranial dalam beberapa hari pertama (12,17). Demikian juga, kecendrungan pasien dengan post-traumatik coagulation disorder untuk mengembangkan pendarahan intraparenkim hal ini lebih berat tetapi lebih diterima dengan baik dan memudahkan untuk tindakan koagulasi disorder di bagian kepala yang terkena cidera yang lebih agresif.

Sebaliknya, praktek ini dapat menambah tindakan craniotomy, baik untuk evaluasi dari lesi intraparenkim yang banyak dan mengukur dekompresi. Baru-baru ini, beberapa publikasi telah menunjukkan bahwa terapi perawatan saraf intensif, craniotomy dekompresi, adalah sebagai cara yang efektif untuk mengontrol kenaikan tekanan intracranial setelah trauma kepala berat. Khususnya pada pasien dengan lesi intraparenkim (14,19). Banyak ahli bedah saraf, bagaimanapun enggan untuk mengimplementasi teknik pembedahan pada pasien dengan menambahkan tekanan untrakranial setelah trauma kepala berat, menyatakan bahwa peningkatan kualitas hidup tidak perlu ditunjukkan secara meyakinkan.

Karenanya tujuan keseluruhan dari pedoman ini adalah untuk memberikan petunjuk yang tepat berdasarkan rekomendasi untuk tindakan operasi lagi pasien dengan post-traumatik intracranial dengan lesi banyak, kita memfokuskan kepada mereka yang mempunyai lesi yang sudah akut. Yang berkembang selama 10 hari luka dan kita tidak memilih untuk tidak menutupi hematom subdural kronik, higroma subdural, dan hidrosefalus post-traumatik yang biasanya diabaikan. Selanjutnya kita telah memilih pada trauma kepala tertutup secara umum. Sebab, pedoman tindakan sudah menyeluruh bagi pasien dengan penetrasi trauma kepala yang sudah dirumuskan secara jelas.

Dibandingkan dengan pedoman penangan trauma kepala yang berat (5), petunjuk yang berkaitan dengan penanganan operasi pasca trauma kepala dengan batasan yang luas baik kualitas dan jangkauannya. Khususnya, kelompok kita melihat kembali lebih dari 700 tentang persiapan dari pedoman, tidak ada percobaan klinis yang terkontrol dalam petunjuk untuk mendukung/menunjukkan bentuk dari tindakan

Page 3: refrat TBI RS persahabatan

operasi yang berbeda atau dukungan operasi dibandingkan dengan terapi konservatif. Konsisten dengan batasan ini kita bias merumuskan tindakan operasi pada level standard yang diinginkan pada kelas 1. Aspek penting dari dokumen ini, juga untuk merumuskan pertanyaan kritis yang diperlukan untuk menyelesaikan percobaan klinis dimasa yang akan datang atau calon kelompok pembelajaran. Untuk menentukan bentuk terapi yang paling efektif di masa depan. Karena dengan petunjuk yang lain dari trauma kepala berat, karenanya dokumen perkembangan ini menjadi revisi yang terus menerus akan dibuat untuk selalu berada diatas dengan mengembangkan pengetahuan dibidang ini.

Pedoman ini telah dikelompokan pada dasar petunjuk tradisional yang didasarkan pada klasifikasi lesi post traumatic dengan lesi banyak dengan nama hematoma epidural, hematoma subdural, lesi intraparenkim (kontusio dan hematom intraserebral) lesi akut pada fossa posterior, dan fraktur cranium yang dalam. Kita menyadari, bagaimanapun bagi kebanyakan pasien dengan trauma kepala berat dan beberapa dengan trauma kepala sedang, lebih dari satu diantara post traumatic lesi akut, kemungkinan bias tetap hidup pada waktu yang sama, contohnya mayoritas pasien dengan hematom subdural akut akan menunjukkan kontusio intraparenkim yang sama pada scan homographic. Pada beberapa pasien, mungkin terdapat banyak tempat pada lesi intraparenkim. Contohnya : kontusio bifrontal, kontusio bitemporal, atau lesi frontal dan temporal. Untuk lesi dengan ukuran besar (>50cm3), keputusan tindakan lebih mudah. Umumnya dibantu dengan pembedahan. Lesi dengan ukuran kecil (<20cm3) biasanya tidak dioperasikan, namun demikian untuk lesi dengan ukuran besar dan sedang kemungkinan sangat sulit dengan factor-faktor terkait. Shift, cisterna dan gcs menjadi sangat penting.

Dengan petunjuk ini, pembedahan dekompresi, craniotomy dekompresi, evakuasi dan dekompresi internal sering digunakan berganti-ganti. Aspek ini diklarifikasi sebaik mungkin di bagian masing-masing. Kita mendeskripsikan metode untuk ukurran massa post trauma di appendix 1 dan metode serta definisi yang simple dari “midline shift”, subaraknoid hemorraghic dan status dasar cisterna di appendix 2.