refreshing
TRANSCRIPT
Pratiwi Dimianti
REFRESHING
ANATOMI, FISIOLOGI DAN PENYAKIT PADA TELINGA DAN TENGGOROK
Pembimbing :Dr. Dian Nurul, Sp. THT
TELINGA LUAR
• Daun Telinga
• Liang Telinga Luar
• Membrana Timpani
• Fx : Membantu menghantarkan getaran suara
TELINGA TENGAH
• Mastoid • Tuba
Auditiva• Cav.
Timpani • Aditus Ad
Antrum• Ossikula
• Fx : Menghantar dan memperbesar getaran suara
TELINGA DALAM
• Labirin Koklea
• Labirin Vestibuler
Telinga Luar
• Daun Telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit
• Liang Telinga berbentuk huruf S dengan P: ± 2,5-3 cm, D: ± 0,5 cm– 1/3 luar tulang rawan,
kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut
– 2/3 dalam tulang, sedikit kelenjar serumen
• Membrana Tympani Berbentuk bundar dan cekung berwarna putih /kelabu, P±9mm, tebal 0,1 mm– Bagian atas : pars flaksida (membran shrapnell) dan
bagian bawah : pars tensa (membran propria)– Terdiri dari 3 lapis : epitel skuamous, jar.fibrosa dan
mukosa– Terbagi atas 4 kuadran : atas-depan, atas-belakang,
bawah-depan dan bawah-belakang
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas :
• Luar : membran timpani• Depan : tuba eustachius• Bawah : vena jugularis
(bulbus jugularis)• Belakang: auditus ad
antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
• Atas : tegmen timpani (meningen/ otak)
• Dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), & promontorium.
• Tuba eustachius (Tuba auditiva) menghubungkan cavum timpani degan nasofaring, P:31-38 mm, kemiringan 45o
– 1/3 posterior pars osseus, 2/3 anterior pars cartilago
– Lumen tuba dilapisi oleh mukosa
– Lumen TA terbuka (aktif) pada saat : menelan, menguap, bersin (kontraksi otot tensor veli palataini muara tuba di nasofaring dibuka oleh m.levator veli palatini)
– Pengatupan lumen secara pasif oleh tekanan ektrinsik & sifat elastis dinding tuba.
• Tuba eustachius – Fungsi Ventilasi :
Menyamakan Tek udara Cav.timp. dgn
tek.atmosfir setempat.
– Fungsi Proteksi : proteksi terhadap sekret NF
– Fungsi drainase : Mengalirkan sekret ke NF
Telinga Dalam
• Telinga dalam :– Labirynth
vestibuler– Labyrinth cochlea
• Alat vestibuler terletak pada telinga bagian dalam :– Labirin osseus +
perilimf– Labirin membran +
endolimf
• Labirin: – Labirin Statis terdiri dari utrikulus & sakulus yg
merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat pada vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat macula utrikulus yang didalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan.
– Labirin Kinetic terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat kista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
• Koklea (rumah siput) dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
• Ujung/ puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
• Dasar skala vestibuli membran vestibuli (Reissner’s membrane)
• Dasar skala media membrana basalis. Pada membran ini terletak Organo Corti.
Vaskularisasi dan Persarafan pada Telinga
• Telinga diperdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah ramus cochleae a. Labyrinthi yang memperdarahi bagian koklea, ramus vestibulares a.labyrinthi yang memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V. Laminae spiralis, Vv. Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.
• Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke VIII : nervus vestibulokoklearis. Nervus ini terdiri dari dua bagian: bagian vestibuler yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak terus menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lalu dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis
Fisiologi PendengaranDaun telinga menangkap
gelombang
bunyi
Menggetarkan membr
an timpani
& diteruskan ke telinga tengah
Tulang pendengaran mengamplifika
si getaran
Diteruskan ke stapes
yg akan menggerakka
n tingkap lonjong
Perilimf skala
vestibuli
bergerak
Getaran
diteruskan
lewat m.
reissner yg
mendorong
endolimf
Gerak relatif
membran
basalis &
membran
tektoria
Defleksi
stereosilia sel2 rambutKanal
ion terbuka
Terjadi pengelepasan
ion bermua
tan listrik dari
badan sel
Proses depolarisasi sel rambut
Melepaskan
neurotransmitt
er ke dalam sinapsi
s
Timbul potensial aksi, diteruskan ke nukelus auditorius sd
korteks serebri area
39-40 lobus
temporalis
Fisiologi Alat Keseimbangan
• Gerakan dan perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk kedalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
• Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi makanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energy biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.
Gerakan/
perubahan
kepala & tubuh
Perpindahan cairan
endolimfa di
labirinSilia sel rambut meneku
k.
Permeabilitas
membran sel
berubah
Ion kalsium masuk
ke dalam
sel yang menyebabkan
terjadinya
proses depolari
sasi
Merangsang
penglepasan
neurotransmiter eksitato
r
Meneruskan
impuls sensoris
Melaluis
araf aferenPusat
keseimbangan di otak.
Definisi
Radang liang telinga akut maupun kronis
yang disebabkan oleh bakteri
Diagnosis
Anamnesis
Nyeri telinga 1-2
hariGatal
Serumen yang
purulentKehilangan pendengar
anPerasaan penuh/ter
asa adanya tekanan
pada telinga.
Pemeriksaan fisik
Terasa nyeri tarik aurikula (heliks sign)
Nyeri tekan (tragus sign),
Pemeriksaan
menggunakan
spekulum telinga
ditemukan adanya eritem, edema pada
epitelium, spora atau
hypae dapat
ditemukan dalam kanalis
eksternal bila
penyebabnya
adalah jamur.
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
1. Otitis Eksterna
Otitis Eksterna Akut
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Gejala Klinik
Rasa nyeri yang hebat (penekanan
perikondrium).Rasa nyeri dapat juga
timbul spontan pada waktu membuka
mulut (sendi temporomandibula).
Ggn pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang
telinga.
Terapi
Abses aspirasi steril, mengeluarkan nanahnya.
Lokal antibiotika (salep), seperti polymixin B atau
bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5 % dalam
alkholol 2 %).Dinding furunkel tebal insisi
dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik,
hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik
dan obat penenang
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
1. Otitis Eksterna
Otitis Eksterna Difus
GejalaSekret yang berbau.
Sekret ini tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis media.
Terapi
Kombinasi antibiotika dosis tinggi diberikan secara parenteral
selama 4-6 minggu.Kombinasi yang sering
digunakan adalah karbecilin, ticarcilin atau pipercilin dengan
gentamicin, tobramicin, colidtimethate atau amikacin.
Membersihkan luka (debrideman) secara radikal.
Tindakan membersihkan luka (debrideman) yang kurang
bersih akan dapat menyebabkan makin cepatnya
penjalaran penyakit.
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
1. Otitis Eksterna
Otitis Eksterna Maligna
Gejala Klinik
Rasa gatal di liang telinga
Nyeri hebat dan sekret yang banyak dan
pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri makin
menghebat liang telinga tertutup
jaringan granulasi.Saraf fasial dapat terkena paresis atau
paralisis fasial.
Terapi
Antibiotika dosis tinggi diberikan secara
parenteral selama 4-6 minggu.
Kombinasi yang sering digunakan adalah
karbecilin, ticarcilin atau pipercilin dengan
gentamicin, tobramicin,
colidtimethate atau amikacin.
Membersihkan luka (debrideman) secara
radikal.
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
1. Otitis Eksterna
Definisi
Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid . Otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.
Stadi
um
Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)
Stadium Supurasi
Stadium Perforasi
Stadium Resolusi
Gejala Klinik
Anak sudah dapat berbicara rasa nyeri di dalam telinga, suhu tubuh tinggi. Riwayat batuk pilek sebelumnya.
1. Otitis Eksterna
3. Otitis Media Supuratif Kronik
2. Otitis Media Akut (OMA)
TerapiStadium
Oklusi
Tujuan utk membuka kembali tuba Eustachius shg tekanan negatif di telinga tengah hilang.
Obat tetes hidung , HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur > 12 tahun dan dewasa.
Stadium Presupuras
i
Antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.
Miringotomi membran timpani hiperemis difus
Antibiotik golongan penisilin intramuskular min. 7 hari (Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin)
Anak ampisilin dosis 50-100 mg/ kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/ kg BB/ hari.
1. Otitis Eksterna
3. Otitis Media Supuratif Kronik
2. Otitis Media Akut (OMA)
Stadium
Supurasi
Antibiotika dan lebih baik disertai miringotomi, bila membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Stadium
Perforasi
Obat cuci telinga H2
O2
3 % selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Stadium
Resolusi
Membran timpani berangsur normal, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. (berlanjutnya edem mukosa telinga tengah). Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
1. Otitis Eksterna
3. Otitis Media Supuratif Kronik
2. Otitis Media Akut (OMA)
• Definisi– Otitis media supuratif kronik (OMSK) =
Otitis Media Perforata (OMP) = congek.
– Infeksi kronis di telinga tengah dgn perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
1. Otitis Eksterna
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
Letak Perforasi
Perforasi Sentral
• Trdpt di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa MT
Perforasi Marginal
• Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dgn anulus atau sulkus timpanikum.
Perforasi Atik
• Pars flaksida
1. Otitis Eksterna
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
OMSK aktif• OMSK dengan sekret yang keluar
dari kavum timpani secara aktif.
OMSK tenang• OMSK yang keadaan kavum
timpaninya terlihat basah atau kering.
OMSK tipe benigna
• Proses radang terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang.
• Perforasi terletak di sentral.• Tdk terdapat kolesteatom.
OMSK tipe maligna
• Disertai kolesteatoma.• OMSK tipe maligna dikenal juga
dengan OMSK tipe berbahaya /OMSK tipe tulang.
• Letaknya marginal atau di atik.
1. Otitis Eksterna
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
Diagnosis
Anamnesis
Terjadi perlahanTelinga berair, sekret di liang telinga
yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau
busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih
sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan
granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah
Keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
Pemeriksaan
Otoskopi
Pemeriksaan
otoskopi akan
menunjukan
adanya dan letak
perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
Audiologi
Evaluasi audiomet
ri, pembuat
an audiogram nada murni untuk
menilai hantaran
tulang dan
udara, penting untuk
mengevaluasi
tingkat penurun
an pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan
tulang.Audiometri
tutur berguna
untuk menilai ‘speech
reception threshold
’ pada kasus
dengan tujuan untuk
memperbaiki
pendengaran.
Radiologi
Radiologi konvensi
onal, foto
polos radiologi,
posisi Schüller berguna
untuk menilai kasus
kolesteatoma,
sedangkan
pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunju
kkan anatomi tulang
temporal dan
kolesteatoma.
1. Otitis Eksterna
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
Terapi• Prinsip terapi ialah konservatif atau
dengan medikamentosa.• Bila sekret yang keluar terus
menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, H2O2 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.
• Secara oral antibiotika dari gol ampisilin atau eritromisin
• Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Tipe Benigna
• Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.
• Terapi konservatif dengan medikamentosa terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
• Abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Tipe Maligna
1. Otitis Eksterna
2. Otitis Media Akut (OMA)
3. Otitis Media Supuratif Kronik
Faring
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikalis ke-6.
Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana.
Ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring. Sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melaui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus.
Otot faring tersusun dalam lapisan sirkular dan longitudinal :
• Otot-otot sirkular :– M. konstriktor faring
superior, media dan inferior mengecilkan lumen faring. Dipersarafi oleh n.vagus (N.X)
• Otot-otot longitudial :– M. stilofaring
melebarkan faring dan menarik laring dipersarafi oleh N.IX
– M. palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring.
Otot – otot Faring• M.levator veli palatini untuk menyempitkan
ismus faring dan memperlebar ostium tuba eustachius.
• M. tensor veli palatini untuk mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius
• M. palatoglosus menyempitkan ismus faring. • M. palatofaring membentuk arkus posterior
faring• M. azigos uvula kerjanya memperpendek
dan menaikkan uvula ke belakang atas Semua otot ini dipersarafi oleh nervus vagus
Sistem Perdarahan Faring
• Cabang a.karotis eksterna• Cabang a.maksila interna
Sistem Persarafan Faring• Persarafan motorik dan sensorik daerah
faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif (dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan serabut simpatis.)
Nasofaring
• Nasofaring berada di belakang cavum nasi.• Atas : Basis kranii• Bawah : Palatum mole• Depan : Koana• Belakang : Vertebra servikalis• Lateral : Ostium tuba Eustachius, torus
tubarius, fosa Rosenmuller ( resesus faring ). • Organ yang ada : Adenoid, jaringan limfe
(pada dinding lateral), kartilago tuba eustachius
Orofaring
Orofaring berada di belakang rongga cavum oris :
• Atas : Palatum mole• Bawah : Tepi atas epiglotis• Depan : Rongga mulut • Belakang : Vertebra servikal. • Lateral : m. konstriktor faring
superior
Laringofaring
Batas-batas :• Atas : Tepi atas epiglotis• Bawah : Esofagus• Depan : Laring• Belakang : Vertebra servikal.
Tonsil• Pada kutub atas tonsil
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.
• Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus.
• Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.
Sistem Perdarahan Tonsil :
– A. Palatina minor– A. Palatina
ascendens cabang tonsil• A. maksila eksterna• A. faring ascendens
– A. Lingualis dorsal
Laring
• Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas.
• Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.
• Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan beberapa buah tulang rawan.
Plika vokalis dan plika ventrikularis. Membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu :
• Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis
• Glotik • Subglotik adalah rongga laring yang
terletak di bawah pita suara (plika vokalis)
• Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu :
– Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di bagian anterior, sedangkan
– Bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterior.
• Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara (plika vokalis)
Perdarahan Laring
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang :
• A.Laringis superior merupakan cabang dari a.Tiroid superior
• A.Laringis inferior merupakan cabang. Dari a.Tiroid inferior
Persarafan Laring
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus :
• N. laringis superior – mempersarafi
m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring dibawah pita suara
• N. laringis inferior– merupakan
lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior
Fisiologi Faring
Respirasi
Artikulasi
Menelan
• Pertama gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter (fase oral)
• Tahap kedua, transport makanan melalui faring secara involunter (fase faringeal)
• Tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, secara involunter (fase esofageal)
Resonansi Suara
• Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.
Fisiologi LaringProteksi • Untuk
mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea.
Batuk• Benda
asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar.
Respirasi• Dengan
mengatur besar kecilnya rima glotis.
Sirkulasi• Peruba
han tekanan udara di dalam traktus trakeobronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus.
Emosi• untuk
mengekpresikan emosi, seperti berteriak, mengeluh, menangis
Fonasi• membu
at suara dan menentukan tinggi rendahnya nada
Menelan• Geraka
n laring bagian bawah ke atas
• Menutup aditus laringis
• Mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring.
Tonsilitis
Akut
Viral, Bakteri
Membranosa
Difteri, Septik, Angina Plaut
Vincent,
Kelainan
darah
Kronik
1. TONSILITIS
4. LARINGITIS AKUT
3. HIPERTROFI ADENOID
2. FARINGITIS
Tonsilitis Akut
Tonsilitis viral
• Gejala• Me
nyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
• Terapi• Isti
rahat, minum cukup
• Analgetika
• Antivirus (jika gejala berat)
Tonsiliti
s bakt
erial
• Gejala• Nyer
i tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam tinggi, rasa lesu, nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan, dan (otalgia).
• Pemeriksaan Fisik• Tons
il membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh pseudomembran.
• Tonsilitis Folikularis Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas
• Tonsilitis Lakunaris Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu dan membentuk alur-alur.
• Terapi• Anti
biotik spektrum luas, Antipiretik, Obat kumur
1. TONSILITIS
4. LARINGITIS AKUT
3. HIPERTROFI ADENOID
2. FARINGITIS
Tonsilitis Membranosa
Tonsilitis Difteri• Gejala
• Umum• subfebris, nyeri kepala, tidak
nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan.
• Lokal• Tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk (pseudomembran).
• Terapi• Pasien harus diisolasi• Anti Difteri Serum (ADS) dosis
20.000-100.000 Unit.• Penisilin atau Eritromisin 25-50
mg/kgBB (dibagi 3 dosis, 14 hari)
• Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/ hari.
1. TONSILITIS
4. LARINGITIS AKUT
3. HIPERTROFI ADENOID
2. FARINGITIS
Tonsilitis Kronik
Gejala dan tanda
• Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan beberapa kripti terisi oleh detritus.
• Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, tenggorok dirasakan kering dan napas berbau.
Terapi• Terapi lokal
ditujukan kepada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.
1. TONSILITIS
4. LARINGITIS AKUT
3. HIPERTROFI ADENOID
2. FARINGITIS
Faringitis
AkutViral, Bakte
riFunga
l, Gonor
ea
Kronik
Hiperplasti
kAtrofi
SpesifikLuetik
aTuberkulosi
s
2. FARINGITIS
1. TONSILITIS4. LARINGITIS
AKUT3. HIPERTROFI
ADENOID
Faringitis AkutFaringitis Viral• Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan
beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis.
• Gejala• Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok,
sulit menelan. • Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. • Terapi
• Istirahat dan minum yang cukup, Kumur dengan air hangat, Analgetika jika perlu dan tablet isap.
Faringitis Bakterial• Gejala
• Nyeri kepala yang hebat, muntah, demam tinggi.
• Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, terdapat eksudat di permukaannya
• Terapi• Antibiotik, Kortikosteroid , Analgetika, Kumur
dengan air hangat
2. FARINGITIS
1. TONSILITIS4. LARINGITIS
AKUT3. HIPERTROFI
ADENOID
Faringitis KronikFari
ngitis
Kronik
Hiperplas
tik
• Perubahan mukosa dinding posterior faring
• Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.
• Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.
Gejala• Pa
sien mengeluh mula-mula tenggorok kering, gatal, dan akhirnya batuk yang bereak.
Terapi• Ter
api lokal (kaustik faring) dengan larutan nitras argenti.
• Simptomatis (obat kumur atau tablet hisap).
Faringiti
s Kron
ik Atrof
i
• Timbul bersamaan dengan rinitis atrofi.
• Udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya dan menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
Gejala dan Tanda• Te
nggorok kering dan tebal serta mulut berbau.
• Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
Terapi• Dit
ujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi di tambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
1. TONSILITIS 2. FARINGITIS 3. HIPERTROFI ADENOID
4. LARINGITIS AKUT
Definisi
• Massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin Waldeyer
Diagnosis• Pemeriksaan Rinoskopi Anterior Tertahannya gerakan
velum palatum mole pada waktu fonasi• Pemeriksaan Rinoskopi Posterior Untuk meraba adanya
adenoid• Radiologi foto lateral kepala
Terapi
• Adenoidektomi dengan cara kuretase memakai adenotom
1. TONSILITIS 2. FARINGITIS 3. HIPERTROFI ADENOID
4. LARINGITIS AKUT
Definisi
Radang akut laring, merupakan kelanjutan
dari rinofaringitis (common cold). Pada anak laringitis akut
dapat menyebabkan sumbatan jalan napas.
Pada orang dewasa tidak secepat pada
anak.
Etiologi
Bakteri radang lokal
Virus radang sistemik
4. LARINGITIS AKUT
1. TONSILITIS 2. FARINGITIS 3. HIPERTROFI ADENOID
GejalaLokal :• Suara parau sampai
tidak bersuara sama sekali.
• Nyeri menelan atau pada saat beribicara.
• Gejala sumbatan laring.
• Batuk kering sampai berdahak.
Sistemik :• Demam, Malaise
Pemeriksaan
Mukosa laring hiperemis, udem
Terutama di bagian atas dan
pita suara
4. LARINGITIS AKUT
1. TONSILITIS 2. FARINGITIS 3. HIPERTROFI ADENOID
Terapi
Non Medikamentosa• Istirahat berbicara dan bersuara
selama 2-3 hari.• Menghirup udara lembab.• Menghindari iritasi pada faring dan
laring tidak merokok, tidak minum es.
Medikamentosa :• Antibiotika • Bila ada sumbatan laring pipa
endotrakeal
4. LARINGITIS AKUT
1. TONSILITIS 2. FARINGITIS 3. HIPERTROFI ADENOID