relevansi calon perseorangan pada pilkada dalam...
TRANSCRIPT
RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM
DEMOKRASI INDONESIA (Studi Tentang: ANALISA KEKALAHAN
PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Syahrul Fadhil
NIM: 1112112000029
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
i
RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM
DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN
PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Syahrul Fadhil
1112112000029
Pembimbing
Dra. Gefarina Djohan M.A
NIP: 19631024 199903 2 001
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ahmad Syahrul Fadhil
NIM : 1112112000029
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :
RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM
DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN
PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 21 Mei 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Iding Rosyidin, M. Si Dra. Gefarina Djohan M.A
NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19631024 199903 2 001
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM
DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN
PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya kemudian
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Mei 2018
Ahmad Syahrul Fadhil
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM
DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN
PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)
Oleh
Ahmad Syahrul Fadhil
1112112000029
Telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 21 Mei
2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua, Sekertaris
Dr. Iding Rosyidin Suryani, M. Si
NIP. 19701013 200501 1 003 NIP. 19770424 200710 2 003
Penguji 1 Penguji II
Dr. Haniah Hanafie, M. Si Adi Prayitno, M. Si
NIP. 19610524 200003 2 002 NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 21 Mei 2017
Ketua Program Studi Ilmu Politik
Dr. Iding Rosyidin Hasan
NIP. 19701013 200501 1 003
iv
ABSTRAK
Skirpsi ini membahas mengenai relevansi calon perseorangan pada Pilkada
dalam demokrasi Indonesia studi tentang: pasangan calon Obon Tabroni dan
Bambang Sumaryono. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah calon
perseorangan atau perseorangan relevan terhadap demokrasi di Indonesia khususnya
di Pilkada. Selain itu apa yang melatar belakangi calon perseorangan ini ikut serta
pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017. Penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka dan wawancara. Peneliti menemukan, bahwa calon perseorangan ini di
dukung oleh beberapa kelompok seperti Buruh, LSM, Ormas dan lain sebagainya,
serta Komunitas-komunitas yang ada di Kabupaten Bekasi ini yang melatar belakangi
pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat maju menjadi kandidat di
Pilkada Kabupaten Bekasi secara perseorangan. Selain itu Obon dan Bambang
memiliki tim yang solid dan terorganisir tim tersebut tergabung di dalam Tim 9 yang
tersebar di beberapa Kecamatan dan Desa. Pada proses Pilkada calon perseorangan
ini mampu mengumpulkan sekitar 156 ribu KTP dengan jumlah DPT sekitar
1.974.831. Jumlah KTP tersebut menjadi syarat dalam Pilkada, aturan tersebut sudah
di atur dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2016 yang disebutkan dalam Undang-
undang tersebut bahwa minimal sekurang-kurangnya 3% dari jumlah pemilih. Obon
Tabroni dan Bambang Sumaryono kalah dalam Pilkada akan tetapi calon
perseorangan ini dianggap cukup kuat dan pada kenyataanya mampu bersaing dengan
kandidat lain. Ada lima faktor yang membuat calon perseorangan ini kalah,
kurangnya finansial dan logistik, intervensi lebih dari kepala desa, administrasi yang
cacat, pembelokan atau penggembosan suara dan kurangnya lapisan kedua. Calon
perseorangan ini harus diberikan apresiasi karena baru ada calon perseorangan yang
maju dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi dan calon perseorangan ini menjadi contoh
yang baik untuk masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Bekasi karena
ternyata masyarakat biasapun bisa ikut serta dalam pesta politik bukan hanya orang-
orang yang berduit saja dan orang-orang yang memiliki kekuasaan saja.
Krangka teoritis yang digunakan dalam skripsi ini adalah demokrasi, Pemilu
dan Pilkada. Dari hasil analisa dengan menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa calon perseorangan ini masih sesuai dengan teori demokrasi yang mana pada
prakteknya calon perseorangan ini mampu mencalonkan diri di Pilkada, karena calon
perseorangan ini mampu bersaing dan berkontestasi untuk memperoleh suara dari
masyarakat yang memiliki hak suara. Selain menggunakan teori partisipasi politik
dan konsep Pilkada. Calon perseorangan ini mengikuti prosedur yang sudah di atur di
dalam Pilkada dan calon perseorangan ini relevan dalam demokrasi di Indonesia. Dari
masing-masing teori tersebut sangat menopang untuk calon indepen ini dalam
mengkikuti kontestasi politik. Selanjutnya tulisan ini akan mengaitkan dengan
pencalonan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono sebagai calon perseorangan.
Kata Kunci: Calon perseorangan, Pilkada, Relevansi dan Demokrasi.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang
tidak terhingga banyakanya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman. Dengan mengucap Alhamdullilahi Robbil ‘alamin penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul RELEVANSI CALON PERSEORANGAN
PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG:
PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO).
Dalam penyelsaian Skrpsi ini tidak terlepas dari pengetahuan keilmuan penulis
dapatkan dari berbagai sumber, selain itu tidak lupa pula terimakasih atas bimbingan,
bantuan, nasehat, doa, dan dukungannya. Kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iding Rosyidin, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Politik dan Suryani M.Si
Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah
memberikan arahan serta masukan atas penyusunan skripsi.
3. Dra. Gefarina M.A Selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia menyediakan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan masukan terhadap
proses penyusunan skripsi ini
4. Kedua Orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi, Ayahanda M.Ridwan
Abdullah, S.Ag dan ibunda Sri Mulyani S.Pd.I yang telah medoakan, mendukung,
dan menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, tanpa kalian saya tidak
akan bisa sampai ke tahap ini.
5. Kepada abang saya yang sangat banggakan, abangda Ahmad Farhan Subhi, S.Sy,
S.H.,M.H. dan adik saya Ahmad Syahroni Fadhil S.H yang selalu mendukung dan
mendoakan saya selama penulisan skripsi ini terselesaikan.
viii
6. Tak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh sahabat-sahabat PMII Komfisip, yang
mendukung untuk saya agar cepat menyelesaikan Skripsi ini. terkhusus sahabat-
sahabat seperjuangan saya Miftahusurur, Ade Prasetyo, Andre Albar, Renaldy
Akbar, Andra Remon, Akbar Faqih, M. Naufal, Kholisi eki, Syarah Annisa,
Faturahman Kentung, Habibi Fahmi dan seluruh sahabat-sahabat lainnya yang
mensuport saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu ucapan
terimakasih kepada angakatan ilmu politik 2013 dan 2014 ical asnawi, vilarian
burhan, cinko, kikoy, padlan, topan, adit, tebo, Ervin, robit dan semuanya. Kosant
Jati Daniel Adepti, Ival, Mulya Abdul Aziz yang selalu menemani dan meluruskan
tulisan saya.
7. Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat Ketua Umum Abdurahman Wahid,
Sekertaris Umum Bama Pradika, serta jajaran BPH Wahid Hasyim, Arsyad
Prodigi, Arman, Nita lisdiani, Slivia, Dani Penyok yang selalu mendukung dan
memberikan semangat dan dukungan kepada Penulis sehingga penelitian ini
terselesaikan.
Akhir kata, atas jasa dan bantuan semua pihak yang telah membantu &
memberikan masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, masyarakat
serta para pembaca kalangan umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Mei 2018
Ahmad Syahrul Fadhil
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………iii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….iv
ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………1
A. Pernyataan Masalah……………………………………………… 1
B. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 12
C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………….. 12
D. Tinjuan Pustaka (Literature Review)............................................ 13
E. Metode Penelitian………………………………………………. 15
F. Sistematika Penulisan…………………………………………... 17
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP……………………….19
A. Teori Demokrasi …………………….…………………………..19
B. Teori Partisipasi Politik…………………………………………..25
C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)……..………………...……. 29
BAB III PROFIL OBON TABRONI DAN BAMBANG SUMARYONO
DAN KETETAPAN SEBAGAI CALON PERSEORANGAN
PADA PILKADA DI KABUPATEN BEKASI TAHUN
2017………………………………………………………………33
A. Profil Serta Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono……………………………………………………… 33
B. Aturan Mengenai Calon Perseorangan dalam Pilkada …………. 37
C. Ketetapan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Sebagai Calon
Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017….……… 42
BAB IV RELEVANSI DAN KEKALAHAN CALON
PERSEORANGAN MAJU DI PILKADA KABUPATEN
BEKASI 2017 DALAM KAITANYA DEMOKRATISASI
INDONESIA…………… 47
x
A. Relevansi Calon Perseorangan dalam Pilkada…………………. .47
B. Pasangan Calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Maju
Menjadi Pasangan Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi
Tahun 2017……………………………………………………… 71
C. Analisa Kekalahan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Pada
Pilkada Kabupaten Bekasi…...………………………………….. 82
BAB V PENUTUP……………………………………………………… 96
A. Kesimpulan……………………………………………………….96
B. Saran……………………………………………………………...98
Daftar Pustaka…………………………………………………………………. 99
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Calon Perseorangan di Kabupaten Bekasi Dari Tahun 2007 –
2017............................................................................................................................10
Tabel 4.1 Tabel Calon Perseorangan dalam Pemilukada 2015…………………….. 58
Tabel 4.2 Tabel Calon Peseroangan pada Pemilukada 2017………………………...66
Tabel 4.3 Hasil Perolehan Suara Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017………………………84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Setiap bangsa yang merdeka dimulai pada awal abad ke 20 sudah mengenal apa
yang dimaksud dengan demokrasi. Keberadaan satu Negara dalam kaitannya dengan
demokrasi akan menyelenggarakan Pemilu sebagai salah satu sarana untuk
memberikan ruang partisipasi rakyat. Pemilu adalah upaya untuk sarana merilis
pejabat-pejabat publik di bidang legislatif dan eksekutif baik di pusat maupun di
daerah.1 Menurut David Bentham dan Kevin Boyle Pemilu adalah proses menyaring
calon pemimpin untuk rakyat, selain itu pemimpin yang di pilih oleh rakyat
seutuhnya kembali ke rakyat dan mementingkan kepentingan rakyat serta
bertanggungjawab atas tidakan-tidakanya.2 Degan demikian Pemilu menjadi media
demokrasi bagi masyarakat untuk memilih calon pemimpinya.
Pengertian mengenai Pemilihan Umum menurut Matori Abdul Djalil, Pemilu
adalah sebuah proses alih kepemimpinan dan kekuasaan dengan tujuan untuk
melahirkan pemimpin yang legitimatif. Selain itu Pemilu bisa di artikan sebagai
proses berjalanya kedaulatan rakyat di Negara dengan berlandaskan demokrasi.
Pemilu sebagai ruang formal untuk membentuk sebuah pemerintahan di Negara dan
1 Nanik Prasetyoningsih, “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi
Indonesia,” Jurnal Media Hukum 21 (Desember 2014) : 242. 2 Nanik Prasetyoningsih, “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi
Indonesia, 242.
2
masyarakat terlibat dalam membangun sebuah Negara yang demokratis, serta menjadi
filter kepercayaan bagi rakyat terhadap partai politik atau usur lain yang terlibat
didalam kontestasi Pemilu.3
Negara Indonesia sudah melakukan pemilu sejak tahun 1955 terlaksana secara
jujur dan adil, kriteria Pemilu di dasari dengan adanya Deklarasi Univrsal HAM dan
PBB ini menjadi standard internasional bagi setiap negara yang menjalankan Pemilu.4
Menyebutkan dasar pasal 21 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1984, ayat a
dan c berbunyi: Setiap warga negara memiliki hak berperan dan ikut serta terhadap
pemerintahan di negaranya, baik secara langsung atau tidak langsung, melalui
perwakilan yang terpilih secara legitimatif. Rakyat memiliki kehendak terhadap
kewenangan pemerintah, hak ini dinyatakan dalam Pemilu periodik yang murni
menurut hak pilih universal dan sama, serta proses penyelenggarannya dilakukan
melalui pemungutan suara rahasia atau prosedural dan pemungutan suara yang bebas
dan setara.5
Perjanjian hak politik dan sipil 1966 pasal 25 menyatakan bahwasaanya
kesamaan hak dan kesempatan setiap warga Negara, tanpa adanya diskriminasi dan
batasan yang tak wajar untuk terlibat dan berperan aktif dalam urusan publik, secara
langsung atau melalui wakil yang dipilih. Memilih dan dipilih dalam Pemilu yang
murni seharusnya didasarkan pada persamaan hak pilih yang sama dan dilakukan
3 Marulak Pardede, “Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia” Jurnal Rechts Vinding,
Media Pembinaan Hukum Nasional 3 (April 2014): 85. 4 Saefullah AMM, Quo Vadis Pemilu 2004: (Ciputat: Logos Wacana Ilmu , 2003), 23.
5 Saefullah AMM, Quo Vadis Pemilu 2004, 23.
3
dengan pemilihan rahasia, untuk menjamin kebebasan seseorang berekspresi dalam
memilih. keterkaitan antara sistem politik bangsa dengan bangsa yang lainya, yaitu
Deklarasi HAM, pasal 21 ayat 3 menyebutkan bahwa, kehendak rakyat harus menjadi
dasar otoritas sebuah pemerintahan.6
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
Menimbang; bahwasanya, perwujudan sistem ketatanegaraan yang demokratis dan
berintegritas demi menjamin konsistensi dan kepastian hukum serta pemilihan umum
yang efektif dan efisien. Pemilihan umum wajib menjamin tersalurkannya suara
rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.7 Kedua poin dalam
Undang-undang ini menjelaskan bahwasaanya Pemilu harus dijalankan dengan baik
dan benar, serta Pemilu dapat dimanfaatkan menjadi media bagi masyarakat, untuk
menyalurkan suaranya memilih calon pemimpin.
Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota disebutkan bahwa Calon Bupati dan Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah peserta pemilihan yang
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang
didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten atau
Kota.8 Dengan Undang-undang di atas bahwasaanya pemilihan juga dilaksanakan
6 Saefullah AMM, Quo Vadis Pemilu 2004, 24.
7 UU Republik Indonesia No 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.
8 UU Republik Indonesia No 8 tahun 2015 pasal 1 ayat 4, Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Wlikota.
4
disetiap daerah, untuk memilih Gubernur, Bupati dan walikota dengan tujuan untuk
memilih calon pemimpin disetiap daerah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota Menjadi Undang-undang pasal 7 ayat 1 menyebutkan: (1) setiap
warga Negara memiliki kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri dan
dicalonkan sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota.9
Menurut Bowman dan Hampton pemerintahan daerah yang demokratis yaitu
suatu pemerintah yang berlandaskan demokrasi dari rakyat yang terwujud dalam
bentuk pemerintah daerah yang reprsentatif. Pemerintah daerah yang represntatif
adalah suatu pemerintah memiliki unsur yang bernilai seperti kemerdekaan,
persamaan, persaudaraan, pertanggungjawaban politik dan partisipasi.10
Pada tahun 2010 telah dilaksanakan Pilkada untuk pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur di tujuh Provinsi dan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan
Walikota dan Wakil Walikota di 237 Kota dan Kabupaten. Pilkada diinisiasikan oleh
9 UU Republik Indonesia No 10 Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 1, Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-
undang. 10
Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung, Sebuah
Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis” Jurnal Aspirasi 1 (Februari 2011): 6.
5
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dengan tujuan
terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia.
Terkhusus pada pemerintahan daerah. Hal ini ditunjukan dengan Pilkada yang
menjadi semangat dan nilai-nilai domokrasi subtansif di tingkat lokal. Dalam sistem
ini masyarakat diberikan kesempatan untuk menyuarakan atau memberikan suaranya
untuk kepentingan lokal dan menentukan pilihanya pada proses Pilkada.11
Pemilu di daerah sudah dilakukan sekian kalinya, pada prosesnya sama seperti
pemilihan di tingkat nasional seperti Pemilihan Presiden atau DPR. Pemilu di daerah
atau disebut dengan Pemilihan Kepala Daerah disingkat menjadi Pilkada dapat
memberikan nilai-nilai yang subtansif bagi masyarakat. Karena dalam pores Pilkada
menjadi pembelajaran untuk masyarakat. Hal ini diperjelas oleh Gerry Stoker
menurutnya Pemerintahan Daerah bersifat subtansif agar dapat memfasilitasi akses
sera tangkap terhadap masyarakat setempat, karena pemerintahan itu dekat dengan
masyarakat.12
Pilkada di tingkat Gubernur, Bupati dan Walikota, kita dapat melihat tokoh-
tokoh calon pemimpin yang berkontestasi. Pada Pilkada banyak sekali tokoh yang
bermunculan, ada yang maju melalui partai politik dan ada juga yang maju secara
perseorangan. Hal ini menunjukan demokrasi di negara Indonesia berjalan dengan
11
Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung, Sebuah
Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis, 7. 12
Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung, Sebuah
Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis, 6.
6
semestinya. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 59 ayat 1 tentang
Pemerintah Daerah, (1) peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.13
Calon Kepala Daerah dapat maju apabila ada dukungan
dari partai politik atau gabungan partai politik, ini menjadi salah satu syarat
masyarakat agar bisa maju dalam Pilkada. Selain itu dalam Undang-undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah.14
Bahwasaanya dalam Undang-undang tersebut
memberikan penegasan diperbolehkan untuk masyarakat yang ingin maju secara
perseorangan tanpa partai politik.
Pasal 41 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 mengatur persyaratan
dukungan bagi calon perseorangan yang medaftarkan diri sebagai Gubernur Wakil
Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati dan Wakil Bupati. Di dasarkan pada
hitungan persentase dukungan yang menjadi landasan atas jumlah penduduk yang
telah mempunyai hak pilih dan tercatat dalam daftar calon pemilih tetap di daerah
yang bersangkutan terhitung dari pemilihan umum sebelumnya.15
Calon perseorangan menjadi sorotan dalam Pilkada karena calon perseorangan
setiap Pilkada sering bermunculan disetiap pemilihan kepala Daerah. Calon
13
UU Republik Indonesia No 32, Tahun 2004. Tentang Pemerintah Derah. 14
UU Republik Indonesia No 12 Tahun 2008, Perubahan Ke Dua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 15
Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau
Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 149.
7
perseorangan ini menjadi sebuah solusi di tengah masyarakat yang kurang suka
dengan partai politik dan calon perseorangan ini bisa menjadi calon alternatif bagi
masyarakat.
Data dari KPU dalam Pilkada serentak tahun 2015 menunjukan dari 20
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, 2 diantaranya memilih maju secara
perseorangan. Untuk calon Bupati dan Wakil Bupati sejumlah 126 dari 676 pasangan
memilih maju perseorangan. Untuk Walikota dan Wakil Walikota ada 144 calon 28
diantaranya memilih maju secara perseorangan. Data ini menunjukan adanya
peningkatan calon kepala daerah yang maju sebagai calon perseorangan. Bahkan
tidak sedikit pula calon perseorangan yang meraih kemenangan di Pilkada serentak
tahun 2015.16
Hal ini menunjukan bahwasanya calon perseorangan masih dipercaya
terlebih oleh masyarakat yang kurang percaya dengan calon melalui partai politik.
Asumsi dari masyarakat calon yang maju melalui partai politik akan sama saja
apabila calon tersebut terpilih, akan tetapi calon yang maju secara perseorangan akan
lebih bisa mementingkan kepentingan rakyat. Terkhusus dalam mengambil sebuah
kebijakan.
Mishler dan Rose dua faktor yang memprediksi kepercayaan politik yaitu
institional theory dan cultural perspective menurutnya institional theory menjelaskan
bahwa institusi yang berjalan dengan baik akan menciptakan kepercayaan, sedangkan
16
Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau
Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015, 149.
8
institusi yang tidak berjalandengan baik akan menciptakan ketidak kepercayaan dan
skeptis. Cultural prespective menjelaskan bahwa kepercayaan politik adalah
perpanjangan dari persoan itu sendiri trust atau kepercayaan interpersonal terbentuk
semenjak tahap kehidupan awal, yang nantinya terarah kepada institusi politik dan
proses penilainya terukur hal ini bisa menjadi sebuah kepercayan.17
Sesuai dengan banyaknya calon perseorangan yang muncul di setiap Pilkada.
Pada prosesnya calon tidak memiliki kepercayaan terhadap partai politik maka dari
itu calon perseorangan lebih memilih maju tanpa partai politik. Selain itu banyaknya
calon perseorangan yang muncul dalam Pilkada adanya dorongan dari masyarakat
secara langsung atau tidak langsung. Masyarakat lebih percaya dengan inpersonal
dari calon perseorangan tersebut karena pasangan calon perseorangan tidak terikat
dengan partai politik.
Calon perseorangan ini menjadai repersentatif bagi masyarakat terkhusus
Negara-negara yang menjalankan demokrasi. Indonesia memiliki aturan dalam
Undang-undang yang mengatur pencalonan di tingkat nasional ataupun lokal dan
aturan mengenai calon perseorangan sudah diatur di dalamnya. Ini menjadi relevan
terhadap demokrasi di Indonesia, karena pada prinsip demokrasi masyrakat berhak
mencalonkan atau dicalonkan bisa melalui partai atau perseorangan yang termaktub
di dalam Undang-undang Pemilu dan Undang-undang pemerintah daerah.
17
Johan Wahyudi, Mirra Noor Milla dan Hamdi Muluk, “Persepsi Keadilan Sosial dan
Kepercayaan Interpersonal Sebagai Prediktor Kepercayaan Politik Pada Mahasiswa di Indonesia”
Jurnal Pisikologi Sosial 15 (Tb 2017): 61
9
Syarat dan ketentuan menjadi kandidat perseorangan, tidaklah mudah, akan
tetapi harus memenuhi syarat dan melalui proses yang cukup panjang. Dalam hal ini
setiap calon kandidat perseorangan harus mempersiapkan pemberkasaan untuk
mendaftarkan diri di KPUD. Syarat yang paling penting adalah dukungan dari
masyarakat yang berupa KTP dan terhitung dari jumlah persentase DPT pemilih
sekurang-kurangnya 6-10%. Hal ini disebutkan di dalam Undang-undang Nomor 10
Tahun 2016 yang mana mengatur calon perseorangan.18
Kondisi seperti inilah yang terjadi pada Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun
2017 yaitu pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono, dalam proses
Pilkada di Kabupaten Bekasi pasangan calon ini maju secara perseorangan. Dalam
hal ini pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono berhasil lolos menjadi
kandidat pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Pada kaitanya calon Perseorangan ini
berhasil mengumpulkan dukungan KTP sekitar 156 ribu dan KTP tersebut menjadi
syarat dalam pencalonan di Pilkada Kabupaten Bekasi.19
Pada proses pilkada di kabupaten bekasi, sebelumnya belum ada calon yang
maju secara perseorangan terhitung dari Pilkada tahun 2007 sampai 2017 calon
perseorangan belum menjadi artikulasi bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Di tahun
18
UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
Menjadi Undang-undang. 19
KoranPerjuangan.com, “Naik Forklif Obon dan Bambang Daftar ke KPUD”
https://www.koranperdjoeangan.com/naik-forklift-obon-bambang-daftar-ke-kpud/: Diunduh pada
tanggal 22 Mei 2018.
10
2017 baru ada calon perseorangan yang mengikuti kontestasi pilkada yaitu
diantaranya Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono. Dalam hal ini pasangan Obon
dan Bambang menjadi pemecah kebuntuan bagi masyarakat Kabupaten Bekasi, yang
mana masyarakat Kabupaten Bekasi membutuhkan pemimpin yang baru dan
merakyat terlebih mementingkan kepentingan rakyat.
Berikut nama-nama pasangan calon dan partai pengusung pada Pilkada di
Kabupaten Bekasi dari tahun 2007 sampai 2017:
Tabel 1.1
Tabel Calon Perseorangan di Kabupaten Bekasi Dari Tahun 2007 - 2017
NO Nama Pasangan calon Tahun Pilkada Pendukung
1
a) Sadudin dan Darip Mulyana
b) Saleh Manaf dan Omin Basuki
c) Mamet Rohmat dan Jajen Sayuti
d) Wikanda dan Daeng Muhamad
e) Munawar fuad dan Adhy
Firdaus
f) Nachrowi Solihin dan Solihin
Sari
2007
a) PKS
b) PPP
c) PDIP
d) PAN
e) Golkar
f) PD dan PKB
2
a) Sadudin Dan Jamalu lail Yunus
b) Neneng Hasanah Yasin Dan
Rohim Mintareja
c) Darip Mulyana Dan Jejen Sayuti
2012
a) PKS, PPP dan PKB
b) Golkar dan Demokrat
c) PDIP, Hanura,
Gerindra, PBB,PBR
dan PKP
3
a) Neneng Hasanah Yasin Eka
Supria Atmaja
b) SA’duddin Ahmad Dhani
c) Obon Tabroni Bambang
Sumaryono
d) Melina Kartika Kadir Abdul
Kholil
e) Lin Farihin dan Mahmud
2017
a) Golkar, PAN, PPP,
NASDEM dan
HANURA
b) PKS, GERINDRA dan
P.DEMOKRAT
c) Perseorangan
d) PDIP, PBB dan PKB
e) Perseorangan
Sumber: Dari dakta. com dan pikiran rakyat20
20
Dakta.com dan Pikiran Rakyat, “Pasangan Cagub dan Cawagub Perolehan Nomor Urut,
Ketetapan Calon Calon Pilkada di Kabupaten Bekasi,”
http://www.pikiranrakyat.com/politik/2011/12/22/170442/pasangan-cabup-cawabup-peroleh-nomor-
urut. Di Unduh pada Tanggal 29 Maret 2018.
11
Tabel diatas menunjukan bahwasaanya calon perseorangan ini relevan dalam
demokrasi di Indonesia khususnya pada Pilkada, keterkaitan atau keterlibatan calon
perseorangan ini menjadi hal yang baru dan perlu di apresiasi. Ini relevan dengan
demokrasi yang di antut oleh negara Indonesia. Calon perseorangan ini menunjukan
bahwa calon perseorangan bisa bersaing dan mampu berkontestasi dengan kandidat
lain. Akan tetapi pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono kalah
dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun 2017 tetapi hal ini telah menunjukan
bahwa pasangan calon tersebut memiliki keberanian dan mampu bersaing dengan
kandidat lain.
Hal ini menunjukan bahwasanya calon perseorangan ini relevan dalam Pilkada,
terlihat bahwa calon perseorangan ini mampu lolos pada tahap verifikasi calon dan
dinyatakan sebagai calon di Pilkada. Ini perlu adanya perhatian khusus, karena
keterlibatan calon perseorangan banyak dijumpai disetiap kontestasi Pilkada. Oleh
karna itu, peneliti tertarik ingin, meneliti pasangan calon tersebut.
Dengan demikian uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai Relevansi judul: ”RELEVANSI CALON PERSEORANGAN
PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG:
ANALISA KEKALAHAN PASANGAN CALON OBON TABRONI –
BAMBANG SUMARYONO)
12
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah
dapat di indentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana relevansi calon perseorangan pada demokrasi di Indonesia?
2. Faktor Apa saja yang melatar belakangi Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono memilih maju lewat jalur perseorangan dan apa yang melatar
belakangi kekalahan pasangan Obon dan Bambang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tujuan Penelitian
1. Menjelasakan tentang apa saja yang melatar belakangi Obon Tabroni
dan Bamabang Sumaryono memilih maju secara perseorangan
2. Menggambarkan tentang relevansi calon inpenden Obon Tabroni dan
Bambang Sumaryono dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian
Diharapkan penelitian skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif
bagi pengembangan ilmu politik khususnya memperluas tentang relevansi
calon perseorangan.
13
Manfaat Praktis
1. Memberikan pelajaran demokrasi bagi masyarakat adanya calon
perseorangan.
2. Untuk pengembangan ilmu politik khususnya kajian tentang Pilkada calon
perseorangan.
D. Tinjauan Pustaka
Penulis melakukan Studi Review terdahulu untuk memastikan Proposioning
serta menampakan posisi akademis dari penelitian yang dijalankan agar tidak
mengulang kembali kajian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum ini:
Skripsi karangan Minmin Anwartina “Kemenangan Anton-Sutiaji (Aji)
Dalam Pemilihan Walikota (Pilwali) Kota Malang Tahun 2013” Dalam skripsi ini
terdapat beberapa kemiripan didalam pembahasan, diantaranya mengenai Pola
Strategi Kemenangan, dalam Skripsi ini membahas mengenai Proses kemenangan
Anton-Sutiaji yang Notabane partai Pengusungnya adalah partai kecil yang tidak
banyak Suara partainya. Perbedaannya dengan penelitaan yang akan Penulis tulis
adalah penulis lebih membahas mengenai proses pencalonan Pasangan calon maju
secara perseorangan serta bagaimana relevansinya dengan demokrasi di Indonesia.
Tesis karangan Irma Fitriana Ulfah “Calon Perseorangan Dalam Pilkada Di
Kabupaten Patih Tahun 2011” Dalam Tesis ini membahas persoalan Marketing
calon-calon perseorangan yang ada di Patih, akan tetapi dalam tesis ini lebih
14
membahas bagaimana mekanisme calon dalam kampanye agar dapat diterima
dimasyarakat. Pada Tesis diatas menjelaskan strategi kampanye mengenai calon-
calon perseorangan yang berada di Kota Patih, bagaimana isi tesis tersebut
mendeskripsikan mengenai kampanye-kampanye calon perseorangan. Berbeda
dengan Skripsi Penulis yang akan ditulis, penulis memfokuskan mengenai relevansi
serta bagaimana calon perseorangan ini bisa lolos kualifikasi bakal calon pada proses
Pilkada.
Skripsi Dalilah “Analisa Calon Perseorangan Dalam Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) Kota Bandar Lampung Tahun 2015” Dalam Skripsi ini
mengetahui dan menganalisa motivasi dan strategi yang dimiliki pasangan calon
perseorangan, M yunus dan Ahmad Muslimin pada Pilkada Kota Bandar Lampung
pada tahun 2015. Perbedaannya dengan penelitaan yang akan penulis tulis adalah
penulis lebih membahas mengenai proses pencalonan pasangan calon maju secara
perseorangan serta bagaimana relevansinya dengan demokrasi di Indonesia
Dengan demikian banyak masalah pada pencalonan perseorangan pada Pilkada,
banyak calon-calon perseorangan yang bermunculan, apa yang mendasari calon
perseorangan ini menguat, bagaimana relevansinya dengan demokrasi di Indonesia.
Maka dari itu penulis ingin membahas mengenai ”RELEVANSI CALON
PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA
(STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN PASANGAN CALON OBON
TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)
15
Pada pembahasan ini lebih terkonsentrasi pada permasalahan mengenai konsep
Pilkada dan relevansi calon perseorangan dalam demokrasi di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu
sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis. yang
mana pada penelitian ini menjawab dan menjelaskan secara mendalam mengenai
peristiwa, kejadian pada saat sekarang.21
Untuk memperoleh bahan yang diperlukan
didalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu
dengan cara membaca, mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang
menjadi pembahasan. Selain itu dalam penjabaran skripsi ini penulis menggunakan
cara meringkas dan wawancara agar mendapatkan data yang lengkap dan
mendalam.22
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi. Sedangkan penelitian dilakukan
dengan cara bertahap hingga penelitian selesai.
3. Sumber Data
Dalam penyusunan ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu :
21
Prasetya Irwan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN Press, 2000), 61- 62 22
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015), 362.
16
a. Data Primer
Data Primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari sumber
asli yang tidak melalui perantara. data berupa opini subjek atau individual
dan kelompok, hasil observasi dari suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan dan hasil dari pengujian metode yang digunakan dalam
observasi.23
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data sumber penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara data sekunder
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun didalam arsip
dan dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. sumber data sekunder
diperoleh dari hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, antra lain buku,
jurnal, artikel, Koran online, browsing data internet, dan berbagai
dokumen pribadi maupun resmi yang membahas tentang relevansi calon
perseorangan.24
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan metode
studi yaitu dengan:
23
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci , 363. 24
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci, 363.
17
a) Wawancara yaitu dengan mewawancarai objeknya secara langsung yang
akan dijadikan bahan penelitian.
b) Dokumentasi yaitu melihat data-data dan buku-buku yang dijadikan
objek penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh kemudian disusun dan dianalisis secara sistematis
dengan menggunakan metode deskriptif analisis.
6. Teknik Penulisan
Adapun dalam teknik penulisannya, penulis mempergunakan teknik yang
biasa digunakan dalam karya ilmiah yang dalam hal ini berpedoman kepada buku
pedoman penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari lima bab. Bab pertama tentang
pendahuluan yang mencakup pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan
manfaat, tinjaun pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua
tentang krangka teori dan konsep. Bab ketiga tentang profil calon Obon Tabroni dan
Bambang Sumaryono dan ketetapan sebagai calon perseorangan pada Pilkada di
Kabupaten Bekasi tahun 2017. Bab keempat tentang relevansi calon perseorangan
dalam demokrasi di Indonesia dan menjelaskan Obon Tabroni dan Bambang
18
Sumaryono maju secara perseorangan di Pilkada Kabupaten Bekasi tahun 2017. Bab
kelima penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
19
BAB II
KRANGKA TEORI DAN KONSEP
A. Teori Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos
yang berarti kekuasaan atau berkuasa bisa disebut dengan rakyat berkuasa.1
Demokrasi dapat diartikan sebuah bentuk atau sistem pemerinthan yang pada
umumnya melibatkan rakyat, atau dengan perantara dari keterwakilan rakyat.
Gagasan ini mengutamakan persamaan dan hak kewajiban atas perlakuan yang sama
atas semua warga Negara.2 Dengan kata lain demokrasi memberikan kebebasan bagi
masyarakat untuk memberikan sumbangsih pemikiran atau suaranya tanpa ada
tekanan dari pihak manapun.
Demokrasi merupakan ruang lingkup yang luas apapun bentuknya, setiap
negara yang menganut sistem demokrasi memiliki fenomena yang sangat menarik di
bicarakan. Negara Indonesia merupakan negara yang menjalankan sistem demokrasi,
proses demokrasi di Indonesia tidak luput dengan nilai subtansinya dan berjalan
sesuai dengan aturan yang sudah disepakati. Demokrasi memiliki makna bahwa
1Ardhyanta Sivadabert Purba, “Potret Pandangan Akademisi di Jurnal FISIP UGM Mengenai
Permasalahan Demokrasi di Indonesia”, Jurnal Politik Muda 4 (Januari-Maret 2014): 6. 2Kamus Online, Kamus Besar Bahasa Indonesia https://www.kbbi.web.id/demokrasi. diunduh
pada tanggal 30 Maret 2018.
20
setiap masyarakat mensepakati makna dari demokrasi itu sendiri, akan tetapi proses
demokrasi harus berjalan dengan baik dan sesuai. Demokrasi yang kuat harus sesuai
dengan kehendak pada rakyat dengan tujuan untuk mencapai kebaikan atau
kemaslahatan bersama. Inilah makna dari demokrasi, oleh karna itu demokrasi mesti
berkaitan dengan persoalan keterwakilan rakyat.3
Menurut Jean Jaques Rousseau dalam Thalha demokrasi adalah sebuah tahapan
yang harus dijalankan oleh sebuah Negara yang menganut demokrasi dengan tujuan
untuk mendapatkan sebuah kesejahteraan. Demokrasi bagi sebuah Negara merupakan
unsur penting karena sistem demokrasi memberikan pembelajaran menuju
perkembangan ketatanegaraan yang lebih sempurna.4
Transisi demokrasi dimulai antara tahun 1974 dan tahun 1990. Dalam hal ini
demokrasi menjadi bentuk dalam pemerintahan, secara konsep demokrasi terjadi
karena pergolakan revolusioner masyarakat barat pada akhir abad ke 18. Hal ini
menunjukan bahwasaanya demokrasi menjadi bentuk pemerintahan yang
didefinisikan berdasarkan aturan atau wewenang bagi pemerintahan dengan tujuan
untuk membentuk pemerintahan yang prosedural dan melayani masyarakat.5
Menurut Joseph Schumpeter dalam Sistem pemerintahan pemimpin lahir dari
dasar kelahirannya atau latar belakangnya seperti keturunan, kekayaan, atau
3HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen,” Jurnal Hukum 16 (Juli 2009): 413. 4HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen, 415. 5A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga (Jakart: PT Pustaka Utama Grafiti), 4.
21
pengetahuan yang dimilikinya. Prosedur didalam demokrasi adalah pemilihan para
pemimpin yang dipilih secara kompetitif oleh rakyat dan menghasilkan pemimpin
untuk pemerintahan, dengan tujuan untuk menjalankan sebuah pemerintahan. Selain
itu menurut Joseph demokrasi adalah metode prosedur kelembagaan untuk mencapai
keputusan bersama yang didalamnya melibatkan individu-individu dengan tujuan
memperoleh kekuasaan melalui proses kompetitif dalam memperoleh suara rakyat.6
Proses demokrasi seperti ini mendefinisikan sistem politik pada abad ke-20
sebagai bentuk demokratis. Sistem ini dipilih melalui pemilihan umum yang adil,
jujur dan berkala, dalam sistem ini calon bisa berkontestasi dan bersaing untuk
memperoleh suara dari penduduk atau masyarakat yang memiliki hak suara, dapat
disebut dengan msyarakat yang dewasa. Demokrasi seperti ini mengandung dua
dimensi yaitu kontes dan partisipasi hal ini yang sangat menentukan bagi demokrasi
atau poliarki yang dikemukakan oleh Robert Dahl dalam Setiwan Abdi.7
Setiap Negara memiliki aturan dan memiliki sistem didalam Negaranya, setiap
Negara yang merdeka memiliki hak dan kewenangan dalam mengambil kebijakan
didasarkan dengan landasan Negara tersebut. Negara Indonesia menganut sistem
6A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga, 5.
7A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga, 6.
22
Demokrasi terhitung sejak Pemilu pertama di tahun 1955 setelah 10 tahun Indonesia
merdeka.8
Negara Indonesia sudah menjalankan demokrasi hal ini mengacu pada aturan
UUD 1945, yang mana sangat jelas sudah dimuat pada pembukaan Undang Undang
Dasar yang berbunyi “Kerakyatan yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan” hal ini sangat jelas bahwasannya Negara
Indonesia sangat demokratis kerakyatan dan permusyawaratan maksudnya adalah
kerakyatan (daulat rakyat) dan permusyawaratan (kekeluargaan).9
Pemilihan Umum 1955 memiliki tujuan yaitu untuk memilih konstituante dan
DPR untuk menyusun Undang-undang Dasar. dengan Pemilu ini bisa
menyempurnakan konstituante dan menyempurnakan Undang-undang Dasar yang
masih bersifat sementara. Dalam Sebuah pidato Sukarno yang di sampaikan pada 17
Agustus 1945 dalam isi pidatonya menyampaikan, Pemilu hanyalah satu jalan
penyempurnaan secara demokratis dengan tujuan untuk melanjutkan usaha
pelaksanaan cita-cita revolusi nasional.10
Demokrasi merupakan salah satu upaya untuk membangun pemerintahan yang
lebih baik karena dalam prosesnya menyatukan kesamaan antara kelompok dan
8Sejarah Pemilu di Indonesia dan Hasil Pemilu Tahun1955, 1971, 1977, 1982, 1999 dan 2005
http://www.landasanteori.com/2015/10/sejarah-pemilu-di-indonesia-dan-hasil.html. diunduh pada
tanggal 30 Maret 2018. 9Pemimpin MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-20014, Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI, 2012), 68. 10
Herberth Feith dan Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, 62.
23
golongan. Pada konsepnya demokrasi harus melibatkan rakyat untuk ikut serta dalam
memerintah baik secara langsung atau tidak langsung. Dengan kata lain demokrasi
menunjukan pada parakteknya atau sistem untuk menjalankan kedaulatan rakyat.
Secara garis besar demokrasi dalah konsep suatu negara yang menjalankan
pemerintahanya.11
Dalam sebuah penyelenggaraan demokrasi, sistem ini merupakan unsur yang
sangat penting, hal ini digaris bawahi dengan adanya keberlangsungan kehidupan
bernegara. Kaitanya dengan konsep pemerintahan memiliki unsur-unsur yang saling
berhubungan antara rangkaian dan capaian. Tujuannya adalah menjamin
keberlangsungan eksitensi unsur-unsur yang ada pada negara tersebut. Dengan kata
lain antara pemerintahan dengan masyarakat harus saling berkaitan.12
Hal ini di pertegas oleh Almond dan Verba dalam David Held, bahwa sebuah
konsensus yang paling mendasar adalah nilai-nilai politik secara umum yang
mensepakati bahwasaanya dalam demokrasi harus ada persamaan, prestasi dan
prosedur yang mana hal tersebut akan memberikan legitimasi terhadap susunan sosial
dan politik saat ini.13
Dalam hal ini demokrasi harus memiliki prosedur yang jelas
11
Efriza Yoyoh Rohaniah, Pengantar Ilmu Politik:Kajian Mendasar Ilmu Politik (Malang:
Instrans Publishing, 2015), 261. 12
Muliadi Anangkota, “Klafikasi Sistem Pemerintahan Prespektif Pemerintahan Moderen
Kekinian, Jurnal Ilmu Pemerintahan 3 jurnal.unpad.ac.id/cosmogov/article/download/14725/7020.
diunduh pada tanggal 4 April 2018, 148. 13
David Held, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy (Jakarta: Akbar Tandjung Institute,
2006), 217.
24
serta proposional dan ada persamaan antara pemerintah dengan rakyat dan secara
garis besar harus sesuai dan terlegitimasikan.
Sistem pemerintahan yang digunakan di negara Indonesia salah satunya adalah
sistem demokrasi presidesial, dalam hal ini pemerintahan yang berpusat pada
kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala
pemerintahan negara. Dalam konsep demokrasi ini eksekutif tidak bergantung dengan
legislatif, kedudukan dari kedua badan ini eksekutif lebih kuat dalam menghadapi
legislatif, dengan kata lain eksekutif lebih mempunyai otoritas. Menurtu Jimly
Assidhiddiqie sistem demokrasi presidensial ini memliki kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihanya adalah sistem demokrasi presidensial ini lebih
menjamin stabilitas pemerintahan, sedangkan kekuranganya sistem ini lebih
cenderung menempatkan eksekutif memiliki pengaruh kekuasaan yang lebih besar.14
Menurut Bagir Manan pemerintahan yang menganut sistem demokrasi
presidensial memiliki subsistem pemerintahan republik, karna sistem ini hanya bisa
berjalan dengan negara yang menganut sistem republik. Negara yang menggunakan
sistem demokrasi presidensial ini memiliki prinsip, prinsip dalam pemerintahan
presidensial yaitu, pertama kedudukan kekuasaan antara eksekutif dengan legislatif,
presiden merupakan eksekutif tunggal dan tidak bisa terbagi kekuasaanya, kedua
kepela pemerintahan merupakan presiden langsung sekaligus kepala negara, ketiga
14
Cora Elly Novianty, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan,” Jurnal Konstitusi 10 (Juni 2013):
342.
25
presiden memiliki otoritas dalam mengangkat atau mencopot mentrinya yang
sebagaimana membantu presiden dalam pemerintahan, keempat anggota parlemen
tidak bisa menduduki jabatan eksekutif dan sebaliknya eksekutif tidak bisa
menduduki jabatan parlemen, kelima presiden tidak memiliki hak atau tidak bisa
membubarkan parlemen dan pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat secara
penuh.15
Ini yang menjadikan sistem demokrasi presidensial lebih proposional
dibandingkan dengan sistem demokrasi lain, karena pada prosesnya sistem ini
terpusat pada presiden dan presiden tidak lagi menjadi simbol negara melainkan
presiden memiliki otoritas penuh. Akan tetapi semua itu dilandaskan pada aturan dan
Undang-undang negara.
B. Teori Partisipasi Politik
Partispiasi politik adalah kegiatan warga Negara yang mana bertindak sebagai
pribadi-pribadi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan hal ini
yang di katkan oleh Huntington dan Nelson dalam Muhamad.16
Selain itu Partisipasi
merupakan bagian terpenting dalam demokrasi, hal ini digaris bawahi dengan adanya
moderenisasi politik. Secara garis besar keterlibatan masyarakat tidak luput dari
artikulasi kepentingan masyrakat didalam sebuah Negara.
15
Cora Elly Novianty, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan,” Jurnal Konstitusi, 342. 16
Muhamad Ramli, “Partisipasi Politik Masyarakat Desa Kadungdung Kecamatan Labuan
Amas Utara Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pada Tahun 2010,” Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal 2 (Juli- Desember 2013): 322.
26
Akan tetapi pada prakteknya masyarakat cenderung tidak diperhitungkan dalam
proses-proses politik. Hasilnya banyak masyarakat yang tidak memilih dalam ajang
kontestasi politik seperti pemilihan presiden, kepala daerah ataupun legislatif.17
Maka
dari pada itu pentingnya partisipasi politik agar pemerintahan berjalan dengan baik
dan benar agar sesuai dengan UUD Negara Republik Indonesia.
Bentuk dari partisipasi politik dapat tergambarkan dengan adanya aktivitas
politiknya. Dalam prakteknya seperti pemungutan suara atau yang dikenal dengan
voting yang mana masyarakat atau warga Negara berhak memilih calon kandidat
dalam konteks politik.18
Hal ini bisa dikatakan partisipasi politik yang mana setiap
masyarakat bisa menyalurkan suaranya serta bisa memberikan subangsih ide atau
gagasan dalam kontestasi politik. Menurut Ramlan Surbakti adalah partisipasi politik
merupakan keterlibatan atau keikut sertaan masyarakat dalam menentukan keputusan
yang mempengaruhi calon pejabat publik terpilih atau tidaknya.19
Herbert McClosky mengatakan dalam Miriam bahwa partisipasi politik adalah
kegiatan sukarela masyarakat yang mengambil keputusan dalam sebuah proses
pemilihan secara langsung atau tidak langsung.20
Partisipasi politik dalam hubungan
dengan demokrasi sangatlah relevan karena pada prakteknya, partisipasi berpengaruh
17
Sudjiono Sastroatmodjo, Perilaku Politik (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), 56. 18
Muhamad Ramli, “Partisipasi Politik Masyarakat Desa Kadungdung Kecamatan Labuan
Amas Utara Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pada Tahun 2010,” 323. 19
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2007), 140. 20
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
367.
27
terhadap legitimasi jalannya sebuah pemerintahan. Misalnya dalam pencalonan
Pilkada di daerah partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi pasangan calon
yang terpilih. Karena pada kerjanya masyarakat memiliki hak untuk menentukan
pilihanya, bisa dikatakan pejabat daerah atau tokoh politik yang terpilih dalam ajang
kontestasi politik ditentukan oleh masyarakat. Maka daripada itu keterlibatan
masyrakat dalam politik sangatlah penting.
Partisipasi politik dalam proses demokrasi dapat menjadi kunci utama dalam
pemenangan calon pada kontestasi politik. Dalam hal ini menurut Ramlan Surbakti
partisipasi politik terbagi menjadi dua, yang mana pada kaitanya masing-masing
memiliki efek yang baik. Pertama adalah partisipasi aktif yang mana pada hal ini
memberikan kritikan atau masukan terhadap pemerintah yang mana pada tujuannya
untuk membangun pemerintahan yang baik. Kedua adalah partisipasi pasif yang mana
partisipasi ini berbeda dengan partisipasi aktif, karena partisipasi pasif lebih
mengikuti, menerima dan melaksanakan hasil dari keputusan pemerintah.21
Hal ini
partisipasi dalam konteks pemerintahan. Dalam konteks partisipasi politik memilih,
memiliki kecenderungan yang berbeda yang mana pada prakteknya partisipasi aktif
memberikan dukungan serta terlibat dalam proses pemenangan kandidat, partisipasi
pasif sebaliknya hanya mendukung saja dan tidak terlibat apa-apa.22
21
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 142. 22
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 142.
28
Milbert dan Goel Membedan kriteria partisipasi politik masyarakat menjadi tiga
yang mana dalam hal ini mengklasifikasikan calon pemilih dalam proses demokrasi,
menurutnya adalah pertama apatis, yang mana dalam prakteknya masyarakat yang
cenderung menarik diri dalam proses politik, kedua spectator yang mana dalam hal
ini masyarakat cenderung flat tetapi pada prakteknya pernah ikut serta dalam
momentum politik, ketiga gladiator klafikasi ini berbeda dengan apatis dan spectator
karena pada prakteknya gladiator menjadi garda terdepan dalam proses politik,
mengapa demikian gladiator pada prakteknya terlibat aktif dalam proses politik,
seperti menjadi ketua tim pemenangan, menjadi juru bicara terlebih menjadi kepala
bagi kelompok-kelompok dan lain sebagainya dalam kontestasi politik.23
Dengan demikian partisipasi politik didalam demokrasi harus diperhitungkan,
karena dalam hal ini menjadi penentu bagi calon kandidat, terlebih keterlibatan
masyarakat terhadap kandidat bisa menjadi kekuatan politik bagi calon kandidat.
Kendati demikian proses demokrasi tidak luput dengan adanya partisipasi politik
bahwa partisipasi masyarakat menjadi kunci utama bagi kandidat calon untuk
memenangkan kontestasi politik. Disamping itu partisipasi masyarakat dalam sebuah
pemerintahan menjadi komponen penting agar pemerintahan yang berjalan akan
seimbang dan menjadi lebih baik.
23
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen (Jakarta: Kencana, 2007),
394
29
C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Indonesia negara yang cukup muda dan baru menjalankan sistem demokrasi
jauh dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika serikat. Walaupun demikian
Negara Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Akan tetapi Indonesia masih
harus banyak belajar untuk menjadi negara yang lebih matang secara politik serta
harus mampu lebih dewasa dalam menyikapi situasi politik. Sejak berdiri negara ini,
Indonesia memilih untuk menerapkan sistem demokrasi. Bentuk negara yang dipilih
adalah negara kesatuan.24
Pilkada bukan lagi peristiwa baru melainkan dalam sejarah Indonesia, tercatat
di negara Indonesia khususnya sudah menyelenggarakan Pilkada sejak tahun 1955
dan tercatat sukses menjalankannya. Selain itu negara Indonesia sudah melalukan
Pilkada dengan jujur adil dan rahasia.25
Negara Indonesia menggunakan sistem yang termodifikasi yang pada dasarnya
setiap pemilih memiliki satu suara dan setiap anggota parlemen mewakili dari jumlah
penduduk. Akan tetapi sisa suarnya tidak hilang melainkan digabung dengan jumlah
suara dari partai yang sama.26
Sistem ini yang sekarang di terapkan di negara kita,
sistem seperti ini merupakan hasil dari beberapa kali negara Indonesia melakukan
24
Firmanzah Ph.D, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008), xxiv-xxv. 25
Nanik Prasetyoningsih, “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi
Indonesia,” Jurnal Media Hukum 21 (Desember 2014) : 244 26
Marulak Pardede, “Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia” Jurnal Rechts Vinding,
Media Pembinaan Hukum Nasional 3 (April 2014): 88.
30
Pilkada dan sistem ini sangatlah adil dan proposional untuk memilih calon pemimpin.
Dengan satu orang memiliki hak pilih satu suara.
Berdasarkan Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota disebutkan bahwa Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah
peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten atau Kota.27
Undang-undang Pilkada ini memiliki makna bahwasaanya siapapun dari jalur
apapun diperbolehkan mencalonkan diri untuk ikut serta dalam kontestasi disetiap
daerah. Hal ini harus digaris bawahi bahwahi dengan adanya perwujudan demokratis
yang tidak mendiskriminasikan siapapun agar pemimpin yang terpilih nantinya akan
menjalankan pemerintahan dengan baik dan berkualitas serta melahirkan pemimpin
yang beintergritas.
Pilkada serentak ini dipertegas dalam Undang-undang Nomor 8 tahun Pasal 3
Ayat 1 2015 bahwasanya Pilkada merupakan sistem demokrasi yang dilakukan setiap
lima tahun sekali, dalam proses Pilkada dilakukan secara bersama pemilihan
Gubernur Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
27
UU Republik Indonesia No 8 tahun 2015 pasal 1 ayat 4, Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Wlikota.
31
dilaksanakan setiap lima tahun sekali secara serentak di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.28
Pilkada serentak memiliki tujuan untuk penguatan konsolidasi demokrasi
disetiap daerah di Indonesia. Tujuan dari Pilkada serentak adalah untuk menciptakan
penyelenggaraan yang effesien dan effektif. Selain itu untuk memperkuat
kepercayaan antara masyarakat dengan kepala daerahnya dan menciptakan
pemerintahan daerah yang efektif dan efifien dengan tujuan membentuk
pemerintahan yang demokratis.29
Dalam proses Pilkada ini bertujuan untuk memilih
calon kepala daerah. Mengenai Pilkada harus disiapkan sebaik mungkin Pilkada harus
disiapkan dengan baik, sehingga ke depannya proses pemilihan yang melibatkan
rakyat akan lebih efesien dan berkualitas.
Menurut Pipa Norris menyatakan dalam bukunya Why Electoral Integrity
Matters bahwasaanya Pilkada itu harus berintegritas karena dalam menjalankannya
harus dengan baik dan benar, maka pemimpin yang dihasilkan akan berkualitas dan
memiliki intergritas yang tinggi serta dapat menghasilkan sebuah kebijakan yang
berpihak kepada rakyat dan memiliki manfaat positif untuk yang lainya.30
Maka dari
itu menyelenggarakan Pilkada harus sesuai dengan aturan serta sistem yang
digunakan harus proposional.
28
UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1, Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang. 29
Titi Anggraini “Evaluasi Pilkada Serentak 2015”, Pemilu dan Demokrasi, 8 (April 2016): iii. 30
Ferdinand Eskol Tiar Sirait, Evaluasi Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah 2017 (Jakarta: Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia, 2017), 2.
32
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dimengerti bahwa “Peserta Pilkada”
adalah seseorang yang ikut serta atau mengambil bagian dalam Pilkada dan sesuai
dengan aturan yang berada di Undang-undang. Pada konsep ini proses Pilkada
menjadi wadah penyaring calon pemimpin, proses pelaksanaanya berdasarkan
kedaulatan rakyat dan diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
33
BAB III
PROFIL OBON TABRONI DAN BAMBANG SUMARYONO DAN
KETETAPAN SEBAGAI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DI
KABUPATEN BEKASI TAHUN 2017
A. Profil Serta Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono
1. Profil Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono
Obon Tabroni merupkan salah satu tokoh buruh Indonesia yang berkarir di
dunia politik, dalam sepak terjangnya Obon sudah sekian kali merasakan angin
kencang politik, terlebih dalam kanca politik di Indonesia khususnya di Kabupaten
bekasi Obon Tabroni mencalonkan diri sebagai calon Perseorangan pada Pilkada di
Kabupaten Bekasi 2017 lalu didampingi oleh Bambang Sumaryono walaupun
pasangan calon ini tidak terpilih dalam Pilkada Kabupaten Bekasi akan tetapi calon
Perseorangan ini akan terus berjuang bersama masyarakat.1
Latar belakang Obon Tabroni, Obon Tabroni Lahir di Bekasi, Jawa Barat
Indonesia 27 Oktober 1972 Obon adalah aktifis buruh metal yang tergabung dalam
Fedrasi Serikat Pekerja Metal Indonesia FSPMI. Pertama Kalinya Obon mengenal
1Kabar Buruh, “Obon Tabroni Sampaikan Terimakasih Atas Dukungan Kepada Masyrakat
Kabupaten Bekasi.” http://kabarburuh.com/2017/02/16/obon-tabroni-sampaikan-terima-kasih-atas-
dukungan-rakyat-di-pilkada-kab-bekasi/. diunduh pada tanggal 4 April 2018.
34
tokoh buruh Indonesia yaitu Said Iqbal. Obon sampai saat ini menjabat sebagai
Direktur FSPMI dan masih aktif bergriliya pada aktifitas sosialnya.2
Selain itu Bambang Sumaryono seringakali dibicarakan selama proses Pilkada
di Kabupaten Bekasi karena, kesedianya yang mau mendapampingi Obon dalam
Pilkada 2017. Bambang Sumaryono atau dengan sapan Bambang ini memiliki latar
belakang yang sangat berbeda dengan Obon Tabroni, terlebih dalam dunia politik dan
gerakan buruh namanya sangat asing terdengar. Bambang Surayono adalah seorang
manajer di sebuah perusahaan swasta di Kabupaten Bekasi, walaupun namanya tidak
mencuat, namun ia pernah mejadi tim sukses dalam pemenangan salah satu kandidat
calon bupati pada Pilkada 2007 silam.3 Akan tetapi hal ini tidak menunutup
kemungkinan bahwasaanya pasangan calon Perseorangan ini memiliki keseriusan
dalam kontestasi di Pilkada Kabupaten Bekasi 2017.
Kendati demikian dari berbagai latar belakang calon ini, masing-masing
memiliki pengalaman serta manajeman yang bagus, Obon Tabroni dengan latar
belakang buruh serta aktifitas sosialnya cukup diperhitungkan, selain itu bambang
sumaryono melalui latar belakangnya sebagai manajer dan didorong pengalaman
politiknya sebagai tim sukses pada Pilkada 2007 ini menjadi satu kesatuan yang
sangat baik untuk menopang calon Perseorangan ini dalam proses Pilkada. Dengan
2Tirto.id, “Obon Tabroni.” https://tirto.id/m/obon-tabroni-1Q diunduh pada tanggal 4 April
2018. 3Kabarburuh.com, “Bambang Sumaryono Dampingi Obon Tabroni Pada Pilkada Kabupaten
Bekasi” http://kabarburuh.com/2016/06/24/bambang-sumaryono-dampingi-obon-tabroni-pada-pilkada-
kabupaten-bekasi/. diunduh pada tanggal 4 April 2018.
35
kata lain, latar belakang ke orang ini bias menjadi modal awal untuk mengikuti proses
pada Pilkada.
2. Visi dan Misi Obon Tabroni dan bambang Sumaryono Dalam Pilkada
Kabupaten Bekasi 2017
Penerapan pada visi dan misi dalam sebuah perusahaan sangatlah penting
karena dalam prosesnya untuk menentukan arah dan tujuan agar bias berkembang. hal
ini yang disampaikan oleh Woiceshyn dan Falkenbergh. Dalam konsep ini
menawarkan proses perjalanan suatu perusahaan agar berjalan dengan baik, visi dan
misi menjadi ukuran seberapa jauh baik dan buruknya perusahaan tersebut serta visi
dan misi menjadi nilai jual kepada calon claen. 4 Begitu juga visi dan misi dalam
politik terlebih dalam pencalonan Pilkada, hal ini menjadi sebuah ukuran seberapa
jauh calon merumuskan program kerja selama lima tahun kedepan serta visi dan misi
ini menjadi nilai jual terhadap calon pemilih yaitu masyarakat.
Dalam hal ini pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono
memiliki visi dan misi yang menjadi kampanyenya selama proses Pilkada di
Kabupaten Bekasi 2017. Visi dan misi pasangan perseorangan ini cukup menarik
perhatian masyarakat karena visi dan misi yang dikampanyekan berbeda dengan
kandidat lain dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyrakat khususnya
4Wawan Wongso, “Perumusan Visi, Misi dan Valeu Statement Serta Standarisasi Proses Bisnis
Perusahaan Yang Berbasis Bisnis Keluarga,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 3 (Tb
2014): 3.
36
Kabupaten Bekasi. Visi dan misi yang ditawarkan berdasarkan kurangnya pencapaian
dari pemimpin yang menjabat.
Berikut visi dan misi yang di tawarkan oleh Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono selama Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017:5
Visi:
mewujudkan Bekasi yang sehat, berkarakter, berkreasi dengan pemerintah yang
bersih dan berkeadilan.
Misi:
a. Memperbaiki kualitas hidup masyarakat Bekasi.
b. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
c. Melibatkan warga dalam menyusun kebijakan dan penyusunan anggaran
pemerintah daerah.
d. Meningkatkan kualitas dan kompetensi masyarakat Bekasi dan menciptakan
Bekasi yang mengayomi.
e. Melindungi segenap kelompok masyarakat terutama kelompok rentan.
Inilah visi dan misi yang ditawarkan oleh pasangan perseorangan dalam Pilkada
Kabupaten Bekasi 2017. Visi dan misi ini cenderung banyak melibatkan masyarakat,
dengan kata lain pasangan calon perseorangan ini memprioritaskan masyarakat
5Detik.com, “Melihat Visi dan Misi Cabup dan Cawabup Bekasi,”
https://news.detik.com/berita/3330639/melihat-visi-dan-misi-5-cabup-cawabup-bekasi. diunduh pada
tanggal 4 April 2018.
37
terlebih dalam mengatur kebijakan dan anggaran yang ada dalam point c diatas,
sangat jelas sekali pasangan calon ini melibatkan sepenuhnya masyarakat apabila
calon perseorangan ini terpilih.
Kendati demikian visi dan misi menjadi salah satu unsur penting dalam
meyakinkan calon pemilih, selain itu visi dan misi dapat dijadikan nilai jual untuk
masyarakat seperti penjelasan di atas, visi dan misi sebagai acuan jalanya sebuah
perusahaan, organisasi atau pemrintahan serta visi dan misi bisa menjadi nilai jual
tersendiri.
B. Aturan Mengenai Calon Perseorangan Dalam Pilkada
Pengaturan Pilkada di Indonesia menjadi sebuah subtansai atau implementasi
terhadap Undang-undang tersebut. Aturan Pilkada banyak diatur dalam Undang-
undang seperti dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, Undang-undang Nomor
12 tahun 2008 yang pada Undang-undang tersebut memberikan ruang terhadap
pengaturan yang lebih komprehensif dari masing-masing isu yang akan menjadi
kelancaran terhadap pemerintahan daerah secara keseluruhan. Seperti mengenai
pembahasan tentang calon perseorangan yang maju di daerah.6
Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu unsur penting dalam demokrasi,
dalam hal ini proses pencalonan Pilkada tidak luput dari aturan Pemilu. Pada
prosesnya setiap calon harus mengikuti syarat dan ketentuan yang sudah diatur dalam
6Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau
Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 148.
38
Undang-undang. Fungsinya agar calon sesuai dengan kriteria dan tidak melewati
batas ketentuan. Selain itu Pilkada bertujuan untuk menyaring tokoh politik atau
tokoh masyarakat serta kader-kader partai yang berpotensi yang nantinya akan
memimpin kepala daerah. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pasal 1 ayat 4 bahwasanya,
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota adalah pemilihan untuk memilih
Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokratis dalam negara kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia.7
Selain itu didalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota disebutkan bahwa Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah peserta
pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten atau Kota.8 Dalam Undang-Undang ini menegaskan bahwa untuk menjadi
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak harus melalui jalur partai politik
melainkan bisa maju melalui perseorang apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang
sudah diatur oleh Undang-undang.
7Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2011 Pasal 1 Ayat 4, Tentang
PenyelenggaraanPemilihan Umum. 8UU Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4, Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota.
39
Selain itu Pasal 41 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 pada intinya
Undang-undang ini mengatur persyaratan dukungan bagi calon perseorangan yang
medaftarkan diri sebagai Gubernur Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota,
Bupati dan Wakil Bupati. Di dasarkan pada hitungan persentase dukungan yang
menjadi landasan atas jumlah penduduk yang telah mempunyai hak pilih dan tercatat
dalam daftar calon pemilih tetap di daerah yang bersangkutan terhitung dari
pemilihan umum sebelumnya.9
Calon perseorangan yang akan terlibat dalam pemilihan Kepala Daerah harus
memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 41ayat 2 Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa:10
(2) Calon perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota jika memenuhi
syarat dukungan jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih dan termuat dalam
daftar pemilih tetap di daerah bersangkutan pada pemilihan umum atau Pemilihan
sebelumnya yang paling akhir di daerah bersangkutan, dengan ketentuan:
9Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau
Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015, 149 10
UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
Menjadi Undang-undang.
40
a. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar
pemilih tetap sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa
harus didukung paling sedikit 10% (sepuluh persen);
b. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar
pemilih tetap lebih dari 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) sampai dengan
500.000 (lima ratus ribu) jiwa harus didukung paling sedikit 8,5% (delapan
setengah persen);
c. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar
pemilih tetap lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan 1.000.000
(satu juta) jiwa harus didukung paling sedikit 7,5% (tujuh setengah persen);
d. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar
pemilih tetap lebih dari1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung paling
sedikit 6,5% (enam setengah persen); dan
e. jumlah dukungan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf d tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan
di kabupaten atau kota dimaksud.
Selain itu syarat untuk calon Perseorangan harus dengan surat dukungan yang
disertai dengan fotokopi penduduk dan hal ini di perjelas kembali pada Pasal 41ayat
3 dan 4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016. bahwasanyan:11
11
UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 3 dan 4, Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan
41
(3) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dibuat dalam
bentuk surat dukungan yang disertai dengan foto kopi Kartu Tanda Penduduk
Elektronik atau surat keterangan yang diterbitkan oleh dinas kependudukan dan
catatan sipil yang menerangkan bahwa penduduk tersebut berdomisili diwilayah
administratif yang sedang menyelenggarakan Pemilihan paling singkat 1 (satu)
tahun dan tercantum dalam daftar Pemilih tetap Pemilihan umum sebelumnya di
provinsi atau Kabupaten atau Kota dimaksud.
(4) Dukungan yang sebagaimana dimaksud pada ayat 3 hanya diberikan
kepada 1 (satu) pasangan calon perseorangan.
Dalam aturan Undang-undang ini mengatur calon perseorangan yang
mengikuti proses Pilkada. Beberapa pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepal daerah di Kabupaten Bekasi maupun dibeberapa Kabupaten atau Kota
pencalonan melalui jalur perseorangan ini sudah sangatlah jelas. Hal ini menunjukan
keterbukaan demokrasi dalam sistem Pilkada sudah sesuai, dengan kata lain
masyarakat bisa ikut serta dalam pencalonan tanpa harus melalui partai politik. Disisi
lain adanya Undang-undang ini dapat menjadi acuan masyarakat untuk bisa
mempesiapkan dirinya pada Pilkada.
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota Menjadi Undang-undang.
42
C. Ketetapan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Sebagai Calon
Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017
Ketetapan calon kepala daerah Kabupaten Bekasi 2017 di tetapkan oleh Komisi
Pemilihan Umum Daerah KPUD Kabupaten Bekasi, dalam hal ini masing-masing
dari pasangan calon menyiapkan persyaratan untuk menjadi kandidat calon. Dengan
proses yang diselenggarakan oleh KPUD Kabupaten Bekasi, dengan aturan Undang-
undang Pilkada. Masing-masing calon ditetapkan oleh KPUD dengan pengambilan
nomor urut yang fungsinya untuk mempermudah dalam berkampanye selama
Pilkada. Ketetapan ini dihadiri sejumlah pejabat serta ketua Panwaslu dan KPUD
Kabupaten Bekasi, serta diramaikan oleh pendukung pasangan calon yang ikut serta
dalam penetapan calon kepala daerah di Kabupaten Bekasi. Ketetapan berlangsung
dengan pengambilan nomor urut yang dilaksanakan di Hotel Sahid Jaya, Lippo
Cikarang, Selasa 25 Oktober 2016.12
Calon perseorangan dinyatakan lolos apabila sudah memenuhi syarat dan
prosedur. Dalam kaitanya pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono sudah
lolos tahap verifikasi pemberkasan selanjutnya ada tahap lanjutan yaitu verifikasi
faktual yang mana dalam proses ini cukup memakan waktu lama sampai tahap
penetapan. Adapun tahapan verifikasi faktual berdasarkan Undang-undang Nomor 8
12
Pikiran Rakyat, ”KPUD tetapkan 5 urut Pasangan calon di Kabupaten Bekasi 2016”
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-nomor-urut-5-pasangan-calon-
Pilkada-kabupaten-bekasi-383159: diunduh pada tanggal 04 April 2018.
43
tahun 2015 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota diatur didalam pasal 48
yang mana pada ketentuanya:13
(1) Verifikasi dukungan pasangan calon perseorangan untuk Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur dilakukan oleh KPU Provinsi dan untuk
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota dilakukan oleh KPU Kabupaten atau Kota yang dibantu oleh PPK
dan PPS.
(2) Pasangan calon perseorangan menyerahkan dokumen syarat dukungan
kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 28 (dua puluh
delapan) hari sebelum waktu pendaftaran pasangan calon dimulai.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 14
(empat belas) hari sejak dokumen syarat dukungan pasangan calon
perseorangan diserahkan ke PPS.
(4) Hasil verifikasi dokumen syarat dukungan pasangan calon perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam berita acara yang
selanjutnya diteruskan kepada PPK dan salinan hasil verifikasi disampaikan
kepada pasangan calon.
(5) PPK melakukan verifikasi dan rekapitulasi jumlah dukungan pasangan
calon untuk menghindari adanya seseorang yang memberikan dukungan
13
UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 48, Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1
Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang.
44
kepada lebih dari 1 (satu) pasangan calon dan adanya informasi manipulasi
dukungan yang dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari.
(6) Hasil verifikasi dukungan pasangan calon perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya
diteruskan kepada KPU Kabupaten atau Kota dan salinan hasil verifikasi
dan rekapitulasi disampaikan kepada pasangan calon.
(7) Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati, dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota, salinan hasil
verifikasi dan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dipergunakan oleh pasangan calon perseorangan sebagai bukti pemenuhan
persyaratan dukungan pencalonan.
(8) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota melakukan verifikasi dan
rekapitulasi jumlah dukungan pasangan calon untuk menghindari adanya
seseorang yang memberikan dukungan kepada lebih dari 1 (satu) pasangan
calon dan adanya informasi manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling
lama 7 (tujuh) hari.
(9) Mekanisme dan tata cara verifikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Persayaratan di atas menunjukan bahwa menjadi kandidat calon perseorangan
itu tidaklah mudah karena dalam prosesnya sangatlah panjang perlu adanya persiapan
yang matang untuk menjadi kandidat calon perseorangan. Dalam prakteknya harus
45
mempersiapkan KTP sebagai dukungan selain itu ada pengujian lapangan atau dapat
disebut dengan turun kelapangan langsung yang dilakukan oleh tim KPUD yang
mana membuktikan bahwa dukungan KTP tersebut benar atau tidak adanya. Akan
tetapi pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono mampu menjawab
tantangan tersebut. Pasangan calon ini mengikuti prosedur yang diberlakukan oleh
KPUD dan pasangan calon perseorangan ini dinyatakan lolos sebagai kandidat
perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017.
Selanjutnya Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD menetapkan lima
pasangan calon yang siap mengikuti Pilkada di Kabupaten Bekasi serta pengambilan
nomor urut yang menjadi tahap akhir dalam pencalonan pada Pilkada di Kabupaten
Bekasi.14
Dengan ini semua pasangan calon dinyatakan lolos dalam proses tahap
pencalonan dan siap mengikuti kontestasi dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi. Pada
tahapan ini KPUD mensepakati bahwasa pasangan calon perseorangan ini berhak
mengikuti Pilkada di Kabupaten Bekasi dan lolos pada tahap verifikasi.
Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dinyatakan lolos dengan surat
ketetapan KPU Kabupaten Bekasi dengan Nomor 279/KPU-Kab.011.329000/X/2016
yang langsung ditanda tangani ketua KPU Idham Holik dan pasangan Obon Tabroni
14
Pikiran Rakyat, ”KPUD tetapkan 5 urut Pasangan calon di Kabupaten Bekasi 2016”
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-nomor-urut-5-pasangan-calon-
Pilkada-kabupaten-bekasi-383159: diunduh pada tanggal 04 April 2018.
46
dan Bambang Sumaryono siap mengikuti kontestasi pada Pilkada di Kabupaten
Bekasi.15
Pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat ikut serta
mengikuti Pilkada di Kabupaten Bekasi. pasangan calon tersebut harus
mempersiapkan perangkat diantaranya adalah tim kampanye, posko pemenangan,
serta simpatisan yang siap mendukung Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono.
15
Sebekasi.com,“Pilbup Bekasi 2017: Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono”,
http://sabekasi.com/news/detail/2/1406/Pilkada-Bekasi-2017:-Ini-Visi-Misi-Obon-Tabroni-Bambang-
Sumaryono: diakses pada tanggal: diunduh pada tanggal 04 April 2018.
47
BAB IV
RELEVANSI DAN KEKALAHAN CALON PERSEORANGAN MAJU DI
PILKADA KABUPATEN BEKASI 2017 DALAM KAITANYA
DEMOKRATISASI INDONESIA
A. Relevansi Calon Perseorangan dalam Pilkada
1. Relevansi Calon Perseorangan
Pemilihan kepala daerah di Indeonesia sudah banyak mengalami perubahan dan
sangatlah beragam, dimulai dengan Pilkada secara langsung, Pilkada dengan
mekanisme Perwakilan dipilih melalui DPRD dan sekarang kembali pada Pilkada
secara langsung atau serentak. Hal ini digaris bawahi dengan Undang-undang Nomor
8 Tahun 2015 yang pada kaitanya membuka peluang bagi masyarakat yang ingin ikut
serta dalam Pilkada serta bisa mencalonkan diri tanpa partai politik dan maju secara
perseorangan pada Pilkada.1 Mengenai calon Perseorangan seringkali muncul di
setiap Pilkada, contohnya dalam Pilkada serentak tahun 2015 dan 2017 banyak
kandidat calon perseorangan yang ikut serta dalam Pilkada. Calon perseorangan
memiliki hak untuk berkontestasi, dipilih dan memilih dengan catatan harus sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Hal ini menunjukan bahwa keterkaitan calon perseorangan dalam Pilkada masih
signifikan dan masyrakat masih percaya dengan adanya calon perseorangan dapat
1Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada Ditinjau
Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015,” Refleksi Hukum 1 (TB 2017): 147.
48
dikatakan sebagai calon alternatif dalam Pilkada. Sesuai dengan konsep demokrasi
yang dikatakan oleh Robert Dahl dalam Setiawan Abdi demokrasi harus melalui
pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala, dalam sistem ini calon bisa
berkontestasi dan bersaing untuk memperoleh suara dari masyarakat yang memiliki
hak suara. Demokrasi seperti ini mengandung dua dimensi yaitu kontes dan
partisipasi hal ini yang sangat menentukan bagi demokrasi atau poliarki.2
Calon perseorangan merupakan konstitutional yang sudah ada pada putusan
Mahkamah konstitusi tahun 2007 yang dinyatakan sah untuk ikut berkontestasi dalam
Pilkada. Dengan adanya keputusan dari MK maka calon perseorangan bisa ikut serta
dalam pemilihan kepala daerah. Calon perseorangan yang dimaksud adalah pasangan
calon kepala daerah (Gubernur, Bupati, walikota dan wakilnya) yang pada proses
pencalonannya tidak melalui partai politik sebagaimana diatur dalam Undang-
undang.3
Mengenai calon perseorangan dalam Pilkada merupakan pasangan calon yang
konstitutional, karena dalam hal ini calon perseorangan sudah di putusan oleh
Mahkamah Konstitusi yang dibacakan pada tahun 2007 yang membolehkan calon
Perseorangan atau perseorangan ikut serta dalam Pilkada. Menurut Titi Angraini:
Calon perseorangan itu merupakan sesuatu yang konstitutional yang mana,
berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi yang dibacakan tahun 2007, calon
2A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga (Jakart: PT Pustaka Utama Grafiti), 6.
3Pratikno, “Calon Perseorangan, Kualitas Pilkada dan Pelembagaan Parpol,” Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik 10 (Maret 2007): 442.
49
perseorangan di anggap sah untuk ikut kontestasi dalam Pilkada.4 Pertimbangannya
bahwa aspirasi politik masyarakat tidak tersaimpakan dengan baik oleh calon yang
diusung oleh partai politik. calon perseorangan sebagai sarana penyaluran aspirasi
politik, calon perseorangan di anggap memiliki legitimasi dalam Pilkada. Selain itu
pasangan calon perseorangan muncul pertama kali di Aceh melalui UU no 11 tahun
2006 tentang pemerintahan aceh lalu kemudian MK memutuskan bahwa calon
perseorangan itu bukan hanya khas aceh saja melainkan bisa di abdosi dan di anggap
konstitutional serta bisa diterapkan di Pilkada se Indonesia dan di tahun 2008 mulai
di berlakukan.5
Wawancara di atas menjelaskan bahwa calon perseorangan dinyatakan sah dan
memiliki legitimasi. Hal ini sebabkan dengan adanya putusan dari Mahkamah
Konstitusi. Selain itu calon perseorangan dianggap bisa menjadi calon alternatif
dalam Pilkada. Karena calon perseorangan tidak terlibat dengan partai politik dan ini
yang menjadi nilai lebih untuk calon perseorangan terhadap masyarakat. Selain itu
calon perseorangan pertama kali ada di Aceh dan hal ini yang menjadi cikal bakal
adanya calon perseorangan dalam Pilkada. Dengan adanya putusan Mahkamah
Konstitusi tidak hanya di Aceh saja di berlakukannya calon peseorangan, melainkan
di daerah se-Indonesia dapat di berlakukan calon perseorangan ikut serta dalam
Pilkada.
Relevansi calon perseorangan bisa dikatakan sangatlah relevan dan signifikan
terlebih terhadap demokrasi yang ada di Indonesia. Konsep demokrasi di Indonesia
memiliki makna dipilih dan memilih, yang tertuang dalam Undang-undang 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum, Menimbang; bahwasanya, perwujudan sistem
4Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di
Rumah Titi Angraini. 5Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di
Rumah Titi Angraini.
50
ketatanegaraan yang demokratis dan berintegritas demi menjamin konsistensi dan
kepastian hukum serta pemilihan umum yang efektif dan efisien. Pemilihan umum
wajib menjamin tersalurkannya suara rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil.6
Menurut Titi Angraini keterkaitan calon perseorangan terhadap demokrasi di
Indonesia sangatlah relevan, selama masih dipilih dan terpilih calon perseorangan
menandakan bahwa calon perseorangan ini masih relevan bagi artikulasi kepentingan
masyarakat serta bisa menjadi wadah bagi masyarakat. Titi Angraini mengatakan
bahwa:
Ya selama dia masih dipilih dan terpilih menandakan bahwa, calon perseorangan
relevan bagi artikulasi kepentingan masyarakat dan calon perseorangan ini bisa
menjadi salah satu wadah yang memfasilitasi aspirasi politik warga bagi masyarakat.
Buktinya dia terpilih dan dipilih. Kita tidak bisa melihat angka perbandinganya itu
calon dari parpol dipilih dari 90% lebih sedangkan calon perseorangan hanya 1% lalu
kita anggap calon perseorangan kita anggap tidak relevan, tidak seperti itu. Dengan
terpilihnya calon perseorangan meskipun kecil atau tetap ada masyarakat yang
memilih calon perseorangan artinya ada saluran politik yang terwadahi dengan
kehadiran mereka.7
Wawancara di atas menunjukan bahwa calon perseorangan sangatlah relevan
terhadap demokrasi di Indonesia, khususnya terhadap pencalonan di Pilkada.
Terhitung dengan adanya artikulasi kepentingan politik masyarakat serta calon
perseorangan ini bisa menjadi wadah yang memfasilitasi aspirasi masyarakat.
Didasari oleh adanya dukungan masyarakat ditandai dengan terpilih dan dipilihnya
calon perseorangan masih dianggap relevan. Di samping itu calon perseorangan tidak
6UU Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.
7Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di
Rumah Titi Angraini.
51
hanya dilihat dari hasil dan jumlah calon perseorangan tersebut selama Pilkada,
melainkan masih ada masyarakat yang memilih calon perseorangan, maka calon
perseorangan masih dianggap relevan dalam demokrasi di Indeonesia. Terkhusus
calon perseorangan ini bisa menjadai wadah aspirasi masyarakat serta menjadi calon
alternatif bagi masyrakat yang sudah tidak percaya dengan partai politik.
Selain itu menurut ketua Banwaslu RI Muhamad Afifudin, calon perseorangan
bukan lagi hal yang baru melainkan, calon perseorangan seringkali mewarnai
kontesasi dalam Pilkada. Hal ini digaris bawahi dengan adanya aturan Undang-
undang yang mengatur calon perseorangan. Calon perseorangan ini sangat relevan
terhadap demokrasi di Indonesia khususnya dalam Pilkada, karena keterkaitan calon
perseorangan ini tidak luput dengan adanya dukungan dari masyrakat secara
langsung. Muhamad Afifudin mengatakan bahwa:
Calon perseorangan itu masih relevan apabila keterkaitanya dengan masyarakat
terhadap Pilkada yah. Seperti calon Perseorangan itu masih dipilih atau calon
perseorangan ini bisa menjadi wadah untuk masyarakat yang tidak suka dengan
partai politik. Saya rasa masih relevan terhadap demokrasi di negara kita. Karena
calon perseorangan memiliki hak untuk mencalonkan dan dicalonkan ini kan sesuai
dengan konstituen kita. Demokarasi di Indonesia didasari dengan UUD 1945.8
Wawancara di atas menegaskan bahwa calon perseorangan memiliki hak untuk
dicalonkan dan mencalonkan, akan tetapi prosesnya tidak luput dengan aturan
Undang-undang yang mengatur calon perseorangan. Relevansi calon perseorangan
dengan demokrasi di Indonesia sangatlah berkaitan, karena konsep demokrasi
8Wawancara dengan Muhamad Afifudin Komisioner Banwaslu RI, pada 04 April 2018 di
Kantor Banwaslu.
52
memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk dipilih dan memilih, selain itu
masyarakat memiliki hak yang sama serta setiap masyarakat mempunyai satu suara
yang tujuan untuk memilih dalam kontestasi politik. Apabila calon perseorangan ini
masih sesuai dengan konsep demokrasi maka secara konstituen calon perseorangan
masih dianggap relevan.
Calon perseoranga seringkali bermunculan disetiap Pilkada, khususnya Pilkada
serentak yang di lakukan pada tahun 2015 dan 2017. Kehadiran calon perseorangan
ini cukuplah banyak dan mewarnai konstalasi politik di Pilkada. Seperti yang terlihat
pada tabel di atas, pada tahun 2015 ada 126 pasangan calon yang maju secara
perseorangan, selain itu pada tahun 2017 ada 81 pasangan calon yang maju secara
Perseorangan atau perseorangan dan kandidat calon perseorangan ini tersebar di
seluruh Indonesia.9
Calon perseorangan ini muncul dilatar belakangi dengan adanya keinginan
masyarakat yang ingin maju tanpa partai politik, karena setiap partai politik memiliki
syarat dan kententuan untuk mencalonkan seseorang dalam kontestasi politik. Hal ini
menjadi salah satu faktor masyarakat lebih memilih maju secara perseorangan. Selain
itu adanya indikasi konflik yang terjadi di internal partai atau bisa disebut dengan
dualisme yang pada akhirnya banyak anggota dan kadernya maju secara perseorangan
dalam Pilkada. Hal ini dipertegas oleh Titi Angraini, menurutnya:
9KPU.go.id, “810 Pasangan Calon yang telah Terdaftar dalam Pilkada Serentak 2015,”
http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2015/4101/810-Pasangan-Calon-telah-Terdaftar-dalam-
Pilkada-Serentak-2015. . Kpu.go.id, “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 Daerah Paslon Tunggal,”
https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24. Diunduh pada tanggal 11 April 2018.
53
Pertama kalu ingin mencalonkan melalui partai politik, kebanyakan partai politik,
lebih mengedepankan elektabilitas dan popularitas calon serta modal isi tas. Kalau
kita lihat kebanyakan calon perseorangan itu banyak kader partai, karena maju lewat
partai politik sangat sulit, apalagi yang diperebutkan itu posisi itu satu paket kepala
daerah dan wakil kepala daerah, maka elektabilitas dan kemampuan penjaringan
pemilih itu menjadi salah satu pertimbangan yang dominan, kemudian survey
menjadi rujukan dalam mengusung calon. Yang kedua kita tau proseses pengusungan
calon di partai diwarnai oleh praktik mahar politik dimana, sulit sekali bagi kader
untuk menembus pencalonan melalui partainya sendiri. Disitulah kemudian
dikarenakan sulit maju melalui partai politik, maka jalur perseorangan menjadi
pilihan.10
Wawancara di atas menggambarkan bahwa fenomena pencalonan perseorangan
itu digaris bawahi dengan sulitnya maju melalui partai politik. Seperti yang dikatakan
oleh Titi Angraini bahwa partai poltik mementingkan elektabilitas dan popularitas
calon yang akan maju serta seberapa banyak modal isi tas yang dimiliki oleh calon
kandidat yang mau maju melalui partai poltik. Selain itu pada ahirnya banyak
masyarakat yang lebih memilih maju secara perseorangan dibandingakan dengan
maju melalui partai politik, dikarenakan maju melalui partai politik ada praktik
“Mahar Politik dan Berganing” dan ini yang menjadi berat bagi masyarakat ketika
maju melalui partai poltik. Pada akhirnya maju melalui jalur perseorangan menjadi
alternatif bagi masyarakat.
Selain itu adanya dualisme di internal partai yang menjadi faktor sesorang maju
melalui jalur perseorangan, contohnya adalah partai Golkar yang mengalami hal
seperti ini, beberapa kader dan anggotanya maju secara perseorangan atau
10
Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di
Rumah Titi Angraini.
54
Perseorangan. Fenomena ini terjadi pada Pilkada tahun 2015 banyak anggota dan
kader partai tersebut lebih memilih maju secara perseorangan.
Menurut Titi Angraini:
Fenomena pada Pilkada 2015 jalur perseorangan itu menyelamatkan kader-kader dari
partai yang bermasalah PPP dan Golkar mengalami dualisme kepengurusan,
mayoritas calon-calon yang maju di 2015 itu kan berasal dari kader-kader partai yang
dualisme, sebut saja Bontang itu walikota yang maju secara perseorangan dan
menang itu kader partai dari Golkar anggota DPR dari partai Golkar, lalu Rita
Widiasari dari kutai kartanegara dia maju melalui jalur perseorangan notabanenya
adalah dia ketua DPD Golkar Kalimantan timur, jadi ada kebutuhan dari calon
perseorangan yang mana orang maju melalui partai sulit yaitu faktor elektabilitas dan
mahar politik membuat mereka sukar menuju jalur partai politik sehingga jalur
perseorangan menjadi alternatif.11
Wawancara di atas menjelaskan dan menggambarkan bahwa demokrasi pada
Pilkada itu jelas dan ada, karena dalam wawancara di atas beberapa calon
perseorangan memiliki hak untuk maju dalam Pilkada serta memiliki hak dipilih dan
memilih. Jalur perseorangan ini menjadi penyelamat bagi anggota dan kader yang
tidak dapat menembus melalui jalur partai dan akhirnya maju melalui partai politik.
Hal ini menunjukan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dan ini sesuai
dengan konsep demokrasi.
Calon perseorangan yang maju di Pilkada ini dilatar belakangi dengan adanya
konflik intenal serta adanya syarat dan ketentuan yang akhirnya menyulitkan anggota
dan kader untuk dapat maju melalui partai politik. Akan tetapi calon persorangan ini
tidak banyak meraih kemenangan, tetapi tidak sedikit pula yang kalah ada beberapa
11
Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di
Rumah Titi Angraini.
55
calon perseorangan yang menang dalam kontestasi Pilkada seperti Walikota Bontang
dan Kutai Kartanegara yang memenangkan pada Pilkada tahun 2015, kedua calon
terebut memiliki latar belakang dari partai Golkar, akan tetapi kedua calon ini lebih
memilih maju secara perseorangan karena adanya faktor elektabilitas dan mahar
politik yang membuat calon tersebut sukar menuju jalur partai politik sehingga jalur
perseorangan menjadi alternatif.
Kendati demikian pasangan calon Perseorangan pada Pilkada ini dilatar
belakangi dengan adanya, pertama keinginan masyarakat sendiri yang maju secara
perseorangan dengan didasari oleh sulitnya maju melalui partai politik dan partai
politik tidak seutuhnya memfasilitasi atau mewadahi aspirasi masyarakat. Kedua
adanya konflik internal partai yang pada akhirnya anggota dan kader lebih memilih
maju melalui jalur perseorangan dan garis besarnya jalur perseorangan menjadi
alternatif bagi anggota dan kader. Ketiga adalah maju melalui partai politik akan
terikat serta proses penyaringanya cukup sulit dan ada parktik mahar politik,
barganing yang dilakukan oleh partai politik hal ini yang menyebabkan banyak calon
kandidat yang lebih memilih maju secara perseorangan. Dengan kata lain maju
melalui jalur perseorangan akan lebih efisien dan tidak terikat serta memiliki nilai
lebih terhadap masyrakat yang kurang suka dengan partai politik.
Selain itu calon perseorangan ini sangatlah relevan terhadap demokrasi di
Indonesia, karena calon perseorangan ini secara artikulasi politik dapat memfasilitasi
aspirasi masyarakat dan juga masih sesuai dengan UUD 1945. Calon perseorangan ini
56
memiliki hak memilih dan dipilih maka dari pada itu calon perseorangan dalam
Pilkada sejauh ini masih relevan terhadap demokrasi di Indonesia.
2. Calon Perseorangan dalam Pilkada 2015
Pemilu merupakan instrument penting dalam demokrasi, oleh karena itu setiap
negara yang menjalankan demokrasi menggunakan sistem Pemilu di negaranya.
Pemilihan umum sendiri harus terbuka dan harus dengan kebebasan penuh, langsung,
umum dan dilindungi sebagai hak personal. Disamping itu Pemilu harus menjadi
tolak ukur yang ditandai dengan pelaksanannya dan harus berkesinambungan dengan
rakyat serta sesuai dengan Undang-undang Pemilu.12
Pemilu yang diselenggarakan di daerah-daerah disebut dengan Pilkada
diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan serentak. Hal ini sesuai pada Undang-
undang Pemilu Undang-undang Nomor 8 tahun Pasal 3 Ayat 1 2015 bahwasanya
Pilkada merupakan sistem demokrasi yang dilakukan setiap lima tahun sekali,
diselenggarakan secara serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).13
Pilkada merupakan sebuah laboratorium untuk melahirkan calon pemimpin
yang nantinya akan memimpin masyarakat disetiap daerah. Apabila calon tersebut
12
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009),
461. 13
UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1, Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang.
57
dapat memenangkan Pilkada secara otomatis calon tersebut akan menjadi kepala
daerah. Dalam proses Pilkada banyak kandidat calon yang muncul, ada calon yang
maju melalui partai politik dan ada juga yang maju secara perseorangan. Hal ini
menunjukan bahwasanya keterlibatan calon perseorangan sekalipun dalam Pilkada
masih signifikan, demikian pula masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih calon
pemimpinya yang pantas menjadi kepala daerah.14
Pelaksanaan Pilkada serentak pada tahun 2015 banyak calon kandidat yang
bermunculan, khususnya calon perseorangan yang ikut serta dalam Pilkada diseluruh
Indonesia. Dalam wawancara Arif Budiman, ketua KPU RI mengatakan bahwa:
total calon kepala daerah sebanyak 810 pasangan yang tersebar di 268 provinsi dan
kabupaten atau kota, 126 pasangan diantaranya melalui jalur perseorangan dan
sebanyak 86 pasangan calon melalui jalur politik atau gabungan partai politik, diantara
calon tersebut terdapat 122 calon petahana.15
Hal tersebut menunjukan bahwa pasangan calon perseorangan sangat lah
relevan dan signifikan, karena dalam proses Pilkada serentak menemukan korelasi
antara aturan Undang-undang Pemilu dengan demokrasi yang ada di Indonesia.
Menurut Jean Jaques Rousseau dalam Talhah, demokrasi dapat memberikan
pembelajaran untuk ketatanegaraan yang lebih sempurna.16
Serta dalam Undang-
14
Pratikno, “Calon Perseorangan, Kualitas Pilkada dan Pelambangan Parpol,” Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik 10 (Maret 2007): 417. 15
KPU.go.id, “810 Pasangan Calon yang telah Terdaftar dalam Pilkada Serentak 2015,”
http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2015/4101/810-Pasangan-Calon-telah-Terdaftar-dalam-
Pilkada-Serentak-2015. Diunduh pada tanggal 10 Aprir 2018. 16
HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen,” Jurnal Hukum 16 (Juli 2009): 415.
58
undang Nomor 7 tahun 2017 perwujudan sistem ketatanegaraan yang demokratis, ini
yang menjadi dasar calon perseorangan berkaitan dengan Pilkada.17
Pasangan calon kandidat yang maju secara perseorangan pada Pilkada tahun
2015 dapat dikatakan cukup banyak. Adapun pembagian calon perseorangan disetiap
daerah. Berikut beberapa nama pasangan calon perseorangan yang maju disetiap
daerah, terhitung ada 91 kandidat calon perseorangan yang tersebar di seluruh
Indonesia, dan masih ada beberapa nama pasangan calon yang terlibat dalam Pilkada
2015.
Hal ini menunjukan betapa masyarakat sangat antusias untuk terlibat dalam
pesta demokrasi untuk tingkat pemerintahan lokal. Selanjutnya skripsi ini akan
memuat daftar calon dimaksud sebagai berikut:
Tabel 4.1
Calon Perseorangan dalam Pilkada 2015
No Nama Pasangan Calon Daerah Pencalonan Pekerjaan
1. Frits Tobo Wakasu, S.Pak, Sh & Cornelis Salvator
Lamera
Kab. Asmat PNS & Swasta
2. Simon Dewar & Jacobus Raymundus Apolinaris
Tethool
Kab. Asmat Pensiunan TNI & PNS
3. Drs. H. M. Riduan Darlan. M. Si & H. Rusli Abas, SE Kab Balangan Pengusaha & Swasta
4. H. Suhardi. SE & H. Sabirin Kab. Balangan Wirasuasta & Tani
17
UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1, Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang.
59
5. H. Dadang M. Naser, Sh, S.Ip, M.I.Pol &H. Gun Gun
Gunawan, S.Si, M.Si
Kabupaten Bandung Bupati Bandung &
Wirasuasta
6. Dr. H.A. Fauzan Saleh, M.Ag & Drs. H. Teja Sukmana,
M.Ap
Kab. Banjar Pensiunan &Pensiunan
7. Abdul Khayir, Sh, Mh & Drs. H. Abdul Hamid, M.Si Kab. Bima PNS & Pensiunan PNS
8. Haris T. Kamaru, Sh & H. Yusuf K Mooduto, S,Sos Kab. Bolaang
Mongondow Selatan
Anggota Polri &
Wirasuasta
9. Hj. Ruwaida Mile & H. Benyamin Hadju Kab. Bone Bolango Pensiunan &
Wirasuasta
10. Syamsir Djafar Kiayi, St.,M.Si & Drs. H. Husain
Lamanasa
Kab. Bone Bolango Dosen & Wirasuasta
11. Helena Tabyarop & Frets Sarumpia Kab. Boven Digoel PNS & Swasta
12. Edward Christofel Haurissa, Sh & Pdt. Paulus Etras,
Sth, S.Ip
Kab. Boven Digoel Anggota DPRD &
Pendeta
13. Ir. Cahyo Sumarso & M. Yakni Anwar, St Kab. Boyolali Pejabad Bumd
&Swasta
14. Sukma Nurani Amperia, Sh & A. Abd. Hakim, Sh, Mh. Kab. Bulukumba -
15. Hj. Jumrana Salikki, Se & H. Husbiannas Alsi, S.Sos Kab. Bulukumba Wiraswasta &
Wiraswasta
16. La Ode Abdul Ganiun & Ahmad Gamsir. S.Sos Kab. Buton Utara Wiraswasta &
Wiraswasta
17. Deni Sunarya, Sh & Dr. Zainy Hamzah, Sp. Bs Kab. Cianjur Wiraswasta & Dokter
18. Sukri I. H. Moonti, Sh., Mh & Dr. Hj. Sri Darsianti
Tuna
Kab. Gorontalo PNS & PNS
19. Zukri Harmain, Se., Me & Dudy Suganda Daud, S.Ked Kab. Gorontalo PNS & Wiraswasta
20. Ir. Djamaluddin Maknun, M.P & Dr. H. Masjkur, S.P,
M.Si
Kab. Gowa Pensiunan PNS dan
Swasta
21. Adnan Purichta Ichsan Yl, S.H & H. Abdul Rauf
Mallaganni, S.Sos, M.Si
Kab. Gowa Anggota Dprd Prov
Sunsel & PNS
22. Benyamin Sudarmadi & Haji Mustangid Kab. Gunung Kidul Swasta & PNS
23. Anjas Taher, S.E., M.Si & Nurdin Abas Kab. Halmahera Timur Swasta & Swasta
24. John R. Pattiasina, Stp. M.Si & Nuraini R. Konofo Kab. Halmahera Utara Anggota Dprd Kab.
Halmahera Utara &
Pensiunan PNS
25. Andi Mahmudi & H. Anwar Effendi Kab. Hulu Sungai
Tengah
Swasta & Pensiunan
26. Drs. Marganti Manullang & Drs. Ramses Purba Kab. Humbang
Hasundutan
Wakil Bupati & PNS
27. St. Rimso Maruli Sinaga, SH, MH & Ir. S. Derincen
Hasugian
Kab. Humbang
Hasundutan
Wiraswasta &
Wiraswasta
60
28. Nace Permana, SE., M.Ikom & Hj. Yenih, SE. Kab. Karawang Wiraswasta & Ibu
Rumah Tangga
29. H. Daday Hudaya, Sh., Mh & Drs. H. Edy Yusuf Hs,
MM
Kab. Karawang Wiraswasta & PNS
30. Nanan Taryana, S.Pd & Asep Agustian, SH., MH. Kab. Karawang PNS & Pengacara
31. Drs. H. Raja. Usman Aziz & Zulkhainen, SH., MH Kab. Karimun PNS & Notaris
32. Heben Heser Ginting, A.Md, SE & Drs. Ngadep Tarigan Kab. Karo Wiraswasta &
Pensiunan PNS
33. Cuaca Bangun, SE. Ak, M.Si, Sh, Mh, Cla & David
Ginting Manik, SE
Kab. Karo Wiraswasta &
Wiraswasta
34. Bangkit Sitepu & Drs. Simon Sembiring Kab. Karo Anggota DPRD &
Pensiunan PNS
35. Yusmeri Herlan, SE & Suparlis Hayati, S. Pd.I Kab. Kaur Swasta & Swasta
36. Martin Rantan, S.H. & Drs. Suprapto. S Kab. Ketapang Anggota DPRD Prov
Kab. Ketapang &
Pensiunan
37. Ir. H. Darmansyah, M.M. & Uti Rushan, S.T. Kab. Ketapang Pensiunan &
Karyawan Swasta
38. H. Mustafid Fauzan, SE & Sri Harmanto, SE., M.Si Kab. Klaten Wiraswasta &
Pensiunan PNS
39. Moh. Ridwan Landipo. S.Sos & Ir. Kurdin Wahab Kab. Konawe
Kepulauan
Pensiunan PNS &
Wiraswasta
40. Rusmin Abdul Gani, SE & H. Muhlis M. Se Kab. Konawe
Kepulauan
Wiraswasta &
Pensiunan PNS
41. H. M. Iqbal Yudiannoor, Se & H. Sahiduddin, S.Ag,
Map
Kab. Kotabaru Wiraswasta & Anggota
Dewan
42. H. Alpidri Supian Noor, St., Map & Ir. H. Gt. Syafrin
Masrin, Mapp, Sc
Kab. Kotabaru Wiraswasta &
Pensiunan PNS
43. Muhammad Arsyad & Nadiansyah Kab. Kotawaringin
Timur
Wiraswasta &
Wiraswasta
44. Drs. Abed Nego & Syaparudin, S.Sos Kab. Kutai Barat Pensiunan & Swasta
45. Amantius Ugau, SE, Mm & Muri, Sh Kab. Kutai Barat Pensiunan & Swasta
46. Rita Widyasari, S.Sos., Mm., Ph.D & Drs. Edi
Damansyah, M.Si
Kab. Kutai
Kartanegara
Bupati Kutai
Kartanegara 2010-
2015 & Sekretaris
Daerah Kutai
Kartanegara
47. Aw. Wahyu & Andi Katanto, S.Sos Kab. Kutai
Kartanegara
Swasta & Swasta
48. Suhari, S.Ip & Ihsan Rambe, Se, M.Si Kab. Labuhanbatu Wiraswasta & Doesn
49. Dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.Pd & Dr. H. Erik Kab. Labuhanbatu Bupati Labuhanbatu &
61
Adtrada Ritonga Wiraswasta
50. Basyaruddin Siregar & Yuspin, SH Kab. Labuhanbatu
Selatan
Wiraswasta &
Wiraswasta
51. Ir. Ramlan Aluan Tbn, M.Sc & Yusli Panggabean Kab. Labuhanbatu
Utara
Dosen & Wiraswasta
52. H. Ali Wansah & H. Darwansyah, Drs Kab. Labuhanbatu
Utara
Wiraswasta & Guru
(Non Pns)
53. H. Mujianto & Sueb, S.Pd., Mm. Kab. Lamongan Wiraswasta & Guru
(Swasta)
54. H. Nursalim, A.Md.Ro. & H. Edy Wijaya, SE Kab. Lamongan Wiraswast &
Wiraswast
55. Samidjo & Fatoni Kab. Lampung Tengah Pensiunan PNS &
Wiraswasta
56. Mudiyanto Thoyib, B.A & Musa Ahmad, S.Sos Kab. Lampung Tengah Pensiunan PNS &
Wiraswasta
57. Julianto Paimin & Achrodji Kab. Lampung Timur Polri & TNI
58. H.Abu Thalib Mk., S.Sos., SH & Ahmad Ridwan Kab. Lebong Pensiunan PNS &
Mantan Kades
59. Masropen Iriadi, Se, M.Si & Deri Jati Prasetio, SH Kab. Lebong PNS & Swasta
60. Wilyan Bachtiar, S.Ip & Arpan Faruk Kab. Lebong PNS & Pensiunan PNS
61. H.Rifa Yendi,Sh & Zulhikmi,S.Pd Dt Rajo Suaro Kab. Lima Puluh Kota Wiraswasta & PNS
62. Drs.Kurniawan Armin, Mm & Drs. H.Mahdan Harkan Kab. Lomok Tengah Wiraswasta &
Wiraswasta
63. H. Lalu Wiratmaja, Sh. & Ns. H.Badrun Nadianto,
S.Sos.S.Kep.M.Pd.
Kab. Lomok Tengah Wiraswasta & Dosen
64. H.Suharto & Hj.Lale Widare, Sh. Kab. Lomok Tengah Wiraswasta &
Pensiunan PNS
65. Drs. Stanislaus Liah & Kila Ulee Herman, Se., M.Si Kab. Mahakam Ulu Pensiunan PNS &
Swasta
66. Nurcholis & Muhammad Mufidz Kab. Malang Wiraswasta &
Wiraswasta
67. Dr. Philipus Mantur & Adrianus Suardi,Se Kab. Manggarai PNS & Anggota
DPRD
68. Ir. Pantas Ferdinandus, M.Si & Yohanes Dionisius
Hapan
Kab. Manggarai Barat PNS & Swasta
69. Drs. Bernard Sefnat Boneftar, M.H & Andarias Wam,
Sh
Kab. Manokwari Kadis Perhubungan
Kab. Manokwari &
Anggota DPRD Kab.
Manokwari
70. Seprianus Adolof Rumfabe, SH.,MH & Salomie
Christina Saway, SH
Kab. Manokwari Pensiunan PNS &
Swasta
71. Petrus Johanis Luntungan,Ba & Dr. Ir. Adolf Lucky
Longdong, M.Ed
Kab. Minahasa Utara Swasta & Pensiunan
PNS
62
72. Misnan & Rahma Shofiana W.A & Kab. Mojokerto Swasta & Guru
73. Mardiman Sane, SH.,MH & Anhar, SK, SH Kab. Morowali Utara Swasta & Swasta
74. Drs.H.Sutrisno.N Sembiring, Mm & W.Kristina Parinsi
SE,.M.Pd
Kab. Morowali Utara Pensiunan PNS &
Swasta
75. Prof.Dr. Drs. La Iru, Sh, M.Si & La Ode Syahruddin
Kaeba, St
Kab. Muna Dosen & -
76. Zonggonau A, Amdp, Sp, Msi & Drs. Isak Mandosir Kab. Nabire PNS & Karyawan
Swasta
77. Drs.Ayub Kayame, Ma & H. Suwarno Majid Kab. Nabire PNS & Karyawan
Swasta
78. Peter Warobay & Sunaryo, S.Sos Kab. Nabire Karyawan Swasta &
Karyawan Swasta
79. Yakob Panus Jingga, Mt & Melki Sedek Fi Rumawi Kab. Nabire PNS & Swasta
80 Hendrik Andoi & Stefanus Iyai Kab. Nabire DPRD & Swasta
81. Drs. H. Ilyas Sabli, M.Si & Wan Arismunandar Kab. Natuna PNS & Anggota
DPRD
82. Dedi Yanto & Drs. Muhammad Yunus, M.Si Kab. Natuna Wriswasta &
Pensiunan PNS
83. Adrianus Fono Dopo, St & Dr. Yohanes Vianey
Sayangan, S.Fil, M.Si
Kab. Ngada PNS & Dosen
84. Salahudin Pakaya, SH & Burhan Mantulangi Kab. Pahuwato Swasta & Swasta
85. Jujur Solin & Citra Boangmanalu Kab. Pakpak Barat Pensiunan PNS &
Wiraswasta
86. Ir. August P. Tumanggor, MT & H. Abdul Kadir
Angkat, SH.
Kab. Pakpak Barat Karyawan Swata &
Pensiunan
87. Drs. Aap Aptadi & Drs. H. Dodo Djuanda Kab. Pandeglang Wiraswasta &
Pensiunan PNS
88. H. Sangkala H. Taepe & H. Andi M. Ali Gaffar, SE Kab. Pangkajene
Kepulauan
Anggota DPR Provinsi
& Wiraswasta
89. Drs. H. Nur Achmad As, SH & Drs. Hafsul W. Hafattah Kab. Pangkajene
Kepulauan
Wiraswasta &
Wiraswasta
90. Dr. Zainal Arifin,Sp.Og & Yuli Rusdiansyah,S.Sos Kab. Paser Dokter & Wiraswasta
91. Mahmud,S.E & Ahmad Lukman Kab. Paser PNS & Wiraswasta
Sumber: Rumahpemilu.org Perbandingan Pendaftar Perseorangan Pilkada 2015-201718
Dari tabel diatas, dapat dilihat beberapa pasangan calon yang maju secara
perseorangan lebih banyak diantaranya adalah wiraswasta dan pekerja swasta, selain
18
RumahPemilu.org, “Perbandingan Perdaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017,” http://arsip.rumahpemilu.org/in/read/11767/Perbandingan-Pendaftar-Perseorangan-Pilkada-2015-dan-
2017. Diunduh pada tanggal 10 April 2018.
63
itu ada beberapa dari kalangan PNS, Pensiuanan PNS, TNI, Polri, serta Guru, Dosen
yang maju secara perseorangan pada Pilkada 2015. Tidak hanya itu, ada juga
petahana, seperti mantan Bupati, pejabat daerah dan juga anggota DPR maupun
DPRD. Hal ini menunjukan bahwa siapapun, termasuk masyarakat memiliki potensi
yang sama untuk maju dan ikut serta dalam Pilkada tanpa harus dengan partai
politik. Ini menegaskan keterkaitan antara Undang-undang Pilkada dengan demokrasi
yang ada di negara Indonesia memiliki korelasi yang jelas.
Kendati demikian Pilkada di tahun 2015 menjadi tolak ukur bagi pasangan
calon perseorangan, untuk mempersiapkan Pilkada selanjutnya agar dapat melahirkan
calon-calon yang berkualitas, tanpa ada intervensi dari kelompok manapun.
3. Calon Perseorangan dalam Pilkada 2017
Demokrasi digaris bawahi dengan adanya tiga syarat, kompetisi, partisipasi
serta jaminan hak sipil dan politik. Dalam kaitan ini kompetisi yang dimaksud adalah
untuk mempertahankan atau merebut kekuasaan. Partisipasi yang mana dalam
prosesnya melibatkan masyarakat dan menjamin hak masyarakat dalam menentukan
suaranya.19
Ini menjadi instrument penting dalam negara untuk mewujudkan
demokrasi yang baik dan syarat ini bisa menjadi ukuran seberapa jauh tingkat
demokrasi di negara Indonesia.
19
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2010), 83.
64
Secara garis besar demokrasi ini berjalan dengan adanya sistem pemilu, sistem
ini yang mendistribusikan suara dalam Pemilu dengan tujuan untuk memilih calon
pemimpin dalam pemilihan di tingkat daerah maupun nasional. Beberapa komponen
yang seringkali digunakan dalam Pemilu ada tiga diantaranya, formula pemilihan,
struktur penyuaraan dan besaran distrik. Formula pemilihan yaitu aturan
penghitungan dalam sistem pemilu, struktur penyuaraan digaris bawahi dengan
pilihan yang disediakan untuk calon pemilih dan besaran distrik dapat diartikan
pembagian dari besaran daerah pemilih bisa disebut dengan hanya memilih satu wakil
disetiap daerah pemilihan atau lebih.20
Proses Pilkada secara langsung sudah terkonsepkan dalam UUD 1945 yang
mana pada hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan pengembangan dan
penguatan dalam sarana demokrasi yang berasaskan kedaulatan rakyat. Konsep ini
memilih calon kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dengan
demokratis.21
Sudah sekian kalinya negara Indonesia menjalankan Pilkada, Pilkada
bertujuan untuk mencari calon pemimpin yang kelak menjadi kepala daerah seperti
Bupati atau Walikota. Melalui proses pemilihan secara langsung dan dipilih oleh
rakyat, One Man One Vote, pada prakteknya mekanisme ini proposional dan
demokratis serta bisa menjadi harapan bagi masyrakat agar mendapatkan haknya
20
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, 83-84. 21
Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung: Sebuah Pilihan Model
Pemerintahan Daerah Demokratis,” Jurnal Aspirasi 1 (Februari 2011): 3.
65
sebagai warga negara terlebih dalam kehidupan berkeadilan dan kesejahteraan.22
Dengan memberikan suaranya kepada calon pemimpin karena proses yang baik akan
melahirkan pemimpin yang baik.
Proses Pilkada pada tahun 2017 kembali melahirkan calon-calon pemimpin
yang berkualitas, dan jumlah partisipasi calon kandidatnya masih terhitung
signifikan. Pilkada tahun 2017 dilakukan di 101 daerah, calon yang mendaftar
sebanyak 337 pasangan calon yang terdiri dari 81 calon perseorangan 247 yang
diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik.23
Hal ini menunjukan
bahwasanya pada Pilkada 2017 masih banyak calon perseorangan yang ikut serta
dalam Pilkada, terhitung dari 101 daerah ada 81 calon perseorangan yang ikut serta
dalam Pilkada.
Pasangan calon kandidat yang maju secara perseorangan pada Pilkada tahun
2017 dapat dikatakan cukup banyak. Adapun pembagian calon perseorangan disetiap
daerah terhitung ada 81 kandidat. Berikut beberapa nama pasangan calon
perseorangan yang maju disetiap daerah yang tersebar di seluruh Indonesia :
22
Valina Singka Subekti, Dinamika Konsolidasi Demokrasi: Dari Ide Pembaruan sistem Politik
Hingga ke Praktik Pemerintahan Demokratis (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2015), 179. 23
Kpu.go.id, “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 Daerah Paslon Tunggal,”
https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24. Diunduh pada tanggal 11 April 2018.
66
Tabel 4.2
Calon Peseroangan pada Pilkada 2017
NO Nama Pasangan Calon Daerah Pencalonan Pekerjaan
1. Dr.H. Zaini Abdullah & Ir. H. Nasaruddin,
Mm
Aceh Gubernur dan
Bupati
2. Dr. Ir. H. Abdullah Puteh, M.Si & Sayed
Mustafa Usab Al-Idroes, Se, M.Si
Aceh Swasta & Swasta
3. Zakaria Saman &Ir. H. T. Alaidinsyah,
M.Eng
Aceh Swasta & PNS
4. Fuad Hadi, S.H.,M.H & Drh. Muhammad
Arif
Aceh Barat Swasta & Perdes
5. H. Zainal Arifin, Se. Mm & Said Azhari Aceh Barat Daya Swasta & Swasta
6. Muazam, SE, MM & Hermansyah, Sh Aceh Barat Daya Swasta & Swasta
7. H.Junaidi & Masrizal,Se.M.Si Aceh Barat Daya -
8. Maidisal Diwa & Ruslan Aceh Barat Daya Swasta & Swasta
9. H.Hasbi M.Saleh,Se & Tgk. T.Alamsyah
Yusfa
Aceh Barat Daya Polri &Swasta
10. Muhammad Qudusi & Bumisal Aceh Barat Daya Swasta
11. Nasri Saputra & Ifendi Aceh Jaya Swasta & Swasta
12. Lukmanul Hakim & Abdul Manaf Aceh Tamiang Swasta & Swasta
13. Drs. Iskandar Zulkarnain & Drs. Ahmad
As'adi
Aceh Tamiang Wakil Bupati &
PNS
14. Saiful Effendi & Mansyur Hidayanto Aceh Tengah Swasta & Swasta
15. Usman Nuzuly, SH & Armas Aceh Tengah Swasta & Swasta
16. Ridwan & Abdul Rani Aceh Timur DPRD Prov &
Swasta
17. H. Sulaiman Ibrahim & H. Razali, S.Pd Aceh Utara -
18. Fakhrurrazi H. Cut & Mukhtar Daud, Skh Aceh Utara -
19. Syamsuddin Ayah Panton & Tgk. Ibnu Hajar Aceh Utara -
20. Kisno Hadi, S.Ip.,M.Si & H. Rikiannor
Rahman
Barito Selatan Swasta & Swasta
67
21. Obon Tabroni & Bambang Sumaryono Kab. Bekasi Swasta & Swasta
22. Lin Farihin & Kh. Mahmud Kab. Bekasi DPRD Kab &
PNS
23. Armada Saleh & Karmijan Bener Meriah Swasta & Swasta
24. Ridwan Qari & Suetrisno Bener Meriah PNS & DPRD
Kab
25. Muchlis Gayo & M. Ali Bener Meriah Swasta & Swasta
26. Medio Yulistio, SE & Bengulu Tengah -
27. M. Sabri, S.Sos, M.M & Naspian Bengulu Tengah Wakil Bupati &
Swasta
28. H. Husaini M. Amin, SE & Azwar, S.Pd Bireuen Swasta & Swasta
29. H. Ruslan M. Daud & Drs. H. Djamaluddin
Idris
Bireuen Bupati & PNS
30. H. M. Yusuf Abdul Wahab & Dr. Purnama
Setia Budi, Sp.Og
Bireuen Swasta & PNS
31. Uwes Abubakar, Sh & Buyung J.
Puluhulawa, SH.,MH
Boalemo PNS & Swasta
32. Hi.Darwis Moridu & Ir.Hi.Anas Jusuf Boalemo Swasta & Swasta
33. Dr. H. Atikurahman Ms. & Achmad Nompa,
SE
Bombana Swasta & Swasta
34. Muhamad Sahir & Khairuddin Bombana Swasta & Swasta
35. Dewa Nyoman Sukrawan & I Gede Dharma
Wijaya, Se, Mm, M.Kes
Buleleng Swasta & Swasta
36. Agus Salim,S.H. & La Ode Agus,S.E. Buton Selatan Swasta & Swasta
37. Francesco Tebay, Sh & Benidiktus Kotouki,
Se
Dogiyai Swasta & Swasta
38. Dr. Yosep Usen Aman &Michael Mel Ola
Fernandez Lewai, ST
Flores Timur PNS & Swasta
39. Drs. Andreas Ratu Kedang & Paulus Tokan
Kopong Paron
Flores Timur PNS & Swasta
40. Adam, SE & Iskandar Gayo Lues Wakil Bupati &
PNS
41. Hj. Ratna Hi. Muslim & Yusuf Idris, S.Ip Halmahera Tengah Swasta & Swasta
68
42. Thobias Zonggonau, A.Md., Ip., S.Sos &
Hermaus Miagoni, S.Pd
Intan Jaya PNS & PNS
43. Siska Yoku. Sh &Marselino Waromi Jaya Pura Swasta & Swasta
44. Godlief Ohee &Drs. Frans Gina Jaya Pura Swasta & Swasta
45. Rahmat Jevary Juniardo & Khairuddin
Siregar
Kampar Swasta & Swasta
46. H. Alfisyahri Sh. MH. & Moh. Asbin
Wibowo
Kampar PNS & Swasta
47. Jawahir & Bardansyah Harahap Kampar PNS & Swasta
48. Yulianus Klemens Worumi,S.Th & Zefanya
Yeuwun,S.Pd.K
Kepulauan Yapen Swasta & Swasta
49. Melkianus Laviano Doom, A.Md & aul
Ayomi,SH
Kepulauan Yapen Swasta & Swasta
50. Abdul Majid, S.Psi & Drs. H. A. Kasmuri
Idris
Kota Batu PNS & PNS
51. Drs. Syaifuddin, H.Amin,Mm & Khairul
Anwar, SH.MH
Kota Langsa Swasta & Swasta
52. H. Asy'ari, S.P.Di, M.Pd & Teuku
Muhammad Nurdin, S.H.I, M.Ei
Kota Langsa Swasta & Swasta
53. Rachmatsyah & Teuku Noufal Kota Lhokseumawe PNS & Swasta
54. H. Wendra Yunaldi, SH, MH & H. Ennaidi,
S.Sos
Kota Payakumbuh -
55. H. Herman Nazar, S.H ., M.Si & Defi
Warman, S.Ip, M.Pd
Kota Pekan Baru -
56. Dr. H. Syahril, S.Pd, Mm & H. Said Zohrin,
Sh, Mh
Kota Pekan Baru PNS & Swasta
57. Izil Azhar & M. Anwar, SE Kota Sabang Swasta & PNS
58. Andi Syarif T.U.W., St, Mt, M.Si (Han) &
Dr. H. Nurmansyah., M.Kes
Kota Singkawang Swasta & PNS
59. Amos Lukas Watori,Sh & Noorjanah Kota Sorong Swasta & Swasta
60. Dr.Drg. Indrawan Sakti, M.Kes & H.
Norhanuddin, Ar. S.Pd, M,Pd
Kota Waringin Barat PNS & PNS
61. H. Eko Soemarno, Sh., Mkn & Yudie, Se., Kota Waringin Barat PNS
69
Spd., Msi.
62. H. Desi Hercules, SH., MH & Gusti Moch.
Awaludin M., S.Hut
Kota Waringin Barat DPRD Kab &
DPRD Kab
63. Tarsisia Hani Chandra & Linus Beseng Lembata Swasta & Swasta
64. Isnain Solo & Jacob Soakalune Maluku Tengah PNS & PNS
65. Abun Yani & Suhariyanto Muaro Jambi -
66. Amiri Aripin &Ahmad Toha,.Spdi.,Msi Musi Banyuasin Swasta & PNS
67. Nurchalis Sp., M.Si & Suyanto, SE Nagan Raya PNS & PNS
68. Faisal A Qubsy & Mustafar Nagan Raya Swasta
69. Drh.Muhammad Zahed & Samsul Bahari,
Bsc
Nagan Raya PNS & Swasta
70. Ir. T. Tarmiyus & Drs Hasan Basri, Mm Pidie Swasta & PNS
71. A Bakar Assajawy & Mukhtar Pidie Swasta & Swasta
72. Roni Ahmad & Fadhlullah Tm Daud, St Pidie Swasta & Swasta
73. Drs.Djamrudin Maloho,M.Si & Drs. Mochtar
Darise, M.Si
Prov. Gorontalo -
74. Ramli Yaman & Adjan Djaguna Pulau Morotai PNS & Swasta
75. Drs. Eduard Fonataba, Mm & Sami PNS
76. Sahlan Heluth, S.Pi, M.Si & Drs.Eduard
Makaruku
Seram Bagian Barat -
77. Awaluddin Rao, ST & Drs. Sokhizaro La'ia Tapanuli Tengah DPRD Kab &
PNS
78. Buyung Sitompul Ir Mt & Binsar Saruksuk Tapanuli Tengah PNS & Swasta
79. Pastor Rantinus Simanalu & Ustadz
Muhammad Sodikin Lubis, S.Ag
Tapanuli Tengah -
80. Ediyanto & Mulyono Tulang Bawang _
81. Hi. Syarnubi, S.Pd.,M.H. & Hj. Solihah,
S.Pd.I
Tulang Bawang DPRD Kab &
Swasta
Sumber: Rumahpemilu.org Perbandingan Pendaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017.24
24
RumahPemilu.org, “Perbandingan Perdaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017,” http://arsip.rumahpemilu.org/in/read/11767/Perbandingan-Pendaftar-Perseorangan-Pilkada-2015-dan-
2017. Diunduh pada tanggal 10 April 2018.
70
Dari tabel diatas, dapat dilihat beberapa pasangan calon yang maju secara
perseorangan tidak jauh beda dengan Pilkada tahun 2015. Pada Pilkada tahun 2017
calon dari latar belakang swasta lebih mendominasi dalam keikut sertaan dalam
Pilkada. Selain itu ada beberapa dari kalangan PNS yang maju secara Perseorangan
pada Pilkada 2017. Akan tetapi pada Pilkada 2017 sedikit berbeda dengan Pilkada
2015, karena dalam Pilkada ini beberapa dari petahana memilih maju secara
perseorangan, seperti mantan Bupati, pejabat daerah dan anggota DPRD, walaupun
tidak mendominasi.
Hal ini menunjukan bahwasannya calon perseorangan dalam pencalonan di
Pilkada hampir mewarnai kontestasi demokrasi di daerah serta jumlah calon
persorangan ini masih terhitung signifikan disetiap Pilkada. Dengan kata lain
masyarakat masih percaya dengan adanya calon perseorangan. Terhitung dengan
adanya calon perseorangan yang muncul dalam Pilkada tidak semata-mata
mendaftarkan begitu saja, akan tetapi semua itu didasari dengan adanya dukungan
KTP dari masyarakat. Karena hal tersebut menjadi syarat agar calon perseorangan
bisa ikut dalam Pilkada. Dan hal ini didasari dengan Undang-undang Pilkada yang
mengatur syarat calon perseorangan dan calon harus memenuhi syarat yang sudah
diatur dalam Undang-undang Pilkada.
Kendati demikian Pilkada di tahun 2017 dapat dikatakan masih signifikan
dengan konsep Pemilu dan demokrasi, karena dalam hal ini masyarakat berhak
memilih dan dipilih, seperti yang dikatakan oleh Almond dan Verba dalam David
71
Held, bahwa sebuah demokrasi harus ada persamaan, prestasi dan prosedur yang
mana hal tersebut akan memberikan legitimasi terhadap pemerintahan yang
berjalan.25
Hal ini bisa menjadi acuan bagi masyarakat agar bisa mempersiapkan diri
untuk ikut serta dalam pesta demokrasi, karena menurut Almond dan Verba setiap
individu sama dan memiliki prestasi yang menunjang, serta mampu untuk ikut serta
akan tetapi harus prosedural.
B. Pasangan Calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Maju Menjadi
Calon Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi Tahun 2017
Pilkada merupakan instrumen dalam demokrasi, pada konsepnya mencari atau
menjaring calon pemimpin secara prosudural dengan cara memilih seseorang atau
figur calon yang nantinya akan menjadi pemimpin di daerah. Dalam proses ini di
berlangsungkan pemilihan, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan
Undang-undang Pemilihan umum.26
Dalam Pilkada banyak kandidat calon yang ikut merayakan pesta demokrasi,
ada calon yang maju melalui partai politik dan ada pula yang maju secara
perseorangan. Kandidat calon Perseorangan bisa mengikuti Pilkada apabila
memenuhi aturan dan syarat. Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
25
David Held, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy (Jakarta: Akbar Tandjung Institute,
2006), 217. 26
UU Republik Indonesia No 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.
72
Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah mengatur calon Perseorangan.27
Selain itu syarat dan aturan ini diperkuat kembali dalam Pasal 41 Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2016 pada intinya Undang-undang ini mengatur persyaratan
dukungan bagi calon perseorangan yang medaftarkan diri sebagai Gubernur Wakil
Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati dan Wakil Bupati. Hal ini
didasarkan dengan hitungan persentase dukungan, yang menjadi landasan atas jumlah
penduduk yang telah mempunyai hak pilih dan tercatat dalam daftar calon pemilih
tetap di daerah yang bersangkutan terhitung dari pemilihan umum sebelumnya.28
Sebagai calon kandidat di Pilkada harus sebanyak mungkin sudah melakukan
investasi politik serta menggalang kekuatan dan dukungan apalagi calon
perseorangan paling tidak harus bisa mengambil hati masyarakat dan kelompok-
kelompok yang memiliki basis agar bisa memberikan dukunganya dengan
memberikan KTP guna untuk memenuhi syarat untuk maju secara perseorangan pada
Pilkada yang sudah diatur dalam Undang-undang.
Hal tersebut bertujuan untuk menunjang calon agar bisa menjadi peserta dalam
Pilkada di Kabupaten Bekasi. Dalam kaitanya calon Perseorangan di Kabupaten
Bekasi yaitu Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono, telah lolos dan ditetapkan
27
UU Republik Indonesia No 12 Tahun 2008, Perubahan Ke Dua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah 28
Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau
Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 149
73
sebagai calon Perseorangan oleh KPUD Kabupaten Bekasi yang ditetapkan dalam
surat keputusan dengan Nomor 279/KPU-Kab.011.329000/X/2016 yang langsung
ditanda tangani ketua KPU Idham Holik.29
Dengan melalui beberapa tahapan syarat dan aturan seperti, foto kopi Kartu
Tanda Penduduk Elektronik bisa dengan surat keterangan yang diterbitkan oleh dinas
kependudukan serta catatan sipil yang menerangkan bahwa penduduk tersebut
berdomisili di wilayah administratif yang sedang menyelenggarakan Pemilihan
paling singkat satu tahun dan tercantum dalam daftar Pemilih tetap Pemilihan
umum sebelumnya di provinsi atau Kabupaten atau Kota.30
Maka dengan demikian
pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono bisa mengikuti kontestasi
dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun 2017.
Pada intinya pencalonan secara Perseorangan dalam Pilkada tidak luput dengan
adanya dukungan dari masyarakat atau kelompok-kelompok yang memiliki basis,
karena dalam hal ini menjadi kunci atau tiket untuk calon perseorangan bisa ikut serta
di Pilkada. Dan hal ini dipertegas oleh Ramlan Surbakti bahwa partisipasi politik
merupakan keterlibatan atau keikut sertaan masyarakat dalam menentukan keputusan
29
Sebekasi.com,“Pilbup Bekasi 2017: Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono”,
http://sabekasi.com/news/detail/2/1406/Pilkada-Bekasi-2017:-Ini-Visi-Misi-Obon-Tabroni-Bambang-
Sumaryono: diakses pada tanggal: diunduh pada tanggal 04 April 2018. 30
UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 3 dan 4, Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota Menjadi Undang-undang.
74
yang mempengaruhi calon terpilih atau tidaknya.31
Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam kontestasi politik menjadi instrument yang penting. Maka dari
pada itu pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat memenuhi syarat
untuk memajukan diri sebagai calon perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi
2017. Hal ini dilatar belakangi dengan adanya dukungan dari masyrakat Kabupaten
Bekasi.
Pada proses pencalonan pasangan calon perseorangan Obon Tabroni dan
Bambang Sumaryono mampu memenuhi syarat dengan, mengumpulkan sekitar 156
ribu KTP. Proses pengumpulan KTP ini hasil dari dukungan masyarakat yang
percaya pada Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono. Akan tetapi pada proses ini
meyakinkan masyarakat untuk mau memberikan KTP-nya perlu melalui proses yang
cukup panjang, dengan kata lain perlu dengan argumentasi atau narasi yang baik agar
masyarakat percaya dan mau memberikan KTP-nya. Dalam proses ini ketua tim
pemenangan Obon dan Bambang yaitu Amier Mahfouzh mengatakan bahwasanya:
Proses pengumpulan KTP itu sangat lah berat dan sulit dengan mengumpulkan
hampir 156 ribu lebih KTP yang harus kita siapkan untuk Obon Tabroni dan
Bambang Sumaryono agar dapat lolos menjadi calon kandidat perseorangan dan
langkah yang kita lakukan pertama kali adalah bagaimana kita membuat OTC (obon
tabroni center) selain itu kita membentuk tim 9 yaitu asistensi bagaimana tim tersebut
membentuk kordinator-kordinator disetiap desa kordinator kecamatan, yang
fungsinya untuk turun langsung kelapangan untuk mengumpulkan KTP.32
31
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2007), 140. 32
Wawancara dengan Amier Mahfouzh Ketua Tim Pemenangan OT dan BS. pada 4 Januari
2018 di Kabupaten Bekasi.
75
Pertama kali yang kita kumpulkan adalah buruh karena buruh udeh pasti kenal
dengan bang obon, dan kita dengan relawan mengumpulkan 1 relawan dengan 10
KTP, entah KTP tetangga, keluarga, atau saudara. Kendala dilapangan banyak
macem-macem, ada yang dibilang kita mau minta sumbangan, ada yang bilang
dikasih duit atau gak, yah begitu-begitu dah. Cuma alhamdulilahnya ada beberapa
langsung ngmpulin KTP buat bang Obon, yang gak ada fotocopyaannya kita foto,
yang ada foto copyannya langsung kita ambil.33
Dari wawancara di atas dapat dilihat proses pengumpulan KTP ini ternyata
memerlukan tim khusus yaitu tim 9 terdiri dari beberapa kecamatan dan desa serta
membuat OTC (obon tabroni center) yang fungsinya untuk turun secara langsung
kelapangan untuk mengumpulkan KTP. Tim inilah yang secara langsung meminta
KTP masyarakat untuk memberikan dukungan kepada calon perseorangan yaitu Obon
dan Bambang yang nantinya digunakan untuk memenuhi syarat agar menjadi calon
perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Selain itu terbentuknya relawan
secara sendirinya dengan asumsi bahwasannya sepakat dengan calon perseorangan
karena dalam hal ini masyarakat Kabupaten Bekasi ingin sebuah perubahan yang
lebih baik lagi. Dengan melihat sosok calon Obon dan Bambang dengan maju secara
perseorangan masyarakat banyak yang tertarik menjadi relawan.
Selain itu Obon Tabroni sebagai calon perseorangan memiliki
pengalaman yang baik, karena dalam hal ini Obon Tabroni memimpin
organisasi buruh terhitung sejak masih berkerja sampai menjabat sebagai
deputi FSPMI.34
Organisasi buruh ini salah satu faktor yang melatar
33
Wawancara dengan Amier Mahfouzh Ketua Tim Pemenangan OT dan BS. pada 4 Januari
2018 di Kabupaten Bekasi. 34
Tirto.id, “Obon Tabroni.” https://tirto.id/m/obon-tabroni-1Q diunduh pada tanggal 4 April
2018.
76
belakangi Obon Tabroni maju secara perseorangan pada Pilkada di
Kabupaten Bekasi 2017. Hal ini sesuai dijelasakan oleh Obon Tabroni.
Jadi kalau saya gini harus fokus, kalau orang bilang saya ini kaya orang
autis. Orang autis itu kan fokus tidak lihat kiri dan kanan fokus aja sama
yang dia pegang, selain itu saya juga tidak main hanya di bekasi saja saya
juga aktif sampai nasional sampai di aceh samapai di Papua. Betul, Jujur
saya mendeklir, ada orang yang ngomong kalau politik harus punya
konsultan, harus punya tim dan yang lainya. lalu buruh bagaimana bang,
kasihan abang kalau kaya gitu kata orang terdekat gue. walapun gue bakal
kalah identitas gue tetep ada, karena persolan tentang pilkada menang itu
penting, menang itu harus, tapi gue bilang gue ini lagi ngebikin pronmet,
peka atau proses itu juga gak kalah penting, proses itu apa kaya tadi,
membangun kesadaran itu kan susah, membangun keberanian orang itu
susah, membangun rasa percaya diri orang itu susah, dari politik bukan
hanya persoalan tentang ini jadi bupati, justru tidak, disinituh juga gak
kalah penting, idealisnya disitu idealisnya.35
Dari hasil wawancara di atas bahwa pengalaman Obon Tabroni dalam
organisasi buruh yaitu FSPMI sangatlah diperhitungkan, karena dalam segi
kapasitas dan loyalitas Obon digerakan buruh tidak bisa dipungkiri sangat
bagus dan hal ini menjadi salah satu faktor yang melatar belakangi Obon
maju menjadi kandidat perseorangan pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2017.
Karena menurutnya buruh juga bisa ikut serta dalam politik, walaupun
kalah identitas buruh akan tetap ada. Dalam hal ini Obon Tabroni
menekankan bahwasanya yang penting adalah prosesnya serta keidealisan
buruh tetap terjaga.
Dalam kontestasi Pilkada tidak pernah luput dengan keterkaitan orang nomor
dua yang menjadi pasangan, dalam hal ini pasangan calon wakil harus melengkapi
35
Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati
Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.
77
apa yang kurang dari calon ketua khususnya dalam kontestasi Pilkada. Maka Obon
Tabroni memilih Bambang Sumaryono menjadi wakilnya. Menurutnya Bambang
Sumaryono memiliki kelebihan yang tidak dimilikinya, maka dari itu Obon Tabroni
memilih Bambang Sumaryono menjadi wakilnya pada Pilkada di Kabupaten Bekasi
2017.
Gue tuh orang yang gak punya, lu tau gue siapa? Gue ini art-teknis selalu urusan
makro dan gue butuh orang, paham tentang hitung-hitungan bambang itu lulusan
ITB, orang teknik dan hitung-hitungannya jago dan gue cocok sama dia dan dia
orangnya idealis juga.36
Selain itu Bambang Sumaryono siap mendampingi Obon Tabroni menjadi
pasanganya pada Pilkada Kabupaten Bekasi. Beliau mengatakan bahwa:
Saya mau mendampingi pak Obon itu, karena saya satu framing dengan beliau, satu
visi dan saya satu tujuan dengan beliau. Intinya saya memang siap mendampingi pak
Obon di Pilkada kemarin.37
Dalam wawancara di atas menunjukan bahwa pasangan calon tersebut saling
melengkapi satu sama lain, secara garis besar Obon Tabroni memiliki manajemen
dan kapasitas yang lebih dari Bambang Sumaryono, didorong dengan keterlibatan
Obon dalam organisasi buruh dan ini menjadi nilai lebih bagi Obon. Selain itu
Bambang Sumaryono juga memiliki kapasitas yang cukup baik, akan tetapi berbeda
dengan Obon, Bambang lebih menguasi mengenai teknis dan hitungan. Kedua calon
ini memiliki kapasitasnya masing-masing, hal ini saling menopang untuk keduanya.
36
Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati
Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI. 37
Wawancara dengan Bambang Sumryono, Wakil calon Bupati Perseorangan di Kabupaten
Bekasi, pada 4 Januari 2018.
78
Selain itu pasangan calon perseorangan ini tidak memilih maju melalui partai
akan tetapi lebih memilih maju secara perseorangan pada Pilkada di Kabupaten
Bekasi. Dengan maju melalui partai politik tidak menutup kemungkinan pasangan
perseorangan ini dapat terpilih menjadi Bupati di Kabupaten Bekasi. Terlebih
dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap calon perseorangan, serta
dukungan buruh dan juga kelompok-kelompok lain, tidak menutup kemungkinan
pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat memenangkan Pilkada di
Kabupaten Bekasi. Menurut Obon Tabroni:
Kita bicara tidak hanya tentang bagaimana jadi bupati, Proses itu penting, kita bicara
loyalitas dan bicara keberanian menumbuhkan percaya diri, itu yang paling penting
kita mikir itu, karena mikir kaya gitu kita mesti ngasih contoh, nah sekarang gue
ngomong orang percaya, loe jangan jadi buruh, begini-begini-begini kan beda kalau
gue ngomong tadi sebelum gue jadi calon Bupati, loe jangan jadi gak percaya diri
kalau jadi buruh, kira-kira gitu.,Kalau Ahmad Dani maju sendiri suaranya juga lebih
banyak gue. Yang paling penting adalah bangkitin semangat orang, bangkitin
kepercayaan orang. Kalau gue masuk partai, kalau menang diklaim partai, Intinya
bakal ribet, nah sekarang gue bisa ngomong sama PDI, lu jangan sombong-
sombong, lu boleh punya segalanaya, lu boleh punya dewan. Gue ngomong
berdasarkan fakta, Itu sampe turun semua kemarin yah Rike terus Ara turun buat
bantu si Mely tapi tetep aja suara lu dibawah gue, nah sekarang gue di minta maju
anggota dewan lewat PDI.38
Dari hasil wawancara di atas dapat melihat Obon dan Bambang lebih memilih
maju secara perseorangan. Pasangan Obon dan Bambang memberikan contoh kepada
masyarakat khususnya kepada buruh. Menurut pengakuan Obon apabila masuk
melalui partai akan banyak permintaan serta akan banyak intervensi partai, yang
nantinya akan menyulitkan menjalankan konsep dan visi misi kandidat ini. Walaupun
38
Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati
Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.
79
partai politik memiliki mesin politik yang bagus dan memiliki potensi suara yang
pasti, tetapi tidak menutup kemungkinan suara calon perseorangan ini tidak naik,
terbukti pasangan Obon dan Bambang ini mengalahkan suara Melina calon yang
diusung oleh PDIP.
Dalam kaitan mengenai pencalonan pada Pilkada tidak luput dengan adanya
dukungan dari masyarakat ataupun kelompok. Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi memiliki kelompok pendukung yang
tergabung menjadi timnya, yang mana kelompok tersebut memiliki fungsi dan
kegunaanya. Disamping itu bertujuan untuk memenangkan pasangan calon Obon
Tabroni dan Bambang Sumaryono pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Menurut Obon
Tabroni mengenai kelompok yang mendukungnya. Obon mengatakan:
Kelompok yang mendukung gue ini bukan lagi kelompok yang sebesar NU,
organisasi sekelas LSM gede, karena orang sekarang kan transaksional maaf-maaf
aja, nah kalau gue kan gak ada cerita lu dukung gue dukung gue aja jangan minta
sekarang, kita berjuang dulu. Kelompok yang mendukung gue, seperti kelompok
anak-anak seni bikinin gue lagu, terus kelompok-kelompok tokoh masyarakat,
petani-petani biktara, kelompok anak-anak muda yang memang sangat luar biasa
karena mereka menganggap gue sosok anak muda Kabupaten Bekasi yang berani
tampil dan beda, komunitas motor, komunitas pencinta alam Kabupaten Bekasi,
mahasiswa secara personal tidak memakai bendera oganisasi, kelompok pemuka
agama, kalau dari kalangan birokrat nol (tidak ada), dari kepala desa juga nol, ibu-ibu
majlis ta’alim karena istri gue, relawan Jamkes, serta bebrapa pecahan kader parpol,
kader parpol ini kana da juga yang jadi aktifis buruh di FSPMI.39
Wawancara ini membuktikan bahwa ada kelompok yang siap mendukung Obon
dan Bambang, kelompok-kelompok ini yang melatar belakangi Obon dan Bambang
maju secara perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Kelompok-kelompok
39
Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati
Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI
80
ini bisa menjadi mesin politik bagi pasangan calon Obon dan Bambang. Dari
beberapa kelompok yang disebutkan di atas masing-masing kelompok tersebut
memiliki perananya masing-masing dalam memenangkan pasangan calon Obon dan
Bambang. Di samping itu juga ada beberapa pecahan partai politik yang mendukung
pasangan calon ini. Hal ini cukup berpengaruh untuk pasangan calon Obon dan
Bambang untuk memenangkan Pilkada di Kabupaten Bekasi.
Kelompok ini mempunyai peran dan kinerja politiknya dan hal ini sangatlah
signifikan dengan adanya calon perseorangan yang maju di Kabupaten Bekasi,
banyak relawan yang terlibat dalam pemenangan Obon dan Bambang. Semua
tergabung dalam tim 9 yang terbentuk serta relawan diluar dari tim 9. Hasil
wawancara dengan ketua tim pemenangan Obon dan Bambang yaitu Amier
Mahfouzh.
Setelah terbentuknya OTC dan Tim 9, pasca dari itu mulai banyak tuh relawan-
relawan, komunitas-komuntas yang tergabung dalam tim kita, dengan menggunakan
tagline OBAMA atau SOBAT Obon, dan semua kelompok dan relawan ini
termobailisasi dengan baik.40
Ada beberapa hal yang harus digaris bawahi kelompok dan relawan yang
tergabung hadir berdasarkan keinginannya sendiri tidak ada money politic apalagi
berganing jabatan melainkan dengan kepercayaan yang terbangun oleh pasangan
calon persorangan ini. Selain itu kelompok-kelompok serta relawan ini berkerja atas
dasar kemaunya yang ingin merubah Kabupaten Bekasi dengan melihat baru ada
40
Wawancara dengan Amier Mahfouzh, Ketua Tim Pemenangan OT dan BS pada 4 Januari
2018 di Kantor PC FSPMI
81
calon Perseorangan yang muncul di Kabupaten Bekasi dan pasangan calon ini
menjadi pasangan calon alternatif.
Selain itu relawan dan kelompok pendukung ini bisa berjalan dengan baik
apabila adanya pengkontrolan serta perlu adanya manajemen yang baik, semua itu
didorong dengan adanya kepercayaan yang terbangun antara calon dengan tim
pemenangan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Obon Tabroni
bahwasanya:
Bagaimana kita memanagement dan terbuka, karena secara prinsip manusia itu
memiliki harapankan, dan kita bagaimana menyatukan harapan, dan ini bukan
harapan kita tapi harapan kebanyakan orang di Kabupaten Bekasi. Semua itu gue
lakukan harus lebih banyak dari mereka, porsinya harus lebih sehingga orang akan
tergerak nantinya, dan kita buat kebebasan. Dan itu tim kita, kita berikan kebebasan.
dan sampai hari ini tim kita masih solid.41
Wawancara di atas menjelaskan bahwa tidak hanya dengan uang atau dengan
jabatan, akan tetapi dengan menyamakan framing, dan gagasan maka masyarakat
yang tergabung dalam tim akan bergerak dengan sendirinya. Hal ini menjadi ukuran
tidak selamanya kekuatan itu didapatkan dengan money politik melainkan bisa
didapatkan dengan adanya kesamaan dan kepercayaan. Metode yang digunakan oleh
calon perseorangan ini dengan menggunakan kesamaan, kepercayaan, harapan dan
kebebasan, sesuai dengan konsep demokrasi yang di sampaikan oleh Almond dan
Verba dalam David Held, bahwa sebuah konsensus yang paling mendasar adalah
nilai-nilai politik secara umum yang mensepakati bahwasaanya dalam demokrasi
41
Wawancara dengan Obon Tabroni, ketua PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati
Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.
82
harus ada persamaan, prestasi dan prosedur yang mana hal tersebut akan memberikan
legitimasi terhadap susunan sosial dan politik saat ini.42
Kendati demikian penting bagi kita untuk merumuskan sesuatu dengan
berdasarkan keinginan bersama. Pasangan calon perseorangan ini maju dalam Pilkada
di latar belakangi dengan adanya dukungan dari masyarakat berupa KTP untuk
memenuhi syarat menjadi calon perseorangan, selain itu keterlibatan kelompok-
kelompok pendukung seperti buruh, komunitas, LSM, relawan dan lain sebagainya
yang tergabung dalam tim 9 ataupun di luar dari tim 9. Hal ini menjadi salah satu
faktor yang melatar belakangi pasangan calon Obon dan Bambang maju secara
perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017. Semua itu terbangun dengan
berdasarkan kegelisahan dan keinginan yang sama untuk merubah Kabupaten Bekasi
yang tidak baik menjadi lebih baik.
C. Analisa Kekalahan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Pada
Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun 2017
Proses pemilu menjadi sistem yang sangat penting dalam menjaring calon
untuk menjadi pemimpin. Proses ini tidak luput dengan adanya dukungan dari tim
serta kerja lapangan. Oleh sebab itu setiap pasangan calon dapat memajukan dirinya
melalui partai politik atau bisa maju secara perseorangan. Calon perseorangan untuk
kondisi di Indonesia saat ini belum terlalu menjanjikan karena kekuatan partai
42
David Held, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy, 217.
83
sebagai mesin politik masih cukup efektif. Ketika Obon dan Bambang memilih partai
apapun pada kenyataanya keduanya melihat tidak ada yang signifikan.
Pada proses ini setiap masyarakat boleh mencalonkan diri melalui partai atau
perseorangan akan tetapi harus memenuhi syarat yang sudah di atur dalam Undang-
undang. Pasangan calon yang maju secara perseorangan sangatlah diperhitungkan
karena dalam proses ini harus memenuhi syarat dengan mengumpulkan KTP
berdasarkan persentase dari jumlah penduduk, aturan ini sudah ada pada Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang.43
Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi yaitu Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono mampu memenuhi syarat untuk maju melalui jalur peseorangan dengan
proses yang cukup panjang. Hal ini menjadi yang pertama dalam Pilkada di
Kabupaten Bekasi, dari tahun 2007, 2012, dan di tahun 2017 pertama kalinya terdapat
pasangan calon yang maju secara perseorangan.44
Akan tetapi pada akhirnya
pasangan calon ini kalah dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi tetapi hal ini telah
43
UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
Menjadi Undang-undang. 44
Pikiranrakyat.com , “Pasangan Cabup Cawabup Perolehan Nomer Urut.”
http://www.pikiranrakyat.com/politik/2011/12/22/170442/. Di unduh pada tanggal 15 April 2018.
84
menunjukan bahwa pasangan calon tersebut memiliki keberanian dinilai bisa menarik
simpati masyarakat.
Adapun hasil perolehan suara pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 yang mana
tergambarkan setiap calon memiliki partai pengusung atau pendukung dan unsur
lainya yang sudah mendukung setiap pasangan calon dan hasil perolehan suara pada
Pemilukada di Kabupaten Bekasi 2017.
Tabel 4.3
Hasil Perolehan Suara Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017
NO
Nama Pasangan Calon Bupati
dan Wakil Bupati
Hasil Perolehan Suara
Jalur
1. Neneng Hasanah Yasin –
Eka Supria Atmaja
41.86%
Golkar, PAN, PPP,
NASDEM dan
HANURA
2.
SA’duddin – Ahmad Dhani
24.45% PKS, GERINDRA
dan P.DEMOKRAT
3. Obon Tabroni –
Bambang Sumaryono
17.13% Independen
4. Melina Kartika Kadir –
Abdul Kholil
9.04 PDIP, PBB dan
PKB
5. Lin Farihin – Mahmud 7.52 Independen
Sumber: Dakta.com Perolehan Suara.45
Pada tabel diatas menunjukan bahwa perolehan suara pasangan calon
perseorangan ini cukuplah tinggi karna pada hasilnya, pasangan calon ini menduduki
posisi ketiga dan mengalahkan pasangan calon Melina dan Abdul yang mana
pasangan tersebut diusung oleh PDIP, PBB dan PKB. Akan tetapi pada kenyataanya
pasangan Obon dan Bambang tetap kalah pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2017. Hal
45
Dakta.com, “Perolehan Suara Sementara,” http://www.dakta.com/news/8210/real-count-kpu-
neneng-eka-masih-ungguli-suara-Pemilukada-bekasi di Unduh pada tanggal 22 Mei 2018.
85
ini tidak menutup kemungkinan bahwa di Pilkada selanjutnya pasangan perseorangan
ini akan memenangkan Pilkada selanjutnya.
Pada kaitanya faktor apa yang melatar belakangi pasangan Obon dan Bambang
kalah dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi pasangan calon perseorangan ini
mengatakan ada faktor yang membuat kalah adalah kurangnya finansial dan logistik
adanya intervensi lebih yang dilakukan oleh kepala desa terhadap calon pemilih
disetiap desanya. Selain itu Obon mengatakan, banyaknya kerugian yang disebabkan
administrasi KPUD yang kurang baik dan kurang maksimal banyak suara pemilih
pasangan ini yang tidak bisa memilih dihari pemilihan. Faktor lain yaitu adanya
penggembosan suara menybabkan pasangan calon perseorangan ini kalah dalam
Pilkada di Kabupaten Bekasi, kurangnya lapis kedua didalam tim pemenanganya.
Ada lima faktor yang membuat pasangan persorangan ini kalah di antaranya adalah:
1. Kurangnya Financial atau Logistik
Finansial atau logistik menjadi komponen penting dalam pemenangan dalam
kontestasi politik, yang mana pada fungsinya untuk menunjang atau menggerakan
mesin politik agar berjalan. Passangan Obon dan Bambang memiliki kendala tersebut
yang mana pada akhirnya menjadi salah satu faktor kekalah dalam Pilkada di
Kabupaten Bekasi. Hal ini di jelaskan oleh Obon Tabroni selaku kandidat calon
perseorangan yang maju secara perseorangan.
Yang pertama duit atau financial, karena modal yang gue punya gak banyak kira-kira
abis uang itu sekitar 350 juta kalau Bambang Sumaryono sekitar 500jutaan, jadi
86
untuk gue modal nyalon kemarin habis sekitar 850jutaan ini diluar tim yang kolektif
yah. Yang terpenting gue sama Bambang habis pencalonan gak ada hutang.46
Dari hasil wawancara di atas bahwa faktor yang menyebabkan pasangan calon
perseorang ini kalah diantaranya adalah kurangnya finansial yang menunjang, karena
hal ini menjadi salah satu faktor terpenting dalam pemenangan Pilkada, karena dalam
segi finansial dan logistik berguna untuk menunjang kerja tim agar tetap berjalan.
Terlebih financial dan logistik bisa menjadi stimulus tim agar tetap konsisten dalam
pemenangan. Akan tetapi pada wawancara diatas dikatakan bahwa tim dari pasangan
kandidat perseorangan ini melakukan kolektif tidak dipungkiri faktor logistik atau
finansial ini menjadi faktor utama dalam pemenangan calon.
2. Intervensi Kepala Desa
Intervensi dari Kepala Desa yang berpihak terhadap pasangan calon lain hal ini
juga tidak kalah penting karena pengaruh dari kepala desa itu sangatlah kuat terlebih
kepala desa adalah salah satu simbol di masyarakat. Dan ini yang menjadi faktor
kekalahan pasangan kandidat perseorangan. Menurut Obon Tabroni:
Jaringan kepala desa masyarakat Kabupaten Bekasi tau, gimana peran kepala desa
itu, peran kepala desa ini terlalu mengintervensi masyarakatnya untuk mendukung
pasangan calon lain, gue gak bisa nyebut nama yah. Cuma ada satu kepala desa yang
mendukung gue kepala desa wonojaya 47
Wawancara di atas menunjukan bahwa peran dari Kepala Desa sangatlah
berpengaruh didalam Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 yang mana pada prakteknya
46
Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan
Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI 47
Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan
Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI
87
dapat menggerakan masyarakat untuk ikut memilih kandidat pasangan lain. Menurut
Milbert dan Goel hal ini dapat disebut dengan gladiator yang mana pada konsep
partisipasi politik memiliki peran menjadi garda terdepan dalam proses politik,
mengapa demikian gladiator pada prakteknya terlibat aktif dalam proses politik.48
3. Administrasi dalam Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017
Administrasi yang kurang baik menyebabkan banyak pemilih pasangan calon
perseorangan tidak memiliki hak suaranya dan menyebabkan suara pasangan calon
perseorangan ini menurun pada hari pemilihan. Disebabkan proses penyampaian
undangan pemilih banyak yang berbeda, selain itu aturan yang mengenai pemilih
harus menggunakan E-KTP dan banyak pemilih Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono yang tidak memiliki E-KTP dan pada akhirnya diizinkan tidak
menggunakan E-KTP akan tetapi hal ini cenderung menurunkan calon pemilih
pasangan perseorangan ini untuk memilih karna kebijakan yang diambil cukup lama.
Menurut Obon Tabroni:
Dari sisi administrasi itu berantakan bangat, banyak undangan yang suara bakal milih
kita tidak dapet khususnya desa gue sendiri tuh yang jadi basis gue gak banyak yang
dapet. kasusnya pemilih harus memakai E-KTP suara yang milih gue rata-rata gak
punya E-KTP eh pas di ujung diperbolehkan.49
Cotohnya lagi secara administrasi yah
pasangan suami istri yang beda TPS tidak satu TPS, ini kan juga sama
menghilangkan pemilih, logikanya emang mau itu laki sama bininya dipisah akhirnya
kaga milih. Administrasinya berantakan dah. selain itu kita mana ada jaringan politik
yang kuat, neneng inkamben kepala dinas bisa dia gerakin, sadudin mantan bupati
48
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen (Jakarta: Kencana, 2007),
394 49
Wawancara dengan Obon Tabroni sebagai KetuaPC FSPMI dan selaku Kandidat Calon
Perseorangan Bupati Kabupaten Bekasi, Pada 4 Januari 2018, di Kantor PC FSPMI.
88
juga, terus pasangan lain punya dukungan dari anggota dewan DPRD, DPR RI. yah
gitu dah.
Wawancara diatas menggambarkan bahwa administrasi dapat menjadi kendala
adanya kecendrungan penurunan suara, seperti syarat pemilih harus menggunakan E-
KTP akan tetapi dihari pemilihan diperbolehkan tidak menggunakan E-KTP hal ini
cenderung menurunkan keinginan calon pemilh untuk memilih, selain itu pembagian
pemilihan antara satu KK (kartu keluarga) yang mana pada prakteknya berbeda TPS
dan pada akhirnya calon pemilih tidak mau datang ke TPS dan hal ini sangatlah
merugikan pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono.
4. Pembelokan atau Penggembosan Suara
Pada Pilkada hasil perolehan suara menjadi penentu atau ukuran terpilih atau
tidaknya kandidat calon yang sedang ikut dalam kontestasi politik. Dalam hal ini
pasangan calon dalam Pilkada bersaing untuk merebutkan suara yang berada pada
masyarakat, maka dari pada itu perlu adnya tim khusus yang konsen dalam mencari
suara untuk kemenangan kandidat calon. Akan tetapi dalam prosesnya banyak calon
kandidat yang dikhianati yang seharusnya suara tersebut akan memilihnya tetapi
suara tersebut berpindah ke kandidat lain. Pada Pilkada Kabupaten Bekasi pasangan
calon Obon dan Bambang mengalami kondisi seperti ini mengingat bahwa dipolitik
itu tidak ada yang absolute Maka menurutnya:
Itu ada, cuma kalau secara terbuka gak ada, namanya pendukung di bargaining atau
iming-imingi sesuatu namanya orang kan mau aja. jadi gini kemarin itu tim banyak
itu karena melihat guenya, kalau sisanya sii ada niat mau ngegembosin suara sii ada,
89
dan gue juga tau siapa orangnya.50
kalau gue ma gak masalah dia belokin suara gitu
berartikan emang udah gak sehati dan gak se visi-misi lagi. Kalau ditanya berapa
persen hilangnya suara gue lumayan dari pembelokan itu hampir 2-3% lah paling.
kalau yang kaya gitu doain aja biar baik-baik aja.51
Dari wawancara di atas menjelaskan ada faktor lain yang menyebabkan
pasangan calon perseorangan ini kalah, yaitu faktor penggembosan suara atau
memutar suara ini menjadi faktor yang cukup besar, karena pada prakteknya suara
yang seharusnya memilih pasangan Obon dan Bambang berpindah atau tidak
memilih. Hal ini sangat merugikan bagi Obon dan Bambang yang seharusnya suara
tersebut akan menunjang kemenangan bagi pasangan Obon dan Bambang pada
Pilkada di Kabupaten Bekasi.
5. Kurangnya Lapisan Kedua Grass Roots (Basis TPS)
Menurut Pangi Syarwi Chaniago, pengamat politik mengenai calon
perseorangan ini, merupakan langkah yang baik dan calon Perseorangan ini
merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat, karena dengan semerautnya
konstalasi atau pergelutan partai politik calon perseorangan ini menjadi jalan tengah.
Menurutnya:
Calon Perseorangan itu merupakan salah satu calon alternatif atau bisa dikatakan,
calon Perseorangan ini merupakan calon yang langsung dari rakyat, karena secara
status calon Perseorangan ini tidak di bawah partai, akan tetapi dalam hal ini calon
50
Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan
Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI 51
Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan
Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI
90
Perseorangan itu ada baik dan buruknya, baiknya adalah ketika calon ini jadi tidak
akan ada partai yang mengintervensi atau menggangu kebijakanya, karena semua
yang diambil langsung dengan rakyat. Buruknya adalah ketika dia jadi, akan ada
polemik didalam pemerintahannya, terlebih dengan anggota legislatifnya, pasti akan
banyak program kerja yang tidak disepakati oleh legislatifnya, karena calon
Perseorangan ini bukan dari repersentatif partainya. semua itu ada baik dan
buruknya.52
Menurutnya, calon perseorangan ini sangat lah efektif dalam Pilkada, terlebih
dengan adanya Pilkada serantak calon perseorangan ini bisa menjadi calon alternatif
pilihan masyarakat, karena fenomena calon indepen ini baru-baru ini saja khususnya
di Kabupaten Bekasi, akan tetapi calon perseorangan ini masih memiliki kelemahan
ketika calon perseorangan ini jadi kepala daerah. Kelemahanya tidak ada pendukung
didalam pemerintahan, khususnya di Legislatif. Selain itu faktor terbesar yang
menyebabkan kenapa banyak calon perseorangan ini tidak terpilih, apa yang
menyebabkan calon perseorangan ini kalah dalam kontestasi demokrasi. Menurut
Pangi Syarwi Chaniago:
pertama calon Perseorangan ini tidak memiliki grass roots akar rumput yang kuat
sehingga mesin mereka tidak berjalan dengan maksimal, yang kedua figurnya sendiri
yang tidak laku terjual, ketiga mungkin mereka tidak memiliki program yang bagus
yang ke empat adalah mereka tidak mampu merubah hal yang populis yang paling
terpenting adalah calon Perseorangan ini tidak memiliki mesin partai.53
Faktor-faktor diatas menguatkan bahwasaannya faktor kekalahan calon
perseorangan ini berlandaskan ketidak kuatanya perangkat dibawah dalam arti grass
roots, hal ini merupakan pondasi bagi pasangan calon dalam mengikuti kontestasi
politik khususnya Pilkada yang seharusnya pada tataran ini harus dimaksimalkan
52
Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center
Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol. 53
Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center
Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol.
91
dengan baik, akan tetapi calon perseorangan yaitu Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono ini memiliki faktor itu semua berdasarkan wawancara yang disampaikan
oleh pasangan Obon dan Bambang memiliki ke empat faktor tesebut, secara grass
roots pasangan ini memiliki banyak kelompok pendukung.
Figur keduanya Obon dan Bambang cukup dikenal dalam hal ini Obon sebagai
ketua Buruh FSPMI selain itu aktivitas Obon banyak bersentuhan langsung dengan
masyarakat didorong dengan Bambang yang pada latar belakangnya adalah salah satu
tokoh intelektual serta pernah terlibat dalam pemenangan politik. Program yang
ditawarkan berskala sampai lima tahun kedepan, akan tetapi pasangan Obon dan
Bambang ini tidak memiliki lapis kedua yaitu mesin partai. Dalam hal ini dapat
digaris bawahi bahwasaanya faktor kekalahan calon perseorangan ini salah satunya
adalah tidak memiliki mesin politik yaitu partai politik sebagai lapis kedua. Selain itu
ada beberapa faktor lain secara mikro yang menyebabkan calon perseorangan ini
kalah, menurut Pangi Syarwi Chaniago:
Kalau menurut saya perangkat yang dilakukan oleh Obon dan Bambang itu cukup
kuat, kalau saja pasangan calon ini masuk melalui partai saya yakin calon ini pasti
akan menang, yang kurang dari pasangan ini adalah lapis kedua yang menjadi
mesinnya. Kenapa tadi saya katakana grass roots karena pentingnya lapis satu dan
dua itu, bagaimana untuk menjadi saksi di TPS kalau lapisan tim ini masih kurang.54
Jangan salah loh, saksi di TPS itu menjadi salah satu sumber suara loh hitung aja 1
TPS 2 saksi kalau ada 200an TPS sudah berapa dia mengantongi suara, selain itu
sejauh apa logistik calon perseorangan ini untuk membayar saksi tujuannya untuk
menjaga suara, costnya itu tidak sedikit loh. maka wajar calon perseorangan ini
54
Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center
Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol.
92
banyak suara yang hilang karena siapa yang bisa menggaransikan suara disetiap TPS
itu bisa terjaga, banyak optum yang memainkan suara di TPS itu sebabnya
kekurangan financial atau logistic untuk membayar saksi. Makadari itu perlu adanya
lapis kedua untuk menjaga suara tersebut, mudahnya partai politik mereka kuat
dengan perangkat itu bisa kadernya yang ditaro di TPS itu jadi suara itu akan lebih
aman.55
Dari wawancara ini kita dapat melihat bahwasanya kurangnya perangkat dari
calon perseorangan ini adalah lapis kedua yaitu mesin dari partai politik,itu sendiri,
karena memang pasangan calon indpenden tidak terikat dengan partai politik. Dalam
tataran lapis kedua hal tersebut merupakan mesin politik yang cukup kongkrit dan
pasti. Akan tetapi pada prakteknya masih banyak mesin dari partai politik itu yang
tidak maksimal atau tidak berjalan dengan baik. Menurut Pangi Syarwi Chaniago
kekalahan calon perseorangan Obon Tabroni dan Bambang sumaryono adalah
kurangnya financial atau logistic yang memadai untuk menghidupkan basis disetiap
TPS yaitu saksi, Sederhananya saksi merupakan suara pasti dari calon tersebut. Tetapi
dalam hal ini faktor kekalahan dari Obon dan Bambang adalah kurangnya lapis kedua
yaitu mesin politik yang kedua, kurangnya basis TPS yang meliputi saksi, yang
fungsinya untuk menjaga suara agar tetap aman dan terjamin atau tidak hilang.
Penekanan terhadap calon perseorangan ini agar dapat dikenal oleh masyarakat
serta calon perseorangan ini bisa mengantongi kemenangan, karena dalam hal ini
faktor penyebab kekalahan calon perseorangan kurangnya lapis kedua yaitu mesin
politik, tidak kuatnya basis TPS yaitu saksi. Akan tetapi menurtut Pangi Syarwi
55
Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center
Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol
93
Chaniago calon perseorangan ini bisa menang apabila bisa memaksimalakn
dianataranya:
Syarat pertama tetap figur, person, dikenal dan disukai oleh banyak orang, karena
racikan elektoral itu penting karena bagaimana untuk dipilih, bagaimana dia bisa
menjadi antithesis dari calon-calon yang ada, yang kedua personal branding seperti
goud loocking lah, milenial anak muda, tokoh pembaharuan dan bisa menggiring
opini kepada masyarakat bahwasanya dia bisa merubah era itu. artinya personal
Branding itu sangat penting karena meyakinkan pemilih bahwa sosok ini jauh lebih
baik dari yang pernah ada. racikan ini sudah menjadi menu yang baguslah
maknyuuss yang ketiga adalah harus bisa membaca perilaku pemilih itu tidak
gampang karena uniqe ada yang pemilihnya pragmatis, skeptis dan ada pemilih
yang tradisional semua ini harus dibaca dengan baik.56
Dari wawancara diatas bahwasanya konsep dalam pemenangan calon pada
Pilkada meliputi tiga hal diantaranya adalah figur, personal branding, membaca
perilaku pemilih. Selain itu memaksimalkan isu dan opini. yang kemudian ketiga hal
tersebut dikombinasikan dengan baik dan hal ini menjadi stimulus atau nilai lebih
bagi pasangan calon yang mengikuti kontestasi Pilkada. Calon perseorangan bisa
menaikan elektabilitas atau elektoral dengan menggunakan tiga konsep itu, terlebih
calon perseorangan tidak memiliki suara yang pasti maka harus ada kerja ekstra
dalam menjalankan konsep ini agar hasil yang dikerjakan bisa maksimal. Selain itu
calon perseorangan ini dapat membaca perilaku pemilih, hal ini bertujuan untuk
memastikan target suara yang akan diprioritaskan itu di segmen apa.
Semisal ada pemilih tradisional seperti apa konsepnya, tetap menggunakan
personal branding akan tetapi metode penggunaanya disesuaikan dengan calon
56
Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center
Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol
94
pemilih yang ingin diambil, dalam konsep ini mengambil suara terbanyak untuk
sebuah kemenangan. Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono memiliki ketiga
konsep tersebut, figur, personal branding, membaca perilaku pemilih. Obon secara
figur merupakan tokoh buruh yang cukup dikenal, Bambang salah satu tokoh
intelektual atau tokoh masyarakat di kabupaten bekasi, personal banding yang
dilakukan pasangan calon ini sudah dilakukan dengan maksimal oleh tim yang berada
dibarisannya. Mengenai segmen pemilih sudah didapatkan, dari kalangan buruh,
petani, guru dan kalangan lainya. Akan tetapi calon perseorangan ini tetap kalah
dalam kontestasi Pilkada.
Faktor yang menyebabkan pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono
kalah adalah kurangnya perangkat politik atau mesin politik yang disebutkan oleh
Pangi Syarwi adalah lapis kedua, yaitu tim khusus untuk menjaga suara disetiap TPS
proses penjagaan ini meliputi saksi yang dapat disebut dengan basis TPS. Karena
dalam hal ini calon perseorangan tidak memiliki dorongan dari partai politik dan
sangat sulit menjaga suara disetiap TPS.
Dapat disimpulkan bahwa faktor kekalahan pasangan calon Obon Tabroni dan
Bambang Sumaryono adalah pertama kurangnya lapisan kedua perangakat di grass
roots khususnya di basis TPS, kedua financial atau logistic, ketiga intervensi lebih
yang dilakukan oleh kepala desa, keempat administrasi yang tidak bagus, kelima
adanya penggembosan suara dari tim Obon dan Bambang itu sendiri.
95
Kendati demikian pasangan calon perseorangan ini memang masih belum bisa
menang dalam Pilkada Khususnya di Kabupaten Bekasi akan tetapi calon indepen ini
cukup kuat serta patut diberikan apresiasi, karena dalam hal ini Obon dan Bambang
lebih memilih maju secara perseorangan tanpa partai politik. Obon Tabroni
mengatakan ada partai yang meminang dia untuk maju melalaui partai politik, akan
tetapi Obon sendiri lebih memilih maju secara perseorangan, dikarenakan
bahwasannya orientasi Pilkada seutuhnya bukan hanya menang atau kalah akan tetapi
menghidupkan mentalitas masyarakat khusunya Kabupaten Bekasi tidaklah kalah
penting, dan proses itu sendiri dijadikan sebuah pengalaman yang cukup berharga
menurut Obon Tabroni “kesadaran politik itu mahal”.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Relevansi calon independen pada demokrasi di Indonesia sejauh ini relevan,
karena pada proses Pemilukada calon perseorangan atau independen ini masih
signifikan sesuai dengan UUD 1945 dan mengikuti aturan Undang-undang
Pemilu dan Pemilukada. Pada praktiknya di dalam Pemilukada calon
perseorangan ini sesuai dengan konsep demokrasi di Indonesia yaitu dengan
sistem proposional atau distrik yang dianut oleh negara Indonesia. Setiap
individu memiliki hak suara, memiliki hak untuk dicalonkan dan
menyalonkan, dipilih dan terpilih. Terhitung dengan adanya artikulasi
kepentingan politik masyarakat serta calon perseorangan ini bisa menjadi
wadah yang memfasilitasi aspirasi masyarakat. Dengan didasari oleh adanya
dukungan masyarakat ditandai dengan terpilih dan dipilihnya calon
perseorangan, maka dari pada itu calon perseorangan atau independen masih
dianggap relevan.
2. Faktor yang melatar belakangi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono maju
secara perserorang atau independen. Ialah pertama adanya dorongan dari
97
orang-orang terdekatnya yang meminta Obon maju sebagai calon di
Kabupaten Bekasi, yang kedua adalah dari kalangan Buruh yang meminta
Obon maju menjadi calon Bupati di Kabupaten Bekasi selain itu kelompok-
kelompok seperti LSM, NGO, Ormas dan lain sebagainya serta komunitas-
komunitas yang mendukung Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono. Fakor
yang lain adalah keinginan Obon sendiri maju sebagai calon Bupati tanpa
partai politik karna menurutnya apabila dia maju melalui partai akan
mengecewakan orang terdekatnya yang pada umumnya bukan orang-orang
partai. oleh sebab itu maka pasangan Obon dan Bambang maju dalam
Pemilukada tanpa partai politik atau independen.
3. Namun demikian sejauh ini ternyata hasil yang didapatkan pasangan calon
independen ini belum cukup maksimal. Pasangan independen ini kalah dalam
Pemilukada di Kabupaten Bekasi. Akan tetapi kerja tim dan relawan yang
tergabung dalam tim 9 ini sangat efektif. Karena dalam hal ini kerja tim dari
pasangan calon Obon dan Bambang sukses menaikan elektabilitas dan suara
dalam Pemilukada di Kabupaten Bekasi. Meskipun hasil dalam Pemilukada
pasangan calon Obon dan Bambang kalah, tetapi calon independen ini kuat.
Adapun lima faktor yang menyebabkan pasangan calon ini kalah adalah
pertama kurangnya lapisan kedua yaitu perangakat di grass roots khususnya
di basis TPS, kedua financial atau logistic, ketiga intervensi lebih yang
dilakukan oleh kepala desa, keempat administrasi yang tidak bagus, dan
kelima adalah adanya penggembosan suara dari tim Obon dan Bambang itu
98
sendiri. Faktor ini yang menyebabkan pasangan perseorangan atau independen
ini kalah dalam Pemilukada di Kabupaten bekasi. Akan tetapi pada prinsipnya
Obon dan Bambang dapat dijadikan sebagai role model bahwa calon
perseorangan atau independen tetap punya kekuatan untuk maju pada setiap
ajang kompetisi politik
B. Saran
Masyarakat Indonesia perlu mendorong hadirnya calon-calon perseorangan atau
independen supaya tidak ada kesan bahwa politik hanya dimiliki oleh orang-orang
yang berduit saja atau orang-orang yang memiliki kekuasaan saja. Akan tetapi orang
biasa pun bisa mengikuti kompetisi di politik dan orang biasapun sebagai warga
negara berhak memilih dan dipilih. Selain itu harus ada pemahaman dan pengkajian
lebih lanjut mengenai calon perseorangan atau independen agar kedepannya calon
perseorangan atau independen ini menjadi role model dalam demokrasi di Indonesia.
99
Daftar Pustaka
Abadi, A. Setiawan. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti. 1995
AMM, Saefullah. Quo Vadis Pemilu 2004. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. 2003.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Feith, Herberth dan Lance Castles. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta:
LP3ES. 1988.
Firmanzah Ph.D. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas . Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. 2008.
Hartono, Rudi dan Ulfa Ilyas. Bung Karno: Nasionalisme, Demokrasi dan Revolusi.
Jakarta: PT Berdikari Nusantara Makmur. 2013.
Held, David, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy. Jakarta: Akbar Tandjung
Institute. 2006.
Irwan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian Jakarta: STIA-LAN Press, 2000
Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde
Baru. Jakarta: Kharisma Putra Utama. 2010.
Martono, Nanang Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015.
Pemimpin MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-20014. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jendral MPR
RI. 2012.
Rohaniah, Efriza Yoyoh. Pengantar Ilmu Politik:Kajian Mendasar Ilmu Politik.
Malang: Instrans Publishing. 2015.
Ritzer George dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Kencana,
2007.
100
Sirait, Ferdinand Eskol Tiar. Evaluasi Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan
Kepala Daerah 2017. Jakarta: Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia.
2017.
Subekti, Valina Singka. Dinamika Konsolidasi Demokrasi: Dari Ide Pembaruan
sistem Politik Hingga ke Praktik Pemerintahan Demokratis. Jakarta: Pustaka
Obor Indonesia. 2015.
Sastroatmodjo Sudjiono, Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. 1995
Surbakti Ramlan, Memahami Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. 2007
Undang Undang Republik Indonesia No 15 tahun 2011 pasal 1 ayat 4, Tentang
PenyelenggaraanPemilihan Umum.
Undang Undang Republik Indonesia No 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.
Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 1, Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi
Undang-undang
Undang Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2008, Perubahan Ke Dua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang Undang Republik Indonesia No 32, Tahun 2004. Tentang Pemerintah
Derah..
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota
Menjadi Undang-Undang.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 3 Dan 4,
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati Dan
Walikota Menjadi Undang-Undang.
101
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4, Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1,
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2011 Pasal 1 Ayat 4, Tentang
PenyelenggaraanPemilihan Umum.
Jurnal
Al-fairi, Leli Salman. “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung,
Sebuah Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis” Jurnal Aspirasi 1
(Februari 2011): 6
Anangkota, Muliadi. “Klafikasi Sistem Pemerintahan Prespektif Pemerintahan
Moderen Kekinian.” Jurnal Ilmu Pemerintahan 3,tersedia di
jurnal.unpad.ac.id/cosmogov/article/download/14725/7020 diunduh pada
tanggal 4 April 2018, 148.
Anggraini, Titi. “Evaluasi Pemilukada Serentak 2015.” Pemilu dan Demokrasi, 8
(April 2016): iii.
Drajat, Himawan. “Demokrasi Terpimpin Sebuah Konsepsi Pemikiran Soekarno
Tentang Demokrasi.” Jurnal Sosiologi (April 2018). 58.
Novianty, Cora Elly. “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan.” Jurnal Konstitusi 10
(Juni 2013): 335.
Pardede, Marulak. “Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia” Jurnal Rechts
Vinding, Media Pembinaan Hukum Nasional 3 (April 2014): 85.
Prasetyoningsih, Nanik. “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan
Demokrasi Indonesia,” Jurnal Media Hukum 21 (Desember 2014) : 242
102
Pratikno. “Calon Independen, Kualitas Pilkada dan Pelambangan Parpol.” Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 10 (Maret 2007): 417.
Purba, Ardhyanta Sivadabert. “Potret Pandangan Akademisi di Jurnal FISIP UGM
Mengenai Permasalahan Demokrasi di Indonesia.” Jurnal Politik Muda 4
(Januari-Maret 2014): 6.
Ramli Muhamad, “Partisipasi Politik Masyarakat Desa Kadungdung Kecamatan
Labuan Amas Utara Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Pada Tahun 2010,” Jurnal Ilmu Politik dan
Pemerintahan Lokal 2 (Juli- Desember 2013): 322
Santoso, Agus Budi. “Eksitensi dan Problematika Calon Independen Dalam
Pemilukada di Tijau Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun
2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 149
Thalhah, HM. “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif
Pemikiran Hans Kelsen.” Jurnal Hukum 16 (Juli 2009): 413
Wahyudi, Johan, Mirra Noor Milla dan Hamdi Muluk. “Persepsi Keadilan Sosial dan
Kepercayaan Interpersonal Sebagai Prediktor Kepercayaan Politik Pada
Mahasiswa di Indonesia” Jurnal Pisikologi Sosial 15 (Tb 2017): 61
Wongso, Wawan. “Perumusan Visi, Misi dan Valeu Statement Serta Standarisasi
Proses Bisnis Perusahaan Yang Berbasis Bisnis Keluarga.” Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya 3 (Tb 2014): 3.
Dokumen Online
Dakta.com dan Pikiran Rakyat, “Pasangan Cagub dan Cawagub Perolehan Nomor
Urut, Ketetapan Calon Calon Pemilukada di Kabupaten Bekasi,”
http://www.pikiranrakyat.com/politik/2011/12/22/170442/pasangan-cabup-
cawabup-peroleh-nomor-urut. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-
barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-nomor-urut-5-pasangan-calon-Pemilukada-
kabupaten-bekasi-383159: http://www.dakta.com/news/8210/real-count-
kpu-neneng-eka-masih. Di Unduh pada Tanggal 29 Maret 2018.
103
Detik.com, “Melihat Visi dan Misi Cabup dan Cawabup Bekasi,”
https://news.detik.com/berita/3330639/melihat-visi-dan-misi-5-cabup-
cawabup-bekasi. diunduh pada tanggal 4 April 2018.
Kabar Buruh, “Obon Tabroni Sampaikan Terimakasih Atas Dukungan Kepada
Masyrakat Kabupaten Bekasi.”
http://kabarburuh.com/2017/02/16/obon-tabroni-sampaikan-terima-
kasih-atas-dukungan-rakyat-di-pilkada-kab-bekasi/. diunduh pada
tanggal 4 April 2018.
Kabarburuh.com, “Bambang Sumaryono Dampingi Obon Tabroni Pada Pilkada
Kabupaten Bekasi” http://kabarburuh.com/2016/06/24/bambang-
sumaryono-dampingi-obon-tabroni-pada-pilkada-kabupaten-bekasi/.
diunduh pada tanggal 4 April 2018.
Kamus Online, Kamus Besar Bahasa Indonesia https://www.kbbi.web.id/demokrasi.
diunduh pada tanggal 30 Maret 2018.
Kpu.go.id, “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 Daerah Paslon Tunggal,”
https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24. Diunduh pada tanggal 11
April 2018.
KPU.go.id, “810 Pasangan Calon yang telah Terdaftar dalam Pilkada Serentak 2015,”
http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2015/4101/810-Pasangan-
Calon-telah-Terdaftar-dalam-Pilkada-Serentak-2015. Diunduh pada
tanggal 10 Aprir 2018
Pikiran Rakyat, ”KPUD tetapkan 5 urut Pasangan calon di Kabupaten Bekasi 2016”
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-
nomor-urut-5-pasangan-calon-Pemilukada-kabupaten-bekasi-383159:
diunduh pada tanggal 04 April 2018.
RumahPemilu.org, “Perbandingan Perdaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017,”
http://arsip.rumahpemilu.org/in/read/11767/Perbandingan-Pendaftar-
Perseorangan-Pilkada-2015-dan-2017. Diunduh pada tanggal 10 April
2018
Sebekasi.com,“Pilbup Bekasi 2017: Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang
Sumaryono”, http://sabekasi.com/news/detail/2/1406/Pemilukada-Bekasi-
104
2017:-Ini-Visi-Misi-Obon-Tabroni-Bambang-Sumaryono: diakses pada
tanggal: diunduh pada tanggal 04 April 2018.
Sejarah Pemilu di Indonesia dan Hasil Pemilu Tahun1955, 1971, 1977, 1982, 1999
dan 2005 http://www.landasanteori.com/2015/10/sejarah-pemilu-di-
indonesia-dan-hasil.html. diunduh pada tanggal 30 Maret 2018.
Tirto.id, “Obon Tabroni.” https://tirto.id/m/obon-tabroni-1Q diunduh pada tanggal 4
April 2018.
Wawancara
Wawancara dengan Amier Mahfouzh Ketua Tim Pemenangan OT dan BS. pada 4
Januari 2018 di Kabupaten Bekasi.
Wawancara dengan Bambang Sumryono, Wakil calon Bupati independen di
Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018.
Wawancara dengan Muhamad Afifudin Komisioner Banwaslu RI, pada 04 April
2018 di Kantor Banwaslu.
Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon independen
Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.
Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center
Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol
Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April
2018 di Rumah Titi Angraini.