rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

Upload: timothy-fratiwi-hamsiohan

Post on 06-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    1/12

    Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora   79

    Rekayasa Bahasa Indonesia dalam MempertahankanIdentitas Bangsa

    Dewi Lestari

    Dewi Lestari adalah seorang mahasiswa dari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

    Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Lahir pada tanggal 20 November 1988

    di kota Serang. Ia memulai studinya pada tahun 2007. Beberapa tulisan yang pernah

    ditulisnya antara lain “Blackberry: Simbol Semu Peradaban”, “Ketika Sastra Berorasi

    tentang Korupsi”, dan “Sebuah Dokumentasi Jejak Kaki Korupsi”. Untuk berkorespondensi

    dengan penulis, dapat melalui alamat [email protected]

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    2/12

    Volume 1, Desember 2010 80

    Rekayasa Bahasa Indonesia dalam Mempertahankan IdentitasBangsa

    Dewi Lestari

    Abstract

    The language indicated a nation. As a big nation, Indonesian nation must keep Indonesian language

    as a unity and integrity language. The language is one of the important factors because it is a

    nation’s identity. Indonesian language is not something that is given without effort. Succeeded in

    obtaining skill language needs study process. For be up against challenge language globalization,

    Indonesian must prepare various way to keep Indonesia’s defense. The objective of the essay is

    to give idea by analyzing the Indonesia language problems and describe the step that we can do

    to solve that challenge. Problem solver that given in this essay is language engineering. Language

    engineering in this essay idea is especially used for students in university.

    Keywords: bahasa Indonesia (Indonesian language); bangsa (nation); persatuan (unity )

    ; rekayasa bahasa (language engineering ).

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    3/12

    Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora   81

    PENDAHULUAN

    Keindonesiaan: antara yang jatuh

    dari langit dan yang harus di raih. Kalimat

    tersebut pernah dituliskan Dede Oetomo

    dalam sekapur sirih Jagat BahasaNasional   (2004; XX). Keindonesiaan

    bangsa ini dapat terlihat jelas dari

    anugerah luar biasa yang menjadi pilar

    kebesaran bangsa yaitu bahasa. Bahasa

    menjadi tolok ukur keindonesiaan karena

    bahasa merupakan manifestasi identitas

    diri suatu bangsa. Bangsa Indonesia

    saat ini mengalami krisis percaya diri

    terhadap bahasa yang mempersatukanheterogenitas bangsa Indonesia. Butir-

    butir Sumpah Pemuda yang menjujung

    tinggi bahasa Indonesia sebagai

    bahasa persatuan terkikis habis oleh

    abrasi globalisasi yang juga menyerang

    ketahanan bahasa Indonesia sebagai

    bahasa persatuan.

    Berbagai serangan bahasa asing

    terus membombardir Indonesia tanpa

    pernah lelah. Gaung globalisasi yang

    didengungkan di berbagai penjuru negeri

    membuat bangsa Indonesia menjadi

    latah dalam berbahasa. Bahkan, istilah

    dalam bahasa asing ditelan bulat-bulat

    tanpa memperhatikan kaidah yang benar

    hanya untuk memenuhi rasa haus pujian

    karena ingin dianggap kekinian atau

    sekadar ingin menunjukkan aroganitas

    berbahasa. Kondisi ini menyebabkanbahasa Indonesia semakin tenggelam

    dalam samudera kata-kata asing dan

    membuat penutur bahasa Indonesia

    semakin terasing dari bahasa Indonesia

    yang baik dan benar.

    Dalam upaya menjawab tantangan

    yang menyerang ketahanan bahasa

    Indonesia sebagai bahasa persatuan

    dan identitas bangsa, dibutuhkan

    adanya perencanaan, perancangan,

    dan tindakan konkret untuk

    mempertahankan bahasa Indonesia

    sebagai bahasa persatuan yang

    dibanggakan penuturnya. Oleh karena

    itu, gagasan-gagasan yang munculuntuk turut andil menyelesaikan masalah

    ini perlu mendapat ruang apresiasi dari

    berbagai pihak demi keberlangsungan

    dan perkembangan bahasa Indonesia di

    antara nafas kehidupan bahasa-bahasa

    di dunia. Salah satu manifestasi dari

    sebuah usaha dalam menyumbangkan

    solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu

    melalui deretan kata-kata dalam tulisanini.

    TUJUAN PENULISAN

    Tulisan ini dibuat tentu bukan

    tanpa maksud dan tujuan. Ada sebuah

    harapan, gagasan, dan ruh yang ingin

    ditiupkan untuk kehidupan bahasa

    Indonesia di tanah kelahirannya. Sebuah

    cita-cita besar akan bahasa nasional

    yang mampu menjadi pemersatu bangsa,

    penguat ketahanan bangsa, dan menjadi

    sesuatu yang dibanggakan penuturnya

    sebagai bangsa Indonesia. Gagasan

    yang diutarakan dalam tulisan ini tidak

    akan bermakna dan tidak akan memiliki

    nilai guna sedikit pun jika berakhir

    pada rangkaian kata tanpa tindak lanjut

    yang nyata. Oleh karena itu, dengan

    segenap semangat yang membuncahmemenuhi rongga dada, mari bersama-

    sama kita berada pada garda terdepan

    membangun bangsa melalui keluhuran

    bahasa Indonesia.

    Ketertiban berbahasa

    menunjukkan ketertiban dalam berpikir,

    begitu pula dalam penulisan jurnal

    ini. Ada sistematika penulisan yang

    digunakan dalam menyajikan tulisan

    ini agar gagasan dapat tersampaikan

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    4/12

    Volume 1, Desember 2010 82

    secara sistematis. Tulisan ini dibuka

    dengan gambaran umum topik yang

    akan diangkat pada bagian abstrak.

    Kemudian latar belakang masalah,

    tujuan, dan sistematika penulisanterangkum secara singkat pada

    pendahuluan. Bagian berikutnya sudah

    menyentuh bagian tulisan pokok yang

    terbagi dalam subbagian agar lebih

    mudah memaparkan pembahasan dan

    solusi yang ditawarkan. Terakhir, tulisan

    ditutup dengan kesimpulan dan saran

    untuk melengkapi tulisan agar menjadi

    kesatuan yang utuh.

    PEMBAHASAN

    Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing:

    Berbaur, tetapi tidak bercampur 

    Bergaul dengan masyarakat

    internasional bukan berarti

    menggadaikan harga diri bahasa

    nasional karena bahasa menunjukkan

    bangsa. Sebagai sebuah bangsa

    yang besar, Indonesia tentu memiliki

    regulasi dan cara-cara arif dalam

    menumbuhkembangkan dan

    mempertahankan bahasa Indonesia.

    Desakan bahasa asing yang menerobos

    bahasa Indonesia harus kita sikapi

    dengan lebih cerdas dan hati-hati, bukan

    kita serap dengan daya kapilaritas tinggi

    tanpa adanya penyelarasan denganbahasa Indonesia.

    Realitas yang menunjukkan

    keberadaan dan fungsi bahasa

    Indonesia sebagai sarana komunikasi

    merupakan fenomena sosiokultural dan

    antropokultural yang menarik. Dalam

    waktu yang relatif singkat, bahasa

    Indonesia telah mencapai kemajuan

    yang cukup pesat, baik dilihat dari

    pertambahan kosakata, istilah, maupun

    dari perkembangan kreativitas gaya

    bahasa. Bukan hanya itu, bahasa

    Indonesia telah menjadi bahasa yang

    efektif dan lingua franca yang menjadi

    unsur pemersatu heterogenis khazanahbahasa dan budaya Indonesia.

    Eksistensi bahasa Indonesia

    lebih begitu terasa di daerah-daerah

    yang memiliki tingkat heterogenitas

    bahasa yang cukup tinggi, seperti

    Papua. Kondisi alam yang dibalut hutan

    dan bentangan sungai-sungai besar

    yang memisahkan satu tempat dengan

    tempat lain membuat masyarakat Papuaterisolasi dan tidak bisa berinteraksi

    sehingga mereka membentuk koloni-

    koloni masyarakat. Oleh karena itu,

    antara satu desa dengan desa yang lain

    memiliki bahasa yang berbeda-beda

    sehingga tidak heran jika jumlah bahasa

    suku yang tumbuh di Papua cukup subur.

    Banyaknya bahasa suku yang ada di

    Papua menimbulkan interaksi yang sulit

    di masyarakat. Akan tetapi, kesulitan

    ini dapat diatasi karena adanya bahasa

    Indonesia yang digunakan masyarakat

    Papua sebagai bahasa pergaulan dan

    bahasa persatuan.

    Fenomena bahasa Indonesia di

    Papua sebagai bahasa pemersatu dalam

    perbedaan bahasa suku ternyata tidak

    dirasakan masyarakat Indonesia yang

    lainnya. Di penjuru bumi pertiwi yanglain fungsi bahasa Indonesia sebagai

    bahasa persatuan justru mulai diragukan

    oleh sebagian besar penuturnya.

     Akibatnya pemakaian bahasa asing

    atau pencampuran bahasa Indonesia

    dengan bahasa asing secara tidak

    beretika semakin meluas. Di samping

    itu, sikap dan penilaian masyarakat

    Indonesia terhadap bahasa Indonesia

    masih cenderung negatif. Perwujudan

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    5/12

    Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora   83

    dari sudut pandang masyarakat

    Indonesia terhadap bahasanya tidak

    terlepas dari anggapan bahwa bahasa

    Indonesia adalah bahasa alamiah yang

    mudah dipelajari, bahasa Indonesiahanya digunakan sebagai sarana

    komunikasi, dan bahasa Indonesia

    kurang bergengsi dibandingkan dengan

    bahasa internasional (2003). Bingkai

    pemikiran seperti inilah yang membuat

    masyarakat Indonesia enggan mengenali

    dan menggali bahasanya lebih dalam

    dan lebih suka berbahasa keinggris-

    inggrisan atau bahasa asing lainnya.Kita tidak perlu mengimpor kata-

    kata asing secara berlebihan dalam

    struktur bahasa yang kita gunakan.

    Untuk membendung kata-kata asing,

    dapat dilakukan penggalian padanan

    kata dalam bahasa Indonesia sehingga

    Indonesia tetap bergaul di kancah

    internasional dan mewarani dinamika

    hidup global, tetapi tetap menjaga jati

    dirinya sebagai sebuah bangsa. Tidak

    perlu merasa khawatir akan sulitnya

    menemukan padanan kata dalam

    bahasa Indonesia karena Indonesia kaya

    kosakata. Berbagai bahasa asing dan

    bahasa daerah sudah memiliki padanan

    kata dalam bahasa Indonesia. Bukan

    hanya itu, proses penyerapan bahasa

    asing ke dalam bahasa Indonesia telah

    memiliki formula morfologi tersendiri.Oleh kaena itu, masyarakat tidak perlu

    khawatir akan kesulitan menemukan

    padanan kata bahasa asing dalam

    bahasa Indonesia.

    Saat ini, kosakata bahasa

    Indonesia berkembang demikian cepat.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia  terus

    menerus direvisi dalam edisi terbaru

    dan dikembangkan sejalan dengan

    perkembangan bahasa Indonesia di

    tengah gempuran bahasa asing yang

    mengepung dari berbagai penjuru. Bukan

    hanya itu, muncul pula beraneka kamus

    istilah bahasa Indonesia di beragam

    bidang. Kamus-kamus ini semakinmemperkaya khazanah inventarisasi

    bahasa Indonesia dan mempermudah

    penutur bahasa Indonesia memepelajari

    lebih dalam bahasanya. Akan tetapi,

    kemajuan ini tidak disambut hangat

    oleh masyarakat Indonesia. Sikap

    masyarakat justru berbanding terbalik

    dengan prestasi gemilang yang

    digenggam dunia bahasa Indonesia saatini. Kenyataan pahit yang ada adalah

    masyarakat Indonesia tidak mau dan

    tidak merasa perlu mempelajari bahasa

    Indonesia lebih mendalam karena

    merasa cukup dengan kemampuan

    bahasa Indonesia sekarang dan

    menganggap bahasa Indonesia tidak

    lebih istimewa dari bahasa asing seperti

    bahasa Inggris. Selain itu, yang terpatri

    dalam pikiran bangsa Indonesia yaitu

    perjuangan bahasa Indonesia sebagai

    bahasa persatuan hanyalah sebatas

    pada momentum Sumpah Pemuda,

    selebihnya generasi penerus menerima

    bahasa Indonesia sebagai sebuah

    pemberian dari lelulur yang didapatkan

    begitu saja.

    Romantisisme Masa Lalu BahasaIndonesia

    Bahasa adalah warisan leluhur .

    Pernyataan tesebut memang benar.

    Namun, bukan serta merta menganggap

    bahwa para ahli waris dengan mudah

    menerima bahasa laiknya menerima

    warisan harta atau benda lainnya dari

    leluhur tanpa melalui proses belajar.

    Pemahaman seperti ini jelas tidaklah

    benar.

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    6/12

    Volume 1, Desember 2010 84

    Tidak sedikit bangsa Indonesia

    yang tidak pernah mempertanyakan

    keindonesiaannya. Bahasa Indonesia

    yang kita kenal sejak kecil menjadi sesuatu

    yang dianggap hasil pemberian darileluhur yang diwariskan turun-temurun

    tanpa proses belajar secara sungguh-

    sungguh. Tampaknya keberhasilan

    generasi muda masa silam merintis

    bahasa Indonesia sebagai bahasa

    persatuan masih menjadi kenangan

    kejayaan yang melekat di benak

    bangsa Indonesia. Namun, kenangan

    itu tinggallah kenangan. Belum terlihatupaya konkret yang dilakukan generasi

    penerusnya untuk mempertahankan

    dan menumbuhkembangkan bahasa

    Indonesia secara signifkan.

    Mungkin bangsa ini harus berkaca

    pada bangsa Perancis yang begitu

    bangga dengan bahasa nasionalnya.

    Di Perancis, seorang resepsionis hotel

    tidak mau memberikan pelayanan pada

    konsumennya jika sang konsumen tidak

    menggunakan bahasa Perancis. Begitu

    bangganya bangsa Perancis terhadap

    bahasanya sehingga peraturan-

    peraturan yang dibuat pun mendukung

    keberadaan dan perkembangan bahasa

    Perancis. Semangat dan kebanggaan

    seperti inilah yang seharusnya diadopsi

    bangsa Indonesia.

    Bahasa tidaklah begitu saja turundari langit, tetapi harus diselami dan

    diraih dengan proses belajar. Sumpah

    Pemuda yang diikrarkan 28 Oktober

    1928 silam yang memproklamasikan

    bahwa bahasa persatuan Indonesia

    adalah bahasa Indonesia tidaklah cukup

    sekadar dikenang dalam dokumentasi

    perjalanan bangsa ini. Tidak ada

     jaminan otomatis bahwa bahasa

    persatuan yang dinyatakan dalam

    Sumpah Pemuda tersebut akan begitu

    saja mempersatukan Indonesia. Tanpa

    adanya upaya dalam menggunakan

    bahasa Indonesia sesuai kaidahnya,

    maka harapan bahwa bahasa Indonesiabenar-benar sebagai bahasa persatuan

    akan menjadi utopia belaka yang

    digantung tinggi-tinggi tanpa tersentuh

    siapa pun untuk merealisasikannya.

    Bahasa tidak bisa diturunkan dari

    sutu generasi ke generasi berikutnya

    tanpa adanya proses belajar. Dalam

    literatur teori pendidikan bahasa yang

    ditulis Herudjati Purwoko dan IgnatiaM. Hendrarti (2004), ada dua kata kunci

    yang menggambarkan proses belajar

    bahasa, yaitu proses pemerolehan dan

    proses pembelajaran bahasa. Kedua

    hal tersebut masih terbalut dalam

    proses belajar yang tidak bisa diabaikan

    generasi pewaris.

    Pemerolehan bahasa merupakan

    proses mempelajari bahasa secara

    informal sebagai kebutuhan sarana

    komunikasi yang riil dalam kehidupan

    sehari-hari. Dalam hal ini, bahasa

    dianggap sebagai salah satu faset

    penting dalam kehidupan sosial-budaya

    yang digunakan untuk berkomunikasi

    dan sosialisasi dengan masyarakat

    yang menggunakan bahasa tersebut.

    Sedangkan, pembelajaran bahasa

    merupakan proses mempelajaribahasa yang dilakukan secara formal

    yang biasanya dilandasi alasan untuk

    menguasai bahasa kedua atau bahasa

    asing. Kedua proses belajar bahasa

    tersebut menjadi bukti nyata bahwa

    bahasa bukanlah sebuah pemberian

    yang jatuh dari langit yang dapat

    digunakan begitu saja. Akan tetapi,

    bahasa merupakan sesuatu yang harus

    diraih dan diusahakan dengan proses

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    7/12

    Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora   85

    belajar.

    Politik Bahasa Nasional

    Berbicara masalah proses

    belajar dan pendidikan bahasa tentubersinggungan dengan politik bahasa

    nasional. Kata ”politik” yang di maksud

    di sini bukanlah dunia politik yang

    berkenaan dengan tata negara, melainkan

    mengarah pada kebijakan penanganan

    masalah kebahasaan dan kesusastraan

    Indonesia secara nasional. Politik bahasa

    nasional bukanlah sesuatu yang baru

    bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal29-31 Oktober 1974 telah diadakan

    Praseminar Politik Bahasa Nasional di

    Jakarta dan seminarnya dilaksanakan

    pada tanggal 25-28 Februari 1975. Inti

    dari kedua pertemuan tersebut adalah

    membicarakan perencanaan dan

    perumusan kerangka dasar kebijakan

    bahasa Indonesia.

    Pengolahan bahasa Indonesia

    sebagai bahasa nasional seyogyanya

    haruslah menyeluruh. Dalam

    menentukan kebijakan bahasa tentu

    harus dilihat dari berbagai sisi karena

    bahasa juga beririsan dengan ekonomi,

    sosial, budaya, bahkan pertahanan dan

    keamanan negara. Dengan cakupan

    tinjauan yang luas dalam menentukan

    kebijakan, maka akan membuat

    bahasa Indonesia lebih mudah diterimakeberadaannya dan lebih kokoh

    kedudukannya. Lebih dari itu, kebijakan

    bahasa nasional yang terencana,

    terarah, dan terperinci membuat bahasa

    Indonesia dapat diperlakukan dan

    digunakan sebagaimana mestinya di

    tengah-tengah masyarakat. Oleh karena

    itu, dengan politik bahasa nasional

    maka akan lebih mudah menempatkan

    bahasa Indonesia pada posisi yang

    tepat sesuai semangat yang dikobarkan

    dalam Sumpah Pemuda.

    Perencanaan yang telah dibuat

    dalam politik bahasa nasional tidak dibuat

    untuk ditinggalkan menjadi tumpukkanperkamen usang yang dilindas zaman.

    Perlu adanya tindak lanjut yang konkret

    dari berbagai pihak untuk merealisasikan

    perencanaan yang telah dibuat dalam

    peta politik bahasa nasional. Dalam

    mewujudkan perencanaan politik bahasa

    ini tidak bisa dikerjakan dalam waktu

    yang singkat. Oleh karena itu, merupakan

    suatu kewajiban bagi generasi penerusuntuk memperjuangkan bahasa

    Indonesia sesuai dengan perencanaan

    dalam politik bahasa nasional yang

    telah diperjuangkan sebelumnya.

    Bahkan, perjuangan ini sedikitnya telah

    membuahkan hasil hingga bahasa

    Indonesia bisa berkembang sampai

    seperti sekarang ini. Tidak lain dan tidak

    bukan, ini semua merupakan buah dari

    keberhasilan dari rencana politik bahasa

    nasional yang telah diperjuangkan

    dengan berhiaskan berbagai tantangan

    yang menghadang.

    Jika membuka lembaran sejarah

    perkembangan bahasa Indonesia,

    cukup banyak pakar linguistik seantero

     jagat yang berpendapat bahwa bahasa

    Indonesia merupakan hasil perencanaan

    bahasa yang sangat sukses. Joshua A.Fishman, salah satu ahli perencanaan

    bahasa dari Amerika Serikat (2004: 22-

    -23) yang mengemukakan pendapat

    dan memberikan apresiasinya terhadap

    prestasi perkembangan bahasa

    Indonesia yang begitu pesat dalam

    artikelnya yang bertitel ”Sociolinguistic

    Foundation of Bilingual Education”.

    Lebih jauh lagi, setali tiga uang dengan

    pendapat Fishman, Alisjahbana (1976)

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    8/12

    Volume 1, Desember 2010 86

     juga mengutarakan pendapatnya

    dalam Language Planning and

    Modernization: The Case of Indonesia

    and Malaysia  yang menyatakan bahwa

    perencanaan dan pengembanganbahasa merupakan sebuah keniscayaan

    yang harus dilakukan setiap bangsa.

    Untuk menciptakan mekanisme yang

    sistematis dalam pengembangan

    bahasa, diperlukan sarana yang dapat

    digunakan sebagai media tumbuh-

    kembang bahasa. Menurut Alsjahbana,

    pendidikan dan media merupakan

    sarana pengembangan bahasa yangpaling efektif di negara berkembang

    seperti di Indonesia untuk melakukan

    rekayasa bahasa.

    Rekayasa Bahasa

    Karut marut  penggunaan

    bahasa Indonesia begitu mengancam

    pertahanan bangsa ini sebagai sebuah

    negara yang berdaulat. Perlu adanya

    tindakan yang tepat dan berkala untuk

    menyelamatkan bahasa Indonesia.

    Seperti halnya arsitek yang merancang

    sebuah bangunan, pengembangan

    bahasa Indonesia pun memerlukan

    perancangan dan perencanaan bahasa

    yang sering disebut oleh Alisjahbana

    dengan istilah language engineering  

    tatkala menulis dalam bahasa Inggris.

    Monumen keberhasilan bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan

    dan pertahanan bangsa harus dirancang

    kembali melalui politik bahasa nasional

    yang merencanakan arah perkembangan

    bahasa melalui rekayasa bahasa.

    Rekayasa bahasa adalah

    penerapan rancangan dalam konstruksi

    bahasa yang dikembangkan sesuai

    dengan tujuan tertentu.  Berdasarkan

    pendapat Alisjahbana (2004), pendidikan

    dan media merupakan dua lahan subur

    untuk menumbuhkembangkan bahasa

    Indonesia. Akan tetapi, pendidikan

    menjadi sarana yang paling tepat untuk

    mengembangkan bahasa dibandingkandengan media. Ada beberapa alasan

    yang membuat sarana pendidikan

    menjadi penting bagi pertumbuhan

    bahasa. Pertama, sejak 1970-an

    pemerintah telah menentukan kebijakan

    penggunaan bahasa Indonesia

    sebagai bahasa negara yang dimuat

    dalam undang-undang dasar negara.

    Pemerintah pula menetapkan bahwabahasa pengantar resmi dalam

    dunia pendidikan adalah bahasa

    Indonesia. Bukan hanya itu, bahasa

    Indonesia juga secara resmi digunakan

    dalam pengembangan kebudayaan,

    pemanfaatan ilmu pengetahuan,

    teknologi modern perhubungan

    pemerintahan, dan bahasa resmi negara.

     Alasan tersebut semakin memperjelas

    dan menjadi bukti nyata bahwa bahasa

    Indonesia akan hidup subur dan selalu

    dipupuk di dunia pendidikan. Kondisi

    tersebut kemudian semakin diperkuat

    dengan kebijakan pemerintah dalam

    hubungan antara bahasa dan pendidikan

    nasional yang tertuang dalam Ketetapan

    MPR Nomor IV/MPR/1976. Ketetapan

    tersebut memuat butir yang berbunyi:

    ”Pendidikan dan pengajaran bahasaIndonesia ditingkatkan dan diperluas

    sehingga mencapai masyarakat luas”

    (2004).

     Alasan kedua pendidikan menjadi

    tempat yang tepat dalam menumbuhkan

    dan mengembangkan bahasa Indonesia

    yaitu bahasa Indonesia merupakan

    bahasa pengantar pendidikan dan

    bahasa yang dipakai dalam buku teks.

    Ketiga, dalam situasi sosial-politik yang

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    9/12

    Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora   87

    bergejolak, pendidikan relatif stabil untuk

    mendukung pengembangan bahasa.

     Akan tetapi, alasan-alasan tersebut

    bukan pula bermakna bahwa andil media

    massa sebagai lahan tumbuh-kembangbahasa menjadi tidak penting.

    Media massa memiliki peranan

    yang besar dalam mendidik masyarakat

    melalui penyebaran bahasa yang

    digunakan. Namun, jarang sekali tata

    bahasa benar-benar digunakan di

    berbagai media massa, kecuali pada

     jurnal-jurnal ilmiah. Hal ini membuat

    pengembangan bahasa melalui mediamassa menjadi kurang efektif. Oleh

    karena itu, cukup logis jika menarik

    benang merah bahwa pendidikan

    menjadi media yang tepat untuk

    mengembangkan bahasa Indonesia dan

    membuat rekayasa bahasa Indonesia

    berjalan terarah.

    Langkah Nyata Mengembangkan dan

    Mempertahankan Bahasa Indonesia

     Argumentasi yang menguatkan

    bahwa pendidikan merupakan lahan

    basah pengembangan bahasa Indonesia

    perlu dilanjutkan dalam wujud konkret

    agar gagasan tersebut tidak sebatas

    buah pemikiran yang membuncah

    atau sekadar deretan kata-kata di

    atas kertas. Sebagai bagian dari kaum

    intelektual, mahasiswa menjadi tonggakperjuangan pengembangan bahasa

    Indonesia. Politik bahasa Indonesia

    yang diimplementasikan dalam rekayasa

    bahasa melalui mahasiswa akan

    lebih efektif karena mahasiswa masih

    bergerak dalam dunia pendidikan dan

    berperan sebagai agen perubahan.

    Salah satu target keberhasilan yang

    ingin dicapai dalam peta politik bahasa

    nasional adalah menumbuhkembangkan

    dan menghidupkan tata bahasa,

    ejaan, dan kosakata di tengah-

    tengah masyarakat. Cita-cita ini dapat

    diwujudkan dalam rancangan rekayasa

    bahasa yang efektif dan aplikatif melaluikancah dunia pendidikan. Tentu saja

    pelajar, khususnya mahasiswa, bisa

    menjadi objek sekaligus subjek dari

    proses rekayasa bahasa Indonesia

    yang tepat karena pelajar memiliki

    latar belakang dunia pendidikan yang

    notabene-nya tempat yang subur untuk

    mengembangkan bahasa.

    Pada umumnya, sekolah-sekolahdi Indonesia dari tingkat dasar hingga

    menengah atas sudah memasukkan

    bahasa Indonesia sebagai salah

    satu mata pelajaran wajib, meskipun

    tidak dapat dipungkiri masih banyak

    kekurangan yang harus dibenahi

    baik dalam konsep maupun metode

    pembelajaran. Akan tetapi, hal ini masih

    lebih baik karena masih ada upaya nyata

    dalam belajar dan mengajarkan bahasa

    Indonesia secara sungguh-sungguh

    pada ranah pendidikan formal. Namun,

    tidak demikian dengan pendidikan

    tinggi.

    Di tingkat pendidikan tinggi,

    biasanya bahasa Indonesia hanya

    dipelajari sepintas saja. Padahal,

    mahasiswa diwajibkan mengerjakan

    semua tugas-tugas kuliah denganmenggunakan bahasa Indonesia yang

    baik dan benar. Bukan hanya itu, saat

    presentasi mahasiswa dituntut untuk

    berbicara sesuai kaidah. Ini semua

    menjadi tuntutan yang tidak logis.

    Bagaimana mungkin mahasiswa dapat

    memenuhi semua tuntutan tersebut jika

    proses pembekalan bahasa Indonesia

    yang baik dan benar sangat minim

    diberikan dan tidak difasilitasi oleh

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    10/12

    Volume 1, Desember 2010 88

    kebijakan pendidikan kampus. Bukankah

    bahasa merupakan sesuatu yang harus

    diraih dengan proses belajar dan bukan

    pemberian yang didapatkan begitu saja.

    Mata kuliah bahasa Indonesiaharus tetap diberikan pada semua

     jurusan di perguruan tinggi. Tidak cukup

    mengandalkan kemampuan berbahasa

    dan ilmu bahasa Indonesia yang telah

    kita pelajari di bangku sekolah karena

    bahasa Indonesia terus berkembang

    dan digunakan di berbagai celah

    kehidupan. Rekayasa bahasa yang

    dilakukan dengan cara memasukkanbahasa Indonesia ke dalam daftar mata

    kuliah yang wajib diikuti mahasiswa

    di semua jurusan menjadi tantangan

    tersendiri dalam membumikan bahasa di

    pendidikan tinggi. Akan tetapi, perjuangan

    tidak berhenti sampai di situ. Pengajar

    bahasa Indonesia pun perlu dilatih dan

    dibekali kembali metode pengajaran

    bahasa Indonesia yang efektif karena

    tidak semua pengajar mengetahui dan

    memahami teknik mengajar bahasa

    Indonesia untuk penutur aslinya. Dengan

    adanya pelatihan ini, para pengajar

    pun bisa berbagi cara-cara menarik

    dalam mengajarkan bahasa Indonesia

    kepada mahasiswa. Sepintas perbaikan

    metode pengajaran bahasa Indonesia

    terdengar klise dan remeh. Namun,

     justru kerikil-kerikil seperti inilah yangharus mendapatkan perhatian karena

    dapat menjatuhkan siapa saja yang

    tidak berhati-hati dalam menjalankan

    tugasnya sebagai pengajar.

    Sebut saja Garin Nugroho,

    seorang sutradara ternama yang

    merasakan pertama kali jatuh cinta pada

    bahasa Indonesia karena cara mengajar

    sang guru yang dianggapnya unik dan

    mampu menarik perhatian semua mata

    yang berada di ruang kelas. Jejak

    sejarah pembelajaran bahasa Indonesia

    ketika sekolah tersebut masih begitu

    membekas untuk seterusnya cita rasa

    kebahasaan Garin menjadi lebih peka.Minat membaca dan menulis yang

    dirangsang gurunya terus ia lakukan

    bahkan sampai ia menjadi sarjana flm,

    sarjana hukum, dan sekarang lebih

    dikenal sebagai sutradara. Bukankah

    pengalaman tersebut menjadi saksi

    sejarah dan pembelajaran bersama

    bahwa pengajaran bahasa yang menarik

    akan memberikan daya pikat dan hasilyang luar biasa dirasakan seseorang

    hingga sepanjang hayatnya. Apabila rasa

    cinta terhadap bahasa Indonesia yang

    dirasakan Garin ditangkap dan dirasakan

    pula sepenuh hati oleh seluruh pelajar

    atau mahasiswa yang menyandang

    gelar agent of change, tentu Indonesia

    tidak perlu khawatir dengan ketahanan

    bahasa dan bangsanya.

    Untuk menghasilkan lulusan

    yang cakap berbahasa, materi bahasa

    yang diberikan diperguruan tinggi

    harus aktual agar dapat merespon

    perubahan zaman yang serba cepat

    karena kehidupan sehari-hari bahasa

    Indonesia terus berkembang. Namun,

    bahasa yang berkembang bukanlah

    bahasa yang baik dan benar seperti

    yang diajarkan di sekolah-sekolah akibatsentuhan kemajemukan budaya baik di

    tataran lokal, nasional, maupun global.

     Akhirnya realitas ini melebar menjadi

     jurang antara dunia pendidikan dan

    dunia realitas (2003). Oleh karena itu,

    mengajarkan bahasa Indonesia dengan

    menyisipkan fenomena perkembangan

    bahasa yang aktual membuat mata kuliah

    bahasa Indonesia terasa manfaatnya

    dan membuat mahasiswa merasa

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    11/12

    Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora   89

    membutuhkan mata kuliah tersebut.

    Realitas berbahasa yang dapat

    ditemukan dengan mudah dalam

    kehidupan sehari-hari seperti fenomena

    penulisan SMS yang disingkat, kesalahanpenulisan atau kesalahan penggunaan

    kata dalam media massa, atau fenomena

    berbahasa lainnya akan menjadi topik

    yang menarik dibahas di dalam kelas.

    Dengan suasana belajar-mengajar

    yang menyenangkan, mahasiswa akan

    perlahan mencintai dan bangga pada

    bahasa Tanah Airnya.

    KESIMPULAN

    Keutuhan bahasa Indonesia

    sebagai bahasa persatuan dan

    pertahanan bangsa bukan semata-mata

    hasil pemberian tanpa proses belajar.

    Eksistensi mempertahankan bahasa

    Indonesia sebagai bahasa persatuan

    dan identitas bangsa membutuhkan

    perjuangan dan pembelajaran yang

    ditanamkan pada generasi muda

    penerus bangsa. Bukanlah cara yang

    bijak jika masyarakat memandang

    bahasa Indonesia sebagai bahasa kelas

    dua dibandingkan bahasa asing lainnya.

    Sudah seharusnya bangsa ini bangga

    dengan bahasa yang telah menyatukan

    heterogenitas bangsa hingga kerukunan

    berbahasa bisa kita rasakan hingga

    detik ini.Mengingat akan ada banyak

    tentangan yang menghadang dalam

    mengembangkan dan mempertahankan

    bahasa Indonesia, maka diperlukan

    kebersamaan dan kontinuitas dalam

    merealisasikan cita-cita luhur yang telah

    dirancang melalui rekayasa bahasa.

     Akhirnya, diperlukan peneguhan

    komitmen dan pembaharuan tekad untuk

    bersama-sama menumbuhkembangkan

    bahasa Indonesia sebagai bahasa

    persatuan. Bahasa Indonesia adalah

    bahasa perjuangan. Bahasa yang diraih

    dengan proses belajar, bukan semata-

    mata hasil pemberian.

  • 8/17/2019 rekayasa-bahasa-indonesia-dalam-mempertahankan-identitas-bangsa-dewi-lestari.pdf

    12/12

    Volume 1, Desember 2010 90

    DAFTAR ACUAN

     Alisjahbana, S. Takdir. 1988. Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia. DianRakyat: Jakarta.

    Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.

    Balai Pustaka: Jakarta.

    Halim, Anwar (Ed.). 1981. Bahasa dan Pembangunan Bangsa. Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan: Jakarta.

    Ikram, Achdiati (Ed.). 1988. Bunga Rampai Bahasa, Sastra, dan Budaya. Intermasa:

    Jakarta.

    Purwoko, Harudjati, Hendrarti. 2004. Rekaya Bahasa dan Sastra Nasional . Masscom

    Media: Semarang.

    Pusat Bahasa dan Pendidikan Nasional dan Koperasi Jurnalis Independen. 2003. Jagat

    Bahasa Nasional . Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

    Usman, Zuber. 1960. Kedudukan Bangsa dan Bahasa Indonesia. Gunung Agung:

    Jakarta.