refrat tinea capitis
DESCRIPTION
refrat tinea capitis dm fk uwks rsud dr. moh saleh probolinggo 2013TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti yang terbagi dalam tiga genus,
yaitu: Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1
Pembagian dermatofitosis yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah
yang berdaraskan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk tinea capitis, tinea barbe,
tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, tinea corporis.1
Tinea capitis atau infeksi jamur kulit kepala disebabkan oleh Microsporum gypseum
(geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes
(zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang
pengerat dan kera)10.yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala dan kulit disekitarnya
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang
terjadi gambaran klinis yang lebih berat 1,2
Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti
Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari
25%. Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis.5
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996 -
1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan
Semarang 0,2%.5.Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya
dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin
RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak
< 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%).
Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot
tidak diketemukan. 10
1
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai tiga bentuk yang jelas adalah Grey
patch ringworm, kerion, dan black dot ringworm. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis,
pemeriksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Diagnosis
laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari kikisan lesi.Infeksi pada rambut
ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan. 1 Ada beberapa penyakit pada kulit
kepala yang dapat dijadikan sebagai diagnosa banding tinea kapitis, yaitu alopesia areata
rambut bagian pinggir, dermatitis seboroik, trikotilomania.
Pengobatan standar tinea kapitis di amerika serikat masih menggunakan grisofulvin,
triazole oral (itrakonazole, flukonazol) dan terbinafin merupakan antijamur yang aman,
efektif dan memiliki keuntungan karena durasi pengobatan yang lebih pendek.3
Sering kali pada praktek di rumah sakit, manifestasi dari tinea capitis didiagnosa dengan
penyakit lain, seperti alopesia areata, dermatitis seboroik, cellulitis, furungkel, karbunkel,
folikulitis dan psoriasis. Sehingga hal ini menarik untuk dibahas lebih lanjut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Tinea Capitis
2. Mengetahui faktor predisposisi Tinea Capitis
3. Mengetahui klasifikasi Tinea Capitis
4. Memahami pathogenesis dari bentuk-bentuk tinea capitis
5. Dapat mendiagnosis dan mengelola tinea capitis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur dermatofit
Trichophyton tonsuran dan Microsporum canis yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala
dan kulit disekitarnya. Tinea kapitis biasanya terjadi terutama pada anak – anak, meskipun ada
juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans. Tinea kapitis
juga dapat dilihat pada orang dewasa dengan AIDS. 2,3,4
2.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti
Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari 25%.
Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis. Di Amerika utara dan Inggris jamur
antropolitik seperti Trichophiton tonsurans ditemukan pada 90% kasus. Jamur zoofilik seperti
Microsporum canis ditemukan di Eropa, terutama di Mediterania dan Eropa tengah.5
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996 -
1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan Semarang
0,2%.5.Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya dibandingkan
kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo
antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33%
anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering
tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. 10
2.3 Patogenesis
o Infeksi ektotrik (diluar rambut)
Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang
rambut dan dibatang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja3
3
sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari
kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan
dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa
pada daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan
membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada
permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana
rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia
ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,walaupun hifa intrapilari ada juga.10
o Infeksi endotrik (didalam rambut)
Kruang lebih sama dengan dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan
artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan
meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada
permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang meninggalkan titik
hitam kecil (black dot). Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap
berlangsung di fase anagen ke fase telogen. 10
2.4 Manifestasi Klinik
Ada 3 bentuk klinis tinea kapitis (Rippon, 1970 dan Conant dkk, 1971)1,6
1. Grey patch ringworm
Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan
sering ditemukan pada anak-anak.
Umumnya pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan rambut mudah patah.
Penyakit ini dimulai dengan papul merah kecil di sekitar rambut. Biasanya ada skuama,
tetapi keradangan minimal.1,10 Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi
pucat dan bersisik. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut tanpa rasa nyeri. Semua
rambut di daerah yang terserang jamur bisa membentuk alopesia setempat. Tempat-
tempat tersebut terlihat sebagai grey patch. Namun grey patch yang terlihat sebagian
tidak menunjukkan batas jelas.1 Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang
berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang.10
4
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini
berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum
dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang
berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting
(pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii. 11
Gambar 1: Grey Patch Ringworm
2. Kerion
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik
(M.gypseum). Merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat
disekitarnya. Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu
pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-
lubang folikular yang mengandung pus. 10 Bila penyebabnya Microsporum canis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lehih sering dilihat. Agak kurang bila
penyebabnya Tricophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah
Tricophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat
alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang – kadang dapat terbentuk.1
Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan
lesi tambahan pada kulit halus.10
5
Gambar 2: Kerion
3. Black dot ringworm
Terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Tricophyton violaceum.
Gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus Microsporum.
Rambut yang terkena infeksi mudah patah, tepat pada muara folikel dan yang tertinggal
adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut
ini member gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh
kadang – kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan
kulit untuk mendapat bahan biakan jamur.1
Biasanya disertai skuama yang difus, tetapi keradangannya bervariasi dari
minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang
terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-
jari yang membuka. Rambut-rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.10
Gambar 3: Black Dot Ringworm
4. Favus
Favus, atau nama lainnya tinea favosa, adalah suatu infeksi dermatofita kronis
yang biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang ditemukan favus yang
disebabkan oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var
quinckeanum, or Microsporum gypseum. Favus biasanya menyerang rambut di kepala
tapi juga menyerang glabella dan kuku. Causative agent dari favus yang menyerang tikus
6
adalah T.mentagrophytes var quinckeanum, dan juga Trichophyton quinckeanum, yang
dapat menyebabkan favus pada manusia walaupun jarang terjadi.13
Favus biasanya dimulai pada scalp, sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
bertahan disana beberapa tahun tanpa gejala yang berupa plak berkrusta. Berdasarkan
tingkat keparahannya, favus dibagi dalam 3 stadium yaitu:
Stadium pertama: hanya tampak eritema di kulit kepala yang terlihat, biasanya
disekitar folikel rambut. Rambut tidak rontok ataupun patah.
Stadium kedua: tampak mulainya kerontokan rambut.
Stadium ketiga: stadium terparah karena melibatkan area scalp yang luas, kerontokan
rambut yang berkepanjangan, strofi dan munculnya jaringan parut. Munculnya
scutula baru pada tepi plak sering terjadi.
Bentuk khas dari scutulum adalah kerak cangkir berwarna kuning yang
mengelilingi rambut dan menembus pusat. Scutula membentuk plak padat, masing-
masing terdiri dari miselia dan puing-puing epidermis.Seringkali, infeksi bakteri
sekunder terjadi pada plak.Penghapusan Plak meninggalkan basis eritematosa
lembab.Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau banyak, dan pada pasien yang
terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala.Bau biasanya hadir. Kulit berbulu
mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.13
Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous di
mana scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea menyerupai
bentuk-bentuk tinea unguium.13
7
Gambar 4: favus
2.5 Diagnosa Banding
1. Diagnosis banding tinea kapitis grey patch ringworm :
o Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari
oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. 1
Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak eritema
dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus,
tidak setempat11. Distribusi umumnya di kepala, leher dan daerah-daerah
pelipatan.
Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa
skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil kemudian mengenai seluruh kulit
kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Rambut pada tempat tersebut
mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan frontal. 9 Alopesia
sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu
mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien penyakit syaraf atau
immunodefisiensi.
8
Gambar 5: Dermatitis Seboroik
o Alopesia areata
Rambut bagian pinggir. Kelainan mula-mula mudah dicabut dari folikel.
Tetapi pada rambut yang patah tersebut tidak tampak pangkal yang patah. Selain
itu, pada alopesia areata tidak terdapat skuama.1
Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai, misalnya berupa batang
rambut tidak berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh
lebih menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih
tipis di banding bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation mark
hairs atau exclamation point. Hal ini merupakan patognomosis pada alopesia
areata. Bentuk lain berupa rambut kurus, pendek dan berpigmen yang disebut
black dots. 7Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium
permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama
dan rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.11,12
Alopesia areata yang difus memberikan gambaran rambut yang tipis,
sehingga sulit dibedakan dengan telogen effluvium (kerontokan rambut). Seiring
pertumbuhan rambut, rambut yang tumbuh seringkali berwarna putih atau abu-
abu.7
Gambar 6: Alopesia Areata
9
o Trikotilomania
Merupakan kelainan rambut dimana rambut putus tidak tepat pada kulit
kepala, daerah kelainannya tidak pernah botak seluruhnya serta batas kelainan
tidak tegas.1 Trikotilomania timbul karena penderita setiap kali menarik rambut
pada salah satu area, misalnua rambut kepala,alis, kelopak mata, ketiak atau
daerah pubis. 8
Trikotilomania merupakan alopesia neurosis. Rambut ditarik berulang kali
sehingga putus. Sering terjadi pada gadis yang mengalami depresi8
Gambar 7: Trikotilomania
2. Diagnosis banding tinea capitis kerion
o Furunkel dan Karbunkel
Furunkel adalah infeksi nekrosis akut dari folikel rambut dan daerah
sekitarnya yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Jika lebih daripada
sebuah disebut furunkolisis. Karbunkel ialah kumpulan dari furunkel.
Pasien biasanya mengeluh nyeri. Kelainan berupa nodul eritematosa
berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustule, kemudian melunak menjadi
abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel.
Tempat predileksinya ialah tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan
bokong. 1,14
10
Gambar 8: Furunkel Gambar 9: Karbunkel
o Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut( folikel) yang
umumnya di sebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Folikulitis timbul
sebagai bintik – bintik kecil di sekeliling folikel rambut. Sebagian besar infeksi
hanya superfisial, yang hanya mempengaruhi bagian atas folikelnya. Biasanya
gatal dan jarang menimbulkan keluhan sakit. Folikulitis dapat terjadi hampir pada
seluruh tubuh dimana lebih sering terjadi pada kulit kepala, dagu, ketiak dan
extremitas. Folikulitis seringkali di awali dengan kerusakan folikel rambut
sebagai akibat dari penyumbatan folikel rambut, gesekan pakaian ataupun
bercukur. Sekali cedera folikel akan lebih mudah terinfeksi oleh bakteri, ragi,
ataupun jamur.1,15,16,17
Gambar 10: Penampang kulit yang terkena folikulitis
11
Folikulitis dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering di jumpai pada
anak – anak dan folikulitis juga tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin. Jadi pria
dan wanita memiliki angka resiko yang sama untuk terkena folikulitis, dan
folkulitis lebih sering timbul pada daerah panas atau beriklim tropis.1,15,16
Secara umum folikulitis menimmbulkan rasa gatal seperti terbakar pada
daerah rambut. Gejala konstitusional yang sedang juga dapat muncul pada
folikulitis seperti badan panas, malaise dan mual. Kelainan di kulitnya dapat
berupa papul atau pustul yang erimatosa yang dan di tengahnya terdapat rambut
dan biasanya multiple serta adanya krusta di sekitar daerah inflamasi. Tempat
predileksi biasanya pada tungkai bawah1,15
Gambar 11: Folikulitis
3. Diagnosis banding tinea capitis black dot
o Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas
jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambut-rambut tidak
patah11. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya
menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen.
10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala6 , dan
sering lesi psoriasis anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat
membantu diagnosis psoriasis12
12
Gambar 12: Psoriasis
2.6 Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood, pemeriksaan
mikroskopik rambut langsung dengan KOH dan kultur jamur.
1. Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea capitis bila:
Pasien datang dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal
posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk
pustule atau abses, dissecting cellulitis atau black dot.18
2. Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. Canis, M. audouinii dan M.
ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan
pteridin1
Jamur lain penyebab tiena capitis pada manusia yang memberikan
fluoresen negative (warnanya tetap ungu) yaitu M. gypsium dan spesies
Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa yang fluoresennya
berwarna hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif
di rambut yang terinfeksi1
13
Gambar 13: Pemeriksaan dengan lampu
wood pada daerag gray patch pada kulit
kepala. Pada infeksi Microsporum canis,
rambut kulit kepala memancarkan
fluoresensi hijau. Trichophyton tonsurans
tidak berpendar dengan lampu Wood
o Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan obyek glas, atau scalpel. Juga kasa basah
digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut
atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di obyek glas selain skuama18,19, KOH
20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala,
termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi
hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh
karena rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur.18 Pada
pemeriksaan mikroskop akan tambak infeksi ektotrik yaitu pecahan miselium
menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan
kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk
karena pecahan miselium di dalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula
rambut.1
o Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi aqua steril dan digosokkan diatas
kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok
rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala atau pangkal rambut yang
dicabut langsung ke media kultur. Specimen yang didapat dioleskan di media
Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar+khloramfenikol+sikloheksimid)
atau Dermatophyte Test Medium (DMT). Perlu 7-10 hari untuk mulai tumbuh
jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada
14
bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dermatofit
positif18,19
2.7 Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
2.8 Penatalaksanaan
Anti jamur sistemik dan topical memiliki beberapa khasiat melawan dermatopit. Infeksi
yang melibatkan rambut dan kulit memerlukan antijamur oral untuk menembus dermatofit yang
menembus folikel rambur.
1. Penatalaksanaan umum21
- Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi
pada anak-anak lain
- Mencari kontak manusia atau keluarga dan bila perlu dikultur
- Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,
sarung bantal dan lain yang dipakai di kepala.
- Anak-anak kontak di sekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter bila
anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa
dengan lampu Wood
- Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6
bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
- Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan
pakaian pasien dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebih
baik dibuang
- Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampoo, pasien
dapat pergi ke sekolah
- Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala
15
2. Terapi medis
a. Terapi utama
o Tablet Griseofulvin
Sebagai Gold Standart
Dosis:
Tablet microsize (125,250,500mg)
20 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Tablet ultramicrosize (330mg)
15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Diminum bersama susu atau es krim karena absorbsinya dipercepat
dengan makanan berlemak 13
Baik untuk Microsporum maupun Trichophyton
Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan
lampu wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka
sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negative maka obat diteruskan
sampai 6 minggu. Bila hasil kultur negative, sebaiknya diteruskan 4-6
minggu. 13
Kegagalan pengobatan tonea capitis dengan griseofulvin dapat
disebabkan karena 14,16:
Dosis tidak adekuat. Maka sebaiknya dosis dinaikkan sampai 25
mg/Kg BB/hari terutama untuk kasus yang sulit sembuh. 3
Pasien tidak patuh
Gangguan absorbsi pencernaan
Interaksi obat: Phenobarbital mengurangi absorbs griseofulvin.
Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman
bermain
o Kapsul Itrakonazole (100mg)
Dosis: 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu21
Terapi denyut:
Dosis 5 mg/Kg BB/hari selama 1 minggu, istirahat 2
minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-
16
3siklus. Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi
fungitoksik.
Sama efektifnya untuk infeksi karena M. canis maupun Trichophyton
Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker karena
absorbsinya memerlukan suasana asam
Bila diberikan bersama phenytoin dan h2 antagonis akan
meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazole
akan lebih rendah bila diberikan bersama rifampisin, isoniasid,
phenytoin, dan karbamazepin.
Monitor fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih dari 4
minggu
o Tablet Terbinafin (tablet 250mg)21
Bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit
Dosis 3-6mg/KgBB/hari selama 4 minggu
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi
dari pada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau
karena infeksi ektotriknya masih belum diketahui
Monitor laboratorium fungsi liver dan darah lengkap diperiksa bila
pemakaian lebih 6 minggu10
o Tablet Flukonazole 10,21
Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea capitis namun
tidak lebih ampuh daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan
untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus candidiasis
dan kriptokokosis, terutama pada pasien imunosupremais.
Flukonazol lebih cepat resisten disbanding obat jamur lain.
Sedangkan untuk tinea capitis, flukonazol tidak lebih superior
sehingga sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus selektif.
Dosis: 8 mg/Kg BB/minggu selama 8-16minggu10
Efektif untuk Microsporum maupun Trichophyton21
17
b. Terapi adjuvant
o Shampo10,21
Shampo berguna untuk mempercepat penyembuhan, mecegah
kekambuhan dan mencegah penularan21, serta membuang skuama
dan membasmi spora viable, diberikan sampai sembuh klinis dan
mikologis:
Shampo Selenium Sulfit 1%-1,8%
Dipakai 2-3 kali/minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
Shampoo Ketokonazole 1%-2%
Dipakai 2-3 kali/minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
Shampo Providine Iodine
Dipakai 2 kali/minggu selama 15 menit
Shampoo juga dipakai untuk karieer asimptomatik yaitu kontak
dekat dengan pasien, digunakan seminggu 2kali selama 4 minggu.
Karena asimptomatik lebih menyebarkan tinea capitis di sekolah
atau penitipan anak yang kontak dekat dengan karier daripada
anak-anak yang terinfeksi jelas
o Terapi kerion
Beberapa penelitian menyatakan:
Kerion lebih cepat kempes pada kelompok yang menerima
griseofulvin saja 18
Sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih dengan kelompok
yang menerima ketiga obat yaitu griseofulvin, antibiotika dan
kortikosteroid oral18
Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga
bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan. Dosis
Prednison 1mg/KgBB/pagi untuk 10-15 hari pertama terapi.10
Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila
dijumpai banyak krusta
18
2.9 Prognosis
Tinea capitis tipe Grey patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan
dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit itu, yaitu zoofilik (M.
canis, T.mentagrophytes dan T. verrucosum). Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan penyakit
normal tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelainan selaama waktu
infeksi.11
Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa. T.
violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vector untuk menyebarkan
penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati secara aktif untuk
mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.11
19
BAB III
RINGKASAN
Tinea capitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita, Trichophyton tonsuran dan Microsporum canis yang menyerang folikel rambut dari
kulit kepala dan kulit disekitarnya. Tinea kapitis biasanya terjadi terutama pada anak – anak,
meskipun ada juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans.
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat
sebagai 3 bentuk yang jelas yaitu Grey patch ringworm, kerion dan black dot ringworm.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood,
pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH dan kultur jamur. Pada pemeriksaan
mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks).
Kompikasi yang mungkin dapat terjadi dalam perjalanan tinea capitis yaitu infeksi
sekunder, alopesia sikatrik yang permanen dan kambuh lagi jika pengobatan tidak tuntas atau
jika masih kontrak dengan karier.
Pengobatan tinea kapitis dengan pemberian obat anti jamur sistemik yang memiliki
beberapa khasiat melawan dermatofit. Infeksi yang melibatkan rambut dan kulit memerlukan anti
jamur oral untuk menembus dermatofit yang menembus folikel rambut. Tablet Griseofulvin
adalah pengobatan yang efektif dan aman dan obat ini merupakan gold standart. Obat lini kedua
yaitu Itrakonazole, Contoh pengobatan adjuvant yang dipakai adalah selenium sulfide, iodine,
dan ketoconazole.
Prognosis dari tinea capitis untuk tipe Grey patch sembuh sendirinya dengan waktu,
biasanya permulaan dewasa. Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan penyakit normal tanpa
pengobatan. Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa. T.
violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vector untuk menyebarkan
penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati secara aktif untuk
mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi,dkk. Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi
keenam, hal.92-100. Badan Penerbit FK UI, Jakarta 2011
2. Higgins, E.M, Fuller, L.C, Smith, C.H. Guidelines for the Management of Tinea Capitis.
In, British Journal of Dermatology 2000. Vol 143. London, Inggris. 2000. P.53-58.
3. Verma. S, Heffernan. MP. Fungal Disease. In, Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. Ed.7th. Vol 1 & 2. New York, Amerika. 2008. P.1807-1818.
4. Hay.R.J, Ashbee.H.R . Mycology . In, Rook’s Text Book Of Dermatology. Ed.7th. Vol 1
& 4. New Salford, Manchester. P.36.25- 36.27
5. Chan. YC, Friedlander.SF. Journal of New Treatment for Tinea Capitis. [online] 2010,
[cited 2010 February 15]
6. Hermawan, A. Danny dan Wijayanto. Mengenal Penyakit Jamur Kulit yang Sering
Ditemukan di Indonesia. Meditek vol.8 no.23 september-desember 2000 hal.46-53.
7. Thomas E, Kadyan RS. Alopecia Areata an Autoimunity. Indian J Dermatol 2008;
53(2):70-73.
8. Djuanda, Adhi,dkk. Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi
keenam, hal.306&329. Badan Penerbit FK UI, Jakarta 2011
9. Djuanda, Adhi,dkk. Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi
keenam, hal.200-202. Badan Penerbit FK UI, Jakarta 2011
10. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection:Dermatophytosis,
Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 6th ed. New
York Mc Graw Hill, 2003 : p 1989-2005
11. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988
12. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children. DermatolTher
1997; 2 : 84-92
13. Szepietowski. JC, Journal of Tinea Favus Capitis. 2012
14. El-Gilany. Abdel-Hady, Risk factors of Recurrent Furunculosis,Dermatology Online
Journal 2009 15 (1): 16
21
15. Siregar R. S. Atlas Berwarna, Saripati Penyakit Kuli, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2005, hal 50
– 51.
16. Airlangga Universitas, ATLAS Penyakit Kulit dan Kelami, SMF Penyakit Kulit dan
Kelamin Universitas Airlangg, Surabaya, 2007, hal 30 – 33.
17. Sumaryo Sugastiasri, Pioderma, Quality for Undergraduated Education Project Bacth III
FK Universitas Dipenogor, Semarang, 2001, hal 11 – 12.
18. Hebert AA. Diagnosis and Treatment of Hair Loss Disorders in Children. Dermatol Ther
1997; 2 : 78-83
19. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby,2005.
20. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan Tinea Kapitis. Berkala I. Penyakit Kulit dan
Kelamin 2001; 13;30-5
21. Mercurio MG, Elewski B. Tinea Capitis Treatment. Dermatol Ther 1997; 3 : 79-83
22