refreshing
DESCRIPTION
jnjnjjTRANSCRIPT
![Page 1: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ tubuh terbesar dan memiliki banyak fungsi penting, di
antaranya adalah fungsi proteksi, termoregulasi, respons imun, sintesis senyawa biokimia,
dan peran sebagai organ sensoris. Terapi untuk mengkoreksi berbagai kelainan fungsi
tersebut dapat dilakukan secara topikal, sistemik, intralesi, atau menggunakan radiasi
ultraviolet.2
Dermatoterapi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengobatan
penyakit kulit. Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka
pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah
kemajuan dalam bidang pengobatan yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik
dan empiric menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional. Maksud uraian ini ialah
memperkenalkan bentuk dan cara pengobatan yang disesuaikan dengan keadaan penyakit
kulit.2
B. TUJUAN
o Dapat mengetahui jenis-jenis dermatoterapi
o Mengetahui Indikasi , Kontra indikasi dan Efek samping dari berbagai jenis
Vehikulum
o Mengetahui jenis bahan aktif serta kandunganya
o Dapat memberikan pengobatan penyakit kulit yang sesuai
BAB II
2
2
1
![Page 2: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/2.jpg)
DERMATOTERAPI
Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit.
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, ialah1 :
a. Topikal.
b. Sistemik.
c. Intralesi.
Jika cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan
cara-cara lain, yaitu:
- Radioterapi.
- Sinar ultraviolet.
- Pengobatan laser.
- Krioterapi.
- Bedah listrik.
- Bedah scalpel.
Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka
pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah
kemajuan dalam bidang pengobatan topical yang berupa perubahan dari cara pengobatan
nonspesifik dan empiric menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional1 .
Maksud uraian ini ialah memperkenalkan bentuk dan cara pengobatan topical yang
disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit.
A. PENGOBATAN TOPIKAL
1
1
2
![Page 3: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/3.jpg)
Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi
obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah
mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan,
dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk
mengadakan homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke
keadaan fisiologik stabil secepat-cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala-gejala
yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.1
Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian:
a. Bahan dasar (vehikulum).
b. Bahan aktif.
1. Bahan Dasar (Vehikulum)
Vehikulum adalah zat inaktif/ inert yang digunakan dalam sediaan topikal sebagai
pembawa obat/ zat aktif agar dapat berkontak dengan kulit. 2 5 Meskipun inaktif, aplikasi
suatu vehikulum pada kulit dapat memberikan beberapa efek yang menguntungkan, meliputi
efek fisik misalnya efek proteksi, mendinginkan, hidrasi, mengeringkan/ mengangkat
eksudat, dan lubrikasi, serta efek kimiawi/ farmakologis, misalnya efek analgesik, sebagai
astringent, antipruritus, dan bakteriostatik.3 4 5
a. Klasifikasi Vehikulum
Berdasarkan komponen penyusunnya, vehikulum dapat digolongkan dalam
monofasik, bifasik, dan trifasik.2 3 4 5
Yang termasuk vehikulum monofasik di antaranya adalah bedak, salep, dan cairan.
Bedak kocok, pasta, dan krim tergolong dalam vehikulum bifasik. Sementara pasta pendingin
merupakan contoh vehikulum trifasik. Selain ketiga kelompok besar vehikulum di atas,
1
2
3
2
3
![Page 4: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/4.jpg)
terdapat vehikulum lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu golongan tersebut,
yaitu jel.2
Pembagian lain vehikulum adalah berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu
vehikulum hidrofobik dan vehikulum hidrofilik. Vehikulum hidrofobik meliputi berbagai
hidrokarbon, silikon, alkohol, sterol, asam karboksilat, ester dan poliester, serta eter dan
polieter. Sementara vehikulum hidrofilik meliputi berbagai poliol dan poliglikol, sebagian
dari golongan ester dan poliester, serta beberapa macam eter dan polieter. Berdasarkan
konsistensinya, vehikulum dibagi menjadi cair, solid, dan semisolid 2.
Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topical merupakan langkah awal dan
terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai
pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang
cair/basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering,
misalnya salap. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi 1 2 3 4 5 :
1. Cairan.
2. Bedak.
3. Salap.
Disamping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu:
4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.
5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap.
6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak.
7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan, bedak dan salap.
Sediaan topikal yang relatif baru di dunia dermatologi8 9 :
8. Lacquor
2
2
1
8 9
4
![Page 5: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/5.jpg)
9. Foam
Gambar. Bagan Vehikulum
1. Cairan.
Cairan terdiri atas:
a. Solusio artinya larutan dalam air.
b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol.
Solusio dibagi dalam:
1. Kompres.
2. Rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan.
3. Mandi (full bath)
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta
dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topical yang pernah dipakai. Di samping itu terjadi
pelunakan dan pecahnya vesikel, bula dan pustule. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan
yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak
dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk
menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam
dermatosis. 1
1
5
![Page 6: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/6.jpg)
Solusio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut (solut)
yang terlarut secara homogen dalam media pelarut misalnya air, alkohol, minyak, atau
propilen glikol. Contoh dari solusio adalah solusio Burrowi, yodium tingtur, dan linimen5 6.
Suspensi atau losio adalah suatu sistem berbentuk cair yang komponennya terdiri atas
dua fase zat. Fase pertama merupakan fase eksternal/ kontinu dari suspensi, yang umumnya
berbentuk cair atau semisolid, dan fase kedua merupakan fase internal yang merupakan
partikel yang tidak larut dalam fase kontinu, namun terdispersi di dalamnya. Dalam suatu
sediaan obat topikal, fase internalnya adalah zat atau obat aktif. Karena tidak larut dalam
medium pendispersinya, maka zat aktif dalam suatu sediaan berbentuk suspensi atau losio
dapat mengendap bila didiamkan, sehingga sebelum digunakan harus dikocok terlebih dahulu
agar dosis obat aktif yang diaplikasikan merata. Losio banyak digunakan untuk pasien anak,
karena mudah diaplikasikan secara merata. Penguapan air yang terkandung dalam sediaan ini
setelah aplikasinya memberikan efek mendinginkan. Dibandingkan salep, losio dapat
menyebabkan kondisi kulit yang kering, dan dapat menyebabkan abrasi pada kulit. Duweb
dkk. (2003) membuktikan bahwa dalam konsentrasi sama (50 ug/g), salep calcipotriol lebih
superior dibandingkan sediaan krim untuk pengobatan psoriasis vulgaris. Cal (2005)
melaporkan pengaruh berbagai vehikulum dalam penyerapan terpenes pada kulit secara in
vitro. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya diketahui penyerapan terpenes pada tiap
vehikulum berbeda bermakna, dan secara berurutan dari yang terendah hingga tertinggi
penetrasinya adalah emulsi < solusio < hidrojel. Sementara Breneman dkk. (2005)
melaporkan penggunaan losio klobetasol propionat 0,05% lebih efektif dibandingkan dengan
sediaan dalam bentuk krim dalam pengobatan dermatitis atopik. Serupa dengan penelitian
yang dilakukan Breneman dkk. tersebut, Lowe N. dkk. (2005) juga membuktikan
penggunaan losio klobetasol propionat 0,05% dalam terapi psoriasis tipe plak lebih efektif
dibanding sediaan krim10 11 12.
Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi
terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai
kering pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk
pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai daripada cara rendam dan mandi, karena
5 6
1
6
![Page 7: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/7.jpg)
pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan
mandi terjadi proses maserasi1 2 3 .
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan
antimicrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.
Dikenal 2 macam cara kompres, yaitu1 :
a. Kompres terbuka
Dasar : Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus.
Indikasi :
o Dermatosis medidans
o Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erysipelas.
o Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.
Efek pada kulit :
o Kulit yang semula eksudatif menjadi kering.
o Permukaan kulit menjadi dingin.
o Vasokonstriksi.
o Eritema berkurang.
Cara :
Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu
tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan
menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.
1 2 3
1
7
![Page 8: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/8.jpg)
Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan
didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi
maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian
tubuh agar tidak terjadi pendinginan.1
b. Kompres tertutup
Sinonim : Kompres impermeable.
Dasar : Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.
Indikasi : Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.
Cara
Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeable, misalnya
selofan atau plastik.
2. Bedak.
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat
erat sehingga penetrasinya sedikit sekali1.
Efek bedak ialah:
o Mendinginkan.
o Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi.
o Anti-pruritus.
o Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo).
o Proteksi mekanis.
Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum
venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorpsi
air dan sabum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah1.
1
1
1
8
![Page 9: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/9.jpg)
Indikasi pemberian bedak ialah:
1. Dermatosis yang kering dan superficial.
2. Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan herpes
zoster.
Kontraindikasi
Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
3. Salap.
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi
seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak1.
Indikasi pemberian salap ialah:
1. Dermatosis yang kering dan kronik.
2. Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika
dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.
3. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.
Kontraindikasi
Dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut,
penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh1.
4. Bedak Kocok.
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi
kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila
beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui1.
Indikasi :
1
1
1
9
![Page 10: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/10.jpg)
1. Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit
penetrasi.
2. Pada keadaan subakut.
Kontraindikasi :
1. Dermatitis madidans.
2. Daerah badan yang berambut.
5. Krim.
Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator1 2.
Krim ada 2 jenis:
Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.
Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.
Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya
paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam
krim.
Indikasi :
1. Indikasi kosmetik.
2. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar
daripada bedak kocok.
3. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut.
Kontraindikasi :
Dermatitis madidans.
6. Pasta.
1 2
10
![Page 11: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/11.jpg)
Pasta ialah campuran homogeny bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan1.
Indikasi : Dermatosis yang agak basah.
Kontraindikasi : Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.
7. Linimen.
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, salap1.
Indikasi : Dermatosis yang subakut.
Kontraindikasi : Dermatosis madidans.
8. Gel.
Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspense yang dibuat dari
senyawa organic. Zat untuk membuat gel di antaranya ialah karbomer, metilselulosa, dan
tragakan. Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan
terbentuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus1.
Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorpsi perkutan lebih baik daripada krim.
9. Lacquer
Lacquer merupakan sediaan topikal yang relatif baru di bidang dermatologi. Sediaan
ini mulai digunakan untuk mengobati kasus-kasus onikomikosis. Nail lacquer merupakan
larutan yang terdiri dari etil asetat, isopropil alkohol, dan butil monoester asam maleat.
Setelah aplikasinya di atas lempeng kuku, lacquer akan membentuk lapisan film di atas
tempat aplikasi. Penelitian secara in vitro pada kuku yang telah dilepaskan, menunjukkan
sediaan ini mampu menembus lempeng kuku hingga kedalaman 0,4 cm. Sementara penelitian
pada manusia dengan aplikasi sediaan antifungal (ciclopirox) dalam bentuk nail lacquer pada
ke-20 kuku dan lima milimeter pada kulit di sekitar kuku selama enam bulan, didapatkan
1
1
1
11
![Page 12: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/12.jpg)
penyerapan ciclopirox secara sistemik mencapai lima persen dosis aplikasinya. Satu bulan
setelah aplikasi dihentikan, kadar ciclopirox tidak terdeteksi lagi.7 8
10. Foam
Foam merupakan suatu dispersi cairan dan atau zat padat dalam medium berbentuk
gas. Dibandingkan dengan sediaan topikal lain, foam merupakan sediaan yang paling mudah
diaplikasikan pada permukaan kulit tanpa memerlukan penekanan, sehingga sediaan ini
menjadi pilihan untuk digunakan pada berbagai kelainan/ penyakit kulit dengan inflamasi
yang berat dan luas, karena penekanan yang berlebihan pada kulit yang mengalami inflamasi
menimbulkan rasa nyeri dan dapat memperberat reaksi inflamasi.9 Sediaan topikal berbentuk
foam dikemas dalam suatu wadah bertekanan yang berkatup. Hal tersebut menjadi salah satu
kelemahan dari sediaan berbentuk foam, karena proses pembuatan wadah bertekanan
merupakan hal yang rumit dan memerlukan biaya yang tinggi, sehingga harga sediaan
berbentuk foam menjadi mahal. Suatu penelitian yang membandingkan kemampuan bentuk
sediaan foam, salep, krim, dan jel dalam melepaskan zat aktif (betametason valerat) telah
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan sediaan foam memiliki kemampuan yang sama
dengan salep dan jel dalam melepaskan komponen zat aktif, namun lebih baik dibandingkan
sediaan krim. Penelitian lain dilakukan terhadap orang anak dan bayi dengan infeksi candida
pada daerah popok. Ke 25 subyek diterapi dengan sediaan berbentuk foam yang mengandung
nistatin, klorheksidin, dan prednisolon. Setelah dilakukan terapi selama 13 hari, seluruh
subyek penelitian, termasuk subyek dengan manifestasi klinis yang berat menunjukkan
kesembuhan.9
b. Bahan Aktif
Memilih obat topical selain factor vehikulum, juga factor bahan aktif yang
dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk
pengobatan topical. Khasiat bahan aktif topical dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia
permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai1 2 3 .
7
9
9
1 2 3
12
![Page 13: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/13.jpg)
Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi
satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat
tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T. (obat tidak tercampurkan).
Asam salisilat, misalnya dapat dicampurkan dengan asam lainnya, contohnya asam
benzoate atau dengan ter, resorsinol tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau
bahan yang bersifat oksidator.Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa
factor, termasuk konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas,
dan efek vehikulum terhadap kulit.
Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah 1:
1. Aluminium asetat.
Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung aluminium asetat 5%.
Efeknya ialah astringen dan antiseptic ringan. Jika hendak digunakan sebagai
kompres diencerkan 1 : 101.
2. Asam asetat.
Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi
Pseudomonas.
3. Asam benzoate.
Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal. Digunakan dalam salap,
contohnya dalam salap Whitfield dengan konsentrasi 5%. Menurut British
Pharmaceutical Codex susunannya demikian:
R/ Acidi benzoici 5
Acidi salicylici 3
Petrolati 28
Olei cocos 64
1
1
13
![Page 14: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/14.jpg)
Modifikasi salap tersebut ialah A.A.V. II yang digunakan untuk penyakit
jamur superficial. Salap tersebut berisi asam salisilat 6% dan asam benzoate 12%.
Sedangkan salap lain ialah A.A.V. I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoate 6%,
jadi konsentrasi bahan aktif hanya separuhnya1.
4. Asam borat.
Konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres
atau dalam salap berhubungan efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat
toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosive terlebih-lebih pada bayi1.
5. Asam salisilat.
Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical.
Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang
terganggu. Pada konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu
menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat
keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada
konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam,
misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1‰ dipakai
sebagai kompres, bersifat antiseptic. Penggunaannya, misalnya untuk dermatitis
eksudatif. Asam salisil 3%-5% juga bersifat mempertinggi absorbs per kutan zat-zat
aktif.
6. Asam undesilenat.
Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau krim. Dicampur
dengan garam seng (Zn undecylenic) 20 %1.
7. Asam vit.A (tretinoin, asam retinoat).
Efek 1:
o Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan.
1
1
1
1
14
![Page 15: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/15.jpg)
o Meningkatkan sintesis D.N.A. dalam epithelium germinatif.
o Meningkatkan laju mitosis.
o Menebalkan stratum granulosom.
o Menormalkan parakeratosis.
Indikasi :
o Penyakit dengan sumbatan folikular.
o Penyakit dengan hyperkeratosis.
o Pada proses menua kulit akibat sinar matahari.
8. Benzokain.
Bersifat anesthesia. Konsentrasinya ½-5%, tidak larut dalam air, lebih larut
dalam minyak (1 : 35), dan lebih larut lagi dalam alcohol. Dapat digunakan dalam
vehikulum yang lain. Sering menyebabkan sensitisasi1.
9. Benzil benzoate.
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi
dengan konsentrasi 20% atau 25%1.
10. Camphora.
Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antiprutitus berdasarkan penguapan zat tersebut
sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok
yang mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan krim1.
11. Kortikosteroid topical.
Pada tahun 1952 Sulzberger dan Witten memperkenlakan hidrokortison dan
hidrokortison asetat sebagai obat topical pertama dari golongan kortikosteroid (K.S.).
Hal ini merupakan kemajuan yang sangat besar dalam pengobatan penyakit kulit 1
1
1
15
![Page 16: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/16.jpg)
topical karena KS mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu: anti inflamasi, anti
alergi, anti pruritus, anti mikotik dan vasokonstriksi. Pada penyelidikan ternyata
bahwa kortison dan Adeno-Cortico-Trophic Hormone (A.C.T.H.) tidak efektif sebagai
obat topical1 2.
Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 diperkenalkan KS yang
lebih poten daripada hidrokortison, yaitu KS yang bersenyawa halogen yang dikenal
sebagai fluorinated corticosteroid. Penambahan 1 atom F pada posisi 6 dan 9 dan satu
rantai samping pada posisi 16 dan 17, menghasilkan bentuk yang mempunyai potensi
tinggi. Zat-zat ini pada konsentrasi 0,025% sampai 0,1% memberikan pengaruh anti
inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah, antara lain:
betametason, betametason valerat, betametason benzoate, fluosinolon asetonid, dan
triamsinolon asetonid.
Penggolongan
Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besar, di antaranya
berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik. Golongan I yang paling kuat daya anti-
inflamasi dan anti-mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah
(potensi lemah)1.
No Klasifikasi Golongan Generik
1. Golongan I (Super Poten) - 0,05% betamethason
dipropionat
- 0,05% diflorason diacetat
- 0,05% clobetasol proprionat
- 0,05% halobetasol
proprionat
2. Golongan II (Potensi tinggi) - 0,1% amcinonid
1 2
1
16
![Page 17: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/17.jpg)
- 0,05% betamethason
dipropionat
- 0,01% mometason fuorat
- 0,05% diflorason diacetat
- 0,01% halcinonid
- 0,05% flucinonid
- 0,25–0,05% desoximetason
3. Golongan III (Potensi tinggi) - 0,1% triamsinolon acetonid
- 0,005% fluticason propionit
- 0,1% amcinonid
- 0,05% betamethason
dipropionat
- 0,05% diflorason diacetat
- 0,05% desoximetason
4. Golongan IV (Potensi medium) - 0,1% triamsinolon acetonid
- 0,05% flurandrenolid
- 0,01% mometason fuorat
- 0,2 % hydrocortison
5. Golongan V (Potensi medium) - 0,1% triamsinolon acetonid
- 0,005% fluticason propionit
- 0,05% betamethason
dipropionat
17
![Page 18: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/18.jpg)
- 0,05% diflorason diacetat
- 0,05% flurandrenolid
- 0,01% mometason fuorat
- 0,2% hydrocortisone
- 0,1% prednicarbit
- 0,05% desonid
6. Golongan VI (Potensi medium) - 0,05% aclometason
- 0,1% triamsinolon acetonid
- 0,05% betamethason
valerat
- 0,05% desonid
- 0,1% hydrocortison butyrate
7. Golongan VII (Potensi lemah) - Hidrocortison,
deksamethason, glimetalon,
prednisolon,
metilprednisolon.
Tabel. Penggolongan Kortikosteroid Topikal Berdasarkan Potensi Klinis.
Indikasi
K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit
kulit (MARKS, 1985). Harus selalu diingat bahwa K.T. bersifat paliatif dan supresif terhadap
penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. Dermatosis yang responsive dengan
K.T. ialah: psoriasis, dermatitis atopic, dermatitis kontak, dermatitis seboroik,
neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata,
dermatitis intertriginosa, dan dermatitis solaris (fotodermatitis1 2).
1 2
18
![Page 19: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/19.jpg)
Dermatosis yang responsive dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan
parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan
likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo.Di samping K.T. tersebut ada pula kortikosteroid
yang disuntikan intralesi, misalnya triamsinolon asetonid.1
Pemilihan jenis K.T.
Dipilih K.T. yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah; di samping itu
ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum,
kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan
lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.
Aplikasi klinis
a. Cara aplikasi
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3 x/hari sampai penyakit tersebut
sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis ialah menurunnya
respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang; berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila
pengolesan obat tetap dilanjutkan1.
b. Lama pemakaian steroid topical.
Lama pemakaian steroid topical sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid
potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.
Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut1:
1. Psoriasis
Penyakit psoriasis dengan skuamam tebal berupa plakat, memerlukan steroid yang
poten (golongan I) dengan vehikulum salap atau krim.
1
1
1
19
![Page 20: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/20.jpg)
2. Dermatitis atopic
Pada anak diperlukan steroid topical yang lemah mengingat umur anak, lokalisasi
penyakit dan kulit pada anak masih halus dan tipis. Dipilih bentuk krim. Pada dewasa
diperlukan K.T. yang poten dalam bentuk salap.
3. Dermatitis kontak alergik
Pemakaian steroid dengan potensi sedang biasanya cukup untuk mengatasi penyakit
ini. Zat penyebab harus dihindari.
4. Dermatitis dishidrotik
Dermatitis ini memerlukan steroid yang poten dalam bentuk salap, sebab kulit di
daerah itu tebal.
5. Dermatitis numular
Lesi biasanya multiple dan memerlukan K.T. yang poten.
6. Dermatitis seboroik
Dermatitis ini cukup sensitive terhadap K.T. dan memerlukan steroid potensi sedang.
7. Dermatitis intertriginosa
Dermatitis ini memerlukan K.T. dengan potensi sedang untuk menghilangkan gejala
gatal dan rasa panas1.
Efek samping
Efek samping terjadi bila:
1. Penggunaan K.T. yang lama dan berlebihan.
2. Penggunaan K.T. dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara
oklusif.
1
20
![Page 21: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/21.jpg)
Harus diingatkan bahwa makin tinggi potensi K.T., makin cepat terjadinya efek
samping.
Gejala efek samping:
1. Atrofi.
2. Strie atrofise.
3. Telangiektasis.
4. Purpura.
5. Dermatosis akneformis.
6. Hipertrikosis setempat.
7. Hipopigmentasi.
8. Dermatitis perioral.
9. Menghambat penyembuhan ulkus.
10. Infeksi mudah terjadi dan meluas.
11. Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur.
Dermatofitosis yang diobati dengan K.T. gambaran klinisnya menjadi tidak khas
karena efek anti-inflamasinya. Pinggir yang eritematosa dan berbatas tegas menjadi kabur
dan meluas dikenal sebagai tinea incognito1.
Pencegahan efek samping
Efek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah
jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi1.
Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai K.T. yang lemah. Pada kelainan akut
dipakai pula K.T. yang lemah. Pada kelainan subakut digunakan K.T. sedang, jika kelainan
kronis dan tebal dipakai K.T. kuat. Bila telah membaik pengolesan dikurangi, yang semula
1
1
21
![Page 22: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/22.jpg)
dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti dengan K.T. sedang/lemah untuk mencegah
efek samping.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan
pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten. Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan
wajah digunakan K.T. lemah/sedang. K.T. jangan digunakan untuk infeksi bacterial, infeksi
mikotik, infeksi virus, dan scabies. Di sekitar mata hendaknya berhati-hati untuk menghindari
timbulnya glaucoma dan katarak. Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan
dosis maksimum per kali 10 mg1.
12. Mentol.
Bersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora,
konsentrasinya ¼-2%.
13. Podofilin.
Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma
akuiminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci1.
14. Selenium disulfid.
Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor.
Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.
15. Sulfur.
Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad-abad dalam dermatologi. Bersifat
antiseboroik, anti-akne, antiskabies, anti bakteri positif gram dan jamur. Yang digunakan
ialah sulfur dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang endap) berupa bubuk
kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%. Dapat digunakan dalam pasta,
krim, salap, dan bedak kocok. Contoh dalam salap ialah salap 2-4 yang mengandung asam
salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%. Sedangkan contoh dalam bedak kocok ialah losio
kummerfeldi dipakai untuk akne. Susunannya ialah sebagai berikut1:
R/ Camphorae 31
1
1
22
![Page 23: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/23.jpg)
Sufuris praecipitati 20
Mucilaginis gummi arabici 10
Solutionis hydratis calcici 134
Aquae rosarum 133
16. Ter.
Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan
fosil. Yang berasal dari batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang
berasal dari kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil
ialah iktiol1.
Preparat ter sering yang digunakan ialah karbonis detergens karena tidak berwarna hitam
seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%. Efeknya antipruritus,
antiradang, antiekzem, antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan
dermatitis kronik dalam salap. Jika terjadi lesi yang universal, misalnya pada psoriasis, tidak
boleh dioleskan di seluruh lesi karena akan diabsorbsi dan member efek toksik terhadap
ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1: kepala dan ekstremitas atas, hari 2:
batang tubuh dan hari 3: ekstremitas bawah1.
Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada
ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek karsinogen ter
batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama. Pada pemakaian dalam waktu yang singkat
efek samping ini tidak pernah terjadi.
17. Tiosulfas natrikus.
Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan
25%1.
18. Urea.
1
1
1
23
![Page 24: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/24.jpg)
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai
untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein1.
19. Zat antiseptic.
Zat ini bersifat antiseptic dan/atau bakteriostatik. Zat-zat antiseptic lebih disukai dalam
bidang dermatologi daripada zat antibiotic, sebab dengan memakai zat antiseptic persoalan
resistensi terhadap antibiotic dapat dihindarkan1.
Golongan antiseptic1:
a. Alcohol.
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptic yang optimal. Efek sampingnya menyebabkan
kulit menjadi kering.
b. Fenol.
o Fenol: pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi
jenus mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat
bakteriostatik dan antipruritik (1/2-1%).
o Timol: bersifat desinfektan pada konsentrasi 0,5% dalam bentuk tingtur.
o Resorsinol: efeknya ialah antibacterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik,
konsentrasi 2-3%.
o Heksaklorofen: senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik. Larutan
heksaklorofen 3% berkhasiat terhadap kuman positif-gram.
c. Halogen.
Yodium. Bersifat bakteriostatik, misalnya pada tingtur yodium dan lugol. Tingtur
yodium berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi., vesikulasi kulit, dan deskuamasi.
Khasiatnya antibacterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik yodium
1
1
1
24
![Page 25: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/25.jpg)
dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu kulit harus dibersihkan
dengan alcohol 70%.
d. Zat-zat pengoksidasi.
Zat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermato-terapi topical.
1. Permanganas kalikus
Zat ini mempunyai efek antiseptic lemah dalam larutan encer dalam air. Pada
konsentrasi tinggi bersifat astringen dan kaustik. Dipakai sebagai kompres terbeku (1:10.000)
untuk dermatosis yang akut dan eksudatif. Untuk ulkus yang eksudatif dapat dipakai
konsentrasi 1:5000. Larutan harus dibuat segar karena cepat mengadakan dekomposisi
(warna coklat)1.
2. Benzoll-peroksid
Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2,5-10%. Bersifat
antiseptic, merangsang jaringan granulasi dan bersifat keratoplastik. Efek samping kadang-
kadang terjadi alergi dan memutihkan pakaian.
e. Senyawa logam berat.
1. Merkuri
Zat ini dulu banyak dipakai dalam dermatologi. Sekarang tidak dipakai lagi karena
sensitisasi garam-garam merkuri.
2. Perak
a. Larutan perak nitrat
Perak nitrat berbentuk Kristal putih, mudah larut dalam air, warna perak nitrat
berubah menjadi hitam bila terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan dalam botol
berwarna gelap.
Larutan perak nitrat dipakai untuk ulkus yang disertai pus yang disebabkan oleh
kuman negative-gram. Konsentrasinya 0,5% atau 0,25% bersifat antiseptic dan astringen.
1
25
![Page 26: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/26.jpg)
Kompres ini mewarnai kulit, tetapi akan hilang sendiri perlahan-lahan. Jika terkena lantai
akan menjadi hitam dan tidak dapat hilang. Dapat pula dipakai dengan konsentrasi 1‰ untuk
dermatitis eksudatif yang kurang atau tidak member perbaikan dengan kompres lain.Larutan
dengan konsentrasi 20% bersifatkaustik dipakai pada ulkus dengan hipergranulasi. Caranya
ditutul dengan lidi dan kapas sehari sekali. Kulit disekitarnya tidak boleh terkena karena akan
rusak1.
b. Sufadiazin perak
Sufadiazin perak dipakai untuk pengobatan luka bakar. Juga dipakai untuk nekrolisis
epidermal toksik. Kerjanya sebagai antiseptic berdasarkan gugus sulfa dan gugus peraknya.
Sulfa berkhasiat untuk kuman positif-gram, sedangkan perak bersifat astringen dan untuk
kuman negative-gram. Konsentrasi 1% dalam krim.
f. Zat warna.
Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topical. Efeknya ialah astringen
dan antiseptic. Misalnya:Zat warna akridin, umpamanya akridin laktat (rivanol) dipakai untuk
kompres dengan konsentrasi 1‰, juga bersifat deodorant. Metal rosanilin klorida atau
gentian violet, dipakai dalam konsentrasi 0,1-1% dalam air. Zat ini juga mempunyai efek
antimikroba terhadap Candida albicans, di daerah intertrigo atau anogenital1.
B. PENGOBATAN SISTEMIK1
1. Antibiotik sistemik
a. Golongan Tetracyclin
Golongan teracyclin bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. Absorbsinya 30 – 80% dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minoksiklin 90%.
Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan golongan tetracyclin, kecuali
doksisiklin dan minoksiklin. Ditimbun dalam hati, limpa, dan sumsum tulang, serta dentin
1
1
1
26
![Page 27: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/27.jpg)
dan email gigi dari gigi yang belum erupsi. Doksisiklin dan minoksiklin penetrasi ke jaringan
lebih baik. Diekskresi melalui urine dan feces1.
Golongan tetracyclin dibagi 3 berdasarkan sifat farmakokinetiknya, yaitu : (1)
Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin, absorbsinya tidak lengkap, waktu paruh 6 – 12
jam. (2) Dimetilklortetrasiklin, absorbsinya lebih baik, masa paruh 16 jam. (3) Doksisiklin
dan minoksiklin absorbsinya lebih baik sekali, masa paruh 17 – 20 jam, cukup diberikan 1
atau 2 kali sehari.
Tetracyclin dapat mengakibatkan perubahan warna gigi dan tidak dianjurkan untuk
wanita hamil. Efek samping yang lain iritasi lambung, dan infeksi jamur vagina. Dois 4 x 250
mg setiap hari, diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan selama 4 – 8
minggu berikutnya.
Dimekksosiklin dosis tinggi 4 x 250 mg sehari diberikan 1 jam sebelum makan selama
3 – 6 minggu dan dosis disesuaikan setiap 3 – 4 minggu berikutnya. Dosis rendah 150 mg
sehari diberikan 1 jam sebelum makan selama 6 minggu dan dosis berikutnya disesuaikan
setiap 6 minggu. Obat ini jarang dipakai.
Doxycyclin efektif membunuh kuman gram positif dan negatif. Dosis tinggi 2 x 200 mg
sehari diberikan selama 2 – 4 mingu, selanjutnya dosis disesuaikan dengan keadaan penyakit.
Dosis rendah 1 x 200 mg sehari diberikan selama 6 – 8 minggu, selanjutnya disesuaikan
sesuai keadaan penyakit. Efek sampingnya berupa fototoksik, renal diabetes insipidus
syndrom.
Minoksiklin efektif untuk membunuh bakteri gram positif dan negatif. Dosis 2 x 100
mg sehari diberikan 3 -6 minggu, selanjutnya dosis disesuaikan setiap 3 – 6 minggu
berikutnya. Dosis rendah 50 – 100mg sehari diberikan selama 4 – 6 minggu selanjutnya dosis
disesuaikan setiap 6 minggu. Efek sampingnya adalah gangguan keseimbangan, nousea,
diskolorisasi kulit warna abu-abu sampai biru.
b. Erytromycin
1
27
![Page 28: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/28.jpg)
Merupakan obat pilihan untuk penderita yang sensitif pada tetrasiklin dan wanita hamil.
Memiliki efek bakterisida terhadap P.Acnes. Dosis 1gr/hari1.
c. Klyndamicyn
Efektif untuk akne bentuk kistik, absorbsinya tidak dipengaruhi makanan. Dosis 150 –
300 mg sehari 2 kali.
2. Hormonal
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid intralesi berguna untuk lesi nodulokistik besar dan sinus pada acne
conglobata. Cepat mengurangi peradangan dan mencegah timbulnya cicatric. Dipakai larutan
dengan konsentrasi 2,5 mg/ml dan penyuntikan dapat diulangi 1 – 2 minggu. Kortikosteroid
sistemik hanya digunakan untuk acne tipe nodulokistik dengan cicatric yang hebat dan
diberikan dalam jangka waktu yang pendek1.
b.Esterogen (Oral Contraceptive Pills (OCPs))
OCPs menurunkan sirkulasi androgen, yang akhirnya dapat menurunkan produksi
sebum. Estrogen pada OCPs meningkat setara dengan sex-hormon-binding globulin, dimana,
akhirnya, menurunkan jumlah testosterone bebas. Estrogen juga menurunkan sekresi
gonadotropin oleh pituitai anterior, dengan konsekuensi penurunan produksi androgen pada
ovarium. Saat OCPs digunakan untuk terapi akne, dokter harus meresepkan formulasi yang
mengandung progestin dengan efek androgen yang rendah. Progestin yang tepat digunakan
antara lain norethindrone (Norlutin), norethindrone acetate (Aygestin), ethynodiol diacetate
(Zovia), dan norgestimate (Ortho-Cyclen)1.
3. D.D.S (Diamino Diefil Sulfon)
1
1
1
28
![Page 29: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/29.jpg)
Seperti sulfonamida, DDS dapat menghambat pemakaian PABA (Para Aminino
Benzoid Acid) oleh bakteri. DDS tidak pernah dipakai sendiri, biasanya dipakai bersama-
sama dengan antibiotika dan obat yang dapat mengadakan pengelupasan kulit.
4. Vitamin A
Bila diberikan peroral bersama-sama dengan antibiotika oral dan topikal, vitamin A asam
sangat efektif untuk akne bentuk nodul dan kistik yang hebat. Diduga vitamin ini
mempengaruhi produksi atau metabolisma androgen. Dosis : 50.000 – 100.000 IU/hari.
5. Isoretinoit
Suatu bentuk 13- cis/asam retinoat digunakan untuk pengobatan akne berbentuk kistik
dan konglobata. Pada kebanyakan kasus obat ini memberikan remisi sempurna selama
berbulan-bulan dan sampai bertahun-tahun. Dosis : 1 mg/kg/hari. Efek samping : gangguan
selaput lendir dan kulit seperti keilitis, serosis dan pendarahan hidung. Isoretinoit bersifat
keratogenik1.
6. Senk (Zink)
Efeknya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga mempunyai efek inflamasi.Unsur
ini berpengaruh terhadap epitelisasi, aktivitas enzim pada metaboloisme vitamin A, dan
memperbaiki gangguan kemotaksis leukosit. Dosis 3 x 200 mg/hari1.
C. PENGOBATAN SINAR ULTRAVIOLET
Sinar ultra violet (UV) adalah radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dengan
panjang gelombang 10-400 nm. Sinar tak tampak ini dibagi dalam tiga spektrum: UV A (320-
400 nm), UV B (290-320 nm), dan UV C (10-190 nm). Sumber sinar UV dapat sinar
matahari atau buatan (karbon, xenon, merkuri, lampu fluoresen).
1
1
29
![Page 30: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/30.jpg)
Fototerapi adalah penggunaan radiasi elektromagnetik non ionisasi untuk kepentingan
pengobatan. Di bidang dermatologi ini meliputi fototerapi UV A/UV B/UV A-B, regimen
Goeckerman, fototerapi UV selektif, dan fororerapi di rumah.
Fotokemoterapi adalah fototerapi yang dikombinasi dengan bahan kimia yang bersifat
photosensitker seperti psoralen dalam PUVA.
Fototes adalah penggunaan sinar UV untuk membantu menegakkan diagnosis dengan
dua teknik yang berbeda. Tehnik pertama dengan mendeteksi bahan yang diuji dengan
fluoresen, teknik kedua dengan menginduksi lesi kulit pada penderita yang dicurigai
menderita penyakit kulit fotosensitif.
D. PENGOBATAN LASER
Sinar laser yang ditembakkan pada kulit atau area yang bermasalah akan diserap oleh sel kulit tertentu dan kemudian diubah menjadi panas pada area tersebut. Fungsinya adalah untuk menstimulasi pembentukan sel kolagen baru yang menjaga kekenyalan kulit. Panjang gelombang dari sinar laser adalah yang terpenting pada perawatan ini. Alat dan jenis laser yang digunakan terkadang sama hanya panjang gelombangnya yang berbeda1.
Macam-macam laser
Terdapat beberapa jenis laser yang umum digunakan untuk perawatan kecantikan
khususnya di Indonesia, diantaranya1 :
1. Fractional CO2
Laser Fractional CO2 adalah laser yang menggunakan teknologi fractional
carbon dioxide (SmartXide DOT) untuk mengatasi masalah jaringan parut (skar) dan
kerut-kerut karena penuaan kulit. Sinar laser yang dihasilkan oleh alat ini secara
akurat melakukan pengangkatan kulit lapis perlapis dan mampu merangsang
pembentukan kolagen baru dengan cara memberi panas hanya pada kedalaman dan
area kulit yang tertimpa sinar laser (teknologi SmartXide DOT). Biasa digunakan
1
1
30
![Page 31: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/31.jpg)
untuk peremajaan kulit, mencerahkan kulit serta mengatasi masalah kulit lainnya
seperti keriput, pigmentasi, tumor jinak, jerawat, kutil dan bekas luka.
2. Nd YAG
Teknik laser ini sangat baik digunakan untuk menghilangkan bulu-bulu atau
rambut yang yang tumbuh pada area-area tertentu seperti di ketiak, area bikini, diatas
bibir (kumis), di lengan dan tungkai1.
3. Q Switched Nd YAG
Laser pigmen (Q-switch Nd YAG laser) digunakan untuk mengatasi kelainan
pigmentasi pada kulit karena photoaging seperti lentigo senilis, freckles, tanda lahir
berupa bercak hitam keabuan/kecoklatan dan juga dapat menghilangkan tattoo pada
tubuh.
Fungsi
Banyak manfaat yang bisa Anda rasakan dari perawatan teknik laser ini, diantaranya :
Mengatasi kerutan dan garis yang muncul pada area wajah, mengencangkan kulit
wajah dan leher, menghilangkan flek serta untuk peremajaan kulit
Memutihkan kulit wajah dan tubuh
Menghilangkan bekas luka, bekas jerawat, tahi lalat dan spider veins
Menghilangkan tato
Menghilangkan bulu-bulu (hair removal) yang tubuh pada bagian ketiak, kaki,
tangan, wajah dan organ intim.
Melangsingkan tubuh dan menyamarkan stretch mark atau selulit.
1
31
![Page 32: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/32.jpg)
E. PENGOBATAN KRIOTERAPI
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair atau
karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel, pembuluh darah
dan respon inflamasi lokal.
F. PENGOBATAN BEDAH LISTRIK
Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan
perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik bolak-balik berfrekwensi tinggi yang
terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar jaringan parut yang
terbentuk cukup estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang dapat
dilakukan dalam bedah listrik adalah : elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi,
elektroseksi atau elektrotomi, elektrolisis den elektrokauter1.
Elektrodesikasi
Merupakan salah satu teknik bedah listrik. Elektrodesikasi dan kuret dilakukan di
bawah prosedur anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan dasar lesi
dibersihkan dengan elektrodesikasi, diulang-ulang selama dua kali. Prosedur ini relatif
ringkas, praktis, dan cepat serta berbuah kesembuhan. Namun kerugiannya, prosedur ini
sangat tergantung pada operator dan sering meninggalkan bekas berupa jaringan parut1.
G. PENGOBATAN BEDAH SKALPEL
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah skalpel.
Sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari tepi lesi. Keuntungan prosedur ini ialah tingkat
kesembuhan yang tinggi serta perbaikan kosmetis yang sangat baik1.
1
1
1
32
![Page 33: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/33.jpg)
Morfologi Kulit
Dermatologi dapat dipelajari secara sistematis setelah PLENCK (1776) menulis
bukunya yang berjudul System Hautkrankheiten. Berdasarkan eloresensi (ruam), penyakit
kulit mulai dipelajari secara sistematis. Sampai kini pemikiran PLENCK masih dipakai
sebagai dasar membuat diagnosis penyakit kulit secara klinis, walaupun di tambah dengan
segala kemajuan tekhnologi di bidang bakteriologi, mikologi, histopatologi, dan imunologi.
Jadi untuk mempelajari ilmu penyakit kulit mutlak diperlukan pengetahuan tentang ruam
kulit atau morfologi atau ilmu yang mempelajari lesi kulit.
Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses tersebut
dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik. Kadang-kadang perubahan
ini dapat dipengaruhi keadaan dari luar misalnya trauma, garukan, dan pengobatan yang
diberikan sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Dalam hal ini gambaran klinis
morfologik penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit dikenali. Demi kepentingan
33
![Page 34: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/34.jpg)
diagnosis penting sekali untuk mencari kelainan yang pertama (efloresensi primer), yang
biasanya khas untuk penyakit tersebut.
Menuru PARKEN (1966) yang di sebut Efloresensi (ruam) primer adalah :
macula, papul, plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustule, dan kista. Sedangkan yang
dianggap sebagai Efloresensi sekunder adalah skuama (sangat jarang sekali timbul sebagai
efloresensi primer) Krusta, erosi, ulkus, dan sikatriks
Untuk mempelajari macam-macam kelainan kulit lebih sistematis sebaiknya di buat
pembagian menurut SIEMENS (1958) yang membaginya sebagai berikut :
-Setinggi permukaan kulit :
Makula
-Bentuk pealihan, tidak terbatas pada permukaan kulit :
Eritema, Telangiektasis
-Diatas Permukaan kulit :
Urtika, Vesikel, bula, kista, pustule, abses, papul, nodus, tumor, vegetasi.
-Bentuk peralihan, tidak terbatas pada suatu lapisan saja :
Sikatriks, cekung, hipotrofi, anetoderma, erosi, ekskoriasi, ulkus (tukak) yg melekat di
atas kulit (deposit) skuama, krusta, sel-sel asing dan hasil metaboliknya, kotoran.
Dibawah ini akan diberikan defenisi berbagai kelainan kulit dan istilah-istilah yg
berhubungan dengan kelainan tersebut.
1. Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata.
Conth :Melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.
2. Eritema : Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler yang
reversible.
3. Urtika : Edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan.
34
![Page 35: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/35.jpg)
4. Vesikel : Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cmgaris
tengah, dan mempunyai dasar, vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik
5. Pustul : Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah disebut
vesikel hipopion
6. Bula : Vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik, bula
purulent dan bula hipopion.
7. Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk
bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Didnding kista
merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel
atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup. Saluran
kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening atau lapisan epidermis. Isi kista
terdiri atas hasil dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel
epitel, lapisan tanduk, dan rambut.
8. Abses : Merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di
dalam kutis atau subkutis. Batas antara ruangan yang berisikan nanah dan
jaringan disekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrate
radang. Sel dan jaringan hancur membentuk nanah. Dinding abses terdiri
atas jaringan sakit yang belum menjadi nanah.
9. Papul : Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih
kecil dari ½ cm dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-
macam, misalnya setengah bola, contohnya pada eksem atau dermatitis,
kerucut, pada keratosis folikularisdatar pada veruka plana juvenilis, datar
dan berdasar polygonal pada liken planus, berduri pada veruka vulgaris,
bertangkai pada fibroma pendulans dan pada veruka filiformis. Warna papul
dapat merah akibat peradangan, pucat, hiperkrom, putih, atau seperti kulit di
sekitarnya. Beberapa infiltrate mempunyai warna sendiri yang biasanya baru
terlihat setelah eritema yang timbul bersamaan di tekan dan hilang. (lupus,
sifilis). Letak papul apat epidermal atau kutan.
35
![Page 36: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/36.jpg)
10. Nodus : Masa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol,
jika diameternya lebih kecil daripada 1 cm disebut nodulus.
11.Plak(Plaque) : Peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat
(biasanya infiltrate) diameternya 2 cm atau lebih. Contohnya papul yang
melebar atau papul-papul yang berkonfluensi pada psoriasis.
12.Tumor : Istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun
jaringan.
13. Infiltrat : adalah tumor terdiri atas kumpulan sel radang.
14. Vegetasi : Pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang menjadi satu.
Vegetasi dapat di bawah permukaan kulit, misalnya pada tubuh. Dalam hal
ini disebut granulasi seperti pada tukak.
15. Sikatriks : Terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit licin
dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik kulit mencekung dan
dapat hpertrofik, yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan
jaringan ikat. Bila sikatriks hipertrofik dapat menjadi patologik,
pertumbuhan melampaui batas luka disebut keloid.
16. Anetoderma : Bila kutis kehilangan elastisitas tanpa perubahan berarti pada bagian kulit
yang lain, dapat di lihat bagian-bagian yang bila di tekan dengan jari seakan-
akan berlubang. Bagian yang jaringannya elastiknya atrofi dis sebut
anetoderma. Contoh : striae gravidarum.
17. Erosi : Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
strartum basal. Contoh bila kulit di garuk sampai stratum spinosum akan ke
luar cairan sereus dari bekas garukan.
18. Ekskoriasi : Bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil. Maka
akan terlihat darah yang keluar selain serum. Kelainan kulit yang disebabkan
oleh hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare di sebut ekskoriasi.
36
![Page 37: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/37.jpg)
19.Ulkus : Hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus dengan demikian
mempunyai tepi, dinding , dasar da nisi. Termasuk erosi dan ekskoriasi
dengan bentuk linear ialah fisura atau rhagades, yakni belahan kulit yang
terjadi oleh tarikan jaringan disekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan
batas kelit dengan selaput lendir.
20. Skuama : Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus
sebahgai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran
kertas.
21. Krusta : Cairan badan yang mongering dapat bercampur dengan jaringan nekrotik,
maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya) warnanya ada beberapa
macam : kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus,
dan kehitaman berasal dari darah.
22. Likenifikasi : Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
23. Guma : Infiltrat sirkumskrip, menahun, destruktif, biasanya melunak.
24. Eksantema : Kelainan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat, dan tidak
berlangsung lama, umumnya di dahului oleh demam.
25. Fagedenikum : Proses yang menjurus ke dalam dan meluas (ulkus tropikum, ulkus mole)
26. Terebrans : Proses yang menjurus ke dalam.
27. Monomorf : Kelainan kulit yang pada satu ketika terdiri atas hanya satu macam ruam
kulit.
28. Polimorf : Kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri atas bermacam-macam
efloresensi.
29. Telangiektasis : Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.
30. Roseola : Eksantema yang lenticular berwarna merah tembaga pada sifilis dan
frambusia.
37
![Page 38: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/38.jpg)
31. Eksantema skarlatiniformis : Erupsi yang difus dapat generalisata atau lokalisata
berbentuk eritema nummular.
32. Eksantema morbiliformis : Erupsi berbentuk eritema yang lentikuler.
33. Galopans : Proses yang sangat cepat meluas (ulkus diabetikum galopans)
Berbagai istilah Ukuran, susunan kelainan/ bentuk serta penyebaran dan lokalisasi dijelaskan
berikut ini :
I. Ukuran
-Miliar : sebesar kepala jarum pentul
-Lentikular : sebesar biji jagung
-Numular : sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah.
-Plakat : en plaque, lebih besar dari nummular.
II. Susunan kelainan/bentuk
-Liniar: seperti garis lurus
-Sirsinar/anular : seperti lingkaran
-Arsinar :berbentuk bulan sabit
-Polisiklik : Bentuk pinggiran yang sambung menyambung
-Korimbiformis : Susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya.
Bentuk lesi :
-Teratur : misalnya bulat, lonjomg, seperti ginjal dan sebagainya.
-Tidak Teratur : tidak mempunyai bentuk teratur.
III. Penyebaran dan Lokasi
38
![Page 39: Refreshing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022081417/55cf9bb5550346d033a71949/html5/thumbnails/39.jpg)
-Sirkumskrip : Berbatas Tegas
-Difus : tidak berbatas tegas.
-Generalisata : tersebar pada sebagian besar bagian tubuh.
-Regional : Mengenai daerah tertentu badan.
-Universalis : Serluruh atau hamper seluruh tubuh.
-Solitar : Hanya satu lesi
-Herpetiformis : Vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster.
-Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu.
-Diskret : Terpisah satu dengan yang lain.
-Serpiginosa : Proses yang menjalart ke satu jurusan di ikuti oleh penyembuhan
pada bagian yang di tinggalkan.
-irisformis : eritema berbentuk bulat, lonjong dengan vesikel warna yang lebih
gelap ditengahnya.
-Simetrik : mengenai kedua belah badan yang sama.
-Bilateral : mengenai kedua belah badan
-unilateral : mengenai sebelah badan
39